PT Semen Padang
12 November - 21 Desember 2018
BAB I
PENDAHULUAN
instruksi, serta rasa ingin tahu untuk mengetahui proses yang terjadi di
perusahaan/pabrik, maka kami memilih untuk Kerja Praktek di PT Semen Padang
dengan harapan mahasiswa akan mendapatkan sesuatu yang baru, baik dalam hal
ilmu, pola pikir baru yang lebih baik dalam menyelesaikan persoalan, serta
pengalaman di dunia industri yang nantinya akan menjadi bekal ketika sudah berada
di dunia kerja.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Padang, arah Timur Jalan Raya Padang–Solok. Secara geografis, PT Semen Padang
berada pada ketinggian ± 200 m di atas permukaan laut. PT Semen Padang
merupakan BUMN dibawah Dirjen Industri Logam, Mesin dan Kimia, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan.
Berawal dari dua perwira Belanda pada tahun 1896 yaitu, Ir. Carl Christophus
Lau yang berkebangsaan Jerman dan Ir. Koninjberg tertarik dengan batu-batuan yang
ada di bukit Karang Putih dan bukit Ngalau Putih Indarung dalam nagari Lubuk
Kilangan, 20 km dari pusat kota Padang, Sumatera Barat. Batu-batuan itu dikirim ke
Belanda dengan tujuan untuk diteliti kandungannya. Setelah diteliti di Laboratorium
Voor Material Landerzoek Belanda, hasil penelitian menunjukkan bahwa batu-batuan
tersebut dapat dijadikan bahan baku semen.
Pada tanggal 25 Januari 1907, Ir. Carl Christophus Lau mengajukan
permohonan kepada Hindia Belanda untuk mendirikan pabrik semen di Indarung.
Pada tanggal 16 Agustus 1907, permohonan itu disetujui. Untuk melanjutkan
usahanya, Lau menghimpun kerja sama dengan beberapa perusahaan seperti Fa.
Gebroeders Veth, Fa. Dunlop, Fa. Yarman & Soon serta pihak swasta lainnya,
sehingga pada tanggal 18 Maret 1910 berdirilah NV Nederlandesch Indische
Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM). Pabrik semen ini dinasionalisasikan
oleh Pemerintah Republik Indonesia dari Pemerintahan Belanda pada tanggal 5 Juli
1958.
Dalam sejarah perkembangannya PT Semen Padang telah mengalami
beberapa periode sebagai berikut:
1. Tahun 1910-1942
Pada 18 Maret 1910, berdirilah sebuah pabrik semen di Indarung bernama NV
Nederlandsch Indiche Portland Cement Maaschappij (NV NIPCM), berdasarkan
akte No. 358, tanggal 18 Maret 1910 yang dibuat di depan notaris Johanes Piede
Smidth di Amsterdam sebagai pabrik semen tertua di Indonesia. Akte tersebut
diumumkan dalam Bijvoegsel Tot De Netherlands Staat Courant No. 90, tanggal 19
April 1910. Produksi pertama ditandai dengan selesainya pemasangan kiln I pada
tahun 1913 dengan kapasitas produksi sebesar 22.900 ton/tahun, tahun 1914 sebesar
34.641 ton/tahun, tahun 1916 sebesar 37.920 ton/tahun, tahun 1920 sebesar 40.120
ton/tahun, dan pada tahun 1939 mencapai produksi tertinggi sebesar 172.000 ton
dengan menggunakan 4 kiln.
2. Tahun 1942-1945
Ketika Jepang menguasai Indonesia saat perang dunia II tahun 1942 sampai
1945 pabrik semen ini diambil alih oleh Manajemen Asano Cement Jepang. Pada saat
itu produksi semen tidak berjalan lancar hal ini dikarenakan kesulitan mencari bahan
pendukung, terutama pelumas. Pada tahun 1944, perusahaan ini dibom sekutu yang
mengakibatkan 3 buah kiln hancur dan menewaskan banyak karyawan sehingga
produksi pada tahun itu terhenti.
3. Tahun 1945-1947
Ketika proklamasi kemerdekaan pada 1945, pabrik ini diambil alih oleh
karyawan Indonesia dan selanjutnya diserahkan kepada pemerintah Republik
Indonesia dengan nama Kilang Semen Indarung.
4. Tahun 1947-1958
Tak lama, agresi militer I tahun 1947, pabrik kembali diambil alih oleh
Belanda pada April 1948 dan mulai berproduksi lagi sampai tahun 1958. Pabrik
berganti nama menjadi NV Padang Portland Cement Maatschappicj (NVPPCM).
5. Tahun 1958-1961
Berdasarkan PP No. 10, pada tanggal 5 Juli 1958 Badan Penyelenggara
Perusahaan-Perusahaan Industri dan Tambang (BAPPIT) menasionalisasi semua
perusahaan-perusahaan Belanda termasuk Semen Padang. Tanggal tersebut dijadikan
tanggal bersejarah sebagai nasionalisasi PT Semen Padang, dimana pada saat itu juga
dinasionalisasikan perusahaan sebanyak 48 industri mesin dan listrik, 21 kimia, 21
grafik, dan 89 industri lainnya. Pada tahun 1958, produksi semen sebesar 80.828 ton,
tahun 1959 sebesar 120.714 ton, dan tahun 1960 sebesar 107.695 ton.
6. Tahun 1961-1971
Selama periode ini, Perusahaan mengalami proses kebangkitan kembali
melalui rehabilitasi dan pengembangan kapasitas pabrik Indarung I menjadi sebesar
330.000 ton/tahun.
7. Tahun 1971-1995
Selanjutnya, pabrik melakukan transformasi pengembangan kapasitas pabrik
dari teknologi proses basah menjadi proses kering dengan dibangunnya pabrik
Indarung II, III A, III B, dan III C. Setelah resmi bernama PT Semen Padang, maka
pengangkatan direksi ditentukan berdasarkan RUPS sesuai dengan surat keputusan
Menkeu No. 304/MK/1972 yang berlaku semenjak perusahaan berstatus PT
(Persero). Pabrik Indarung II dibangun pada tahun 1977 dan selesai pada tahun 1980.
Sedangkan Indarung III A di bangun tahun 1981 selesai pada tahun 1983. Kemudian
dalam perkembangannya pabrik Indarung III A akhirnya dinamakan pabrik Indarung
III. Pabrik Indarung III B (selesai tahun 1987). Pabrik Indarung III C dibangun oleh
PT Semen Padang pada tahun 1994. Pabrik Indarung III B dan III C yang
menggunakan satu Kiln yang sama diberi nama pabrik Indarung IV. Maka mulai 1
Januari 1994 kapasitas terpasang meningkat menjadi 3.720.000 ton/ tahun.
8. Tahun 1995-1998
Dengan diresmikannya pabrik Indarung V pada tanggal 16 Desember 1998
maka kapasitas produksi meningkat menjadi 5.240.000 ton semen pertahun.
Berdasarkan surat Menteri Keuangan Republik Indonesia No. S-326/ MK. 016/ 1995
tanggal 5 Juni 1995, pemerintah melakukan konsolidasi atas tiga buah pabrik semen
milik pemerintah yaitu PT Semen Padang, PT Semen Gresik, dan PT Semen Tonasa
yang terealisasi tanggal 15 September 1995.
Pemilihan lokasi pabrik merupakan salah satu faktor yang penting dalam
keberhasilan dan kelangsungan pabrik karena dapat menaikkan daya guna dan akan
menghemat biaya produksi suatu pabrik. PT Semen Padang terletak di Kelurahan
2) Daerah pemasaran
PT Semen Padang memasarkan hasil produksinya untuk seluruh wilayah
Propinsi di Pulau Sumatera, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
dan Kalimantan Selatan serta untuk ekspor.
(a) (b)
Gambar 2.5. Packing Plant PT Semen Padang, Teluk Bayur (a) dan Dumai (b)
(Sumber: Google, 2018)
3) Sarana transportasi
Lokasi pabrik terletak di jalan utama lintas Sumatera dan 2,5 km dari
pelabuhan Teluk Bayur sehingga memudahkan dalam pengangkutan hasil produksi
dan bahan baku baik melalui jalur darat maupun jalur laut.
4) Tenaga kerja
Tenaga kerja dengan keahlian (skill) yang cukup banyak diperoleh dari putra-
putri daerah masyarakat Minangkabau Sumatera Barat.
Distribusi listrik yang disediakan PLN berasal dari gardu induk Lubuk Alung
Pariaman. PT Semen Padang juga mempunyai PLTD sendiri sebanyak dua buah
dengan daya 5,5 MW dan 13,5 MW.
