1. Reaksi fasa gas dekomposisi zat A dapat dituliskan sebagai berikut : 2A ⟶ B + C + D. Reaksi ini
diselenggarakan secara isotermal dalam sebuah reaktor partaian bervolume konstan. Dalam reaktor
partaian tersebut, tekanan zat A murni adalah 1 atm. Tabel di bawah adalah hasil pengamatan
perubahan tekanan reaktor pada saat reaksi berlangsung:
2. Dekomposisi gas fosfin (PH3) menjadi fosfor (P4) dan hidrogen berlanggsung dalam reaktor batch
pada suhu 650oC. Hubungan konstanta laju reaksi, k (detik-1) dengan temperatur, T (dalam K)
mengikuti persamaan berikut :
Log k = -18963/T + 2 log T + 12,13
Jika muatan awal berupa campuran gas fosfin dan nitrogen dengan perbandingan 2:1 dan tekanan
reaktor 11,4 atm, tentukan (a) waktu reaksi yang diperlukan agar tercapai konversi 75%. Jika
volum reaktor tetap, tentukan tekanan reaktor saat fosfin terkonversi 75% tersebut.
Petunjuk :
• Tuliskan terlebih dahulu persamaan reaksi yang berlangsung dan setarakan koefisien reaksi,
diperoleh :
4PH3→ P4+6H2
• Hitung nilai k sesuai persamaan yang diberikan, ubah terlebih dahulu temperatur dalam satuan
Kelvin
• Diperoleh nilai k sebesar 3,28 x 10-3 s-1 pada suhu 650oC
• Berdasarkan satuan konstanta laju reaksi k yang diberitahukan dalam soal, terlihat bahwa orde
reaksi adalah 1.
• Berdasarkan reaksi, diketahui r =-dPPH3/dt = kPPH3n integrasikan persamaan ini terhadap
waktu (batas untuk variabel t adalah 0 hingga t, batas untuk variabel PH3 adalah PPH3o hingga
PPH3)
• Setelah persamaan berhasil didapatkan, hitunglah nilai waktu yang diperlukan untuk konversi
75% atau pada tekanan akhir sebesar 25% dari tekanan awal
• Terakhir, hitung pula tekanan total reaktor saat fosfin terkonversi 75% tersebut dengan
menggunakan stoikiometri. Perhatikan juga bahwa terdapat tekanan parsial gas nitrogen
(inert) yang harus diperhitungkan saat menentukan tekanan parsial awal fosfin dan tekanan
total reaktor.
4PH3 → P4 + 6 H2
m PPH3,0
r -x +x +x
s PPH3,0 - x x x
Preaktor = PPH3 + PP4 + PH2 + PN2
Jawaban: Waktu yang diperlukan untuk konversi 75% adalah 422,65 s dengan tekanan
total reaktor saat konversi tersebut (Preaktor) sebesar 15,675 atm.
3. Konversi propen (P) menjadi benzen (B) dapat dilangsungkan menurut dua jalur pilihan:
a. Hidrogenasi : 2 P ⇌ B + 3 H2
b. Oksidasi : 2 P + 1,5 O2 ⇌ B + 3 H2O
Berdasarkan sifat termodinamika reaksi-reaksinya, berikan saran, beserta penjelasannya, pilihan
jalur yang baik untuk penyelenggaraan reaksi secara komersial, jika diketahui perubahan energi
bebas Gibbs pembentukan P, B, dan H2O (dalam kJ/mol) pada berbagai temperatur adalah sbb:
Petunjuk :
• Hitung perubahan energi bebas Gibbs untuk reaksi hidrogenasi dan reaksi oksidasi pada suhu
298 K, 500 K, dan 700 K dari data yang disediakan. Perhitungan perubahan energi bebas
Gibbs dapat dihitung dengan persamaan berikut.
• Untuk reaksi hidrogenasi: ∆GHid = ∆GB - 2∆GP
Untuk reaksi hidrogenasi: ∆GOks = ∆GB + 3∆GH2O - 2∆GP
Didapat hasil perhitungan perubahan energi bebas Gibbs untuk reaksi hidrogenasi dan reaksi
oksidasi pada suhu 298 K, 500 K, dan 700 K adalah sebagai berikut (dalam satuan kJ/mol).
𝑜
Δ𝐺298 (kJ/mol)
Jalur Reaksi
298 K 500 K 700 K
Hidrogenisasi 4,26 -23,99 -54,16
Oksidasi -681.66 -681,02 -680,8
tidak berbeda jauh pada ketiga suhu yang berbeda. Semakin negatif nilai dari perubahan
energi bebas Gibbs maka reaksi akan berjalan semakin spontan (kelayakan reaksi untuk
dilaksanakan). Sehingga untuk penyelenggaran reaksi secara komersial dianjurkan untuk
memilih jalur reaksi oksidasi karena perubahan energi bebas Gibbsnya yang sangat negatif
dan tergolong sangat layak untuk dipilih (perhatikan kembali rule of thumb besar energi bebas
Gibbs yang layak digunakan di slide kuliah Bab II Termodinamika Reaksi Kimia). Dalam
soal ini, belum dipertimbangkan konversi dan diperlukan data termodinamika yang lebih
lengkap.
• Kedua, dalam pemilihan suhu yang akan digunakan, ditinjau dari sisi kinetikanya, perhatikan
persamaan Arrhenius yang menyatakan kenaikan suhu meningkatkan konstanta laju reaksi,
sehingga dipilih suhu yang tertinggi 700 K
• Berdasarkan formula yang didapatkan, terlihat bahwa untuk orde reaksi 1, seharusnya
waktu paruh bernilai konstan untuk berbagai nilai molaritas awal A (waktu paruh
sebagai fungsi konstanta) tetapi pada berbagai molaritas awal pada temperatur 100 oC
waktu paruhnya berubah-ubah. Jadi, reaksi dekomposisi gas ini tidaklah berorde 1.
• Setelah itu, susun ulang persamaan waktu paruh untuk orde 0 dan 2 (sehingga dapat
diregresi secara linear) dan plot data yang dimiliki (waktu paruh dan molaritas awal A
pada suhu yang sama) sehingga bisa dipilih orde yang memberikan penghampiran data
paling baik (R2 ~ 1)
Jawaban : Orde reaksi adalah 2
Alternatif penyelesaiain:
• Hitung nilai k masing-masing run untuk orde 0, 1, dan 2 menggunakan persamaan
waktu paruh dan data molaritas awal. Data yang digunakan adalah data dengan
temperatur yang sama (pada kasus ini menggunakan data bertemperatur 100 °C).
• Tabulasikan data tersebut dan bandingkan nilai k untuk setiap orde. Orde reaksi
ditunjukkan dengan nilai k yang tidak berbeda jauh satu sama lain untuk setiap data.
Catatan : Untuk penyelesaian soal ini, bisa juga membuat 2 persamaan karena data yang
diberikan tidaklah banyak (hanya sepasang) lalu melakukan eliminasi dan substitusi,
gunakan cara yang paling mudah dan singkat sesuai kondisi ujian yang ditentukan nantinya.
Jawabannya mungkin akan berbeda, tetapi “mungkin” akan dilihat juga caranya saat
penilaian.
Alternatif penyelesaian:
• Hitung nilai konstanta laju reaksi untuk semua data menggunakan formula waktu paruh
dan molaritas awal yang diberikan soal.
• Berdasarkan persamaan ln k=ln A -Ea/(RT), lakukan regresi data ln k terhadap data 1/T
untuk memperoleh slope dan intercept persamaan regresi.
Jawaban alternatif: A = 2,98 x 1012 dan Ea = 81922 J/mol
5. Model kinetika reaksi heterogen harus dibangun berdasarkan data percobaan yang dikumpulkan
dari laboratorium pada sebuah sistem reaksi kimia di mana sama sekali tidak ada hambatan
perpindahan massa eksternal maupun internal. Jelaskan metodologi percobaan sederhana yang
digunakan untuk memeriksa signifikansi perpindahan massa eksternal dan internal pada laju laju
reaksi
Petunjuk :
• Dalam memeriksa signifikansi perpindahan massa eksternal maupun internal, variable
esensial seperti T,P,t, dan Co harus dijaga supaya tetap/konstan. Dalam pemilihan metode-
metode pengukuran yang akan diberikan, silakan perhatikan kembali materi kuliah TK2201
Metode Pengukuran Analisis untuk menentukan metode yang paling baik dalam pengukuran
variabel-variabel yang diinginkan. Penjelasan berikut hanyalah satu contoh yang ada dari
berbagai kemungkinan yang bisa dipakai.
Jawaban:
• Metodologi untuk memeriksa signifikansi perpindahan massa eksternal
• Pastikan temperatur tidak berubah, misalnya gunakan termokopel dalam pengukuran suhu
tersebut dan juga pastikan tekanan selama pengujian tidak berubah, gunakan pengukuran
tekanan, misalnya dengan Quartz sensor
• Siapkan peralatan dan bahan dalam kondisi yang bersih dan siap pakai, terkhusus alat ukur
kalibrasikan terlebih dahulu
• Reaksikan reaktan sebanyak Co M selama waktu (t) yang sama pada berbagai variasi laju alir
linear (dimisalkan dilakukan pada 6 varian laju alir linear)
• Ambil campuran yang terbentuk pada tiap 6 varian tersebut sebanyak 5 mL
• Lakukan pengukuran konsentrasi zat campuran dengan metode titrasi (metode titrasi dipilih
karena reaktan yang diberikan dalam range Molar)
• Ulang percobaan, minimal lakukan sebanyak duplo (menghindari galat di luar galat
sistematik)
• Olah data yang sudah diperoleh, lalu alurkan unjuk kerja terhadap laju alir linear.
Bila terjadi perubahan unjuk kerja pada varian tersebut, maka disimpulkan perngaruh perpindahan
massa eksternal signifikan dalam reaksi heterogen tersebut
6. Dinitrogen oksida bereaksi dengan karbonmonoksida menjadi nitrogen dan karbon dioksida
dikatalisis oleh ceria-promoted rhodium secara isotermal. Data kinetika reaksi disajikan pada tabel
berikut.
1
1. (15 menit) Pada temperatur 25oC, reaksi fasa gas: 𝑆𝑂2 + 2 𝑂2 ⇌ 𝑆𝑂3 memiliki nilai perubahan energi
bebas Gibbs pada keadaan standar (Δ𝐺 𝑜 ) (pada P = 1 bar, T = 25oC) sebesar –70,04 kJ/mol. Pada saat
reaksi dilaksanakan pada temperatur 227 oC dan tekanan 1 bar, diketahui komposisi pada kesetimbangan
tercapai adalah sebagai berikut.
