Anda di halaman 1dari 23

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

PT.Pupuk Sriwidjaja Palembang

(Pengolahan Limbah Dan Baku Mutu)

Disusun Oleh :

 Ayu Sriwahyuni 12.2017.027


 Irma Kurnia Sari 12.2017.001
 Almi Afriyudha 12.2017.065

Kelas : VA

Dosen Pembimbing : Dr.Ir.Marhaini,M.T

Fakultas Teknik

Prodi Teknik Kimia

Universitas Muhammadiyah Palembang

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur tercurah kepada Allah SWT atas taufik, hidayah, berkat dan
rahmat-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan
kita Rasulullah SAW, keluarganya, sahabatnya serta para pengikutnya hingga
akhir zaman.

Teknologi Pengolahan Limbah Cair ini adalah mata kuliah dengan bobot 2
SKS yang terdapat pada mata kuliah Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dosen pembimbing

2. Semua pihak

Palembang,28 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover...................................................................................................................... 1
Kata Pengantar......................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1.Latar Belakang...................................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3.Tujuan Masalah..................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1.Pengertian PT.PUSRI.........................................................................................6
2.2. Pengolahan limbah dan Baku mutu PT PUSRI dipalembang...........................7
2.3. Teknologi atau Alat Pengolahan Limbah di PT PUSRI di Palembang...........13
2.4. Sistem Manajemen Lingkungan PT PUSRI Palembang................................18

BAB III PENUTUP..............................................................................................22


A. Kesimpulan........................................................................................................22
B. Saran..................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah


limbah cair yang berasal dari industri.Hal ini dikarenakan kandungan bahan kimia
yang terdapat dalam limbah cair tersebut berupa senyawa organik maupun
anoganik yang berpotensi menimbulkan dampak positif dan juga dampak negatif
terhadap kesehatan masyarakat maupun lingkungan hidup.PT. PUSRI sebagai
salah satu industri petrokimia di kota Palembang dimana salah satu bahan dasar
pembuatan pupuk yang digunakan adalah ammonia berpotensi menimbulkan
limbah cair.Volume limbah cair yang dihasilkan oleh PT. PUSRI sebagai hasil
samping proses produksi, yakni sebesar 500 m3 dengan kandungan ammonia rata-
rata sekitar 500 ppm dan urea rata-rata sekitar 1300 ppm. menjadi suatu
kewajiban bagi PT. PUSRI untuk melakukan pengelolaan limbah cair yang
dihasilkannya lewat Pusri Effluent Treatment Improvement Project (PET Project)

Kandungan ammonia dan urea dalam limbah cair PT. PUSRI yang cukup
tinggi membuat berbagai pihak khawatir akan dampaknya pada kesehatan
lingkungan maupun kesehatan masyarakat, jika limbah cair tersebut tidak dikelola
dengan baik. Petugas seringkali berangggapan bahwa pengelolaan limbah cairnya
telah didesain dengan baik. Keadaan ini seringkali terlupakan oleh petugas yang
mengelola limbah cair pada sistem Pusri Effluent Treatment dikarenakan petugas
beranggapan bahwa sistem pengelolaan limbah cair PT. PUSRI telah didesain
dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa Pengertian PT.PUSRI ?


b. Bagaimana Pengolahan limbah dan Baku mutu PT PUSRI di palembang?
c. Bagaimana Teknologi atau Alat Pengolahan Limbah di PT PUSRI di
Palembang?
d. Bagaimana Sistem Manajemen Lingkungan PT PUSRI Palembang?

4
1.3 Tujuan Masalah

a. Untuk mengetahui Apa itu PT.PUSRI.


b. Untuk mengetahui Pengolahan limbah dan Baku mutu PT PUSRI di
palembang.
c. Untuk Mengetahui Teknologi atau Alat Pengolahan Limbah di PT PUSRI
di Palembang.
d. Untuk mengetahui Sistem Manajemen Lingkungan PT PUSRI
Palembang.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PT.PUSRI

PT. PUSRI sebagai salah satu industri petrokimia di kota Palembang


dimana salah satu bahan dasar pembuatan pupuk yang digunakan adalah ammonia
berpotensi menimbulkan limbah cair.Volume limbah cair yang dihasilkan oleh
PT. PUSRI sebagai hasil samping proses produksi, yakni sebesar 500 m3 dengan
kandungan ammonia rata-rata sekitar 500 ppm dan urea rata-rata sekitar 1300
ppm. menjadi suatu kewajiban bagi PT. PUSRI untuk melakukan pengelolaan
limbah cair yang dihasilkannya lewat Pusri Effluent Treatment Improvement
Project (PET Project).

Pusri Effluent Treatment (PET) ini merupakan salah satu proses


pengelolaan limbah cair PT. PUSRI dengan sistem tertutup dan mengedepankan
proses produksi bersih atau sistem recycle.4 Sistem pengelolaan limbah cair PET
yang secara teoritis cukup baik ini mulai beroperasi dari tahun 1995. Dalam
perkembangannya sistem ini menjadi tidak stabil karena produksi dari pabrik
yang fluktuatif telah menyebabkan hasil akhir PET ini pada kondisi tertentu akan
melebihi nilai ambang batas baku mutu lingkungan dan standar desain.