6) Ketersediaan air
Air untuk proses produksi dan air minum karyawan, diambil dari daerah
Rasak Bungo.
3) Tahun 1981 dibangun dua pabrik, yaitu proyek Indarung III A bekerja
sama dengan F. L. Smidth & A/S I (Denmark), selesai tahun 1983 dengan
kapasitas produksi 660.000 ton/tahun dan proyek Indarung III B bekerja sama
dengan India dan selesai tahun 1987 dengan kapasitas produksi 660.000
ton/tahun.
Maka hingga saat ini PT Semen Padang memiliki kapasitas produksi sebesar
10.100.000 ton/tahun dengan rincian sebagai berikut:
1. Pabrik Indarung II : 660.000 ton/tahun
2. Pabrik Indarung III : 660.000 ton/tahun
3. Pabrik Indarung IV : 1.620.000 ton/tahun
4. Pabrik Indarung V : 2.300.000 ton/tahun
5. Cement Mill Dumai : 900.000 ton/tahun
6. Pabrik Indarung VI : 2.700.000 ton/tahun
7. Optimalisasi Pabrik : 1.260.000 ton/tahun
Direktur Utama
Yos Viandri
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
British Cement. Pembuatan semen pertama kali dilakukan dengan cara membakar
diberikan tambahan bahan lain untuk memperbaiki sifat dari semen. Tipe-tipe semen
Portland adalah sebagai berikut :
1) Semen Portland tipe I (Ordinary Portland Cement)
Semen Portland tipe I ini digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang
tidak memerlukan persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan
awal. Semen ini tahan terhadap air tanah yang mengandung sulfat 0-0,1%. Semen
jenis ini cocok digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung
bertingkat dan lain-lain yang dibangun didaerah yang tidak mengandung kadar sulfat
tinggi. Semen ini mengandung 90% klinker, 4% limestone high grade, 1% pozzolan,
dan 5% gypsum.
lapangan udara, bangunan bertingkat yang tinggi, bangunan dalam air yang tidak
memerlukan ketahanan terhadap sulfat.
Bahan pozzolan tersusun atas 45–72% SiO2, 10–18% Al2O3, 1–6% Fe2O3,
0,5–3% MgO, dan 0,3-1,6% SO3. Digunakan secara luas untuk konstruksi umum,
seperti struktur bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan
bangunan, plesteran, panel beton, paving block, hollow brick, batako, genteng dan
ubin. Penggunaannya lebih mudah, suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah
retak, lebih tahan terhadap sulfat, lebih kedap air, dan permukaannya lebih halus.
Semen ini mengandung 65% klinker, 20% limestone high grade, 10% pozzolan, dan
5% gypsum.
Dari jenis-jenis semen diatas, semen yang di produksi pada pabrik Indarung V
PT Semen Padang terdiri dari tiga jenis semen, yaitu OPC (Ordinary Portland
Cement), PCC (Portland Composite Cement), dan PPC (Portland Pozzolan Cement).
Dalam industri semen diperlukan bahan baku yang dibagi sesuai fungsinya
sebagai berikut:
3.4.1. Bahan Baku Utama
Komponen utama bahan baku dalam pembuatan semen adalah batu kapur
(lime stone), batu silika (silica stone), pasir besi (iron sand), dan tanah liat (clay)
yang akan dicampur menjadi raw mix sehingga nanti akan menjadi produk.
1) Batu Kapur (Lime Stone)
Batu kapur digunakan sebagai sumber kalsium oksida (CaO) dan kalsium
karbonat (CaCO3). Batu kapur ini diambil dari penambangan di Bukit Karang Putih.
Jumlah batu kapur yang digunakan sebanyak ± 80 %. Limestone berperan dalam
reaksi hidrasi dan pembentuk kekuatan pada semen. Jika berlebihan akan
menyebabkan semen tidak lentur dan rapuh.
Tabel 3.1. Sifat Fisika Batu Kapur
Parameter Sifat Fisika
Fase Solid
Warna Putih kekuning-kuningan
Kadar Air 3,80%
Ukuran Material > 60mm = 0%
Silica Modulus 3,21
Alumina Modulus 1,44
Bulk Density 1378 g/l (kasar), 1360 g/l (sedang), 1592 g/l (halus)
Silica adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 (silica dioksida)
yang dapat diperoleh dari silica mineral, nabati dan sintesis kristal. Batu silica
merupakan sumber utama silica oksida (SiO2), penambangan dilakukan di Bukit
Ngalau. Penggunaan batu silica sekitar ± 10% dari total kebutuhan dasar semen yang
diperlukan dalam pembuatan semen dengan kadar SiO2 minimal 60%, Al2O3
maksimal 15%, H2O maksimal 12%, MgO maksimal 1%, dan mengandung CaO
serta Fe2O3 dalam jumlah sedikit.
Silica berguna untuk meningkatkan kekuatan pada semen karena
pembentukan dikalsium silikat (C2S) dan trikalsium silikat (C3S). Jika silica berlebih
akan meningkatkan kekuatan semen namun pada saat bersamaan akan memperlama
setting time-nya. Pada umumnya batu silica terdapat bersama oksida logam lainnya,
semakin murni kadar SiO2 semakin putih warna batu silicanya, semakin berkurang
kadar SiO2 semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah
menggumpal karena kadar airnya yang tinggi. Silica yang baik untuk pembuatan
semen adalah dengan kadar SiO2 ± 90%.
pembakaran. Pasir besi didatangkan dari PT Aneka Tambang , Cilacap. Pasir besi
yang mengandung mineral-mineral magnetik banyak terdapat di daerah pantai,
sungai, dan pegunungan vulkanik. Umumnya, pasir besi selalu tercampur dengan
SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu
Fe3O2 ± 75% – 80%.
Silica Modulus -
Alumina Modulus -
Bulk Density 1.657 g/l
Copper slag adalah hasil limbah industri peleburan tembaga, berbentuk pipih
dan runcing (tajam) dan sebagian besar mengandung oksida besi dan silikat serta
mempunyai sifat kimia yang stabil dan sifat fisik yang sama dengan pasir. Beberapa
keuntungan penggunaan copper slag dalam campuran beton adalah sebagai berikut:
a) Meningkatkan kekuatan beton dan permukaan beton lebih halus dan rata.
b) Meningkatkan ketahanan terhadap sulfat dalam air laut.
c) Mengurangi panas hidrasi dan memperkecil porositas.
Adapun kekurangan dari cooper slag adalah:
a) Beton yang dihasilkan berwarna kehitaman.
b) Tidak semua daerah memiliki cooper slag sehingga bahan sulit didapat.
c) Butiran cooper slag harus dihaluskan terlebih dahulu.
1) Gypsum
2. Kelarutan dalam air adalah 2,1 gram tiap liter pada suhu 400C; 1,8 gram tiap
liter air pada 00C; dan 1,9 gram tiap liter pada suhu 70-900C.
merupakan mineral hidrous sulfat yang mengandung dua molekul air, atau
2) Pozzolan
bentuknya yang halus dan dengan adanya air , senyawa tersebut akan bereaksi secara
kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang
mempunyai sifat seperti semen.
Tabel 3.13. Komposisi Kimia Pozzolan
Komponen Persentase (%)
SiO2 69,80
Al2O3 16,46
Fe2O3 1,33
MgO 0,18
CaO 2,97
(Sumber: Laboratorium Proses Indarung V, 10 Desember 2018 jam 09.00 WIB)
3) Fly Ash
Fly ash adalah bagian dari sisa pembakaran batubara pada boiler pembangkit
listrik tenaga uap yang berbentuk partikel halus amorf dan bersifat pozzolan, berarti
abu tersebut dapat bereaksi dengan kapur pada suhu kamar dengan media air
2) Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uap air dan CO2 dan dalam
jumlah yang cukup banyak sehingga terjadi penggumpalan. Semen yang
menggumpal kualitasnya akan menurun karena bertambahnya Loss On Ignition
(LOI) dan menurunnya spesific gravity sehingga kekuatan semen menurun, waktu
pengikatan dan pengerasan semakin lama, dan terjadinya false set. Loss On Ignition
(hilang pijar) dipersyaratkan untuk mencegah adanya mineral-mineral yang terurai
pada saat pemijaran, dimana proses ini menimbulkan kerusakan pada batu setelah
beberapa tahun kemudian.
3) Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang dilepaskan selama semen mengalami proses
hidrasi. Jumlah panas hidrasi yang terjadi tergantung pada tipe semen, kehalusan
semen, dan perbandingan antara air dengan semen. Kekerasan awal semen yang
tinggi dan panas hidrasi yang besar memungkinkan terjadinya retak-retak pada beton.
