Anda di halaman 1dari 128

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT

MENGENAI MEKANIKA TUBUH TERHADAP KELUHAN


LOW BACK PAIN PADA PERAWAT IGD RSUD PASAR REBO
JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Disusun oleh

INGGRID VANIA IZORA


NIM 011621011

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN

JAKARTA

2018
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Inggrid Vania Izora

NIM : 011621011

Program Studi : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul:

“HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT MENGENAI


MEKANIKA TUBUH TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA
PERAWAT IGD RSUD PASAR REBO JAKARTA TIMUR”

Adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari skripsi

orang lain. Apabila ada di kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan

gelar sarjananya).

Jakarta, 03 Juli 2018

Yang menyatakan

Inggrid Vania Izora

011621011

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan penelitian dengan judul:

“HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT MENGENAI


MEKANIKA TUBUH TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA
PERAWAT IGD RSUD PASAR REBO JAKARTA TIMUR”
Telah disetujui untuk dipertahankan didepan Dewan Penguji Sidang Skripsi
Program Studi Keperawatan STIkes Binawan pada tanggal 03 Juli 2018.
Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns.Puji A.W, S.Kep., MN) (Ns.Yoanita Hijryati, S.Kep., MBiomed)

Mengetahui

(Ns. Handayani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat)


Koordinator Nursing Inquiry

Ditetapkan : Jakarta
Tanggal : 03 Juli 2018

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan penelitian dengan judul:

“HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT MENGENAI


MEKANIKA TUBUH TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA
PERAWAT IGD RSUD PASAR REBO JAKARTA TIMUR”

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Sidang pada tanggal 03 Juli 2018
dan diterima sebagai persyaratan tugas akhir yang diperlukan pada Program Studi
Keperawatan STikes Binawan Jakarta.

Dewan Penguji

Penguji I : Ns.Puji A.W, S.Kep., MN ( )


Penguji II : Ns.Yoanita Hijryati, S.Kep., MBiomed ( )
Penguji III : Tri Mustikowati, SKp ( )

Ditetapkan dan disahkan : Jakarta


Tanggal : 03 Juli 2018

Ka. Program Studi Keperawatan

(Aliana Dewi, S.Kp., MN)

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademis Stikes Binawan, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Inggrid Vania Izora
NIM : 011621011
Program Studi : S1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi (Nursing Inquiry)
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
STIKes Binawan akan Hak Bebas Royalty Non-eksklusif (Non-exclusif Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT MENGENAI
MEKANIKA TUBUH TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA
PERAWAT IGD RSUD PASAR REBO JAKARTA TIMUR”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti ini maka
STIkes Binawan berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa paksaan
dari pihak manapun.
Jakarta, 03 Juli 2018
Yang menyatakan

Inggrid Vania Izora

v
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT MENGENAI
MEKANIKA TUBUH TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA
PERAWAT IGD RSUD PASAR REBO JAKARTA TIMUR

Inggrid Vania Izora


011621011

Program Studi Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan

ABSTRAK
Low back pain merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada punggung bawah yang
sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah), otot, saraf,
atau struktur lainnya yang ada di sekitar tulang belakang. Terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya keluhan LBP beberapa di antaranya adalah penyakit
atau postural. Pekerjaan perawat memiliki resiko tinggi terjadinya keluhan LBP,
resiko ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor mekanika tubuh atau sikap
kerja di antaranya berdiri dalam jangka waktu yang lama dan posisi menekuk badan
kedepan sedangkan faktor dari pasien di antaranya mengangkat pasien,
memindahkan barang dan memposisikan pasien di tempat tidur. Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan perawat mengenai mekanika
tubuh terhadap keluhan LBP pada perawat IGD RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dan menggunakan metode
total sampling dengan jumlah sebanyak 34 responden. Alat penelitian
menggunakan kuesioner data demografi, pengetahuan mekanika tubuh dan keluhan
LBP. Bedasarkan hasil penelitian menunjukan data mayoritas pengetahuan perawat
kategori baik yaitu (61,8%) dengan adanya keluhan LBP sebanyak 17 responden
(50,0%), pengetahuan perawat kategori cukup yaitu (38,2%) dengan adanya
keluhan LBP sebanyak 9 responden (26,5%), dan tidak ada perawat yang memiliki
pengetahuan kategori kurang. Setelah dilakukan uji spearman rho didapatkan hasil
bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan perawat mengenai mekanika
tubuh terhadap keluhan LBP pada perawat IGD RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur
(p= 0,449; r=-0,134). Berdasarkan hasil ini peneliti mengharapkan Rumah Sakit
lebih sering mengadakan seminar tentang sikap kerja yang baik, dan mengadakan
kegiatan olahraga secara teratur dilingkungan Rumah Sakit untuk menjegah
terjadinya LBP pada perawat IGD.

Kata kunci: low back pain, pengetahuan perawat, sikap kerja, mekanika tubuh.

vi
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT MENGENAI
MEKANIKA TUBUH TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA
PERAWAT IGD RSUD PASAR REBO JAKARA TIMUR

Inggrid Vania Izora


011621011

Nursing Program
Binawan Institute Of Health Sciences

ABSTRACT

Low back pain is pain that felt in the lower back that is the source of the spine area
of spinal, muscles, nerves, or other structures surrounding areas. There are several
factors affect the complaint of LBP, Some of them are disease and postural. Nursing
is a high risk group proffesion with pravelance of LBP. That risk can be classified
into two factors including body biomechanics factor or work attitude, them are
stands for long periods of time, and a forward bent position. Patient factor including
sudden awkward movement and Lifting in-bed patients. The purpose of this
research is to identify the correlation between knowledge of nurses about the body
biomechanics toward complain of LBP on IGD nurses at Regional General Hospital
Pasar Rebo. This study used cross sectional approach and total sampling method
with involving 34 participants. Questionnaires of knowledge of body biomechanics,
and complaint of low back pain were used as research tools. Based from result of
the research data showed majority of nurses knowledge was in good categories
(61,8%) with present the complaint of LBP involving 17 participants (50,0%),
nurses knowledge was in moderate categories (38,2%) with present the complaint
of LBP involving 9 participants (26,5%) and theres no nurses that have knowledge
was in less categories. Based from this result, esearchers expect the hospital hold
oftenly a seminar on good working attitude and hold sport activities exercise in the
distric of hospital to preventive the complaint of LBP on IGD nurses. After
spearman rho test, the result was found that there is no correlation between
knowledge of nurses about body biomechanics toward complain of LBP on IGD
nurses at Regional General Hospital Pasar Rebo west Jakarta (p= 0,449; r=-0,134).

Key words: low back pain, knowledge of nurses, work attitude, body biomechanics.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr,wb

Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan karunia-Nya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian skripsi yang berjudul

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Mengenai Mekanika Tubuh

Terhadap Keluhan Low Back Pain Pada Perawat IGD RSUD Pasar Rebo

Jakarta Timur”

Laporan penelitian ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

tugas mata ajar Nursing Inquiry. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan

banyak terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kelancaran

sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. M. Sofyan Hawadi, Ma, selaku ketua STIKes Binawan.

3. Ibu Aliana Dewi, SKp, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Binawan

4. Ibu Ns. Handayani, SKp, M.Kep, Sp.Mat, selaku coordinator mata ajar Nursing

Inquiry STIKes Binawan.

5. Ibu Ns. Puji AW. Skep, MN, selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan arahan, serta dukungan dan bimbingan yang baik kepada peneliti.

6. Ibu Ns.Yoanita Hijryati, S.Kep., MBiomed, selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan arahan, serta dukungan dan bimbingan yang baik kepada

peneliti.

viii
7. Kepada keluarga ku tersayang yang telah banyak membantu peneliti dalam

bentuk dukungan, dan motivasi yang diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada teman-teman seperjuangan Keperawatan B 2016.

9. Kepada kakak sekaligus teman satu bimbingan, Marcelyna Vihandayani yang

telah berjuang bersama-sama dalam suka dan duka.

10. RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur yang telah mengizinkan saya untuk

melakukan penelitian.

11. Ruangan IGD beserta kepala ruangan dan kakak perawat ruang IGD RSUD

Pasar Rebo yang sudah bersedia membantu penulis sekaligus bersedia menjadi

responden.

Semoga semua bimbingan, arahan, serta dukungan yang selama ini diberikan

kepada saya mendapat berkah dari Allah SWT dan semoga penelitian ini dapat

memberikan wawasan yang lebih luas bagi para mahasiswa/i STIKes Binawan.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan

penelitian skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Peneliti mengharapkan kritik

dan saran yang membangun khususnya kepada pembaca penelitian ini.

Jakarta, Juli 2018

Peneliti

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN ORISINALITAS ...................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN PUBLIKASI ........................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR BAGAN ...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Umum Low Back Pain ............................................................ 8

2.1.1 Pengertian ................................................................................. 8


2.1.2 Klasifikasi Nyeri Punggung ...................................................... 9
2.1.3 Anatomi Vertebra ..................................................................... 12
2.1.4 Faktor Penyebab ........................................................................ 22

2.2 Tinjauan Umum Mekanika Tubuh ....................................................... 28

2.2.1 Mekanika Vertebra .................................................................. 34

x
2.3 Tinjauan Umum Sikap Kerja .............................................................. 39

2.3.1 Pengertian Sikap Kerja ............................................................ 39


2.3.2 Posisi Kerja Yang Baik ........................................................... 42
2.3.3 Posisi Kerja Yang Buruk .......................................................... 43

2.4 Tinjauan Umum Pengetahuan ............................................................. 43

2.4.1 Definisi ................................................................................... 43


2.4.2 Tingkat Pengetahuan ............................................................... 44
2.4.3 Cara Memperoleh Pengetahuan .............................................. 46
2.4.4 Faktor-Faktor Yg Mempengaruhi Pengetahuan ...................... 47
2.4.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan ................................................. 49

2.5 Penelitian Terkait ................................................................................. 50


2.6 Kerangka Teori .................................................................................... 54

BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................. 55


3.2 Hipotesa Penelitian ............................................................................ 56
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................ 56
4.3 Definisi Operasional .......................................................................... 56

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Design Penelitian ............................................................................... 62


4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 62
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 63
4.4 Metode Pengukuran ........................................................................... 64
4.5 Etika Penelitian .................................................................................. 65
4.6 Uji Validitas dan Reabilitas ................................................................ 67
4.7 Tehnik Analisa Data .......................................................................... 69
4.8 Analisa Data ...................................................................................... 70

xi
BAB V HASIL PENELITIAN

5.1. Data Univariat .................................................................................... 74


5.2. Data Bivariat ....................................................................................... 78

BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Data Univariat .................................................................................... 81


6.2. Data Bivariat ....................................................................................... 88

BAB VII PENUTUP

7.1. Kesimpulan ........................................................................................ 93


7.2. Saran .................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai IMT Orang Dewasa ............................................................. 26

Tabel 3.1 Definisi Operasional Tingkat Pengetahuan Perawat .................... 57

Tabel 3.2 Definisi Operasional Keluhan terhadap LBP ............................... 58

Tabel 3.3 Definisi Operasional Karakteristik Responden ............................ 59

Tabel 4.1 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi .................................... 72

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Perawat

Menurut Usia di RSUD Pasar Rebo .............................................................. 74

Tabel 5.1.2 Distribusi Karakteristik Perawat

Menurut Jenis Kelamin di RSUD Pasar Rebo .............................................. 75

Tabel 5.1.3 Distribusi Karakteristik Perawat

Menurut Lamanya Bekerja di RSUD Pasar Rebo ......................................... 75

Tabel 5.1.4 Distribusi Karakteristik Perawat

Menurut Pendidikan di RSUD Pasar Rebo ................................................... 76

Tabel 5.1.5 Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat

Mengenai Mekanika Tubuh di RSUD Pasar Rebo ....................................... 77

Tabel 5.1.6 Distribusi Frekuensi Gambaran

Keluhan LBP Pada Perawat di RSUD Pasar Rebo ....................................... 78

Tabel 5.2.1 Hubungan Pengetahuan Perawat Terhadap Keluhan LBP ........ 78

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Metode Penilaian Postur Kerja .................................................... 31

Bagan 2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 54

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 55

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kolumna Vertebralis ................................................................. 14

Gambar 2.2 Segmen Anterior dan Posterior Kolumna Vertebralis............... 15

Gambar 2.3 Penampang Aksial Vertebra ...................................................... 16

Gambar 2.4 Penampang Posterior Tulang Sakrum ....................................... 19

Gambar 2.5 Ligamen pada Vertebra ............................................................. 20

Gambar 2.6 Transfer Beban pada Diskus Normal dan Degenerative ........... 35

Gambar 2.7 Karakteristik Pergerakan Segmen Vertebra .............................. 36

Gambar 2.8 Kondisi Vertebra Ketika Fleksi dan Ekstensi ........................... 36

Gambar 2.9 Pengaruh Teknis Mengangkat Beban Terhadap Vertebra......... 38

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2. Surat Persetujuan Menjadi Responden (Inform concent)

Lampiran 3. Lembar Kuisioner

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan institusi perawatan kesehatan professional

dalam memberikan pelayanan kesehatan yang disediakan oleh dokter,

perawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Perawat adalah salah satu unsur

terpenting dalam memberikan pelayanan pada klien. Beragamnya tugas

seorang perawat termasuk di dalamnya mobilisasi pasien yang dapat

menyebabkan perawat beresiko mengalami kecelakaan pada saat bekerja.

Wong, et al (2010) mengungkapkan bahwa ruang instalasi gawat darurat

(IGD) merupakan pintu utama dari sebuah rumah sakit. Ruang gawat darurat

merupakan ruang atau suatu kamar dalam rumah sakit yang dirancang untuk

pengobatan darurat, mendesak, dan medis. Sifat pelayanan pada instalasi

gawat darurat yaitu cepat dan tepat (proper). Untuk itu intensitas mobilisasi

yang dilakukan perawat IGD akan lebih banyak dibandingkan perawat

ruangan lain karena tuntutan dalam memberikan pelayanan yang bersifat

segera. Tugas seorang perawat IGD juga sangatlah bervariasi, antara lain

mengangkat dan mendorong pasien, beban kerja perawat IGD dan posisi yang

salah saat melaksanakan pekerjaan menjadikan perawat IGD rentan

menyebabkan gangguan pada sistem muskuloskeletal, yaitu Low Back Pain

(LBP).

1
2

Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami akibat cara kerja

yang salah adalah LBP atau nyeri punggung bawah. LBP bukan merupakan

suatu penyakit ataupun diagnosis dari suatu penyakit namun lebih tepat

disebut gejala nyeri yang di rasakan di area anatomi tubuh yang terkena. LBP

merupakan keluhan yang umum di jumpai di masyarakat, keluhan ini di

perkirakan mengenai 65% dari seluruh populasi (Rahim, H.A, 2012). Faktor

penyebab terjadinya LBP antara lain usia, jenis kelamin, indeks masa tubuh,

sikap kerja, lingkungan kerja, dan berbagai penyakit muskuloskeletal

lainnya. Penurunan fungsi tubuh pada usia lanjut terutama tulang, menjadi

penyebab rentan nya orang tua mengalami low back pain, tulang menjadi

tidak elastis lagi sewaktu muda. Sedangkan postur menjadi faktor pendukung

LBP, kesalahan postur dalam cara kerja dapat menyebabkan spasme otot

(ketegangan otot).

Charted Institute of Personal and Development pada tahun 2009,

di Inggris mengungkapkan salah satu alasan ketidakhadiran kerja adalah

karna kejadian nyeri punggung bawah pada karyawan di mana angka

kejadiannya sekitar 3,5 juta hari kerja mengalami ketidakhadiran karyawan

(Health and Safety Executive, 2009).

Sebenarnya LBP sendiri dapat dicegah apabila perawat

menggunakan mekanika tubuh yang tepat saat bekerja. Pada pekerjaan

perawat akan mengalami pergerakan tubuh yang cukup banyak seperti

mengangkat pasien, mendorong, memasang infus dan lain-lain. Dalam hal

ini pergerakan organ tubuh saat bekerja (flexion, extension, abduction)

sangat berpengaruh terhadap postur kerja yang baik. Perawat yang memiliki
3

pengetahuan mengenai mekanika tubuh saat bekerja akan menerapkan

postur kerja yang benar sehingga hanya memerlukan istirahat yang sedikit,

lebih cepat, dan lebih efisien dalam bekerja.

Prevalensi nyeri muskuloskletal termasuk LBP, sekitar 80

persen dari populasi yang pernah menderita nyeri punggung bawah paling

tidak sekali dalam hidupnya (Delitto et al, 2012). Sedangkan hasil penelitian

yang dilakukan L. Meily Kurniawidjaja, dkk (2014) mengenai

pengendalian risiko ergonomic kasus LBP pada perawat di rumah sakit

menjelaskan bahwa pravelensi LBP pada perawat IGD di RSUD Tarakan

pada tahun 2013 sebesar 61,1%.

