Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PERENCANAAN PABRIK KIMIA II

PEMILIHAN PROSES

Disusun oleh :

Desma Puji N 2020710450193


Diane Amelia H 2020710450194
Laras Sanubari 2020710450286
Moh. Rizki Aulia 2020710450214
Sandy Sugiandi 2020710450213

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS JAYABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Pemilihan Proses” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perancangan Pabrik Kimia II. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
prinsip pemilihan proses yang benar dan baik beserta faktor-faktor
apa saja yang harus diperhatikan apabila akan memilih proses bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Donna Imelda,
selaku dosen mata kuliah Perancangan Pabrik Kimia II yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 24 Oktober 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2

1.3 Tujuan......................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................3

2.1 Pengertian Pemilihan Proses....................................................................................3

2.2 Tujuan Pemilihan Proses..........................................................................................3

2.3 Jenis – jenis Proses...................................................................................................3

2.4 Faktor dalam Pemilihan Proses................................................................................4

2.5 Aspek Kelayakan dalam Pemilihan Proses...............................................................5

BAB III STUDI KASUS....................................................................................................7

3.1 Abstrak.....................................................................................................................7

3.2 Pendahuluan.............................................................................................................8

3.3 Deskripsi Proses.....................................................................................................10

3.4 Utilitas....................................................................................................................17

3.5 Analisis Ekonomi...................................................................................................18

BAB IV SIMPULAN.......................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemilihan strategi proses dilakukan sebagai alternatif pengambilan


keputusan operasional setelah melakukan perancangan produk. Strategi
proses mengacu pada bagaimana cara untuk mengatur proses produksi
suatu barang ataupun jasa. Strategi proses juga dapat terjadi secara
berkala akibat perubahan teknologi dalam produk serta persaingan
kompetitif. Strategi proses memiliki dampak besar terhadap perencanaan
kapasitas dalam produksi, peralatan-peralatan yang digunakan, desain
sistem kerja, waktu produksi, serta tata letak fasilitas suatu perusahaan.

Strategi proses yang baik berdampak jangka panjang terhadap


efisiensi produktivitas perusahaan. Sebaliknya strategi proses yang buruk
akan menimbulkan permasalahan, salah satunya pemborosan waktu
proses produksi. Pemborosan waktu dalam proses produksi dikarenakan
masih buruknya desain sistem kerja yang digunakan perusahaan. Apabila
pemborosan waktu terjadi terus-menerus dapat menimbulkan kerugian
perusahaan.

Pemilihan proses yang baik harus dapat dibuat sedetail mungkin


untuk kedepannya supaya saat pembuatan cost, pemilihan bahan baku,
dan bahan pendukung lainnya akan tersusun dengan baik dan bener
sehingga dapat berhubungan dengan tata letak pembuatan pabrik. Strategi
proses yang baik dapat dilihat dari penataan tata letak berbagai fasilitas
yang terdapat pada perusahaan. Apabila strategi proses buruk, penataan
tata letak berbagai fasilitas juga pasti berantakan sehingga perlu
dilakukan penataan ulang tata letak.

Salah satu pemilihan proses yang diangkat dalam makalah ini yaitu
pemilihan proses pembuatan pabrik metil metakrilat dari aseton
sianohidrin dan metanol, terdapat 3 proses yang akan dibandingkan
sehingga dapat dipilih sesuai aspek kelayakan yang efisien dan baik
untuk menghasilkan sebuah produk. Oleh itu dibuatlah makalah ini agar
pembaca dan penulis dapat mengetahui cara yang efisien dalam
pemilihan proses. Pertimbangan utama mendirikan pabrik metil
metakrilat ini pada dasarnya untuk melakukan usaha yang secara
ekonomi cukup menguntungkan. Pabrik metil metakrilat sangat

1
menguntungkan karena sifat prospektif metil metakrilat dimasa
mendatang, memiliki potensi pasar, sebagian bahan baku mudah didapat,
teknologi yang dibutuhkan dapat terpenuhi dan terdapatnya tenaga kerja.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dibahas di makalah ini yaitu :
1. Bagaimana pemilihan proses yang baik tersebut?
2. Apa saja faktor yang harus diperhatikan saat pemilihan proses?
3. Apa saja aspek-aspek kelayakan dalam pemilihan proses?
4. Bagaimana kesimpulan dari study kasus yang diangkat di
makalah ini?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui cara pemilihan proses yang baik dan benar
2. Untuk mengetahui apa saja yang harus diperhatikan saat
memilih proses yang baik untuk pembuatan suatu pabrik
3. Untuk memberikan penyelesaian dalam pemilihan proses yang
diberikan dari suatu study kasus
4. Untuk mengetahui cara pemilihan proses yang efisien

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemilihan Proses


Process choice atau pemilihan proses adalah tindakan memilih atau
membuat keputusan terkait jenis proses yang akan digunakan untuk
menyediakan produk atau jasa. Kualitas proses produksi akan sangat
dipengaruhi oleh mesin yang digunakan. Mesin yang memiliki tingkat presisi
tinggi dapat menghasilkan toleransi yang lebih ketat sehingga akan
menghasilkan produk dengan 
kualitas yang lebih tinggi. Perlu adanya pemilihan alternatif proses untuk
menentukan proses yang akan digunakan. Namun, pemilihan ini semakin
kompleks karena proses manufaktur dengan karakteristik biaya dan toleransi
berbeda dari proses ke proses dan mesin ke mesin (Sivakumar dkk., 2011).

