HEAT EXCHANGER
Oleh :
Heat exchanger adalah heat exchanger antara dua fluida dengan melewati
dua bidang batas. Bidang batas pada heat exchanger adalah dinding pipa yang
terbuat dari berbagai jenis logam. Pada heat exchanger ini, terdapat dari dua pipa
konsentris, yaitu: annullus/shell (pipa yang berada di luar) dan tube (pipa yang
berada di dalam). Berdasarkan jenis alirannya heat exchanger dibagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Pararel Flow
2. Counter Flow
2. Tube Sheet
3. Baffle
Berfungsi sebagai penyangga tube, menjaga jarak antar tube,
menahan vibrasi yang disebabkan oleh aliran fluida, dan mengatur aliran
turbulen sehingga perpindahan panas lebih sempurna. Jenis baffle yaitu
battle melintang (segmental, dish and doughnut) dan baffle memanjang.
4. Tie Rods
Keterangan :
- h untuk aliran panas
- c untuk aliran dingin
Setelah itu kita menyamakan persamaan antara persamaan untuk
counterflow dan persamaan untuk pararel flow dan didapat :
Ta Tb
Q UA (5)
ln( Ta / Tb
Dimana ΔTa adalah selisih antara suhu keluaran shell dengan suhu
fluida pendingin awal dan ΔTb adalah selisih antara suhu keluaran
shell dengan suhu fluida pendingin akhir. Δt mean yang dimaksud
dalam persamaan tersebut adalah LMTD, yaitu :
Ta Tb
Tmean LMTD (6)
ln( Ta / Tb
Namun demikian penggunaan LMTD juga cukup terbatas. Kita
harus menggunakan faktor koreksi F yang dapat dilihat dalam
grafik pada lampiran. Sehingga rumusnya menjadi :
Q UAF (LMTD ) (7)
(8)
3. Fouling Resistance
Jika sebuah pipa baru saja digunakan, maka keadaannya masih
normal dan bersih sehingga tidak mengganggu proses perpindahan kalor.
Namun pada suatu saat fluida yang terus menerus mengalir dalam pipa akan
membentuk seperti sebuah lapisan yang akan mengganggu aliran kalor. Hal
inilah yang disebut dengan fouling resistance. Untuk menghitung fouling
resistance dapat digunakan rumus berikut ini :
1 1
Rd
U D UC
Dimana U pipa yang sudah tua tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
1
U (9)
1 ri ln( r0 / rp ) r j ln( rp / ri ) r
i Rd
hi k insulator k pipe r0 h0
(14)
Δtm merupakan suhu rata-rata log atau Log Mean Temperature Difference
(LMTD). Untuk Shell and Tube Heat exchanger, nilai LMTD harus dikoreksi
dengan faktor yang dicari dari grafik yang sesuai (Fig 18 s/d Fig 23 Kern). Caranya
adalah dengan menggunakan parameter R dan S.
(15-16)
Nilai LMTD dihitung dengan persamaan sbb:
Bila UD konstan
Untuk aliran searah (co-current)
Atau
Untuk aliran berlawanan arah (Counter Current)
(17)
Nilai LMTD yang diperoleh ini harus dikoreksi dengan faktor FT yang dicari dari
grafik yang sesuai. Caranya yaitu dengan menggunakan parameter R dan S:
(18-19)
Dan harga Δ tm =FT.LMTD
Bila UD tidak konstan (berubah) terhadap suhu
Untuk aliran searah atau aliran berlawanan arah, maka persamaan LMTD
berupa persamaan implisit:
(20)
A ALAT
1. Globe valve
2. Ball valve
3. Heat exchanger
4. Pressure indicator