Jika pada tekanan rendah, 1 atm gas dapat dianggap sebagai gas ideal, maka:
a. Tentukan konstanta kesetimbangan reaksi pada temperatur 25oC, tekanan 1 bar.
b. Tentukan konstanta kesetimbangan reaksi pada temperatur 227oC, tekanan 1 bar.
c. Tentukan entalpi reaksi pada kondisi standar, bila dianggap entalpi independen terhadap
temperatur (entalpi bukan fungsi temperatur).
d. Berdasarkan nilai entalpi reaksi, tentukan jenis reaksi.
SOLUSI:
a. Tentukan konstanta kesetimbangan reaksi pada temperatur 25 oC, tekanan 1 bar.
Petunjuk:
• Pada suhu 25oC, sudah diketahui besar energi bebas Gibbs standar, sehingga konstanta
kesetimbangan reaksi dapat dihitung dengan rumus berikut:
𝚫𝑮𝒐 = −𝑹 𝑻 𝒍𝒏𝑲𝒂
𝚫𝑮𝒐
𝑲𝒂 = 𝒆𝒙𝒑 (− )
𝑹𝑻
Catatan: Saat menggunakan rumus, pastikan satuan sudah benar dan konsisten dengan tetapan
gas R = 8,314 J/mol K, yaitu satuan T dalam K, dan satuan Δ𝐺 𝑜 dalam J/mol.
b. Tentukan konstanta kesetimbangan reaksi pada temperatur 227 oC, tekanan 1 bar.
Petunjuk:
• Pada suhu 227 oC, diketahui reaksi sudah mencapai kesetimbangan. Rumus umum untuk
konstanta kesetimbangan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑲𝒂 = 𝑲𝒚 𝑲𝒇/𝒑 𝑷𝚺𝛎
• Diketahui bahwa campuran gas dianggap ideal (f/p=1) dengan tekanan total 1 bar sehingga
konstanta kesetimbangan dapat dihitung sebagai berikut:
𝑲𝒂 = 𝑲𝒚 (𝟏)(𝟏) = 𝑲𝒚
(𝒚𝑺𝑶𝟑 )
𝑲𝒚 = 𝟎,𝟓
(𝒚𝑺𝑶𝟐 )(𝒚𝑶𝟐 )
Catatan: Data kesetimbangan diberikan dalam persen mol sementara rumus menggunakan
fraksi mol, ingat bahwa 1% = 1/100 = 0,01.
c. Tentukan entalpi reaksi pada kondisi standar, bila dianggap entalpi independen terhadap
temperatur (entalpi bukan fungsi temperatur).
Petunjuk:
• Bila diketahui konstanta kesetimbangan pada 2 temperatur berbeda dan entalpi reaksi dianggap
bukan fungsi temperatur, dapat digunakan persamaan Van’t Hoff:
𝑲𝑻 𝚫𝑯𝒐 𝟏 𝟏
𝐥𝐧 ( 𝟐 ) = − ( − )
𝑲 𝑻𝟏 𝑹 𝑻𝟐 𝑻𝟏
Catatan: Saat menggunakan rumus, pastikan satuan sudah benar dan konsisten dengan tetapan
gas R = 8,314 J/mol K (satuan T dalam K).
2. (20 menit) Berikut ini adalah reaksi konsekutif fasa cair yang dilangsungkan pada reaktor batch
bervolume tetap:
𝑘1 𝑘2
𝐴 → 𝐵 → 𝐶
Reaksi pertama berorde satu dan reaksi kedua berorde nol.
a. Tentukan persamaan laju reaksi konsumsi A (−𝑟𝐴 ), laju pembentukan B (+𝑟𝐵 ), dan laju
pembentukan C (+𝑟𝐶 ).
b. Tentukan konsentrasi A (𝐶𝐴 ), B (𝐶𝐵 ), dan C (𝐶𝐶 ), sebagai fungsi waktu, t.
SOLUSI:
a. Tentukan persamaan laju reaksi konsumsi A (−𝒓𝑨 ), laju pembentukan B (+𝒓𝑩 ), dan laju
pembentukan C (+𝒓𝑪 ).
Petunjuk:
• Persamaan laju reaksi dapat dituliskan dalam bentuk umum ±𝒓𝑿 = 𝒌 𝑪𝒐𝒓𝒅𝒆
𝑿 .
Jawaban: −𝒓𝑨 = 𝒌𝟏 𝑪𝑨
+𝒓𝑩 = 𝒌𝟏 𝑪𝑨 − 𝒌𝟐
+𝒓𝑪 = 𝒌𝟐
Petunjuk:
• 𝐶𝐴 (𝑡) dan 𝐶𝐶 (𝑡) dapat ditentukan dengan integrasi persamaan kinetika bentuk diferensial yang
didapat dari soal a yaitu:
𝒅𝑪𝑨 𝒅𝑪𝑪
− = 𝒌𝟏 𝑪𝑨 𝑑𝑎𝑛 = 𝒌𝟐
𝒅𝒕 𝒅𝒕
• 𝐶𝐵 (𝑡) juga dapat ditentukan dengan cara integrasi, namun jika 𝐶𝐴 (𝑡) dan 𝐶𝐶 (𝑡) sudah diketahui
maka akan lebih mudah jika 𝐶𝐵 (𝑡) ditentukan dengan neraca massa dan stoikiometri:
𝑪𝑩 (𝒕) = 𝑪𝑩𝟎 + (𝑪𝑨𝟎 − 𝑪𝑨 (𝒕)) − (𝑪𝑪 (𝒕) − 𝑪𝑪𝟎 )
Catatan:
A bereaksi menjadi B, sehingga B akan bertambah (+) sebanyak perubahan konsentrasi A.
B bereaksi menjadi C, sehingga B akan berkurang (−) sebanyak perubahan konsentrasi C.
3. (25 menit) Reaksi reformasi hidrokarbon digunakan untuk meningkatkan kualitas gasolin sebagai
bahan bakar kendaraan yang pada prinsipnya merupakan reaksi isomerisasi berbantuan katalis platina
berpenyangga gamma alumina (𝑃𝑡/𝛾-𝐴𝑙2 𝑂3 ). Stoikhiometri reaksinya dapat diilustrasikan sebagai
isomerisasi alkana (𝐴) menjadi isoalkana (𝐼) berikut:
𝑃𝑡/𝛾−𝐴𝑙2 𝑂3
𝐴𝑙𝑘𝑎𝑛𝑎 + 𝐻2 → 𝐼𝑠𝑜𝑎𝑙𝑘𝑎𝑛𝑎 + 𝐻2
Mekanisme untuk reaksi isomerisasi tersebut diperkirakan sebagai berikut:
𝐴 ⇌ 𝐴∗ + 𝐻2
𝐴∗ + 𝑆 ⇌ 𝐴∗ 𝑆
𝐴∗ 𝑆 → 𝐼 ∗ 𝑆
𝐼∗𝑆 ⇌ 𝐼∗ + 𝑆
𝐼 ∗ + 𝐻2 ⇌ 𝐼
Di mana 𝐴∗ dan 𝐼 ∗ masing-masing adalah kondisi intermediet untuk alkana dan isoalkana. Jika tahap
pengendali laju pada mekanisme adalah reaksi di permukaan (reaksi tahap 3), turunkan model kinetika
untuk reaksi isomerisasi tersebut. Tunjukkan bahwa keberadaan 𝐻2 akan menginhibisi laju meskipun
𝐻2 dihasilkan kembali dalam persamaan stoikhiometrinya.
SOLUSI:
Petunjuk:
1. Diketahui reaksi paling lambat adalah reaksi (3), maka persamaan laju reaksi ditulis
berdasarkan reaksi tahap (3).
2. Selain reaksi (3), kita dapat berasumsi reaksi berlangsung cepat dan tercapai kesetimbangan.
Dengan menyamakan persamaan laju reaksi ke kanan dan laju reaksi ke kiri, dapat diperoleh
persamaan untuk 𝑷𝑨∗ (reaksi (1)), 𝜽𝑨 (reaksi (2)), 𝜽𝑽 (reaksi (4)), 𝑷𝑰∗ (reaksi (5)).
3. Tuliskan persamaan neraca pusat aktif yang melibatkan 2 spesi teradsorpsi (𝐴∗ 𝑆 dan 𝐼 ∗ 𝑆) dan
fraksi kosong pusat aktif.
4. Substitusi 𝑷𝑨∗ ke persamaan 𝜽𝑨 dan 𝑷𝑰∗ ke persamaan 𝜽𝑰 , kemudian substitusi 𝜽𝑨 dan 𝜽𝑰 pada
persamaan neraca pusat aktif.
5. Turunkan persamaan untuk fraksi kosong pusat aktif 𝜽𝑽 .
6. Selanjutnya, kita dapat menyubstitusi 𝜽𝑨 pada persamaan laju (𝑟3 ) dan kemudian substitusi 𝜽𝑽
dengan persamaan yang diperoleh dari tahap 5.
7. Berdasarkan ekspresi persamaan laju reaksi, tuliskan kesimpulan (bukti bahwa keberadaan
𝐻2 akan menginhibisi laju).
Jawaban:
Persamaan laju reaksi: 𝒓𝟑 = 𝒌𝟑 𝜽𝑨 (karena tahap (3) paling lambat).
Dengan menyamakan persamaan laju reaksi ke kanan dan laju reaksi ke kiri dapat diperoleh:
o Dari reaksi (1): 𝑷𝑨∗ = 𝑲𝟏 (𝑷𝑨 /𝑷𝑯𝟐 )
o Dari reaksi (2): 𝜽𝑨 = 𝑲𝟐 𝑷𝑨∗ 𝜽𝑽
o Dari reaksi (4): 𝜽𝑽 = 𝑲𝟒 𝑷𝑰∗ 𝜽𝑽
𝟏
o Dari reaksi (5): 𝑷𝑰∗ = 𝑲 (𝑷𝑰 /𝑷𝑯𝟐 )
𝟓
𝑃𝐴 1
𝑟3 = 𝑘3 𝐾1 𝐾2 ( )[ ]
𝑃𝐻2 1 + 𝐾 𝐾 ( 𝑃𝐴 ) + 𝐾4 ( 𝑃𝐼 )
1 2 𝑃 𝐾 𝑃
𝐻2 5 𝐻2
Kesimpulan: Karena 𝑷𝑯𝟐 berada di penyebut, maka laju reaksi akan melambat jika tekanan
parsial 𝑯𝟐 meningkat sehingga 𝑯𝟐 bersifat sebagai inhibitor meskipun 𝐻2 dihasilkan kembali dalam
persamaan stoikiometrinya.