Keadaaan sistem dan hasil akhir yang tidak stabil tersebut menyebabkan
petugas cenderung memiliki resiko berperilaku menyalahi aturan standar dalam
pengelolaan limbah. Hal ini seiring dengan hasil praktikum kesehatan masyarakat
sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti, dimana petugas yang terlibat langsung
dalam proses pengelolaan limbah cair sistem PET ini beranggapan secara teoritis
sistem telah didesain dengan baik sehingga menyebabkan petugas lalai terhadap
keadaan sistem yang tidak selalu stabil. Sebagai contoh, saat kondisi sistem PET
dan pabrik tidak normal petugas melakukan pembuangan off-gas hasil akhir PET
ke udara (lingkungan), melakukan pembuangan tumpahan limbah cair dari buffer
tank yang mengalami over flow ke sistem pengelolaan limbah cair secara terbuka

6
yang nantinya akan dibuang ke lingkungan, bahkan tidak mendaur ulang kembali
hasil akhir treated water PET saat kandungan ammonia > 50 ppm.

Perilaku petugas yang terlibat dalam sistem pengelolaan limbah cair PET
ini berhubungan dengan beberapa faktor, yaitu faktor predisposisi, pendukung dan
pendorong. Berdasarkan penelitian sebelumnya, faktor predisposisi dan faktor
penguat atau pendorong merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
petugas IPAL dalam menjalankan pengelolaan limbah cair Rumah Sakit sesuai
dengan prosedur tetap.Sedangkan penelitian lain menyatakan bahwa ada pengaruh
tingkat pendidikan responden dan dukungan lingkungan sosial terhadap praktik
dalam mengolah air limbah industri.

Petugas dengan perilaku baik akan dapat memberikan kontribusi dan


pengaruh yang cukup besar agar pengelolaan limbah cair dalam suatu sistem
menjadi baik pula. Untuk melihat seberapa besar hubungan faktor perilaku
petugas dengan pengelolaan limbah cair sistem PET tersebut maka perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut di PT. PUSRI. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui determinan yang berhubungan dengan perilaku petugas dalam
pengelolaan limbah cair pada sistem PET PT. PUSRI Palembang Tahun 2012.

2.2 Pengolahan limbah dan Baku mutu PT PUSRI di palembang

Limbah cair industri PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang,


mengandung senyawa Nitrogen dalam bentuk amonia. Limbah cair tersebut
berasal dari kanal – kanal kecil yang mengalir dari unit ammonia, unit urea dan
unit utilitas, sebelum diolah untuk dibuang ke sungai Musi. Salah satu kanal yang
terhubung pada 3 unit tersebut dan bermuara ke sungai Musi adalah kanal 32, atau
dikenal dengan K-32. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi
pengendalian pencemaran lingkungan, dengan menganalisis kualitas air limbah
berdasarkan kadar amonia dan pH. Metode yang digunakan pada penelitian adalah
metode kualitatif dan kuantitatif, dengan melihat perubahan warna pada sampel
yang telah direaksikan dengan reagen Nessler , dan menggunakan alat instrumen
Spektrofotometer UV- Vis guna mengetahui kadar ammonia pada limbah cair.

7
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan rata-rata pH pada kanal 32 (K-32) adalah
8,52, sedangkan rata -rata kadar ammonia adalah 58,92 ppm (0,05 dalam kg/ton).
Hasil yang didapat pada proses analisis masih berada dibawah baku mutu
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014.

Pengolahan limbah merupakan hal yang penting dalam industri. PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang sebagai salah satu perusahaan besar di Indonesia, sangat
memperhatikan keberadaan limbah. Limbah tersebut diolah dengan menggunakan
dua sistem, yakni sistem terbuka dan tertutup. Pengolahan limbah dalam sistem
tebuka melibatkan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Hal ini bertujuan
untuk melakukan penetralan, sehingga limbah tersebut memenuhi baku mutu
untuk dibuang ke sungai Musi. Pengolahan yang ada di unit IPAL PT Pupuk
Sriwidjaja Palembang yaitu pengolahan secara fisika, yang melibatkan aerator
sebagai alat pemisah antara limbah yang ada di dalam air. Pengolahan secara
kimia melibatkan senyawa kimia berupa asam sulfat sebagai penetral pH dan
almunium sulfat sebagai penjernih air limbah, serta pengolahan secara biologi
dengan bantuan eceng gondok untuk mengubah zat beracun ammonium menjadi
nitrat melalui proses nitrifikasi.

