Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM PERALATAN PROSES

HEAT EXCHANGER

Oleh :

Nama Mahasiswa : Sheren D Tutupasar


NIM : 171420053
Program Studi : Teknik Pengolahan Migas
Bidang Minat : Refinery
Diploma : IV
Tingkat : II (Dua)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
POLITEKNIK ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
(PEM Akamigas)

Cepu, Maret 2019


HEAT EXCHANGER
I. TUJUAN
Setelah melaksanakan praktikum, diharapkan mahasiswa dapat :
 Memahami cara kerja Heat Exchanger
 Membedakan aliran Co-Current dan Counter-Current pada Heat
Exchanger
 Menghitung beban panas aliran Co-Current dan Counter-Current pada
Heat Exchanger
 Menghitung LMTD aliran Co-Current dan Counter-Current pada Heat
Exchanger
 Menghitung Heat Loss, Efisiensi nilai fouling factor (Rd) dan Pressure
Drop (ΔP) dari Heat Exchanger

II. KESELAMATAN KERJA

Saat melaksakana praktikum, harap memperhatikan beberapa hal berikut:

 Berhati-hati saat menggunakan peralatan yang menggunakan energi listrik


 Berhati-hati saat menggunakan bahan berbahan kaca
 Berhati-hati saat praktikum dengan bahan kimia
 Jangan bergurau saat praktikum berlangsung
 Perhatikan MSDS bahan kimia jika menggunakan

III. DASAR TEORI


3.1 Pengertian
Heat exchanger atau alat penukar panas merupakan suatu peralatan yang
digunakan untuk memindahkan energi panas dari fluida yang temperaturnya tinggi
ke fluida yang temperaturnya rendah. Proses perpindahan panas tesebut dapat
dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Perpindahan panas secara langsung
terjadi apabila fluida panas bercampur secara langsung dengan fluida dingin dalam
suatu tempat tertentu, tanpa adanya pemisah. Perpindahan panas secara tidak
langsung terjadi apabila fluida panas tidak berhubungan langsung (indirect contact)
dengan fluida dingin tetapi proses tersebut melalui suatu media perantara, dapat
berupa pipa, pelat atau peralatan lainnya.

3.2 Prinsip Kerja Heat Exchanger

Heat exchanger adalah heat exchanger antara dua fluida dengan melewati
dua bidang batas. Bidang batas pada heat exchanger adalah dinding pipa yang
terbuat dari berbagai jenis logam. Pada heat exchanger ini, terdapat dari dua pipa
konsentris, yaitu: annullus/shell (pipa yang berada di luar) dan tube (pipa yang
berada di dalam). Berdasarkan jenis alirannya heat exchanger dibagi menjadi tiga,
yaitu:

1. Pararel Flow

Kedua fluida mengalir dalam heat exchanger dengan aliran yang


searah. Kedua fluida memasuki HE dengan perbedaan suhu yang besar.
Perbedaan temperatur yang besar akan berkurang seiring dengan semakin
besarnya x, jarak pada HE. Temperatur keluaran dari fluida dingin tidak
akan melebihi temperatur fluida panas.

2. Counter Flow

Berlawanan dengan paralel flow, kedua aliran fluida yang mengalir


dalam HE masuk dari arah yang berlawanan. Aliran keluaran yang fluida
dingin ini suhunya mendekati suhu dari masukan fluida panas sehingga
hasil suhu yang didapat lebih efekrif dari paralel flow. Mekanisme
perpindahan kalor jenis ini hampir sama dengan paralel flow, dimana
aplikasi dari bentuk diferensial dari persamaan steady-state:
dQ  U T  t a" dL (1)
dQ  WCdT  wcdt (2)

3. Crossflow Heat exchanger


Dimana satu fluida mengalir tegak lurus dengan fluida yang lain.
Biasa dipakai untuk aplikasi yang melibatkan dua fasa. Misalnya sistem
kondensor uap (tubeandshellheat exchanger), di mana uap memasuki shell,
air pendingin mengalir di dalam tube dan menyerap panas dari uap sehingga
uap menjadi cair.
3.3 Komponen Penyusun Heat Exchanger

Komponen-komponen dari penyusun Heat Exchanger, terdiri dari:

1. Shell dan Tube

Suatu sillinder yang dilengkapi dengan inlet dan outlet nozzle


sebagai tempat keluar masuknya fluida. Ada 2 jenis tube dalam shell, yaitu
finned tube (tube yang mempunyai sirip (fin) pada bagian luar tube) dan
bare tube (tube dengan permukaan yang rata)

2. Tube Sheet

Tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi satu


yang disebut tube bundle. HE dengan tube lurus pada umumnya
menggunakan 2 buah tube sheet. Sedangkan pada tube tipe U menggunakan
satu buah tube sheet yang berfungsi untuk menyatukan tube-tube menjadi
tube bundle dan sebagai pemisah antara tubeside dengan shellside.