Hal ini disebabkan oleh fosfor yang timbul sukar dihilangkan sehingga terjadi
pemuaian pada proses pendinginan.
4) Penyusutan
Ada tiga macam penyusutan yang terjadi di dalam semen yaitu:
a) Drying shringkage (penyusutan karena pengeringan).
b) Hidration shringkage (penyusutan karena hidrasi).
c) Carbonation shringkage (penyusutan karena karbonasi).
Yang paling berpengaruh pada permukaan beton adalah drying shringkage,
penyusutan ini terjadi karena penguapan selama proses setting dan hardening. Bila
besaran kelembabannya dapat dijaga, maka keretakan beton dapat dihindari.
Penyusutan ini dipengaruhi juga oleh kadar C3A yang terlalu tinggi.
5) Kuat Tekan
Kuat tekan adalah kemampuan material menahan suatu beban. Kuat tekan
dipengaruhi oleh kandungan senyawa C3S, C2S, C3A, C4AF dalam semen, kadar SO2,
dan tingkat kehalusan semen. C3S berpengaruh terhadap kekuatan awal. C2S
berpengaruh terhadap kuat tekan dalam jangka panjang, C3A berpengaruh terhadap
kuat tekan hingga umur 28 hari, dan C4AF tidak berpengaruh pada kuat tekan namun
memberikan pengaruh terhadap pembentukan liquid phase di dalam proses
pembakaran di kiln.
Kuat tekan semen diuji dengan cara membuat mortar yang kemudian ditekan
sampai hancur. Contoh semen yang diuji dicampur dengan pasir silika dengan
6) Hidrasi Semen
Hidrasi semen terjadi akibat adanya kontak antara mineral semen dengan air.
Faktor yang mempengaruhi hidrasi semen antara lain:
a. Jumlah air yang ditambahkan.
b. Temperatur.
c. Kehalusan semen.
d. Bahan aditif.
e. Kandungan senyawa C3S, C2S, C3A, dan C4AF.
Faktor-faktor tersebut mengakibatkan terbentuknya pasta semen yang pada
waktu tertentu akan mengalami pengerasan. Hidrasi adalah proses kristalisasi yang
dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu:
a. Secara kimia, yaitu mineral semen bereaksi dengan air membentuk senyawa
hidrat.
b. Secara fisika, yaitu pembentukan kristal karena kejenuhan larutan.
c. Secara mekanis, yaitu pengikatan secara adhesi dan kohesi kristal sehingga
membentuk struktur yang kokoh.
Hidrasi pada temperatur tinggi menyebabkan rendahnya kekuatan akhir
semen dan beton yang rentan retak.
CaCO3 yang bereaksi kembali dengan CO2 membentuk Ca(HCO)3 yang larut dalam
air, menurut reaksi:
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
CaCO3 + CO2 Ca(HCO)3
Ca(HCO)3 yang terbentuk inilah yang akan mengurangi kekuatan semen.
8) False Set
False set yaitu gejala terjadinya pengembangan sifat kekakuan dari adonan
semen, mortar, beton tanpa terjadinya pelepasan panas yang banyak. Gejala tersebut
akan hilang dan sifat plastis akan dicapai kembali bila dilakukan pengadukan lebih
lanjut tanpa penambahan air. False set terjadi karena pada operasi penggilingan
klinker dan gypsum dilaksanakan pada suhu operasi yang terlalu tinggi sehingga
terjadi dehidrasi dari CaSO4.2H2O menjadi CaSO4.1,5H2O.CaSO4.0,5H2O. Inilah
yang menyebabkan terjadinya false set.
9) Soundness
Selama proses hidrasi, akan terjadi ekspansi abnormal yang menyebabkan
keretakan beton. Ekspansi terjadi apabila kadar free lime, MgO, Na2O, dan K2O
terlalu tinggi atau gypsum yang terlalu banyak.
10) Konsistensi
Konsistensi semen portland lebih banyak pengaruhnya pada saat
pencampuran awal, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat beton
mengeras. Konsistensi yang terjadi bergantung pada rasio antara semen dan air serta
aspek-aspek bahan semen seperti kehalusan dan kecepatan hidrasi. Konsistensi
mortar bergantung pada konsistensi semen dan agregat pencampurnya.
11) Kehalusan
Kehalusan butir semen akan mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan
(setting time) menjadi semakin lama apabila butir semen lebih kasar. Kehalusan
penggilingan semen disebut penampang spesifik, yaitu luas butir permukaan semen.
Jika permukaan penampang semen lebih besar, semen akan memperbesar bidang
kontak dengan air. Semakin halus butiran semen, proses hidrasi semakin cepat
sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang. Namun jika
semen terlalu halus, setting time akan turun lalu mengakibatkan drying shrinkage dan
mengakibatkan keretakan beton. Selain itu, akan memudahkan penyerapan air dan
CO2. Oleh karena itu, ukuran partikel dijaga pada blaine ± 3.500 cm2/gr.
Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau
naiknya air ke permukaan, tetapi menambah kecendrungan beton untuk menyusut
lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butir semen
yang lewat ayakan No. 200 harus lebih dari 78%. Untuk mengukur kehalusan semen
digunakan turbidimeter dari Wagner atau air permeability dari Blaine.
menjadi pasta semen. Pemeriksaan semen dilakukan sesuai dengan standar mutu.
Standar yang paling umum dianut didunia adalah standar ASTM (American Society
for Testing and Material) C-150 dan British Standard (BS-12). Sedangkan di
Indonesia menggunakan Standar Industri Indonesia (SII-0013-81) yang mengadopsi
ASTM C-150-80 yang kini telah diperbarui menjadi SNI.
senyawa di dalam gypsum, dari SiO2 yang tidak terikat dalam klinker, dan dari
senyawa organik seperti humus yang terkadang masih terbawa di limestone dan
batuan lainnya. Jumlahnya yang kecil tidak mempengaruhi mutu/kualitas semen.
(3.1)
Hilang pijar disebabkan karena terjadinya penguapan air kristal dari gypsum
serta penguapan CO2 dari MgCO3 dan CaCO3 saat terjadi reaksi kalsinasi. Nilai LOI
berkisar antara 0,5-0,8%.
3) Modulus Semen
Modulus semen merupakan bilangan yang menyatakan perbandingan
kuantitas senyawa CaO, SiO2, Fe2O3, dan Al2O3. Modulus semen sesuai untuk jenis
semen yang diproduksi. Modulus ini dapat digunakan untuk perbandingan jumlah
masing-masing bahan baku untuk menghasilkan klinker dengan komposisi yang
diinginkan.
semen yang dihasilkan tahan sulfat, namun kuat tekan awalnya rendah dan mudah
dibakar.
ALM dihitung dengan menggunakan rumus:
(3.2)
(3.3)
Perubahan nilai SIM menyebabkan perubahan coating pada burning zone dan
burnability klinker. Jika nilainya terlalu tinggi:
a. Klinker sulit dibakar hingga perlu temperatur bakar yang tinggi
Fase cair rendah, sehingga beban panasnya tinggi, kadar abu dan CaO
bebasnya tinggi
Sifat coating tidak stabil dan tidak tahan thermal, sehingga dapat merusak
batu tahan api
b. Kuat tekan semen tinggi
c. Memperlambat pengerasan
d. Klinker mudah digiling
membentuk CaO bebas (free lime) didalam klinker. Akibat LSF yang tinggi adalah
CaO bebas akan semakin tinggi, burnability semakin tinggi sehingga kuat tekan awal
dan panas hidrasi semakin tinggi, kebutuhan panas dan temperatur kiln akan
meningkat karena burnability yang semakin tinggi, dan coating sulit terbentuk
sehingga panas radiasi akan meningkat. LSF dapat dicari dengan menggunakan
rumus:
(3.4)
digiling. Fungsi senyawa SO3 adalah menghambat hidrasi mineral C3A dan pengatur
setting time semen. Apabila penambahan gypsum optimal, maka senyawa SiO2 dapat
membantu hidrasi C3S yang bermanfaat untuk menambah kekuatan semen,
mengurangi drying shrinkage dan meningkatkan kelenturan (soundness) semen.
