Anda di halaman 1dari 15

‘ Makalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Transformasi Budaya (K3) dan Tenaga kerja untuk


Keberlangsungan Perusahaan di Era Revolusi Industri
4.0

Oleh :

Nama : Sheren D Tutupasar


NIM : 171420053
Program Studi : Teknik Pengolahan Migas
Bidang Minat : Refinery
Diploma : IV(Empat)
Tingkat : II (Dua)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia ESDM
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL
AKAMIGAS
2019
Transformasi Budaya (K3) dan Tenaga kerja untuk
Keberlangsungan Perusahaan di Era Industri 4.0
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Makalah ini dengan judul “Transformasi Budaya (K3) dan Tenaga kerja untuk
Keberlangsungan Perusahaan di Era Industri 4.0”. Adapaun penyusunan
Makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
Saya menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan serta pemahaman saya
tentang penyusunan makalah ini masih sangat terbatas. Mungkin dari segi bahasa,
susunan kalimat atau hal lain yang tidak kami sadari. Oleh karenanya kami sangat
mengharapkan kritik dan saran sebagai saran perbaikan makalah ini agar lebih baik
lagi. Dan semoga makalah tentang Transformasi Budaya K3 ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca dan masyarakat luas. Akhir kata kami ucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya atas perhatiannya.

Cepu, Mey 2019

Penulis,

Sheren D. Tutupasar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ............................................................................................... iii
PEMBAHASAN ................................................................................................. iv
PENUTUP ........................................................................................................... v

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...........................................................................................
1.2. Rumusan Maslah .......................................................................................
1.3.Tujuan Penulisan ........................................................................................

II. PEMBAHASAN
2.1. Pengetian K3 secara Umum.....................................................................
2.2. Keterkaitan K3 dengan Ketenagakerjaan.................................................
2.3. Penerapan K3 dalam Revolusi industri 4.0..............................................
2.4. Perkembangan Revolusi Industri.............................................................
III. PENUTUP
3.1. Simpulan ..................................................................................................
3.2. Saran ........................................................................................................

IV. DAFTAR PUSTAKA


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Indonesia merupakan negara berkembang yang dalam usahanya untuk


mencapai pertumbuhan ekonomi salah satunya mengandalkan pada sektor industri.
Saat ini perkembangan industri di Indonesia semakin pesat sehingga Indonesia
banyak terdapat berbagai jenis industri. Industri tersebut dalam mengelola
aktivitasnya menggunakan berbagai macam tingkat teknologi mulai dari teknologi
yang sederhana hingga teknologi maju.
Semakin tinggi teknologi yang digunakan, semakin tinggi pula risiko bahaya
yang dihadapi. Indonesia saat ini menghadapi banyak masalah ketenagakerjaan
yang sangat kompleks. Perkembangan zaman dan pertambahan penduduk yang
semakin maju, maka kualitas dan daya tampung tenaga kerja perlu ditingkatkan.
ketenagakerjaan harus memperhatikan Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan
Kerja (K3) pada saat proses pelatihan karena jika hal tersebut tidak diperhatikan
dengan baik maka akan menimbulkan berbagai risiko dan sangat merugikan.
Dalam mencegah atau mengurangi terjadinya risiko maka perlu adanya
pengetahuan dan ketrampilan dalam menangani risiko bahaya, agar tempat
pelatihan kerja menjadi aman sehingga proses pelatihan berjalan lancar.
Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan
permasalahan ini, salah satunya dengan peningkatan mutu sumber daya
manusianya agar kualitas tenaga kerja di Indonesia pun semakin meningkat, dan
tidak kalah dengan kualitas tenaga kerja asing. Meningkatnya kualitas tenaga kerja
Indonesia, memberikan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, baik di dalam
maupun di luar negeri semakin terbuka lebar, sehingga mengurangi angka
pengangguran. Pemberdayaan Kerja Industri merupakan salah satu solusi untuk
meningkatkan kualitas pekerja.
1.2 Rumusan Masalah