2.2 Tujuan Pemilihan Proses


Pendirian suatu pabrik didasari dari beberapa pilihan mekanisme proses
yang akan dijalani. Berikut ini adalah tujuan dri pemilihan proses, antara lain:
• Mendapatkan proses dengan hasil tertinggi
• Mendapatkan proses dengan waktu lebih singkat
• Menghasilkan produk dengan kualitas terbaik
• Mendapatkan kondisi operasi yang optimal

2.3 Jenis – jenis Proses


Proses dalam pabrik kimia dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain :

 Proses berdasarkan reaksi di reactor


Reaktor adalah suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi
kimia. Rancangan dari reactor ini tergantung dari banyak variable
yang dapat dipelajari di Teknik kimia. Perancangan suatu reactor
kimia harus mengutamakan efisiensi kinerja reactor, sehingga
didapatkan hasil (produk) yang tinggi dengan biaya operasi yang
rendah. Contoh Proses berdasarkan reaksi di reactor yaitu Proses
Reduksi-Oksidasi (Redoks) dan Proses Transesterifikasi.

3
 Proses berdasarkan jumlah tahapan proses
Contoh Proses berdasarkan jumlah tahapan proses yaitu
Proses Oksidasi dua tahap, proses double kontak, dan proses
adsorber.

 Proses berdasarkan fase bahan


Contoh Proses berdasarkan fase bahan yaitu Proses Kering,
proses fase cair, dan proses fase padat

 Proses berdasarkan proses pemurnian


Contoh Proses berdasarkan proses pemurnian yaitu Proses
pemurnian Pemurnian dehidrasi adsorbs dan Pemurnian
menggunakan bleaching earth.

2.4 Faktor dalam Pemilihan Proses


Ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih,
mengembangkan, dan menggunakan sebuah proses untuk perancangan
pabrik. Dasar pemilihan proses, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau
mencapai tujuan yang diinginkan serta menghasikan produk yang maksimal.
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih, mengembangkan,
dan menggunakan sebuah proses untuk perancangan pabrik, antara lain :
a. Deskripsi proses yang jelas
b. Waktu ketika proses berjalan
c. Kondisi saat Pengoperasian
d. Kelebihan dan Kekurangan tiap-tiap metode
e. Bahan Baku dan Katalis yang digunakan
f. Alat penunjang tambahan
g. Luas area yang dibutuhkan untuk proses pembangunan
h. Jumlah konversi dan yield yang diproduksi
i. Limbah yang dihasilkan
j. Kemurnian produk yang dihasilkan
k. Selektivitas proses terhadap produk yang akan dihasilkan

4
2.5 Aspek Kelayakan dalam Pemilihan Proses
Tahapan dalam memulai ataupun merealisasikan suatu pabrik adalah
memilih proses yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan bahwa pemilihan
proses ini nantinya adalah fondasi dalam mengoperasikan suatu pabrik.
Dalam pemilihan proses ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, antara
lain :

 Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan dari
usaha yang dirintis, seperti pencemaran lingkungan dan kerusakan
lingkungan akibat adanya perusahaan tersebut. Aspek lingkungan
mencakup :
a. Bahan Baku
b. Penanganan limbah dan by-product yang dihasilkan
c. Dampak yang ditimbulkan dari proses yang dilakukan

 Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi menjadi hal penting yang harus ditinjau dalam
pemilihan proses ini. Dalam aspek ini juga nantinya ditelaah apakah suatu
proses yang digunakan memberikan manfaat secara ekonomi. Aspek
ekonomi mencakup :
a. Biaya Produksi
b. Harga bahan baku dan produk
c. Perhitungan kasar keuntungan yang diperoleh
d. Biaya investasi alat
e. Analisa profitabilitas
f. Total investasi
g. Return of investment

 Aspek Teknis
Tujuan dari aspek teknis adalah untuk mengetahui apakah secara
teknis dan teknologi yang dimiliki, proses dapat dilaksanakan dengan
layak atau tidak, baik saat pembangunan proses berjalan atau saat
operasional berlangsung. Aspek teknis mencakup :
a. Proses operasi yang jelas
b. Reaksi proses (yield, konversi, dan kuantitas)
c. Efisiensi pemisahan atau pemurnian
d. Kondisi operasi yang jelas (suhu, tekanan, kelembaban)
e. Keamananan operasi tiap proses