8) Magnesium Oksida
Senyawa MgO dalam semen berasal dari batu kapur setelah terjadinya proses
pembakaran klinker, senyawa MgO terdapat dalam bentuk glassy state. Jika kadar
MgO kurang dari 2% maka MgO akan berikatan dengan senyawa klinker. Jika
kadarnya lebih dari 2% maka akan membentuk MgO bebas (periscale) yang akan
berikatan dengan air membentuk Mg(OH)2 yang mengakibatkan keretakan pada
beton.
semen tanpa gypsum, C3A bereaksi cepat dengan air dan menghasilkan panas yang
besar. Kadar C3A optimum tergantung pada jenis semen yang diproduksi. C 4AF
mempunyai sifat hidrasi yang lambat. Besi dalam C4AF berperan sebagai fluxing
Tabel 3.16. Syarat Minimum Blaine untuk Semen dengan Fly Ash
Mil Type Blain
l e
PPC 370
Z1 PCC 370
OPC Biasa 350
PPC 370
Z2 PCC 370
OPC Biasa 350
2) SO3
Senyawa SO3 berasal dari gypsum dan bahan bakar pada pembentukan
klinker. Kadar SiO3 klinker sebaiknya 0,6%, jika lebih maka klinker akan susah
digiling. Fungsi senyawa SO3 adalah menghambat hidrasi mineral C3A dan pengatur
setting time semen. Apabila penambahan gypsum optimal, maka senyawa SiO2 dapat
membantu hidrasi C3S yang bermanfaat untuk menambah kekuatan semen,
mengurangi drying shrinkage dan meningkatkan kelenturan (soundness) semen.
3) 45µ
Kehalusan semen disyaratkan karena akan menentukan luas permukaan
partikel-partikel pada semen proses hidrasi. Untuk standar kehalusan semen dipakai
spesifikasi sisa ayakan 90µ (170 mesh) / sisa ayakan 45µ (325 mesh).
(3.1)
Hilang pijar disebabkan karena terjadinya penguapan air kristal dari gypsum
serta penguapan CO2 dari MgCO3 dan CaCO3 saat terjadi reaksi kalsinasi. Nilai LOI
berkisar antara 0,5-0,8%.
BAB IV
DESKRIPSI PROSES
penggilingan raw material tidak ditambahkan air dan homogenisasi dilakukan di raw
mill silo.
Berikut di bawah ini adalah fllowsheet pembuatan semen secara umum:
1) Striping, yaitu pengupasan lapisan dari kerak batu bukit karang sehingga
2) Borring, yaitu pengeboran dengan menggunakan alat crawler dill dan drill
master dengan tekanan tenaga udara dari kompresor. Pengeboran
3) Blasting, yaitu proses peledakan dengan bahan bakar peledak yang digunakan
yaitu ANFO (campuran tersebut berupa amonium nitrat dan fuel oil).
Pada metode ini, material ditumpuk melintang secara paralel selebar tempat
yang tersedia sehingga membentuk tumpukan bukit. Metode ini digunakan untuk
mencegah terjadinya pemisahan (segregation) dan menghasilkan distribusi partikel
halus dan kasar yang merata. Stacker ini bergerak secara membujur dan melintang
sehingga membentuk pola paralel serta barisan membujur yang bertingkat. Alat yang
digunakan untuk metode tersebut adalah bucket chain excavator.
dan pasir besi digunakan belt conveyor yang sama dan secara bergantian. Hal ini
dilakukan karena penggunaan material ini sedikit dalam komposisinya, sehingga
penggunaan 1 belt conveyor akan lebih ekonomis.
5. Pengadaan Gypsum
Selain pasir besi, gypsum sebagai bahan penunjang juga didatangkan dari
luar. Kebutuhan gypsum untuk PT Semen Padang didatangkan dari PT Petrokimia
Gresik, serta diimport dari Australia atau Thailand. Kualitas gypsum diuji terlebih
dahulu di Laboratorium Jaminan dan Kualitas PT Semen Padang untuk menentukan
kualitas dari gypsum tersebut.
6. Pengadaan Pozzolan
Pozzolan merupakan bahan yang mengandung silika dan alumina yang tidak
memiliki sifat mengikat seperti semen, tetapi dalam bentuk yang halus dengan
adanya air dapat menjadi suatu massa padat yang bersifat tidak larut dalam air.
Pozzolan didatangkan dari Lubuk Alung. Pozzolan banyak terdapat pada daerah
sekitar gunung berapi atau gunung yang sudah tidak aktif lagi. Pozzolan digunakan
sebagai material tambahan untuk pembuatan semen tipe I, PCC, dan PPC pada
pabrik Indarung V.
7. Pengadaan Fly Ash
Fly ash merupakan pozzolan buatan yang mengandung silika atau alumina
yang tidak memiliki sifat seperti semen namun karena halus dan dengan adanya air,
maka senyawa-senyawa ini akan bereaksi secara kimiawi dengan kalsium hidroksida
(senyawa hasil reaksi antara semen dan air) pada suhu kamar membentuk senyawa
kalsium aluminat hidrat yang sifatnya seperti semen. Fly ash dari hopper dialirkan
menuju elevator dengan menggunakan screw conveyor. Fly ash tersebut kemudian
akan dicampur dengan hasil keluaran dari tube mill.
Tabel 4.1. Jenis Storage, Metode Stacking dan Penarikan Bahan Baku
Storage Stacking
Material Alat Penarikan
Tipe Kapasitas (ton) Method
d
Batu Silika Close Cone Shell Side Reclaimer
d
Tanah Liat Close Windrow Bucket Chain
d Excavator
Pasir Besi Open - -
Batu Bara Close Chevron Bridge Scraper
d
Gypsum Close - - -
d
Pozzolan Close - - -
d
pengisian pasir besi dan silika dilakukan secara bergantian yang diatur dengan
menggunakan belt carry. Hopper yang digunakan untuk pengumpanan ke dalam
vertical mill berjumlah 5 buah hopper. Satu hopper masing-masing untuk batu kapur,
pasir silika, pasir besi dan dua lagi untuk hopper tanah liat dan disetiap hopper
memiliki dosimat feedernya masing-masing. Berikut merupakan kapasitas hopper
bahan baku:
Tabel 4.2. Kapasitas Hopper Unit Raw Mill
Hopper Kapasitas
Batu Kapur 450
Pasir Silika 450
Tanah Liat 2x10
Pasir Besi 150
(Sumber: CCR Indarung V, 2018)
Pengaturan kecepatan ini dilakukan dari central control room (CCR) Indarung V PT
Semen Padang.
Proses yang terjadi didalam vertical mill terdiri dari proses transport,
pengeringan, penggilingan, pemisahan, dan homogenisasi. Berikut penjelasan
singkat mengenai proses-proses yang terjadi dalam vertical mill:
1) Proses Transport
Proses transport terjadi ketika material yang telah tergiling terbawa oleh gas
panas menuju classifier dan material halus hasil penyaringan classifier terbawa
bersama gas panas menuju bagian discharge karena hisapan fan.
2) Proses Pengeringan
Proses pengeringan terjadi saat terjadinya kontak langsung antara material
dengan gas panas. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengurangi kadar air dalam
material. Target pengurangan kadar air adalah mencapai 93,2%. Material keluaran
vertical mill mempunyai suhu 80oC.
3) Proses Penggilingan
Proses penggilingan terjadi pada saat material dihancurkan dengan cara
digiling dengan roller. Table berputar sehingga material tergilas diantara table
dengan roller.
4) Proses Pemisahan
Proses pemisahan terjadi pada bagian classifier, dimana material yang kasar
akan dipisahkan dengan material yang halus. Speed dari clasifier dapat diatur untuk
menjaga kualitas kehalusan bahan. Parameter yang digunakan dalam pemisahan
classifier adalah sieving residu, kecepatan classifier dan kecepatan hisapan fan.
Ukuran raw mix berkisar antara 90 – 180 mikron. Jika output mill berukuran lebih
besar dari 90 – 180 mikron, maka perlu dilakukan pengaturan pada parameter
tersebut diatas.
sedangkan udara akan membentuk secondary vortex pada bagian tengah cyclone dan
keluar melalui center tube menuju ke Gas Conditioning Tower (GCT).
Udara yang keluar dari cyclone mengandung partikel halus atau debu bersuhu
sekitar 353oC akan diproses selanjutnya di Gas Conditioning Tower (GCT) dan
berakhir di Electrostatic Precipitator (EP). GCT digunakan untuk menurunkan
temperatur gas panas yang terlalu tinggi dari aliran cyclone dan suspension
preheater. Hal ini perlu dilakukan karena EP dapat bekerja dengan baik pada rentang
suhu 110-120oC (100 oC) dan menghindari kerusakan pada collecting plate pada EP
(Electrostatic Precipitator). Debu akan keluar dari sistem EP sedangkan gas yang
sudah bersih masuk ke cerobong yang selanjutnya akan dibuang ke udara bebas.
