Anda di halaman 1dari 11

JUDUL PERCOBAAN

Judul percobaan pada praktikum ini adalah Friction Loss in Small Bore Pipe.

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan Friction Loss in Small Bore Pipe yaitu,
a. Mempelajari faktor friksi (f) terhadap variasi bilangan Reynolds pada aliran
laminar dan turbulen.
b. Mencari bilangan Reynolds kritis akhir wilayah laminar dan bilangan Reynolds
awal turbulen.
c. Mengevaluasi korelasi faktor friksi (f) yang sesuai untuk masing-masing aliran.

II. PERALATAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN


2.1 Skema Alat
Gambar skema alat yang digunakan pada percobaan adalah sebagai berikut,

Gambar 2.2.1 Skema Alat Percobaan

2.2 Prosedur Percobaan


1. Mempersiapkan data percobaan praktikum tahun lalu
2. Menghitung flowrate fluida
3. Menghitung kecepatan fluida
4. Menghitung bilangan Reynold fluida
5. Menghitung ΔP
6. Menghitung headloss
7. Menghitung friction factor
8. Menghitung friction factor teoritis
9. Menghitung kekasaran (roughness) pada permukaan pipa
Data hasil percobaan yang digunakan dalam praktikum ini mengacu pada data
praktikum laporan tahun lalu sebagai berikut,
Tabel 2.3.1 Data Hasil Percobaan Friction Loss in Small Bore Pipe
Aliran Laminar Aliran Turbulen
Variabel t(s) ∆h (m) Variabel t(s) ∆h (m)
1/10 0.000296883 0,069 6/10 0.15600624 0.12
2/10 0.419903422 0,05 7/10 0.14402304 0.024
3/10 1.092100473 0,066 8/10 0.12 0.03
4/10 0.48 0,028 9/10 0.111111 0.03
5/10 0.24 0,231 10/10 13.33333 0.028
Volume yang digunakan = 300 ml = 0.3 x 10-3 m3

Laboratorium Teknik Kimia FTI-IRS ITS


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Teori
Manometer adalah alat ukur tekanan dan manometer tertua adalah manometer
kolom cairan. Manometer digunakan untuk mengukur tekanan di dua titik yang berbeda.
Manometer kolom cairan biasanya digunakan untuk pengukuran tekanan yang tidak
terlalu tinggi atau mendekati tekanan atmosfer (Geankoplis, 2003).
Pada aliran turbulen dan juga laminar, faktor friksi (f) bergantung pada bilangan
Reynolds. Faktor friksi juga harus ditentukan dengan percobaan dan bergantung pula
pada kekasaran permukaan pipa dalam atau relative roughness (ε/d). Kekasaran
berpengaruh terhadap aliran turbulen tetapi tidak umtuk aliran laminar.

Gambar 3.1.1 Hubungan antara NRe, faktor friksi dan relative roughness (ε/D)
(Nayyar, 1973)
Pada praktikum ini ada dua macam valve yang digunakan yaitu globe valve dan
needle valve. Globe Valve adalah linear motion valve (katup gerak linear) dan dirancang
untuk menghentikan, memulai, dan mengatur aliran. Valve ini digunakan sebagai pintu
masuk aliran dalam praktikum ini. Sedangkan needle valve adalah katup yang
digunakan untuk mengamankan aliran fluida dalam sistem laju aliran rendah dan aliran
kontrolnya dalam dua arah, sedangkan katup kontrol aliran mengalir dalam satu arah
saja. Katup adalah perangkat yang dipasang ke dalam pipa atau sistem hidrolik yang
digunakan untuk mengatur dan mengontrol aliran cairan. Fluida ini dapat berupa gas,
padatan terfluidisasi atau cairan. Penggunaan needle valve dalam praktikum ini sendiri
dikarenakan sesuai dengan spesifikasi needle valve yaitu diameter pipa yang kecil
sehingga flowrate dari praktikum ini cukup kecil (A.Bathia).

