BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan kerja menjadi hak semua pekerja. Pada pekerja dengan pekerjaan
tingkat bahaya tinggi keselamatan kerja sangat mutlak untuk melindungi dirinya
dan juga asset produksi. Keselamatan kerja akan ada bila si pekerja melengkapi
aktifitasnya dengan pengetahuan dan keterampilan tentang keselamatan kerja.
Pengetahuan dan keterampilan keselamatan kerja itu sendiri terbagi atas
berbagai macam kegiatan kerja yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang
dilaksanakan. Bagi pekerja yang bekerja dengan tingkat bahaya tinggi misalkan
bekerja di ketinggian pada gedung-gedung tinggi, menara konstruksi baja dan
instalasi industri, pemahaman tentang keselamatan kerja menjadi lebih penting.
Dalam hal tersebut keterampilan untuk bekerja di ketinggian akan menjadi sangat
khusus.
Untuk menjamin suksesnya perkembangan industri aspek keselamatan kerja
memegang peranan dalam meminimalkan risiko bahaya yang ada di tempat kerja.
Dalam hal ini keselamatan kerja haruslah mendapat perhatian utama demi
berhasilnya program-program perusahaan dalam rangka meningkatkan
produktivitas bagi perusahaan. Keselamatan dan kesehatan kerja juga akan dapat
menciptakan keamanan dan kenyamanan kerja serta mempunyai peranan penting
dalam usaha mencegah dan menanggulangi adanya resiko kecelakaan, serta
pengamanan aset perusahaan.
1.2 Tujuan
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
BAB II
PEMBAHASAN
3. Prosedure kerja aman (JSEA) harus dibuat oleh semua pekerja yang
terlibat dalam bekerja di ketinggian & semua pekerja yang harus
berpartisipasi dalam rumusan JSEA.
4. Semua peralatan Penahan dan Pencegah Jatuh serta Peralatan Pendukung
harus dalam kondisi baik dan sudah diinspeksi sebelum digunakan.
5. Semua peralatan pendukung (EWP, Scaffold, Ladders, dll) sesuai dengan
persyaratan standard, dan dididirikan atau dioperasikan oleh orang yang
berkompeten.
Kualifikasi Dan Persyaratan Teknisi Akses Tali
1. Kualifikasi Tenaga kerja pekerjaan pada ketinggian ( working at
height) terdiri dari :
a. Pekerja bangunan tinggi.
b. Teknisi Akses Tali
2. Kualifikasi Teknisi Akses Tali terdiri dari:
a. Teknisi Akses Tali tingkat 1
b. Teknisi Akses Tali tingkat 2
c. Teknisi Akses Tali tingkat 3
3. Persyaratan Pekerja Bangunan Tinggi
Untuk dapat menjadi pekerja bangunan tinggi sebagaimana di
maksud dalam butir 1.a harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP /sederajat.
b. Berbadan sehat.
c. Umur sekurang-kurangnya 18 tahun.
d. Mengikuti pembinaan dasar bekerja pada ketinggian.
4. Persyaratan Teknisi Akses Tali Tingkat 1 adalah sebagai berikut :
Untuk dapat menjadi seorang Teknisi Akses Tali sebagaimana di
maksud harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP / sederajat.
b. Berbadan sehat.
c. Umur sekurang-kurangnya 18 tahun.
d. Mengikuti pembinaan dan pengevaluasi lisensi K3 bagi Teknisi
Akses Tali Tingkat 1 dan lulus evaluasi.
5. Kualifikasi dan persyaratan Teknisi Akses Tali Tingkat 2 adalah
sebagai berikut :
Untuk dapat menjadi seorang Teknisi Akses Tali Tingkat 2
sebagaimana di maksud dalam butir 2.b harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA.
b. Memiliki sekurang-kurangnya 300 jam kerja sebagai Teknisi
Akses Tali .
c. Berbadan sehat dan tidak mempunyai hambatan fisik dalam
bekerja pada ketinggian.
magang
dibawah
10
kanker,
3. Proses
Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang digunakan.