(Referensi: Slide TRK I – SBG-ML/2014 – Bab 9: Reaksi Berkatalis Heterogen)
4. (25 menit) Di suatu laboratorium dilakukan percobaan dengan mencampurkan 500 mL larutan 2M
etilen oksida (A) dalam pelarut air dengan 500 mL air (B) yang mengandung 0,9%-B asam sulfat yang
berfungsi sebagai katalis di dalam reaktor batch isotermal pada suhu 55oC. Produk reaksi adalah etilen
glikol (C), seperti reaksi tersaji di samping. Setiap saat konsentrasi etilen glikol dianalisa dan dicatat
seperti terjadi pada tabel di samping. Karena air hadir sangat berlebih, maka selama reaksi perubahan
jumlahnya tidak signifikan.
𝐻2 𝑆𝑂4
𝐶2 𝐻4 𝑂 + 𝐻2 𝑂 → 𝐶2 𝐻6 𝑂2
(A) (B) (C)
Petunjuk:
𝒛
• Secara umum, persamaan laju dapat dituliskan sebagai 𝒓 = 𝒌 (𝑪𝑨 )𝒙 (𝑪𝑩 )𝒚 (𝑪𝑯𝟐𝑺𝑶𝟒 ) . Pada soal
diberitahukan bahwa perubahan jumlah air tidak signifikan dan tidak ada variasi konsentrasi
asam sulfat sehingga 𝐶𝐵 dan 𝐶𝐻2 𝑆𝑂4 merupakan konstanta dan dapat digabung dengan
𝑘 sehingga laju reaksi menjadi: (x adalah orde terhadap A)
𝒓 = 𝒌′ (𝑪𝑨 )𝒙
• Pada awal paragraf soal diberikan informasi bahwa kedua reaktan dicampurkan sehingga
konsentrasi awal reaktan harus dicari dengan rumus pengenceran:
𝑪𝟏 𝑽𝟏 = 𝑪𝟐 𝑽𝟐
Catatan: C = konsentrasi (M), V = volume (L).
• Pada tabel data di samping paragraf, diberikan data konsentrasi produk (𝐶2 𝐻6 𝑂2 atau C)
sehingga kita perlu mengubah data konsentrasi produk menjadi konsentrasi reaktan
dengan menggunakan neraca massa dan stoikiometri atau tabel M-R-S (Mula2 – Reaksi – Sisa).
𝐴 + 𝐵 → 𝐶
m 𝐶𝐴0 0
r −𝑥 +𝑥
s 𝐶𝐴0 − 𝑥 𝑥
• Karena diberikan data konsentrasi (𝐶) dan waktu (𝑡), maka penentuan orde reaksi akan lebih
mudah dilakukan dengan metode integrasi. (Metode diferensiasi juga dapat dilakukan namun
akan lebih kompleks karena perlu menghitung laju reaksi).
• Buatlah tabel pengolahan data untuk memudahkan kemudian lakukan regresi linear untuk
tebakan orde nol (𝐶𝐴 vs 𝑡), orde satu (ln 𝐶𝐴 vs 𝑡), dan orde dua (1/𝐶𝐴 vs 𝑡). Tentukan orde
reaksi berdasarkan hasil regresi yang paling linear (𝑅 2 ≅ 1).
5. (20 menit) Reaksi-reaksi hidrodesulfurisasi pada unit hidrotreating suatu kilang minyak bumi
dikatalisis oleh katalis padat (logam) dan diselenggarakan dalam suatu reaktor unggun tetap isotermal.
Reaksi dilangsungkan dengan suhu reaksi awal 380oC dan energi aktivasi katalis pada saat awal (𝐸𝑎0 )
adalah 80 kJ/mol. Dengan bertambahnya waktu pemakaian katalis (𝑡), nilai energi aktivasi katalis
menjadi bertambah. Hubungan nilai energi aktivasi (𝐸𝑎) dengan waktu (𝑡) pemakaian katalis dianggap
linier: 𝐸𝑎 = 𝐸𝑎0 + 𝑚 𝑡 , dengan 𝑚 adalah suatu konstanta yang berhubungan dengan deaktivasi
katalis.
SOLUSI:
a. Tentukan nilai energi aktivasi katalis pada saat katalis telah mencapai umur pemakaian
9000 jam.
Petunjuk:
• Jawaban dapat diperoleh dengan substitusi langsung data yang diketahui ke dalam persamaan
hubungan linear energi aktivasi dengan waktu.
b. Untuk mempertahankan reaksi tetapi pada tingkat konversi (laju reaksi), suhu reaksi
pun harus terus diubah. Tentukan suhu reaksi yang harus dipilih pada saat katalis sudah
mencapai umur pemakaian 9000 jam.
Petunjuk:
• Untuk perhitungan soal ini, kita dapat mengasumsikan kondisi reaksi selain suhu bernilai tetap.
Laju reaksi dapat dituliskan secara umum sebagai 𝒓 = 𝒌 𝑪𝒐𝒓𝒅𝒆, konstanta laju dapat dijabarkan
dengan persamaan Arrhenius:
𝑬𝒂
𝒌 = 𝑨 𝒆𝒙𝒑 (− )
𝑹𝑻
• Suhu reaksi setelah pemakaian 9000 jam dapat diperoleh dengan menyamakan kedua
persamaan laju pada suhu yang berbeda sebagai berikut:
𝑟𝑇1 = 𝑟𝑇2
𝑜𝑟𝑑𝑒
𝑘 𝑇1 𝐶 = 𝑘 𝑇2 𝐶 𝑜𝑟𝑑𝑒
𝒌𝑻𝟏 = 𝒌𝑻𝟐
Kita dapat kemudian menyubstitusi nilai k dengan persamaan Arrhenius dan menyelesaikan
persamaan.
Jawaban: Agar laju reaksi tetap, diperlukan suhu reaksi sebesar 𝟔𝟗𝟎 𝑲 (𝟒𝟏𝟕 𝑶 𝑪)
c. Jika reaktor hanya bisa dioperasikan sampai temperatur maksimum 418 oC, tentukan
umur maksimum operasi katalis di dalam reaktor tersebut.
Petunjuk:
• Untuk menentukan umur (waktu) maksimum operasi katalis, kita memerlukan nilai energi
aktivasi yang diperlukan agar laju reaksi pada suhu 418 oC sama dengan laju awal. Nilai 𝐸𝑎 ini
dapat diperoleh dengan cara seperti nomor b.
• Nilai energi aktivasi (𝐸𝑎 ) yang didapatkan bisa disubstitusikan ke persamaan 𝐸𝑎 = 𝐸𝑎0 + 𝑚 𝑡
untuk mencari nilai 𝑡 (waktu). Akan didapatkan 𝑬𝒂 ≅ 𝟖𝟒, 𝟔𝟔 𝒌𝑱/𝒎𝒐𝒍.
6. (20 menit) Sebuah percobaan reaksi fasa gas 𝑁2 + 3 𝐻2 → 2 𝑁𝐻3 diselenggarakan dalam sebuah
reaktor batch bertekanan dan bertemperatur konstan. Muatan awal terdiri dari campuran 𝑁2 , 𝐻2 , dan
inert dengan perbandingan mol 𝑁2 /𝐻2 /inert = 1/8/1. Konsentrasi awal 𝑁2 adalah 2 mol/liter. Laju reaksi
konsumsi 𝑁2 adalah 𝑟𝑁2 = −1,25𝐶𝑁2 mol/(liter.detik). Volum awal reaktor 10 liter dan jika konversi
𝑁2 yang diinginkan adalah 85%, tentukan:
SOLUSI:
a. Faktor ekspansi/kompresi sebagai akibat adanya perbedaan koefisien stoikhiometri
reaksi.
Petunjuk:
• Karena di soal diberikan data-data gas 𝑁2 , maka faktor ekspansi/kompresi dapat dihitung untuk
gas 𝑁2 dengan rumus berikut:
𝚫𝝂
𝝐 𝑵𝟐 = 𝒚
−𝝂𝑵𝟐 𝑵𝟐,𝟎
𝒏𝑵𝟐,𝟎
𝒚𝑵𝟐,𝟎 =
𝒏𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
Jawaban: Faktor ekspansi/kompresi 𝝐𝑵𝟐 = −𝟎, 𝟐
Petunjuk:
• Laju reaksi gas 𝑁2 secara umum dapat dituliskan sebagai berikut:
𝟏 𝒅𝒏𝑵𝟐
𝒓𝑵𝟐 = ( )
𝑽 𝒅𝒕
o Pada soal, diberikan data konversi, dapat dilakukan substitusi:
𝒅𝒏𝑵𝟐 = 𝒏𝑵𝟐,𝟎 𝒅(𝟏 − 𝑿𝑵𝟐 ) = − 𝒏𝑵𝟐,𝟎 𝒅𝑿𝑵𝟐
o Volume media reaksi berubah setiap waktu sehingga volume dapat dituliskan sebagai:
𝑽 = 𝑽𝟎 𝜷(𝟏 + 𝝐𝑵𝟐 𝑿𝑵𝟐 ).
o Tekanan dan temperatur konstan sehingga 𝜷 = 𝟏
o Konsentrasi awal gas 𝑁2 , 𝑪𝑵𝟐,𝟎 = 𝒏𝑵𝟐,𝟎 /𝑽𝟎
• Dari soal, diketahui bahwa persamaan laju reaksi gas 𝑁2 adalah 𝒓𝑵𝟐 = −𝟏, 𝟐𝟓 𝑪𝑵𝟐 … 𝑝𝑒𝑟𝑠. (2)
o Konsentrasi gas 𝑁2 dapat dinyatakan sebagai berikut (𝛽 = 1):
𝒏𝑵 𝒏𝑵𝟐,𝟎 (𝟏 − 𝑿𝑵𝟐 )
𝑪 𝑵𝟐 = 𝟐 =
𝑽 𝑽𝟎 (𝟏 + 𝝐𝑵𝟐 𝑿𝑵𝟐 )
• Dengan menyamakan 𝑝𝑒𝑟𝑠. (1) dan 𝑝𝑒𝑟𝑠. (2) dapat diturunkan persamaan diferensial sebagai
berikut:
𝒅𝑿𝑵𝟐
= 𝟏, 𝟐𝟓(𝟏 − 𝑿𝑵𝟐 ) … 𝑝𝑒𝑟𝑠. (3)
𝒅𝒕
o Integrasi 𝑝𝑒𝑟𝑠. (3) akan menghasilkan:
𝒍𝒏(𝟏 − 𝑿𝑵𝟐 )
𝒕=−
𝟏, 𝟐𝟓
Jawaban: Untuk mencapai konversi 85% 𝑵𝟐 , diperlukan waktu reaksi selama 𝟏, 𝟓 𝒅𝒆𝒕𝒊𝒌.