3.2 Perhitungan
Tabel 3.2.1 Data Hasil Perhitungan Aliran Laminar
f teoritis
∆h f experimen
Q (m3/s) NRe v (m/s) hf air (Hagen-
(m) (Darcy)
Poisulle)
1.0105 204.04603 0.069 0.05145 0.675327166 28.6245624 0.313662911
0.00071445 292.05236 0.05 0.07364 0.489367512 10.12499086 0.21914371
0.0002747 556.07927 0.066 0.14022 0.645965115 3.686520009 0.115095266
0.000625 1260.1298 0.028 0.31775 0.274045807 0.304560432 0.050789547
0.00125 2508.200 0.231 0.63247 2.260877904 0.63421086 0.025516865

Laboratorium Teknik Kimia FTI-IRS ITS


Tabel 3.2.2 Data Hasil Perhitungan Aliran Turbulen
f experiment f teoritis
3
Q (m /s) NRe ∆h (m) v (m/s) hf raksa (Darcy) \(Von
Karman)

0.001923 3996.213794 0.12 1.0077 14.8870866 1.64510354 1.640705289


0.002083 4092.236749 0.024 1.096957 2.977417321 0.27765566 0.275030725
0.0025 4620.267293 0.03 1.2385 3.721771651 0.27227247 0.269942538
0.0027 4752.27498 0.03 1.273885 3.721771651 0.23097912 0.228656967
0.000025 5016.290212 0.028 1.344657 3.473653541 0.19348505 0.191183638
Tabel 3.2.3 Hasil Perhitungan Roughness pada Aliran Laminar dan Turbulen
NRe ε NRe ε
204.0460339 0.008925413 3996.213794 0.004518273
292.0523617 0.007700171 4092.236749 0.001235702
556.0792764 0.006068018 4620.267293 0.001210515
1260.129899 0.001338137 4752.27498 0.000999295
2508.20017 0.002601083 5016.290212 0.000797629

3.3 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari friction factor (f) terhadap variasi
bilangan Reynolds pada aliran laminar dan turbulen, mencari bilangan Reynolds kritis
akhir wilayah laminar dan bilangan Reynolds kritis awal turbulen, dan mengevaluasi
korelasi friction factor (f) yang sesuai untuk masing-masing aliran.
Untuk perhitungan friction factor (f) pada percobaan dilakukan dengan menggu-
nakan persamaan Darcy:
2PD
f darcy 
L air v 2
Sedangkan Friction factor (f) secara teoritis untuk aliran laminar dihitung menggunakan
rumus hagen-Poiseuille :
64
f 
N Re
Friction factor (f) secara teoritis untuk aliran turbulen dihitung menggunakan rumus
Von Karman yaitu:
1  3 .7 D 
 2 log  
f   
(Geankoplis, 2003)
Menurut hasil percobaan terlihat bahwa semakin besar nilai Nre maka semakin
kecil faktor friksinya pada aliran laminar dan turbulen, sedangkan untuk aliran transisi
tidak stabil dan mengalami kenaikan saat Nre Laminar mengalami kenaikan. Hasil
tersebut dapat dibuat grafik hubungan antara bilangan Reynold dan faktor friksi seperti
pada Gambar 3.3.1 pada lampiran. Nilai f menurut korelasi yang semakin menurun
sesuai dengan yang digambarkan pada literatur berikut,

