Anda di halaman 1dari 5

Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Keselamatan Kerja

Akbar Nugroho Sitanggang, 1406568532

1. Berikan contoh kasus untuk pemahaman dasar keselamatan (safety), dengan


penjelasan 5 kaidah keilmuannya!

Jatuh Dari Lantai 20 Apartemen Panghegar, Agus Tewas Seketika


News.detik.com

Bandung - Agus iding (35), tewas seketika setelah jatuh dari lantai 20 proyek pembangunan Grand
Royal Panghegar Apartement, sekitar pukul 14.15 WIB, Rabu (23/3/2011). Jenazah pekerja proyek
itu langsung dibawa ke RS Bungsu, Jalan Veteran.
Sebelum kejadian, Agus dan rekan kerjanya, Leman Nugraha (25), sedang mengecek lift ke lantai 20
bangunan tersebut. Agus ini bekerja sebagai mekanik leader konstruksi lift.
"Saat itu pintu lift dalam keadaan tertutup. Almarhum membuka pintu itu menggunakan tangan, dia
masuk dan pintu tiba-tiba pintu menutup. Ternyata pas dibuka melompong, enggak ada boks
liftnya," kata Leman ditemui di RS Bungsu.
Diketahui, kata dia, boks lift berada di lantai bawah. "Biasanya juga lift passenger itu setiap hari ada
di lantai 20. Tapi tadi di bawah," ujarnya.
Leman menambahkan, Agus tewas seketika di lokasi kejadian. Lalu jenazahnya diboyong ke RS
Bungsu, "Kondisinya mulut berdarah, tubuh bengkak dan kaki patah," ungkapnya.
Korban merupakan warga Jalan Cikuda, RT 2 RW 11, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung. Dia sudah
bekerja di proyek Apartemen Panghegar sejak Maret 2010 lalu.
Sementara itu, pihak keluarga korban mengaku diberitahu pihak perusahaan dua jam setelah
peristiwa tersebut. "Tadi dikasih tahu jam empat. Kalau kejadiannya enggak tahu. Tapi dibilang
jatuh," ujar Dadang dari pihak keluarga korban saat ditemui di RS Bungsu.
Pantauan detikbandung, sejumlah polisi yang diberi tahu oleh RS Bungsu sekitar pukul 17.30 WIB,
langsung mengidentifikasi data diri korban. Usai meminta keterangan keluarga korban dan rekan
kerja, polisi meninggalkan RS Bungsu sekitar pukul 19.30 WIB. Sementara jasad korban dibawa
keluarga sekitar pukul 20.00 WIB.
Pihak proyek yang ditemui di lokasi kejasian enggan berkomentar soal kasus ini. Enggak tahu. No
comment," ujar seorang petugas proyek saat wartawan meminta
konnfirmasi.
Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Tubagus Ade Hidayat membenarkan kejadian tersebut.
"Kami masih menyelidikinya. Sejumlah saksi kami minta keterangan," ujarnya saat dikonfirmasi
wartawan via ponsel.
Sementara itu dihubungi secara terpisah PR Panghegar Restina Setiawan mengaku belum mendapat
konfirmasi soal peristiwa itu. "Belum ada konfirmasi apa-apa, saya tadi pulang duluan. Jadi belum
bisa ngomong apa-apa. Mungkin besok saya bisa kasih keterangan," ujarnya.

Kasus di atas dapat di analisis sesuai dengan 5 kaidah keilmuan keselamatan kerja, yaitu:

1) Jenis keilmuan (basic or applied science)


Dalam ilmu fisika, ada gaya gravitasi yang besarnya dipengaruhi oleh ketinggian benda dari
permukaan bumi. Dalam kasus, sang pekerja berada pada ketinggian 20 lantai sehingga gaya
gravitasi yang dialami pekerja cukup besar yang berarti bumi memberikan gaya aksi kepada sang
pekerja sehingga apabila pekerja tersebut terjatuh maka ia akan mengalami gaya reaksi pada
tubuhnya yang dapat mengakibatkan sang pekerja tersebut cedera parah.
Selain ilmu fisika, adapula ilmu- ilmu lain yang berkaitan dengan kasus ini seperti misalnya
ilmu ergonomik dan hygiene industri dimana dalam upayanya untuk memfasilitasi keterbatasan
manusia agar dapat memenuhi atau sesuai dengan pekerjaannya serta menciptakan area kerja
yang aman dengan menyediakan alat pelindung diri atau APD untuk pekerja.

2) Substansi utama keilmuan (hazards or risks)


Dalam kasus tersebut ada hazard yang dapat berpotensi menjadi risk. Hazard mekanik
berupa ketinggian serta hempasan angin yang apabila berinteraksi dengan pekerja menjadi risk
atau resiko yang membahayakan keselamatan pekerja

3) Tujuan keilmuan (safe work system)


Area kerja pada kasus di atas sangat tidak aman. Tidak adanya sign dan sistem notifikasi
apakah lift sudah berada di lantai terkait, dan siap beroperasi. Kondisi area kerja yang ideal
seharusnya menyediakan tanda- tanda vital dalam pengoperasian mesin mekanik seperti lift,
juga beberapa sign terkait pengingat bagi para pekerja untuk senantiasa melakukan tindakan
aman, seperti lebih berhati- hati dan selalu waspada terhadap segala kemungkinan yang bisa
saja terjadi, seperti tidak adanya box lift pada lantai 20 yang biasanya ada.