5. Temperature Transmiter
6. Pump
B BAHAN
1. Air panas dan dingin
2. Heater Electrik
V. LANGKAH KERJA
1. Prosedur Start-Up
a) Tahap Persiapan
Memastikan keadaan
Ada rekomendasi dari
HE dalam kondisi
Inspeksi
baik
Melakukan pemeriksaan
Menutup semua valve pada bagian–bagian dan
atau saluran drain dan kelengkapannya
venting
b) Tahap Start-Up
Melakukan pengaturan
kondisi operasi agar
temperatur outlet Sebelum atau sesudah ada
Fluida di HE mencapai aliran dapat melakukan
temperatur optimal venting udara atau drain air
selama temperatur operasi
dibawah 150°C
Mengatur dan mengawasi
kondisi operasi tekanan
maupun suhu tetap stabil
dan tidak melebihi operasi
yang diijinkan
2. Prosedur Percobaan
3. Prosedur Shutdown
Mengatur valve
Membuka valve
inlet agar terjadi
bypass agar aliran
penurunan
tidak melewati HE
temperatur
saat kondisi masih Pada saat operasi normal,
sampai aman
beroperasi penurunan temperatur di
HE terkait langsung
dengan proses sirkulasi
panas atau dingin
Contoh Perhitungan :
QLepas = m x Cp x ΔT
= ρ x v x Cp x (T1-T2)
= 62,428 lb/ft3 x 0.013 ft3 /s x 1,0 BTU/lb 0F (134,6 -
125,24)⁰F
= 8,355 BTU/s
= 27346.46 BTU / hr
QTerima = m x Cp x ΔT
= ρ x v x Cp x (T4-T3)
= 62,428 lb/ft3 x 0.013 ft3/s x 1,0 BTU/lb 0F (114,26 -
110,84)⁰F
= 2,775 BTU/s
= 9991.976 BTU/ hr
QLepas = m x Cp x ΔT
= ρ x v x Cp x (T1-T2)
= 62,428 lb/ft3 x 0.013 ft3 /s x 1,0 BTU/lb 0F (135,14-
123,44)⁰F
= 9,49 BTU/s
= 34183.08 BTU / hr
QTerima = m x Cp x ΔT
= ρ x v x Cp x (T4-T3)
= 62,428 lb/ft3 x 0.013 ft3/s x 1,0 BTU/lb 0F (134,42 -
123,26)⁰F
= 7,157 BTU/s
= 25768.78 BTU/ hr
Contoh Perhitungan :
Debit : 22,2 l/min
Suhu : 54 ˚C
(𝑇1−𝑡1)−(𝑇2−𝑡2)
LMTD = 𝑇1−𝑡1
ln(𝑇2−𝑡2)
(134.6−114.26)−(125.24−110.84)
= 134.6−114.26
ln(125.24−110.84)
= 17.2187164 ˚F
𝑇1−𝑇2
R= = 2.736842105
𝑡2−𝑡1
𝑡2−𝑡1
S = 𝑇1−𝑡1 = 0.143939394
Fluida
Fluida Panas
Dingin ∆T/
LMTD
Temperatur Debit (LPM)
Tin Tout Tin Tout (⁰F)
Ft CMTD,
(˚F)
(⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C)
54 22.2 22.2 57.3 50.8 38.1 43 24.2988089 0.97 23.56984467
26 26 56.9 50.7 37.4 42.1 25.2943581 0.975 24.66199918
Tabel 6.6 LMTD Pada Aliran Co - Current
Contoh Perhitungan :
Debit : 22,2 l/min
Suhu : 54 ˚C
(𝑇1−𝑡1)−(𝑇2−𝑡2)
LMTD = 𝑇1−𝑡1
ln( )
𝑇2−𝑡2
(135.14−109.4)−(123.44−100.58)
= 135.14−109.4
ln( )
123.44−100.58
= 24.2988089 ˚F
𝑇1−𝑇2
R= = 1.326530612
𝑡2−𝑡1
𝑡2−𝑡1
S = 𝑇1−𝑡1 = 0.255208333
Contoh Perhitungan :
Flow = 22 l/min
a. Temperatur kalorik untuk fluida panas
Tc = T2 + Fc(T1 – T2)
Tc = 125,24 + 0,35 (134,6- 1235,24) = 128.516 ⁰F
b. Temperatur kalorik untuk fluida dingin
tc = t2 + Fc(t2 – t1)
Fluida
Fluida Panas
Dingin
Temperatur Debit (LPM)
Tin Tout Tin Tout
Tc (⁰F) tc (⁰F) Fc
(⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C)
22.2 22.2 57.3 50.8 38.1 43 128.237 113.0162 0.41
54
26 26 56.9 50.7 37.4 42.1 139.1072 111.3332 0.42
Contoh Perhitungan :
Flow = 22 l/min
Tc = T2 + Fc(T1 – T2)
tc = t2 + Fc(t2 – t1)
tc = 109.4 + 0,41 (109.4 – 100,58) = 113.0162 oF