3. Baffle
Berfungsi sebagai penyangga tube, menjaga jarak antar tube,
menahan vibrasi yang disebabkan oleh aliran fluida, dan mengatur aliran
turbulen sehingga perpindahan panas lebih sempurna. Jenis baffle yaitu
battle melintang (segmental, dish and doughnut) dan baffle memanjang.

4. Tie Rods

Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan


di bagian paling luar dari baffle yang berfungsi sebagai penyangga agar
jarak antara baffle yang satu dengan lainnya tetap.

3.4 Parameter Heat Exchanger


1. Logaritmic Mean Temperature Difference (LMTD)

Pada awalnya kita mengandaikan U (bisa juga digantikan oleh h )
sebagai nilai konstan (nilai U dapat dilihat pada tabel pada lampiran). U
sendiri merupakan koefisien heat transfer overall. Aturan untuk nilai U
adalah sebagai berikut :
1. Fluida dengan konduktivitas termal rendah seperti tar, minyak atau
gas, biasanya menghasilkan h yang rendah. Ketika fluida tersebut
melewati heat exchanger, U akan cenderung untuk turun
2. Kondensasi dan Pemanasan merupakan proses perpindahan kalor
yang efektif. Proses ini dapat meningkatkan nilai U.
3. Untuk U yang tinggi, tahanan dalam exchanger pasti rendah
4. Untuk fluida dengan konduktivitas yang tinggi , mempunyai nilai U
dan h yang tinggi.

Untuk U pada suhu yang hampir konstan, variasi temperatur dari


aliran fluida dapat dihitung secara overall heat transfer dalam
bentuk perbedaan temperatur rata-rata dari aliran dua fluida, yang
dapat dibuat persamaan sebagai berikut :
Q  UATmean (3)
Yang menjadi masalah kali ini adalah bagaimana membuat
persamaan tersebut menjadi benar. Kita harus dapat menghitung
nilai dari ΔT yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena terlihat
pada grafik mengenai kecenderungan perubahan temperatur fluida
akan lebih cepat sejalan dengan posisinya (grafik bisa dilihat dari
lampiran). Selain itu pada counterflow dan pararel flow, perhitungan
tersebut bisa berbeda. Oleh karena itu perlu dicari suatu persamaan
yang dapat menyelesaikan masalah ini. Dengan menurunkan rumus
awal sebagai berikut :
dQ  U (dA)T  (mc p ) h dTh  (mc p ) c dTc (4)

Keterangan :
- h untuk aliran panas
- c untuk aliran dingin
Setelah itu kita menyamakan persamaan antara persamaan untuk
counterflow dan persamaan untuk pararel flow dan didapat :
 Ta  Tb 
Q  UA  (5)
 ln( Ta / Tb 
Dimana ΔTa adalah selisih antara suhu keluaran shell dengan suhu
fluida pendingin awal dan ΔTb adalah selisih antara suhu keluaran
shell dengan suhu fluida pendingin akhir. Δt mean yang dimaksud
dalam persamaan tersebut adalah LMTD, yaitu :
 Ta  Tb 
Tmean  LMTD    (6)
 ln( Ta / Tb 
Namun demikian penggunaan LMTD juga cukup terbatas. Kita
harus menggunakan faktor koreksi F yang dapat dilihat dalam
grafik pada lampiran. Sehingga rumusnya menjadi :
Q  UAF (LMTD ) (7)

2. Koefisien perpindahan kalor keseluruhan (U)


Koefisien perpindahan kalor keseluruhan (U), terdiri dari dua
macam yaitu:
- UC adalah koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada saat
alat penukar kalor masih baru
- UD adalah koefisien perpindahan kalor keseluruhan pada saat alat
penukar kalor sudah kotor.
Secara umum kedua koefisien itu dirumuskan sebagai:

(8)
3. Fouling Resistance
Jika sebuah pipa baru saja digunakan, maka keadaannya masih
normal dan bersih sehingga tidak mengganggu proses perpindahan kalor.
Namun pada suatu saat fluida yang terus menerus mengalir dalam pipa akan
membentuk seperti sebuah lapisan yang akan mengganggu aliran kalor. Hal
inilah yang disebut dengan fouling resistance. Untuk menghitung fouling
resistance dapat digunakan rumus berikut ini :
1 1
Rd  
U D UC
Dimana U pipa yang sudah tua tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
1
U (9)
1 ri ln( r0 / rp ) r j ln( rp / ri ) r
   i  Rd
hi k insulator k pipe r0 h0

Untuk U<<10000 W/m2 °C fouling mungkin tidak begitu penting, karena


hanya menghasilkan resistan yang kecil. Namun pada water to waterheat
exchanger dimana nilai U disekitar 2000 maka fouling factor akan menjadi
penting. Pada finnedtubeheat exchanger dimana gas panas mengalir di dalam
tube dan gas yang dingin mengalir melewatinya, nilai U mungkin sekitar
200, fouling factor akan menjadi signifikan.

