PENDAHULUAN
1.Termodinamika Penerapan di Teknik Kimia :
Pengertian kata termodinamika mula mula mempunyai pengertian “ heat
power “ atau power yang dihasilkan dari panas. Namun pengertian ini
dianggap terlalu sempit sehingga memunculkan pengertian baru :
yaitu transformasi semua jenis energy menjadi energy lain.
2. Contoh :
perubahan energi panas uap menjadi energy gerak
Perubahan energy panas matahari menjadi listrik
Perubahan energy bahan bakar menjadi panas
Perubahan energy kinetik menjadi panas
Perubahan energy potensial menjadi panas
4.Besaran Fundamental
4.1 Waktu.
Satuan simbol t satuan dasar dalam second ( detik )
4.2 Panjang
Simbol l satuan dasar untuk SI (m) , british (ft) dimana 1ft = 0,304 m.
4.3 Massa
Simbol m satuan dasar untuk sistem SI (kg), british (lbm) dimana 1lbm
setara dengan 0,45359237 kg
4.4 Gaya
Simbol F satuan dasar dalam SI newton (N) yaitu gaya yang bekerja pada
masa 1kg yang akan menghasilkan percepatan satu meter per detik
tiap detiknya. Secara ekspresi matematis korelasi gaya, massa
danpercepatan adalah sbb :
F = ma (1)
F(kg m s-2) = (kg)(m s-2)
4.5 Temperatur
Temperatur mempunyai simbol t dan T . Temperatur dalam skala celcius
simbolnya t sedang untuk skala Kelvin adalah T. Korelasi kedua
skala ini adalah
t o C = T (K) – 273,15
Selain itu ada skala lain yang biasa dipakai di USA yaitu Rankine dan
Fahrenheit . Masing masing mempunyai korelasi sbb :
1. T(R) = 1,8 T (K)
2. t(oF) = T ( R ) – 459,67
3. t (oF) = 1,8 t oC + 32
4.6 Tekanan
Tekanan diberi simbol P yang didefinisikan sebagai gaya F yang bekerja pada
luasan A . Apabila gaya mempunyai satuan Newton (N) sedangkan
luasan mempunyai satuan m2 maka hubungan antara tekanan dan gaya
sebagai berikut :
P = F/A
P (N/m2) = F(N)/A(m2)
1N/m2 = Pa
Tekanan Hidrostatis : adalah tekanan cairan yang diisikan pada pipa vertikal
apabila dianalogikan dengan korelasi seperti persamaan di atas maka :
P = F/A
P = mg/A
P = ρAhg/A
P = ρhg
Rumusan ini dipakai untuk pengukuran tekanan memakai manometer
Satuan tekanan pada manometer dapat dinyatakan dengan beberapa satuan :
1. torr = tekanan yang ekivalen dengan ketinggian 1 milimeter merkuri pada
temperatur 0oC pada daerah gravitasi standart
1 torr ekivalen dengan 133,322 Pa
2. Atmosfer standart (atm) yaitu tekanan rata rata atmosfer bumi pada
permukaan laut yang didefinisiakan sebagai 101325 Pa, 101,325
kPa
3 Bar merupakan satuan SI ekivalen 105 Pa = 0,986923 atm.
4 Psi merupakan satuan untuk British
Alat ukur tekanan selain manometer juga digunakan Pressure gauge
yang merupakan perbedaan tekanan yang diukur dan tekanan
atmosferis sekeliling. Untuk mengubah menjadi tekanan absolut
ditambahkan tekanan barometer. Pada perhitungan termodinamika
dipakai tekanan absolut.
4.8 Energy
Konsep rumusan kerja di atas kemudian dikembangkan untuk
memperoleh konsep energy;
1. Energy Kinetik
Apabila suatu benda dengan massa m diberi gaya F shingga berpindah
sejauh dl selama interval waktu tertentu dt maka berdasarkan
rumusan usaha (W) dapat dituliskan sbb :
dW= m.a.dl
du dl
dW m dl m du
dt dt
dW mu.du
u2 u 22 u12
W m udu m
2 2
u1
mu 2
W
2
Apabila energy kinetik diberi simbol Ek maka persamaan menjadi
Ek = ½ mu2
Satuan energy kinetik SI adalah kg m2 s2 , apabila dinyatakan dalam
newton sama dengan Newton meter atau joules. Untuk satuan British
harus dikonversikan dengan gc
Ek= (1/2mu2)/gc
Dengan satuan ft/lbf
2. Energy Potensial
Apabila benda dengan massa m yang mula-mula berada pada ketiggian
z1 kemudian digeser ke ketinggian z2 maka minimal gaya untuk
menggesernya adalah seberat benda itu sendiri
F= ma = mg
Kerja (W) minimum untuk menggeser benda tersebut adalah :
W= F(z2-z1) = mg(z2-z1)
W= Δ(mzg)
Ep= mgz
Satuan untuk energy potensial adalah kg m2 s2 ( Newton-meter ) = Joule
4.9 Panas ( Heat )
1. Percobaan Joule
Percobaan Joule digunakan untuk memahami korelasi antara panas
dan kerja.