1. (10) [4-E] Jelaskan dengan singkat langkah-langkah untuk menentukan parameter kinetika reaksi
fasa cair tanpa katalis S → P yang terdiri atas: orde reaksi (n), konstanta laju reaksi (k), Energi Aktvasi
(Ea). dan Faktor Frekuensi (A), jika reaksi dilangsungkan di dalam reaktor batch/partaian. Penjelasan
meliputi:
a. Langkah percobaan: kondisi reaksi, variabel yang diamati.
b. Langkah pengolahan data (pilih salah satu metode).
SOLUSI:
a. Langkah percobaan: kondisi reaksi, variabel yang diamati.
Petunjuk:
• Soal ini meminta kita untuk merancang langkah percobaan untuk menentukan parameter
kinetika suatu reaksi dalam reaktor batch. Tidak ada satu jawaban yang benar untuk
langkah dan cara percobaan, silakan eksplorasi sendiri langkah dan cara lain.
• Untuk menentukan orde reaksi (𝑛) dan konstanta laju (𝑘), kita perlu mengambil data
konsentrasi seiring dengan waktu berjalan reaksi.
• Penentuan konsentrasi dapat dilakukan dengan metode titrasi, spektrofotometri, kromatografi
gas, atau metode lainnya (dipelajari di kuliah MPA).
• Untuk menentukan energi aktivasi (𝐸𝑎) dan faktor frekuensi (𝐴), kita perlu mengambil data
kinetika pada dua atau lebih temperatur yang berbeda.
Jawaban:
Langkah percobaan:
- Percobaan akan dilakukan pada dua temperatur yang berbeda, pastikan temperatur tidak
berubah (isoterm) selama reaksi berlangsung (bisa menggunakan water bath).
- Siapkan peralatan yang dibutuhkan dan kalibrasi alat ukur yang akan digunakan.
- Reaksikan reaktan S dengan konsentrasi awal yang diketahui pada suhu tertentu. Segera
nyalakan stopwatch saat reaksi dimulai.
- Amati perubahan konsentrasi reaktan S atau produk P dengan cara mengambil sejumlah
cuplikan campuran reaksi setiap rentang waktu yang sudah ditentukan (misalnya setiap 5 menit)
lalu ukur konsentrasi dengan alat ukur dan metode yang dipilih. → Akan didapat variabel waktu
(𝑡) dan konsentrasi (𝐶).
- Ulangi kembali prosedur pada temperatur yang berbeda.
Petunjuk:
• Pengolahan data kinetika untuk memperoleh orde reaksi (𝑛) dan konstanta laju (𝑘), dapat
digunakan metode diferensiasi, integrasi, atau tabulasi.
• Pengolahan data untuk memperoleh energi aktivasi (𝐸𝑎) dapat menggunakan persamaan:
𝒌𝑻 𝐄𝐚 𝟏 𝟏
𝐥𝐧 ( 𝟐 ) = − ( − )
𝒌𝑻𝟏 𝑹 𝑻𝟐 𝑻𝟏
• Pengolahan data untuk memperoleh faktor frekuensi (𝐴) dapat menggunakan persamaan
Arrhenius:
𝑬𝒂
𝒌 = 𝑨 𝒆𝒙𝒑 (− )
𝑹𝑻
Jawaban:
Langkah pengolahan data:
- Dari data waktu (𝑡) dan konsentrasi (𝐶) pada temperatur tertentu, pilih pengolahan data dengan
metode diferensiasi atau integrasi (prosedur pengerjaan bisa melihat nomor 2).
- Lakukan pengolahan data yang sama untuk mencari konstanta laju (𝑘) pada suhu yang berbeda.
- Tentukan energi aktivasi (𝐸𝑎) dengan menggunakan persamaan:
𝒌𝑻 𝐄𝐚 𝟏 𝟏
𝐥𝐧 ( 𝟐 ) = − ( − )
𝒌𝑻𝟏 𝑹 𝑻𝟐 𝑻𝟏
- Tentukan nilai (𝐴) dengan menggunakan persamaan Arrhenius:
𝑬𝒂
𝒌 = 𝑨 𝒆𝒙𝒑 (− )
𝑹𝑻
Catatan: Soal ini merupakan soal terbuka (open-ended) yang bisa memiliki banyak cara dan jawaban
yang benar. Silakan mencari cara atau jawaban lain, jangan hanya terpaku pada jawaban di atas semata!
(Referensi: Slide TRK I – SBG-ML/2018 – Bab 5: Metode Pengolahan dan Analisis Data Kinetik)
2. (20) [4-A] Reaksi oksidasi dioxin (A) diselenggarakan pada sebuah reaktor partaian dengan jumlah
oksigen yang sangat melimpah pada tekanan 1 atm dan temperatur 800oC, sehingga laju reaksinya
dianggap sebagai fungsi konsentrasi dioxin saja, yaitu: 𝑟 = 𝑘𝐶𝐴𝑛 [mmol/(L.menit)]. Data kinetika reaksi
oksidasi dioxin dapat dilihat pada table berikut:
t (menit) 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
CA (mmol/L) 15 8,5 6 4,5 3,7 3,2 2,7
Perkirakan harga tetapan laju reaksi 𝑘 dan orde reaksi 𝑛 dengan metode diferensiasi atau integrasi (pilih
salah satu).
SOLUSI:
Petunjuk:
Jika dipilih metode diferensiasi: Jika dipilih metode integrasi:
o Buatlah tabel pengolahan data kinetika o Buatlah tabel pengolahan data kinetika
untuk mencari laju reaksi (−𝑟𝐴 ) dengan kemudian lakukan regresi linear untuk
cara grafik, matematik (turunan), atau tebakan orde nol (𝐶𝐴 vs 𝑡), orde satu (ln 𝐶𝐴
hampiran selisih terhingga (pilih satu). vs 𝑡), dan orde dua (1/𝐶𝐴 vs 𝑡).
𝑛
o Persamaan −𝑟𝐴 = 𝑘𝐶𝐴 dapat dilinearisasi o Tentukan orde reaksi (𝑛) berdasarkan hasil
menjadi ln (−𝑟𝐴 ) = ln 𝑘 + 𝑛 ln 𝐶𝐴 regresi yang paling linear (𝑅 2 ≅ 1).
o Lakukan regresi linear ( ln (−𝑟𝐴 ) vs ln 𝐶𝐴 ) o Konstanta laju (𝑘) dapat ditentukan dari
untuk mendapatkan persamaan regresi persamaan regresi. Perhatikan satuan k!
sehingga dapat menentukan nilai 𝑛 dan 𝑘.
Jawaban:
o Metode diferensiasi
Misal dipilih metode hampiran selisih terpusat untuk mendapatkan laju reaksi (−𝑟𝐴 ).
(ingat kembali mata kuliah TK2106 Komputasi Proses)
𝑑𝐶𝐴
𝑡 𝐶𝐴 −𝑑𝐶𝐴 𝑑𝑡 − = −𝑟𝐴 ln 𝐶𝐴 ln(−𝑟𝐴 )
𝑑𝑡
0,0 15,0 - - - - -
0,1 8,5 9,0 0,2 45,00 2,140 2,197
0,2 6,0 4,0 0,2 20,00 1,792 1,386
0,3 4,5 2,3 0,2 11,50 1,504 0,833
0,4 3,7 1,3 0,2 6,50 1,308 0,262
0,5 3,2 1,0 0,2 5,00 1,163 0,000
0,6 2,7 - - - - -
Kesimpulan: Persamaan kinetika reaksi: −𝒓𝑨 = (𝟎, 𝟎𝟕𝟏𝟓 𝒎𝑴−𝟏,𝟐𝟔 𝒎𝒊𝒏−𝟏 )𝑪𝟐,𝟐𝟔
𝑨
Catatan: Apabila menggunakan metode lain untuk menghitung −𝑟𝐴 dapat diperoleh jawaban yang
sedikit berbeda.
o Metode integrasi
Karena hasil regresi paling linear adalah tebakan orde dua, maka diperoleh:
𝑛=𝟐
𝑘 = 𝟎, 𝟓𝟎𝟏𝟔 𝒎𝑴−𝟏 𝒎𝒊𝒏−𝟏.
Kesimpulan: Persamaan kinetika reaksi: : −𝒓𝑨 = (𝟎, 𝟓𝟎𝟏𝟔 𝒎𝑴−𝟏 𝒎𝒊𝒏−𝟏 )𝑪𝟐𝑨
(Referensi: Slide TRK I – SBG-ML-MKT/2018 – Bab 5: Metode Pengolahan dan Analisis Data
Kinetik)
3. (20) [3-E] Reaksi fasa gas antara toluen, 𝐶6 𝐻5 𝐶𝐻3 (simbol 𝑇(𝑔) ) dan 𝐻2 (simbol 𝐻2(𝑔) )
menggunakan katalis padat logam dengan penyangga silika-alumina untuk menghasilkan metana
(simbol 𝑀(𝑔) ) dan benzen (simbol 𝐵(𝑔) ) diperkirakan/diduga mengikuti mekanisme berikut: Toluen
teradsorpsi pada permukaan aktif katalis dan selanjutnya bereaksi dengan gas hidrogen secara reversibel
(bolak-balik) menghasilkan benzen yang teradsorp pada permukaan aktif katalis dan metana dalam fasa
gas (tidak teradsorp pada permukaan aktif katalis). Kemudian benzen terdesorpsi dari permukaan aktif
katalis. Tahap reaksi adsorpsi (konstanta laju adsorpsi zat i, 𝑘𝑎,𝑖 ) dan desorpsi (konstanta laju desorpsi
zat i, 𝑘𝑑,𝑖 ) merupakan pasangan reaksi bolak-balik. Konstanta kesetimbangan adsorpsi zat i = 𝐾𝑖 . Untuk
reaksi di permukaan aktif katalis, konstanta laju reaksi ke kanan, 𝑘𝑠 dan konstan laju reaksi ke kiri, 𝑘−𝑠 .
a. Tuliskan persamaan reaksi hidrogenasi di atas.
Petunjuk:
• Bacalah narasi soal dengan saksama dan pahami dengan baik narasi soal yang diberikan
(terutama narasi mekanisme reaksi).
• Tahapan pengerjaan soal ini (poin a. b. c. dst.) sudah sistematis sehingga akan
memudahkan kita dalam pengerjaan.
Jawaban:
𝒌𝒂𝒕𝒂𝒍𝒊𝒔
𝑻(𝒈) + 𝑯𝟐(𝒈) → 𝑴(𝒈) + 𝑩(𝒈)
b. Tuliskan mekanisme reaksi dalam bentuk persamaan reaksi untuk setiap tahapannya.