Nyeri punggung sering dikeluhkan oleh perawat setelah mereka

membantu ambulasi klien, penyebab yang paling banyak dari low back pain

adalah aktivitas saat bekerja yang dilakukan dengan tidak benar, seperti

salah posisi saat mengangkat beban yang berat. Tentu saja aktivitas tersebut

dilakukan akibat ketidakahuan pekerja mengenai cara atau sikap tubuh yang

benar selama bekerja. Nyeri punggung tersebut merupakan penyebab utama

kecacatan yang mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan umum, keluhan

LBP ini dapat dirasakan setiap orang baik jenis kelamin, usia, ras, status

pendidikan, dan profesi.

Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bhakti Husada

Surabaya pada tahun 2012 menunjukan sebanyak 86,76% penderita LBP

pada tenaga medis yang berkaitan dengan kesalahan posisi tubuh saat

bekerja (Wicaksono, 2012). Dalam hal ini peneliti melakukan studi

pendahuluan yang dilakukan di RSUD Pasar Rebo terhadap tujuh perawat


4

tentang pengetahuan mekanika tubuh saat bekerja, enam dari tujuh perawat

mengetahui dan menggungkapkan bahwa mekanika tubuh merupakan sikap

atau cara menggangkat beban yang digunakan saat bekerja untuk

menghindari kecelakaan pada saat bekerja, kemudian peneliti mengajukan

pertanyaan kepada ke tujuh perawat mengenai adanya keluhan LBP yang

dirasakan saat ini, hasilnya empat dari tujuh perawat mengungkapkan

adanya nyeri punggung. Peneliti juga melakukan observasi terhadap

kegiatan yang ada di ruangan IGD RSUD Pasar Rebo, dari hasil observasi

RSUD Pasar Rebo merupakan sauatu rumah sakit rujukan tipe B yang

aktivitas mobilisasi nya terhitung tinggi sehingga perawat beresiko terkena

LBP, tetapi beberapa perawat yang ada masih belum menerapkan sikap

kerja yang baik selama bekerja, seperti postur kerja perawat pada saat

memasang infus dimana tempat tidur pasien yang lebih rendah dari tinggi

perawat. Postur tubuh tersebut tidak terdapat keseimbangan antara

kelompok-kelompok otot dan bagian-bagian tubuh dalam kesejajaran

(posisi) yang baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut dalam tugas akhir ini penulis

tertarik untuk mengetahui apakah ada kemaknaan hubungan antara tingkat

pengetahuan perawat mengenai mekanika tubuh terhadap keluhan LBP

pada perawat di ruang IGD RSUD Pasar Rebo.

1.2 Rumusan Masalah

Saat ini diketahui penyebab utama kasus LBP banyak disebabkan oleh

kesalahan posisi tubuh saat bekerja. Terutama pada perawat yang bekerja di

ruangan instalasi gawat darurat yang memiliki banyak tuntutan beban kerja
5

dalam memberikan kualitas pelayanan yang bersifat kegawatdaruratan. Oleh

karena itu peneliti tertarik untuk meneliti “ Apakah ada hubungan antara

tingkat pengetahuan perawat mengenai mekanika tubuh terhadap keluhan

LBP pada perawat IGD RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur?”.

1.3 Tujuan Penulisan

1.1.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

tingkat pengetahuan perawat mengenai mekanika tubuh terhadap

keluhan LBP pada perawat IGD RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengdentifikasi karakteristik demografi perawat IGD (Usia,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja).

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat mengenai

mekanika tubuh terhadap kejadian low back pain.

3. Mengidentifikasi keluhan LBP pada perawat IGD di RSUD Pasar

Rebo Jakarta Timur.

4. Mengidentifikasi kemaknaan hubungan tingkat pengetahuan

perawat mengenai mekanika tubuh terhadap keluhan LBP pada

perawat IGD di RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap :

1.4.1 Rumah sakit/Institusi


6

Diharapkan rumah sakit mendapatkan gambaran tentang

tingkat pengetahuan perawat IGD mengenai mekanika tubuh yang

baik dan benar saat bekerja agar dapat meminimalisir perawat yang

menderita low back pain akibat resiko bekerja dan dapat menjadi dasar

pertimbangan rumah sakit perlu tidaknya diadakan pelatihan

mengenai low back pain sehingga kesejahteraan kesehatan perawat

terjamin dan dapat memberikan tindakan keperawatan yang

berkualitas.

1.4.2 Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan dapat mengetahui

pentingnya pengaruh tingkat pengetahuan perawat mengenai

mekanika tubuh terhadap kejadian low back pain di lahan praktik,

sehingga dapat melakukan evaluasi dalam pembelajaran yang terkait

dengan low back pain.

1.4.3 Peneliti lain

Peneliti lain dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan

acuan dan sumber data dalam melakukan penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan mekanika tubuh dan low back pain.

1.4.4 Peneliti

Penelitian ini merupakan pengalaman belajar dalam

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulisnya khususnya

dalam bidang penelitian.


54

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Low Back Pain

2.1.1 Pengertian

Low back pain (LBP) dapat disebabkan oleh berbagai

penyakit muskuloskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang

salah. LBP didefinisikan sebagai gangguan muskuloskeletal pada

daerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit

dan aktivitas tubuh yang kurang baik (Putranto dkk, 2014).

Sedangkan menurut Noor (2012) LBP adalah sindrom klinik yang

ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak

enak dan tidak nyaman di daerah punggung bagian bawah. LBP

sering menjadi kronis, menetap atau kadang berulang kali dengan

memerlukan biaya yang tinggi dalam penanganannya sehingga tidak

boleh dipandang sebelah mata (Sakinah dkk, 2013).

LBP merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada punggung

bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal

(punggung bawah), otot, saraf, atau struktur lainnya yang ada

disekitar tulang belakang. LBP dapat disebabkan oleh penyakit atau

kelainan yang berasal dari luar punggung bawah misalnya penyakit

atau kelainan pada testis atau ovarium (Suma’mur dalam Sitepu,

2015). Jadi berdasarkan pengertian diatas LBP bukan merupakan

suatu penyakit ataupun diagnosis dari suatu penyakit melainkan

7
8

istilah untuk sindrom/gejala nyeri musculoskeletal yang dirasakan

di area anatomi yang terkena, akibat aktivitas tubuh yang kurang

baik. LBP ini sering dialami pada usia lanjut, namun tidak tertutup

kemungkinan dialami pada usia muda.

2.1.2 Klasifikasi Nyeri Punggung

Patologi dasar dari nyeri punggung dapat berupa kelainan di

dalam ataupun diluar vertebra. Penyebab nyeri punggung bervariasi,

secara garis besar dapat dibagi menjadi spondilogenik, neurogenic,

viserogenik, vaskuogenik, dan psikogenik (Rahim, H.A, 2012) :

a. Nyeri punggung spondilogenik

Nyeri tipe ini berasal dari kolumna vertebra dan struktur struktur

yang berkaitan dengannya, serta merupakan penyebab nyeri

punggung paling utama. Nyeri biasanya diperberat dengan

pergerakan dan menjadi lebuh ringan dengan istirahat. Penyebab

nyeri ini dapat berupa suatu lesi yang melibatkan komponen

vertebra, perubahan sendi sakroiliaka, atau paling sering

disebabkan oleh perubahan pada jaringan lunak (diskus,

ligament, dan otot).

b. Nyeri punggung neurogenik

Tegangan, iritasi, atau kompresi terhadap serabut saraf lumbal

akan menyebabkan pengalihan nyeri ke tungkai, baik salah satu

maupun keduanya. Gangguan fungsi serabut saraf merupakan

penyebab utama nyeri neurogenic. Akan tetapi perlu


9

diperhatikan penyebab lainnya seperti lesi pada system saraf

pusat (tumor thalamus). Selain itu terdapat lesi patologis yang

sering menyebabkan kesulitan dalam menegakan diagnosis yaitu

neurofibroma, neurilrmoma, ependimoma, dan beberapa kista

yang mengenai serabut saraf. Lesi ini biasanya berada pada

segmen lumbal bagian atas.

c. Nyeri punggung viserogenik

Nyeri yang berasal dari kelainan organ-organ dalam sperti ginjal

atau tumor retroperitoneal. Nyeri punggung viserogenik tidak

diperberat dengan aktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat.

d. Nyeri punggung vaskulogenik

Aneurisma aorta abdominalis atau penyakit vascular perifer

dapat menyebakan nyeri punggung atau gejala yang menyerupai

sciatica. Nyeri punggung jenis ini diperberat saat berjalan dan

berkurang dengan berdiri diam, nyeri dapat menjalar ke tungkai

melalui jalur saraf ischiadikus.

e. Nyeri punggung psikogenik

Keluhan nyeri punggung psikogenik terkadang ditemui pada

praktek sehari-hari. Gejala sering disertai dengan emosi yang

berlebihan.

Nyeri punggung dapat bersifat akut maupun kronik

berdasarkan intensitas yang berlansung terus menerus atau hilang

timbul. Menurut Longo et al (2012), berdasarkan penyebabnya nyeri

punggung terbagi menjadi 5 yaitu :


10

a. Nyeri local, disebabkan oleh cedera pada struktur yang sensitive

terhadap nyeri yang menekan atau mengiritasi ujung saraf

sensoris, lokasi nyeri berdekatan dengan bagian punggung yang

terkena.

b. Nyeri alih kebagian punggung, dapat ditimbulkan oleh bagian

visceral abdomen atau pelvis. Nyeri tersebut biasanya dikatakan

sebagai primer dari abdomen atau pelvis yang didertai dengan

nyeri punggung dan biasanya tidak dipengaruhi oleh sikap tubuh

(postur).

c. Nyeri yang berasal dari tulang belakang, dapat timbul dari

punggung atau dialihkan kebagian bokong atau tungkai.

Penyakit yang melibatkan tulang belakang lumbal bagian atas

dapat menimbulkan nyeri alih ke region lumbal, pangkal paha,

atau paha bagian atas. Penyakit yang melibatkan tulang belakang

lumbal bagian bawah dapat menimbulkan nyeri alih ke bagian

bokong, paha bagian belakang, dan betis atau tungkai. Injeksi

provokatif pada struktur tulang belakang dapat bagian lumbal

yang sensitive terhadap nyeri dapat menimbulkan nyeri tungkai

yang tidak mengikuti distribusi dermatomal. Nyeri sclerotomal

ini dapat menjelaskan kasus nyeri dibagian punggung atau

tungkai tanpa adanya bukti penekanan radix saraf.

d. Nyeri punggung radicular.

e. Nyeri yang berhubungan dengan spasme otot.


11

2.1.3 Anatomi Vertebra

Vertebra merupakan kolumna yang tersusun dari sejumlah

tulang dengan bentuk serupa dan terhubung antara satu dengan

lainnya melalui sejumlah artikulasi sehingga membentuk suatu

struktur yang rigid (kaku), namun masih memiliki fleksibilitas

dalam batas tertentu. Sifat tersebut memungkinkan vertebra

menyokong postur tubuh, melindungi elemen saraf yang berjalan

melaluinya, dan pada saat yang bersamaan memungkinkan

terjadinya pergerakan fungsional (Rahim, H.A, 2012).

Kolumna vertebralis berfungsi untuk menyanggah kranium,

gelang bahu, ektremitas atas, dan dinding toraks serta melalui gelang

panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior dan

merupakan pilar utama tubuh. Di dalam rongganya terletak medula

spinalis, radix nervi spinales, dan lapisan penutup meningen, yang

dilindungi oleh kolumna vertebralis (Johannes, 2010).

a. Tulang vertebra

Secara anatomi, vertebra terdiri atas dua komponen utama yaitu

masa tulang spongiosa di ventral yang merupakan korpus dari

vertebra dengan bentuk menyerupai silinder dan struktur

posterior yang tersusun oleh tulang pipih arkus vertebra

posterior. Korpus vertebra ini dihubngkan dengan arkus

posterior oleh sepasang struktur pilar yang kokoh, disebut

pedikel. Masing- masing pedikel di sisi kanan dan kiri vertebra


12

berubungan dengan sepasang struktur pipih yang melengkung

dan menyatu di garis tengah, disebut lamina.

Pertemuan antara lamina disisi kiri dan kanan terdapat

suatu penonjolan tulang kea rah dorsum yang disebut prosesus

spinous, pada pertemuan antara pedikel dengan lamina di

masing-masing sisi terdapat penonjolan tulang ke arah lateral

membentuk sepasang prosesus tranverus. Selanjutnya antara

prosesus tranversus dengan lamina terdapat prosesus artikularis

yang membentuk sendi faset antara satu vertebra dengan

vertebra di proksimalnya (Rahim, H.A, 2012).

Sedangkan menurut Halimah (2011), tulang vertebra

adalah unit fungsi dari tulang punggung yang secara anatomi di

bagi menjadi 2 bagian yaitu :

a. Anterior

Bagian ini terdiri dari korpus vertebra yang dihubungkan

satu dengan yang lain oleh diskus invertebra dan ditahan satu

sama lain oleh ligamen longitudinal ventral dan dorsal.

Bagian ini terutama berfungsi untuk menyangga berat badan.

b. Posterior

Bagian ini terdiri dari pedikel, prossesus spinosus, prossesus

transversus, dan lamina yang diikat satu sama lain oleh

berbagai ligamen di antaranya ligamen interspinal, ligamen

inter transversa dan ligamen flavum. Pada prossesus

spinosus dan transversus melekat otot-otot yang turut


13

menunjang dan melindungi kolumna vertebra. Bagian ini

penting sekali untuk menghubungkan tulang belakang dari

ruas ke ruas oleh karena bagian belakang ini dilengkapi juga

oleh 2 pasang facies artikularis superior dan inferior. Arah

bidang dari facies artikularis ini akan menentukan arah

gerakan yang mungkin dari tulang punggung yang

bersangkutan. Bagian ini juga sangat penting dalam menjaga

stabilitas tulang belakang secara keseluruhan (Cailliet 1984,

Halimah 2011).

Vertebra terdiri atas 33 buah tulang yaitu :

1) Tujuh tulang vertebra servikal

2) Dua belas buah vertebra torakal

3) Lima buah vertebra lumbal

4) Lima buah vertebra sacrum yang bersatu (fusi)

5) Empat buah tulang koksigis yang bersatu

Gambar 2.1 Kolumna vertebralis

Sumber: Cael, 2011


14

Gambar 2.2 Segmen Anterior dan Posterior Kolumna

Vertebralis

Sumber: Cael, 2011

b. Vertebra servikal (leher)

Leher mendukung berat dari kepala dan memproteksi saraf yang

datang dari otak ke seluruh tubuh. Bagian tulang belakang ini

mempunyai tujuh tulang vertebra yang semakin kecil apabila

semakin mendekati basis cranii. Kebanyakan pergerakan rotasi

pada tulang servikal datang dari dua segmen atas manakala

kebanyakan pergerakan fleksi/ektensi datang dari C5-C6 dan

C6-C7. Nyeri leher akut biasanya disebabkan oleh ketegangan

otot, ligamentum atau tendon yang datang dari tekanan yang

tiba-tiba dan akan sembuh sesuai dengan waktu beserta terapi

nonsurgical untuk meredakan nyeri seperti menggunakan

es/panas, obat-obatan, manipulasi osteopathic atau chiropractic

(Ullrich, 2009).
15

c. Vertebra torakal (punggung atas)

Keduabelas vertebra torakal menyokong kosta dan memiliki

sendi faset pada masing-masing sisi. Korpus vertebra torakal di

pertengahan kolumna bentuknya menyerupai hati. Arkus

vertebra pda koluma torakal membentuk suatu kanal spinal yang

kecil dan memiliki ruang yang sempit. Ruang yang sempit ini

merupakan suatu predisposisi trauma pada medulla spinalis,

meskipun krusakan structural kolumna vertebra tidak terlalu

berat (Rahim, H.A, 2011).

Perlekatan kuat dari tulang iga pada setiap tingkat dari

tulang torakal memberikan keseimbangan dan dukungan

structural kepada punggung atas dan membenarkan pergerakan

yang kecil. Tulang torakal memberikan proteksi kepada organ

vital seperti paru-paru dan jantung. Punggung atas tidak

bertujuan untuk pergerakan maka jarang ditemukan cedera pada

tulang belakang torakal, namun iritasi pada otot bahu dan


16

punggung yang besar atau disfungsi sendi pada punggung atas

dapat menyebabkan nyeri punggung (Ullrich, 2009).

Gambar 2.3 Penampang aksial vertebra torakal keduabelas (Th

12) dari arah posterior dan rateral

Sumber : Biomechanis and Motor Control of Human

Movement dalam Rahim. A.H, 2012

d. Vertebra Lumbal (punggung bawah)

Vertebra lumbal lebih berat dan lebih besar dibanding vertebra

lainya sesuai dengan peran utama nya menyangga berat badan.

Korpusnya yang berbentuk seperti ginjal berdiameter transversa

lebih besar daripada anteroposterior. Panjang ke 5 korpus

vertebra 25% dari total panjang tulang belakang. Setiap vertebra

lumbal dapat dibagi atas 3 set elemen fungsional, yaitu:

1) Elemen anterior terdiri dari korpus vertebra

Merupakan komponen utama dari kolumna vertebra. Bagian

ini mempertahankan diri dari beban kompresi yang tiba pada

kolumna vertebra, bukan saja dari berat badan tetapi juga

dari kontrraksi otot-otot punggung.