3.5 Perpindahan Kalor pada Alat Penukar Kalor

(14)
Δtm merupakan suhu rata-rata log atau Log Mean Temperature Difference
(LMTD). Untuk Shell and Tube Heat exchanger, nilai LMTD harus dikoreksi
dengan faktor yang dicari dari grafik yang sesuai (Fig 18 s/d Fig 23 Kern). Caranya
adalah dengan menggunakan parameter R dan S.

(15-16)
Nilai LMTD dihitung dengan persamaan sbb:
Bila UD konstan
Untuk aliran searah (co-current)

Atau
Untuk aliran berlawanan arah (Counter Current)

(17)

Nilai LMTD yang diperoleh ini harus dikoreksi dengan faktor FT yang dicari dari
grafik yang sesuai. Caranya yaitu dengan menggunakan parameter R dan S:

(18-19)
Dan harga Δ tm =FT.LMTD
Bila UD tidak konstan (berubah) terhadap suhu
Untuk aliran searah atau aliran berlawanan arah, maka persamaan LMTD
berupa persamaan implisit:

(20)

IV. ALAT DAN BAHAN

A ALAT
1. Globe valve

2. Ball valve

3. Heat exchanger

4. Pressure indicator

5. Temperature Transmiter
6. Pump

B BAHAN
1. Air panas dan dingin

2. Heater Electrik

V. LANGKAH KERJA
1. Prosedur Start-Up
a) Tahap Persiapan

Memastikan keadaan
Ada rekomendasi dari
HE dalam kondisi
Inspeksi
baik

Melakukan pemeriksaan
Menutup semua valve pada bagian–bagian dan
atau saluran drain dan kelengkapannya
venting

b) Tahap Start-Up

Membuka semua Dilanjutkan dengan


valve atau saluran pengawasan kebocoran,
inlet dan outlet melakukan venting
Fluida dingin jebakan udara dan drain
air sampai bersih

Melakukan pengaturan
kondisi operasi agar
temperatur outlet Sebelum atau sesudah ada
Fluida di HE mencapai aliran dapat melakukan
temperatur optimal venting udara atau drain air
selama temperatur operasi
dibawah 150°C
Mengatur dan mengawasi
kondisi operasi tekanan
maupun suhu tetap stabil
dan tidak melebihi operasi
yang diijinkan
2. Prosedur Percobaan

Mengalirkan Fluida dingin


terlebih dahulu untuk Mengawasi kondisi operasi
mengundari overheating pada tekanan maupun suhu
alat tetap stabil dan tidak
melebihi operasi

Catat setiap hasil


pengukuran pada
saat operasi
berjalan

3. Prosedur Shutdown

Mengatur valve
Membuka valve
inlet agar terjadi
bypass agar aliran
penurunan
tidak melewati HE
temperatur
saat kondisi masih Pada saat operasi normal,
sampai aman
beroperasi penurunan temperatur di
HE terkait langsung
dengan proses sirkulasi
panas atau dingin

Selain itu, saluran


pembuangan seperti
saluran untuk air drain
harus dipastikan tidak Menutup valve
buntu dan dalam inlet pada
keadaan yang baik-baik bagian shell
saja
VI. HASIL PENGAMATAN
Praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut :.
Tabel 6.1. Hasil Pengamatan Arah Aliran Counter Current

Temperatur Debit (LPM) Fluida Panas Fluida Dingin


(0C) 0 0 0 0
FT01(Tube) FT02(Shell) t1Tin( C) t2Tout( C) t3Tin( C) t4Tout( C)

22,2 22,2 57 51,8 43,8 45,7


(0,013 ft3/s) (0,013 ft3/s) (134,60F) (125,240F) (110,840F) (114,260F)
54

26 26 56,7 51,8 43,3 45,4


(0,0153 (0,0153 (134,60F) (125,240F) (109,940F) (113,720F)
ft3/s) ft3/s)

Tabel 6.2. Hasil Pengamatan Arah Aliran Co-Current


Temperatur Debit (LPM) Fluida Panas Fluida Dingin
(0C)
0 0 0 0
FT01(Tube) FT02(Shell) t1Tin( C) t2Tout( C) t3Tin( C) t4Tout( C)

22,2 22,2 57,3 50,8 38,1 43


(0,013 ft3/s) (135,140F)
(0,013 ft3/s) (123,440F) (100,580F) (109,40F)
54

26 26 56,9 50,7 37,4 42,1

(0,0153 ft3/s) (0,0153 ft3/s) (134,420F) (123,260F) (99,320F) (107,780F)