Tabel 1. Hasil Analisis Kadara Amonia dan pH

No. Tanggal pH Abs Kadar Amonia (ppm)

1. 3-7-18 8,5 0,048 48

2. 4-7-18 8,3 0,046 46

3. 5-7-18 8,4 0,065 65

4. 6-7-18 8,5 0,078 78

5. 7-7-18 8,6 0,070 70

6. 8-7-18 8,5 0,015 15

8
7. 9-7-18 8,5 0,065 65

8. 10-7-18 8,6 0,068 68

9. 11-7-18 8,6 0,076 76

10. 12-7-18 8,6 0,040 40

11. 13-7-18 8,6 0,075 75

12. 14-7-18 8,5 0,066 66

13. 15-7-18 8,6 0,075 75

14. 16-7-18 8,5 0,038 38

Sistem pengolahan limbah secara tertutup dikenal dengan sistem PET


(Pusri Effluent Treatment), dimana pengolahan limbah akan menghasilkan
substansi yang bisa digunakan lagi dalam proses. Dalam pengolahan limbah yang
ada, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang melibatkan analis untuk menganalisa
kandungan yang terdapat pada limbah cair. Bagian lingkungan hidup yang
termasuk dalam departemen K3 & LH, bertanggung jawab dalam pengendalian
lingkungan. Bagian lingkungan hidup terdiri dari dua bidang yaitu : PPLH
(Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup) dan PLH (Pengendalian
Lingkungan Hidup). PPLH melakukan analisa limbah cair sebanyak dua kali
dalam sehari, yaitu pukul 08.00 WIB dan pukul 14.00 WIB, dengan titik.

pengamatan limbah cair disekitar area pabrik sebanyak 28 titik. Selama


proses produksi jika ada masalah yang mengakibatkan terjadinya peningkatan
konsentrasi limbah cair, analis akan memberikan informasi kepada bagian
produksi untuk mengurangi kadar produksi, dengan cara mengontrol alat
produksi. Peningkatan konsentrasi yang sering terjadi adalah peningkatan kadar
urea dan amonia. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan mengoperasian
Unit Emergency Pond (UEP) sebelum masuk ke kolam ekualisasi atau kolam

9
netraliser. Pada unit ini, limbah cair yang memiliki konsentrasi tinggi akan
ditampung, selanjutnya disalurkan menuju unit scrubber untuk dilepaskan ke
udara. Kemudian, hasil analisis rutin akandilaporkan kepada masing-masing
bagian, hingga kepala bagian unit Hydrolizer Stripper dan dicatat pada buku hasil
analisis laboratorium.

Limbah cair dari kanal 32 (K-32) merupakan limbah cair yang berasal dari
pabrik Pusri III. Pengujian limbah cair kanal 32 (K-32) berdasarkan parameter
baku mutu pH dan kadar amonia air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri
pupuk, dalam peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014, tentang baku mutu air limbah. Pengambilan sampel limbah cair di
kanal 32 (K-32) dilakukan selama 14 hari, mulai dari tanggal 3-Juli-2018 sampai
17- Juli-2018. Sampel limbah cair yang telah diambil, dianalisis dan dicatat dalam
buku laporan. Kegiatan pengambilan dan analisis dilakukan pada hari senin
sampai jumat, khusus hari sabtu dan minggu kegiatan pabrik hanya dilakukan oleh
analis PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.

Pengukuran amonia limbah cair didapatkan hasil kadar yang bervariasi.


Limbah cair yang dihasilkan tidak dibuang langsung ke badan air atau dikirim ke
cooling water melainkan akan diolah kembali sesuai dengan desain operasi, yaitu
akan dikirim ke buffer tank. Selanjutnya dari buffer tank akan dikirim melalui line
over flow ke unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Hal ini untuk
menghindari meluapnya limbah cair di dalam buffer tank. Kadar ammonia yang
tinggi pada limbah cair, dapat disebabkan karena terjadinya gangguan pada
operasional. Gangguan tersebut dapat berupa seperti menggumpalnya pupuk urea
yang menyebabkan saluran prilling terhambat. Selain itu kurang sempurnanya
proses hidrolisis disebabkan karena adanya kerusakan instrumen pada unit
hydrolizer yang menyebabkan penguapan limbah ammonia tidak maksimal.
Keberhasilan proses pengolahan limbah, terutama limbah cair di PT Pupuk
Sriwidjaja Palembang, dapat dilakukan dengan menilai hasil akhir dari
pengukuran analisis laboratorium. Hasil analisis rutin akan dilaporkan kepada

10
operator masing – masing hingga kepala bagian unit hydrolizer-stipper serta
dicatat pada buku hasil analisis laboratorium.