17

2) Elemen posterior terdiri dari lamina, prosesus artikularis,

prosesus spinosus, prosesus mamilaris dan prosesus

aksesorius. Mengatur kekuatan pasif dan aktif yang

mengenai kolumna vertebra dan juga mengontrol

gerakannya.

a) Proses artikularis memberikan mekanisme locking yang

menahan tergelincirnya ke depan dan terpilinnya korpus

vertebra.

b) Prosesus spinosus, mamilaris dan aksesorius menjadi

tempat melekatnya otot sekaligus menyusun pengungkit

untuk memperbesar kerja otot-otot tersebut.

c) Lamina merambatkan kekuatan dari prosesus spinosus

dan artikularis superior ke pedikal, sehingga bagian ini

rentan terhadap trauma seperti fraktur paada pars

interartikularis.

3) Diskus intervertebralis

Fungsi utama diskus ini adalah memisahkan antara 2 korpus

vertebra sedemikian rupa sehingga dapat terjadi pergerakan

dan cukup kuat untuk menahan beban kompresi.

Kontribusinya sekitar sepertiga dari panjang total tulang

belakang lumbal, sedang di bagian tulang belakang lainnya

kurang lebih seperlimanya.

Punggung bawah terlibat dengan pergerakan yang lebih dari

bagian torakal dan juga menerima semua beban dari batang


18

tubuh sehingga menyebabkan bagian ini paling sering terjadnya

cedera (Ullrich, 2009).

e. Sakrum (bagian dasar tulang belakang)

Sakrum merupakan tulang berbentuk segitiga besar, yang

terletak di bagian atas dan belakang rongga panggul. Tulang ini

berada di antara dua tulang pinggul, bagian atas terhubung

dengan vertebra lumbalis terakhir dan bagian bawah terhubung

dengan tulang ekor. Tulang ini terdiri dari lima vertebra yang

awalnya tidak bersatu dan mulai terjadi penyatuan pada usia 16-

18 tahun, umumnya akan benar-benar menyatu menjadi satu

tulang pada usia 34 tahun.

f. Koksigis

Koksigis atau tulang ekor sering juga disebut tail bone,

merupakan segmen terakhir dari vertebra. Tulang ini melekat

pada tulang sacrum dengan gabugan fibrokartilanginosa dan

simfisis sakrokoksigis yang memungkinkan gerakan terbatas

antara sacrum dan tulang ekor.


19

Gambar 2.4 Penampang Posterior Tulang Sakrum

Sumber : Biomechanis and Motor Control of Human

Movement dalam Rahim. A.H, 2012

g. Ligamen Vertebra

Beberapa ligamen yang memperkuat struktur vertebra yaitu

ligament flavum, intertransversus, posteriorlongitudinal,

anteriorlongitudinal, supraspinosus, interspinosus, dan kapsula

facet yang dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Ligamen pada vertebra

Sumber : Biomechanis and Motor Control of Human

Movement dalam Rahim. A.H, 2012

h. Persyarafan vertebra
20

Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak dan medula spinalis.

Keduanya merupakan oragn vital yang perlu dilindungi dari

trauma. Selain kranium dan ruas-ruas tulang vertebra, otak dan

medula spinalis juga juga dilindungi oleh 3 lapis selaput

meningen. Bila selaput ini terinfeksi, maka akan terjadi

peradangan yang disebut meningitis. Ketiga lapisan meningen

dari luar ke dalam adalah sebagai berikut: a) durameter, b)

araknoid, c) piameter.

Syaraf sinus vertebralis dianggap merupakan struktur utama

syaraf sensoris yang mempersyarafi struktur tulang belakang

lumbal. Berasal dari syaraf spinal yang terbagi menjadi devisi

utama posterior dan anterior. Syaraf ini akan bergabung dengan

cabang simpatetis ramus comunicans dan memasuki canalis

spinalis melalui foramen intervertebral, yang melekuk ke atas

sekitar dasar pedikel menuju garis tengah pada ligamen

longitudinal posterior.

Syaraf sinus vertebralis mempersyarafi ligamen longitudinal

posterior, lapisan superfisial annulus fibrosus, pembuluh darah

rongga epidural, durameter bagian anterior, tetapi tidak pada

durameter bagian posterior (durameter posterior tidak

mengandung akhiran syaraf), selubung dural yang melingkupi

akar syaraf spinal dan periosteum vertebral bagian posterior.

Serabut primer anterior pada saraf spinalis, kecuali yang

timbul pada daerah thoracal dan membentuk saraf-saraf


21

interkostal tersusun dalam pleksus utama. Pada karya tulis ini

yang dibahas hanyalah pleksus lumbalis. Pleksus lumbalis

berasal dari keempat akar saraf lumbal terletak dalam otot psoas

tepat di atas ligamentum pouparti dan berjalan turun di bawah

ligamentum ini, untuk memasuki trigonum femoralis. Pada

trigonum tersebut, nervus femoralis membagi diri menjadi

cabang-cabang terminalis. Cabang-cabang motorik di atas

ligamentum inguinalis mensarafi m.iliopsoas. Cabang cabang

motorik di dalam paha memsarafi m.sartorius, m.pestineus dan

m.quadrisep femoris. Cabang-cabang sensorik mencakup

cabang-cabang cutaneus femoralis anterior yang menuju

permukaan anterior dan medial paha.

i. Artikulasi vertebra

Artikulasi pada arkus vertebra merupakan sendi facet, yaitu

sendi yang terbentuk oleh pocesus artikularis dari masing-

masing vertebra. Persendian tersebut memiliki sebuah kapsul

sendi yang memungkinkan terjadinya pergerakan berupa

pergeseran antara permukaan tulang (gliding). Menurut

Vitrianan, (2001) manfaat sendi ini adalah untuk memberikan

stabilisasi pergerakan antara dua vertebra dengan adanya

translasi dan torsi saat melakukan fleksi dan ekstensi karena

bidang geraknya yang sagital. Sendi ini membatasi pergerakan

fleksi lateral dan rotasi.


22

2.1.4 Faktor Penyebab

John W. Engstrom dalam Johannes (2010), menyebutkan

bahwa penyebab nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu kongenital/perkembangan, trauma minor

(tegang atau keseleo, tertarik), fraktur, herniasi diskus intervertebral,

degeneratif, artritis, metastase neoplasma/tumor, infeksi/inflamasi,

metabolik, dan lainnya yaitu psikiatri, diseksi arteri vertebral, dan

postural. Postural dalam hal ini adalah contohnya sikap duduk,

dimana sikap duduk yang tidak baik seperti membungkuk ke depan,

tidak tegap, kepala menunduk, dada kempis, dinding perut menonjol

dan cekung kedepan pada kurvatura lumbal yang berlebihan

(hiperlordotic). Semua posisi diatas akan menyebabkan pusat gaya

berat jatuh kedepan. Sebagai kompensasinya, punggung tertarik

kebelakang, menyebabkan hiperlordotic pada daerah lumbal. Jika

keadaan ini berlangsung lama maka akan menyebabkan tulang

punggung beserta jaringan tendon dan otot dipaksa untuk menjaga

tubuh bagian atas secara berlebihan, sehingga terjadi kelelahan pada

otot punggung, terutama otot -otot daerah lumbal (Rahardian, 2013).

Nyeri yang berasal dari tulang belakang dapat terlokalisasi

di punggung atau mengarah ke bokong atau kaki, penyakit-penyakit

yang mempengaruhi bagian lumbal atas lebih cenderung untuk

mengarahkan nyeri ke bagian lumbal, groin atau paha anterior.

Longo et al, (2012) menjabarkan faktor resiko dari LBP sebagai

berikut:
23

a Nyeri punggung bawah akut (penyebab structural) dibagi

menjadi dua yaitu:

1. Menurut riwayat

a) Nyeri memburuk pada malam hari atau saat istirahat

b) Riwayat sebelumnya menderia kanker

c) Riwayat infeksi kronis

d) Riwayat trauma

e) Inkontinensia

f) Umur diatas 70 tahun

g) Penggunaan obat secara intrana

h) Pengguaan glukokortikoroid

i) Riwayat deficit neurologis progresif cepat

2. Menurut pemeriksakan

a) Demam

b) Penurunan berat badan

c) Adanya percussion tenderness pada bagian atas tulang

belakang

d) Adanya masa pada abdomen, rectum atau pelvis

e) Petrick’s sign atau heel percussion sign positif

f) Straight leg ataureerse straight legraising sign positif

g) Deficit neurologis fokal progresif

b Nyeri punggung bawah kronis, disebabkan oleh:

1. Obesias

2. Wanita
24

3. Lanjut usia

4. Riwayat sebelumnya nyeri punggung

5. Pergerakan tulang belakang yang terbatas

6. Nyeri menyebar e bagian kaki

7. Distress psikologis tinggi

8. Penilaian tingkat kesehatan terhadap diri sendiri rendah

9. Aktivitas fisik yang minimal

10. Merokok

11. Ketidakpuasan terhadap kerja

12. Nyei yang meluas.

Adapun menurut Andini (2015) faktor penyebab yang

mempengaruhi terjadinya LBP dibagi menjadi tiga antara lain faktor

individu, pekerjaan, dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat

dijabarkan seperti berikut ini:

a. Usia

Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada

tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30

tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang beupa

kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan

parut, dan pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan

stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua

seseorang, semakin tinggi resiko orang tersebut mengalami

penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu

timbulnya gejala LBP. Pada umumnya keluhan musculoskeletal


25

mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Penelitian

yang dilakukan Garg dalam Andini (2015) menunjukkan insiden

LBP tertinggi pada umur 35-55 tahun dan semakin meningkat

dengan bertambahnya umur.

b. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita

dibandingkan laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa

wanita lebih sering izin untuk tidak bekerja karena LBP. Jenis

kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot

rangka. Hal ini terjadi secara fisiologis, kemampuan otot wanita

lebih rendah daripada pria.

c. Index Masa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat

dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didiapatkan dai berat

dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter

(kg/m2).

Panduan terbaru WHO tahun 2000 mengkategorikan IMT

untuk orang asia dewasa menjadi underweight (IMT<18.5),

normal range (IMT 18.5-22.9) dan overweight (IMT ≥23.0).

Overweight dibagi menjadi tiga yaitu at risk (IMT 23.0-24.9),

obese 1 (IMT 25-29.9) dan obese 2 (IMT ≥ 30.0). Seseorang

yang overweight lebih beresiko 5 kali menderita LBP


26

dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan yang

ideal. Hasil penelitian Kursiah (2017) menunjukan bahwa

terdapat hubungan antara IMT dengan keluhan low back pain

yaitu yang memiliki IMT beresiko (>25) lebih banyak

mengalami keluhan low back pain dibandingkan dengan

responden yang memiliki IMT tidak beresiko.

Tabel 2.1 Nilai IMT Orang Dewasa

IMT Kategori

< 18,5 Berat badan kurang

18,5 – 22,9 Berat badan normal

≥ 23,0 Kelebihan berat badan

23,0 – 24,9 Beresiko menjadi obsess

25,0 – 29,9 Obses I

≥ 30,0 Obses II

d. Sikap kerja

Sikap kerja adalah posisi kerja seseorang ketika sedang

melaksanakan aktivitasnya dan posisi kerja tersebut dapat saja

menjadi janggal. Posisi janggal adalah posisi tubuh yang

menyimpang secara signifikan dari posisi tubuh normal saat

melakukan pekerjaan. Bekerja dengan posisi janggal dapat

meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan dalam bekerja.

Posisi janggal dapat menyebabkan kondisi dimana transfer

tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga

mudah menimbulkan kelelahan. Yang termasuk dalam posisi


27

janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi

menggapai, berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok,

memegang dalam posisi statis dan menjepit dengan tangan.

Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu,

punggung dan lutut karena daerah inilah yang paling sering

mengalami cidera.

Gaya berat tubuh terutama dalam posisi berdiri, duduk, dan

berjalan juga dapat mengakibakan rasa nyeri pada punggung

dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh lain,

beberapa pekerjaan yang mengharuskan berdiri dan duduk

dalam waktu yang lama juga dapat menyebabkan nyeri

punggung (Klooch, 2006 dalam Shocker, 2008).

e. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja bisa berpotensi mengakibatkan terjadinya

LBP, seperti getaran dan kebisingan. Getaran dapat

menimbulkan keluhan LBP ketika seseorang menghabiskan

waktu lebih banyak di kendaraan atau lingkungan kerja yang

memiliki hazard getaran. Getaran merupakan faktor resiko yang

signifikan untuk terjadinya LBP. Selain itu, getaran dapat

menyebabkan kontraksi otot meningkat dan menyebabkan

peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat

meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri.

Kebisingan dalam lingkungan kerja juga bisa

mempengaruhi performa kerja. Kebisingan secara tidak


28

langsung dapat memicu dan meningkatkan rasa nyeri LBP yang

dirasakan pekerja karena bisa membuat stress pekerja saat

berada di lingkungan kerja yang tidak baik.

2.2 Tinjauan Umum Mekanika Tubuh

Secara umum biomekanika adalah sebuah ilmu mekanika teknik yang

bertujuan untuk menganalisis sistem kerangka otot manusia atau dengan kata

lain, biomekanika adalah kombinasi antara ilmu mekanika terapan, fisiologi,

anatomi, dan biologi. Namun dalam bidang okupasi, biomekanika memiliki

pengertian yang lebih spesifik yaitu biomekanika terapan yang mempelajari

interaksi fisik antara tenaga kerja dengan mesin, material, dan peralatan kerja

dengan tujuan untuk meminimalkan keluhan pada sistem musculoskeletal

agar produktivitas kerja. Material kerja, mesin atau peralatan kerja,

lingkungan kerja, dan manusia merupakan komponen penting dalam sistem

kerja. Selama proses kerja keempat komponen ini akan saling berinteraksi

dan saling mempengaruhi satu dan yang lain. Manusia memegang kendali

dalam setiap proses kerja dan memiliki peran untuk merancang,

merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan setiap material, mesin

atau peralatan, dan lingkungan kerja.

Pihak penyedia kerja harus merancang metode produksi yang standar

dan fasilitas kerja yang ergonomis. Hal ini bertujuan untuk mencegah

timbulnya keluhan-keluhan musculoskeletal disorder akibat fasilitas kerja

yang tidak ergonomis dan tidak sesuai dengan postur kerja yang seharusnya.

Namun dalam melakukan fungsinya, manusia sebagai pekerja perlu


29

mengetahui apakah sudah terdapat kesesuaian antara operator dan alat kerja

dengan postur tubuhnya saat kerja. Oleh karena itu sangat diperlukan analisa

biomekanika untuk mengetahui kesesuaian interaksi antara manusia dan alat

ataupun operator kerja (Nugraha et al, 2006). Biomekanika mencakup dua

perspektif, yaitu kinematika dan kinetika.

a. Kinematika menjelaskan gerakan-gerakan yang menyebabkan berapa

ketinggian, berapa jauh, dan seberapa cepat sebuah objek bergerak dalam

lingkup ruangan dan waktu yang telah ditentukan.

b. Kinetika menjelaskan seluruh gaya yang menyebabkan sebuah gerakan

pada objek sebuah sistem kerja, misalnya tubuh manusia. Manusia

memiliki kemampuan fisik, kognitif, maupun keterbatasan dalam

menerima sebuah beban kerja. Gerakan atau postur kerja dan beban kerja

merupakan dua hal yang termasuk dalam kemampuan dan keterbatasan

manusia. Agar produktivitas kerja dapat meningkat tanpa mengakibatkan

timbulnya keluhan musculoskeletal, setiap pekerja harus memahami

dengan pasti mengenai postur kerja yang ergonomis saat bekerja

(Soedirman & Prawirakusumah, 2014. Sanjaya et al, 2013. Anggraini &

Pratama, 2012).

Pergerakan organ tubuh saat bekerja (flexion, extension, abduction)

sangat berpengaruh terhadap postur kerja yang baik. Pada beberapa

pekerjaan seperti perawat akan mengalami pergerakan tubuh yang cukup

banyak seperti mengangkat pasien, mendorong, memasang infus, dan

lain- lain. Pekerja yang memiliki postur kerja yang benar akan

memerlukan istirahat yang sedikit, lebih cepat, lebih efisien dalam


30

bekerja. Sebaliknya, pekerja yang memiliki postur kerja yang tidak

ergonomis akan mengakibatkan gangguan kesehatan seperti

musculoskeletal disorder (Chung et al, 2013. Munabi et al, 2014). Ada

beberapa metode yang digunakan untuk menilai postur kerja apakah

ergonomis atau tidak. Metode untuk menganalisa dan menilai postur

kerja dapat dilihat dalam gambar berikut:

REBA (Rapid
Entire Body
Assesment)

RULA (Rapid
Upper Limb
Assesment)

OWAS (Owako
Work Posture
Metode Analysis
analisis
postur tubuh
ROSA (Rapid
Office Strain
Assessment)

QEC (Quick
Exposure Checklist)

PEI (Posture
Evaluation Index)
31

Bagan 2.1. Metode Penilaian Postur Kerja

Sumber: Damayanti et al, (2010). Muslim et al (2011). Pratiwi et al, (2015).