5
 Aspek Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah salah satu aset usaha yang
berharga Ada baiknya kita setidaknya mempelajari Manajemen SDM
mencakup pada kapabilitas dari manajer dan karyawan yang berada di
proyek atau usaha tersebut untuk mengoperasikan segala hal yang
menyangkut proses operasi. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
mencakup :
a. Keterlibatan manusia dalam pengendalian proses
b. Kapasitas manusia dalam pengoperasian

 Aspek Hukum atau Legalitas


Aspek Hukum/Legalitas memperhatikan kekuatan hukum yang
menjadi pedoman dalam proses tersebut, salah satunya yaitu mencakup
bentuk paten dari proses yang dipilih. Aspek hukum atau legalitas
mencakup :
a. Paten dari proses yang digunakan
b. Persyaratan mengenai pengembangan metode proses yang akan
digunakan

6
BAB III
STUDI KASUS

Prarancangan Pabrik Metil Metakrilat Dari Aseton Sianohidrin Dan


Metanol Dengan Proses Esterifikasi Kapasitas 65.000 Ton/Tahun

3.1 Abstrak
Metil metakrilat (MMA) adalah salah satu bentuk monomer dari akrilik
resin. Bahan kimia ini mempunyai rumus molekul CH2=C(CH3)COOCH3,
sedangkan karakteristik lainnya antara lain mendidih pada temperature 101ºC,
sedikit larut dalam air dan beberapa solvent organik lainnya. Metil-metakrilat
banyak digunakan dalam industry pelapis kulit (24%), industry kosmetik
(21%), industry cat (18%), industry peralatan rumah tangga (10%), industry
polimer (8%) dan untuk industry lainnya (19%). Pabrik metil metakrilat
(MMA) ini direncanakan beroperasi selama 3600 hari/tahun dengan kapasitas
produksi sebesar 65.000 ton/tahun. Proses pembuatan metil metakrilat
berlangsung melalui dua tahapan reaksi yaitu reaksi pertama merupakan
reaksi hidrolisis, aseton sianohidrin bereaksi dengan asam sulfat membentuk
metakrilamidosulfat, reaksi berlangsung pada fase cair, irreversible,
eksotermis dan non adiabatis yang dilakukan di dalam reactor alir tangki
berpengaduk (RATB). Sedangkan reaksi kedua merupakan reaksi esterifikasi,
metakrilamid sulfat bereaksi dengan metanol membentuk metil metakrilat.
Reaksi berlangsung pada fase cair, irreversible, eksotermis dan non adiabatis
yang dilakukan diddalam reaktor alir tangki berpengaduk (RATB). Reaksi
hidrolisis dilakukan pada suhu 130 ℃ dan tekanan 71 atm, sedangkan reaksi
esterifikasi terjadi pada suhu 120 ℃ dan tekanan 70 atm. Pemurnian produk
metil metakrilat dilakukan dengan proses distilasi dan dekantasi, sehingga
diperoleh produk dengan kemurnian 99,75%. Adapun berdasarkan hasil
Analisa ekonomi diperoleh nilai investasi modal total (TCI) adalah sebesar
Rp. 632.257.576.143,- dan diperoleh hasil penjualan yaitu sebesar Rp.
2.519.976.153.777,- Selain itu diperoleh juga Returns ofs Investment (ROI)
sebelum pajak sebesar 15% dan Return of Investment (ROI) sesudah pajak
sebesar 10%. Pay Out Time (POT) sebelum pajak yaitu 2,33 tahun dan Pay
Out Time (POT) sesudah pajak sebesar 2,9 tahun. Sehingga diperoleh nilai
Break Event Point (BEP) sebesar 40,77% dan Shut Down Point (SDP)
sebesar 28,42%. Berdasarkan pertimbangan hasil evaluasi tersebut, maka
pabrik metil metakrilat dengan kapasitas 65.000 ton/tahun ini layak untuk
didirikan.

7
3.2 Pendahuluan

Pertumbuhan industri yang disertai dengan perkembangan teknologi


menyebabkan meningkatnya kebutuhan terhadap bahan kimia, salah satunya
yaitu metil metakrilat (MMA) dengan rumus molekul CH2C(CH3)COOCH3.
Pertimbangan utama mendirikan pabrik metil metakrilat ini pada dasarnya
untuk melakukan usaha yang secara ekonomi cukup menguntungkan. Pabrik
metil metakrilat sangat menguntungkan karena sifat prospektif metil
metakrilat dimasa mendatang, memiliki potensi pasar, sebagian bahan baku
mudah di dapat, teknologi yang dibutuhkan dapat terpenuhi dan terdapatnya
tenaga kerja. Pabrik ini akan beroperasi secara optimal dengan adanya
dukungan kemampuan modal yang memadai.
Metil metakrilat adalah bahan cairan tidak berwarna, mendidih pada
suhu 101℃, sedikit larut dalam air dan beberapa pelarut organic lainnya.
Bahan baku pembuatan metil metakrilat adalah aseton sianohidrin, asam
sulfat dan methanol (Ulllmann’s, 1989). Metil metakrilat di Indonesia ini
masih terbatas penggunaannya pada industri plastik, jenis resin, perekat, dan
cat.
Penentuan kapasitas suatu pabrik yang akan dibangun dapat ditentukan
dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti ketersediaan bahan baku,
permintaan produk dan kapasitas pabrik yang sudah ada.
Data kapasitas pabrik metil metakrilat yang sudah ada dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut.