Hal ini berlaku sebagai tindak lanjut dari sistem pengolahan limbah cair di
unit tersebut, apabila terdapat ketidaksesuaian antara hasil dan desain alat maka
dapat segera diberi pengendalian. Analisis selama 14 hari didapatkan kadar rata-
rata amonia dan pH memenuhi standar baku mutu. Nilai rata – rata pH pada kanal
32 (K-32) adalah 8,52. pH tersebut memenuhi standar pH limbah cair.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5
Tahun 2014 parameter pH limbah cair untuk usaha atau kegaitan industri pupuk
adalah 6.0-10, sedangkan untuk kadar amonia rata -rata adalah 58,92 ppm (0,05
dalam kg/ton). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5
Tahun 2014 menetapkan parameter kadar amonia limbah cair untuk usaha atau
kegiatan industri pupuk adalah 0,75 kg/ton. Adapun Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014.

Penentuan amonia, khususnya pada konsentrasi rendah memerlukan reaksi


kimia untuk mengubah analit menjadi senyawa turunannya, sehingga dapat
dianalisis secara kolorimetri. Metode umum yang digunakan dalam analisis
amonia yang terdapat dalam perairan yaitu metode Fenat dan metode Nessler.
Metode Fenat dihasilkan dari pembentukan warna dari reaksi amonia dengan
fenol dan hipoklorat, metode Fenat pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada
tahun 1859. Metode ini lebih luas diteliti oleh Russel yang menggunakan ion
mangan (II) untuk mempercepat reaksi, sedangkan peneliti lain menggunakan
natrium nitroprusida sebagai katalis. Prinsip metode ini berdasarkan reaksi amonia
dengan hipoklorit dan fenol yang dikatalis oleh natrium nitroprusida yang
membentuk warna biru indifenol (Boltz dkk., 1978). Analisa kadar amonia limbah
cair, dapat dilakukan dengan merekasikan sampel dengan reagen Nessler untuk
menghasilkan larutan berwarna kuning cokelat (Gambar 1.). Hal tersebut karena
reaksi antara gugus merkuri pada reagen Nessler akan bereaksi dengan NH2 pada
Amonia.

11
Tabel 2. Baku Mutu Kadar Amonia Limbah Cair

Parameter Pupuk Pupuk Amonia

Urea Nitrogen Lain

Beban (kg/ton) Beban (kg/ton) Beban (kg/ton)

pH 6,0-10 6,0-10 6,0-10

NH3N 0,75 1,50 0,30

TKN 1,5 2,25 -

COD 3,0 3,0 0,30

TSS 1,5 3,0 0,15

Minyak 0,3 0,30 0,03

Debit Air 15 m3 per produk 15 m3 per produk 15 m3 per


produk

( Sumber : Permen LH RI No.5 Tahun 2014)

Hg

2K2HgI4 + NH3+ 3KOH → O + 7KI +2H2O

Menurut Vogel (1951) metode Nessler berdasarkan pada pereaksi Nessler


atau Potassium tetraiodomercurate (II) (K2HgI4) yang bereaksi dengan amonia
dalam larutan basa akan membentuk dispersi koloid yang berwarna kuning coklat.
Intensitas dari warna yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi amonia
yang ada dalam sampel. Semakin tinggi intensitas warna yang dihasilkan, maka
konsentrasi amonia dalam larutan juga semakin tinggi. Pemilihan metode Nessler
didasarkan pada penggunaan bahan yang lebih praktis dan menghemat biaya,

12
selain itu metode Nessler tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
menganalisis kandungan amonia didalam limbah cair, sedangkan metode Fenat,
membutuhkan waktu beberapa menit untuk membentuk larutan berwara

2.3 Teknologi atau Alat Pengolahan Limbah di PT PUSRI di Palembang

Di pengolahan limbah cair juga ada peralatan yang disebut Hydrolizer -


Stripper. Menurutnya, itu merupakan unit peralatan untuk daur ulang limbah cair
yang mengandung Amoniak dan Urea dengan konsentrasi tinggi. Limbah tersebut
berasal dari pabrik Urea Pusri II, III dan IV, yang mengandung Urea 10.000 ppm
dan Amoniak 3.500 mg/l yang dikumpulkan melalui sistem tertutup ke collecting
pit pada masing-masing pabrik.Selanjutnya, limbah tersebut melalui sistem
perpipaan dipompakan untuk ditampung dalam Buffer Tank. Dari Buffer Tank
dipompakan kedalam Hydrolizer Stripper. Dalam unit Hydrolizer akan terjadi
proses hidrolisa larutan urea menjadi amoniak dan CO2.

 Fuel Cell

Satu unit fuel cell ini menghasilkan energi kurang lebih 0,7 volt. Karena
itu untuk memenuhi energi satu baterai handphone atau menggerakkan turbin gas
dan mesin mobil, dibutuhkan berlapis-lapis unit fuel cell dikumpulkan menjadi
satu unit besar yang disebut sebagai fuel cell stack.

fuel cell adalah alat konversi energi elektrokimia yang akan mengubah
hidrogen dan oksigen menjadi air, secara bersamaan menghasilkan energi listrik
dan panas dalam prosesnya. fuel cell merupakan suatu bentuk teknologi sederhana
seperti baterai yang dapat diisi bahan bakar untuk mendapatkan energinya
kembali, dalam hal ini yang menjadi bahan bakar adalah oksigen dan hidrogen.