Penulisan makalah mengenai Penerapan Budaya K3 dalam Balai Pelatihan


Kerja di Era Industri 4.0, dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di era sekarang ini. Berdasarkan Hal
tersebut, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Pengertian K3 secara umum?
2. Apa yang menjadi dasar dalam Penerapan budaya K3 tesebut?
3. Apa saja yang menjadi point penting K3 harus diterapkan?
4. Bagaimana proses industri dari 1.0 sampai 4.0?
5. Apakah Tujuan dari Penerapan program K3?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penilisan Makalah ini yaitu :
1. Memahami Penerapan Budaya K3 dalam era revolusi industri
2. Memahami pentingnya K3 bukan saja dalam dunia Industri tetapi juga pada
lingkungan sekitar.
3. Dapat membuka wawasan tentang pengenalan perkembangan revolusi
industri dari 1.0 sampai 4.0.
4. Mengetahui pentingnya ketenagakerjaan dalam mengembangkan K3.
II. PEMBAHASAN

2.1. Pengetian K3 Secara Umum

Keselamatan Kerja adalah segala upaya untuk mengurangi kemungkinan


terjadinya kecelakaan saat melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja adalah system
perlindungan diri terhadap segala kemungkinan yang dapat menyebabkan
kecelakaan dan tindakan preventif terhadap kecelakaan yang dilakukan sebagai
bentuk tanggungjawab diri saat bekerja. Penerapan Keselamatan Kerja pada suatu
kegiatan merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh pelaku
Kegiatan guna melindungi keamanan para pekerja. Keamanan dan Keselamatan
Kerja (K3) bertujuan untuk mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta menjamin agar semua alat
teknologi dan sarana prasarana dapat dipakai secara aman dan efisien, sehingga
menjamin kelancaran proses pelatihan kerja para peserta

Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat K3 merupakan program


pemerintah. Program ini lahir dari keprihatinan akan banyaknya kecelakaan yang
terjadi ditempat keja yang mengakibatkan penderitaan bagi pekerja maupun
keluarga pekerja. Karena frekuensi kecelakaan kerja tidak begitu banyak, maka
banyak yang memandang sebelah mata pada program ini. Undang-Undang
dibidanng K3 sudah ada sejak tahun 1970 yaitu UU no.1 tahun 1970 yang mulai
diundangkan pada tanggal 12 Januari 1970 yang juga dijadikan hari lahinya K3.
Namun, hingga tahun 2000 K3 baru mulai banyak dikenal dikalangan masyarakat
dan perusahaan karena memiliki faktor penting bagi prokdutifitas dan peningkata
prokdutifitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. kondisi kesehatan yang
baik merupakan potensi untuk meraih produktifitas kerja yang baik pula. pekerja
yang menuntut prokdutifitaf kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja
dengan kondisi ksesehatan prima. Sebaliknya keadaan sakit atau gangguan
kesehatan menyababkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif dalam melakukan
pekerjaannya.
Penerapan Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) di dunia kerja
merupakan unsur yang sangat penting, karena jika tidak ditangani secara baik akan
membahayakan para peserta diklat. Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja
(K3) sebenarnya muncul bersamaan dengan revolusi industri di Eropa, terutama
Inggris, Jerman dan Perancis serta revolusi industri di Amerika serikat. Era ini
ditandai adanya pergeseran besar-besaran dalam penggunaan mesin mesin produksi
menggantikan tenaga kerja manusia. Pekerja hanya berperan sebagai operator.
Penggunaan mesin-mesin menghasilkan barang dalam jumlah berlipat ganda
dibandingkan dengan pekerjaan yang dikerjakan pekerja sebelumnya. Pada saat
revolusi industri juga di tandai oleh semakin banyak ditemukan senyawa-senyawa
kimia yang dapat membahayakan Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja
(K3) fisik dan jiwa pekerja serta masyarakat dan lingkungan hidup. Di Indonesia
kesadaran Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) sudah ada sejak awal
kemerdekaan. Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) belum
mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat, masalah ini dapat dipahami karena
pemerintahan Indonesia masih dalam masa transisi penataan kehidupan politik dan
keamanan nasional. Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) baru
menjadi perhatian utama pada tahun 70-an searah dengan semakin ramainya
investasi modal dan penggunaan teknologi industri nasional (manufaktur).
Perkembangan tersebut mendorong pemerintah melakukan pengaturan dalam
bidang ketenagakerjaan, termasuk pengaturan masalah Kesehatan, keamanan dan
Keselamatan Kerja (K3). Setiap tempat kerja harus melaksanakan program
Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3), tempat kerja yang dimaksud
mencakup didarat, dalam tanah, permukaan tanah, dalam air, udara maupun diruang
angkasa. Program Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan
suatu langkah untuk melindungi tenaga kerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan
masyarakat sekitar dari bahaya akibat kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak
asasi yang wajib dipenuhi oleh lembaga. Pelaksanaan konsep ini tidak boleh
dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang menghabiskan banyak biaya lembaga. Adanya Perkembangan industri yang
semakin pesat maka akan berpengaruh juga terhadap penggunaan dan penerapan
teknologi maju yang dapat memberi manfaat yang besar terhadap pembangunan
ekonomi, oleh karena itu harus menerapkan penggunaan teknologi maju, agar
mempermudah pekerja untuk terjun didunia kerja pada umumnya.

