Anda di halaman 1dari 5

KECELAKAAN DI PIPER ALPHA

Jenis pabrik : industri minyak dan gas lepas pantai, platform dengan berat 20000
metrix tons di laut utara yang memproduksi natural gas, crude oil, dan liquified
petroleum gas (Nat Geo source).
Kapasitas pabrik : 125 barrel per hari
Lokasi : terletak di Laut Utara sekitar 110 kilometer dari Aberdeen, Skotlandia
Jenis kecelakaan : ledakan
Penyebab kecelakaan : kebocoran gas dari pompa yang belum selesai diperbaiki

Kronologi peristiwa :
Kejadian di mulai saat jam 6:00 PM, waktu dimana setiap Ijin Kerja harus di
close-out atau diperpanjang. Seorang pekerja (engineer) tidak menjalankan
komunikasi kepada Supervisor saat ia menutup Ijin Kerjanya, padahal pekerjaan tsb
masih belum selesai dan akan dilanjutkan besok harinya. Tanpa ada yang menyadari,
sebuah Permit yg lain dikeluarkan untuk pekerjaan lain, dimana pekerjaan tersbut
seharusnya dilakukan setelah pekerjaan pertama selesai.
Pekerjaan kedua tsb menyebabkan gas yang bertekanan bocor.

Akibatnya:
Ledakan pertama, dikarenakan pipa gas berukuran 3 kaki yg bertekanan pecah
Berdasarkan desain dari platform itu sendiri , posisi Control Room sangat dekat
dengan lokasi kebakaran dimana CR tsb seharusnya berfungsi sebagai pusat komando
apabila terjadi emergency, dan design fire wall proof yang ada ternyata juga tidak
mampu bertahan, maka akhirnya CR tsb ditinggalkan /abandonned. Petugas CR hanya
berhasil mengirim berita mayday yg diterima oleh rig-rig tetangga yaitu Claymore
dan Tartans. Public Announcemnt gagal dilakukan. Hingga pekerja- pekerja tidak ada
yg tahu apa yangg terjadi dan tidak menerima instruksi lebih lanjut.
Singkat kata, Emergency Response Plan gagal dieksekusi.

Kemudian, deluge-system sebagai sistem proteksi kebakaran tidak berfungsi karena


kebetulan sedang dalam kondisi MANUAL akibat ada pekerjaan penyelaman. Dari
auto di switch ke manual untuk menghindari si penyelam tersedot oleh system yang
memanfaatkan air laut ini.

Dikarenakan sistem tanggap darurat yg gagal dilaksanakan, sistem boat


penyelamatpun tidak sukses dilakukan. Pekerja-pekerja yang tidak mendapat instruksi
keadaan darurat tersebut berusaha menyelamatkan diri. Beberapa yang tahu situasi
berhasil meninggalkan rig. Beberapa ada yg terpaksa melompat dari atas rig dgn
ketinggian +/- 100 kaki (30 meteran). Sayangnya kebanyakan dari mereka
terperangkap di ruang tempat tinggalnya /living quarter.

Kedua rig tetangga yang menerima pesan darurat piper alpha ragu dengan apa yg
sedang terjadi karena communication link dari piper alpha terputus. Piper Alpha
berada dtengah jaringan pipa distribusi minyak dan gas onshore bersama Claymore
dan Tartans rig. Akibat produksi minyak yang tidak distop, terjadi tekanan balik ke
Piper Alpha, ibaratnya sudah terbakar malah ditambah bahan bakar yang bertekanan
pula.

Gambar diambil dari sebual safety-vessel raksasa bernama Faros yang mencoba
menolong pada saat kebakaran /ledakan pertama. Namun sayangnya, fasilitas sistem
pemadaman api gagal berfungsi untuk menyemburkan airnya ke rig. Faros berusaha
membentangkan gangway nya ke rig, namun sayangnya pergerakannya sangat lambat,
ia butuh waktu 5 menit. Hingga akhirnya terlambat.

Sementara dari kejauhan Claymore dan Tartans dapat melihat cakrawala yang terang
benderang dari lokasi Piper Alpha. Tapi mereka ragu dan tetap tidak bertindak
menshut down produksinya.

Ledakan kedua pun terjadi akibat akumulasi aliran minyak dari rig Tartan dan rig
Claymore, yang menghasilkan back pressure ke jaringan pipa minyak dan gas Piper
Alpha. Manajer kedua rig tetangga tersebut tidak berani mengambil keputusan
menyetop produksi, karena konsekuensi yang sangat amat mahal dari sisi produksi. Ia
harus menelepon manajer onshore untuk mengkonfirmasi lebih dahulu. Sang asisten
sudah teriak-teriak: "CAN WE JUST SHUT IT DOWN NOW?!!! THERE IS A
SECOND EXPLOSION!!!", akhirnya si manajer dengan terbata-bata: "o okay shut it
down....". Tapi sayang... sudah terlambat. Si platform besar itu akhirnya meleleh
akibat panas ribuan derajat Celcius.