Ilman & Helianty, (2013). Susihono & Prasetyo, (2012). Anggraini &

Pratama, (2012). Joshi & Lal, (2014).Varmazyar et al, (2012).

Middlesworth, (2015).

a. Metode Rapid Office Strain Assessment (ROSA)

ROSA merupakan salah satu metode yang biasanya digunakan untuk

menganalisis postur kerja bagi pekerja yang menggunakan komputer

sebagai alat kerjanya. Postur kerja yang terbentuk selama proses bekerja

sering menimbulkan keluhan nyeri di leher, bahu, punggung, dan tangan.

Keluhan musculoskeletal ini dapat diminimalisasikan dengan

menganalisis postur kerja dengan metode ROSA tersebut. Secara spesifik

ROSA adalah salah satu metode office ergonomis yang penilaiannya

dirancang untuk mengukur resiko keluhan yang dialami pekerja saat

menggunakan komputer untuk menentukan postur kerja aman atau

berbahaya serta menentukan perubahan untuk menciptakan keamanan

dan kenyamanan saat bekerja (Damayanti et al, 2010).

b. Metode Posture Evaluation Index (PEI)

PEI adalah penilaian postur kerja dengan mengintegrasikan metode LBS,

OWAS, dan RULA yang merupakan 3 metode analisis ergonomi.

Berdasarkan metode PEI, postur kerja yang paling ergonomis adalah

postur dengan nilai PEI paling rendah dan postur yang tidak ergonomis

adalah postur yang memiliki nilai PEI tertinggi (Muslim et al, 2011).

c. Metode Quick Exposure Checklist (QEC)


32

Metode QEC adalah metode analisis yang digunakan untuk menilai dan

mempertimbangkan paparan resiko gangguan kesehatan yang 27

menitikberatkan proses penganalisisan postur kerja dalam keadaan

duduk serta menganalisis faktor yang memungkinkan terjadinya kejadian

musculoskeletal disorder. Metode QEC membagi tubuh dalam beberapa

segmen, yaitu punggung, leher, bahu/lengan, tangan/pergelangan, dan

pekerja yang akan menetukan penanganan lebih lanjut akan postur kerja

melalui sistem skoring. Hasil akhir dari analisis ini adalah perancangan

operator kerja yang aman dan nyaman bagi pekerja untuk mengurangi

atau mencegah Musculoskeletal Disorder(Pratiwi et al., 2015; Ilman &

Helianty, 2013).

d. Metode Owako Work Posture Analysis (OWAS)

Gangguan muskuloskeletal adalah gangguan yang paling terjadi pada

pekerja. Metode OWAS digunakan dengan tujuan untuk menganalisa

dan mengevaluasi postur kerja seseorang agar diperoleh metode kerja

yang baru. Metode OWAS digunakan untuk menilai setiap postur kerja

dalam keadaan sikap berdiri, sikap duduk, sikap membungkuk,

membawa beban, mendorong beban, menarik beban. Oleh karena itu,

penilaian OWAS dititikberatkan pada punggung, lengan, kaki, dan berat

beban (Susihono & Prasetyo, 2012; Anggraini & Pratama, 2012).

e. Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA)

REBA adalah sebuah metode yang digunakan untuk menilai postur kerja

dengan penentuan sudut leher, kaki, lengan atas, lengan bawah,


33

pergelangan tangan, dan batang tubuh untuk mengetahui resiko

terjadinya Musculoskeletal Disorder pada pekerja. 28 Penilaian postur

kerja dengan metode REBA dipengaruhi oleh faktor coupling, beban

eksternal yang ditopang oleh pekerta, dan aktivitas pekerja (Joshi & Lal,

2014. Varmazyar et al, 2012).

f Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

RULA adalah sebuah metode ergonomi yang digunakan unuk

menganalisis dan menilai postur kerja pada bagian tubuh atas. Sampel

penelitian pada metode RULA adalah dokumentasi postur kerja pada

siklus kerja yang dianggap memiliki resiko bagi kesehatan pekerja.

Penilaian pada metode RULA dibedakan menjadi dua grup, yaitu A dan

B serta tiga tabel penilaian (table A, B, dan C) (Nugraha et al, 2006).

2.2.1 Mekanika Vertebra

Mekanika adalah ilmu yang menyelidiki, menggambarkan,

dan menganalisis gerakan manusia. Pendekatan biomekanika ini

memandang tubuh sebagai suatu system yang terdiri atas elemen-

elemen yang saling berkaitan dan terhubung satu sama lain melaui

sendi-sendi dan jaringan otot. Prinsip-prinsip fisika digunakan untuk

menyatakan tegangan mekanis pada tubuh dan gaya otot yang

diperlukan untuk mengimbangi tegangan–tegangan tersebut

(Rahim, H.A, 2011).

Fungsi utama biomekanika vertebra ialah mendukung

banyaknya tekanan dari berat badan dan kekuatan otot vertebra.


34

Tulang trabekula menanggung sebagian besar beban tekanan

vertical, sehingga sebagian trabekula berorientasi vertical sejalan

dengan arah pembebanan utama. Sedangkan trabekula horizontal

berdampingan berfungsi menstabilkan kolumna trabekula vertical.

Endeplate vertebra membentuk batas structural antara diskus

intervertebralis dan inti cancellous tulang vertebra. Endeplate

tersusun dari lapisan tipis subkondral tulang semi berpori. Fungsi

utama endeplate ialah mencegah ekstrusi dari diskus ke dalam

vertebra dan mendistribusikan beban secara merata ke arkus, selain

itu endeplate berfungsi sebagai membrane semipermeable yang

memungkinkan mentransfer air dan zat terlarut tetapi mencegah

hilangnya molekul proteoglikan dari dikus.

Diskus intervertebral berfungsi untuk menstabilkan dan

mempertahankan suatu pola garis lurus pada vertebra dengan cara

menjangkarkan antara satu diskus dengan diskus lainnya, diskus

intervertebral juga berperan dalam penyerapan energy,

pendistribusian beban tubuh, dan menjaga fleksibilitas vertebra.

Struktur diskus terdiri atas cincin luar (anulus fibrosus) yang

mengelilingi substansi gelatin lunak (nucleus pulposus) (gambar

2.6).
35

Gambar 2.6 Transfer beban pada diskus normal dan degenerative

Sumber: Biomechanis and Motor Control of Human Movement dalam Rahim.

A.H, 2012

Gerakan intervertebral memiliki enam derajat kebebasan yaitu

rotasi dan translasi sepanjang sumbu inferior-superior, medial-

lateral, dan posterior-anterior. Gerakan seperti pada gambar 2.7

Gambar 2.7 Karakteristik Pergerakan segmen vertebra

Sumber: Biomechanis and Motor Control of Human Movement dalam Rahim.

A.H, 2012
36

Kondisi vertebra akan berubah secara dinamis ktika fleksi dan

ekstensi. Kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar 2.8

Gambar 2.8 Kondisi vertebra ketika fleksi dan ekstensi

Sumber: Biomechanis and Motor Control of Human Movement dalam Rahim.

A.H, 2012

Prosesus tranversus dan spinsus merupakan titik penting

bagi ligament dan otot untuk memulai gerakan vertebra, titik ini

berperna untuk menjaga stabilitas. Saat hiperekstensi sekitar 30%

beban ditransmisikan melalui sendi facet. Dalam posisi bergerak

tegak, 10-20% dari beban dibawa oleh sendi facet. Sendi facet

menahan lebih dari 50% beban anterior pada posisi menekuk ke

depan hingga 2.000 N.

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan low back

pain, Lederman (2010) menunjukkan faktor biomekanik yang

bertanggung jawab terhadap kejadian LBP diantaranya kurva dan

pergerakan tulang belakang yang abnormal, adanya pathomechanic

secara segmental seperti degenerasi diskus, struktur non-spinal

seperti panjang tungkai, struktur saraf, postural, dan lain-lain.

Selama gerakan, prossesus artikularis inferior akan slide terhadap


37

permukaan sendi pasangannya baik slide ke atas maupun ke bawah.

Hal ini berdampak pada adanya pelebaran dan penyempitan pada

foramen intervertebralis. Gerakan berdiri lama melibatkan

pergerakan ekstensi yang dipertahankan dalam waktu lama, dapat

berdampak pada menyempitnya foramen intervertebralis akibat

adanya gerakan slide ke bawah selama ekstensi. Hal ini berdampak

pada penekan akar saraf secara segmental yang berakibat terjadinya

LBP.

a. Static Loading

Posisi tubuh mempengaruhi pada beban vertebra. Pada kondisi

berdiri, selain berat kolumna vertebra, otot-otot postural juga

aktif mengompresi vertebra. Pusat garis gravitasi tubuh

umumnya jatuh di depan vertebra lumbal, yang menciptakan

momen pembungkukan kea rah depan.

b. Loads During Lifting

Vertebra mendapat penekanan ketika mengangkat beban

tertentu. Beban yang diterima vertebra bisa jadi sangat besar

selama proses pengangkatan beban, yang berpotensi

menyebabkan kerusakan pada vertebra.


38

Kekuatan mengangkat beben secara langsung di pengaruhi

olehbeberapa faktor seperti berat benda yang diangkat, ukuran

benda, posisi vertebra, kecepatan mengangkat beban dan teknis

mengangkat beban. Hal yang perlu dicermati, cara mengangkat

beban dengan membungkuk atau jongkok tidak memiliki

perbedaan efek gaya geser pada vertebra yang dsignifikan,

seperti pada gambar 2.9

Gambar 2.9 Pengaruh teknis mengangkat beban terhadap

vertebra

Sumber : Biomechanis and Motor Control of Human

Movement dalam Rahim. A.H, 2012

2.3 Tinjauan Umum Sikap Kerja

2.3.1 Pengertian sikap kerja

Sikap kerja adalah tindakan yang akan diambil pekerja dan

segala sesuatu yang harus dilakukan pekerja tersebut yang hasilnya

sebanding dengan usaha yang dilakukan (Purwanto dalam Yani,

2011). Tenaga perawat memiliki peranan yang sangat menentukan


39

mutu pelayanan suatu rumah sakit, untuk itu dalam melaksanakan

asuhan keperawatan perawat memiliki tugas yang yang bervariasi

dan dalam melakukan pekerjaannya tersebut, pekerjaan perawat

banyak menggunakan gerakan membungkuk, dan memutar tubuh,

khususnya di sekitar tulang punggung bawah. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Kursiah (2017) membuktikan bahwa terdapat

hubungan antara sikap kerja dan kejadian low back pain, hal ini di

buktikan dari hasil penelitian bahwa terdapat 43,3% perawat yang

mengalami low back pain.

Sedangkan menurut Agustin (2013), mengatakan bahwa sikap

tubuh dalam bekerja adalah suatu gambaran tentang posisi badan,

kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan

antara bagian tubuh tersebut maupun letak pusat gravitasinya.

Ketidaksesuaian antara manusia dan alat akan mengakibatkan

kelelahan dan berbagai keluhan yang sangat menunjang bagi

terjadinya kecelakaan akibat kerja, penerapan ergonimi dapat

mengurangi beban kerja. Dalam melakukan aktivitas pekerjaan,

posisi kerja seseorang terdiri dari dua posisi yakni duduk dan berdiri.

a. Posisi duduk

Seseorang yang aktifitas kerjanya dominan dengan posisi duduk

hendaknya harus untuk mengetahui posisi duduk yang ideal.

Menurut dr Salma Oktaria (2015) ada beberapa hal yang harus

diketahui dan dapat dilakukan ketika duduk:


40

1) Duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu kebelakang.

Paha menempel di dudukan kursi dan bokong harus

menyentuh bagian belakang kursi. Tulang punggung

memiliki bentuk yang melengkung ke depan pada bagian

pinggang. Sehingga dapat diletakkan bantal untuk

menyangga kelengkungan tulang punggung tersebut.

2) Pusatkan beban tubuh pada satu titik agar seimbang.

Usahakan jangan sampai membungkuk jika diperlukan, kuri

dapat ditarik mendekati meja kerja agar posisi duduk tidak

membungkuk.

3) Usahakan menekuk lutut hingga sejajar dengan pinggang,

dan disarankan untuk tidak menyilangkan kaki.

4) Bagi seseorang yang bertubuh kecil atau pengguna hak

tinggi yang merasa kursinya ketinggian, penggunaan

pengganjal kaki dapat membantu menyalurkan beban dari

tungkai.

5) Usahakan istirahat tiap 30-45 menit dengan cara berdiri,

peregangan sesaat, atau berjalan disekitar meja kerja

sehingga kesegaran tubuh dapat kembali, sehingga

konsentrasi dalam bekerja kembali.

b. Posisi berdiri

Beberapa pekerjaan, seperti pekerja pabrik atau teknisi

mengharuskan seseorang berdiri hingga berjam-jam. Kondisi ini

dapat menimbulkan berbagai efek terhadap kesehatan. Bekerja


41

dalam posisi posisi berdiri untuk jangka waktu yang lama dan

dilakukan berulang-ulang beresiko sakit pada bagian

pergelangan kaki, varises, kelelahan otot, nyeri pinggang, nyeri

pada otot punggung, hingga kaku pada leher dan bahaya.

Dalam artikel Safety Sign Indonesia (2015), ada beberapa hal

yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko berdiri terlalu

lama, dengan cara sebagai berikut:

1) Jika memungkinkan, seorang pekerja dapat mengubah posisi

kerja secara teratur, sehingga mengurangi posisi statis dalam

waktu yang lama, dan pekerja dapat bergerak secara

fleksibel.

2) Lantai kerja dilapisis alas yang berbahan empuk untuk

mengurangi kelelahan saat berdiri terlalu lama.

3) Gunakan alas kaki yang nyaman atau pas dengan ukuran dan

tidak mengubah bentuk kaki. jika seorang pekerja dituntut

menggunakan sepatu bertumit, disaankan untuk

menggunakan tinggi hak di bawah 5 cm.

4) Jika lantai licin, gunakan sepatu anti slip agar tidak mudah

tergelincir saat beraktivitas.

5) Lakukan peregangan secara teratur, setiap 30 menit atau 1

jam sekali. Peregangan dilakukan untuk mengurangi tekanan

pada kaki, bahu, leher dan kepala

6) Usahakan duduk disela-sela waktu kerja atau saat jam

istirahat.
42

7) Konsumsi makanan rendah lemak dan bergizi, tidur yang

cukup, dan olahraga secara teratur untuk meningkatkan

sisitem kekebalan tubuh.

2.3.2 Posisi kerja yang baik

Posisi kerja yang baik adalah posisi kerja yang ergonomis.

Ergonomi sendiri adalah penyerasian antara pekerja, jenis

pekerjaan, dan lingkungan. Lebih jauh lagi ergonimi adalah ilmu

tentang hubungan di antara manusia, mesin yang digunakan, dan

lingkungan kerjanya (KBBI, 2012-2016).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap

tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu:

a. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau

sikap berdiri secara bergantian.

b. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan.

Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan

agar beban statis diperkecil.

Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak

membebani melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot

yang tidak digunakan untuk bekerja dan tidak menimbulkan

penekanan pada bagian paha (Agustin, 2013).

2.3.3 Posisi kerja yang buruk


43

Posisi kerja yang buruk adalah pergeseran dari gerakan

tubuh atau anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat

melakukan aktifitas dari postur normal secara berulang-ulang dalam

waktu yang relatif lama (Yeni, 2011). Posisi kerja yang buruk

seperti tempat kerja dan fasilitas kerja yang tidak ergonomis, dapat

memberikan efek samping yang kurang baik bagi kesehatan, bahkan

pekerjaan statis yang berlama-lama dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan, baik fisik maupun psikis (Febrida 2015).

2.4 Tinjauan Umum Pengetahuan

2.4.1 Definisi

Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoadmojo, 2010). Menurut Fitriani, 2011 pengetahuan

merupakan hasil dari proses pembelajaran seseorang terhadap

sesuatu baik itu yang didengar maupaun yang dilihat.

Pengetahuan merupakan unsur yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan

seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan

sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang


44

diketahui, maka akan menimbulkan sikap yang positif terhadap

objek tertentu dan sebaliknya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis

menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui

oleh seseorang melalui bermacam sumber informasi yang diperoleh

sebelumnya baik secara formal maupun informal.

2.4.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Roger, pengetahuan yang dicangkup dalam domain

kognitif dibagi menjadi 6 tingkatan (Notoadmojo, 2010):

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengikat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap situasi yang

spesifik dari seluruh badan yang di pelajari atau stimulus yang

telah diterima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (coprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan

dapat diinterpretasikan secara benar. Orang yang telah

memahami harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu

obyek yang dipelajari.


45

c. Aplikasi (application)

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi dapat

diartikan sebagai penggunaan hokum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

e. Sintesis (synthesis)

Menujukan pada suatu komponen untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentu

keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan untuk

menyusun, merencanakan, meringkas, dan menyesuaikan

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi. Penilaian berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang

telah ada.