Laboratorium Teknik Kimia FTI-IRS ITS


Gambar 3.3.2 Nilai Faktor Friksi vs NRe Pada Aliran Laminar dan Turbulen
(Mc Cabe, 1993)
Dari hasil di atas dapat diperoleh bahwa dari hasil percobaan aliran laminar dan
turbulen, harga f pada eksperimen maupun teoritis terdapat beberapa perbedaan. Untuk
aliran laminar, ketidak akuratan nilai f yang didapatkan disebabkan nilai ∆h saat
percobaan masih kurang teliti dalam pengamatannya dan Nre aliran yang digunakan
belum steady state sehingga nilai kecepatan alirannya berubah-ubah. Sedangkan pada
aliran turbulen, ketidak akuratan nilai f yang didapatkan karena faktor ε (kekasaran
pipa), yang sangat berpengaruh pada aliran turbulen. Pemilihan manometer (air atau
raksa) juga sangat mempengaruhi ketelitian dalam pembacaan ∆h. Perbedaan
penggunaan manometer ini berdasarkan sensivitas pembacaan ∆h pada manometer yang
menggambarkan besarnya pressure drop (∆P) yang ditimbulkan akibat aliran fluida
dimana pada manometer air menggunakan fluida air dengan  = 995,674 kg/m3 sesuai
untuk ∆P rendah yang dihasilkan oleh tipe aliran laminar, sedangkan pada manometer
raksa yang menggunakan fluida raksa dengan  =13600 kg/m3 sesuai untuk ∆P sedang
sampai tinggi yang dihasilkan oleh aliran transisi dan turbulen.
Selanjutnya dibuat grafik dengan plot nilai friction factor pada tiap-tiap aliran
dengan nilai f dihitung menggunakan persamaan Darcy sesuai Gambar 3.3.3 pada
lampiran. Berdasarkan gambar maka dapat diperoleh bahwa titik kritis akhir dari aliran
laminar adalah 2508,1451 sedangkan titik kritis awal dari aliran turbulen adalah
3996,2318. Hasil ini sedikit berbeda dengan hasil teoritisnya pada Gambar 3.3.2 yang
menunjukkan kondisi teoritis dari hubungan Nre dan f. Dari Gambar 3.3.2, pada aliran
transisi antara laminar dan turbulen akan terbentuk suatu asimtot tegak diantara
keduanya dan menunjukkan titik kritis akhir laminar dan titik kritis awal turbulen pada
2100 dan 4000. Perbedaan ini disebabkan oleh variabel yang digunakan masih belum
tepat pemilihannya dimana percobaan ini harus menentukan kecepatan dengan flowrate
yang harus steady state juga sehingga akan memakan waktu lama untuk mencapai
ketepatan 100%.
Pada aliran laminar, perhitungan untuk persamaan eksperimen menggunakan
rumus friksi Darcy dan korelasi Hagen-Poiseulle sedangkan pada aliran turbulen,
perhitungan untuk persamaan menggunakan rumus friksi Darcy juga dengan korelasi
Von Karman. Dari grafik dapat diamati bahwa data/plot eksperimen aliran laminar
mendekati dengan data korelasi Hagen-Poiseulle. Hal ini mengindikasikan bahwa
korelasi Hagen Poiseuille cukup akurat/cocok untuk jenis aliran laminar. Begitu juga

Laboratorium Teknik Kimia FTI-IRS ITS


dengan eksperimen aliran turbulen dan Von Karman. Pembuktian keakuratan korelasi
Hagen Poiseuille dan Von Karman dari data percobaan, dibuat grafik f darcy, f Hagen
Poiseiulle, f Von Karman seperti pada Gambar 3.3.4 dan Gambar 3.3.5 pada lampiran.
Nilai f dapat dipakai untuk menghitung kekasaran (roughness) pipa. Dari
percobaan ini, roughness pipa dapat dihitung, dimana nilai kekasaran pipa dapat dilihat
pada Tabel 3.2.3. Pada Gambar 3.3.4 menunjukkan perhitungan Von Karman
mendekati perhitungan teoritis kedua aliran sehingga dapat dikatakan bahwa nilai f
dipengaruhi oleh nilai roughness pipa. Hal ini menunjukkan perbedaan bahan material
dengan nilai roughness juga berbeda sehingga pada kondisi turbulen nilai f dapat
berbeda-beda. Untuk mencari nilai kekasaran pipa dapat digunakan persamaan
Colebrook yaitu,