Selanjutnya, Raw mix dari air sluice (air lock) cyclone selanjutnya akan dibawa
menuju Control Flow Silo (CF Silo) dengan menggunakan air slide. Silo difungsikan
sebagai tempat penyimpanan yang berukuran besar. Air slide digunakan karena
maintenancenya lebih mudah dan kecepatan transportnya lebih cepat jika
dibandingkan dengan screw conveyor.
halus akan terpisah, material kasar akan dikembalikan ke dalam mill untuk digiling
kembali sedangkan material halus akan masuk kedalam cyclone sehingga gas dan
fine coal akan terpisah. Fine coal akan disimpan didalam bin fine coal dan gas akan
diteruskan menuju ke electostatic precipitator.
Proses pengumpanan fine coal ke pembakaran menggunakan sistem
pneumatic moving dengan menggunakan alat coriolis. Fine coal dari bin fine coal
masuk ke coriolis melalui inlet dan menuju ke agitator dan masuk kedalam shell
core. Fine coal akan mengisi segmen rotary feeder pada shell core yang berputar
dengan kecepatan tertentu dimana kecepatan putaran menentukan laju alir massa fine
coal dan ditimbang kembali didalam shell core sebelum menuju ke burner. Udara
tekan dari blower akan meniup fine coal menuju burner. Pada rotary feeder di shell
core dibuat dari dua jenis plat yang berbeda yang dipadukan dimana satu plat dibuat
dari material yang tahan terhadap gesekan.
Duct) yang dihisap dengan menggunakan ID Fan (T01 dan T03). Selain itu, panas
juga dihasilkan dari pembakaran batubara pada kalsiner.
Raw mix akan masuk dari bagian atas (riser duct) dan gas panas masuk dari
bagian bawah. Dikarenakan oleh pengaruh dari arus udara pemanas, maka material
tersebut terbawa ke atas dan masuk pada bagian samping cyclone. Proses
perpindahan panas yang terjadi pada bagian riser duct terjadi secara co-current dan
kemudian masuk ke cyclone bersamaan dan terjadi pemisahan material dengan udara
pemanas didalam cyclone. Karena menyerap panas maka sebagian material akan
terurai & menguap, diantaranya akan melepaskan H2O dan CO2.
T=100ºC
2) Pada temperatur 500°C terjadi pelepasan air hidrat pada tanah liat.
Al2O3xH2O Al2O3 + xH2O
T=500ºC
SiO2xH2O SiO2 + xH2O
T=500ºC
Umpan akan masuk ke rotary kiln dengan temperatur inlet pada kiln sekitar 900°C.
Rotary kiln terbagi menjadi 4 zona yaitu:
1. Zona Kalsinasi (Calsining Zone: 900°C-1100°C)
Kalsinasi akan sempurna di dalam kiln dengan naiknya suhu sehingga dapat
menguraikan CO2. Karena sebelumnya telah terjadi proses kalsinasi didalam
suspension preheater baik ILC maupun SLC. Jadi, kerja rotary kiln dalam proses
kalsinasi sudah berkurang dan tidak memakan waktu yang lama dalam tahap ini,
karena proses kalsinasi sudah terjadi sekitar 92-95% di suspension preheater
tersebut. Pada daerah ini terjadi proses kalsinasi lanjutan, yaitu reaksi peruraian
kalsium dan magnesium karbonat menjadi CaO, MgO, dan CO 2. Partikel CaCO3
pada permukaan isi kiln akan mengalami kalsinasi relatif lebih cepat, karena secara
terus menerus dibantu oleh gerakan tumbling selama kiln berputar. Pada saat proses
kalsinasi berlangsung akan terjadi pembentukan mineral C2S atau 2CaO.SiO2.
. Reaksi yang terjadi pada proses pembentukan clinker di dalam rotary kiln
sebagai berikut:
a. Kalsinasi dari CaCO3 dan MgCO3 atau pelepasan carbon dioxide (CO2)
dari bahan baku yang terjadi pada temperatur 900 - 1100°C.
CaCO3 CaO + CO2
MgCO3 MgO + CO2
Pembentukan C4AF
4CaO + Al2O3 + FeCO3 4CaO.Al2O3.Fe2O3
dihasilkan dapat diatur dengan mengatur laju udara radial dan udara axial.
roller breaker yang berada di ujung grate cooler. Roller breaker memiliki 5 roller
dimana roller pada posisi 1, 2, dan 3 berfungsi sebagai transport klinker menuju ke
posisi roller 4 dan 5. Kemudian, posisi roller 4 dan 5 berfungsi sebagai grinder
klinker di mana klinker yang telah halus akan keluar menuju dome silo dengan
bantuan appron conveyor.
sebuah exhaust fan untuk memindahkan kelebihan udara pendingin dari area
overgrate.
Kebutuhan udara yang diperlukan untuk pendinginan pada setiap
kompartemen grate cooler akan berbeda sehingga jumlah fan serta besar daya fan
yang dibutuhkan juga berbeda. Untuk kompartemen pertama di mana klinker baru
keluar dari rotary kiln akan membutuhkan pendinginan yang lebih besar
dibandingkan dengan kompartemen lain sesudahnya. Oleh karena itu, dibutuhkan
suplai udara yang lebih besar sehingga jumlah fan yang digunakan lebih banyak.
Klinker yang didinginkan harus mendapatkan pendinginan secara merata pada setiap
section agar temperatur akhir yang diinginkan untuk setiap bongkahan klinker dapat
tercapai sehingga tidak merusak alat pada roller breaker.
Gambar 4.26. Dome Silo (panah biru) &Unburn Silo (panah hijau)
bukan hanya pada permukaan feeding. Setelah melewati metal detector, feeding akan
bertemu dengan dua jalur yang diatur oleh slide gate. Jika ditemukan adanya
kandungan logam yang cukup besar, maka feeding akan dialurkan menuju reject, jika
tidak, maka feeding dialurkan menuju bin feeder untuk kemudian setelahnya
ditimbang dengan menggunakan load shell dan diumpankan ke roller press. Roller
press diperlukan untuk membuat proses penggilingan pada tube mill menjadi lebih
mudah. Hal ini diperlukan untuk menaikkan kapasitas masukan pada tube mill.
Untuk gypsum dan material ketiga akan diangkut menuju cement mill dengan
menggunakan belt conveyor dan laju alir massanya diatur oleh dosimat feeder. Total
laju alir massa masuk ke dalam cement mill diukur menggunakan belt weighter.
Klinker yang telah pipih hasil keluaran roller press diangkut dengan belt
conveyor menuju cement mill. Selain itu material tambahan dan material ketiga
seperti pozzolan dan limestone high grade dari storage diumpankan ke hoppernya
masing-masing dan diatur oleh dosimat feeder berapa material yang akan
diumpankan ke belt conveyor sesuai dengan komposisi yang dibutuhkan dan
digabungkan dengan klinker tadi untuk bersama-sama diumpankan kedalam cement
mill. Tailing yang merupakan reject dari sepax separator akan masuk kembali
kedalam mill dan digabungkan dengan fresh feed untuk digiling kembali.
Penggilingan ketiga material tersebut dilakukan di dalam tube mill. Tube
mill yang digunakan bertipe tube mill UMS 5,4 x 14 dengan kapasitas 215 ton/jam.
Feed arrangement yang digunakan bertipe feed chute for air swept mills yang
terdapat penyemprot air (water injection) yang digunakan untuk menurunkan
temperatur kompartemen, sedangkan untuk discharge arrangement yang digunakan
berjenis end discharge yang memiliki dua keluaran yaitu gas dikeluarkan melalui
bagian atas ditarik oleh fan menuju electrostatic precipitator dan semen hasil
penggilingan dikeluarkan melalui bagian bawah untuk diteruskan menuju sepax
separator. Water injection tidak digunakan pada kompartemen I untuk menghindari
terjadinya blocking pada centre diaphragma.
(a) (b)
Gambar 4.32. Grinding Media di Kompartemen I (a) dan II (b)
(a) (b)
Gambar 4.33. Pergerakan Grinding Media di Kompartemen I (a) dan II (b)
(Sumber: Holderbank, 2000)
Pabrik Indarung V memiliki 4 silo cement dan 2 tube mill. Keluaran tube
mill pertama (Z1) nantinya setelah melewati sepax separator dan cyclone akan
disimpan pada silo 1 dan 2. Sedangkan keluaran tube mill kedua (Z2) nantinya akan
disimpan pada silo 3 dan 4.
Kehalusan semen memiliki kaitan yang sangat erat dengan kekuatan tekan
semen. Semakin tinggi kehalusan semen, maka kuat tekan yang dihasilkan akan
semakin tinggi karena tingkat kehalusan yang tinggi memperbesar permukaan
spesifik semen sehingga reaksi hidrasi berjalan cepat.