2.4.3 Cara Memperoleh Pengetahuan


46

Menurut Notoadmojo, 2010 pengethauna dapat

dikelompokan menjadi dua berdasarkan cara yang teah digunakan

untuk memperoleh kebenaran, yaitu:

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

1) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai seseorang sebelum kebudayaan,

bahkan sebelum peradaban. Cara coba salah ini dilakukan

dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka

dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut

dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan dengan cara ini dapat diperoleh dari

pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang pemerintahan dan berbagai perinsip yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa

menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya

baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

b. Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular

disebut metode penelitian. Cara ini awalnya dikemukakan oleh

Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh

Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan


47

penelitian yang dewasa ini dikenal dengan sebutan penelitian

ilmiah.

2.4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusa untuk berbuat dan

mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat

informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.Pendidikan

dapat mempengaruhi seseorang termasuk perilaku seseorang

akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi.

2) Umur

Menurut Elisabeth yang dikutip Nursalam, (2010) usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hucloc, (1998)

semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.


48

Dari segi kepercayaan masyarakat sesorang yang lebih

dewasa lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Kedewasaan sesorang muncul sebagai dari

pengalaman dan kematangan jiwa.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (2010),

lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi

perkembanga dan perilaku seseorang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

System yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

sikap dalam menerima informasi

2.4.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Domain atau ranah utama prilaku manusia adalah kognitif,

afektif (emosi) dan psikomotor. Dalam bentuk operasionalnya

adalah ranah pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan

tindakan atau praktek (practice). Pengetahuan tentang kesehatan

dapat diukur berdasarkan jenis penelitiannya, kuantitatif atau

kualitatif.

a. Penelitia kuantitatif

1) Wawancara tertutup atau wawancara terbuka, dengan

menggunakan instrument (alat pengukur/pengumpulan data)

kuesioner. Wawancara tertutup merupakan satu wawancara


49

dimana jawaban responden sudah tersedia dalam opsi

jawaban, responden tinggal memilih mana jawaban yang

tepat. Wawancara terbuka adalah wawancara dimana

responden bebas untuk menjawab apa saja yang sesuai

dengan pendapat atau pengetahuan responden tersebut.

2) Angket tertutup atau terbuka

Instrument alat ukur berupa wawancara, hanya jawaban

responden disampaikan lewat tulisan.

b. Penelitian kualitatif

1) Wawancara mendalampeneliti mengajukan suatu pertanyaan

sebagai pembuka yang ditujukan untuk mendapatkan

jawaban yang sebanyak-banyak nya dari responden.

Kemudian jawaban responden tersebut akan diikuti

pertanyaan-pertanyaan lain sampai diperoleh informasi yang

sebanyak-banyaknya dan sejelas-jelasnya.

2) Diskusi kelompok terfokus

Jumlah kelompok dalam diskusi kelompok ini sebaiknya

tidak terlalu banyak, yaitu antara 6-10 orang. Peneliti akan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan memperoleh

jawaban yang berbeda-beda dari semua responden dalam

kelompok tersebut (Notoadmojo, 2010).

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu:
50

a. Baik : hasil presentase 76-100%

b. Cukup : hasil presentase 56-75%

c. Kurang : hasil presentase <56%

2.5 Penelitian Terkait

Ada beberapa penelitian yang menganalisa faktor-faktor yang

mempengaruhi keluhan low back pain, Adapun penelitian terkait dengan

penelitian ini adalah:

2.5.1 Penelitian yang dilakukan oleh Kursiah Warti Ningsih dengan judul

“Keluhan Low Back Pain Pada Perawat Rawat Inap RSUD Selasih

Pangkalan Kerinci Tahun 2017”. Adalah jenis penelitiah kuantitatif

dengan menggunakan metode cross sectioanal. Populasi penelitian

meliputi semua perawat perempuan di Instalasi rawat inap penyakit

dalam dan bedah yang berjumlah 30 responden dan jumlah sampel

yang diambil sebanyak 30 responden dengan teknik sampel total

sampling. Instrumen penelitian yaitu kuesioner, lembaran REBA,

alat pengukur tinggi badan dan berat badan, dan kamera, dengan

pengolahan data secara editing, coding, entry, processing, cleaning,

dan analisa yanng dilakukan secar univariate, bivariate, dan

multivariat. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan

uji statistic chi square dan fisher dengan derajat kemaknaan (α) =

0,05. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara sikap

kerja dengan keluhan low back pain.


51

2.5.2 Penelitian yang dilakukan oleh Dian Dini Islami tahun 2016 dengan

judul “Hubungan Antara Sikap Kerja Dengan Keluhan Low Back

Pain Pada Perawat Rawat Inap Di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Surakarta” pada penelitian ini menggunakan

metode observasional dengan pendekatan cross sectional dan

menggunakan analisis bivariate chi-square, dari hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap kerja

dengan keluhan LBP pada perwat rawat inap rumah sakit PKU

Muhammadiyah SurakartaPenelitian ini menggunakan metode

Cross Sectional. Populasi penelitian.

2.5.3 Penelitian yang dilakukan oleh Purnima pada tahun 2012 dengan

judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Backpack Savety

Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Pada Siswa Kelas 5 Di

Kelurahan Tegalpajang Garut” desain penelitian yang digunakan

adalah deskriptif koleratif dengan pendekatan cross sectional,

menggunakan 2 instrument yaitu pengukuran dan kuesioner. Hasil

penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat

pengetahuan (p-value 0,981, α=0,05) dan karakteristik responden

(usia, jenis kelamin, status gizi) terhadap keluhan nyeri punggung

(p. 0,05).

2.5.4 Penelitian yang dilakukan oleh Lina Wahyuni Nababan tahun 2013

denga judul penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat

Tentang Resiko Nyeri Punggung Bawah Terhadap Keluhan Nyeri

Punggung Bawah Pada Perawat Pelaksana Di RS Premier


52

Jatinegara” menggunakan sampel penelitian yang berjumlah 96

perawat. Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus

besar sampel deskeriptif kategorik (Dahlan, 2009). Peneliti

menggunakan 2 instrument yaitu instrument fisiologis berdasarkan

karakteristik responden yang diteliti dan instrument kuesioner untuk

mengukur tigkat pengetahuan responden dan riwayat nyeri

punggung bawah. Untuk menguji validitas menggunakan rumus

Pearson Product Moment, dan uji reabilitas menggunakan metode

Cronbach’s Alpha. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat

tentang resiko nyeri punggung bawah terhadap keluhan nyeri

punggung bawah dengan hasil uji Chi square nilai p sebesar 0,006

(p<0,05). Perawat yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah

sebanyak 85,7% meneluh nyeri punggung bawah, sedangkan

perawat yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 62,1%

mengeluh nyeri punggung bawah.

2.5.5 Penelitian yang dilakukan oleh Aris Nur Ramdhani tahun 2015 yang

berjudul ”Hubungan Tingkat Pengetahuan Low Back Pain Dengan

Keluhan LBP Pada Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD

Fatmawati”, jumlah responden sebanyak 107 orang dengan teknik

pengambilan sapel random sampling. Terdapat 58,9% responden

memiliki keluhan LBP, dan 44% responden tidak memiliki keluhan

LBP. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan


53

antara tingkat pengetahuan dengan keluhan LBP yang signifikan

(p=0,004).
54

2.6 KerangkaTeori Faktor Resiko LBP:


Faktor Resiko: a. Riwayat penyakit lainnya
a. Usia b. Nyeri punggung bawah
b. Jenis kelamin kronis
c. Pendidikan
- Obesitas
/pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu - Wanita
dan terjadi setelah orang d. Pengalaman bekerja - Lanjut usia
melakukan pengindraan (lama bekerja) - Riwayat sebelumnya
terhadap suatu objek tertentu. e. IMT nyeri punggung
f. Sikap Kerja - Pergerakan tulang
g. Lingkungan kerja belakang terbatas
- Nyeri menyebar
Tingkat Pengetahuan: Faktor Yang kebagian kaki
a. Tahu (Know) - Distress psikologis
Mempengaruhi:
- Penilaian terhadap
b. Memahami a. Pendidikan
Low Back Pain kesehatan diri sendiri
(coprehention) b. Umur (LBP) rendah
c. Aplikasi (application) c. Lingkungan - Aktivitas fisik
minimal
d. Analisis (analysis) d. Sosial - Merokok
e. Sintesis (synthesis) budaya - Ketidakpuasan saat
Bagan 2.2 Kerangka Teori bekerja
f. Evaluasi (evaluation)
- Nyeri yang meluas
Sumber : John W. Engstrom dalam Johannes (2010), Notoadmojo (2012), Longo et al (2012), Wiarto G (2017).
BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Penelitin ini menggambarkan dengan jelas arah penelitian yang

dilakukan, maka dari itu perlu dirumuskan suatu kerangka konsep penelitian.

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-

konsep serta variabel-variabel yang akan diukur (diteliti) (Notoadmojo,

2010). Variable merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah

dari suatu subyek ke subyek lainnya (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

Variabel Independen Variabel dependen

Tingkat Pengetahuan
perawat mengenai
mekanika tubuh

Keluhan
LBP Pada
Karakteristik Perawat
responden :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Lama bekerja
Bagan 3.1

Kerangka Konsep Penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan

Perawat mengenai mekanika Tubuh Terhadap Keluhan LBP Pada

Perawat IGD RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur”

55
56

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teori diatas hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Hipotesis Nol : “Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai

mekanika tubuh terhadap keluhan LBP pada perawat IGD RSUD Pasar Rebo

Jakarta Timur”.

Hipotesis Alternatif (Ha) : “Ada hubungan antara tingkat pengetahuan

perawat mengenai mekanika tubuh terhadap keluhan LBP pada perawat IGD

RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur”.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Bebas (independen) : Pengetahuan perawat mengenai mekanika

tubuh(X).

Variabel Terikat (dependen) : Keluhan LBP pada perawat (Y).

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoadmojo,

2010).
57

Tabel 3.1

Definisi Operasional Tingkat Pengetahuan Perawat

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Independen Operasional

1. Pengetahuan Biomekanika Bentuk Mengisi Tingkat Ordinal

tentang adalah ilmu pertanyaan kuesioner pengetahuan

mekanika yang dengan tentang perawat

tubuh menyelidiki, format mekanika dikategorikan

menggambarka benar dan tubuh sebagai :

n, dan salah. Benar Baik jika 76-

menganalisis bernilai 5 100% benar

gerakan point dan Cukup jika

manusia. salah 56%-75%

(Rahim, H.A, bernilai 0 benar

2012) point. Kurang jika

<55% benar

(Arikunto

dalam Wawan

dan Dewi,

2010)
58

Tebel 3.2

Definisi Operasional Keluhan terhadap LBP

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Dependen Operasional

1. Keluhan LBP adalah Kuesioner Memberika Pada analisis Ordinal

terhadap suatu periode n 6 item bivariat dibuat

LBP nyeri di pertanyaan kategorik:

punggung dengan 1 = Ada

bawah yang pilihan keluhan LBP

berlangsung jawaban jika pertanyaan

lebih dari 24 “Ya” atau no.1, no.2,

jam, yang “Tidak” no.3, no.4,

didahului dan untuk no.5, dan no.6

diikuti oleh 1 menilai ada dijawab “Ya”

bulan atau tidaknya 2 = Tidak ada

lebih tanpa LBP keluhan LBP

nyeri jika semua

punggung dijawab

bawah. “Tidak”

(Keluhan pada

fase akut awal

terjadi < 2

minggu dan

fase akut akhir


59

terjadi antara

2-6 minggu)

Tabel 3.3

Definisi Operasional Karakteristik Responden

No Karakteristik Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Responden Operasional

1. Usia Umur Kuesioner Mengisi Usia Ordinal

responden yang kuesioner dinyatakan

dihitung saat umur dalam satuan

lahir hingga responden tahun dengan

saat penelitian kategori

dilakukan sebagai

berikut:

22-35 tahun

36-40 tahun

>55 tahun

(Gibson, 2009)
60

2. Jenis Tanda fisik Kuesioner Mengisi 1. Laki-laki Nominal

Kelamin yang kuesioner 2.Perempuan

teridentifikasi jenis

pada responden kelamin

yang dibawa responden

sejak dilahirkan

3. Pendidikan Jenjang Kuesioner Mengisi Jenjang Ordinal

pendidikan kuesioner pendidikan

formal yang tingkat 1. D3 Kep

terakhir dilalui pendidikan 2. S1 Kep Ners

oleh responden responden

dan memiliki

tanda bukti

lulus dari

institusi resmi

yan terkait

4. Lama bekerja Lamanya Kuesioner Mengisi 1. 3-5 tahun Ordinal

responden kuesioner 2. 6-10 tahun

bekerja sejak pengalama 3. >10 tahun

pertama bekerja n bekerja

sampai responden

dilakukan
61

penelitian di ruang

(dihitung dalam IGD

tahun)
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh

jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Atlas, dkk. 2011 dalam

Sastroasmoro, 2011). Penelitian ini menggunakan desain cross sectional

dengan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan perawat terhadap keluhan

LBP.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh obyek yang menjadi pusat perhatian

peneliti. Notoadmojo (2010) mengatakan populasi penelitian adalah

keseluruhan subyek penelitian atau subyek yang diteliti, sedangkan

subyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi disebut

sampel penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah

seluruh perawat yang bertugas diruangan IGD RSUD Pasar Rebo

Jakarta Timur berjumlah 34 perawat.

4.2.2 Sampel Penelitian

62
63

Penelitian ini menggunakan total sampling yaitu penelitian

yang melibatkan suatu populasi yang jumlahnya tidak terlalu banyak

dan biasanya seluruh populasi diteliti. Sampel yang digunakan pada

penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang IGD RSUD Pasar

Rebo Jakarta Timur yang berjumlah 34 perawat.

4.2.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Sebelum dilakukan pengambilan sampel ditentukan terlebih

dahulu kriteria inklusi maupun kriteria eksklusinya. Kriteria inklusi

pada penelitian ini adalah responden yang merupakan karyawan

RSUD Pasar Rebo dan bekerja sebagai perawat di ruang IGD,

memiliki pengalaman bekerja minimal dua tahun di ruang IGD dan

bersedia menjadi responden dalam penelitian dengan cara mengisi

informed concent. Sedangkan kriteria ekslusi adalah ciri-ciri angota

populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi

pada penelitian ini adalah perawat yang sedang dalam keadaan cuti

dan sedang tugas belajar tanpa bekerja.

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang IGD RSUD (Rumah Sakit Umum

Daerah) Pasar Rebo Jakarta Timur pada bulan Januari 2018. Dasar dari

pemilihan tempat ini adalah karena RSUD Pasar Rebo merupakan suatu

rumah sakit rujukan yang aktivitas mobilisasi di ruang IGD nya terhitung

tinggi sehingga resiko perawat yang terkena LBP juga cukup tinggi.
64

4.4 Metode Pengukuran

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang diguanakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2016).

Secara spesifik yang dinamakan fenomena disebut juga variabel penelitian

dan dalam ini peneliti menggunakan instrumen penelitian kuesioner.

Sugiono (2011) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data dengan

instrument penelitian kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner memiliki keunggulan

yaitu teknik pengumpulan datanya yang efisien, peneliti dapat mengetahui

dengan pasti veriabel yang akan diukur dan dapat mengetahui apa yang

diharapkan oleh responden, selain itu kuesioner dapat digunakan pada

ruang lingkup yang cukup luas.

Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 3 bagian

yaitu karakteristik responden (data demografi), kuesioner variable

independen (tingkat pengetahuan perawat) dan kuesioner variable

dependen (keluhan terhadap LBP).

4.4.1 Instrument Pada Penelitian

a Instrument/kuesioner A

Instrument A digunakan untuk mengetahui karakteristik

responden, meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, dan

lamanya bekerja.

b Instrument/kuesioner B
65

Instrumen B digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

perawat yang terdiri dari beberapa pertanyaan dengan pilihan

jawaban “Benar” atau “Salah”.

c Instrument/kuesioner C

Instrumen C, berisikan 6 item pertanyaan dengan pilihan “Ya”,

atau “Tidak” yang digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya

keluhan LBP pada perawat.

Sebelum penyebaran kuesioner dilakukan peneliti menjelaskan

terlebih dahulu cara pengisian kuesioner dan mempersilahkan responden

bertanya bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti. Pengambilan data di

ambil oleh peneliti sendiri tidak diwakilkan oleh pihak lain untuk menjaga

objektivitas hasil.

4.5 Etika Penelitian

Dalam penelitian diperhatikan prinsip-prinsip etika, ada empat

prinsip dalam melaksanakan sebuah penelitian (Notoadmojo, 2010) yaitu

menghormati harkat dan martabat subyek penelitian (respect for human

dignity), peneliti memberikan informasi mengenai tujuan, manfaat, dan

kemungkinan resiko yang ditimbulkan dari penelitian. Peneliti juga

mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed concent) untuk

diisi oleh responden dan responden berhak menolak untuk memberikan

informasi. Uraian prinsip etika penelitian dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Autonomy
66

Dalam penelitian ini, peneliti menghormati hak autonomy responden,

yaitu hak mengambil keputusan terkait partisipasi responden dalam

penelitian tanpa unsur paksaan dan memiliki hak yang sama untuk

berpartisipasi dalam penelitian. Sebelum pengambilan data peneliti

memberikan informed concent dengan dijelaskan terlebih dahulu

maksud dan tujuan penelitian, kemudian responden diminta untuk

membaca dan menandatangani informed concent yang diajukan.