Pada data diatas diketahui bahwa kekasaran pipa turun pada aliran laminar saat nilai Nre
naik dan pada aliran turbulen kekasaran pipa cenderung konstan pada semua Nre. Pada
percobaan aliran laminar, nilai Nre seharusnya tidak berpengaruh pada kekasaran pipa.
Hal ini membuktikan bahwa kekasaran pipa pada aliran laminar tidak bisa
diperhitungkan terhadap friction factornya, oleh karena itu nilai kekasaran pipa pada
aliran laminar tidak mempengaruhi besar friction factornya.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan, maka dapat ditarik kesimpulan,
sebagai berikut :
1. Perubahan nilai Nre hanya berpengaruh pada perhitungan friction factor untuk
aliran laminar, di mana semakin besar nilai Nre semakin kecil friction factor.
Sedangkan untuk aliran turbulen, besar friction fractor cenderung independen
terhadap Nre namun relatif berubah jika roughness berubah.
2. Dari persamaan Darcy, besar bilangan Reynolds titik kritis akhir wilayah laminar
adalah 2508,1451 sedangkan pada aliran turbulen titik kritis awalnya adalah
3996,2138 dengan nilai bilangan Reynolds teoritisnya adalah 2100 dan 4000
3. Perhitungan nilai friction factor menggunakan korelasi Hagen-Poiseulle lebih
cocok digunakan pada aliran laminar, sedangkan korelasi Von Karman mendekati
untuk kedua aliran laminar dan turbulen dimana seharusnya korelasi Von Karman
sesuai untuk turbulen saja. Hal ini disebabkan kemungkinan variabel aliran
laminar belum mencapai steady state. Dari perhitungan kekasaran (roughness)
permukaan pipa dengan persamaan Colebrook didapat bahwa kekasaran pipa juga
mempengaruhi friction factor fluida dengan aliran turbulen akan tetapi tidak
mempengaruhi friction factor fluida dengan aliran laminar.

DAFTAR PUSTAKA
A.Bathia, Control Valve Basic:Sizing and Selection. New York: Continuing Education and
Development, Inc
Geankoplis, Christie J. 2003. Transport Processes and Separation Process Principles
(Includes Unit Operations). 4th edition. New Jersey: Prentice Hall.
L. Nayyar, Mohinder. 1973. Pipping Handbook 7th edition. New York: Mc Graw Hill, Inc.
McCabe, Warren L, Julian C. Smith dan Peter Harriott. 1993. Unit Operations Of Chemical
Engineering Fifth Edition. New York : McGrawHill, Inc.

Laboratorium Teknik Kimia FTI-IRS ITS


LAMPIRAN

Hubungan f Percobaan vs Nre


35

30

25

20 f Percobaan(Darcy) Turbulen
f

f Hagen Laminar
15
f Von Karman Turbulen
10
f Percobaan(Pers.Darcy) Laminar

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Nre
Gambar 3.3.1 Hubungan NRe dan f Berdasarkan Percobaan dan Korelasi

Hubungan Nilai Nre dan Friction Factor(f) Pada aliran


Laminar dan Turbulen
35

30

25
f Eksperimen(Pers.Darcy)
20
Laminar
f

15 f Eksperimen(Pers.Darcy)
Turbulen
10
Kondisi Transisi
5

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Nre

Gambar 3.3.3 Hubungan NRe dan f Berdasarkan Percobaan Pada Tiap Kondisi Aliran

Laboratorium Teknik Kimia FTI-IRS ITS


Hubungan Nre dan Friction Factor(f)
35

30

25

20 f Darcy Laminar
f

15 f Hagen Laminar
f Darcy Turbulen
10
f Hagen Turbulen
5

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Nre

Gambar 3.3.4 Hubungan NRe vs Friction Factor Darcy, Hagen Poisuille

Hubungan Nre dan Friction Factor(f)