Proses yang digunakan di industri ada yang sederhana tetapi ada proses yang
rumit. Industri kimia biasanya menggunakan proses yang berbahaya, dalam
prosesnya digunakan suhu, tekanan yang tinggi dan bahan kimia berbahaya
yang memperbesar resiko bahayanya. Dari proses ini kadangkadang timbul
asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, atau
tertimpa bahan.
4. Cara kerja
Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu sendiri dan orang
lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain cara kerja yang
mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta
tumpahan bahan berbahaya.
5. Lingkungan kerja
Bahaya dari lingkungan kerja dapat di golongkan atas berbagai jenis bahaya
yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat
kerja serta penurunan produktivitas dan efisiensi kerja. Bahaya tersebut
adalah:
o Faktor lingkungan fisik
Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu
dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, dan radiasi
o Faktor lingkungan kimia
Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahanbahan yang
digunakan maupun bahan yang di hasilkan selama proses produksi. Bahan
ini berhamburan ke lingkungan karena cara kerja yang salah, kerusakan
atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses.
o Faktor lingkungan biologik
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga
maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja.
o Faktor faal kerja atau ergonomi
Gangguan yang besifat faal karena beban kerja yang terlalu berat,
peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja.
o Faktor psikologik
Gangguan jiwa dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial tempat
kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan,
seperti hubungan atasan dan bawahan yang tidak serasi. Faktor-faktor
penyebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya dapat
dilakukan tindakan perbaikan yang ditujukan pada sebab terjadinya
kecelakaan, sehingga kerugian dan kerusakan dapat diminimalkan dan
kecelakaan serupa tidak terulang kembali. Dengan mengetahui dan
mengenal faktor penyebab kecelakaan, maka akan dapat dibuat suatu
perencanaan dan langkah-langkah pencegahan yang baik dalam upaya
memberikan perlindungan tenaga kerja. Untuk memperjelas adanya faktor
11
12
13
14
c) Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuanketentuan perundang undangan yang diwajibkan.
d) Penelitian bersifat teknik yaitu meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan
yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alatalat pelindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan
debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat
untuk tambangtambang pengangkat dan peralatan perangkat lainnya.
e) Riset medis yaitu meliputi terutama penelitian tentang efek-efek
fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan
keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
f) Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan
yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.
g) Penelitian secara statistik yaitu untuk menetapkan jenis-jenis
kecelakaan yang terjadi banyaknya, mengenai siapa saja, dalam
pekerjaan apa, dan apa-apa sebabnya.
h) Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam
kurukulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus
pertukangan.
i) Latihan-latihan yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya
tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja.
j) Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau
pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
k) Asuransi yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi
yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan
sangat baik.
l) Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran
utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada
perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi sedangkan pola-pola
kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung pada tingkat
kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang
bersangkutan
Jelaslah, bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat kerja
diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat
undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik, dokter, ahli ilmu
jiwa, ahli statistik, guru-guru dan sudah barang tentu pengusaha dan
buruh (Sumamur, 1989).
15
16
17
18
19
20
21
22
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, manfaat dan pembahasan yang telah dilakukan tentang Upaya
Pengamanan Bekerja Pada Suatu Ketinggian (Fall Protection) dalam upaya
pengendalian kecelakaan kerja, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan prosedur bekerja pada ketinggian harus dilakukan ke semua
departemen- departemen. Pelaksanaan prosedur harus efektif dan prosedur
tersebut disosialisasikan kepada tenaga kerja melalui Safety Handbook, Safety
Induction, Toolbox Meeting dan Notification Board.
2. Cara pengendalian bahaya kecelakaan kerja pada ketinggian dilakukan dengan
cara :
a. Prosedur bekerja pada ketinggian dan pencegahan terhadap terjatuh.
Prosedur ini harus mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
05/MEN/1996 lampiran II bagian 6.
b. Alat Pelindung Diri (APD). Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) di
untuk tenaga kerja yang bekerja pada ketinggian harus sesuai dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
No. Kep-45/DJPPKK/IX/2008 Tentang Pedoman Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bekerja Pada Ketinggian dengan Menggunakan
Akses Tali (Rope Access).
c. Perancah (Scaffolding). Scaffolding atau perancah yang dipakai
sebagai sistem pengendalian bahaya bekerja di ketinggian harus
mengacu dengan Permenakertrans No. PER- 01/MEN/1980 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bangunan.