Selama penelitian responden bersedia menjadi partisipan selama

penelitian berlangsung.

b. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti juga menjaga kerahasiaan informasi responden, yaitu dengan

tidak mencamtumkan nama. Data yang sudah tidak dipergunakan

kembali peneliti hanguskan dengan cara dibakar.

c. Respect for justice and inclusiveness (keadilan dan inklusivitas)

Prinsip keadilan mempunyai makna keterbukaan dan adil. Prinsip

keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian membagikan

keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan,

kemampuan, kontribusi, dan pilihan bebas. Dalam prosedur penelitian,

peneliti mempertimbangkan hak responden untuk mendapatkan

perlakuan yang sama, baik sebelum, selama, maupun sesudah

berpartisipasi dalam penelitian.

d. Beneficence (manfaat)
67

Penelitian ini dilakukan tanpa memberikan penderitaan kepada

responden. Penelitian yang dilakukan ini tidak memberikan perlakuan

(manipulasi) pada responden maupun lingkungan responden.

4.6 Uji Validitas dan Reabilitas

Instrumen yang baik adalah instrument yang dapat memenuhi syarat

validitas dan reabilitas yang baik. uji validitas dan reliabilitas instrumen

penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah instrument penelitian

tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data atau tidak. Validitas

adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur benar-benar

mengukur apa yang perlu diukur. Jika suatu instrumen pengukuran sudah

valid berarti instrumen tersebut dapat mengukur benda dengan tepat sesuai

dengan apa yang ingin diukur (Neolaka, 2014). Uji validitas dan uji

reliabilitas memerlukan jumlah responden minimal sebanyak 20 orang

untuk memperoleh distribusi nilai hasil pengukuran yang mendekati normal

(Notoadmotjo, 2010).

4.6.1 Uji Validitas

Uji validiatas pada penelitian ini dilakukan di RSUD Budhi

Asih Jakarta Timur. Jumlah sampel yang digunakan untuk uji

validitas sebanyak 20 orang. Nilai r yang dipakai adalah Pearson

Product Moment (r), dengan taraf Signifikan 5% yaitu 0,488. Data

diolah menggunakan aplikasi SPSS Window 17.

Adapun rumus uji validitas adalah:

∑ xy − (∑ x) (∑ y)/n
𝑟𝑥𝑦 =
√[∑ x 2 − (∑ x)²/n][∑ y 2 − (∑ y)²/n]
68

Ket :

Rxy : Angka Indeks korelasi (r) product moment

N : Jumlah subjek

∑xy : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y

∑x : Jumlah seluruh skor x

∑y : Jumlah seluruh skor y

Variabel yang di uji validitas dalam penelitian ini adalah

pengetahuan perawat mengenai mekanika tubuh. Berdasarkan

hasil analisis SPSS uji validitas untuk 15 item dari kuesioner pada

pengetahuan perawat mengenai mekanika tubuh dinyatakan valid

karena, nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel.

4.6.2 Uji Reabilitas

Uji reabilitas dilakukan di di RSUD Budhi Asih Jakarta

Timur, instrument penelitian yang valid dilanjutkan dengan uji

reabilitas dengan rumus Alpha Cronbach yaitu membandingkan

nilai r hasil ( Alpha) dengan nilai r tabel yang menggunakan aplikasi

SPSS windows 17.

Rumus :

𝑆12 − 𝑆22
𝛼 = 2 [1 − ]
𝑆𝑥 2

Keterangan :

𝑆12 dan𝑆12 = Varians skor belahan 1 dan varian skor belahan 2.

𝑆𝑥 2 = Varian skor skala


69

Klasifikasi reliabilitas tes menurut Fuilford & Frutcher dalam

Kuncono (2014) sebagai berikut:

> 0, 9 = Sangat Reliabel

> 0, 7 – 0, 9 = Reliabel

> 0, 4 – 0, 7 = Cukup Reliable

>0, 2 – 0, 4 = Kurang Reliable

< 0, 2 = Tidak Reliabel

Hasil uji reliabilitas pada kuesioner pengetahuan perawat

mengenai mekanika tubuh adalah sebesar 0, 971 yang berarti

kuisioner tersebut sangat reliable.

4.7 Teknik Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian diolah

menggunakan computer melalui beberapa tahap yaitu sebagai berikut

(Notoadmojo, 2010) :

a. Editing

Pada tahap ini hasil angket dikumpulkan melalui kuesioner kemudian

dilakukan editing, pada penelitian ini editing dilakukan dengan

mengecek kelengkapan dan kejelasan dari jawaban pertanyaan yang

sudah terisi.

b. Coding

Setelah semua kuesioner di edit dan disunting, peneliti melakukan

pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat


70

menjadi data angka atau bilangan. Pada penelitian ini coding dilakukan

pada data seperti jenis kelamin: 1=laki-laki, 2=perempuan.

c. Processing

Jawaban dari masing-masing responden yang sudah dalam bentuk

“kode” dimasukan kedalam program computer, program yang

digunakan adalah program SPSS.

d. Cleaning

Pada penelitian ini, semua data dari setiap responden yang masuk

dilakukan pengecekan untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan

kode ataupun ketidaklengkapan data.

4.8 Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan dua analisis data

untuk mendapatkan hubungan tingkat pengetahuan perawat mengenai

mekanika tubuh terhadap keluhan LBP pda perawat. Analisa data pada

penelitian ini terdiri dari:

4.8.1 Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis tiap

variable dari hasil penelitian (Sujarweni, 2014). Analisa univariat

bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik variable yang diteliti.

Bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya yaitu data

kategori yang terdiri dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan

tingkat pengetahuan responden mengenai mekanika tubuh terhadap


71

keluhan LBP pada perawat. Data ini dianalisis dengan menggunakan

tabel distribusi frekuensi.

4.8.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang menggunakan dua variabel

yaitu variabel bebas dan variebel terikat (Arikunto, 2006).

Tehnik analisis bivariat digunakan untuk menganalisis

hubungan antara tingkat pengetahuan perawat mengenai mekanika

tubuh terhadap keluhan LBP pada perawat IGD. Analisis bivariat

menggunakan program SPSS dengan teknik penelitian

menggunakan rumus spearman rank (non parametic version) dari

Pearson. Spearmen rho rank digunakan untuk:

a. Uji alternatif dari pearson r correlation.

b. Ketika minimal 1 dari 2 variabel berskala ordinal

c. Correlation coefficient yang ditunjukan oleh Spearmen rho

rank yang dihasilkan dari ranking observation, bukan

berdasarkan nilai faktual.

d. Kalkulasi Spearmen rho rank dengan meranking observasi

setiap variabel dari yang terendah sampai yang tertinggi.

Rumus spearmen rho rank, Riyanto (2009):

6. ∑d2
𝑃 = 1−
𝑛 (𝑛2 − 1)

Keterangan :

P : Koefisien Korelasi Spearman’s rank

N : Jumlah sampel
72

∑d2: Selisi setiap ranking pada setiap pasangan yang

dikuadratkan.

Menurut Arikunto (2006), semakin besar angka dalam indeks

korelasi, maka semakin tinggi korelasi kedua variabel. Penafsiran

terhadap kekuatan berhubungan dari nilai koefisien korelasi

berpedoman pada ketentuan sebagai berikut:

Tabel. 4.1 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi menurut

Sugiyono (2012).

Interval Korelasi Hubungan Variabel


0,00 – 0,119 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Angka keeratan nilai korelasi menunjukkan keeratan hubungan

antara dua variabel yang diuji. Jika angka korelasi mendekati 1,

maka korelasi dua variabel akan semakin kuat, sedangkan jika

korelasi makin medekati 0 maka korelasi dua variabel semakin

lemah.
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Data Univariat

5.1.1. Gabaran Karakteristik Perawat Menurut Usia di RSUD Pasar

Rebo Tahun 2018

Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi Gambaran Karakteristik Perawat

Menurut Usia di RSUD Pasar Rebo Tahun 2018

Usia Frekuensi Presentase (%)

22 – 35 tahun 6 17,6

36 – 55 tahun 28 82,4

> 55 tahun 0 0

Total 34 100,0

Berdasarkan tabel 5.1.1 dapat diketahui bahwa karakteristik

perawat menurut usia yaitu dewasa muda (22 –35 tahun) sebanyak

6 responden yaitu (17,6%), berusia dewasa tengah (36–55 tahun)

sebanyak 25 responden yaitu (82,4%), sedangkan responden yang

berusia dewasa akhir (>55 tahun) sebanyak 0 responden.

5.1.2. Gambaran Karakteristik Perawat Menurut Jenis Kelamin di

RSUD Pasar Rebo Tahun 2018

Tabel 5.1.2 Distribusi Karakteristik Perawat Menurut Jenis Kelamin

di RSUD Pasar Rebo Tahun 2018

73
74

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

Laki-laki 14 41,2

Perempuan 20 58,8

Total 34 100,0

Berdasarkan tabel 5.1.2 dapat diketahui bahwa karakteristik

perawat menurut jenis kelamin yaitu perempuan sebanyak 14

responden yaitu (41,2%), dan responden yang berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 20 responden yaitu (58,8%).

5.1.3. Gambaran Karakteristik Perawat Menurut Lamanya Bekerja

di RSUD Pasar Rebo Tahun 2018

Tabel 5.1.3 Distribusi Karakteristik Perawat Menurut Lamanya

Bekerja di RSUD Pasar Rebo Tahun 2018

Massa Kerja Frekuensi Presentase

3 – 5 tahun 14 41,2

6 – 10 tahun 6 17,6

> 10 tahin 14 41,2

Total 34 100,0

Berdasarkan tabel 5.1.3 dapat diketahui bahwa karakteristik

perawat menurut lamanya bekerja di ruang IGD RSUD Pasar Rebo

(3 – 5 tahun) sebanyak 14 responden yaitu (41,2%), (6 – 10 tahun)


75

sebanyak 6 responden yaitu (17,6%), dan responden yang sudah

bekerja (>60 tahun) sebanyak 14 responden (41,2%).

5.1.4. Gambaran Karakteristik Perawat Menurut Pendidikian di

RSUD Pasar Rebo Tahun 2018

Tabel 5.1.4 Distribusi Karakteristik Perawat Menurut Pendidikan di

RSUD Pasar Rebo Tahun 2018

Pendidikan Frekuensi Presentase (%)

D3 Kep 28 82,4

S1 Ners 6 17,6

Total 34 100,0

Berdasarkan tabel 5.1.4 dapat diketahui bahwa karakteristik

perawat menurut pendidikan yaitu D3 Kep sebanyak 28 responden

yaitu (82,4%), sedangkan perawat yang pendidikan S1 Ners

sebanyak 6 responden yaitu (17,6%).

5.1.5. Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Mengenai Mekanika

Tubuh di RSUD Pasar Rebo Tahun 2018

Tabel 5.1.5 Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan

Perawat Mengenai Mekanika Tubuh di RSUD Pasar Rebo Tahun

2018

Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)

Baik 21 61,8

Cukup 13 38,2
76

Kurang 0 0

Total 34 100,0

Berdasarkan tabel 5.1.5 dapat diketahui data bahwa

responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 21

responden (61,8%), sedangkan yang mempunyai tingkat

pengetahuan cukup sebanyak 13 responden (38,2%), dan yang

tingkat pengetahuannya kurang sebanyak 0 responden.

5.1.6. Gambaran Tentang Keluhan LBP pada Perawat IGD RSUD

Pasar Rebo Tahun 2018

Tabel 5.1.6 Distribusi Frekuensi Gambaran Keluhan LBP pada

Perawat di RSUD Pasar Rebo Tahun 2018.

Keluhan LBP Frekuensi Presentase (%)

Tidak ada keluhan 8 23,5

Ada keluhan 26 76,5

Total 34 100,0

Berdasarkan tabel 5.1.6 dapat diketahui bahwa responden

yang tidak memiliki keluhan LBP sebanyak 8 responden (23,5%),

dan yang memiliki keluhan LBP sebanyak 26 (76,5%).


77

5.2. Data Bivariat

5.2.1. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Mengenai Mekanika

Tubuh Terhadap Keluhan LBP

Tabel 5.1.7 Hubungan Pengetahuan Perawat Terhadap Keluhan

LBP

Pengetahuan Keluhan LBP Total P- R

Tidak Ada Ada Value

Keluhan Keluhan

n % n % n %

Baik 4 11,8% 17 50,0 21 61, 0,449 -0,134

% 8%

Cukup 4 11,8% 9 26,5 13 38,

% 2%

Kurang 0 0% 0 0% 0 0%

Total 8 23,5% 26 76,5 34 100

% ,0%

Sebelum diambil kesimpulan perlu diketahui beberapa hal

berikut, di antaranya adalah nilai signifikansi dari Output SPSS dan

pengambilan keputusan setelah diketahui nilai signifikansi. Apabila

nilai signifikansi <0,05 maka hipotesis (H0) ditolak, yang berarti

terdapat hubungan antar variabel yang diteliti. Dan apabila nilai

signifikansi >0,05 maka hipotesis (H0) diterima, yang berarti tidak

ada hubungan antar variabel yang diteliti.


78

Berdasarkan tabel 5.1.7 menunjukkan bahwa mayoritas

responden yang memiliki pengetahuan baik dan memiliki keluhan

LBP cukup tinggi yaitu sebanyak 21 responden (61,8%), responden

dengan tingkat pengetahuan cukup dan memiliki keluhan LBP yaitu

sebanyak 13 responden (38,2). Hal ini dibuktikan dengan uji nilai

Spearman’s rho sebesar 0,449 dengan sig. (2- tailed) sebesar 0,134

atau lebih besar dari 0,05 yang menyatakan bahwa kekuatan

hubungan bedasarkan kolerasi spearmant sangat rendah, sehingga

dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

tingkat pengetahuan perawat mengenai mekanika tubuh terhadap

keluhan LBP pada perawat IGD.


BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Data Univariat

6.1.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Perawat Mengenai

Mekanika Tubuh

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa proporsi

tingkat pengetahuan perawat IGD mengenai mekanika tubuh yang

dikategorikan baik yaitu sebanyak 21 responden (61,8%), sedangkan

yang memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 13

responden (38,2%) dan tidak ada perawat yang memiliki tingkat

pengetahuan kurang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden

yang memiliki tingkat pengetahuan baik lebih banyak daripada

responden yang memiliki pengetahuan cukup atau kurang. Penelitian

tersebut menunjukan bahwa pengetahuan sangat penting bagi perawat

dikarenakan dapat mempengaruhi tindakan perawat dalam melakukan

tindakan yang baik dan benar saat bekerja. Mekanika tubuh adalah

ilmu yang menyelidiki, menggambarkan, dan menganalisis gerakan

manusia, pendekatan biomekanika memandang tubuh sebagai suatu

system yang terdiri atas elemen-elemen yang saling berkaitan dan

terhubung satu sama lain melalui sendi-sendi dan jaringan otot (Rahim

H.A, 2011). Agar produktivitas kerja dapat meningkat tanpa

mengakibatkan timbulnya keluhan muskuloskeletal setiap perawat

79
80

harus memahami dengan pasti mengenai sikap kerja yang ergonomis

saat bekerja (Sanjaya et.al, 2013).

Menurtut Notoadmojo (2010) pengetahuan sangat

berpengaruh terhadap perilaku seseorang dikarenakan dari

pengalaman penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan yang baik akan menghasilkan perilaku yang baik, begitu

pula dengan pengetahuan yang kurang akan menghasilkan perilaku

yang kurang baik. Pengetahuan lebih bergantung pada paparan

informasi yang didapat seseorang mengenai suatu hal, sehingga orang

tersebut lebih termotivasi untuk mendapatkan informasi serta

mengakses berbagai sumber informasi yang ada (Notoadmojo, 2007).

Fitriani (2011) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari

proses pembelajaran seseorang terhadap sesuatu baik itu yang

didengar maupun yang dilihat. Menurut Potter dan Perry (2009)

mengemukakan bahwa pengetahuan perawat akan berbeda-beda

tergantung pada jenjang pendidikan yang dimilikinya, karena semakin

tinggi pendidikan perawat maka semakin besar pula kesempatan

perawat untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi keperawatan.

Diploma III merupakan penyumbang terbanyak dalam

kategori tingkat pendidikan baik yaitu 21 responden (61,8%). Menurut

peneliti, DIII merupakan tingkat pendidikan terendah dari semua

tingkat pendidikan responden yang diteliti, yang lama pendidikan

formal tersebut selama 6 semester (3 tahun) yang lebih singkat dari


81

pada tingkat pendidikan lainnya, sehingga jumlah pelajaran yang

diajarkan pada saat melakukan pendidikan juga lebih sedikit

dibandingkan pendidikan di atasnya. Sedangkan S1 merupakan

pendidikan dengan minimal lama pendidikan yaitu 8 semester (4

tahun) yang umumnya lebih berfokus pada teori daripada praktek dan

terkadang hal yang sudah dipelajari tapi tidak diaplikasikan.

