Anda di halaman 1dari 11

LaporanKeterampilan

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM : OPERASI TEKNIK KIMIA

PRAKTIKUM MATA KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN PARTIKEL

MODUL : ADJUSTABLE BED FLOW CHANNEL

NAMA PRAKTIKAN / NIM : AHMAD IHSAN / 190405129

KELOMPOK : A-10 (A-SEPULUH)

TANGGAL / SESI PRAKTIKUM : 21 NOVEMBER 2020 / SESI II

ASISTEN : GERALDO ELBERT NATANAEL BANGUN

DOSEN PEMBIMBING MODUL : MERSI SURIANI SINAGA S.T., M.T.

Hasil dan Pembahasan :

4.1 Pengukuran Kecepatan Aliran dengan Menggunakan Tabung Pitot

0.7

0.6

0.5

0.4
u ( m /s )

Q1 = 17,06 liter/menit
0.3 Q2 = 23,20 liter/menit
Q3 = 27,93 liter/menit
0.2

0.1

0.0
0.15 0.20 0.25 0.30
v = ( m/s )

Gambar 4.1 Grafik Kecepatan Lokal (u) vs Kecepatan rata-rata (v)


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 4.1 diatas menunjukkan hubungan antara kecepatan rata-rata (v) dengan
kecepatan lokal (u). Pada laju alir 17,06 L/menit dengan kecepatan rata-rata (v) 0,178 m/s
diperoleh kecepatan lokal (u) sebesar 0,160 m/s. Pada laju alir 23,20 L/menit dengan
kecepatan rata-rata (v) 0,242 m/s diperoleh kecepatan lokal sebesar 0,152 m/s. Pada laju alir
27,93 L/menit dengan kecepatan rata-rata (v) 0,291 m/s diperoleh kecepatan lokal sebesar
0,152 m/s.

Kecepatan aliran (v) adalah jarak yang ditempuh aliran air pada saluran dalam satuan
waktu. Biasanya kecepatan (v) dinyatakan dalam satuan m/dt. Kecepatan aliran pada saluran
tidak merata. Kecepatan pada daerah pusat dari penampang adalah persis sama dengan pada
saluran persegi panjang yang lebarnya tak terhingga. Dengan kata lain, berdasarkan keadaan
tersebut, tepi saluran praktis tidak mempengaruhi distribusi kecepatan didaerah pusat, dan
aliran didaerah pusat penampang dapat dianggap bersifat dua dimensi dalam analisa
hidrolikanya. Setelah kecepatan aliran dan luasnya didapatkan, debit aliran sungai dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan matematis berikut:

Q=V . A (Putra,
2015)

Dimana :

Q=debit ( m3 /detik )

V =Kecepatan aliran rata−rata (m/ detik )

A=luas penampang basah(m3)

Diketahui bahwa kecepatan rata-rata (v) berbanding lurus dengan kecepatan lokal
(u). Untuk menghitung kecepatan lokal (u) yang mengalir pada titik tertentu dengan
densitas air 1000 kg / m3, yaitu :

v=√ 2 gh (Baiq, 2016)

Persamaan ini dapat diubah menjadi :

u=
√ 2 gh
ρ
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dimana :

u = kecepatan aliran fluida (m/s ¿ ¿

h = ketinggian dari fluida (m)

ρ = densitas fluida (kg /m3 ¿ ¿

g = percepatan gravitasi (9,81m 2 /s ¿ ¿

Hasil percobaan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa percobaan yang


dilakukan tidak sesuai dengan teori dimana ketiga titik diatas menjauhi garis diagonal.
Hal ini disebabkan oleh :

1. Laju alir yang masuk pada saluran penampang tidak konstan.

2. Tabung pitot dan piezometer kurang berfungsi dengan baik sehingga


memengaruhi hasil pembacaan menjadi kurang tepat.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.2 Pengukuran Profil Kecepatan Fluida

1.6
1.4
1.2
1.0
u2/v2

0.8 Nre = 8770,292


NRe = 11926,774
0.6
NRe = 9798,462
0.4
0.2
0.0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
y2'/y2

Gambar 4.2 Grafik u2 / v2 vs y 2, / y 2

Gambar 4.2 menunjukkan grafik dari hasil percobaan mengalami fluktuatif di setiap
aliran. Pada percobaan ini ketiga aliran memiliki jenis aliran yang sama yaitu aliran
turbulen dikarenakan besar bilangan reynold yang lebih dari 4000.

Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data yaitu tinggi fluida pada piezometer (h)
dan tabung pitot (H) dengan ketinggian bed (z) yaitu sebesar 120 mm dan tinggi pitot di
dalam wadah aliran fluida ( y 3, dan y 2,) yaitu y 3, = (0, 6, 12, 20, 28) mm dan y 2, = (0, 4, 10,
16, 23) mm. Dari data tersebut diperoleh bilangan Reynold pada laju aliran 17,06
liter/menit sebesar 8770,292 ; pada laju aliran 23,20 liter/menit sebesar 11926,774 ; pada
laju aliran 27,93 liter/menit sebesar 9798,462. Bilangan Reynolds (Re) adalah bialangan tak
berdimensi yang berguna dalam dinamika fluida yang mencirikan stabilitas fluida.
Bilangan reynold ditentukan oleh rasio gaya inersia terhadap gaya gesekan yang bekerja
pada aliran fluida.

D. v . ρ
NR = (Ghorpade, dkk, 2017)
e
μ
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dimana :

N R =Bilangan Reynold
e

D=Diameter (m)

v=Kecepatan rata−rata m/ s

ρ=Densitas(kg /m3 )

μ=Viskositas(Pa . s)

Dari hasil percobaan yang diperoleh pada laju alir 17,06; 23,20 dan 27,93 L/menit jenis
aliran merupakan aliran turbulen. Karena pada Grafik yang dihasilkan pada ketiga aliran
tersebut tidak membentuk garis lurus maka ketiga aliran tidak sesuai dengan teori.
Kemungkinan terjadinya kesalahan disebabkan oleh :
1. Tejadi kesalahan pada alat, yaitu pada tabung pitot dan piezometer kurang berfungsi dengan
baik sehingga memberikan data yang kurang tepat.
2. Laju alir yang masuk pada saluran penampang tidak konstan sehingga debit aliran yang sudah
ditentukan berubah-ubah.
3. Adanya friksi atau gesekan antara fluida dan penampang yang terjadi disepanjang aliran
fluida.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.3 Aplikasi Persamaan Kontinuitas

1.4

1.2

0.8
H 2 / H 1
Q1 = 17,06 liter/menit
0.6 Q2 = 23,20 liter/menit
Q3 = 27,93 liter/menit
0.4

0.2

y2/y3

Gambar 4.3 Grafik


√ ∆ H 3 y2
vs
∆ H 2 y3

Dari gambar 4.3 dapat di lihat bahwa grafik di atas menunjukkan perbandingan antara


y2 ∆ H3
dengan . Dari percobaan telah diperoleh data seperti yang digambarkan pada grafik.
y3 ∆ H2


y2 ∆ H3
Pada laju alir 17,06 liter/menit untuk =0,250 nilai =0,277. Pada laju alir 23,20
y3 ∆ H2


y2 ∆ H3
liter/menit untuk =0,250 nilai =0,316. Pada laju alir 27,93 liter/menit untuk
y3 ∆ H2


y2 ∆ H3
=0,250 nilai =0,289.
y3 ∆ H2

Persamaan kontinuitas mengatakan hubungan antara kecepatan fluida yang masuk pada
suatu pipa terhadap kecepatan fluida yang keluar.Hubungan tersebut dinyatakan dengan:

Q= A . v

Debit adalah besaran yang menyatakan volume fluida yang mengalir tiap satuan waktu:

Q=V / t
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jika disubtitusikan kedua persamaan diatas maka akan dihasilkan persamaan:

V=A .v.t
Jika fluida bergerak dalam pipa yang mengalir dengan luas penampang yang berbeda
maka volume yang mengalir:

V=A .v.t

A 1 . v 1 . t 1 = A2 . v 2 . t 2 (Jalaluddin, 2019)

Jika t sama maka akan diperoleh persamaan : A1 .V 1=A 2 .V 2

Dari persamaan :

V =Cv √2 gh (Baiq,
2016)

A=b . y
Maka akan diperoleh :

A3 V 3
=
A2 V 2

Dan Disubstitusikan menjadi persamaan :

b . y3 C v √ 2 g H 3
=
b . y2 C v √ 2 g H 3

y2
y3
=

∆ H3
∆ H2

Dimana :

v = kecepatan aliran fluida (m/s)

Q = debit aliran (m3 /s)

A = luas penampang (m3)

b = lebar saluran penampang (m)

y = tinggi saluran (m)

y 2 = tinggi channel pada section 2 (mm)

y 3 = tinggi channel pada section 3 (mm)


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

H 2 = tinggi fluida pada tabung pitot section 2 (mm)

H 3 = tinggi fluida pada tabung pitot section 3 (mm)