35

30

25

20 f Darcy Laminar
f

15 f VK Laminar
f Darcy Turbulen
10
f VK Turbulen
5

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Nre

Gambar 3.3.5 Hubungan NRe vs Friction Factor Darcy, Von Karman

Laboratorium Teknik Kimia FTI-IRS ITS


APPENDIKS

Tudara = 28,9oC air = 0,000753219 kg/m s


Tair = 28oC raksa = 0,00153 kg/m s
air = 995,674 kg/mm3 D = 0,003 m
udara = 1,171 kg/mm3 L = 0,524 m
raksa = 13600 kg/mm3 A = 1,9635 x 10-3 m2

PERHITUNGAN
Aliran Laminar
Contoh perhitungan menggunakan
V = 250 ml = 2.5.10-4 m3
t = 2,47 s

1. Menghitung flowrate fluida


V
Q
t
2.5 10 -4 m3
Q
2.47 s
Q  1,0105 m3 / s

2. Menghitung kecepatan fluida

Q
v
A
1.0105 m3 / s
v
1.9635x10 -3 m 2
v  0,051453 m / s

3. Menghitung NRe fluida


 .D.v
N Re 

995,674 kg  0.003 m  0.051453 m
N Re  m3 s
0,00075321 9 kg
m.s
N Re  204 .0407

Laboratorium Teknik Kimia FTI-IRS ITS


4. Menentukan ΔP

hair  0,069 m

P  hair  g   H 2O  udara 
P  0,069 m  9,8 m   995,674 kg 3  1,171 kg 3 
s 
2
m m 
P  672.4824 Pa

5. Menentukan Head Loss

6. Menentukan friction factor (f) eksperimen dengan persamaan Darcy :

2  P  D
f exp 
L   air  v 2
2  672 .4824 Pa  0.003 m
f exp 

0,524 m  995,674 kg 3 .  0,051453 m
m s
2

f exp  2.9212

7. Menentukan friction factor(f)teoritis :


Untuk aliran laminar menggunakan Hagen-Poiseuille Formula (sama dengan mencari
nilai f korelasi)

64
f teo 
N Re
64
f teo 
204 .0407
f teo  0.3137

Laboratorium Teknik Kimia FTI-IRS ITS


Aliran Turbulen
Contoh perhitungan menggunakan
V = 250 ml = 2.5.10-4 m3
t = 0.13 s

1. Menghitung flowrate fluida


volume
Q
t
2.5.10 -4 m 3
Q
0.13 s
3
Q  0.001923 m
s

2. Menghitung kecepatan fluida


Q
v
A
3
0.001923 m
v s
1.9635x10 -3 m 2
v  1,007 m
s

3. Menghitung NRe fluida

  Dv
N Re 

995,657 kg 3  0,003 m  1,007
m
m s
N Re 
0,00075321 9 kg
m.s
N Re  3996 .2138

4. Menentukan ΔP
Manometer Raksa
hraksa  0,12m

P  hraksa  g   raksa   H 2O 
P  0,12m  9,8 m  13600 kg 3  995,657 kg 3 
s  2
m m 
P  14822 .68721 Pa

Laboratorium Teknik Kimia FTI-IRS ITS


5. Menentukan Head Loss

6. Menentukan friction factor (f)eksperimen dengan persamaan Darcy:


Manometer raksa
2  P  D
f exp 
L *  raksa * v 2
2 14822 .68721 Pa  0,003 m
f exp 
0,524 m 13600 kg 3 .  1,007 m
m s
 2

f exp  0,0123

7. Menentukan friction factor (f) teoritis :


Untuk aliran turbulent menggunakan Darcy Formula
1  3.7 D 
 2 log  
f   
1  3.7 x0,003 
 2 log  5 
f  6.254 x10 
f  0.0494

8. Menentukan kekasaran pipa


Menggunakan Colebrook
1

2.51
  3.7  D(10 2 f
 )
Nre f
1
 2.51
  3.7  0.003(10 2 0.0123
 )
3996 .214 0.0123
  6.254 10 5

Laboratorium Teknik Kimia FTI-IRS ITS

Anda mungkin juga menyukai