global dewasa hadir dan berkembang dalam aspek keilmuannya (di bidang pendidikan maupun riset)
maupun dalam bentuk program-program yang dilaksanakan di berbagai sektor yang tentunya
penerapannya didasari oleh berbagai macam alasan.
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 45% penduduk dunia dan 58% penduduk yang
berusia diatas sepuluh tahun tergolong tenaga kerja. Diperkirakan dari jumlah tenaga kerja diatas,
sebesar 35% sampai 50% pekerja di dunia terpajan bahaya fisik, kimia, biologi dan juga bekerja
dalam beban kerja fisik dan ergonomi yang melebihi kapasitasnya, termasuk pula beban psikologis
serta stress. Dikatakan juga bahwa hampir sebagain besar pekerja didunia, sepertiga masa hidupnya
terpajan oleh bahaya yang ada di masing-masing pekerjaanya. Dan yang sangat memperihatinkan
adalah bahwa hanya 5% hingga 10% dari tenaga kerja tadi yang mendapat layanan kesehatan kerja
di Negara yang sedang berkembang. Sedangkan di negara industri tenaga kerja yang memperoleh
layanan kesehatan kerja diperkirakan baru mencapai 50%.
Kenyataan diatas jelas menggambarkan bahwa sebenarnya hak azasi pekerja untuk hidup sehat dan
selamat dewasa ini belum dapat terpenuhi dengan baik. Masih banyak manusia demi untuk dapat
bertahan hidup justru mengorbankan kesehatan dan keselamatannya dengan bekerja ditempat yang
penuh dengan berbagai macam bahaya yang mempunyai risiko langsung maupun yang baru
diketahui risikonya setelah waktu yang cukup lama. Dari uraian diatas akan dapat dipahami bahwa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai ilmu maupun sebagai program memang sangat diperlukan
untuk menegakkan hak azasi manusia (khususnya pekerja) untuk hidup sehat dan selamat.
Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) adalah secara filosofis suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan
makmur. Secara keilmuan adalah merupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Seirama dengan derap
langkah pembangunan negara ini kita akan memajukan industri yang maju dan mandiri dalam rangka
mewujudkan era industrialisasi. Proses industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme,
elektrifikasi dan modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin-mesin,
pesawat- pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya mungkin makin meningkat.
Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan
intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. Hal
tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya
kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya.
3. Faktor Mesin
Faktor yang disebabkan oleh mesin yang dapat menyebabkan kecelakaan pada pekerja adalah
keadaan mesin yang tidak baik (ada bagian yang rusak), mesin tanpa alat pengaman, dan kebisingan
yang disebabkan oleh mesin.
Untuk mencegah kecelakaan kerja yang disebabkan oleh mesin dapat dilakukan dengan:
Perawatan Mesin
Perawatan mesin adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga
suatu barang, memperbaikinya sampai pada suatu kondisi yang dapat diterima. Perawatan pada
umumnya dilakukan dengan dua cara: 1) Perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown
maintenance), dan 2) Perawatan preventif (preventive maintenance).
Perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown maintenance). Perbaikan dilakukan pada mesin
ketika mesinnya telah mengalami kerusakan. Kerusakan pada mesin disebabkan antara lain karena:
a) Proses kerusakan komponen yang tidak dapat diperkirakan dan tidak dpat dicegah.
b) Kerusakan yang terjadi berangsur-angsur dan berkurangnya kekuatan komponen karena
pemakaian/keausan. Kejadian ini dapat diatasi dengan adanya inspeksi yang teratur dan mengetahui
cara pencegahannya.
Perawatan preventif (preventive maintenance). Pekerjaan perawatan preventif ini dilakukan dengan
mengadakan inspeksi dan pelumasan. Frekuensi inspeksi ditetapkan menurut tingkat kepentingan
mesin, tingkat kerusakan dan kelemahan mesin. Program perawatan harus dibuat secara lengkap
dan teperinci menurut spesifikasi yang diperlukan, seperti adanya jadwal harian, mingguan, bulanan,
tiap tiga bulan, tiap setengah tahun, setiap tahun dan sebagainya.
Pemberian alat pengaman pada mesin
Alat pengaman (Safety device) dipasang pada fasilitas kerja, atau mesin yang berbahaya untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan untuk menjamin keselamatan para pekerja. Berbagai alat
pengaman berfungsi secara mekanik seperti misalnya alat pengaman untuk mesin pres atau katup
pengaman pada ketel uap. Alat pengaman, seperti alat penutup pengaman gir atau gerinda,
dipasang secara tetap di satu tempat. Beberapa contoh alat pengaman mesin adalah sebagai
berikut:
c. Selesai Bekerja
Setelah selesai bekerja keselamatan kerja juga perlu mendapat perhatian. Sebab akibat-akibat yang
sering terjadi setelah selesai bekerja ini diantaranya terjadi kerusakan pada peralatan dan mesin-
mesin, juga memungkinkan terjadinya kecelakaan terhadap pekerja dan lingkungan tempat bekerja.
Di samping itu kelalaian yang sering terjadi adalah lupa mematikan panel kontrol listrik. Hal ini
sangat membahayakan bagi pekerja lainnya yang tidak mengetahui seperti tanpa sengaja menekan
tombol mesin atau terpijaknya kabel arus listrik dan sebagainya.