Eksperimen yang dilakukan sbb :
1.Air, minyak, merkuri masing-masing ditempatkan pada suatu
wadah yang diisolasi, Kemudian pada masing masing bahan
dilakukan pengadukan. Kerja yang dilakukan pada pengadukan
diukur demikian juga perubahan temperatur diukur. Joule
menyimpulkan bahwa setiap satuan massa bahan akan
mengalami kenaikan temperatur satu derajat apabila diberi
kerja sebesar yang dibutuhkan. Kerja yang ditambahkan
berasal dari pengadukan
2.Wadah kemudian didinginkan maka temperatur kembali ke kondisi
awal. Maka dapat disimpulkan bahwa panas merupakan
bentuk energy
2. Energy dalam
Ditransfer
Berupa panas (Q)
Work
diaduk
Transit sementara
dalam bentuk
internal energy
Kerja yang diberikan disimpan dalam cairan dalam bentuk energy yang
disebut energy dalam
Energy dalam (internal energy) merupakan energy yang diakibatkan
gerakan molekul penyusun bahan yang tidak termasuk di dalamnya
energy yang berhubungan dengan posisi bahan (Ek dan Ep)
3. Hukum I Termodinamika
Hukum I : Energy yang hilang akan muncul kembali menjadi bentuk
energy yang lain
Aplikasi hukum ini pada proses dapat dijelaskan sbb:
lingkungan
sistem
Ada dua daerah lingkaran luar sebagai lingkungan dan dalam sebagai
sistem
Energy yang hilang dari sistem akan muncul kembali pada lingkungan
dalam bentuk energi lain
Apabila dituliskan dalam bentuk persamaan :
ΔU + ΔEk + ΔEp = Q – W
Pada sistem tertutup tidak terjadi perubahan Ek dan Ep
ΔU = Q – W
5. Entalphi
Berdasarkan persamaan internal energy ini dapat dikembangkan
persamaan lain yaitu entalphi yang banyak dipakai untuk
perhitungan neraca energy pada sistem proses. Persamaan entalphi
dapat dituliskan sbb :
ΔH = Δ U + Δ (PV)
H = entalphi
P = tekanan absolut
V = volume
U = internal energy
Contoh : Hitunglah ΔU dan ΔH dalam Btu apabila 1lbm air diuapkan pada temperatur
konstan 212 (oF) dan tekanan konstan 1 (atm)
Spesifik volume air pada kondisi ini 0,0167 (ft3/lbm) sedangkan spesifik volume uap air
26,80 (ft3/lbm) . Untuk proses penguapan ini perlu ditambahkan panas 970,3 Btu
Perhitungan :
1. Terjadi perubahan volume dari 0,0167 menjadi 26,80 (ft3/lbm)
2. Q yang ditambahkan = 970,3 Btu
Persamaan Neraca energy seperti yang ditunjukkan pada sistem tertutup yaitu ΔU = Q – W
terbatas pemakaiannya untuk sistem yang tidak mengalir dimana yang berubah
adalah internal energynya. Untuk sistem proses yang mengalir perhitungan nerca
energynya yang mengalami perubahan adalah entalphinya : dengan rumusan :
v 2
H gz Q Ws
2
Dimana : Δz = perbedaan ketinggian
Δv = kecepatan linier aliran fluida
Q = panas yang dibrikan ke sistem
Ws= kerja pompa, kompresor
Gambar diagram proses yang mengalir
v1
Posisi
1
Heat
Turbin
exchanger
Q
Z1
v2
Posisi 2
Ws z2
ΔH = Q - Ws
Gambar sistem yang tidak mengalir
ΔU = Q – W
6. Kapasitas Panas (Heat Capacity)
dQ
C
dT
Kapasitas panas ada 2 macam yaitu kapasitas panas yang ditentukan pada
volume konstan (Cv ) dan kapasitas panas pada tekanan konstan Cp