2.2. Keterkaian K3 dengan Ketenagakerjaan

Tujuan dari keselamatan kerja adalah untuk menjamin keselamatan pekerja


dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produktifitas nasional. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada
ditempat kerja dan agar sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman
dan efisien.

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 yaitu :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja


2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan bahaya kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya-bahaya peledakan
4. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 tentang perlindungan
atas keselamatan karyawan dijamin pada pasal 108 yaitu :Keselamatan
dan kesehatan kerja.
5. Moral dan kesusilaan
6. Pelaksanaan yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia
serta nilai-nilai agama.

Menurut pasal 12 UU No.1 tahun1970 tentang keselamatan kerja, Kewajiban dan


Hak Tenaga kerja adalah sebagai berikut :

1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pengawas/ahli


keselamatan kerja.
2. Memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan.
3. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan kerja
Dari Undang – Undang diatas, dapat dapat diketahui bahwa pentingnya K3
diterapkan oleh tenaga kerja pada lingkungan sekitar sehingga dapat mengurangi
bahaya dan kecelakaan yang akan terjadi atau semakin baik pemahaman tentang K3
dan pelaksanaannya, dapat mengurangi angka kecelakaan saat bekerja.

2.3. Penerapan K3 Dalam Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0 yang sudah banyak diperbincangkan yairtu kemajuan


teknologi digital yang begitu pesat pada revolusi industri generasi keempat ini akan
banyak memberikan dampak pada peradaban manusia. Tak hanya di sektor
ekonomi, sektor politik, sosial, budaya dan sejumlah sektor lainnya pun tidak luput
dari pengaruh revolusi industri 4.0. Apabila ekonomi tentu erat kaitannya dengan
dunia kerja atau dunia usaha. Termasuk di dalamnya soal Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Memang untuk saat ini kita belum bisa menerka sejauh mana
revolusi industri 4.0 akan berdampak pada K3 di Indonesia. Karena industri 4.0
yang pada dasarnya menggunakan komputer dan robot (artificial intelligence) ini
belum sepenuhnya berlangsung. Namun setidaknya kita bisa mengira, apa yang
akan terjadi dalam dunia K3 dengan semakin canggihnya teknologi digital dalam
industri 4.0.Sebagai contoh, perusahaan jasa pengiriman dan logistik, JNE (Jalur
Nugraha Ekakurir), akan segera mendatangkan robot penyortir barang
atau Automatic Sorting Center. Robot ini diklaim mampu menyortir hingga 1 juta
barang per detik. Robot yang menelan investasi Rp 1 triliun ini menurut rencana
akan didatangkan pertengahan tahun 2019. Robot penyortir barang ini akan
menggantikan tenaga manusia yang selama ini bertugas melakukan sortir barang di
JNE. Dengan adanya robot ini tentu saja akan mengurangi penyakit-penyakit akibat
kerja yang mungkin dirasakan petugas penyortir barang di JNE selama ini. Sebut
saja diantaranya Musculoskeletal Disorders (MSDs). Selain robot penyortir barang
milik JNE, bukan tidak, mungkin nantinya akan ada perusahaan menggunakan alat
dengan teknologi canggih yang bisa mendeteksi kondisi kesehatan karyawannya.
Dengan begitu, angka kecelakaan kerja bisa ditekan dan derajat kesehatan
pekerjanya juga meningkat.