1. Beban Panas dan Panas Hilang
Tabel 6.3 Beban Panas dan Panas Hilang Counter Current
Fluida
Fluida Panas
Dingin Q Lepas Q Terima Q Loss
Temperatur Debit (LPM)
Tin Tout Tin Tout (BTU / hr) (BTU / hr) (BTU / hr)
(⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C)
22.2 22.2 57 51.8 43.8 45.7 27346.46 9991.976 17354.48
54
26 26 56.7 51.8 43.3 45.4 30327.87 12997.66 17330.21

Contoh Perhitungan :

Cp from grafik = 1,0 BTU/lb 0F D Q Qern


ρ = 1000 Kg/m3 = 62,428 lb/ft3

Counter Current flow = 22 l/min ( 0,013 ft3/s)

QLepas = m x Cp x ΔT
= ρ x v x Cp x (T1-T2)
= 62,428 lb/ft3 x 0.013 ft3 /s x 1,0 BTU/lb 0F (134,6 -
125,24)⁰F
= 8,355 BTU/s
= 27346.46 BTU / hr
QTerima = m x Cp x ΔT
= ρ x v x Cp x (T4-T3)
= 62,428 lb/ft3 x 0.013 ft3/s x 1,0 BTU/lb 0F (114,26 -
110,84)⁰F
= 2,775 BTU/s
= 9991.976 BTU/ hr

QLoss = QLepas - QTerima


= 27346.46 – 9991.976 BTU/ hr
= 17354.48 BTU/ hr

Tabel 6.4 Beban Panas dan Panas Hilang Co - Current


Fluida
Fluida Panas
Dingin Q Lepas Q Terima Q Loss
Temperatur Debit (LPM)
Tin Tout Tin Tout (BTU / hr) (BTU / hr) (BTU / hr)
(⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C)
22.2 22.2 57.3 50.8 38.1 43 34183.08 25768.78 8414.296
54
26 26 56.9 50.7 37.4 42.1 38374.04 29090 9284.042
Contoh Perhitungan :

Cp from grafik = 1,0 BTU/lb 0F D Q Qern


ρ = 1000 Kg/m3 = 62,428 lb/ft3

Counter Current flow = 22 l/min ( 0,013 ft3/s)

QLepas = m x Cp x ΔT
= ρ x v x Cp x (T1-T2)
= 62,428 lb/ft3 x 0.013 ft3 /s x 1,0 BTU/lb 0F (135,14-
123,44)⁰F
= 9,49 BTU/s
= 34183.08 BTU / hr

QTerima = m x Cp x ΔT
= ρ x v x Cp x (T4-T3)
= 62,428 lb/ft3 x 0.013 ft3/s x 1,0 BTU/lb 0F (134,42 -
123,26)⁰F
= 7,157 BTU/s
= 25768.78 BTU/ hr

QLoss = QLepas - QTerima


= 34183.08 – 25768.78 BTU/ hr
= 8414.296 BTU/ hr
2. LMTD
Tabel 6.5 LMTD Pada Aliran Counter Current
Fluida
Fluida Panas
Dingin ∆T/
LMTD
Temperatur Debit (LPM)
Tin Tout Tin Tout (⁰F)
Ft CMTD,
(˚F)
(⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C)
22.2 22.2 57 51.8 43.8 45.7 17.2187164 0.975 16.78824849
54
26 26 56.7 51.8 43.3 45.4 17.7204665 0.98 17.36605722

Contoh Perhitungan :
 Debit : 22,2 l/min
Suhu : 54 ˚C

(𝑇1−𝑡1)−(𝑇2−𝑡2)
LMTD = 𝑇1−𝑡1
ln(𝑇2−𝑡2)

(134.6−114.26)−(125.24−110.84)
= 134.6−114.26
ln(125.24−110.84)

= 17.2187164 ˚F
𝑇1−𝑇2
R= = 2.736842105
𝑡2−𝑡1
𝑡2−𝑡1
S = 𝑇1−𝑡1 = 0.143939394

∆T / CMTD = LMTD x Ft = 17.2187164 ˚F x 0,975 = 16.78824849˚F

 Nilai Ft didapat dari Fig.18 D Q kern.

Fluida
Fluida Panas
Dingin ∆T/
LMTD
Temperatur Debit (LPM)
Tin Tout Tin Tout (⁰F)
Ft CMTD,
(˚F)
(⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C)
54 22.2 22.2 57.3 50.8 38.1 43 24.2988089 0.97 23.56984467
26 26 56.9 50.7 37.4 42.1 25.2943581 0.975 24.66199918
Tabel 6.6 LMTD Pada Aliran Co - Current

Contoh Perhitungan :
 Debit : 22,2 l/min
Suhu : 54 ˚C

(𝑇1−𝑡1)−(𝑇2−𝑡2)
LMTD = 𝑇1−𝑡1
ln( )
𝑇2−𝑡2

(135.14−109.4)−(123.44−100.58)
= 135.14−109.4
ln( )
123.44−100.58

= 24.2988089 ˚F
𝑇1−𝑇2
R= = 1.326530612
𝑡2−𝑡1
𝑡2−𝑡1
S = 𝑇1−𝑡1 = 0.255208333

∆T / CMTD = LMTD x Ft = 24.2988089 ˚F x 0,97 = 23.56984467˚F

 Nilai Ft didapat dari Fig.18 D Q kern.