Kapasitas panas pada volume konstan didifinisikan
U
Cv
T v
dU CvdT
Hasil integrasi
T2
H
Cp
T P
dH CpdT
Hasil integrasi
T2
Daerah fluida
A
3
Tekanan
Kurva penguapan
Daerah
fase padat B
2
1 Daerah
fase uap
Kurva sublimasi Triple point
Tc
Temperatur
1. Kurva 1-2 : Batas solid - gas
2. Kurva2-C ; Batas cairan - uap
3, Kurva 2-3 : Batas solid - liquid
4. Ketiga kurva bertemu di titik triple point
5. Kurva penguapan berakhir pada kondisi kritis C, pada temperatur Tc
dan tekanan Pc. Pada titik ini adalah batas tertinggi terjadinya
kesetimbangan uap-cair. Di atas titik ini batas jenis cairan atau gas
tidak nampak jelas. Untuk membedakan pada daerah ini suatu
bahan jenis gas atau cair berdasarkan identifikasi berikut :
Bahan dikatakan cair bila dapat diuapkan pada temperatur konstan
dengan cara menurunkan tekanan
Bahan disebut gas bila dapat dikondensasikan pada tekanan
konstan dengan cara menurunkan temperatur
2. Hubungan P-V
Hubungan P-V sangat penting untuk difahami karena berhubungan
dengan perubahan volume apabila terjadi perubahan temperatur
berpengaruh terhadap P dan sebaliknya perubahan P akan akan
berpengaruh terhadap volume. Hubungan PV dan T pertama kali
dapat difahami berdasarkan rumusan gas ideal :
PV = NRT
Untuk mengetahui volume setiap mol bahan yang dianggap sebagai
gas ideal mka V = RT/P
Persamaan ini valid untuk gas dengan tekanan yang relatif rendah.
Pada gas atau fluida yang non ideal rumusan ini menyimpang
dengan eror yang relatif besar apabila dibandingkan dengan hasil
pengukuran.
Pada hakekatnya besarnya volume fluida dapat dilakukan dengan
pengukuran langsung, hasil pengukuran ini dianggap paling akurat
Namun metode pengukuran ini relatif sulit dilakukan apalagi
berhubungan dengan gas yang bertekanan tinggi. Untuk itu
dikembangkan metode estimasi yang telah banyak dikemukakan
oleh beberapa orang antara lain :
1. Persamaan Virial
2. Persamaan Cubic equation of state yang dikembangkan oleh :
a. Van der Waals (vdW)
b. Redlich/Kwong (RK)
c. Soave/Redlich/Kwong (SRK)
d. Peng Robinson (PR)
1. Persamaan Virial
Persamaan Virial menggunakan korelasi faktor
kompresbilitas Z untuk menghubungkan P,V dan T
dengan persamaan berikut :
Untuk tekanan sampai 5 bar
PV B
Z 1
RT V
Untuk tekanan lebih tinggi 5 bar
PV B C
Z 1 2
RT V V
Dimana :
R= konstante gas ideal
T= temperatur absolut
V=volume
B=koefisien kedua virial (second coeficient)
C= koefisien ketiga virial (thirth coefisien)
Pada beberapa bahan koefisien B dan C telah diketahui.
Apabila kedua koefisien ini tidak diketahui dapat dicari
dengan metode prediksi berdasarkan properties
criticalnya
2. Persamaan Cubic Equations of State (EOS)
Persamaan umum Cubic Equation of State dapat dipakai untuk gas
maupun cairan
Untuk gas :
Z
Z 1 q
( Z )( Z )
Untuk cairan:
Dimana harga q dan β dapat dicari dari rumusan berikut:
Pr (Tr )
q
Tr
Tr
P T
Pr Tr
Pc Tc
V=ZRT/P
Dimana :α,Є, Ω,Ψ merupakan parameter untuk perhitungan q dan β.