Dalam bidang transportasi misalnya disematkan alat-alat safety pada sebuah


kendaraan. Alat safety dengan teknologi canggih itu akan meminimalisir risiko
kecelakaan pada kendaraan saat sedang melakukan tugas. Dari sedikit gambaran ini
boleh dikatakan industri 4.0 akan bisa mengurangi angka kecelakaan kerja.
Terlepas dari isu pengurangan karyawan yang menjadi kekhawatiran para pekerja.
Kecanggihan teknologi yang menyertai industri generasi keempat ini juga bisa
membantu para ahli K3 dalam melakukan penilian risiko.

Penerapan K3 tetap harus menjadi prioritas di perusahaan. Justru di era


industri 4.0 ini penerapan K3 di setiap perusahaan hendaknya menjadi lebih
berkualitas. Namun “Yang menjadi pertanyaan, siapkah kita menghadapi
revolusi industri 4.0 ini,?” Kesiapan sumber daya manusia (SDM) menjadi hal
yang penting dalam menghadapi era industri 4.0. Kualitas SDM harus lebih
ditingkatkan, agar lebih mampu berhadapan dengan perubahan dunia yang begitu
cepat karena perkembangan teknologi informasi. Pendidikan dan pelatihan perlu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM. Dengan begitu semua bisa cepat
beradaptasi dan tidak gagap teknologi. Tenaga kerja yang berkualitas dan paham
teknologi pada akhirnya nanti akan bisa melakukan berbagai inovasi, untuk
kemajuan perusahaan.

SDM yang handal dan berkualitas juga akan bisa memanfaatkan teknologi
dengan bijak. Hingga pada akhirnya nanti, penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja di lingkungan kerja bisa lebih maksimal. Sebaliknya, ketidaksiapan SDM
menghadapi era industri 4.0 akan membuat kita semakin tergilas, kehilangan daya
saing dan bukan tidak mungkin malah semakin meningkatkan angka kecelakaan
kerja. Yang tidak kalah penting adalah terus membudayakan K3, tidak hanya di
lingkungan kerja tapi juga di lingkungan masyarakat. Bahkan bila memungkinkan,
ilmu yang berkaitan dengan K3 juga dimasukkan dalam kurikulum sekolah, mulai
dari Taman Kanak-kanak (TK).
2.5. Perkembangan Revolusi Industri

 Revolusi Industri 1.0

Revolusi Industri 1.0 berlangsung periode antara tahun 1750-1850.


Saat itu terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian,
manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki
dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di
dunia. Revolusi generasi 1.0 melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan
hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Salah satunya adalah kemunculan
mesin uap pada abad ke-18. Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil
mengerek naik perekonomian secara dramatis di mana selama dua abad
setelah Revolusi Industri terjadi peningkatan rata-rata pendapatan perkapita
Negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat.

 Revolusi Industri 2.0

Revolusi Industri 2.0, juga dikenal sebagai Revolusi Teknologi adalah


sebuah fase pesatnya industrialisasi di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Revolusi Industri 1.0 yang berakhir pertengahan tahun 1800-an, diselingi
oleh perlambatan dalam penemuan makro sebelum Revolusi Industri
2.0 muncul tahun 1870. Meskipun sejumlah karakteristik kejadiannya dapat
ditelusuri melalui inovasi sebelumnya di bidang manufaktur, seperti
pembuatan alat mesin industri, pengembangan metode untuk
pembuatan bagian suku cadang, dan penemuan Proses Bessemer untuk
menghasilkan baja, Revolusi Industri 2.0 umumnya dimulai tahun 1870
hingga 1914, awal Perang Dunia I. Revolusi industri generasi 2.0 ditandai
dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam
(combustionchamber). Penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon,
mobil, pesawat terbang, dll yang mengubah wajah dunia secara signifikan.