3. Temperatur Kalorik (Caloric Temperature)

Tabel 6.7 Temperatur Kalorik (Caloric Temperature) Counter Current


Fluida
Fluida Panas
Dingin
Temperatur Debit (LPM)
Tin Tout Tin Tout
Tc (⁰F) tc (⁰F) Fc
(⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C)
22.2 22.2 57 51.8 43.8 45.7 128.516 115.457 0.35
54
26 26 56.7 51.8 43.3 45.4 137.2352 115.0808 0.36

Contoh Perhitungan :
Flow = 22 l/min
a. Temperatur kalorik untuk fluida panas

Tc = T2 + Fc(T1 – T2)
Tc = 125,24 + 0,35 (134,6- 1235,24) = 128.516 ⁰F
b. Temperatur kalorik untuk fluida dingin

tc = t2 + Fc(t2 – t1)

tc = 114,26 + 0,35 (114,26- 110,84) = 115.457 oF

Tabel 6.8 Temperatur Kalorik (Caloric Temperature) Co-Current

Fluida
Fluida Panas
Dingin
Temperatur Debit (LPM)
Tin Tout Tin Tout
Tc (⁰F) tc (⁰F) Fc
(⁰C) (⁰C) (⁰C) (⁰C)
22.2 22.2 57.3 50.8 38.1 43 128.237 113.0162 0.41
54
26 26 56.9 50.7 37.4 42.1 139.1072 111.3332 0.42

Contoh Perhitungan :
Flow = 22 l/min

a. Temperatur kalorik untuk fluida panas

Tc = T2 + Fc(T1 – T2)

Tc = 123.44 + 0,41 (135,14- 123.44) = 128.237⁰F

b. Temperatur kalorik untuk fluida dingin

tc = t2 + Fc(t2 – t1)
tc = 109.4 + 0,41 (109.4 – 100,58) = 113.0162 oF
4. Bilangan Reynold

Tabel 6.9 Bilangan Reynold Aliran Counter Current & Co Current

Temp Debit (LPM) Gt Gs


At (ft2 ) as (ft2 )
(lb / hr. ft2) (lb / hr. ft2)
(⁰C)
FT 01 FT 02
0.022508 130487.6712 19199.45204 0.152976241
22,2 22,2
54
0.022508 130487.6712 19199.45204 0.15297624
26 26

 Flow Area

Bagian Shell

Ds x C′ x B 5,90 x 0,276x 11.181


As = 144 x Pt
= 144 x 0.827
= 0,153 ft2

Bagian Tube

a’t di dapatkan dari tabel 10. D Q Kern = 0,0876 inch2

Nt x a′t 37 x 0,0876
At = 144 x n = 144 x 1
= 0.022508 ft2

 Kecepatan Aliran Massa

Bagian Shell

Ws 2937.06
Gs = = = 19199.45204 lb / hr. ft2
As 0,153

Bagian Tube
Wt 2937.06
Gt = At
= 0.0225 = 130487.6712lb / hr. ft2

Tabel 6.10 Bilangan Reynold pada Debit Counter Current

Debit (LPM) µ Re
Temp (⁰C) µt µs
FT 01 FT 02 Res Ret
(lb/hr.ft) (lb/hr.ft)
22,2 22,2 0.5 0.62 6759.997 7576.703
54
26 26 0.52 0.62 7917.113 8873.617

 Contoh Perhitungan :
Flow = 22,2 l/mnt

Bagian Shell (De = 0.218298 ft)


De x Gs
Res = = 6759.997
µ

Bagian Tube (Di = 0,036 ft)


D x Gt
Ret = = 7576.703 ft
µ

Tabel 6.11 Bilangan Reynold pada Debit Co Current

Debit (LPM) µ Re
Temp (⁰C) µt µs
FT 01 FT 02 Res Ret
(lb/hr.ft) (lb/hr.ft)
22,2 22,2 0.55 0.64 6548.747 7339.932
54
26 26 0.5 0.64 7669.703 8596.316

 Contoh Perhitungan :
Flow = 22,2 l/mnt
Bagian Shell (De = 0.218298 ft)
De x Gs
Res = = 6548.747
µ

Bagian Tube (Di = 0,036 ft)


D x Gt
Ret = = 7339.932
µ

5. Koefisien Perpindahan Panas


Tabel 6.12. Koefisien Perpindahan Panas pada aliran Counter Current

Temp Debit Shell Tube

(⁰C) (LPM) JH K CPµ/k ho/ϕs JH K CPµ/k hi/ϕt

22,2 46 28
0.3696 0.615079 290.4815 0.3756 0.488108 142.5926
54
26 45 0.3694 35 0.3797
1.488901 229.1666667 1.506452 185.3703704