4) Metode keilmuan ( risk management/ problem solving method)


Dalam kasus ini korban melakukan tindakan yang tidak aman yaitu tidak menggunakan body
harness/full body harness (Hazard yang berupa unsafe act). Sedangkan Menurut undang-
undang keselamatan kerja, bekerja di ketinggian ini memerlukan fix platform atau memakai alat
pelindung diri berupa full body harness. Selain itu, bila pekerjaan dilakukan pada tempat yang
memiliki ketinggian lebih dari lima meter, diperlukan sebuah ijin khusus, yang mana ijin ini
diperlukan untuk menganalisa bahaya apa saja yang mungkin terjadi dan menyiapkan alat
pengaman yang cocok untuk meminimalisir resiko yang akan dihadapi bila bekerja pada
ketingian tersebut.
Working at High atau sering disingkat WaH, memiliki arti dalam bahasa Indonesia adalah
bekerja pada ketinggian. Kategori bekerja pada ketinggian adalah melakukan pekerjaan yang
memiliki ketinggian sama dengan atau lebih dari 1,8 meter dari permukaan tanah.
Kemudian dapat kita ketahui pula bahwa kondisi kerja (environment) pada saat itu
mendukung terjadinya kecelakaan. Berdasarkan berita tersebut lift passanger biasanya berada di
lantai 20 tempat korban berada, namun entah mengapa pada hari tersebut box liftnya berada di
GS (Ground Floor). Dari deskripsi berita yang diberikan dapat kita analisa bahwa korban
melakukan kesalahan (fault of person), selain tidak memakai alat pelindung diri, korban tidak
berlaku hati-hati terhadap segala kemungkinan yang ada. Disini mungkin ia merasa aman karena
seperti biasanya box lift berada di lantai 20, namun kenyataannya tidak.

5) Potensi untuk berkembang (changing paradigm of work concept)


Penanggulangan kasus di atas merupakan tahap manajemen, dimana diperlukan koordinasi
antar unit dalam memastikan kondisi yang aman bagi pekerja, sehingga keselamatan lebih
ditumakan bagi pekerja. Hal tersebut dapat berkembang lagi lingkupnya tidak hanya
keselamatan bagi pekerja namun menjadi public safety, dimana tidak hanya pekerja yang
diperhatikan keselamatannya tetapi juga keselamatan masyarakat umum seperti misalnya tamu
ataupun masyarakat yang berkunjung dan berada di sekitar area pembangunan tersebut.
Tidak hanya sampai disitu, aspek keselamatan kerja dalam pembangunan hotel tersebut bisa
berkembang menjadi penerapan Safety Culture Program yang melibatkan partisipasi dan
kesadaran setiap pekerja untuk berperilaku aman sehingga nantinya publik dapat melihat
reputasi ataupun image suatu perusahaan seperti misalnya proyek pembangunan hotel di atas
dari kinerja program keselamatan kerjanya.
2. Jelaskan keterkaitan konsep residual risk dengan teori swisscheese model dan hierarki
pengendaliannya!

Teori swiss cheese menekankan penyebab kecelakaan pada kelalaian atau kesalahan manusia
(human errors).

James Reason menggambarkan proses terjadinya kecelakaan melalui ilustrasi potongan-


potongan keju Swiss seperti pada gambar di atas. Lapisan- lapisan keju tersebut menggambarkan
hal-hal yang terlibat dalam suatu sistem-sistem keselamatan, sedangkan lubang-lubang yang
terdapat pada setiap lapisan tersebut menunjukkan adanya kelemahan yang berpotensi
menimbulkan terjadinya kecelakaan. Kecelakaan yang terjadi bukan hanya karena kesalahan pada
sistem, melainkan juga faktor kelalaian manusia sebagai penyebab yang paling dekat dengan
kecelakaan. Lubang-lubang ini juga bervariasi besar dan posisinya. Jika kelemahan-kelemahan dapat
melewati lubang pada tiap layer, kecelakaan akan terjadi. Namun, apabila lubang pada tiap layer
tidak dapat dilalui, berarti kecelakaan masih dapat dicegah. Lubang- lubang yang ada ini yang
kemudian disebut residual risk, yaitu resiko- resiko yang mesih tersisa walaupun setelah diterapkan
metode- metode kontrol pengendalian pada setiap hierarki, yaitu

1) Tindakan tidak aman (Unsafe Acts)


Meliputi kesalahan manusia ataupun tindakan yang tidak sesuai standar prosedur
operasional.
2) Pra kondisi yang dapat menyebabkan tindakan tidak aman (Preconditions for unsafe acts)
Seperti kondisi fisik maupun mental pekerja yang kurang baik.
3) Pengawasan yang tidak aman (Unsafe supervision)
Pengawasan yang tidak memadai serta kegagalan dalam menanggulangi masalah yang telah
teridentifikasi.
4) Pengaruh organisasi (Organizational influences)
Terkait sumber daya dan manajemen, iklim dan proses organisasi.
Referensi:

 http://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-1599900/jatuh-dari-lantai-20-apartemen-
panghegar-agus-tewas-seketika-/komentar
 Safini, Yafi. 2007. Teori Model Swiss Cheese. http://digilib.itb.ac.id
 http://www.teknologiinformasidankomunikasi.com/asal-usul/lebih-jauh-tentang-inherent-
risk-dan-residual-risk/
 Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penebit Erlangga
 Djunaidi, Z. (2016). KONSEP DASAR KESELAMATAN KERJA.

Anda mungkin juga menyukai