No Tahun Impor
(Ton)
1 2009 32.814,54
2 2010 39.234,10
3 2011 42.580,95
4 2012 44.968,76
5 2013 45.400,16
6 2014 50.814,03
7 2015 48.264,53
8 2016 62.136,91
9 2017 59.723,57
10 2018 56.245,32

8
Kapasitas produksi merupakan salah satu hal yang harus diperhitungkan
dalam perancangan suatu pabrik. Hal ini berkaitan dengan jumlah impor metil
metakrilat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Berdasarkan data
statistik tentang perdagangan luar negeri Indonesia, jumlah impor metil
metakrilat sejak tahun 2009 sampai 2018 dapat dilihat pada Tabel 1.2
berikut.

No Tahun Impor
(Ton)
1 2009 32.814,54
2 2010 39.234,10
3 2011 42.580,95
4 2012 44.968,76
5 2013 45.400,16
6 2014 50.814,03
7 2015 48.264,53
8 2016 62.136,91
9 2017 59.723,57
10 2018 56.245,32

Berdasarkan data di atas, perkiraan jumlah kebutuhan metil metakrilat


pada tahun 2023 dapat diperkirakan menggunakan perhitungan discounted
method dengan rumus sebagai berikut (Peters, 1991) :

F = P (1+i)n ...(1.1)
Pabrik metil metakrilat direncanakan akan didirikan pada tahun 2023.
Perkiraan konsumsi dalam negeri pada tahun 2023 (m5):
m5 = P(1+i)n ...(1.2)
P = besarnya impor tahun 2018 (ton/tahun)
i = Kenaikan impor rata-rata
n = Selisih tahun (tahun ke-)

Sehingga :
m5 = 56.245,32 (1+(0,060602683))6 = 80.057,63 ton/tahun

Berdasarkan beberapa pertimbangan dan perhitungan kebutuhan diatas,


maka diputuskan untuk membangun pabrik yang dapat memenuhi 80% dari
kebutuhan metil metakrilat dalam negeri yaitu dengan kapasitas sebesar
64.046,1025 ton/tahun yang kemudian digenapkan menjadi 65.000ton/tahun.

9
Proses pembuatan metil metakrilat dapat menggunakan 3(tiga) jenis
proses yang masing-masing prosesnya dapat dilihat perbedaannya, yaitu :

Aseton Isobutilena/
Faktor Etilena
Sianohidrin Isubutanol
Proses 1. Hidrolisis Oksidasi 2 Kondensasi 4
2. Esterifikasi tahap tahap
Suhu 1. 80-160°C 1. 300-
400°C
30-450°C
2. 100-150°C 2. 270-
350°C
Tekanan 1. 1 atm 1. 1-2 atm
6,8-7,5 atm
2. 7 atm 2. 1-10 atm
Konversi 80-98% 30-75% 68-75%
Katalis Cair Padat Padat
Jenis Reaktor RATB PFR, RATB PFR, RATB

3.3 Deskripsi Proses


1. Macam-macam Proses Produksi
Berdasarkan bahan baku yang digunakan proses pembuatan metil
metakrilat dapat dilakukan dengan tiga cara antara lain (Kirk dan Othmer,
1995):

a. Metil Metakrilat dari Aseton Sianohidrin

Proses produksi yang paling aman untuk memproduksi metil


metakrilat adalah proses aseton sianohidrin (ACH). Pertama kali
digunakan untuk produksi secara komersil tahun 1937 yang dipatenkan
oleh ICI (produsen metil metakrilat) tahun 1934. Teknologi ini dilakukan
dengan cara menghidrolisa aseton sianohidrin untuk menghasilkan
metakrilamit sulfat. Aseton sianohidrin direaksikan dengan asam sulfat
berlebih (1,4-1,8 mol asam sulfat per mol aseton sianohidrin). Asam sulfat
berfungsi sebagai reaktan, katalis dan pelarut untuk reaksi. Reaksi ini
berlangsung di dalam reaktor tangki alir berpengaduk pada suhu 80-100°C
dengan tekanan 1 atm, kemudian diikuti dengan proses pemanasan singkat
thermal cracking (reaksi perengkahan) pada suhu 120-160°C dan tekanan
1 atm untuk mengkonversi produk samping (α-hydroxyisobutyramit sulfat)
menjadi metakrilamit sulfat. Proses pada tahap ini berlangsung selama ± 1
jam dengan 7 konversi 90-98%. Reaksi yang berlangsung di dalam reaktor
hidrolisis sebagai berikut:

10
(CH3)2C(OH)(CN) + H2SO4 → CH2=C(CH3)CONH2H2SO4

Proses selanjutnya, ekstraksi metakrilamid sulfat dengan metanol


berlebih di dalam reaktor esterifikasi (reaktor tangki alir berpengaduk)
pada kondisi operasi suhu 100-150°C dan tekanan 7 atm untuk
mendapatkan produk metil metakrilat dangan produk samping amonium
bisulfat. Waktu tinggal dalam reaktor ini kurang dari 1 jam dengan
konversi 80-98%. Reaksi yang berlangsung di dalam reaktor eksterifikasi
sebagai berikut:

CH2=C(CH3)CONH2H2SO4+ CH3OH → CH2=C(CH3)CO2CH3+ NH4HSO4

Selanjutnya hasil proses esterifikasi akan melalui beberapa proses


separasi (pemisahan) dan purifikasi (pemurnian) hingga didapatkkan
produk metil metakrilat dengan kemurniaan tinggi dan bersih dari
pengotornya.

b. Metil Metakrilat dari Isobutanol atau Isobutilena

Tahap pertama mengoksidasi isobutanol menjadi metakrolein,


kemudian tahap kedua mengoksidasi metakrolein menjadi asam
metakrilat. Tahap terakhir adalah mereaksikan asam metakrilat dengan
metanol untuk menghasilkan metil metakrilat. Ketiga reaksi ini
berlangsung dengan bantuan beberapa katalis. Katalis yang dipakai pada
tahap pertama adalah oksida logam multi komponen yang mengandung
bismut, molibdenum dan sejumlah logam lain untuk meningkatkan
aktivitas dan selektivitas. Tahap kedua menggunakan katalis yang
dasarnya mengandung fosfolibdat, namun juga mengandung logam alkali
untuk mengontrol keasaman. Tahap ketiga umumnya menggunakan katalis
asam sulfat. Masing-masing reaksi ini berlangsung dalam reaktor yang
berbeda. Konversi yang dihasilkan 75%. Reaksi yang berlangsung sebagai
berikut:

(CH3)2CCH2 + O2 → CH2CCH3CHO + H2O


CH2=CCH3CHO + O2 → CH2=CCH3COOH
CH2=CCH3COOH + CH3OH → CH2=C(CH3)COOCH3 + H2O

Reaktor oksidasi pertama beroperasi pada suhu 395°C dan tekanan


operasi 1-2 atm. Reaktor oksidasi tahap kedua beroperasi pada suhu 350°C
dan tekanan operasi 7 atm. Tahap ketiga menggunakan reaktor alir tangki
berpengaduk dengan kondisi operasi suhu 70-100°C dan tekanan 6,8-7,5

11
atm. Selanjutnya aliran keluar dari reaktor ketiga dialirkan melalui
scrubber untuk mendapatkan crude metil metakrilat. Keluaran scrubber
yang berupa gas dilewatkan ke dalam absorber untuk menyerap
metakrolein yang tidak bereaksi. Sebagai penyerap biasanya digunakan
larutan asam karboksilat. Gas keluar absorber dikirim ke unit pembakaran
sebelum dibuang ke udara, sedangkan metakrolein yang terserap dialirkan
ke stripper, dimana metakrolein akan dikembalikan ke reaktor kedua dan
penyerap dikembalikan ke absorber. metil metakrilat mentah yang
diperoleh dikirim ke menara distilasi untuk mendapatkan metil metakrilat
dengan kemurnian yang tinggi.

c. Metil Metakrilat dari Etilena


Pembuatan metil metakrilat dari etilena melewati 4 tahap yaitu
mengkondensasi etilena dengan karbon monoksida dan hidrogen untuk
mendapatkan propanoldehid pada fase gas dengan kondisi operasi suhu
30°C dan 9 tekanan 15 atm. Propanoldehid kemudian direaksikan dengan
formaldehid untuk mendapatkan metakrolein pada kondisi operasi suhu
160-185°C, tekanan 49 atm dan reaksi berjalan pada fase cair. Metakrolein
yang terbentuk direaksikan dalam fase gas dengan oksigen pada tekanan
350 atm dan suhu 100°C, sehingga menghasilkan asam metakrilat yang
kemudian direaksikan dengan metanol menghasilkan metil metakrilat.
Reaksi tahap terakhir tersebut terjadi pada fase cair pada suhu 70-100°C
dan tekanan 6,8-7,5 atm. Reaksi ini akan memberikan konversi sebesar
75% dengan menggunakan katalis berupa logam multi komponen. Reaksi
yang berlangsung sebagai berikut:

CH2=CH2 + CO + H2 → CH3CH2CHO
CH3CH2CHO + CH2O → CH2=C(CH3)CHO + H2O
2CH2=C(CH3)CHO + O2 → 2CH2=C(CH3)COOH
CH2=CCH3COOH + CH3OH → CH2=C(CH3)COOCH3 + H2O