Karena energi yang diproduksi fuel cell merupakan reaksi kimia


pembentukan air, alat konversi energi elektrokimia ini tidak akan menghasilkan
efek samping yang berbahaya bagi lingkungan seperti alat konversi energi
konvensional (misalnya proses pembakaran pada mesin mobil). Sedangkan dari
segi efisiensi energi, penerapan fuel cell pada baterai portable seperti pada

13
handphone atau laptop akan sepuluh kali tahan lebih lama dibandingkan dengan
baterai litium. Dan untuk mengisi kembali energi akan lebih cepat karena energi
yang digunakan bukan listrik, tetapi bahan bakar berbentuk cair atau gas.

Pada satu unit fuel cell terjadi reaksi kimia yang terjadi di anoda dan
katoda. Reaksi yang terjadi pada anoda adalah 2 H2 >-- 4 H+ + 4 e-. Sementara
reaksi yang terjadi pada katoda adalah 2 + 4 H+ + 4e- >-- 2 H2O. Sehingga
keseluruhan reaksi pada fuel cell adalah 2H2 + O2 >-- 2 H2O. Hasil samping
reaksi kimia ini adalah aliran elektron yang menghasilkan arus listrik serta energi
panas dari reaksi.Satu unit fuel cell ini menghasilkan energi kurang lebih 0,7 volt.
Karena itu untuk memenuhi energi satu baterai handphone atau menggerakkan
turbin gas dan mesin mobil, dibutuhkan berlapis-lapis unit fuel cell dikumpulkan
menjadi satu unit besar yang disebut sebagai fuel cell stack.

Kepedulian Lingkungan merupakan salah satu pandangan dan sikap


karyawan PT PUPUK SRIWIDJAJA (PUSRI), oleh karena itu Pimpinan PT
PUSRI bertekad untuk melaksanakan kegiatan industri berwawasan lingkungan
yang berkelanjutan, melalui pengelolaan sumber daya secara efisien dan
bijaksana, agar memberikan manfaat bagi masyarakat dan menjamin bahwa
kegiatan tersebut dapat diterima oleh umum, serta mencegah pencemaran terhadap
lingkungan, dengan memenuhi semua peraturan perundangan dan persyaratan
yang berlaku.

Dalam pengelolaan limbah pabrik, usaha-usaha diarahkan pada penekanan


dan pengurangan jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan dengan
menggunakan empat prinsip yaitu pengurangan limbah dari sumber, daur
ulang,pengambilan dan pemanfaatan kembali secara berkelanjutan menuju
produksi bersih.

Dalam mencapai tujuan tersebut, PUSRI menerapkan Sistem Manajemen


Lingkungan ISO-14001 sebagai landasan untuk menerapkan dan mengkaji ulang
tujuan serta sasaran lingkungan secara menyeluruh dan terpadu dengan

14
melibatkan seluruh karyawan untuk berperan aktif dalam melakukan
penyempurnaan mutu lingkungan secara terus menerus.

Komitmen dari Direksi PT Pusri untuk terus meningkatkan pengelolaan


lingkungan seperti tertuang di dalam dokumen RKP-RPL Kompleks Industri PT
Pusri Palembang, telah diwujudkan dengan ditetapkannya "Pusri Effluent
Treatment Improvement Project" atau Proyek PET.

Kepedulian Lingkungan merupakan salah satu pandangan dan sikap


karyawan PT PUPUK SRIWIDJAJA (PUSRI), oleh karena itu Pimpinan PT
PUSRI bertekad untuk melaksanakan kegiatan industri berwawasan lingkungan
yang berkelanjutan, melalui pengelolaan sumber daya secara efisien dan
bijaksana, agar memberikan manfaat bagi masyarakat dan menjamin bahwa
kegiatan tersebut dapat diterima oleh umum, serta mencegah pencemaran terhadap
lingkungan, dengan memenuhi semua peraturan perundangan dan persyaratan
yang berlaku.

Dalam pengelolaan limbah pabrik, usaha-usaha diarahkan pada penekanan


dan pengurangan jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan dengan
menggunakan empat prinsip yaitu pengurangan limbah dari sumber, daur ulang,
pengambilan dan pemanfaatan kembali secara berkelanjutan menuju produksi
bersih.

Dalam mencapai tujuan tersebut, PUSRI menerapkan Sistem Manajemen


Lingkungan ISO-14001 sebagai landasan untuk menerapkan dan mengkaji ulang
tujuan serta sasaran lingkungan secara menyeluruh dan terpadu dengan
melibatkan seluruh karyawan untuk berperan aktif dalam melakukan
penyempurnaan mutu lingkungan secara terus menerus.

Komitmen dari Direksi PT Pusri untuk terus meningkatkan pengelolaan


lingkungan seperti tertuang di dalam dokumen RKP-RPL Kompleks Industri PT
Pusri Palembang, telah diwujudkan dengan ditetapkannya "Pusri Effluent
Treatment Improvement Project" atau Proyek PET.