Parameter tersebut berbeda beda pada masing masing metode
prediksi yang dipakai yaitu vdW, RK, SRK dan PR
EOS α (Tr) σ Є Ω Ψ Zc
vdW 1 0 0 0.1250 0.421875 0.375
U CvdT H CpdT
Q CpdT Q H CpdT
W = -R(T2 – T1)
Proses Volume konstan ( Isochoric)
U CvdT H CpdT
Q CpdT W=0
Q U CvdT
Proses Isotermal
ΔH = ΔU = 0
V2 P2 V2 P2
Q RT ln RT ln W RT ln RT ln
V1 P1 V1 P1
Proses adiabatis
TV 1 kons tan
Cp
TP (1 ) /
kons tan
Cv
PV kons tan
Kuliah IV
PENGARUH PANAS
U U
dU dT dV
T V V T
U
dU CvdT dV
V T
U U
Harga dV pada persamaan dU CvdT dV
V T V T
U CvdT U CvdT
T1
T2
Q = U CvdT
T1
H = H(T,P)
hasil deferensiasi
H U
dH dT dV
T P V T
H
dH CpdT dP
P T
Harga H
dP Pada persamaan dH CpdT H dP
V T P T
dapat diabaikan untuk dua macam proses berikut :
H CpdT Q = H CpdT
T1 T1
Cp
A BT CT 2 DT 2
R
Dimana, A, B, C,D konstanta yang harganya berbeda beda pada bahan
yang berbeda. Harga konstanta tersebut diperoleh dari eksperimen. R
konstanta gas ideal. Satuan Cp tergantung satuan harga R. (Harga
konstanta dapat dilihat pada appendix C1 Smith Vanness)
Kapasitas panas yang dipakai pada perhitungan propertis
termodinamika misalnya pada perhitungan entalphy pendekatannya
adalah gas ideal. Asumsi gas ideal ini diperbolehkan pada kondisi
tekanan rendah, atau pada gas yang apabila dikompresi pada tekanan
yang tinggi tetap mempunyai perilaku sebagai gas ideal yang
mempunyai korelasi PV = RT
Kapasitas panas untuk gas ideal ( yang diberi notasi Cpig, dan Cvig ) tidak
dipengaruhi perubahan tekanan hanya dipengaruhi temperatur.
Persamaan kapasitas panas untuk gas ideal :
ig
Cp
A BT CT 2 DT 2
R
Sedangkan korelasi Cp dan Cv sbb :
CVig C Pig
1
R R
ig
Cpcampuran y ACp igA y B CpBig yC CpCig
Panas laten bahan murni adalah panas yang dibutuhkan bahan murni
untuk mengubah fase ( padat menjadi cair disebut panas laten
peleburan, cair menjadi uap disebut panas laten penguapan) pada
temperatur konstan dan tidak terjadi perubahan temperatur. Panas
laten yang diperlukan untuk mengubah phase merupakan fungsi
temperatur dengan rumusan :
dP sat
H L TV
dT
Dimana :
ΔH = Panas laten
ΔV = Perubahan volume yang menyertai perubahan phase
Psat= Tekanan uap
aA + bB lL + mM
reaktan produk
Untuk membuat tabel data semua panas reaksi tidak mungkin karena
banyaknya jenis reaksi yang ada. Untuk itu diperlukan cara penentuan
panas reaksi standart sebagai dasar penentuan panas reaksi pada
berbagai reaksi sehingga tidak perlu harus melakukan eksperimen untuk
memperoleh panas reaksi.
Panas reaksi standart didefinisikan sebagai : perubahan entalphi apabila
a mol reaktan A dan b mol reaktan B bereaksi pada temperatur standart
menghasilkan l mol L dan m mol M pada temperatur yang sama dengan
temperatur standart
Kondisi standart yang dimaksud adalah kondisi tekanan dan
temperatur pengukuran panas tersebut. Keadaan standart yang
dipakai adalah P = 1 bar dan T= 298K. Contoh pada reaksi
pembuatan amonia :
Panas reaksi tersebut dapat dicari dari panas pembentukan masing masing
senyawa yang bereaksi yaitu CO2, H2, CO dan H2O (Apendix C4)
Berdasarkan apendix C4 harga panas pembentukan sbb:
CO2 (g) : C(s) + O2(g) CO2(g) ΔHof298 = -393509 J
H2 (g) : H2 merupakan unsur ΔHof298 = 0
CO (g) : C(s) + 1/2O2(g) CO(g) ΔHof298 = -110525 J
H2O(g) : H2(g) + 1/2O2(g) H2O(g) ΔHof298 = -241818 J
Properties = f( T, P, V)
Metode penentuan propertis :
Pengukuran : Propertis diukur pada berbagai kondisi T, P
kemudian dibuat tabel misalkan steam tabel, tabel kapasitas
panas sebagai fungsi temperatur, tabel panas pembentukan ,
tabel specific volume, tabel densitas dsb. Bentuk lain
informasi propertis dalam bentuk diagram misalnya Mollier
diagram untuk steam, diagram tekanan-entalphi.
Skema Pengukuran Entalphi
Contoh tampilan diagram propertis
Mollier diagram
Steam Tabel
Kapasitas panas
Namun tidak semua bahan pada kondisi P,T tertentu
dilakukan pengukuran.
Diprediksi berdasarkan korelasi matematis
Apabila tidak dijumpai sumber informasi propertis, baik dari
tabel maupun diagram maka dilakukan pendekatan
prediksi berdasarkan korelasi persamaan propertis.