 Contoh Perhitungan :
Flow = 22 l/mnt
a. Koefisien perpindahan panas dalam Tube (hi)

hi k
= jH x Di x [Cp x µ/k]1/3
φs

0,3756
= 28 x x [0.116291]1/3 = 142.5926 BTU / hr.ft2.F
0,036

b. Koefisien perpindahan panas di luar tube (ho)

ho k
= jH x D x [Cp x µ/k]1/3
φt

0,696
= 46 x 0.036 x [1.845238]1/3 = 290.4815 BTU / hr.ft2.F

Tabel 6.12. Koefisien Perpindahan Panas pada aliran Counter Current


Temp Debit Shell Tube

(⁰C) (LPM) JH K CPµ/k ho/ϕs JH K CPµ/k hi/ϕt

22,2 48 29
0.3685 0.578924 284.4444 0.3755 0.488108 147.6852
54
26 49 34
0.3677 249.537037 229.1666667 0.3805 1.31406 157.4074074

 Contoh Perhitungan :
Flow = 22 l/mnt
a. Koefisien perpindahan panas dalam Tube (hi)

hi k
= jH x Di x [Cp x µ/k]1/3
φs

0,3755
= 29 x x [1.736771]1/3 = 147.6852 BTU / hr.ft2.F
0,036

b. Koefisien perpindahan panas di luar tube (ho)

ho k
= jH x D x [Cp x µ/k]1/3
φt

0,3685
= 48 x x [0.116384]1/3 = 284.4444 BTU / hr.ft2.F
0.036

6. Temperatur Dinding Tube

Tabel 6.13. Temperatur Dinding Tube pada aliran Counter Current


Temper Debit (LPM) hi ho hio
atur tw
(0C) FT1 FT2 φt φs φt

22,2 22,2 142.5926 290.4815 111.8373 124.8858


26 26 185.3703704 229.1666667 145.38852 128.6356
54
58 782

 Contoh Perhitungan : (saat T =54 °C dan flow = 22,2 LPM) adalah sebagai berikut :

ho
φs
tw = tc + hio ho x (Tc – tc)
+
φt φs

290,4815
tw = 115,457 + x (128,516 – 115,457)
111,8373+290,4815

= 124,8858 oF

Tabel 6.14. Temperatur Dinding Tube pada aliran Co- Current


Temper Debit (LPM) hi ho hio
atur Tw
(0C) FT1 FT2 φt φs φt

54 22,2 22,2 147.6852 284.4444 115.8315 123.8324

26 26 157.4074074 249.537037 123.45679 129.9143


01 163

 Contoh Perhitungan : (saat T =54 °C dan flow = 22,2 LPM) adalah sebagai berikut :
ho
φs
tw = tc + hio ho x (Tc – tc)
+
φt φs

284,4444
tw = 113,0162 + x (128,237 – 113,0162)
115,8315+284,4444

= 123,8324 oF

7. Ratio Viskositas Fluida Bagian Luar dan Dalam Tube

Tabel 6.15 Ratio Viskositas pada aliran Counter current


Temper Debit (LPM)
atur µ tube µ shell µw ϕt Φs
(0C) FT1 FT2
54 22,2 22,2 0.5 0.62 0.58 0.862069 1.06896

26 26 0.52 0.62 0.55 0.945454 1.127272


545 727

 Contoh Perhitungan : (saat T =54 °C dan flow = 22,2 LPM) adalah sebagai berikut :
 Bagian Shell

µ 0,14 0,62 0,14


φs = [ ] =[ ] = 1,06896
µw 0,58

 Bagian Tube

µ 0,14 0,5 0,14


φt= [ ] = [ ] = 1,127272727
µw 0,58

Tabel 6.16 Ratio Viskositas pada aliran Co current


Temper Debit (LPM)
atur µ tube µ shell µw ϕt Φs
(0C) FT1 FT2

54 22,2 22,2 0.55 0.64 0.58 0.948276 1.103448

26 26 0.5 0.64 0.55 0.909090 1.163636


909 364

 Contoh Perhitungan : (saat T =54 °C dan flow = 22,2 LPM) adalah sebagai berikut :
 Bagian Shell

µ 0,14 0,64 0,14


φs = [ ] =[ ] = 1,103448
µw 0,58

 Bagian Tube

µ 0,14 0,948276 0,14


φt= [ ] =[ ] = 0,909090909
µw 0,55

8. Koefisien Clean Overall (Uc)

Tabel 6.17 Koefisien Clean Overall (Uc) pada aliran Counter current
Temper Debit (LPM)
atur Ho hi hio Uc
(0C) FT1 FT2