15
 Pusri Effluent Treatment

Latar belakang pelaksanaan Proyek PET adalah :

a) Melaksanakan peraturan Pemerintah mengenai ketentuan Baku Mutu


Limbah Cair sesuai dengan ketentuan Menteri Negara Lingkungan Hidup
serta kesepakatan program kali bersih (PROKASIH) Sungai Musi, yang
telah ditandatangani oleh Direksi PT Pusri dengan Pemda Tk.1 Sumatera
Selatan.
b) Memenuhi persyaratan Bank Dunia dalam pemberian loan bagi proyek
restrukturisasi pabrik urea Pusri II.

 Hydrolizer – Stripper

Merupakan unit peralatan untuk daur ulang limbah cair yang mengandung
Amoniak dan Urea dengan konsentrasi tinggi. Limbah tersebut berasal dari pabrik
Urea Pusri II, III dan IV, yang mengandung Urea 10.000 ppm dan Amoniak 3.500
mg/l yang dikumpulkan melalui sistem tertutup ke collecting pit pada masing-
masing pabrik. Selanjutnya limbah tersebut melalui sistem perpipaan dipompakan
untuk ditampung dalam Buffer Tank. Dari Buffer Tank dipompakan ke dalam
Hydrolizer Stripper. Dalam unit Hydrolizer akan terjadi proses hidrolisa larutan
urea menjadi amoniak dan CO2. Hasil hidrolisa urea dipisahkan dalam Stripper
dengan sistem Steam Sripping, keluaran dari Stripper berupa off gas dan treated
water. Dengan konsentrasi Urea = nil dan Amoniak , 5 ppm.

 Sludge Removal Facilities

Sludge Removal Facilities adalah suatu sistem peralatan yang berfungsi


sebagai pemisah dan pengolah lumpur yang berasal dari unit kolam biologi.
Lumpur yang berasal dari kolam biologi dipompakan ke Thickener untuk
diendapkan secara gravitasi.

16
Air yang berasal dari thickener dikeluarkan secara overflow; endapan lumpur
dari bagian bawah thickener dikeluarkan dan dikumpulkan dalam reservoir tank
dan dipompakan ke filter press untuk dipisahkan airnya dan dipadatkan dengan
tekanan 8 Bar, sehingga menghasilkan padatan lumpur yang mengandung 40 %
dray solid.

Berdasarkan hasil studi akhir (Studi Evaluasi dan Basic Design & Engineering
Package) yang dikerjakan bersama-sama konsultan HASKONING dan Tim
Proyek PET, maka sistem peralatan dan modifikasi yang dilaksanakan meliputi,
Hidrolizer-Stripper System, Oil Separator, Biological Waste Water Treatment
System, Sludge Removal Facilities, Waste Reduction Program.

 Penanggulanganmasalah
Kombinasi proses Eksternal Membran bioreaktor (MBR) dan Lumpur Aktif
telah dikembangkan untuk mengurangi kadar ammonia (N-NH3) serta
meningkatkan kualitas effluent dari limbah-limbah industri. Lumpur aktif
(activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi. Proses ini
pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material
organik menjadi CO2 dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru. Proses ini
menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau
melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di
tangki penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan
keberhasilan pengolahan limbah secara biologi, karena akan memudahkan
pemisahan partikel dan air limbah Membran berbasis polyethersulfone telah
dikembangkan untuk diaplikasikan sebagai eksternal membrane bioreaktor. Pada
proses lumpur aktif (metode konvensional) terdapat beberapa problem yang perlu
dilakukan perbaikan demi memaksimalkan hasil pemisahan seperti apa yang
diharapkan. Misalnya pada proses lumpur aktif terdapat kolam sedimentasi untuk
memisahkan padatan dan cairan pada teknologi konvensional (lumpur aktif)
tersebut. Selain itu pemisahan menggunakan metode konvensional dibatasi oleh
kondisi hidrodinamik lumpur seperti waktu tinggal lumpur (SRT, sludge retention
time), waktu tinggal cairan (HRT, hydraulic retention time) serta laju pembuangan

17
lumpur. Kesederhanaan sistem lumpur aktif juga kurang spesifik dalam
memisahkan kontaminan yang diharapkan.