12
Tabel 1.3 Pertimbangan pemilihan proses (Kirk dan Othmer, 1995)

Aseton Isobutilena/
Faktor Etilena
Sianohidrin Isubutanol
Proses 3. Hidrolisis Oksidasi 2 Kondensasi 4
4. Esterifikasi tahap tahap
Suhu 3. 80-160°C 3. 300-
400°C
30-450°C
4. 100-150°C 4. 270-
350°C
Tekanan 3. 1 atm 3. 1-2 atm
6,8-7,5 atm
4. 7 atm 4. 1-10 atm
Konversi 80-98% 30-75% 68-75%
Katalis Cair Padat Padat
Jenis Reaktor RATB PFR, RATB PFR, RATB

Berdasarkan kondisi operasi masing-masing proses tersebut dipilih


menggunakan aseton sianohidrin berdasarkan pertimbangan berikut:

1. Konversi bahan baku menjadi produk tertinggi sekitar 80-98%.


2. Kondisi operasi yang mudah dicapai sehingga tidak memerlukan perlakuan
awal yang rumit dan tidak memerlukan energi yang besar.
3. Katalis yang digunakan juga sebagai reaktan dan pelarut sehingga tidak
memerlukan perlakuan khusus seperti pada proses yang lain.

13
DiagramoAliroProsesoPrarancanganoPabrikoMetiloMetakrilatodarioAsetonoSian
ohidrinodanoMetanolodenganoProsesoEsterifikasioKapasitaso65.000oTon/Tahun

14
Proses pembuatan metil metakrilat ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :

1. Persiapan Bahan Baku


a. Tahap Penyiapan Aseton Sianohidrin (ACH)
Aseton sianohidrin (ACH) disimpan dalam fase cair pada
suhu 30°C dan tekanan 1 atm di dalam tangki penyimpanan (F-
120), pada kondisi demikian ACH dalam keadaan cair karena
titik didihnya suhu 190°C tekanan 1 atm, selain itu juga
dikarenakan fase reaktor adalah cair-cair. Dari tangki
penyimpanan, ACH dialirkan menggunakan pompa (L-121),
kemudian dipanaskan pada heater-2 (E-122) sampai suhu
130°C dan dialirkan menuju reaktor hidrolisis.

b. Tahapan Penyiapan Asam Sulfat


Asam sulfat 98% disimpan dalam fase cair pada suhu 30℃
tekanan 1 atm di dalam tangki penyimpanan (F-110). Sebelum
masuk reaktor hidrolisis, asam sulfat dialirkan menggunakan
pompa (L-111), dan dipanaskan sampai suhu 130°C dengan
heater-1 (E-112).

c. Tahapan Penyiapan Metanol


Metanol 98% disimpan dalam tangki penyimpanan (F-130).
Dari tangki penyimpan, metanol dialirkan menuju heater
dengan pompa (L-131) untuk dipanaskan menggunakan Heater-
3 (E-132) dari suhu 30°C menjadi 120°C dan tekanan 7 atm.
Kemudian metanol dimasukkan ke reaktor esterifikasi.

2. Tahapan Reaksi
Tahap pembuatan metil metakrilat terdiri dari dua tahapan reaksi
diantaranya:
a. Tahap pembentukan metakrilamid sulfat
Metakrilamid sulfat merupakan senyawa intermediet,
produk dari reaksi antara aseton sianohidrin dengan asam sulfat
pada reaktor hidrolisis (R-210) dengan perbandingan mol
aseton sianohidrin dengan asam sulfat 1 : 1,8. Reaktor
hidrolisis yang dipakai adalah reaktor alir tangki berpengaduk
dengan coil pendingin dan reaksi berlangsung pada fase cair.
Kondisi operasi berlangsung pada suhu 130°C dan tekanan 1
atm. Pada reaksi ini asam sulfat berfungsi sebagai reaktan,
pelarut, dan katalis. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi
eksotermis untuk itu agar reaksi dapat dijaga tetap pada suhu
operasi 130 °C, maka reaktor dipasang coil pendingin. Hasil

15
reaktor ini adalah metakrilamid sulfat, sisa aseton sianohidrin,
sisa asam sulfat dan air yang kemudian dialirkan menggunakan
pompa (L-211) menuju reaktor esterifikasi (R-220) direaksikan
dengan metanol. Namun sebelum di alirkan menuju reaktor
esterifikasi (R-220) metakrilamid sulfat dan pengotor-
pengotornya didinginkan dari suhu 130 °C menjadi suhu 120
°C menggunakan cooler-1 (E-212).