54 22,2 22,2 293.2063 139.6603 111.8373 80.95772

26 26 233.0427024 183.9204451 145.38852 89.53207


58 987

Koefisien Perpindahan Panas Terkoreksi

a) Bagian Luar Tube

ho
ho = φs x φs = 290,4815 x 1,009381 = 293,2063 Btu/hr.ft2.oF

b) Bagian Dalam Tube

hi
hi = φt x φt = 142,,5926 x 0,979436 = 139,6603 Btu/hr.ft2.oF

ID 0,011
hio = hi x OD = 139,6603 x 0,014= 111,8373 Btu/hr.ft2.oF

Koefisien Clean Overall (Uc)

hio x ho 111,8373 ×293,2063


Uc = = = 80,95772 Btu/hr.ft2.oF
hio+ho 111,8373+293,2063

Tabel 6.18 Koefisien Clean Overall (Uc) pada aliran Co current


Temper Debit (LPM)
atur Ho hi hio Uc
(0C) FT1 FT2

54 22,2 22,2 288.3917 146.5912 115.8315 82.63961

26 26 254.888026 155.3210043 123.45679 83.17190


01 084

Koefisien Perpindahan Panas Terkoreksi

a) Bagian Luar Tube

ho
ho = φs x φs = 284,4444 x 1,013877 = 288,3917 Btu/hr.ft2.oF

b) Bagian Dalam Tube


hi
hi = φt x φt = 147,6852 x 0,992592 = 146,5912 Btu/hr.ft2.oF

ID 0,011
hio = hi x OD = 146,5912 x 0,014= 115,8315 Btu/hr.ft2.oF

Koefisien Clean Overall (Uc)

hio x ho 115,8315 ×288,3917


Uc = = = 82,63961 Btu/hr.ft2.oF
hio+ho 115,8315+288,3917

10. Fouling Factor/Dirt Factor (Rd)

Tabel 6.19 Fouling Factor/Dirt Factor (Rd) pada aliran Counter current

Temper Debit (LPM)


atur Q ∆T Ud Uc Rd
(0C) FT1 FT2

54 22,2 22,2 27346.46 16.78824849 72.19065 80.95772 0.001445

26 26 30327.87 17.36605722 77.397320 89.53207 0.001751


56 987 163

Contoh Perhitungan : (saat T =54 °C dan flow = 22,2 LPM) adalah sebagai berikut :
 Luas Permukaan Tube Side (A) : a’ = 0,1309 ft2 / lin ft (table 10. D Q kern)

A = a’ x L xNt = 0,1309 x 4,6588 x 37 = 22,56 ft2


Q 27346,46
Ud = A x ∆𝐓 = = 72,19065 Btu/hr ft2 oF
22,56x 16,78824849

Uc − Ud 80,95772 − 72,19065
Rd = = 80,95772 × 72,19065 = 0,001445 hr.ft2.oF/Btu
Uc x Ud

Tabel 6.20 Fouling Factor/Dirt Factor (Rd) pada aliran Co current

Temper Debit (LPM)


atur Q ∆T Ud Uc Rd
(0C) FT1 FT2

22,2 22,2 34183.08 23.56984467 64.27464 82.63961 0.003458


26 26 38374.04 24.66199918 68.959560 83.17190 0.002477
54
36 084 961

Contoh Perhitungan : (saat T =54 °C dan flow = 22,2 LPM) adalah sebagai berikut :
 Luas Permukaan Tube Side (A) : a’ = 0,1309 ft2 / lin ft (table 10. D Q kern)

A = a’ x L xNt = 0,1309 x 4,6588 x 37 = 22,56 ft2

Q 34183.08
Ud = A x ∆𝐓 = = 64.27464 Btu/hr ft2 oF
22,56x 23.56984467

Uc − Ud 82.63961 − 64,27464
Rd = = = 0,003458 hr.ft2.oF/Btu
Uc x Ud 82.63961 × 64,27464

11. Perhitungan Pressure Drop

Tabel 6.21 Perhitungan Pressure Drop pada aliran Counter current

Temper Debit (LPM)


atur ∆Ps ∆Pt ∆Pr ∆PT fs ft
(0C) FT1 FT2

54 22,2 22,2 0.00230839 0.01212781 0.0084 0.020527 0.0024 0.00029


81

26 26 0.002991165 0.016552449 0.012 0.028552 0.0022 0.00028


449

Perhitungan pressure drop dapat dihitung dengan rumus berikut:


a) Bagian Shell

f x Gs2 x Ds x (N+1) 0,0024 × (19199,45204)2 × 0,492 x (60+1)


... ∆Ps = = = 0,00230839 Psia
5,22 x 1010 x De x S x φs 5,22 × 1010 × 0,21829779 × 1 × 1,00938052

b) Bagian Tube
f x Gt2 x L x n 0,00029 × (130487,6712)2 × 4,66× 1
∆Pt = 5,22 x 1010 x D x S x φt = 5,22 x 1010 × 0,036 × 1 × 1,00938052 = 0,02052781