Seperti yang dijelaskan oleh Bachtiar, dkk (2008) bahwa

pengetahuan terbentuk dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal antara lain umur dan inteligensi sedangkan faktor

eksternal yaitu pendidikan, lingkungan, pengalaman, informasi, dan

orang yang dianggap penting. Pendidikan sebagai faktor eksternal

pembentuk pengetahuan. Semakin rendah pendidikan seseorang maka

maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap

penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Sebaliknya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

mudah menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki seseorang.

Lingkungan pekerjaan juga dapat mempengaruhi pengetahuan

perawat dalam melakukan tindakan. Pengetahuan mengenai mekanika

tubuh yang dimiliki perawat di ruang IGD akan sangat membantu

perawat dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja, dan juga dapat

meningkatkan kualitas pemberian pelayanan asuhan keperawatan. Hal

ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lina Wahyuni
82

Nababan (2013) mengenai hubungan tingkat pengetahuan perawat

tentang resiko LBP terhadap keluhan LBP pada perawat pelaksana di

RS Premier Jatinegara bahwa perawat yang mempunyai tingkat

pengetahuan rendah lebih banyak yang mengeluhkan memiliki nyeri

punggung bawah dibandingkan dengan perawat yang memiliki tingkat

pengetahuan tinggi.

Penelitian yang dilakukan Lina Wahyuni Nababan tersebut

dierkuat dengan pendapat menurut Notoadmojo (2012), perilaku

seseorang dapat dibagi menjadi tiga yaitu pengetahuan (knowledge),

sikap (attitude), dan praktik (practice). Perilaku seseorang

dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya, jika individu

memiliki pengetahuan yang tinggi maka individu akan cenderung

melaksanakan tindakan yang sesuai, dengan demikian pengetahuan

sangatlah penting dalam menentukan perilaku seseorang, namun

sebelumnya belum ada penelitian mengenai tingkat pengetahuan

perawat yang dilakukan dengan penerapannya di ruang IGD.

Penelitian yang banyak dilakukan lebih sering dilaksanakan di ruang

perawatan umum biasa, ditinjau dari hasil pengamatan penulis selama

pengambilan data terlihat perawat bekerja sudah menggunakan sikap

tubuh yang baik dan tampak sesuai dengan teori yang ada. Akan tetapi

dapat diketahui bahwa ruangan IGD memiliki karakteristik tersendiri

dimana tingkat mobilitas pekerjaan nya yang sangat tinggi dan juga

beragam, dengan tingkat mobilisasi ruangan IGD yang tinggi dapat


83

menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya keluhan LBP bagi para

perawat di ruangan tersebut.

Penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Aris Nur

Rahmdhani (2015) yang dilakukan menggunakan metode cross

sectional dengan hasil p-value 0,04 menunjukan bahwa adanya

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keluhan LBP. Selain

tingkat pengetahuan terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi

adanya keluhan LBP yaitu karakteristik responden dan ruangan tempat

bekerja. Faktor penyebab yang mempengaruhi terjadinya LBP dibagi

menjadi tiga antara lain faktor individu, pekerjaan, dan lingkungan

(Andini, 2015). Pendidikan, umur, pengalaman, juga merupakan

faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dari seorang perawat

(Meliono, dkk, 2007).

Berdasarkan teori dan penelitian pendukung lainnya maka

peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan salah satu

peranan yang sangat penting, terutama bagi peawat dalam melakukan

aktivitas atau tindakan kepeawatan yang baik dan benar. Pekerjaan

perawat mengalami pergerakan tubuh yang cukup banyak seperti

mengangkat pasien, mendorong, memasang infus, dan lain-lain.

Perawat memerlukan pengetahuan yang baik agar dapat mencegah

terjadinya cedera pada musculoskeletal. Perawat yang memiliki

pengetahuan mengenai mekanika tubuh saat bekerja akan menerapkan

postur kerja yang benar dan sebaliknya perawat yang tidak memiliki
84

pengetahuan mengenai mekanika tubuh saat bekerja akan menerapkan

postur kerja yang salah.

6.1.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Tentang Keluhan LBP pada

perawat di ruangan IGD RSUD Pasar Rebo

Hasil penelitian ini menunjukan keluhan nyeri punggung

bawah pada perawat IGD terbilang sangat tinggi yaitu mencapai

76,5% sedangkan responden yang tidak memiliki keluhan nyeri

sebanyak 23,5%. Hampir dari keseluruhan responden yang diteliti

memiliki keluhan LBP. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Munabi et el (2014) mengenai faktor resiko gangguan

muskuloskeletal di antara perawat Uganda yang menyebutkan keluhan

LBP pada perawat mencapai 83,44%. Penelitian yang dilakukan oleh

Shikiru L dan Hanifa S (2013) menyebutkan mayoritas perawat di

Nigeria menderita LBP sebanyak 73,53%. Kemudian penelitian yang

dilakukan oleh barkhordari (2012) juga menyimpulkan bahwa

sebanyak 74,3% perawat mengalami LBP.

LBP merupakan permasalahan yang kerap dirasakan oleh

perawat di seluruh dunia, data menunjukan bahwa perawat yang

memiliki LBP di Eropa secara umum terdapat sekitar 41%-75%, di

Amerika sebanyak 47%, dan di Asia mencapai 40% - 60% (June &

Cho, 2010 dalam Cillier 2013).

Menurut Kursiah dalam penelitiannya tahun 2017, tingginya

keluhan yang terjadi pada perawat berhubungan dengan body


85

mechanic atau sikap kerja yang baik dan benar. Selain itu aktivitas di

luar rumah yang sering dilakukan perawat serta rendahnya

pencegahan dan gaya hidup sehat juga dapat mempengaruhi adanya

keluhan LBP. Tenaga perawat memiliki peranan yang sangat

menentukan mutu pelayanan suatu rumah sakit, untuk itu dalam

melaksanakan asuhan keperawatan perawat memiliki tugas yang

sangat bervariasi. Dalam melaksanakan tuagas nya tersebut perawat

banyak menggunakan gerakan membungkuk, dan memutar tubuh,

khususnya disekitar tulang punggung bawah. Penelitian yang

dilakukan Kursiah (2017) membuktikan bahwa terdapat hubungan

antara sikap kerja dan kejadian LBP, dibuktikan dari hasil penelitian

bahwa terdapat 43,3% perawat yang mengalami LBP. Rezaee dan

Mohammad (2014) menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan

dengan keluhan LBP diantaranya posisi mengangkat, membawa

pasien, sering menekuk badan, memutar badan, dan terlalu lama

berdiri.

Dengan demikian, berdasarkan teori dan penelitian pendukung

lainnya maka peneliti menyimpulkan bahwa pekerjaan perawat

memiliki resiko tinggi terjadinya keluhan LBP. Penyebab keluhan

LBP pada perawat ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor fisik

diantaranya berdiri dalam jangka waktu yang lama dan posisi

menekuk badan kedepan sedangkan faktor dari pasien diantaranya

mengangkat pasien, memindahkan barang dan memposisikan pasien

di tempat tidur.
86

6.2 Data Bivariat

6.2.1 Hubungan Pengetahuan Perawat Mengenai Mekanika Tubuh

Terhadap Keluhan LBP

Berdasarkan uji spearman rank hasil penelitian menunjukan

tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan

keluhan LBP pada perawat IGD RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur

dengan nilai p-value 0,449 atau p-value >0,05. Data yang didapatkan

dari kuesioner penelitian menunjukan dimana sebanyak 21 responden

dengan tingkat pengetahuan baik 4 orang diantaranya (11,8%) tidak

memiliki keluhan LBP, sedangkan 17 responden (50%) dengan

tingkat pengetahuan baik memiliki keluhan LBP.

Sementara dari 13 responden dengan tingkat pengetahuan

cukup, dan tidak memiliki keluahan LBP sebanyak 4 responden

(11,8%), dan 9 responden lainnya (26,5%) dengan tingkat

pengetahuan cukup memiliki keluhan LBP. Pada penelitian ini tidak

ditemukan responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnima

(2012) tentang tingkat pengetahuan mengenai backpack safety dengan

keluhan LBP yang menunjukan tidak ada hubungan signifikan antara

tingkat pengetahuan terhadap keluhan nyeri punggung dengan nilai p-

value 0,98 atau p-value <0,05.

Seperti yang peneliti paparkan pada pembahasan

sebelumnya bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi keluhan pada


87

LBP pada perawat namun terdapat faktor penyebab lain yang

mempengaruhi terjadinya LBP yaitu faktor individu, pekerjaan, dan

lingkungan. Sejalan dengan meningkatnya usia maka akan semakin

tinggi resiko mengalami elastisitas pada tulang yang menjadi pemicu

timbulnya gejala LBP (Andini, 2015). Pada umumnya keluhan pada

musculoskeletal tersebut mulai dirasakan pada usia kerja. Seperti hal

nya responden yang ada di ruangan RSUD IGD Pasar Rebo Jakarta

Timur, dimana sebanyak 28 responden (82,4%) berada di sekitar usia

25-60 tahunan. Dari data tersebut peneliti menyimpulkan bahwa

perawat yang bekerja di ruangan IGD RSUD Pasar Rebo Jakarta

Timur berada pada tahap perkembangan dewasa awal-dewasa

menengah, banyak perawat yang bekerja baru lulusan dari perguruan

tinggi. Pada tahap ini kemampuan berpikir kritis seseorang akan

meningkat secara teratur. Beti’e et al (1989 dalam Tarwaka 2004)

menyatakan bahwa kekuatan otot maksimal terjadi pada usia antara

20-29 tahun, lebih dari itu akan terjadi penurunan fungsi sejalan

dengan bertambahnya usia. Dalam penelitian yang dilakukan

Barkbordari (2012) membuktikan bahwa rata-rata keluhan LBP

diderita oleh kelompok usia >30 tahun disbanding dengan kelompok

usia <30 tahun.

Selain itu jenis kelamin juga dapat mempengaruhi tingkat

resiko keluhan otot rangka yang terjadi secara fisiologis dimana

kemampuan otot wanita lebih rendah di bandingkan dengan pria

(Andini, 2015). Menurut Sikiru dan Hanifa (2010) dalam penelitian


88

nya mengenai pravelence and risk factor of low back pain dengan nilai

p-value 0,004 menunjukan bahwa terdapat hubungan antara jenis

kelamin dan keluhan LBP, perempuan berpeluang memiliki keluhan

LBP 68% dari pada laki-laki 32% dikarenakan terdapat berdedaan

anatomi, fisiologi, dan struktur pada laki-laki. Hal ini sejalan dengan

jumlah responden yang diteliti bahwa terdapat lebih banyak responden

yang diteliti berjenis kelamin perempuan yaitu 58,8%.

Andini (2015) menyebutkan lingkungan kerja dapat

mempengaruhi performa seseorang dalam bekerja. IGD merupakan

peran sebagai gerbang utama masuknya penderita gawatdarurat

(Ali,2014). Pasien yang datang berobat di IGD jumlahnya lebih

banyak dan silih berganti setiap hari. Di IGD perawat merupakan

anggota tim kesehatan digaris terdepan yang menghadapi masalah

kesehatan pasien selam 24 jam secara terus menerus (Lestari & Retno,

2010), selain itu keadaan penumpukan pasien di instalasi perawatan

juga sering terjadi karena ruangan tidak ada yang kosong sehingga

pasien di IGD dengan waktu yang cukup lama. Kondisi ini

mengakibatkan jam kerja yang panjang dan beban kerja perawat yang

tinggi akan membuat produksifitas kerja menurun dan kelelahan kerja

sehingga banyak pekerjaan yang tidak dapat dilakukan dengan

maksimal.

Menurut penelitian Barkordari (2012) adanya perbedaan

keluhan LBP di antara ruang bekerja perawat, hal ini dikarenakan


89

beberapa hal diantaranya tingkat ketergantungan dan kebutuhan

pasien akan perawat.

Berdasarkan teori dan penelitian pendukung lainnya peneliti

menyimpulkan adanya perbedaan hasil penelitian yang menyatakan

bahwa tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan keluhan LBP

dikarenakan factor-faktor lain yang berperan lebih besar terhadap

terjadinya keluhan LBP pada perawat. Pengetahuan bukan merupakan

satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingginya angka kejadian

keluhan LBP pada perawat, gaya hidup dan tuntutan yang ada di

ruangan instalasi gawat darurat yang memerlukan pergerakan-

pergerakan dengan segera dan cepat tanggap bisa jadi membuat

perawat menyampingkan dan tidak menyadari melakukan pergerakan-

pergerakan yang dapat membahayakan organ muskuloskeletal nya.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini banyak memiliki kekurangan

dan keterbatasan baik secara sengaja maupun tidak sengaja, Adapun

beberapa keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya:

6.3.1 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini ada yang menggunakan kuesioner yang belum

baku, sehingga perlu dilakukan tahap uji validitas dan reabilitas.

Meskipun ada beberapa pertanyaan yang tidak valid dan memenuhi

target , penulis diharuskan merubah atau memodifikasi pertanyaan


90

dan mengujikannya kembali. Setelah instrument dinyatakan valid

peneliti melakukan uji reabilitas.

6.3.2 Desain Penelitian dan Analisa Data

Jenis analisa data dalam penelitian ini adalah univariate dan

bivariate yang hanya mencari hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen. Desain dan analisa data dalam penelitian ini

hanya dapat memberikan gambaran variabel-variabel yang diukur

dan ada tidaknya hubungan antara variabel tersebut, sehingga masih

banyak faktor-faktor yang perlu diukur.

6.3.3 Sampel

Penelitian ini menggunakan total sampling dengan melibatkan

seluruh perawat yang berada di ruangan IGD RSUD Pasar Rebo

sehingga saat penyebaran kuesioner membutuhkan waktu yang lebih

lama dikarenakan menunggu seluruh perawat yang bertugas di

ruangan IGD hadir dan dapat mengisi kuesioner secara keseluruhan.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 34 responden tentang

hubungan tingkat pengetahuan perawat mengenai mekanika tubuh terhadap

keluhan LBP di RSUD Pasar Rebo , maka penulis dapat menyimpulkan

sebagai berikut :

7.1.1 Gambaran karakteristik perawat di ruang IGD RSUD Pasar Rebo

tahun 2017 terhadap 34 responden dapat disumpulkan menurut usia

mayoritas 25-60 tahun sebanyak 28 responden (82,4%), mayoritas

berjenis kelamin perempuan sebanyak 20 responden (58,8%), masa

bekerja 0-5 tahun sebanyak 14 responden (41,2%) dan masa bekerja

>10 tahun sebanyak 14 responden (41,2%), mayoritas pendidikan

terakhir yaitu D3 Keperawatan sebanyak 28 responden (82,4%).

7.1.2 Gambaran tetang pengetahuan perawat mengenai mekanika tubuh di

ruang IGD RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur tahun 2017, terdapat 34

responden diketahui memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 21

(61,8%), serta tingkat pengetahuan dengan kategori cukup sebanyak

13 (38,2%), dan tidak ada perawat yang berada pada tingkat

pengetahuan dengan kategori kurang.

7.1.3 Gambaran tentang keluhan LBP pada perawat ruang IGD RSUD Pasar

Rebo tahun 2017, dari 34 responden dapat diketahui bahwa mayoritas

sebanyak 26 perawat memiliki keluhan LBP (76,5%).

91
92

7.1.4 Bardasarkan hasil uji statistic diketahui bahwa antara tingkat

pengetahuan perawat mengenai mekanika tubuh terhadap keluhan

LBP pada perawat ruang IGD RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur tahun

2017, di dapatkan hasil nilai p value yaitu 0,449 yang berarti bahwa p

value >0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan perawat terhadap keluhan LBP

pada perawat ruangan IGD RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur tahun

2017.

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai

tingkat pengetahuan perawat terhadap kejadian keluhan LBP pada

perawat sehingga dapat berguna untuk menyusun standar operasional

prosedur dalam rangka pencegahan LBP pada perawat. Selain itu

perlunya peningkatan tingkat pengetahuan dapat diberikan melalui

pemberian informasi dengan metode seminar, workshop, maupun

pelatihan yang diberikan dalam jangka waktu tertentu. Perawat

merupakan tenaga kesehatan utama yang perlu diperhatikan

kesejahteraannya dan pengetahuan perawat tersebut akan sangat

berpengaruh terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang baik.

7.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan sumber

kepustakaan untuk dapat memberikan gabaran mengenai LBP pada


93

perawat serta menjadi bahan evaluasi dalam peningkatan pencegahan

LBP pada perawat, dan sebagai bahan kajian untuk mengembangkan

kurikulum yang sudah ada. Peneliti menyarankan agar pengetahuan

mengenai LBP diberikan secara komprehensif baik di lingkungan

pendidikan maupun di lingkungan pekerjaan tempat perawat bekerja.