3. Resiko yang paling umum pada saat bekerja di atas ketinggian adalah jatuh
dari atas ketinggian atau tertimpa material dari atas ketinggian. Jatuh adalah
terlepas dan terhempas dari ketinggian ke bawah dengan cepat, baik masih
dalam pergerakan turun maupun sudah sampai ke tanah.
24
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan, saran untuk mencapai Pengamanan
Bekerja pada Suatu Ketinggian (Fall Protection) adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan terhadap pelaksanaan prosedur bekerja pada ketinggian agar
lebih optimal, sehingga tenaga kerja benar-benar memahaminya dan
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang ada.
2. Perlu adanya tindakan yang tegas yaitu dengan memberikan kartu
pelanggaran terhadap tenaga kerja yang tidak memakai Alat Pelindung
Diri (APD) saat bekerja pada ketinggian karena dapat merugikan semua
pihak apabila terjadi kecelakaan misalnya terjatuh dari ketinggian.
3. Sebaiknya perlu diadakan pemeriksaan sebelum tenaga kerja bekerja pada
ketinggian untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
4. Sebaiknya semua orang bekerjasama mengawasi jalannya pekerjaan pada
ketinggian mengingat resiko yang ditimbulkan berbahaya.
25
BAB IV
LAMPIRAN
4.1 Hasil Tanya Jawab
Berikut merupakan hasil dari Tanya Jawab yang telah dilaksanakan
saat kegiatan presentasi. Hanya ada 4 (empat) pertanyaan dari PTE
offering C dikarenakan PTE offering D tidak ada yang mengajukan
pertanyaan.
1. M. Andri Khusnawan dari Kelompok 1 PTE C
Pertanyaan
:
Dari video yang telah di presentasikan, apa tanggapan anda mengenai
video tersebut? (Video merupakan video yang berisi tentang berita dari
Kecelakaan Kerja yang mengakibatkan 2 (dua) korban meninggal dunia
akibat terjatuh saat bekerja di ketinggian).
Jawaban
:
Video tersebut membuat kita lebih mengerti bahwa bekerja di atas
ketinggian mepunyai resiko yang sangat fatal apabila kita tidak mengikuti
prosedur yang ada. Dari sebat terjadinya kecelakaan dalam video tersebut,
yakni dikarenakan oleh terputusnya tali yang mereka gunakan untuk
menompang tubuhnya dapat diartikan bahwa pekerja naas tersebut tidak
mengikuti prosedur yang ada yakni mempersiapkan dan mengecek Alat
Pelindung Diri (APD). Maka, kecelakaan tersebut murni karena
ketelodoran dari pekerja tersebut.
2. Maya Maulida N.J dari Kelompok 4 PTE C
Pertanyaan
:
Bagaimana tanggapan Anda terhadap kontraktor yang tidak mematuhi
perturan seperti tidak menggunakan peralatan secara benar dan
sebagainya. Apakah sanksi dari kontraktor kontraktor tersebut?
Jawaban
:
26
27
Suara Rizal dan Qowi sudah jelas dan bisa di dengar. Sedangkan suara ayil dan
Dhenok terdengar masih kurang jelas atau terlalu kecil untuk di dengar telinga.
28
Masih sama dengan presentasi kemarin, terjadi problem pada LCD-nya sekitar 3
menit, namun teratasi dengan baik. Kemudian pada saat penyajian, narasi terlalu
panjang sehingga waktu yang dibutuhkan kurang.
Presentasi Lisan
Kemudian presentasi dilanjutkan dengan penjelasan lisan
1. Qowi
2. Rizal
3. Dhenok
lancar.
Komentar
Pada saat anggota kelompok lain menjelaskan materi, Qowi , Dhenok dan Rizal
masih sibuk berbicara sendiri. Dan pada saat waktu Tanya-jawab semua anggota
sudah dapat menjawab.
Kesimpulan
Secara keseluruhan presentasi suara maupun lisan berlangsung dengan baik, pada
saat presentasi waktunya sudah sesuai yang ditentukan, yaitu 15 menit. Namun
pada saat narasi, waktu yang dibutuhkan kurang karena narasinya terlalu panjang.