2) Penambahan gypsum
Gypsum berfungsi sebagai retarder, memperlambat reaksi hidrasi semen
dengan air sehingga semen dapat dibentuk sebelum terjadi proses pengerasan akan
tetapi gypsum yang terdehidrasi akan menyebabkan waktu pengerasannya menjadi
lebih cepat. Gypsum akan rusak jika temperatur proses lebih dari 120˚C.
3) Penambahan aditif
Penambahan aditif bergantung pada tipe semen yang diinginkan. Misalnya
penambahan senyawa pozzolan dan fly ash yang mengandung silika reaktif sehingga
akan mengikat oksida-oksida bebas di dalam semen dan membuat semen menjadi
lebih tahan dalam lingkungan sulfat.
Pada sepax separator terjadi pemisahan antara material halus dan kasar
yang diakibatkan oleh perputaran rotor, dimana dihasilkan fine product dan reject
product. Sepax separator merupakan separator dengan tipe dynamic separator.
Sepax separator dilengkapi dengan rotor yang berputar. Prinsip kerja dari sepax
separator yaitu material masuk dari bagian tengah separator dan akan jatuh kebagian
bawah, material yang terjatuh akan terdistribusi karena adanya spreader plate,
kemudian udara masuk dari bawah separator membawa material yang ringan menuju
ke classifier, didalam classifier material yang kasar akan terlempar dan masuk ke
reject cone sedangkan material yang halus dibawa oleh udara masuk kedalam
cyclone untuk dipisahkan antara material dengan gasnya untuk selanjutnya akan
ditransportasikan dengan air slide ke bucket chain elevator menuju cement silo,
sedangkan material kasarnya (tailing) akan dikembalikan ke cement mill dengan air
slide untuk digiling kembali.
Fine product dari sepax separator dan telah dipisahkan dengan gas di
cyclone selanjutnya akan dialirkan ke cement silo menggunakan air slide dan
dilanjutkan dengan bucket elevator untuk dialirkan ke silo berdasarkan tipenya.
Sedangkan, produk semen yang tertangkap oleh EP dibawa oleh screw conveyor dan
jatuh ke air slide yang sama dengan fine product dari sepax separator dan dialirkan
bersama menuju cement silo.
Pada pabrik Indarung V terdapat 4 silo semen dengan kapasitas sebesar
14.000 ton untuk tiap silonya dan masing-masing silo digunakan untuk penyimpanan
semen dengan tipe yang berbeda. Untuk mengatur masuknya semen kedalam tiap-
tiap silo, maka digunakan bottom gate yang digerakkan secara pneumatic. Didalam
silo terdapat satu cone besar yang akan mengatur keluaran dari semen tersebut. Pada
bagian dasar cone diberikan aerasi sehingga tidak terjadi penyumbatan aliran semen
dan dapat mengalir lancar kearah tengah silo. Semen ditarik menuju truck, kereta api
(menuju Teluk Bayur) atau langsung menuju tempat pengantongan semen di PPI.
BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
Silica Stone = 9%
Clay = 9%
Iron Sand = 9%
Feed size : Max 20 mm
Feed moisture : Max 11%
Grindability : Loesche Grindability Factor 1,13 (1.10)
Abration : Loesche Wear Test 0.233
Product rate : 310 Ton/hour
Product moisture : 15% R 0,99 mm
Spesific power : 16,6 kWh/ton
Mill LM 41.4
Fabrikasi : Loesche
Feed Proportion :
Lime stone = 73,020%
Silica stone = 14,760%
Clay = 11,830%
Iron sand = 0,390%
(Laboratorium Proses Indarung V)
Type : LM 41.4
Diameter grinding table : 4.100 mm
Jumlah roller : 4 Buah
Kapasitas : 310 Ton/Jam
Feed size : 0-120 mm
Product finance : 15% R 0,99 mm
Feed moisture : 7%
LM raw mill : 2900 kW
Raw mill fan : 2900 kW
sebagai berikut:
2) Bentuk kerucut cyclone menginduksikan aliran gas atau fluida untuk berputar,
menciptakan vortex.
3) Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih besar didorong ke arah luar
vortex.
4) Gaya gravitasi menyebabkan partikel-partikel tersebut jatuh ke sisi kerucut
menuju tempat pengeluaran.
5) Partikel dengan ukuran atau kerapatan yang lebih kecil keluar melalui bagian
atas dari cyclone melalui pusat yang bertekanan rendah.
6) Cyclone membuat suatu gaya sentrifugal yang berfungsi untuk memisahkan
partikulat dari udara kotor.
7) Gaya sentrifugal timbul saat partikulat di dalam udara masuk ke puncak
kolektor silindris pada suatu sudut dan diputar dengan cepat mengarah ke
bawah seperti pusaran air. Aliran udara mengalir secara melingkar dan
Inlet
Spray
Lance
Outlet
Dengan menggunakan electrostatic precipitator (EP) ini, jumlah limbah debu yang
keluar dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16% (dimana efektivitas
penangkapan debu mencapai 99,84%).
Prinsip kerja dari alat ini yaitu :
1) Melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu medan listrik yang terbentuk
antara discharge elektroda dan collector plate, flue gas yang mengandung
butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan pada saat melewati medan
listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi sehingga partikel debu tersebut
menjadi bermuatan negatif (-).
2) Partikel debu yang bermuatan negatif (-) selanjutnya menempel pada pelat-
pelat pengumpul (collecting plate). Debu yang dikumpulkan di collecting
plate dipindahkan kembali secara periodik dari collector plate melalui suatu
getaran (rapping) oleh hammer. Debu ini kemudian jatuh ke bak penampung
(ash hopper), dan ditransportasikan dengan screw conveyor ke bucket
elevator menuju semen silo.
Cerobong asap (Stack) adalah alat yang digunakan untuk mentransfer gas
panas/udara buang dari EP ke atmosfer dengan suhu yang rendah.
Bag house filter merupakan alat pengendali dalam penyisihan partikulat atau
debu-debu berukuran kecil, berdiameter lebih besar dari 20 mikron, dimana
diinginkan efisiensi penyisihannya yang cukup tinggi. Pada Pabrik Indarung V, BHF
berada pada unit coal mill. Bahan yang digunakan pada bag house filter ini biasanya
berbentuk tabung atau kantung. Bag house filter adalah air pollutan control
equipment (APC) yang didesain untuk proses penangkapan, pemisahan atau
penyaringan partikulat debu dengan cara filtrasi. Bag house bekerja dengan
menjebak partikulat padat di permukaan kain, dimana udara yang mengandung
partikulat masuk dalam bag house filter dan melewati fabric bags yang berperan
sebagai penyaring.
5.2.7. Hopper
5.2.8. Ducting
Bridge scrapper adalah alat yang dilengkapi dengan rantai scrapper penarik
material di mana alat tersebut beroperasi dengan dua pile. Satu pile ditumpuk
sewaktu pile yang lainnya ditarik. Material yang memasuki storage dengan belt
conveyor di-discharge dari stacker yang bergerak dengan kecepatan tertentu
sepanjang storage pada relnya. Jaraknya di atas puncak pile dijaga minimum untuk
mengurangi emisi debu. Kapasitas alat ini cukup besar, yaitu 500 m 3/jam dan
memerlukan luas daerah sekitar 50 meter.
Keuntungan bridge scrapper adalah:
a) Cocok untuk material yang kering sampai tingkat sticky sedang.
b) Pengumpanan langsung pada free flowing material.
c) Penyetelan dapat dilakukan dengan efisien untuk bahan mentah yang
komposisi kimianya bervariasi dalam rentang waktu yang panjang.
d) Kapasitas storage dapat dinaikkan.
e) Blending efek cukup baik, kerena pengambilan material melalui lapisan-
lapisan tipis di permukaan.
f) Kecepatan penarikan (output) konstan dan mudah dikontrol.
g) Penggunaan ruang samping storage kecil.
h) Perubahan arah pengambilan mudah dilakukan.
Bucket chain excavator didesain untuk sticky bulk material. Storage terdiri
dari dua atau lebih longitudinal stock pile yang ditumpuk dengan metode windrow.
Ketika satu pile sedang ditumpuk, pile yang lainnya ditarik dengan kemiringan
tertentu pada arah penumpukan. Storage biasanya memiliki dua stacking bridge,
masing-masing pada ujung storage. Material masuk ke storage dengan belt conveyor
pada satu sisi storage. Kemudian material di-discharge ke upper conveyor pada
stacking bridge dan dilanjutkan ke lower conveyor yang bisa bergerak bolak-balik
yang menumpuk material dalam arah longitudinal sesuai dengan metode windrow.
Sistem bucket chain, yang dilengkapi dengan scrapper arm, ditahan pada kemiringan
tertentu dari bridge girders.