Jawaban:
𝑘𝑎,𝑇
𝟏) 𝑻(𝒈) + 𝑺 ⇄ 𝑺. 𝑻
𝑘𝑑,𝑇
𝑘𝑠
𝟐) 𝑺. 𝑻 + 𝑯𝟐(𝒈) ⇄ 𝑺. 𝑩 + 𝑴(𝒈) (𝑙𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡)
𝑘−𝑠
𝑘𝑑,𝐵
𝟑) 𝑺. 𝑩 ⇄ 𝑺 + 𝑩(𝒈)
𝑘𝑎,𝐵
c. Jika tahap reaksi di permukaan aktif katalis antara toluen teradsorp dengan gas hidrogen adalah
paling lambat (tahap pengendali), turunkan persamaan laju reaksi Hougen-Watson-Langmuir-
Hinshelwood (HWLH) konsumsi gas hidrogen (−𝑟𝐻2 ) yang dinyatakan dengan tekanan parsial
toluene (PT), hydrogen (PH2), benzene (PB), dan metana (PM).
Petunjuk:
• Tahap pengendali adalah reaksi di permukaan katalis (tahap 2) maka persamaan laju
reaksi:
𝒓 = 𝒌𝒔 𝜽𝑻 𝑷𝑯𝟐 … (1)
• Tahap 1 berlangsung cepat sehingga terjadi kesetimbangan, misalkan 𝐾1 = 𝑘𝑎,𝑇 /𝑘𝑑,𝑇
𝜃𝑇
𝐾1 = ⟺ 𝜽𝑻 = 𝑲𝟏 𝑷𝑻 𝜽𝑽 … (2)
𝑃𝑇 𝜃𝑉
• Tahap 3 berlangsung cepat, terjadi kesetimbangan, misalkan 𝐾3 = 𝑘𝑎,𝑇 /𝑘𝑑,𝑇
𝜃𝐵
𝐾3 = ⟺ 𝜽𝑩 = 𝑲𝟑 𝑷𝑩 𝜽𝑽 … (3)
𝑃𝐵 𝜃𝑉
• Substitusi persamaan (2) dan (3) ke neraca katalis:
1 = 𝜃𝑇 + 𝜃𝐵 + 𝜃𝑉
sehingga diperoleh:
𝟏
𝜽𝑽 = … (4)
𝟏 + 𝑲𝟏 𝑷𝑻 + 𝑲𝟑 𝑷𝑩
• Substitusi persamaan (2) ke (1), diperoleh
𝑟 = 𝑘𝑠 (𝐾1 𝑃𝑇 𝜃𝑉 )𝑃𝐻2
• Lalu substitusi persamaan (4), sehingga diperoleh persamaan laju reaksi akhir yang tidak
mengandung suku isoterm.
Jawaban:
𝒌𝒔 𝑲𝟏 𝑷𝑻 𝑷𝑯𝟐
−𝒓𝑯𝟐 = 𝒓 =
𝟏 + 𝑲𝟏 𝑷𝑻 + 𝑲𝟑 𝑷𝑩
d. Berdasarkan persamaan laju reaksi yang di dapat dari poin c) , tentukan persamaan laju reaksi
awal (𝑟0 ) nya (laju reaksi awal adalah laju reaksi di saat produk benzen dan metana baru akan
terbentuk, PB = PM = 0).
Petunjuk:
• Saat awal berjalannya reaksi, 𝑃𝐵 = 𝑃𝑀 = 0
Jawaban:
𝒌𝒔 𝑲𝟏 𝑷𝑻 𝑷𝑯𝟐
𝒓𝟎 =
𝟏 + 𝑲𝟏 𝑷𝑻
e. Gambarkan sketsa hubungan antara laju reaksi awal (r0) dengan tekanan hidrogen (PH2). jika
tekanan parsial toluen tetap.
Petunjuk:
• Jika tekanan parsial toluena dijaga tetap, maka persamaan laju reaksi awal dapat
dituliskan sebagai berikut:
𝑟0 = 𝑘 ′ 𝑃𝐻2
Jawaban:
f. Gambarkan sketsa hubungan antara laju reaksi awal (r0) dengan tekanan toluen (PT), jika
tekanan parsial hidrogen tetap/konstan.
Petunjuk:
• Jika tekanan parsial hidrogen dijaga tetap, maka persamaan laju reaksi awal dapat
dituliskan sebagai berikut:
𝑃𝑇
𝑟0 = 𝑘 ′′ ( )
1 + 𝑃𝑇
Jawaban:
4. (20) [2-E] Diketahui bahwa reaksi enzimatik perubahan substrat S menjadi produk P mengikuti
tahapan reaksi berikut:
𝑘1 𝑘3 𝑘5
𝐸 + 𝑆 ⇄ [𝐸𝑆]1 ⇄ [𝐸𝑆]2 → 𝐸 + 𝑃
𝑘2 𝑘4
Turunkan persamaan laju reaksi pembentukan produk (+𝑟𝑝 ) untuk reaksi di atas sebagai fungsi sebagai
fungsi konsentrasi substrat 𝑆 and 𝐸0 (konsentrasi enzim awal) dengan menggunakan pendekatan:
a. Kesetimbangan cepat (rapid equilibrium) / tahap pembentukan P (tahap 3) adalah pengendali
reaksi (paling lambat).
b. Kondisi tunak semu (quasi steady state) / steady state approximation.
SOLUSI:
a. Kesetimbangan cepat (rapid equilibrium) / tahap pembentukan P (tahap 3) adalah
pengendali reaksi (paling lambat).
Petunjuk:
• Pertama-tama, tuliskan dulu persamaan laju reaksi (tahap paling lambat).
𝒓 = 𝒌𝟓 [𝑬𝑺]𝟐 … (1)
• Tuliskan neraca enzim.
[𝑬]𝟎 = [𝑬] + [𝑬𝑺]𝟏 + [𝑬𝑺]𝟐 … (2)
• Dengan asumsi ini, tahap kesetimbangan sudah tercapai sehingga kita dapat menyamakan laju
reaksi ke kiri dan ke kanan reaksi kesetimbangan untuk mendapatkan persamaan konsentrasi
zat yang diperlukan.
• Tahap 1 berlangsung cepat sehingga tercapai kesetimbangan, sehingga
𝒌𝟏
[𝑬𝑺]𝟏 = [𝑬][𝑺] … (3)
𝒌𝟐
• Tahap 2 berlangsung cepat sehingga tercapai kesetimbangan, sehingga
𝒌𝟑
[𝑬𝑺]𝟐 = [𝑬𝑺]𝟏 … (4)
𝒌𝟒
• Untuk mempersingkat penulisan, misalkan
𝑘1 𝑘3
𝐾1 = 𝑑𝑎𝑛 𝐾2 =
𝑘2 𝑘4
• Lakukan substitusi persamaan (3) dan (4) ke neraca enzim sehingga diperoleh
[𝑬]𝟎
[𝑬] = … (5)
𝟏 + 𝑲𝟏 [𝑺] + 𝑲𝟏 𝑲𝟐 [𝑺]
• Substitusikan persamaan-persamaan yang telah didapat ke dalam persamaan laju reaksi hingga
tidak terdapat zat antara/intermediet. Pada kasus ini substitusikan (3), (4), dan (5) ke (1).
Jawaban: Persamaan laju reaksi dengan pendekatan kesetimbangan cepat:
[𝑬]𝟎 [𝑺]
𝒓 = 𝒌𝟓 𝑲𝟏 𝑲𝟐
𝟏 + 𝑲𝟏 [𝑺] + 𝑲𝟏 𝑲𝟐 [𝑺]
• Tuliskan persamaan-persamaan laju pembentukan zat antara, kemudian lakukan substitusi dan
penurunan yang diperlukan agar pada persamaan laju reaksi tidak terdapat zat
antara/intermediet.
• Dengan asumsi kondisi tunak (steady state), dapat dituliskan
𝑑[𝐸𝑆]1
= 𝑘1 [𝐸][𝑆] − 𝑘2 [𝐸𝑆]1 − 𝑘3 [𝐸𝑆]1 + 𝑘4 [𝐸𝑆]2 = 0
𝑑𝑡
(𝑘2 + 𝑘3 )[𝐸𝑆]1 = 𝑘1 [𝐸][𝑆] + 𝑘4 [𝐸𝑆]2
𝒌𝟏 𝒌𝟒
[𝑬𝑺]𝟏 = [𝑬][𝑺] + [𝑬𝑺]𝟐 … (3)
𝒌𝟐 + 𝒌𝟑 𝒌𝟐 + 𝒌𝟑
𝑑[𝐸𝑆]2
= 𝑘3 [𝐸𝑆]1 − 𝑘4 [𝐸𝑆]2 − 𝑘5 [𝐸𝑆]2 = 0
𝑑𝑡
𝑘3 [𝐸𝑆]1 = (𝑘4 + 𝑘5 )[𝐸𝑆]2
𝒌𝟒 + 𝒌𝟓
[𝑬𝑺]𝟏 = [𝑬𝑺]𝟐 … (4)
𝒌𝟑
5. (10) [3-A] Suatu reaksi hidrogenasi dengan katalis padat memiliki persamaan kinetik:
−rH2 = 3. 1027 exp (−10000/T)pH2 (saat katalis baru / fresh catalyst)
Selama dioperasikan, katalis terdeaktivasi; dan untuk mengkompensasi deaktivasi itu, operasi
dilaksanakan pada temperatur yang makin lama makin tinggi (agar laju reaksinya tetap). Pada awal
operasi, reaksi dilaksanakan pada temperatur 360oC. Perkirakan temperatur reaksi setelah katalis
dioperasikan selama 2 tahun, jika deaktivasi menyebabkan persamaan kinetika berubah menjadi
−rH2 = 1027 exp (−10000/T)pH2 (saat katalis berumur 2 tahun)
SOLUSI:
Petunjuk:
• Kita dapat menyamakan kedua persamaan laju (agar laju reaksinya tetap).
−𝑟𝐻2 ,𝑎𝑤𝑎𝑙 = −𝑟𝐻2 ,2 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
10000 10000
3 exp (− ) = exp (− )
𝑇0 𝑇
Ambil logaritma natural dari kedua ruas lalu lakukan penataan ulang aljabar sehingga diperoleh
10000
𝑇=−
10000
ln 3 −
𝑇0
• Substitusi temperatur awal kemudian selesaikan persamaan untuk memperoleh temperatur saat
katalis berumur 2 tahun.
• Ingat bahwa T harus dalam satuan K karena jika dalam satuan oC ada kemungkinan bisa bernilai
negatif atau nol sehingga tidak tepat secara konsep dan matematis.
Jawaban: 𝑻 ≅ 𝟔𝟖𝟎 𝑲 ≅ 𝟒𝟎𝟕𝒐 𝑪
6. (20) [4-A] Tentukan konstanta laju reaksi (k) dan orde total (n) reaksi fasa gas:
2 𝐻2 + 2 𝑁𝑂 → 𝑁2 + 2 𝐻2 𝑂
yang dilangsungkan dalam reaktor batch bervolum konstan secara isotermal dengan muatan awal
berupa campuran equimolar gas H2 dan NO (ratio PH2/PNO = 2/2). Keberlangsungan (jalannya) reaksi
diikuti dengan cara mengukur tekanan reaktor, setiap run (tempuhan) dilangsungkan dengan tekanan
awal reaktor (𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙 ) yang berbeda dan sampai tekanan akhir reaktor tertentu dan tercatat waktu reaksi
yang dibutuhkan berbeda-beda pula. Data yang diamati disajikan pada tabel berikut.