4.4 Penggunaan Kontraksi Sebagai Alat Ukur Fluida

0.07

0.06

0.05

0.04
Cv

0.03

0.02

0.01

0
0.15 0.17 0.19 0.21 0.23 0.25 0.27 0.29 0.31 0.33 0.35

V2

Gambar 4.6 Grafik Cv vs V 2

Gambar 4.6 menunjukkan bahwa hubungan antara koefisien kalibrasi alat ukur (Cv)
dengan kecepatan rata-rata (V 2). Berdasarkan percobaan yang dilakukan, pada saat laju alir
17,06 liter/menit, nilai Cv yang diperoleh ialah 0,022 dan V 2 ialah 0,178. Untuk laju alir
23,20 liter/menit, nilai Cv yang diperoleh ialah 0,037 dan V 2 nya ialah 0,242. Dan untuk
laju alir 27,93 liter/menit, nilai Cv yang diperoleh ialah 0,045 dan nilai V 2 nya ialah 0,291.
Secara teori nilai Cv sebanding dengan kecepatan rata-rata ( V 2), apabila kecepatan rata-rata
(V 2) semakin besar maka nilai Cv semakin meningkat.Menurut teori tersebut diperoleh
persamaan yaitu:

()
3 3
2
Q=C D .C V 2
√ g BT 2
3
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Q=V . A (Putra, 2015)

Maka kita peroleh persamaan:

()
3
2 2
cd . cv √ g BT 2
3
v=
A

Dimana :
Q = Debit aliran (m 3 /s )
v = kecepatan rata-rata (m2 /s )
A = luas penampang saluran (m 2)
Cv = faktor koefisien kecepatan
g = gravitasi (m/s 2)

Dilihat dari rumus didapatkan bahwa kecepatan rata-rata (v) berbanding lurus dengan
koefisien disharge (Cv), jika kecepatan rata-rata (v) semakin besar maka koefisien discharge
(Cv) akan semakin besar. Hasil percobaan yang diperoleh belum sesuai dengan teori dimana
kecepatan fluida tidak konsisten ada yang menurun dan ada yang naik. Dimana kecepatan ratarata
(v) tidak berbanding lurus secara konsisten dengan koefisien disharge (Cv). Penyimpangan ini
disebabkan oleh:
1. Laju air yang masuk pada saluran penampang tidak konstan.
2. Ketidakakuratan dalam melakukan kalibrasi laju alir dikarenakan tidak stabilnya
jumlah air pada bak penampung.
3. Ketidakakuratan dalam membaca tinggu air pada tabung pitot dan piezometer.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5.1 Kesimpulan :
Didapatlah kesimpulan pada percobaan kali ini yaitu :
1. Percobaan pengukuran dengan menggunakan tabung pitot tube belum sesuai dengan teori
karena belum mendekati garis diagonal.
2. Didapat Bilangan Reynold pada setiap laju alir 17,06; 23,2; 27,93 L/menit secara berturut-
turut sebesar 8770,292; 11926,774; 9798,462 yang merupakan termasuk aliran turbulen (Nre
= 4000).
3. Terdapat salah satu titik yang mendekati garis diagonal yang berarti sesuai dengan teori yaitu


y2 ∆ H3
pada laju alir 17,06 liter/menit dengan =¿ 0,250 dan =0,277. Pada laju alir 23,20
y3 ∆ H2


y2 ∆ H3
liter/menit untuk =0,250 dan =0,316. Dan untuk laju alir 27,93 liter/menit
y3 ∆ H2


y2 ∆ H3
didapatkan =0,250 dan =0,289 tidak mendekati titik garis diagonal sehingga
y3 ∆ H2
tidak sesuai dengan teori.
4. Laju alir volumetrik berbanding lurus dengan kecepatan yang dipengaruhi oleh luas
penampang.

5. Kecepatan rata-rata (v) berbanding lurus dengan koefisien kecepatan (Cv), jika kecepatan
rata-rata (v) semakin besar maka koefisien kecepatan (Cv) juga semakin besar.

5.2 Saran :
Adapun saran yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1. Disarankan agar dilakukan pengecekan alat yang akan digunakan/memperbaiki alat yang akan
digunakan sebagai alat praktikum sehingga hasil yang diperoleh tidak mengalami kesalahan
yang relatif besar.
2. Disarankan agar menggunakan menggunakan alat ukur yang lain agar dapat membandingkan
tingkat akurasi dari tabung pitot, seperti orifice meter ataupun venturimeter.
3. Disarankan untuk praktikan selanjutnya memvariasikan laju air dengan interval lebih besar,
sehingga dapat dilihat perbedaanya antara jenis aliran laminar, turbulen, dan transisi.
4. Disarankan agar menggunakan densitas fluida yang bervarisi seperti, minyak.
5. Disarankan agar teliti ketika membaca ketinggian fluida pada tabung pitot dan piezometer.

Anda mungkin juga menyukai