4n V2 62,5 4x1
∆Pr = x (2g x )= x 0,0021 = 0,0084
S 144 1

∆PT = ∆Pt + ∆Pr = 0,01212781 + 0,0084 = 0,02052781

Tabel 6.22 Perhitungan Pressure Drop pada aliran Counter current

Temper Debit (LPM)


atur ∆Ps ∆Pt ∆Pr ∆PT fs ft
(0C) FT1 FT2

54 22,2 22,2 0.0022024 0.01249037 0.0084 0.020890 0.0023 0.0003


37

26 26 0.002951517 0.01633305 0.012 0.028333 0.0022 0.00028


05

Perhitungan pressure drop dapat dihitung dengan rumus berikut:


a) Bagian Shell

f x Gs2 x Ds x (N+1) 0,0023 x (22485,845)2 x 0,492 x (60+1)


......... ∆Ps = 5,22 x 1010 x De x S x φs = 5,22 x 1010 x 0,21829779 x 1 x 1,01387701 = 0,0022024 Psia

b) Bagian Tube

f x Gt2 x L x n 0,0003 x (130487,6712)2 x 4,66 x 1


∆Pt = 5,22 x 1010 x D x S x φt = 5,22 x 1010 x 0,036 x 1 x 1,01387701 = 0,01249037 Psia

4n V2 62,5 4x1
∆Pr = x (2g x )= x 0,0021 = 0,0084
S 144 1
∆PT = ∆Pt + ∆Pr = 0,01212781 + 0,0084 = 0,02089037

VII. PEMBAHASAN
Heat Exchanger atau sering kita sebut Alat Penukar Panas merupakan
alat yang berfungsi untuk memindahkan energi panas antara dua atau
lebih fluida dan terjadi pada temperatur yang berbeda antara fluida,
dimana fluida tersebut ada yang bertindak sebagai fluida panas (hot
fluid) dan yang lain bertindak sebagai fluida dingin (cold fluid). Untuk
fluida panas akan mengalir melewati tube dan fluida dingin akan
mengalir melewati shell dengan debit aliran yang ditetapkan yaitu 22,2
dan 26 ft3/s.
Pada saat memulai praktikum ini langkah awal yaitu mengalirkan fluida
dingin yang berasal dari water cold tank hal ini dilakukan agar tidak
terjadinya overheating. Overheating adalah suatu kondisi yang
mengalami panas berlebih, dan kondisi ini akan mengakibatkan
kerusakan pada alat tersebut. Dalam heat exchanger tipe aliran
dibedakan menjadi dua yaitu counter current merupakan fluida yang
mengalir pada heat exchanger ini berada saling sejajar, akan tetapi
memiliki arah yang berlawanan. Sedangkan co-current memiliki arah
yang saling tegak lurus atau bersilangan. Aliran Counter current dan co-
current, flowrate yang ditetapkan yaitu 22,2 dan 26 ft3/s. flowratenya
ditetapkan sendiri karena pengaturan diatur secara manual, sehingga
apabila pengaturan flowratenya mencapai 22,2 atau 26 ft3/s maka
temperatur akan terbaca pada indicator (temperatur berbeda) dari setiap
flowrate dan tipe alirannya (counter current dan co-current). Pada
praktikum heat exchanger, yang harus dihitung dari percobaan ini yaitu
aliran utama seperti pressure drop, panas yang dimanfaatkan dan fouling
factor serta nilai LMTD aliran counter current dan co-current tersebut.
Hal ini dilakukan agar kita dapat mengetahui berapa banyak beban panas
yang dihasilkan pada alat tersebut dengan mencari Qlepas, Qterima dan
Qloss (Qlepas – Qterima). Setelah melakukan percobaan ini, untuk
prosedur shutdownnya mengatur valve inlet hal ini dilakukan agar tidak
terjadi penurunan temperatur sampai kondisi aman, membuka valve
bypass hal ini agar aliran tidak melewati HE saat kondisi masih
beroperasi sampai pada saat operasi normal, kemudian menutup kembali
valve inlet pada bagian shell dan saluran pembuangan didrain dan
dipastikan tidak buntu serta berada dalam keadaan yang baik-baik saja.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
- Kecepatan aliran air berpengaruh terhadap bilangan reynold
- Pada fluida panas t2 akan lebih kecil dari t1, sedangkana pada
fluida dingin t3 lebih kecil dari t4.
- Mengatur arah aliran untuk searah atau berlawanan dapat
dilakukan cara mengubah jenis aliran fluida dingin dengan
memutar katup T.
b. Saran
Untuk praktikum selanjutnya, diharapkan pada saat melakukan
praktik harus memperhatikan suhu dengan benar, serta membaca
dengan teliti prosedur percobaan sebelum mengoperasikan alat heat
exchanger.

Anda mungkin juga menyukai