Run/tempuhan n0. 1 2 3 4 5
Tekanan reaktor saat awal, (𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙 ) mmHg 200 240 280 320 360
Tekanan reaktor saat waktu reaksi t (𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙 ), mmHg 175 210 245 280 315
Waktu reaksi yang dibutuhkan, (t), detik 265 186 115 104 67
Petunjuk:
• Diketahui bahwa 𝐻2 ekuimolar dengan 𝑁𝑂 sehingga pada kondisi V dan T konstan berlaku:
𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑃𝐻2 ,𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝑃𝑁𝑂,𝑎𝑤𝑎𝑙 =
2
• Karena koefisien 𝐻2 sama dengan 𝑁𝑂 maka dapat dimisalkan 𝑃𝐻2 = 𝑃𝑁𝑂 = 𝑃𝐴 sehingga laju
reaksi dapat dituliskan sebagai 𝒓 = 𝒌(𝑷𝑨 )𝒏 dengan 𝑛 adalah orde total.
• Karena data laju reaksi tidak diketahui, maka laju reaksi tiap tempuhan dapat didekati dengan:
Δ𝑃𝐴
𝑟=−
Δ𝑡
• Perhitungan Δ𝑃𝐴 dapat dilakukan dengan secara terlebih dahulu membuat tabel M-R-S (Mula2-
Reaksi-Setimbang) untuk mempermudah.
2 𝑁2 + 2 𝑁𝑂 → 𝑁2 + 2 𝐻2 𝑂
m 0,5 𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙 0,5 𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙
r −2𝑥 −2𝑥 +𝑥 +2𝑥
s 0,5 𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙 − 2𝑥 0,5 𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙 − 2𝑥 𝑥 2𝑥
Catatan: 𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙 adalah tekanan total awal dan 𝑃𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 adalah tekanan total akhir.
𝑃𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 0,5 𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙 − 2𝑥 + 0,5 𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙 − 2𝑥 + 𝑥 + 2𝑥
𝑃𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑥
𝒙 = 𝑷𝒂𝒘𝒂𝒍 − 𝑷𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓
Dengan demikian,
Δ𝑃𝐴 = −2𝑥 = −2(𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑃𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 )
𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑃𝐴 = − 2𝑥 = 2𝑃𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 1,5𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙
2
• Konstanta laju reaksi (𝑘) dan orde total (𝑛) dapat ditentukan dengan metode diferensiasi.
Data dari soal dapat diolah sebagai berikut,
𝑃𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑃𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑡 −Δ𝑃𝐴 𝑃𝐴 𝑟 ln 𝑃𝐴 ln 𝑟
Run
mmHg mmHg s mmHg mmHg mmHg/s
1 200 175 265 50 50 0,189 3,912 -1,668
2 240 210 186 60 60 0,323 4,094 -1,131
3 280 245 115 70 70 0,609 4,248 -0,496
4 320 280 104 80 80 0,769 4,382 -0,262
5 360 315 67 90 90 1,343 4,500 0,295
Jawaban: Nilai 𝒏 = 𝟑, 𝟐𝟕 dan nilai 𝒌 = 𝒆𝒙𝒑(−𝟏𝟒, 𝟒𝟖𝟎) = 𝟓, 𝟏𝟒𝟓 × 𝟏𝟎−𝟕 𝒎𝒎𝑯𝒈−𝟐,𝟐𝟕 𝒔−𝟏
Keterangan: Hati-hati dengan satuan 𝑘!
(Referensi: Slide TRK I – SBG-ML-MKT/2018 – Bab 5: Metode Pengolahan dan Analisis Data
Kinetik)
Tuliskan persamaan:
a. Laju pengurangan A (−𝑟𝐴 )
b. Laju pengurangan B (−𝑟𝐵 )
c. Laju pembentukan C (+𝑟𝐶 )
d. Laju pembentukan D (+𝑟𝐷 )
e. Laju pembentukan E (+𝑟𝐸 )
f. Laju pembentukan F (+𝑟𝐹 )
SOLUSI:
Petunjuk:
• Karena orde reaksi tidak diketahui, persamaan laju dapat dituliskan sebagai: ± 𝒓𝑿 = ± 𝒌 𝑪𝑿 𝒏
• Perhatikan dengan baik arah reaksi / panah untuk menentukan pertambahan (+) atau
pengurangan (−) zat.
Jawaban:
a. −𝒓𝑨 = 𝒌𝟏 𝑪𝑨 𝒂𝟏 𝑪𝑩 𝒃𝟏 − 𝒌−𝟏 𝑪𝑪 𝒄𝟏 𝑪𝑫 𝒅𝟏 + 𝒌𝟐 𝑪𝑨 𝒂𝟐 𝑪𝑩 𝒃𝟐
b. −𝒓𝑩 = 𝟐(𝒌𝟏 𝑪𝑨 𝒂𝟏 𝑪𝑩 𝒃𝟏 − 𝒌−𝟏 𝑪𝑪 𝒄𝟏 𝑪𝑫 𝒅𝟏 + 𝒌𝟐 𝑪𝑨 𝒂𝟐 𝑪𝑩 𝒃𝟐 )
c. +𝒓𝑪 = 𝒌𝟏 𝑪𝑨 𝒂𝟏 𝑪𝑩 𝒃𝟏 − 𝒌−𝟏 𝑪𝑪 𝒄𝟏 𝑪𝑫 𝒅𝟏 − 𝒌𝟑 𝑪𝑪 𝒄𝟑 𝑪𝑫𝒅𝟑
d. +𝒓𝑫 = 𝒌𝟏 𝑪𝑨 𝒂𝟏 𝑪𝑩 𝒃𝟏 − 𝒌−𝟏 𝑪𝑪 𝒄𝟏 𝑪𝑫 𝒅𝟏 − 𝒌𝟑 𝑪𝑪 𝒄𝟑 𝑪𝑫 𝒅𝟑
e. +𝒓𝑬 = 𝟐(𝒌𝟐 𝑪𝑨 𝒂𝟐 𝑪𝑩 𝒃𝟐 − 𝒌𝟒 𝑪𝑬 𝒆𝟒 + 𝒌−𝟒 𝑪𝑭 𝒇𝟒 )
f. +𝒓𝑭 = 𝒌𝟑 𝑪𝑪 𝒄𝟑 𝑪𝑫 𝒅𝟑 + 𝒌𝟒 𝑪𝑬 𝒆𝟒 − 𝒌−𝟒 𝑪𝑭 𝒇𝟒
2. Reaksi iodinasi suatu senyawa organik dalam fasa cair dipelajari dengan menggunakan reaktor
partaian (batch) secara isotermal pada suhu 79oC. Konsentrasi iodium yang digunakan sangat berlebih,
sehingga dapat dianggap berorde nol terhadap iodium. Setiap selang waktu tertentu, konversi senyawa
organik diukur dan data disajikan pada tabel berikut.
Waktu (menit) 20 40 60 80 100
Konversi (%) 38,5 56,6 66,2 72,1 76,8
Tentukan persamaan kinetika reaksi iodinasi tersebut.
SOLUSI:
Petunjuk:
• Pada soal diketahui data konversi (𝑋), sehingga perlu kita ubah menjadi data konsentrasi (𝐶)
dengan rumus: 𝑪 = (𝟏 − 𝑿)𝑪𝟎
• Karena konsentrasi awal tidak diketahui, maka dapat diasumsikan 𝑪𝟎 = 𝟏𝑴 (agar mudah).
• Karena dapat diperoleh data konsentrasi (𝐶) dan waktu (𝑡), maka penentuan orde reaksi akan
lebih mudah dilakukan dengan metode integrasi. (Metode diferensiasi juga dapat dilakukan
namun akan lebih kompleks karena perlu menghitung laju reaksi).
• Buatlah tabel pengolahan data untuk memudahkan kemudian lakukan regresi linear untuk
tebakan orde nol (𝐶 vs 𝑡), orde satu (ln 𝐶 vs 𝑡), dan orde dua (1/𝐶 vs 𝑡). Tentukan orde reaksi
berdasarkan hasil regresi yang paling linear (𝑅 2 ≅ 1).
• Nilai 𝑘 dapat ditentukan dari persamaan regresi linear. Perhatikan satuan 𝒌 !
Jawaban:
𝑡 (min) 𝑋 (%) 𝐶 (M) 𝑙𝑛 𝐶 1/𝐶
20 38,5 0,615 -0,486 1,626
40 56,6 0,434 -0,835 2,304
60 66,2 0,338 -1,085 2,959
80 72,1 0,279 -1,277 3,584
100 76,8 0,232 -1,461 4,310
Karena hasil regresi paling linear adalah tebakan orde dua, maka reaksi memiliki ORDE DUA dengan
𝒌 = 𝟎, 𝟎𝟑𝟑𝟐 𝑴−𝟏 𝒎𝒊𝒏−𝟏 .
3. Reaksi hidrodesulfurisasi pada unit hidrotreating suatu kilang minyak bumi dikatalisis oleh katalis
padat (logam) dan diselenggarakan dalam suatu reaktor unggun tetap isotermal. Reaksi dilangsungkan
dengan suhu reaksi awal 380oC dan energi aktivasi katalis pada saat awal adalah 90 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙. Dengan
bertambahnya waktu pemakaian katalis, nilai energi aktivasi katalis menjadi bertambah. Hubungan nilai
energi aktivasi (𝐸𝑎) dengan waktu pemakaian katalis dianggap linier: 𝐸𝑎 = 𝐸𝑎0 + 𝑚 𝑡 , dengan 𝑚
adalah suatu konstanta yang berhubungan dengan deaktivasi katalis. Jika nilai m untuk katalis yang
dipergunakan adalah 4,5 × 10−4 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙. 𝑗𝑎𝑚,
a. Tentukan nilai energi aktivasi katalis pada saat katalis telah mencapai umur pemakaian 8500
jam.
b. Untuk mempertahankan reaksi tetap pada tingkat konversi (laju reaksi) yang sama dengan saat
awal pemakaian katalis, maka seiring dengan bertambahnya waktu pemakaian katalis, suhu
reaksi pun harus terus diubah. Tentukan suhu reaksi yang harus dipilih pada saat katalis sudah
mencapai umur pemakaian 8500 jam.
SOLUSI:
a. Tentukan nilai energi aktivasi katalis pada saat katalis telah mencapai umur pemakaian
8500 jam.