Keuntungan bucket chain excavator adalah:
a) Cocok untuk material yang sangat sticky.
b) Sistem yang ekonomis untuk storage yang besar yang didisain untuk
pengumpanan langsung pada mill.
c) Penggunaan ruangan yang optimum dan atap mudah dipasang.
a) Material yang ditransport dalam bentuk powder kering dengan suhu terbatas
sesuai dengan bahan kanvas, maksimum sampai 340ºC. Material yang
ditransport diumpankan ke atas melalui sebuah inlet. Blower akan meniupkan
udara melalui kamar bagian bawah dan menembus kanvas sehingga material
akan terfluidisasi.
b) Dengan prinsip fluidization (bersifat fluida akibat hembusan udara dari bawah
kanvas), dimana material padat dalam bentuk sangat halus/ kecil dapat
mengalir atau mengembang seperti aliran air
(proteksi) peralatan itu sendiri. Sensor proximity switch juga digunakan untuk
memonitoring posisi bukaan pada gate. Sensor proximity switch ini biasanya
digunakan untuk speed monitor pada belt conveyor, sensor posisi pada sebuah gate
dan masih banyak lagi aplikasi dari sensor proximity switch ini.
BAB VI
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
6.1 Utilitas
6.1.1. Penyediaan Air
PT Semen Padang menggunakan air yang berasal dari sungai didaerah Rasak
Bungo. Air ini kemudian diolah terlebih dahulu sebelum digunakan, baik untuk
keperluan proses ataupun keperluan rumah tangga dan kantor. Proses pengolahannya
meliputi proses sedimentasi, filtrasi, dan flokulasi. Tahapan treatment air yang
dilakukan yaitu, air disalurkan dari sungai memasuki kanal untuk mengendapkan
partikel besar yang dapat mengendap dengan sendirinya. Selanjutnya, setelah
mengalami proses tersebut, air akan disaring menggunakan saringan micro stainer
guna menyaring partikel yang tidak mengendap dalam proses sebelumnya. Saringan
ini hanya mampu menyaring hingga ukuran mikro. Sehingga air hasil saringan ini
belum bisa langsung dimanfaatkan sebagai air domestik karena belum bebas dari
bakteri dan pengotor yang tersuspensi yang masih mengotori air.
Setelah dilakukan proses penyaringan air ini kemudian dialirkan kedalam bak
penampungan yang kemudian air tersebut dipompakan ke dalam mixing chamber
yang berfungsi sebagai tempat pencampuran flokulator dengan air. Flokulator yang
digunakan adalah natrium karbonat dan alumunium sulfat. Sehingga terbentuklah
flok-flok akibat dari adanya proses flokulasi. Kemudian ditambahkan senyawa klorin
yang berfungsi sebagai desinfektan untuk membunuh bakteri yang ada pada air.
Setelah melewati mixing chamber ini, air kemudian dipompakan menuju bak
sedimentasi. Setelah melewati proses ini air akan melewati saringan pasir (sand
filter) yang selanjutnya hasil akhir ini dapat langsung dimanfaatkan sebagai air
proses (water injection pada raw mill dan cement mill) ataupun air domestik untuk
keperluan kantor dan perumahan karyawan semen padang.
pembakaran). Dengan kebutuhan akan energi listrik yang amat tinggi, PT Semen
Padang mendapatkan supply energi listrik dari beberapa pembangkit listrik.
Pembangkit listrik yang berkontribusi antara lain pembangkit listrik mandiri dan
pembangkit listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara). Pembangkit listrik mandiri
terdiri atas:
1) PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
PLTA yang digunakan ada dua yaitu PLTA Kuranji dan PLTA Rasak Bungo.
PLTA Kuranji, berlokasi 5,2 km dari pabrik. Memiliki tiga unit generator dan juga
tiga unit turbin. Media air yang digunakan sebagai pembangkit adalah air sungai
Padang Jernih yang kemudian pada tahun 1929 dibendung dan pada tahun 1994
diperbaharui kembali. Hingga saat ini listrik yang dihasilkan masih digunakan untuk
membantu jalannya proses produksi.
PLTA Rasak Bungo merupakan PLTA yang dibangun untuk mencukupi
kebutuhan listrik Pabrik Indarung I yang dibangun sekitar tahun 1970 yang
membendung sungai Lubuk Peraku dan juga sungai Air Baling. Lokasi PLTA sekitar
1,7 km dari lokasi pabrik. Sekarang daya listrik yang dihasilkan oleh pembangkit ini
digunakan untuk proses penambangan yang berada di kawasan Bukit Ngalau.
2) PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel)
Pada kondisi saat ini penggunaan energi listrik yang berasal dari PLTD
sangatlah tidak menentu. Dengan naik turunnya harga bbm yang nantinya
menyebabkan mahalnya kebutuhan produksi. PLTD yang ada di PT Semen Padang
antara lain PLTD I dan PLTD II. Pembangkit listrik tenaga diesel I memiliki dua
buah pembangkit dengan daya yang dihasilkan sebesar 2 x 3000 kVA. Beroperasi
sejak tahun 1929 hingga 1974. PLTD II, terletak pada pabrik Indarung II yang
memiliki tiga unit pembangkit yang memiliki daya sebesar 3 x 6250 kVA. Pada
pembangkit ini energi yang dihasilkan sangatlah besar sehingga dirasa mampu untuk
memenuhi kebutuhan produksi dari pabrik Indarung I, II, III, IV, serta V bahkan
untuk perumahan. PLTD ini didirikan sejak tahun 1987.
3) WHRPG (Waste Heat Recovery Power Generation)
WHRPG merupakan pembangkit listrik yang menggunakan panas sisa
buangan dari cooler, kiln, serta gas panas dari suspension preheater. Kemudian sisa
panas ini dirubah menjadi energi listrik dengan teknologi pembangkitan listrik.
Pembangunan WHRPG dilakukan pada tahun 2011. Teknologi ini berasal dari
perusahaan Nedo, Jepang, maka dari itu pembangunan ini dilakukan atas kerjasama
antara Semen Indonesia dengan JFE Engineering Jepang. Kapasitas desain WHRPG
ini sebesar 8,5 Megawatt dan akan mensuplai kebutuhan listrik untuk peralatan yang
memerlukan energi yang cukup rendah, seperti suplai listrik kantor produksi dan
beberapa lampu.
Cara kerja pembangkit listrik WHRPG sama dengan PLTU, yang
membedakannya adalah tidak menggunakan batubara atau BBM untuk menghasilkan
panasnya tapi menggunakan gas buang operasional pabrik. Kapasitas pembangkit
WHRPG rata-rata baru mencapai 6,9 MW dan kapasitas pembangkit yang
dimanfaatkan 6,2 MW. Kapasitas desain pembangkit belum tercapai, baru sekitar
81% yang tercapai dari kapasitas desain. Secara alat mampu untuk dioperasikan
mencapai kapasitas desainnya, namun belum ditemukan pola operasi untuk
mencapainya.
Sedangkan Pembangkit listrik dari PLN digunakan karena tenaga yang
dihasilkan oleh pembangkit listrik yang dimiliki oleh PT Semen Padang tidak
mencukupi, maka untuk kebutuhan pabrik dibantu dengan sumber tenaga oleh PLN.
Untuk PT Semen Padang sendiri, energi listrik tambahan disediakan oleh PLN dari
PLTA Danau Maninjau, yang kemudian di transmisikan menuju Indarung.
Pada pabrik semen, limbah yang dihasilkan sangat beragam, mulai dari
limbah yang berbahaya seperti limbah B3 serta limbah yang tidak terlalu
dipermasalahkan. Contoh limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Semen Padang adalah
sisa oli atau sisa minyak yang selanjutnya akan di olah. Limbah lainnya yaitu berupa
sisa grinding media yang sudah tidak terpakai lagi.
Limbah debu yang dihasilkan di PT Semen Padang berupa limbah padat
(debu) dan limbah gas (𝐶�2, �2, 𝑆�2 dan uap air), sebelum dibuang ke alam bebas
limbah gas di lewatkan kedalam Electrostatic Presipitator (EP) terlebih dahulu,
sehingga terpisah antara gas dan debu. Debu dikembalikan ke dalam raw mill
sedangkan udara yang sudah bersih dibuang ke atmosfer dengan cerobong asap
(chimney). Gas buang yang diperoleh mengandung debu maksimal 80 mg/m 3 sesuai
dengan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 MENHL/1955. Alat
penangkap debu selain EP yaitu jet pulse filter. Untuk limbah padat pada proses
pembuatan semen, dapat diolah dengan menjadikan limbah tersebut bahan baku dan
sebagian dimasukan kedalam sistem. PT Semen Padang menerima sertifikat ISO
9002:2000 atas keberhasilan dalam implementasi Sistem Manajemen Mutu dan ISO
1400 atas keberhasilannya dalam implementasi sistem Manajemen Lingkungan.