3. Kecelakaan Kerja Pada Karyawan di Mesin Dinamo Pabrik

Musibah bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian
jam kerja, korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum
mengambil sampel korban memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga
melintas dari bagian mesin yang bukan area lintasan. Saat melewati salah satu mesin,
tiba-tiba ujung jilbab korban yang terjuntai kebawah tersangkut puli dinamo sehingga
tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya leher korban tercekik ditempat kejadian
perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan bersiap-siap untuk pulang kerja
untuk penggantian jam kerja sekitar pukul 08.00.
Akibatnya tidak ada yang melihat korban sehingga tidak ada yang menolong
dan mengakibatkan korban meninggal dunia.
Analisa :
TAHAPAN PENYEBAB
· Penyebab Umum
Jilbab korban yang terjuntai ke bawah tersangkut pada puli dinamo yang sedang
berputar
· Penyebab Terperinci
Kelalaian korban dalam mengambil arah jalan yang bukan areal lintasan dan dalam
memilih penggunaan pakaian kerja.
· Penyebab Pokok
Kebijakan pabrik Perusahaan
Kurang memberikan pelatihan dan perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan
kerja agar tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi.
Kurangnya komunikasi yang baik antar pegawai
kurangnya kepekaan pegawai terhadap lingkungannya tempat bekerj
Analisa :
Strategi Pengendalian
· memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatati dan kesehatan kerja yang
diperlukan pekerja guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja,
demi mencegah terjadinya kecelakaan yang sama.
· selama melakukan proses pekerjaaan yang berbahaya, seperti pembersihan mesin,
penambahan minyak, pemeriksaan, perbaikan, pengaturan, mesin harus berhenti
beroperasi. Untuk mencegah orang lain menghidupkan mesin, maka mesin harus
dikunci atau diberi tanda peringatan, perusahaan harus memasang tutup pengaman
atau peralatan pembatas.
· Operator mesin ataupun alat produksi lainnya sebailrnya diberi peringatan setiap
sesudah dan sebelumnya mengoperasikan apakah ada petugas yang masih disana
ataupun tidak. sebaiknya operator mesin dilatih agar tetap siaga dan tanggap dengan
tanggung jawabnya.
· Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerjaa harus bertanggung jawab
menjalankan penanggulangan kecelakaan, rencanaa penanganan darurat, serta
melakukan bimbingan pelaksanaan setiap bagian.
· Komunikasi antar pegawai hams selalu terjaga dengan baik agar saling
memperhatikan satu sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan
yang terjadi.
Pencegahan yang efektif

Di abad ke-21 ini semua bangsa tidak dapat lepas dari proses industrialisasi. Indikator
keberhasilan dunia industri sangat bergantung pada kualitas tenaga kerja yang
produktif, sehat dan berkualitas. Kita ambil contoh industri bidang konstruksi, yang
merupakan kegiatan di lapangan, memiliki fenomena kompleks yang menyangkut
perilaku dan manajemen keselamatan. Di dalam industri konstruksi terjadinya
kecelakaan berat lima kali lipat dibandingkan industri berbasis manufaktur.
Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara alamiah. Oleh
sebab itu masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama program
keselamatan dan kesehatan. Di sebagian besar negara , keselamatan di tempat kerja
masih memprihatinkan. Seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia produktif (15 – 45
tahun) meninggal akibat kecelakaan kerja. Kenyataanya standard keselamatan kerja di
Indonesia paling buruk dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia
Tenggara.
Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat
dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja.
Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi
dua, yaitu langsung dan tidak langsung.
Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang
tidak aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%).
Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan,
kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang
kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi.
Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk
merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan
beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.
Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar
para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja,
yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah
calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun
mental.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah
faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja
3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh
secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja
sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.
5. Penggunaan pakaian pelindung
6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses
pencampuran bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising.
7. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan
dialirkan keluar.
8. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau
tidak berbahaya sama sekali.
9. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai
dengan kebutuhan.
Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumberdaya dalam lingkungan kerja
konstruksi harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang
tinggi. Keinginan untuk mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan
segi keselamatan kerja, seperti memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja
aman.

Anda mungkin juga menyukai