Petunjuk:
• Jawaban dapat diperoleh dengan substitusi langsung data yang diketahui ke dalam persamaan
hubungan linear energi aktivasi dengan waktu.
b. Tentukan suhu reaksi yang harus dipilih pada saat katalis sudah mencapai umur
pemakaian 8500 jam untuk mempertahankan laju reaksi.
Petunjuk:
• Untuk perhitungan soal ini, kita dapat mengasumsikan kondisi reaksi selain suhu bernilai tetap.
Laju reaksi dapat dituliskan secara umum sebagai 𝒓 = 𝒌 𝑪𝒐𝒓𝒅𝒆, konstanta laju dapat dijabarkan
dengan persamaan Arrhenius:
𝑬𝒂
𝒌 = 𝑨 𝒆𝒙𝒑 (− )
𝑹𝑻
• Suhu reaksi setelah pemakaian 8500 jam dapat diperoleh dengan menyamakan kedua
persamaan laju pada suhu yang berbeda sebagai berikut:
𝑟𝑇1 = 𝑟𝑇2
𝑜𝑟𝑑𝑒
𝑘 𝑇1 𝐶 = 𝑘 𝑇2 𝐶 𝑜𝑟𝑑𝑒
𝒌𝑻𝟏 = 𝒌𝑻𝟐
Kita dapat kemudian menyubstitusi nilai k dengan persamaan Arrhenius dan menyelesaikan
persamaan.
Jawaban: Agar laju reaksi tetap, diperlukan suhu reaksi sebesar 𝟔𝟖𝟏 𝑲 (𝟒𝟎𝟖 𝑶 𝑪)
Jika enzim 𝐸 dengan konsentrasi 𝐶𝐸0 = 0,001 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 dan reaktan 𝐴 dengan konsentrasi 𝐶𝐴0 =
10 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 dimasukkan ke dalam reactor partaian dan reaksi berlangsung pada fasa cair, hitung
waktu reaksi yang diperlukan agar konsentrasi reaktan 𝐴 berkurang hingga menjadi 0,025 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟.
Asumsikan bahwa 𝐶𝐸0 tidak berubah selama reaksi berlangsung.
SOLUSI:
Petunjuk:
• Pada persamaan laju, −𝑟𝐴 dapat ditulis sebagai −𝑑𝐶𝐴 /𝑑𝑡, kemudian persamaan laju reaksi
dapat diintegrasikan.
Mekanisme A:
2 𝑁𝑂 + 𝐻2 → 𝑁2 + 𝐻2 𝑂2 (konstanta laju reaksi 𝑘1 ) (lambat)
𝐻2 𝑂2 + 𝐻2 → 2 𝐻2 𝑂 (konstanta laju reaksi 𝑘2 ) (cepat)
Mekanisme B:
2 𝑁𝑂 ⇌ 𝑁2 𝑂2 (konstanta laju reaksi 𝑘1 , 𝑘−1) (cepat)
𝑁2 𝑂2 + 𝐻2 → 𝑁2 + 𝐻2 𝑂2 (konstanta laju reaksi 𝑘2 ) (lambat)
𝐻2 𝑂2 + 𝐻2 → 2 𝐻2 𝑂 (konstanta laju reaksi 𝑘3 ) (cepat)
Turunkan persamaan laju reaksi keseluruhan (𝑟𝑁2 ) untuk masing-masing mekanisme reaksi.
SOLUSI:
Petunjuk:
• Persamaan laju reaksi ditentukan oleh tahap yang paling lambat.
• Zat antara/intermediet tidak boleh ada di persamaan laju reaksi akhir. Untuk menghilangkan
zat antara, dapat digunakan pendekatan kesetimbangan cepat ataupun pendekatan steady state.
• Pada solusi ini akan digunakan pendekatan kesetimbangan cepat karena lebih sederhana.
Jawaban:
Mekanisme A Mekanisme B
o Tahap (1) lambat, sehingga o Tahap (2) lambat, sehingga
𝒓 = 𝒌𝟏 [𝑵𝑶]𝟐 [𝑯𝟐 ] 𝒓 = 𝒌𝟐 [𝑵𝟐 𝑶𝟐 ][𝑯𝟐 ]
o Zat 𝑁2 𝑂2 adalah senyawa intermediet
Catatan: Karena tidak ada zat antara, sehingga tidak boleh ada pada persamaan
persamaan laju di atas sudah valid. laju reaksi.
1. Data kinetika reaksi berkatalis heterogen (padat) harus dikumpulkan pada kondisi reaksi di mana
laju perpindahan massa eksternal dan internal terjadi lebih cepat dibandingkan dengan laju reaksi
(peristiwa) kimia. Terangkan metodologi percobaan yang harus dilakukan untuk memastikan
kondisi reaksi termaksud tercapai.
Jawaban :
Diperlukan dua jenis uji yang berbeda, yaitu uji signifikansi difusi eksternal dan uji signifikansi
difusi internal.
- Uji Signifikasi Difusi Eksternal
+ Memeriksa untuk kerja reaktor (pipa) dengan menjaga variabel esensial (T, P, t, dan Co)
tetap dan mengubah laju alir linear.
+ Apabila unjuk kerja reaktor (pipa) berubah, maka difusi eksternal signifikan dalam
menentukan laju reaksi secara keseluruhan.
Apabila difusi eksternal dan difusi internal tidak signifikan dalam menentukan laju reaksi secara
keseluruhan (proses difusi atau perpindahan massa berlangsung sangat cepat dibandingkan dengan
proses reaksi kimia), maka kondisi operasi sistem reaksi kimia berada pada rejim kinetika. Kondisi
inilah yang diinginkan.
2. Kriteria/aturan Boudart adalah kriteria termodinamika yang digunakan untuk menilai kelayakan
parameter kinetika reaksi berkatalis heterogen yang diturunkan secara mekanistik. Sebutkan
kriteria Boudart yang dimaksud.
Jawaban :
Kriteria Boudard yang digunakan sebagai kriteria termodinamika bagi model kinetika reaksi
heterogen diberikan sebagai berikut.
a. Proses adsorpsi adalah proses eksotermal sehingga proses adsorpsi selalu menghasilkan panas
(∆HA < 0).
b. Proses adsorpsi adalah proses di mana sistem mengalami kehilangan entropi (∆HS < 0).
c. Sistem tidak boleh kehilangan entropi lebih besar daripada entropi yang dimilikinya (-∆SA <
∆Sg).
d. Aturan tambahan kehilangan entropi pada proses adsorpsi sebagai berikut.
41,8 < −∆𝑆𝐴 < (51,04 + 1,4 × 10−3 𝑇)( −∆𝑆𝐴 )
3. Pada temperature 400 K dan 420 K, tetapan kesetimbangan adsorpsi komponen A berturut-turut
adalah 7,5 L/mol dan 7,2 L/mol. Perkirakan harga panas adsorpsi dan perubahan entropi adsorpsi.
Petunjuk :
Diasumsikan panas adsorpsi (perubahan entalpi adsorpsi) bukan merupakan fungsi temperatur.
Sehingga dapat digunakan persamaan berikut.
𝐾1 ∆𝐻 1 1
𝑙𝑛 =− ( − )
𝐾2 𝑅 𝑇1 𝑇2
7,5 ∆𝐻 1 1
𝑙𝑛 =− ( − )
7,2 8,314 400 420
∆𝐻 = −2850,91 𝐽/𝑚𝑜𝑙
Perubahan energi bebas Gibbs pada tiap temperatur dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut.
∆𝐺1 = −𝑅𝑇1 𝑙𝑛𝐾1
∆𝐺1 = −8,314 × 400 × 𝑙𝑛7,5
∆𝐺1 = −6700,76 𝐽/𝑚𝑜𝑙
Perubahan entropi Gibbs pada tiap temperatur dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut.
∆𝐺1 = ∆𝐻 − 𝑇1 ∆𝑆1
−6700,76 = −2850,91 − 400 × ∆𝑆1
∆𝑆1 = 9,62 𝐽/(𝑚𝑜𝑙. 𝐾)
∆𝐺2 = ∆𝐻 − 𝑇2 ∆𝑆2
−6893,25 = −2850,91 − 420 × ∆𝑆2
∆𝑆2 = 9,62 𝐽/(𝑚𝑜𝑙. 𝐾)
Sehingga didapatkan bahwa pada temperatur 400 K dan 420 K panas adsorpsi dan perubahan
entropinya adalah :
∆𝐻 = −2850,91 𝐽/(𝑚𝑜𝑙. 𝐾)
∆𝑆 = 9,62 𝐽/(𝑚𝑜𝑙. 𝐾)
4. Produk P dapat diperoleh dengan mereaksikan A dan B, tetapi produk samping, yaitu S, juga
terbentuk. Jika diketahui
43000
a. rp = 𝐴1 𝑒 𝑅𝑇 𝐶𝐴 𝐶𝐵0,5
30000
b. rs = 𝐴2 𝑒 𝑅𝑇 𝐶𝐴2
Berikan saran, beserta penjelasannya, kondisi reaksi A dan B (CA,CB) serta temperature (T) yang
sebaiknya digunakan agar perolehan P sebesar mungkin
Petunjuk :
Ralat soal :
43000
𝑟𝑃 = 𝐴1 𝑒𝑥𝑝 (− 𝑅𝑇
) 𝐶𝐴 𝐶𝐵0,5
30000
𝑟𝑆 = 𝐴2 𝑒𝑥𝑝 (− 𝑅𝑇 ) 𝐶𝐴2
Dapat dilihat bahwa laju pembentukan P dan laju pembentukan S berturut-turut adalah berorde
satu terhadap A dan berorde dua terhadap A. Semakin besar konsentrasi A yang digunakan, maka
produk S akan lebih cepat terbentuk dibandingkan dengan produk P. Hal ini tidak diinginkan, oleh
sebab itu selama reaksi berlangsung konsentrasi A dijaga agar tetap sesedikit mungkin. Laju
pembentukan P dan laju pembentukan S berturut-turut adalah berorde setengah terhadap B dan
berorde nol terhadap B. Semakin besar konsentrasi B yang digunakan, maka produk P akan
semakin cepat terbentuk dan hal ini tidak ada pengaruhnya terhadap laju reaksi pembentukan S.
Kondisi inilah yang diinginkan, oleh sebab itu selama reaksi berlangsung konsentrasi B dijaga
agar tetap sebanyak mungkin.
Dapat dilihat bahwa energi aktivasi reaksi pembentukan P (43000) lebih besar dibandingkan
dengan energi aktivasi reaksi pembentukan S (30000). Oleh sebab itu selama reaksi berlangsung
temperatur harus dijaga setinggi mungkin untuk memaksimalkan produk P.