Kajian pemisahan ammonia sedikit-demi sedikit dilakukan penelitian


lanjutan dan ditemukan solusi pemisahan ammonia dengan menggunakan
membrane yang sesuai. Membran berfungsi untuk menggantikan peran kolam
sedimentasi untuk memisahkan padatan dan cairan. Membrane bioreaktor
memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan proses lumpur aktif.
Masing-masing tipe membran memiliki keunggulan. Namun, bioreaktor membran
paling disukai dan banyak digunakan pada instalasi pengolahan air limbah. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut, MBR memiliki banyak
keuntungan bila dibandingkan dengan proses lumpur aktif, diantaranya MBR
dapat digunakan untuk konsentrasi lumpur yang tinggi 10 – 20 g/L, kualitas
effluent sangat meningkat, bebas dari padatan tersuspensi, virus, dan bakteri.
Berbagai penelitian mengenai pengolahan limbah ammonia menggunakan metode
MBR telah dilakukan, Tian dan Liang (2009) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa MBR dapat mengurangi kadar ammonia dalam limbah domestiknya hingga
89,4%, mendapatkan efisiensi penyisihan CODMn 35%, serta mampu
menyisihkan turbiditas hingga 90% (Tian Jia-yu, 2009). Sedangkan Thamer dan
Ahmed (2008) mendapatkan hasil yang lebih baik dengan menyimpulkan bahwa
kandungan N-NH3 dalam limbah sintetik yang digunakan berhasil disisihkan
hingga 99,8% (Mohammed Thamer,2008) . Yu-Lan dan Shui-Li (2009) melalui
penelitiannya dapat menyisihkan kandungan COD sebesar 91%, serta mampu
menyisihkanturbiditas98,8–100%(Wang,2009).

2.4 Sistem Manajemen Lingkungan PT PUSRI Palembang


Kepedulian lingkungan merupakan salah satu pandangan dan sikap
manajemen PT Pupuk Sriwijaya (Pusri). Ke depan, manajemen PT Pusri bertekad
melaksanakan kegiatan industri berwawasan lingkungan yang berkelanjutan,
melalui pengelolaan sumber daya secara efisien dan bijaksana.

18
Tujuannya, agar bermanfaat bagi masyarakat dan mencegah pencemaran
terhadap lingkungan. Kepala Departemen Humas dan Hukum PT Pusri, Ir Djakfar
Abdullah MT, mengemukakan hal itu dalam menanggapi keluhan sebagian warga
Kelurahan 1 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II terkait dengan dugaan pencemaran oleh
limbah Pusri. Menurut Djakfar, dalam pengelolaan limbah pabrik, ada empat
prinsip yang diterapkan. Yakni, pengurangan limbah dari sumber, daur ulang,
pengambilan dan pemanfaatan kembali secara berkelanjutan menuju produksi
bersih.

Pusri menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan ISO-14001 sebagai


landasan untuk menerapkan dan mengkaji ulang tujuan serta sasaran lingkungan
secara menyeluruh. Kami selalu melakukan penyempurnaan mutu lingkungan
secara terus menerus," kata Djakfar lugas.

ISO 14001 adalah sertifikasi kelas dunia dalam penerapan sistem manajemen
lingkungan suatu perusahaan. Artinya, baik-buruk sistem manajemen lingkungan
suatu perusahaan dapat dinilai berdasarkan standar ISO 14001.

Hal yang sama ditegaskan oleh Ir H Edi Wibawa, MM, asisten manajer teknik
lingkungan PT Pusri. Sebagai salah satu penggagas Komite Nasional Responsible
Care Indonesia (KNCRI), sebuah lembaga internasional yang peduli dengan
kelestarian lingkungan dalam proses produksi, Edi mengatakan PT Pusri telah
berusaha mengurangi pencemaran udara, air, dan suara.

Sejak 1994, kata dia, Pusri memasang Purge Gas Recovery Unit atau alat
pengolah limbah gas yang dapat menekan bau amonia yang keluar. Pengolahan
limbah itu, membuat PT Pusri mendapatkan peringkat biru atau peringkat tengah
dalam pengelolaan limbah.

PT Pusri juga membangun cerobong asap yang tinggi dan green barrier (sabuk
hijau) seluas 12, 8 (dari target total mencapai 27 ha) untuk menghambat limbah
gas yang tertiup angin ke arah permukiman penduduk. Green barrier ini sekaligus
berfungsi meredam suara yang dihasilkan oleh proses produksi.

19
Menurut Edi, dalam kondisi normal, kandungan amonia di limbah gas kurang
dari 0,09 bagian per juta atau part per million (ppm). Bau amonia memang masih
dapat tercium jika terdapat kerusakan yang tidak terduga dan limbah asap tertiup
angin ke rumah warga. Namun, kandungan amonia yang terbawa ke permukiman
warga berkisar 1-2 ppm, atau masih dalam batas toleransi kesehatan masyarakat.

Saat ini kami terus meningkatkan kemampuan pengolahan limbah hingga


akhir 2007, untuk mencapai produksi bersih dan meminimalisasi pencemaran
sampai tingkat paling rendah. Nanti, pencemaran bau amonia diharapkan tidak
tercium lagi oleh masyarakat," kata Edi.