7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menjadi bahan dasar sebagai acuan untuk melakukan penelitian

lebih lanjut yang berhubungan dengan faktor-faktor penyebab LBP.


DAFTAR PUSTAKA

Alodokter. (2015). Nyeri punggung gejala penyebab dan mengobati, (Online),

(http://www.alodokter.com, diakses 11 Juni 2017).

Andini, F. (2015). Risk Factory of Low Back Pain in Workers. J Majority.

Vol.4 No.1.

Agustin, C. P. (2013). Hubungan masa kerja dan sikap kerja dengan kejadian

Sindrom Terowongan Karpal pada pembatik CV. Pusaka Beruang

Lasem. Universitas Negri Semarang .

A Potter, & Perry, A. G. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.

Bachtiar, dkk (2008). Kesesuaian antara tanda-tanda degenerasi diskus pada

foto polos dengan magnetic resonace imaging lumbosakral pada

penderita nyeri punggung bawah (Online),

(http://pasca.unhas.ac.id/pdf, diakses 07 Februari 2018).

Barkhordari, A. Gholamhossain H & Mahdi B. (2012). The Pravelence of low

back pain among nurses in Yazd, Shouthest Iran. International Journal

Of Occupational hygiene, 5(1), 19-22.

Cael, (2011). Anatomy Functional: Musculoskeletal Anatomy, Kinesiologi,

Palpation For Manual Therapist. Philadelpia: Lippincott Williams &

Wilkins Health.

Delitto, et al. (2012). Low back pain clinical practice guidelines linked to the

international classification of functioning, disability, and health from


the orthopaedic section of the american physical therapy association. J

Orthop Sports Phys Ther. 42(4): A11.

Fitriani, S. 2011. Promosi Kesehatan: Cetakan 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Fitriani (2012). Hubungan Antara Teknik Mengangkat Beban dengan

Keluhan Nyeri Pinggang Pada Buruh Gendong di Pasar Buah Johar

Semarang. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Dian Nuswantoro, (Online), (Diakses tanggal 07 Februari 2018) .

Halimah. (2011). Karakteristik Penderita Nyeri Punggung Bawah (NPB)

yang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun

2009-2010. Skripsi diterbitkan. Medan: USU.

Health and Safety Executive. (2009). HSE Annual Statistics Report for Great

Britain, (0nline), (http://www.hse.gov.uk/statistics/, diakses 7 Juli

2017)

Johannes. (2010). Hubungan Antara Postur Tubuh dengan Terjadinya Nyeri

Punggung Bawah pada Pasien Poliklinik Neurologi di RSUP H. Adam

Malik Medan 2010. KTI diterbitkan. Medan: USU.

Kurniawidjaja, L. Meily. (2014). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta

: Universitas Indonesia (UI-press).

Kursiah, W. (2017). Keluhan LBP Pada Perawat Rawat Inap RSUD Selasih

Pangkalan Kerinci. Jurnal Iptek Terapan. Vol.11 (75-88).

Longo et al. (2012). Harisson Principles of Internal Medicine. The McGraw

Hill Companies. United States of America.

Lusiana, L. (2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalan

pelaksanaan Triage di UGD RS Puri Indah Jakarta, (Online),


(http://diglib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-1647-

ABSTRAK.pdf, diakses 02 Februari 2018).

Meliono, Irmayanti, dkk. (2007). MPKT Modul I. Jakarta: Lembaga

Penerbitan FEUI. (Online), (Http://id.wikipedia.org.wiki/pengetahuan,

diakses ada 19 Januari 2018).

Muabi, I.G, William B, David L. Kitara, Joseph O & Erisa S. Mwaka. (2014).

Musculoskeletal disorder risk factors among nursing professionals in

law resource settings: a cross-sectional study in Uganda. BMC Nursing,

13(7), 1-8.

Noor, H.Z. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuluskeletal. Jakarta: Salemba

Medika.

Notoadmojo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu prilaku. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoadmojo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Putranto, H.T, Rafael. D, Andi. W. (2014) . Hubungan Postur Tubuh Menjahit

dengan Keluhan Low Back Pain pada Penjahit di Pasar Kota Makassar.

Skripsi diterbitkan. Makassar: FKM Universitas Hasanudin.

Rahim, H.A, (2012). Vertebra Departemen Ortopedi dan Traumatologi

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Rumah Sakit Dr. Hasan

Sadikin 2012. Jakarta: Sagung Seto.


Rezaee, M & Mohammad, G. (2014). Prevalence of low back pain among

nurses: predisposing factors and role of work place violence. Trauma

mon, 19(4), 9-14.

Riskesdas. (2013). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

Nasional. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Sakinah, dkk . (2013). Faktor yang berhubungan dengan keluhan nyeri

punggung bawah pada pekerja batu bara di kelurahan Lawawoi

Kabupaten Sidrap., (online), (http://respiratory.unhas .ac.id/ handle

123456789/6701, diakses 7 Juli 2017).

Sanjaya, Wina. (2013). Penelitian Pendidikan, Jenis, Metode dan Prosedur.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sastroasmoro, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-

4. Jakarta : Sagung Seto.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Shikiru, L & Hanifa, S. (2013). Prevalence and risk factors of low back pain

among nurses in a typical Nigerian hospital. PMC, 10(1), 26-30.

Suma’mur PK. (2015). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja

(HIPERKES). Jakarta : PT. Sagung Seto.

Sya’bani, D. Purnima. (2012). Hubungan tingkat pengetahuan tentang

backpack safety terhadap keluhan nyeri punggung pada siswa kelas 5

di kelurahan tegalpanjang Garut. Skripsi diterbitkan. Universitas

Indonesia.

Ullrich, P. F. (2009). Spinal Anatomy and Back Pain. Spine-Health Trusted

Information for Back Pain Relief, (Online), (http://www.spine-


health.com/conditions/spine-anatomy/spinal-anatomy-and-back-pain,

diakses 11 Agustus 2017).

Wiarto, G. (2017). Nyeri Tulang dan Sendi. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Wicaksono, B. (2012). Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Nyeri

Punggung Bawah Pada Bidan Saat Menolong Proses Persalinan. Jurnal

Universitas Airlangga. Surabaya. 5(4):12-20.

Wong, et al. (2010). Prevalence and Risk Factors Associated with Low Back

Pain Among Health Care Providers in a District Hospital. Malay Ortho

Journal. Vol.4 No.2.

Yeni. (2011). Hubungan sikap kerja terhadap keluhan kesehatan pada

pekerja bagian produksi lateks. Skripsi diterbitkan. Universitas

Sumatera Utara.
SURAT PERMOHONAN MENJADI
RESPONDEN

Kepada
Yth. Bapak/Ibu
Ditempat,
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan STIKes Binawan Jakarta.
Nama :
NIM :
Akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan
Perawat Mengenai mekanika Tubuh Terhadap Keluhan Low Back Pain Pada
Perawat IGD RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur” data yang diperoleh dalam
penelitian ini diharapkan akan sangat bermanfaat bagi peneliti, institusi pendidikan,
dan khususnya responden. Jawaban yang responden berikan akan di jaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk penelitian. Atas perhatian dan
kesediaan bapak/ibu untuk menjadi responden saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum wr,wb
Jakarta, 2018
Peneliti

( )
NIM. 011621011
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORM CONSENT)

Judul Penelitian : “Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Mengenai


Mekanika Tubuh Terhadap Keluhan Low Back Pain
Pada Perawat IGD RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur”
Peneliti :
Pembimbing :
Saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIKes Binawan.
Dengan judul penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat
Mengenai Mekanika Tubuh Terhadap Keluhan Low Back Pain Pada Perawat IGD
RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur” Saya mengetahui tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan perawat mengenai mekanika
tubuh terhadap keluhan LBP pada perawat IGD RSUD Pasar Rebo.
Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela. Semua
informasi yang di berikan akan dirahasiakan dan hanya dipergunakan untuk
penelitian

Atas kerjasama dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari saya ucapkan terima


kasih.
Jakarta, 2018
Saksi Responden

( ) ( )
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai
Mekanika Tubuh Terhadap Keluhan Low Back
Pain Pada Perawat IGD RSUD Pasar Rebo Jakarta
Timur

Petunjuk pengisian kuesioner A :


a. Bacalah pertanyaan penelitian dengan teliti.
b. Seluruh pertanyaan harus dijawab, tiap jawaban hanya diisi satu jawaban.
c. Berilah tanda check list (v) pada salah satu kotak sesuai dengan jawaban
yang anda pilih.
d. Isilah jawaban pertanyaan dengan jawaban yang jujur dan menurut anda
tepat, isi titik titik dengan jawaban yang sesuai. Jawaban anda adalah rahasia
pribadi yang tidak akan diketahui siapapun karena dijamin kerahasiannya.
e. Anda dapat menanyakan langsung apabila ada pertanyaan yang kurang
dimengerti kepada peneliti.

A. Data Demografi
1. Nama Inisial :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin : (Lingkari salah satu jawaban)
a. Laki-Laki
b. Perempuan
4. Masa Kerja :
a. 3 - 5 tahun
b. 6 - 10 tahun
c. > 10 tahun
5. Tingkat Pendidikan:
a. D3Kep
b. S1 Kep-Ners
Petunjuk pengisian kuesioner B :
a. Bacalah pertanyaan dengan teliti sebelum memberikan jawaban, seluruh
pertanyaan harus dijawab.
b. Isilah salah satu kotak dengan memberi tanda check list (v) pada kolom
benar atau salah sesuai dengan jawaban yang anda anggap tepat.
c. Bila ingin membenarkan jawaban, berilah tanda garis (=) pada jawaban
pertama dan berikan tanda check list (v) pada jawaban yang dianggap
benar. Setiap pertanyaan hanya diisi satu jawaban.

B. Pengetahuan Perawat Mengenai Mekanika Tubuh


No Pertanyaan Benar Salah
1. Mekanika Tubuh adalah penggunaan tubuh yang
terkoordinir dan aman untuk menghasilkan
pergerakan dan mempertahankan keseimbangan tubuh
selama aktivitas.
2. Sikap kerja yang salah merupakan salah satu
penyebab terjadinya LBP.
3. Beban yang diterima vertebra yang sangat besar
selama proses pengangkatan beban, bisa berpotensi
menyebabkan kerusakan pada vertebra.
4. Pada saat menangkat atau membawa beban maka
posisi yang benar adalah punggung dalam keadaan
membungkuk.
5. Duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu
kebelakang. Paha menempel di dudukan kursi dan
bokong harus menyentuh bagian belakang kursi
merupakan sikap duduk yang baik.
6. Posisi berdiri terlalu lama hingga ber jam-jam (statis)
akan mempengaruhi kesehatan seperti sakit pada
bagian pergelangan kaki, varises, kelelahan otot, nyeri
pinggang, nyeri pada otot punggung, hingga kaku
pada leher.
7. Memindahkan bad/brankar bukan salah satu aktivitas
yang dapat mencederai tulang belakang.
8. Pada saat menganggkat beban menggunakan otot-otot
besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah,
perut, dan pinggul dapat mengurangi rasa sakit pada
daerah tubuh bagian belakang.
9. Pada saat mengangkat pasien dekatkan tubuh perawat
dengan pasien (objek yang akan diangkat) dan dengan
menempatkan titik tumpu berat pada lutut bukan pada
pinggang.
10. Mengangkat seseorang dengan beban yang sangat
berat harus diangkat bersamaan dengan dipimpin
seseorang yang dapat memberikan koordinasi
menghitung satu sampai tiga.
11. Ekstensikan lutut dan tidak membuat kaki pada jarak
yang lebar pada saat mengangkat beban berat
merupakan cara yang benar saat mengangkat beban
berat.
12. Cara memindahkan/menarik pasien ke brangkar posisi
kaki dan tubuh (seperti condong ke depan dari
panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas
dibawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku
diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul,
lutut dan pergelangan kaki ditekuk dan lalu lakukan
penarikan.
13. Berat pasien atau objek yang diangkat tidak memberi
pengaruh terhadap tubuh (tulang vertebra).
14. Melakukan sikap kerja yang tepat saat mengangkat
dan memindahkan pasien merupakan salah satu
bagian dari 3 elemen dasar mekanika tubuh yaitu
coordinator body movement.
15. Jika meakukan mekanika tubuh yang salah akan
berpengaruh pada system musculoskeletal saja tetapi
tidak mempengaruhi system persyarafan.

Petunjuk pengisian kuesioner C :


a. Bacalah pertanyaan penelitian dengan teliti.
b. Seluruh pertanyaan harus dijawab, tiap jawaban hanya diisi satu jawaban.
c. Berilah tanda check list (v) pada salah satu kotak sesuai dengan jawaban
yang anda pilih.
d. Isilah jawaban pertanyaan dengan jawaban yang jujur dan menurut anda
tepat. Jawaban anda adalah rahasia pribadi yang ditak akan diketahui
siapapun karena dijamin kerahasiannya.
e. Anda dapat menanyakan langsung apabila ada pertanyaan yang kurang
dimengerti kepada peneliti.

C. Keluhan Nyeri Punggung


1. Apakah anda pernah mempunyai masalah punggung bagian bawah
(pegal, panas, nyeri seperti ditusuk, sakit atau tidak nyaman) selama 3
bulan terakhir?
Ya Tidak
2. Apakah anda merasakan nyeri punggung bawah saat mengangkat pasien
selama 3 bulan terakhir?
Ya Tidak
3. Apakah anda merasakan nyeri punggung bagian bawah saat
memindahkan pasien selama 3 bulan terakhir?
Ya Tidak
4. Apakah anda merasakan nyeri punggung bagian bawah saat
memposisikan pasien selama 3 bulan terakhir?
Ya Tidak
5. Pernahkah anda mengunjungi fasilitas keshatan untuk mengatasi nyeri
punggung bagian bawah selama 3 bulan terakhir?
Ya Tidak
6. Pernahkah anda dirawat disebabkan nyeri punggung bagian bawah
selama 3 bulan terakhir?
Ya Tidak
DATA VALIDITAS

PENGETAHUAN
Case Processing Summary

N %

Cases Valid 15 100.0

Excludeda 0 .0

Total 15 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.971 15

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

kuesioner1 1.67 .488 15

kuesioner2 1.67 .488 15

kuesioner3 1.67 .488 15

kuesioner4 1.67 .488 15

kuesioner5 1.67 .488 15

kuesioner6 1.67 .488 15

kuesioner7 1.67 .488 15

kuesioner8 1.67 .488 15

kuesioner9 1.67 .488 15

kuesioner10 1.67 .488 15

kuesioner11 1.67 .488 15

kuesioner12 1.67 .488 15

kuesioner13 1.67 .488 15

kuesioner14 1.67 .488 15

kuesioner15 1.67 .488 15


Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

kuesioner1 23.33 33.810 .722 .971

kuesioner2 23.33 33.810 .722 .971

kuesioner3 23.33 32.952 .884 .968

kuesioner4 23.33 32.952 .884 .968

kuesioner5 23.33 32.952 .884 .968

kuesioner6 23.33 33.810 .722 .971

kuesioner7 23.33 32.952 .884 .968

kuesioner8 23.33 33.810 .722 .971

kuesioner9 23.33 32.952 .884 .968

kuesioner10 23.33 33.810 .722 .971

kuesioner11 23.33 32.952 .884 .968

kuesioner12 23.33 32.952 .884 .968

kuesioner13 23.33 32.952 .884 .968

kuesioner14 23.33 33.810 .722 .971

kuesioner15 23.33 32.952 .884 .968

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

25.00 38.143 6.176 15


ANALISA DATA

Frequencies
Statistics
Tingkat_Peng Keluhan_LB
etahuan P
Valid 34 34
N
Missing 0 0

Frequency Table
Tingkat Pengetahuan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Baik 21 61,8 61,8 61,8
Valid Cukup 13 38,2 38,2 100,0
Total 34 100,0 100,0

Keluhan LBP
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak Ada
8 23,5 23,5 23,5
Keluhan
Valid
Ada Keluhan 26 76,5 76,5 100,0
Total 34 100,0 100,0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat Pengetahuan *
34 100,0% 0 0,0% 34 100,0%
Keluhan_LBP

Tingkat_Pengetahuan * Keluhan_LBP Crosstabulation


Keluhan_LBP Total
Tidak Ada Ada
Keluhan Keluhan
Count 4 17 21
Baik % of
11,8% 50,0% 61,8%
Total
Tingkat Pengetahuan
Count 4 9 13
Cukup % of
11,8% 26,5% 38,2%
Total
Count 8 26 34
Total % of
23,5% 76,5% 100,0%
Total

Nonparametric Correlations
Correlations
Tingkat Keluhan LBP
Pengetahuan
Correlation
1,000 -,134
Coefficient
Tingkat Pengetahuan
Sig. (2-tailed) . ,449
N 34 34
Spearman's rho
Correlation
-,134 1,000
Coefficient
Keluhan LBP
Sig. (2-tailed) ,449 .
N 34 34

Anda mungkin juga menyukai