b. Tahap reaksi pembentukan metil metakrilat


Reaksi pembentukan MMA terjadi di reaktor esterifikasi
(R-220), yang juga merupakan reaktor alir tangki berpengaduk.
Kondisi operasi di dalam reaktor esterifikasi ini yaitu pada suhu
120oC tekanan 7 atm. Metakrilamid sulfat yang berasal dari
reaktor hidrolisis direaksikan dengan metanol, dimana
perbandingan mol metakrilamid sulfat dengan metanol adalah 1
: 1,6 (Kirk dan Othmer, 2006). Reaksi yang terjadi pada reaktor
ini adalah jenis reaksi metanolisis dan juga merupakan reaksi
eksotermis, sehingga digunakan coil pendingin. Hasil keluaran
reaktor adalah MMA, amonium bisulfat, sisa metakrilamid
sulfat, sisa metanol, sisa ACH, sisa asam sulfat, dan air.
Kemudian hasil dari reaktor esterifikasi ini dialirkan ke tahap
pemisahan dan pemurnian produk.

3. Pemurnian Produk
Tahap ini bertujuan untuk memperoleh produk metil metakrilat
hingga mencapai kemurnian 99,8%. Produk reaktor esterifikasi (R-
220) dialirkan menuju menara distilasi (D-310) menggunakan pompa
(L-221) untuk dipisahkan dari asam-asamnya. Hasil atas light key
component (LK) menara distilasi (D-310) adalah metil metakrilat
dengan kemurnian 79%, aseton sianohidrin, metakrilamid sulfat,
metanol, air dan asam sulfat. Hasil bawah heavy key component (HK)
terdiri dari amonium bisulfat, ACH, MS, MMA dan asam sulfat. Hasil
bawah Menara Distilasi 1 (D-310) akan dialirkan menggunakan pompa
(L-315) menuju evaporator (V-340) untuk memisahkan asam sulfat
dan amonium bisulfat dengan pengotor lain, kemudian ammonium
bisulfat dialirkan menggunakan pompa (L-342) menuju dekanter 2 (H-
360) untuk memisahkannya dari asam sulfat dengan kemurnian
mencapai 99,5% sebelum diumpankan ke tangki penyimpanan akhir
produk samping (F-420) menggunakan pompa (L-361). Namun
sebelum dialirkan menuju dekanter 1 (H-360) Produk didinginkan dari
suhu 226,3 °C menjadi suhu 30 °C menggunakan cooler-3 (E-343).
Sedangkan hasil atas menara distilasi 1 (D-310) berupa pruduk MMA

16
kemurnian 79% akan diumpankan ke menara distilasi 2 (D-320) untuk
menghilangkan kandungan methanol pada produk MMA menggunakan
pompa (L-313). Hasil atas dari menara distilasi 2 (D-320) adalah
metanol dan air dengan kemurnian komponen 98% akan diumpankan
kembali untuk direcyle kedalam reaktor esterifikasi (R-220)
menggunakan pompa (L-323), sedangkan hasil bawah menara distilasi
2 (D-11 Vol. 4 No. 1320) berupa produk MMA kemurnian 94,4%,
aseton sianohidrin, metakrilamid sulfat, air dan sedikit methanol
diumpankan menuju dekanter 1 (H-330) menggunakan pompa (L-325)
untuk proses pemurnian akhir. Namun sebelum dialirkan menuju
dekanter 1 (H-330) Produk didinginkan dari suhu 101 °C menjadi suhu
30 °C menggunakan cooler-2 (E-326). Produk atas dekanter 1 (H-330)
berupa MMA kemurnian 99,73% dengan sedikit ACH, MS di
umpankan menuju tangki penyimpanan produk (F-410) menggunakan
pompa (L-331), sedangkan produk bawah dekanter-1 (H-330) berupa
air, sedikit MMA dan methanol di alirkaN menuju UPL menggunakan
pompa (L-332).

4. Penyimpanan Produk
Produk yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke tangki
penyimpanan produk pada 30oC dan tekanan 1 atm. Untuk distribusi
atau penjualan produk terdiri dari dua kemasan, yaitu drum dengan
kapasitas 200 liter dan mobil tangki dengan kapasitas 5 – 20 Ton.

3.4 Utilitas
Sumber air untuk pabrik metil metakrilat diperoleh dari Sungai Berantas,
dan, Bengawan Solo dengan debit air sebesar 3.153.6000 m3/jam.
Pembangkit listrik utama menggunakan generator dengan bahan dasar diesel
oil yang diperoleh dari PT Pertamina dan sebagian kebutuhan listrik dipenuhi
dari PLN. Kebutuhan total utilitas yang diperlukan pada operasi pabrik metil
metakrilat dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

17
3.5 Analisis Ekonomi
Data harga bahan baku dan produk pada pabrik metil metakrilat dapat
dilihat pada Tabel 7 berikut.