5. Konversi propen (P) menjadi benzen (B) dapat dilangsungkan menurut dua jalur pilihan:
a. Hidrogenasi : 2 P ⇌ B + 3 H2
b. Oksidasi : 2 P + 1,5 O2 ⇌ B + 3 H2O
Berdasarkan sifat termodinamika reaksi-reaksinya, berikan saran, beserta penjelasannya, pilihan
jalur yang baik untuk penyelenggaraan reaksi secara komersial, jika diketahui perubahan energi
bebas Gibbs pembentukan P, B, dan H2O (dalam kJ/mol) pada berbagai temperatur adalah sbb:
Petunjuk :
Dihitung terlebih dahulu perubahan energi bebas Gibbs untuk reaksi hidrogenasi dan reaksi
oksidasi pada suhu 298 K, 500 K, dan 700 K dari data yang disediakan. Perhitungan perubahan
energi bebas Gibbs dapat dihitung dengan persamaan berikut.
Untuk reaksi hidrogenasi: ∆GHid = ∆GB - 2∆GP
Untuk reaksi hidrogenasi: ∆GOks = ∆GB + 3∆GH2O - 2∆GP
Didapat hasil perhitungan perubahan energi bebas Gibbs untuk reaksi hidrogenasi dan reaksi
oksidasi pada suhu 298 K, 500 K, dan 700 K adalah sebagai berikut.
Dapat dilihat dari tabel bahwa nilai perubahan energi bebas Gibbs pada reaksi oksidasi bernilai
sangat negatif dan tidak berbeda jauh pada ketiga suhu tersebut. Semakin negatif nilai dari
perubahan energi bebas Gibbs maka reaksi akan berjalan semakin spontan. Sehingga untuk
penyelenggaran reaksi secara komersial dianjurkan untuk memilih jalur reaksi oksidasi karena
perubahan energi bebas Gibbsnya yang sangat negatif. Dikarenakan perubahan energi bebas
Gibbsnya yang mirip pada ketiga suhu tersebut maka dengan pertimbangan laju reaksi, reaksi
sebaiknya dilaksanakan pada suhu tinggi untuk mendapatkan laju reaksi yang paling cepat.
6. Reaksi fasa gas penguraian A menjadi E dan K dilangsungkan dalam reactor batch isothermal
dengan volum konstan. Reaksi : A ⟶ E + 2K. Muatan awal reactor hanya mengandung A.
pencatatan tekanan reactor untuk berbagai waktu reaksi disajikan dalam table berikut. Tentukan
persamaan kinetika reaksi penguraian tersebut dengan metode integrasi.
t (menit) 0 3 5 10 12 18
Preaktor (mmHg) 75 105 125 158 168 190
Petunjuk :
Dihitung terlebih dahulu tekanan parsial A tiap waktu
𝑃𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 = 𝑃𝐴 + 𝑃𝐸 + 𝑃𝐾
𝑃𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 = 𝑃𝐴 + (𝑃𝐴0 − 𝑃𝐴 ) + 2(𝑃𝐴0 − 𝑃𝐴 )
𝑃𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 = 3𝑃𝐴0 − 𝑃𝐴
𝑃𝐴 = 1,5𝑃𝐴0 − 0,5𝑃𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝑃𝐴 = 1,5 × 75 − 0,5𝑃𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝑃𝐴 = 112,5 − 0,5𝑃𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
t (menit) 0 3 5 10 12 18
Preaktor (mmHg) 75 105 125 158 168 190
PA (mmHg) 75 60 50 33,5 28,5 17,5
Selanjutnya digunakan metode integrasi untuk menebak orde reaksi. Dihitung terlebih dahulu ln
PA dan 1/PA tiap waktu.
t (menit) 0 3 5 10 12 18
PA 75 60 50 33,5 28,5 17,5
ln PA 4,317 4,094 3,912 3,512 3,350 2,862
1/ PA 0,0133 0,0167 0,0200 0,0299 0,0351 0,0571
Dapat dilihat bahwa grafik tebakan orde satu memiliki nilai R2 yang paling tinggi yaitu 0,9998 dan
titik-titik datanya dapat direpresentasikan oleh garis lurus dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa
orde reaksi dari reaksi tersebut adalah orde satu dengan konstanta laju sebesar 0,0812 min-1
(negatif kemiringan garis).
Jawaban : −𝒓𝑨 = 𝟎, 𝟎𝟖𝟏𝟐 × 𝑷𝑨 𝒎𝒎𝑯𝒈/𝒎𝒊𝒏
7. Vrinat dan de Mourges melaporkan hasil penelitiannya mengenai studi kinetic hidrodesulfurisasi
(HDS) dibenzonthiofen (DBT = 𝐶12 𝐻8 𝑆 ) menjadi dibenzyl (DB) dan asam sulfida (H2S)
menggunakan katalis komersial berbasis Mo-Co/𝛾 − 𝐴𝑙2 𝑂3 pada temperature 200oC dan tekanan
30 atm. Persamaan kinetic yang dihasilkan adalah sbb.
rHDS = (kHDSK1PDBTK2PH2)/[(1 + K1 PDBT + K3PH2S)(1 + K2PH2)]
Perkirakan mekanisme rekasi yang berlangsung dan sebutkan tahap pengendalinya.
Petunjuk:
Untuk jenis soal semacam ini, kita harus menebak terlebih dahulu kira-kira seperti apa mekanisme
reaksi dari reaksi tersebut. Tetapi tentu harus dengan tebakan yang beralasan. Kemudian dari
tebakan mekanisme tadi, buktikan bahwa mekanisme reaksi tersebut memiliki persamaan kinetika
yang sama dengan yang diminta pada soal.
Perhatikan persamaan kinetika tersebut. Pada bagian pembilang terdapat tekanan parsial DBT,
tekanan parsial gas H2, dan dua buah konstanta kesetimbangan. Dari sini dapat kita tebak bahwa
tahap pengendali reaksi adalah reaksi di permukaan aktif katalis. Pada bagian penyebut terdapat
perkalian dua suku yang berbeda. Ini menandakan bahwa katalis yang digunakan memiliki dua
pusat aktif yang berbeda. DBT dan H2S berada pada satu suku yang sama sedangkan H2 berada
pada suku lainnya. Ini menunjukkan bahwa DBT dan H2S teradsorpsi pada satu jenis pusat aktif
katalis (misal Mo) dan H2 teradsorpsi pada pusat aktif lainnya (misal Co). Tidak ada DB pada
bagian penyebut artinya DB tidak teradsorpsi oleh katalis.
𝐾3
d.) 𝑀𝑜𝐻2 𝑆 ↔ 𝑀𝑜 + 𝐻2 𝑆
Laju reaksi:
𝑟𝐻𝐷𝑆 = 𝑘𝐻𝐷𝑆 𝜃𝑀𝑜𝐷𝐵𝑇 𝜃𝐶𝑜𝐻2 ...(1)
Reaksi a.), b.), dan d.) berlangsung cepat sehingga mencapai kesetimbangan
𝜃𝑀𝑜𝐷𝐵𝑇 = 𝐾1 𝑃𝐷𝐵𝑇 𝜃𝑀𝑜 ...(2)
𝜃𝐶𝑜𝐻2 = 𝐾2 𝑃𝐻2 𝜃𝐶𝑜 ...(3)
𝜃𝑀𝑜𝐻2 𝑆 = 𝐾3 𝑃𝐻2 𝑆 𝜃𝑀𝑜 ...(4)
Neraca massa pusat aktif Mo:
1 = 𝜃𝑀𝑜 + 𝜃𝑀𝑜𝐷𝐵𝑇 + 𝜃𝑀𝑜𝐻2 𝑆 ...(5)
Substitusi persamaan (2) & (4) → (5)
1 = 𝜃𝑀𝑜 + 𝐾1 𝑃𝐷𝐵𝑇 𝜃𝑀𝑜 + 𝐾3 𝑃𝐻2 𝑆 𝜃𝑀𝑜
1
𝜃𝑀𝑜 = 1+𝐾 ...(6)
1 𝐷𝐵𝑇 +𝐾3 𝑃𝐻2 𝑆
𝑃
Neraca massa pusat aktif Co:
1 = 𝜃𝐶𝑜 + 𝜃𝐶𝑜𝐻2 ...(7)
Substitusi persamaan (3) → (7)
1 = 𝜃𝐶𝑜 + 𝐾2 𝑃𝐻2 𝜃𝐶𝑜
1
𝜃𝐶𝑜 = 1+𝐾 ...(8)
2 𝑃𝐻2
Substitusi persamaan (6) → (2) dan juga substitusi persamaan (8) → (3)
𝐾1 𝑃𝐷𝐵𝑇
𝜃𝑀𝑜𝐷𝐵𝑇 = ...(9)
1+𝐾1 𝑃𝐷𝐵𝑇 +𝐾3 𝑃𝐻2𝑆
𝐾2 𝑃𝐻2
𝜃𝐶𝑜𝐻2 = ...(10)
1+𝐾2 𝑃𝐻2
Substitusi persamaan (9) & (10) → (1)
𝑘𝐻𝐷𝑆 𝐾1 𝑃𝐷𝐵𝑇 𝐾2 𝑃𝐻2
𝑟𝐻𝐷𝑆 =
(1 + 𝐾1 𝑃𝐷𝐵𝑇 + 𝐾3 𝑃𝐻2 𝑆 )(1 + 𝐾2 𝑃𝐻2 )
Persamaan akhir ini sudah sama persis dengan soal sehingga mekanisme reaksinya adalah
𝐾1
a.) 𝐷𝐵𝑇 + 𝑀𝑜 ↔ 𝑀𝑜𝐷𝐵𝑇
𝐾2
b.) 𝐻2 + 𝐶𝑜 ↔ 𝐶𝑜𝐻2
𝑘𝐻𝐷𝑆
c.) 𝑀𝑜𝐷𝐵𝑇 + 𝐶𝑜𝐻2 → 𝑀𝑜𝐻2 𝑆 + 𝐷𝐵 + 𝐶𝑜........tahap pengendali reaksi
𝐾3
d.) 𝑀𝑜𝐻2 𝑆 ↔ 𝑀𝑜 + 𝐻2 𝑆
Dengan tahap ketiga (reaksi di permukaan aktif katalis) sebagai tahap pengendali.
8. Data kinetika suatu reaksi enzimatis disajikan dalam table di bawah ini. Jika reaksi mengikuti
mekanisme Michaelis-Menten, tentukan persamaan kinetika reaksi tersebut.
Konsentrasi 0,005 0,01 0,025 0,05 0,075
substrat, M
Laju reaksi, 0,0143 0,0208 0,0294 0,0345 0,036
M/min
Petunjuk :
Persamaan Michaelis-Menten:
𝑉𝑚 [𝑆]
𝑟𝑝 =
𝐾𝑚 + [𝑆]