 Revolusi Industri 3.0


Kemunculan teknologi digital dan internet menandai dimualinya
Revolusi Indusri 3.0. Proses revolusi industri ini kalau dikaji dari cara
pandang sosiolog Inggris David Harvey sebagai proses pemampatan ruang
dan waktu. Ruang dan waktu seamkin terkompresi. Dan, ini memuncak pada
revolusi tahap 3.0, yakni revolusi digital. Waktu dan ruang tidak lagi berjarak.
Revolusi kedua dengan hadirnya mobil membuat waktu dan jarak makin
dekat. Revolusi 3.0 menyatukan keduanya. Sebab itu, era digital sekarang
mengusung sisi kekinian (real time). Selain mengusung kekinian, revolusi
industri 3.0 mengubah pola relasi dan komunikasi masyarakat kontemporer.
Praktik bisnis pun mau tidak mau harus berubah agar tidak tertelan zaman.
Namun, revolusi industri ketiga juga memiliki sisi yang layak diwaspadai.
Teknologi membuat pabrik-pabrik dan mesin industri lebih memilih mesin
ketimbang manusia. Apalagi mesin canggih memiliki kemampuan
berproduksi lebih berlipat. Konsekuensinya, pengurangan tenaga kerja
manusia tidak terelakkan. Selain itu, reproduksi pun mempunyai kekuatan
luar biasa. Hanya dalam hitungan jam, banyak produk dihasilkan. Jauh sekali
bila dilakukan oleh tenaga manusia.

 Revolusi Industri 4.0

Lalu Pada revolusi industri generasi 4.0, manusia telah menemukan


pola baru ketika disruptif teknologi (disruptive technology) hadir begitu cepat
dan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan incumbent. Sejarah
telah mencatat bahwa revolusi industri telah banyak menelan korban dengan
matinya perusahaan-perusahaan raksasa. Lebih dari itu, pada era industri
generasi 4.0 ini, ukuran besar perusahaan tidak menjadi jaminan, namun
kelincahan perusahaan menjadi kunci keberhasilan meraih prestasi dengan
cepat. Kalau di perhatikan tahap revolusi dari masa ke masa timbul akibat
dari manusia yang terus mencari cara termudah untuk beraktifitas.

III. PENUTUP
3.1 Simpulan

Dari penyusunan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa :

 Industri 4.0 harus menuntut pekerja dapat mengikuti perkembangan


industri dan meningkatkan kapasitas diri. Hal tersebut akan berdampak
positif terhadap industri sehingga dapan mengurangi kecelakaan kerja.

 Penerapan K3 tetap harus menjadi prioritas di perusahaan.

 Adanya Perkembangan industri yang semakin pesat maka akan


berpengaruh juga terhadap penggunaan dan penerapan teknologi maju
yang dapat memberi manfaat yang besar terhadap pembangunan
ekonomi.

 Pemberdayaan Kerja Industri merupakan salah satu solusi untuk


meningkatkan kualitas pekerja.

3.2 Saran

Kalau di perhatikan tahap revolusi dari masa ke masa timbul akibat dari
manusia yang terus mencari cara termudah untuk beraktifitas. Setiap tahap
menimbulkan konsekuensi pergerakan yang semakim cepat. Perubahan adalah
keniscayaan dalam kehidupan umat manusia.

IV. DAFTAR PUSTAKA


1. https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-k3.html.

2. https://media.neliti.com/media/publications/126846-ID-hubungan-antara-
sikap-terhadap-penerapan.pdf.

3. https://palpos.id/2019/05/18/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-era-
revolusi-industri-4-0/.

4. https://ivoox.id/revolusi-industri-dari-1-0-hingga-4-0/

Anda mungkin juga menyukai