4. Bilangan Reynold
Flow Area
Bagian Shell
Bagian Tube
Nt x a′t 37 x 0,0876
At = 144 x n = 144 x 1
= 0.022508 ft2
Bagian Shell
Ws 2937.06
Gs = = = 19199.45204 lb / hr. ft2
As 0,153
Bagian Tube
Wt 2937.06
Gt = At
= 0.0225 = 130487.6712lb / hr. ft2
Debit (LPM) µ Re
Temp (⁰C) µt µs
FT 01 FT 02 Res Ret
(lb/hr.ft) (lb/hr.ft)
22,2 22,2 0.5 0.62 6759.997 7576.703
54
26 26 0.52 0.62 7917.113 8873.617
Contoh Perhitungan :
Flow = 22,2 l/mnt
Debit (LPM) µ Re
Temp (⁰C) µt µs
FT 01 FT 02 Res Ret
(lb/hr.ft) (lb/hr.ft)
22,2 22,2 0.55 0.64 6548.747 7339.932
54
26 26 0.5 0.64 7669.703 8596.316
Contoh Perhitungan :
Flow = 22,2 l/mnt
Bagian Shell (De = 0.218298 ft)
De x Gs
Res = = 6548.747
µ
22,2 46 28
0.3696 0.615079 290.4815 0.3756 0.488108 142.5926
54
26 45 0.3694 35 0.3797
1.488901 229.1666667 1.506452 185.3703704
Contoh Perhitungan :
Flow = 22 l/mnt
a. Koefisien perpindahan panas dalam Tube (hi)
hi k
= jH x Di x [Cp x µ/k]1/3
φs
0,3756
= 28 x x [0.116291]1/3 = 142.5926 BTU / hr.ft2.F
0,036
ho k
= jH x D x [Cp x µ/k]1/3
φt
0,696
= 46 x 0.036 x [1.845238]1/3 = 290.4815 BTU / hr.ft2.F
22,2 48 29
0.3685 0.578924 284.4444 0.3755 0.488108 147.6852
54
26 49 34
0.3677 249.537037 229.1666667 0.3805 1.31406 157.4074074
Contoh Perhitungan :
Flow = 22 l/mnt
a. Koefisien perpindahan panas dalam Tube (hi)
hi k
= jH x Di x [Cp x µ/k]1/3
φs
0,3755
= 29 x x [1.736771]1/3 = 147.6852 BTU / hr.ft2.F
0,036
ho k
= jH x D x [Cp x µ/k]1/3
φt
0,3685
= 48 x x [0.116384]1/3 = 284.4444 BTU / hr.ft2.F
0.036
Contoh Perhitungan : (saat T =54 °C dan flow = 22,2 LPM) adalah sebagai berikut :
ho
φs
tw = tc + hio ho x (Tc – tc)
+
φt φs
290,4815
tw = 115,457 + x (128,516 – 115,457)
111,8373+290,4815
= 124,8858 oF
Contoh Perhitungan : (saat T =54 °C dan flow = 22,2 LPM) adalah sebagai berikut :
ho
φs
tw = tc + hio ho x (Tc – tc)
+
φt φs
284,4444
tw = 113,0162 + x (128,237 – 113,0162)
115,8315+284,4444
= 123,8324 oF
Contoh Perhitungan : (saat T =54 °C dan flow = 22,2 LPM) adalah sebagai berikut :
Bagian Shell
Bagian Tube
Contoh Perhitungan : (saat T =54 °C dan flow = 22,2 LPM) adalah sebagai berikut :
Bagian Shell
Bagian Tube
Tabel 6.17 Koefisien Clean Overall (Uc) pada aliran Counter current
Temper Debit (LPM)
atur Ho hi hio Uc
(0C) FT1 FT2
ho
ho = φs x φs = 290,4815 x 1,009381 = 293,2063 Btu/hr.ft2.oF
hi
hi = φt x φt = 142,,5926 x 0,979436 = 139,6603 Btu/hr.ft2.oF
ID 0,011
hio = hi x OD = 139,6603 x 0,014= 111,8373 Btu/hr.ft2.oF
ho
ho = φs x φs = 284,4444 x 1,013877 = 288,3917 Btu/hr.ft2.oF
ID 0,011
hio = hi x OD = 146,5912 x 0,014= 115,8315 Btu/hr.ft2.oF
Tabel 6.19 Fouling Factor/Dirt Factor (Rd) pada aliran Counter current
Contoh Perhitungan : (saat T =54 °C dan flow = 22,2 LPM) adalah sebagai berikut :
Luas Permukaan Tube Side (A) : a’ = 0,1309 ft2 / lin ft (table 10. D Q kern)
Uc − Ud 80,95772 − 72,19065
Rd = = 80,95772 × 72,19065 = 0,001445 hr.ft2.oF/Btu
Uc x Ud