6.3. Laboratorium
Pada proses produksi di Indarung V terdapat dua lab yang tersedia yaitu
laboratorium proses dan juga laboratorium jaminan kualitas dan pengembangan
produk. Kedua laboratorium ini sendiri bertujuan untuk menganalisa segala bentuk
bahan yang digunakan dalam proses produksi untuk menjaga kualitas dari produk
semen yang dihasilkan.
Pada laboratorium proses, saat ini menggunakan kualitas QCX (Quality
Control X-Ray) dan juga On Stream Analyzer. Laboratorium ini akan melakukan
pengontrolan meliputi:
a. Komposisi bahan mentah.
b. Komposisi raw mix.
c. Mutu klinker.
d. Komposisi batubara.
e. Komposisi klinker dan juga bahan tambahan yaitu gypsum, pozzolan, dan fly
ash.
f. Mutu semen.
Laboratorium Jaminan Kualitas dan Pengembangan Produk yang kemudian
bertanggung jawab mengenai kualitas produk yang dihasilkan serta komposisi
material ketiga dalam pembuatan semen. Menyesuaikan produk dengan standar
kualitas yang berlaku. Baik itu standar kualitas sesuai SNI ataupun kualitas internal
perusahaan. Laboratorium ini juga melakukan serangkaian penelitan untuk lebih
meningkatkan kualitas semen dari bahan baku hingga menjadi semen.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1. PT Semen Padang merupakan industri semen tertua di Indonesia yang saat ini
menggunakan proses kering dalam memproduksi semen.
2. Bahan baku utama pembuatan semen adalah batu kapur, pasir silika, tanah
liat, dan pasir besi sedangkan bahan tambahannya adalah gypsum dan
pozzolan dan material ketiga.
3. Semen hasil produksi PT Semen Padang terdiri dari berbagai tipe semen
sesuai fungsi dan spesifikasi standar yang telah ditentukan.
4. Pengawasan kualitas bahan baku dan produk dilaksanakan di Laboratorium
Proses, Laboratorium Jaminan Kualitas, dan Pengembangan Produk.
5. Proses produksi semen di PT Semen Padang dapat dikelompokan menjadi
unit raw mill, unit kiln, dan unit cement mill.
6. Unit utilitas PT Semen Padang terdiri dari unit pengolahan air, unit
penyediaan tenaga listrik, unit penyediaan bahan bakar dan unit pengolahan
limbah.
7.2. Saran
1. Kondisi pabrik yang cukup baik hendaklah dapat dipertahankan dan bila
mungkin, ditingkatkan. Bagian-bagian peralatan yang banyak menghasilkan
debu seperti raw mill, kiln, dan cement mill perlu mendapat pengontrolan
yang tepat dan segera dilakukan perbaikan apabila terdapat kebocoran debu
agar tidak menyebabkan polusi udara di lingkungan sekitar, kesehatan pekerja
dapat dijamin dan memberikan suasana aman dan nyaman sehingga
mempertinggi produktifitas kerja.
2. Kesadaran karyawan akan pemakaian alat pengaman atau alat pelindung diri
(APD) seperti sepatu, helm, masker, dan tutup telinga dibagian alat-alat yang
mengeluarkan suara bising, perlu ditingkatkan.
3. Memberikan safety briefing kepada pengunjung pabrik seperti kontraktor,
mahasiswa, dan lain-lain sehingga tidak terjadi kecelakaan kerja.
4. Membetulkan tangga dan akses-akses lainnya menuju alat di area pabrik yang
rusak agar tidak membahayakan pekerja yang melewatinya.
5. Melakukan pengecekan rutin alat-alat transportasi material seperti belt
conveyor, bucket elevator, dan lain-lain sehingga tidak terjadi pemberhentian
suatu proses karena kerusakan alat transportasi.
6. Menambah alat untuk pengolahan limbah cair.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
TUGAS KHUSUS “ANALISIS PENGARUH KINERJA ELECTROSTATIC
PRECIPITATOR (EP) TERHADAP EMISI PADA UNIT RAW MILL PABRIK
INDARUNG V PT SEMEN PADANG”
melainkan dapat juga benda-benda padat sebagai partikel, yaitu berupa debu, asap,
dan bau.
Pabrik pembuatan semen merupakan salah satu pabrik yang menghasilkan
limbah berupa gas dan abu. Proses pembuatan semen pada pengolahan bahan baku
memiliki peran sangat penting karena mempengaruhi kualitas dan karakteristik hasil
akhir produksi. Unit proses pengolahan bahan baku ini salah satunya adalah raw mill
yang bertugas untuk menghaluskan bahan baku, mengeringkan, dan memisahkan
bahan baku antara material halus dan material kasar. Limbah keluarannya berupa gas
yang mengandung partikel debu yang harus ditangkap lebih dahulu sebelum dibuang
ke udara bebas. Alat yang digunakan untuk menangkap material halus yaitu
Electrostatic Preciptator (EP). Gas dan partikulat sebelum masuk ke EP berasal dari
suspension preheater (SP), dimana gas yang mengalir digunakan untuk proses
penggilingan raw meal sebelum masuk ke gas conditioning tower (GCT), dimana
gas tadi akan diturunkan suhunya oleh GCT. Hal ini penting karena pengaruh suhu
gas sangat menentukan kinerja dan kondisi di dalam EP.
Electrostatic Preciptator (EP) memiliki peran penting sebagai penentu
ambang batas atau utilitas yang menjadi tolak ukur kebersihan dan keramah-
tamahan pabrik terhadap lingkungan. Ambang batas emisi yang akan dikeluarkan
melalui cerobong raw mill harus memenuhi nilai ambang batas emisi yang telah
ditetapkan Oleh karena itu diperlukan untuk menganalisis pengaruh kinerja electrostatic
precipitator terhadap emisi di unit raw mill Pabrik Indarung V PT. Semen Padang.
A.2 Tujuan
Adapun tujuan yang dicapai dalam pembuatan tugas khusus ini adalah
menganalisis pengaruh kinerja electrostatic precipitator terhadap emisi di unit raw
mill pada pabrik Indarung V PT Semen Padang.
A.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari pembuatan tugas khusus ini adalah
memahami alur proses yang terjadi ketika menganalisis pengaruh kinerja
electrostatic precipitator terhadap emisi di unit raw mill pada pabrik Indarung V PT
Semen Padang.
prinsip listrik, yaitu partikel debu dilewatkan dalam medan electrostatic sehingga
terjadi discharge electrode yang berfungsi untuk menghasilkan elektron–elektron
bebas yang digunakan untuk memberikan muatan pada partikel-partikel debu
sehingga terbentuk ion debu negatif. Karena pengaruh medan listrik yang kuat ion
negatif akan berpindah ke elektroda positif sehingga pada elektroda positif akan
terkumpul debu-debu yang terbawa oleh ion negatif tersebut. Selanjutnya ion negatif
tadi dinetralkan oleh muatan positif pada elektroda pengumpul sehingga debu yang
terkumpul menjadi bermuatan netral . Debu yang netral ini akan semakin banyak dan
tebal sehingga lapisan itu akan menurunkan gaya tarik dan keelektrostatikannya,
sehingga debu yang terkumpul pada elektroda ini akan mudah terjatuh ketika plat
elektroda terpukul hammer (Aprillianto, 2018).
Gambar A.4. (a) Collecting Electrode dan Discharge Electrode (b) Collecting Plate
3. Discharge Electrode (DE)
Spark dapat timbul jika lapisan debu pada permukaan collecting electrode
terlalu tebal.
(Fitrianto, 2018)
Dimana:
� = Kecepatan migrasi partikel (�/�)
A = Luas media penangkapan (�2)
Q = Laju aliran gas (�3/�)
e = Bilangan napier
A.6 Emisi
Pabrik semen merupakan industri yang menimbulkan pencemaran udara.
Emisi adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan
yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai
dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. Emisi yang ditimbulkan
oleh industri ini didominasi oleh debu yang mengandung silika yang teremisikan ke
udara. Emisi yang keluar dari cerobong berupa gas dan partikulat.
Gas
Gas Buang adalah gas panas sisa hasil pembakaran dalam kiln atau sisa
udara pendingin di cooler yang dibuang melalui cerobong.
Partikulat
6 70,40
1 81,17
2 74,04
22
3 71,75
November 541,133 479,60
4 71,45
2018
5 71,85
6 71,94
LAMPIRAN B
FLOWSHEET PABRIK INDARUNG V PT SEMEN PADANG
1. Flowsheet
8. Coal Mill
9. Clinker Production