Selain gas, limbah cair juga menjadi perhatian PT Pusri. Saat ini limbah cair
diolah dengan teknologi "Hidrolizer Stripper" yakni sistem pengolahan yang
memanfaatkan kembali limbah untuk pembuatan pupuk. Limbah cair yang
membawa amoniak dan urea dipisahkan oleh alat tersebut. Amoniak dan urea
yang terbuang dimanfaatkan kembali. Sementara air yang telah bebas dari zat
kimia dialirkan ke kolam penampungan dan kembali dilakukan sterilisasi sebelum
dibuang ke sungai. "Melalui proses pengolahan limbah yang telah mendapat
sertifikasi ISO itu, tidak mungkin limbah yang dibuang ke sungai masih
mengandung zat kimia yang berbahaya," katanya. (mg12/adv)
“PT Pusri Palembang bahkan telah menginvestasikan dana miliaran Rupiah untuk
pengadaan alat-alat pengolah limbah. Mulai unit pengolah limbah cair, pengolah
limbah gas, pengolah limbah minyak, termasuk polusi suara,” ungkap pria yang
sebelumnya pernah menjabat sebagai Manajer Pemasaran Wilayah II, Manajer
Pengendalian & Pelayanan Pelanggan, serta Manajer Keamanan PT Pusri
Palembang itu.

Lebih jauh, sambung Sulfa, PT Pusri Palembang juga menerapkan sistem


manajemen lingkungan ISO 14001-2004, dimana berdasar hasil audit internal dan
eksternal yang dilakukan setiap enam bulan, PT Pusri Palembang tetap dipercaya
untuk menerapkan sistem tersebut.

20
“Secara berkelanjutan, PT Pusri Palembang juga terus melaksanakan program-
program CSR yang berkaitan dengan lingkungan,” ujarnya.

Sulfa menyebutkan, saat ini PT Pusri Palembang menggalakkan program


penanaman 1.000 batang bambu di sekitar Sungai Musi, serta sekitar 2.000 bibit
buah-buahan dan pepohonan, diantaranya bibit manggis, mangga, sawo,
kelengkeng, jabon, waru, ketapang, dan salam.

“Program-program penghijauan itu diperhitungkan dapat menyerap sedikitnya


85.000 Ton CO2/ tahun. Secara berkelanjutan, PT Pusri Palembang akan terus
menanam bibit-bibit bambu di sepanjang Sungai Musi, sehingga akan sangat
membantu untuk menyerap air hujan dan menahan erosi,” tandasnya.

Tak hanya itu, lanjut Sulfa Ganie, PT Pusri Palembang juga membantu
pelestarian lingkungan melalui penangkaran satwa, diantaranya penangkaran rusa
dan burung. Disebutkannya, penangkaran rusa dimulai sejak 2008, diawali dengan
mendatangkan tiga pasang rusa dari penangkaran satwa di Cisarua Bogor.

“Sekarang, Alhamdulillah jumlahnya sudah mencapai 40 ekor rusa dengan


berbagai jenis. Ada rusa tutul, ada pula rusa Sambar. Di samping itu, juga ada
penangkaran burung.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

PT. PUSRI sebagai salah satu industri petrokimia di kota Palembang


dimana salah satu bahan dasar pembuatan pupuk yang digunakan adalah ammonia
berpotensi menimbulkan limbah cair.Volume limbah cair yang dihasilkan oleh
PT. PUSRI sebagai hasil samping proses produksi, yakni sebesar 500 m3 dengan
kandungan ammonia rata-rata sekitar 500 ppm dan urea rata-rata sekitar 1300
ppm.

Pengolahan limbah merupakan hal yang penting dalam industri Limbah


tersebut diolah dengan menggunakan dua sistem, yakni sistem terbuka dan
tertutup. Pengolahan limbah dalam sistem tebuka melibatkan IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah). Hal ini bertujuan untuk melakukan penetralan, sehingga
limbah tersebut memenuhi baku mutu untuk dibuang ke sungai Musi. Pengolahan
yang ada di unit IPAL PT Pupuk Sriwidjaja Palembang yaitu pengolahan secara
fisika, yang melibatkan aerator sebagai alat pemisah antara limbah yang ada di
dalam air. Pengolahan secara kimia melibatkan senyawa kimia berupa asam sulfat
sebagai penetral pH dan almunium sulfat sebagai penjernih air limbah, serta
pengolahan secara biologi dengan bantuan eceng gondok untuk mengubah zat
beracun ammonium menjadi nitrat melalui proses nitrifikasi.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa Makalah kami bukanlah makalah yang sempurna


maka dari itu kami mengharapkan Kritik serta saran yang bermanfaat serta
membangun agar kelak dikemudian hari kami dapat membuat makalah yang lebih
baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/38165389/makalah_pt_pupuk_sriwijaya_palembang_b
y_Ninik_poltek_atim.d

https://id.scribd.com/doc/50083036/Pengolahan-Limbah-di-PT-PUSRI-di-
Palembang

https://fr.scribd.com/doc/50083036/Pengolahan-Limbah-di-PT-PUSRI-di-
Palembang

www.pusri.co.id/ina/berita-amp-kegiatan-media-massa/unit-pengelolaan-limbah-
sangat-canggih/

http://www.pusri.org/index0604.php

23

Anda mungkin juga menyukai