Semua penyaji sudah mengisi suara pada slide presentasi. Namun, hanya suara
Qowi dan Rizal yang jelas, sedangkan Dhenok dan Ayil sudah jelas namun pada
volume soundnya terdengar terlalu kecil.
Sekian komentar dari saya sebagai Kontrol penyaji, atas perhatiannya saya
ucapkan terima kasih.
4.3 Hasil Pengamatan Proses Presentasi oleh Kontrol Audience
Kontrol Audience dari Miftahul Huda
Pada awal persiapan dari offering C lumayan tenang daripada pertemuan
sebelumnya.
Lanjut ke pembukaan audience lebih diam, setelah itu lanjut ke pemaparan
video audience sangat antusias melihat dan menjadikan hal tersebut menarik
perhatian.
29
Sebelum slide habis, audience tetap konsen karena presentasi lisan yang
cukup keras. Selain itu, dalam pergantian kelompok yang maju, audience
pertemuan hari ini tidak gaduh.
Kami menilai dari audience offering C 95% konsen pada materi yang
dipresentasikan. Namun ada beberapa anak yang menengok kebelakang, seperti
Ovan, Fasha, Gilang, Faishal, Heru, sedangkan Sisco dan Nandi saling berbicara
dalam kurun waktu 25 detik, setelah itu Sisco dan Pedro menulis sesuatu. Di sisi
lain, Nandi mengajak bicara Andri dalam kurun waktu 20 detik. Di tengah
presentasi Faishal tidak konsen. Ketika presentasi offering D Faishal dan Fasha
saling berbicara. Pada penyajian lisan offering D audience tetap konsen 95%.
Pertemuan ini sangat luar biasa dan tak biasa dibandingkan pertemuan
sebelumnya.
gaduh, masih banyak anak-anak yang ramai serta sibuk sendiri. Tetapi pada saat
presentasi dimulai keadaan mulai membaik, anak-anak mulai diam dan menyimak
presentasi.
Setelah berlangsung sekitar 20 menit, anak-anak kembali mulai ramai satu
persatu, ada yang berbincang-bincang dengan teman, bergurau, bermain
handphone dan bermain laptop sendiri. Tapi masih terlihat banyak anak-anak yang
menyimak.
Pada saat sesi Tanya jawab para audience terlihat aktif, banyak yang
mengacungkan tangan untuk bertanya dan pada saat presentasi keadaan berangsur
spontan normal seperti biasa.
4.4 Susunan Acara Dari Moderator
TAHAP
KEGIATAN
PELAKSANA
Pembukaan,
doa. Perkenalan
nama penyaji &
topik
Persiapan
person Kontrol
Penyaji
Persiapan
person Kontrol
Moderator
Irfan Agus
Santoso
Kelompok 8
Dwi Anita
Kelompok 8
Ilham Alif Nur Z
Miftahul Huda
Perkiraan Waktu
5 menit
1 menit
1 menit
30
II
Audience
Penyajian Narasi
dari kelompok 7
PTE C
Penyajian Lisan
dari kelompok 7
PTE C
III
IV
Semua anggota
Kelompok 7
7 menit
Semua anggota
Kelompok 7
8 menit
Moderator dan
Semua anggota
Kelompok 7 dan
Audience
Tanya Jawab
4 pertanyaan
dari kelompok
audience PTE C
ke penyaji
kelompok 7 PTE
C
Refleksi
Paparan dari
kontrol penyaji
PTE C
Paparan dari
kontrol Audience
PTE C
Kelompok 8
Penutup
(Kesimpulan dan
doa)
Total Waktu
Penanya dari
PTE C dan
semua anggota
kelompok 7
10 menit
Kontrol Penyaji
Dwi Anita
6 menit
Kontrol
Audience
Ilham Alif Nur Z
Miftahul Huda
Moderator
Irfan agus
Santoso
6 menit
5 menit
49 menit
Narasi
80
80
85
85
Lesan
87
80
80
85
Tanya Jawab
83
80
82
82
Makalah
Panitia
Irfan Agus Santoso
Dwi Anita
Ilham Alif Nur Z
Miftahul Huda
Sebagai
Moderator
Kontrol Penyaji
Kontrol Audience
Kontrol Audience
Nilai
80
83
80
83
PPT
83
83
83
83