Adapun biaya yang dibutuhkan untuk mendirikan pabrik metil metakrilat


dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Total Biaya Pabrik Metil Metakrilat
Jenis Biaya Jumlah (Rp)

FCI 482.003.422.753
WC 120.500.855.688
TCI 632.257.576.143
TPC 2.790.556.165.192

Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, suatu pabrik untuk dapat


dikategorikan layak atau tidak untuk didirikan maka dilakukan analisa atau
evaluasi kelayakan ekonominya. Beberapa cara yang digunakan untuk
menyatakan kelayakan ekonomi adalah Percent Profit On Sales (POS),
Percent Return On Investment (ROI), Pay Out Time (POT), Net Present
Value(NPV), Interest Rate of Return (IRR), Break Even Point (BEP), dan
Shut Down Point (SDP). Hasil analisa ekonomi pabrik metil metakrilat dapat
dilihat pada Tabel 9 berikut:

Return On Investment (ROI) adalah tingkat keuntungan yang dapat


dihasilkan dari tingkat investasi yan dikeluarkan Pay Out Time (POT) adalah
waktu pengembalian modal yang dihasilkan berdasarkan keuntungan yang
dicapai. Perhitungan ini diperlukan utuk mengetahui berapa lama investasi
yang telah dilakukan akan kembali.Break Even Point (BEP) adalah titik
impas atau suatu kondisi dimana pabrik menunjukkan biaya dan penghasilan
18
jumlahnya sama atau tidak untung dan tidak rugi. Shuts Down Point (SDP)
adalah suatu titik atau saat dimana penentuan suatu aktivitas produksi harus
dihentikan karena lebih murah untuk menutup pabrik dan membayar Fixed
Expanse (Fa) dibandingkan harus produksi. Penyebabnya antara lain variable
cost yang terlalu tinggi, atau bias juga karena keputusan manajemen akibat
tidak ekonomisnya suatu aktivitas produksi atau tidak menghasilkan profit
(Aries, 1955). Grafik analisa kelayakan ekonomi pabrik metil metakrilat
dapat dilihat pada Gambar 2.

19
BAB IV
SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa perhitungan pada prarancangan pabrik metil


metakrilat dari aseton sianohidrin dan metanol dengan proses esterifikasi kapasitas
produksi 65.000 ton/tahun diperoleh kesimpulans sebagai berikut:
1. Kapasitas rancangan pabrik direncanakan sebesar 65.000 ton/tahun.
2. Bentuk hukum perusahaan yang direncanakan adalah Perseroan Terbatas
(PT).
3. Bentuk organisasi yang direncanakan adalah garis dan staf dengan jumlah
total atasan dan tenaga kerja yang dibutuhkan 1208 orang.
4. Pabrik terletak di di Jl. Prof Dr Moh Yamin, Gresik, Jawa Timur dengan
luas tanah yang dibutuhkan adalah 35.050,8 m2.
Berdasarkan hasil analisa ekonomi dapat disimpulkan bahwa pabrik metil
metakrilat ini bisa dipertimbangkan pendiriannya dan dapat diteruskan ke
tahap perencanaan pabrik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aries, R.S. and Newton,WR.D. 1955. Chemical Engineering Cost


Estimation. Mc-Graw Hill Book Company Inc. New York.
Badan Pusat Statistik 2019. Data Impor Metil Metakrilat di Indonesia.
http://www.bps.go.id/
Diakses pada tanggal 21/10/2021
Bauer, William Jr. 2005. Methacrylic Acid and Derivatives. Wiley-VCH
Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim.
Kawamura, Susumu. 1991. Integrated Design of
Water Treatment Facilities. Jhon Wiley & Sons, Inc. New York.
Kirk, Raymond E. and Donal FF.Othmer. 2006. Encyclopedia of Chemical
Technology, Pigment to Powders, Handling. John Wiley & Sons,
Inc. Universitas Michigan.
Perry, Robert H.91997. Perry’s Chemical Engineers’ Handbook 7th
Edition. McGraw-Hill Company. USA.
Polievka, M and J. Balak. 1982. Kinetics of Hydrolysis of Methacrylamide
Sulfate in The Medium of Sulfuric Acid. Research Institute of
Petrochem. Novaky.
Polievka, M and J. Balak. 1982. Kinetics of Esterification of
MethacrylicAAcidowithiA Mixture of Methanol and Water in The
Presence of Sulfuric Acid. Research Institute of Petrochem. Novaky.
Peters, M.S and Timmerhause, K.D. 1991. Plant Design and Economics
for Chemical Engineering 4th Edition. McGraw-Hill Inc. Singapore.
Sivakumar, K., Balamurugan, C., dan Ramabalan, S., 2011. Simultaneous
Optimal Selection of Design and Manufacturing Tolerances with
Alternative Manufacturing Process Selection. Computer-Aided 
Design, 207–218.
Trisnadi, A.,ddk . Optimasi Tawas dan Kapur untuk Koagulasi Air Keruh
dengan Penanda I-131. Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir.
Yogyakarta.
Ullmann. 1996. Ullmann’s Encyclopedia of Industry Chemistry 5th Edition.
Weinhem Willey-Vch Verlag GmbH & Co KgaA. Germany

21

Anda mungkin juga menyukai