Contoh Perhitungan : (saat T =54 °C dan flow = 22,2 LPM) adalah sebagai berikut :
Luas Permukaan Tube Side (A) : a’ = 0,1309 ft2 / lin ft (table 10. D Q kern)
Q 34183.08
Ud = A x ∆𝐓 = = 64.27464 Btu/hr ft2 oF
22,56x 23.56984467
Uc − Ud 82.63961 − 64,27464
Rd = = = 0,003458 hr.ft2.oF/Btu
Uc x Ud 82.63961 × 64,27464
b) Bagian Tube
f x Gt2 x L x n 0,00029 × (130487,6712)2 × 4,66× 1
∆Pt = 5,22 x 1010 x D x S x φt = 5,22 x 1010 × 0,036 × 1 × 1,00938052 = 0,02052781
4n V2 62,5 4x1
∆Pr = x (2g x )= x 0,0021 = 0,0084
S 144 1
b) Bagian Tube
4n V2 62,5 4x1
∆Pr = x (2g x )= x 0,0021 = 0,0084
S 144 1
∆PT = ∆Pt + ∆Pr = 0,01212781 + 0,0084 = 0,02089037
VII. PEMBAHASAN
Heat Exchanger atau sering kita sebut Alat Penukar Panas merupakan
alat yang berfungsi untuk memindahkan energi panas antara dua atau
lebih fluida dan terjadi pada temperatur yang berbeda antara fluida,
dimana fluida tersebut ada yang bertindak sebagai fluida panas (hot
fluid) dan yang lain bertindak sebagai fluida dingin (cold fluid). Untuk
fluida panas akan mengalir melewati tube dan fluida dingin akan
mengalir melewati shell dengan debit aliran yang ditetapkan yaitu 22,2
dan 26 ft3/s.
Pada saat memulai praktikum ini langkah awal yaitu mengalirkan fluida
dingin yang berasal dari water cold tank hal ini dilakukan agar tidak
terjadinya overheating. Overheating adalah suatu kondisi yang
mengalami panas berlebih, dan kondisi ini akan mengakibatkan
kerusakan pada alat tersebut. Dalam heat exchanger tipe aliran
dibedakan menjadi dua yaitu counter current merupakan fluida yang
mengalir pada heat exchanger ini berada saling sejajar, akan tetapi
memiliki arah yang berlawanan. Sedangkan co-current memiliki arah
yang saling tegak lurus atau bersilangan. Aliran Counter current dan co-
current, flowrate yang ditetapkan yaitu 22,2 dan 26 ft3/s. flowratenya
ditetapkan sendiri karena pengaturan diatur secara manual, sehingga
apabila pengaturan flowratenya mencapai 22,2 atau 26 ft3/s maka
temperatur akan terbaca pada indicator (temperatur berbeda) dari setiap
flowrate dan tipe alirannya (counter current dan co-current). Pada
praktikum heat exchanger, yang harus dihitung dari percobaan ini yaitu
aliran utama seperti pressure drop, panas yang dimanfaatkan dan fouling
factor serta nilai LMTD aliran counter current dan co-current tersebut.
Hal ini dilakukan agar kita dapat mengetahui berapa banyak beban panas
yang dihasilkan pada alat tersebut dengan mencari Qlepas, Qterima dan
Qloss (Qlepas – Qterima). Setelah melakukan percobaan ini, untuk
prosedur shutdownnya mengatur valve inlet hal ini dilakukan agar tidak
terjadi penurunan temperatur sampai kondisi aman, membuka valve
bypass hal ini agar aliran tidak melewati HE saat kondisi masih
beroperasi sampai pada saat operasi normal, kemudian menutup kembali
valve inlet pada bagian shell dan saluran pembuangan didrain dan
dipastikan tidak buntu serta berada dalam keadaan yang baik-baik saja.