Korelasi ini biasanya diekspresikan dalam bentuk
persamaan propertis yang mudah diukur misalnya
Volume, kapasitas panas, densitas.
Dimana :
U =Internal energi
S = Entrophi
H = Entalphi
A = Energy bebas Helmholtz
G = Energy bebas Gibbs
P = Tekanan, V= Volume, T= Temperatur
Persamaan tersebut di atas merupakan persamaan dasar
untuk pengembangan persamaan persamaan korelasi
propertis terhadap P, T
1.a. Entalphi dan Entrophi fungsi T,P
Pada perhitungan entalphi dan entrophi digunakan korelasi
propertis sbb :
1.b. Internal Energy (U) dan Entrophi sebagai fungsi T dan
V
Penerapan pada gas ideal
Pada gas ideal berlaku rumusan :
Korelasi propertis entalphi dan entrophi :
Pr P
Dengan harga : Pr
Tr Pc
T (Tr )
Tr q
Tc Tr
Sedangkan harga I diperoleh dari persamaan berikut :
Sehingga entalphi atau entrophi yang dicari diperoleh dengan cara
menambahkan entalphi atau entrophi pada kondisi gas ideal dengan
harga residualnya
Kondisi ideal :
6,09648
Dimana : ln Pr0 (Tr ) 5,92714 1,2882 ln Tr 0,169347Tr6
Tr
15,6875
ln P (Tr ) 15,2518
r
1
13,4721ln Tr 0,43577Tr6
Tr
Lee and Kesler menentukan harga ω berdasarkan
rumusan :
( H R ) 0 ( H R )1
Harga : , Dapat diperoleh dari tabel E5 – E8
RTC RTC
R 0 R 1
Sedangkan ( S ) , ( S ) Dapat diperoleh dari tabel E9 – E13
R R
6. Propertis Campuran Gas
Pada campuran gas yang terdiri dari fraksi yi mol maka
propertis campuran yang ditentukan dengan model
generalized corelation berdasarkan parameter
pseudokritis campuran yang dapat dihitung berdasarkan
rumusan parameter campuran :
V = ZRT/P
o Persamaan Lee/Kesler
Gas Ideal
6.Pada fase cair
2 Pengukuran komposisi
Pengukuran komposisi yang banyak digunakan biasanya
adalah besaran fraksi massa, fraksi mol dan konsentrasi
molar :
xi = mi/m atau xi = ni/n
Dimana : mi = massa komponen i
m = massa total campuran
ni = mol komponen i
n = jumlah mol total campuran
3 Informasi data-data yang diperlukan pada
pengukuran kesetimbangan
Data yang diperlukan pada penentuan kesetimbangan
dapat diperoleh dengan dua cara :
1. Dengan cara pengukuran ;
Pengukuran dilakukan pada P,T,xi dan yi berdasarkan
eksperimen ( ingat pada praktikum TTK pada materi
kesetimbangan fase uap-cair dan tekanan uap cairan
murni ). Data tersebut dapat digunakan untuk
menggambarkan korelasi T, P terhadap xi dan yi.
Korelasi ini dapat dipakai untuk menghitung komposisi
produk distilasi baik distilat maupun residu.
Contoh informasi hasil pengukuran kesetimbangan
uap - cair
2.Berdasarkan Perhitungan Model
Seperti halnya propertis kesetimbangan fase dapat juga
ditentukan berdasarkan prediksi menggunakan model
sehingga dapat digunakan untuk perhitungan korelasi,
interpolasi, ekstrapolasi data kesetimbangan untuk
perhitungan pada proses misalnya proses distilasi.
Model Raoult
Model Raoult dikembangkan berdasarkan hukum Raoult
yang dapat diekspresikan secara matematis sbb :
100
95
90 t-y1
Sperheated
85 vap t-y1
t
80 t-x1 t-x1
Td
75
70 Subcooled
liq
65 x1 y1
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
x1,y1
Kurva t-x-y
100
95
90
85 t-y1
t
80 t-x1
75
70
65
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
x1,y1
Perhitungan Kesetimbangan Fase Menggunakan Harga k
ziKi
yi =1
1 V ( Ki 1)
Perhitungan dilakukan dengan cara trial V dengan tahapan
perhitungan sbb:
1. Identifikasikan harga Zi
2. Trial harga V
3. Tentukan harga K berdasarkan Hk. Raoult atau
menggunakan nomogram DePriester untuk bahan
jenis hidrokarbon
ziKi
4. Hitung Σ yi
1 V ( Ki 1)