Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA I


MODUL V PENENTUAN TIPE ALIRAN PADA PIPA

PERIODE I (2020/2021)

Kelompok I
Nama Mahasiswa/NIM : Angga Eka Wijaya/104220009

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020/2021
TEKANAN HIDROSTATIS

Angga Eka Wijayal ,Jeremy Tumpal Manuel2, Bintang Lukman3


Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Perencanaan Infrastruktur,
Universitas Pertamina

*Corresponding author: anggaekawijaya787@gmail.com

Abstrak: Prinsip-prinsip dalam mekanika fluida dapat dijumpai dalam bidang


industri. Misalnya pada Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) dan perusahaan
pertambangan minyak bumi. Rangkaian pada sistem perpipaan di desain
sedemikian rupa untuk memenuhi pendistribusian fluida sesuai dengan proses
produksi dan distribusi yang dibutuhkan. Fluida adalah zat yang berubah bentuk
secara kontinu (terus-menerus) bila terkena tegangan geser. Gaya geser dalam
fluida dapat berupa tekanan yang diberikan pada aliran fluida. Bilangan Reynold
adalah fungsi variable kecepatan, viskositas, massa jenis fluida dan diameter pipa
bagian dalam. Berdasarkan persamaan Reynolds, tipe aliran fluida dipengaruhi oleh
kecepatan alir fluida (v), massa jenis (ρ), debit aliran (Q), viskositas fluida (μ), dan
diameter pipa (D). Berdasarkan hasil eksperimen diperoleh nilai debit aliran pada
percobaan 3 titik sebesar 5.833x10-6 m3/s , pada percobaan 4 titik sebesar 8.009x10 -
6
m3/s, percobaan 5 titik sebesar 1.222x10-5 m3/s dan percobaan 7 titik sebesar
2.032x10-5 m3/s. Lalu hasil perhitungan nilai bilangan Reynolds didapatkan hasil
satu-satunya aliran transisi dihasilkan pada perlakuan 7 titik dimana didapatkan
bilangan Reynolds sebesar 3032.787 nilai bilangan perlakuan 7 lebih besar dari
2000 oleh karena itu disimpulkan bahwa tipe alirannya transisi. Selain itu nilai
bilangan Reynolds pada perlakuan 3 titik sebesar 866.51 , perlakuan 4 titik sebesar
1932.084 dan pada perlakuan 5 titik sebesar 1826.698. Semua perlakuan tersebut
menghasilkan bilangan Reynolds dibawah 2000 sehingga disimpulkan bahwa tipe
aliran yang melewati pipa adalah laminer.

Kata Kunci: Fluida, debit, viskositas, laminer, transisi, turbulen, diameter, pipa.

Abstract: The principles of fluid mechanics can be found in industry. For example
in the Drinking Water Treatment Plant (IPAM) and petroleum mining companies.
The circuit in the piping system is designed in such a way as to meet the distribution
of fluids in accordance with the required production and distribution processes. A
fluid is a substance that changes shape continuously (continuously) when exposed
to shear stress. The shear force in a fluid can be the pressure exerted on the fluid
flow. Reynolds number is a variable function of velocity, viscosity, fluid density and
inner pipe diameter. Based on the Reynolds equation, the type of fluid flow is
influenced by fluid flow velocity (v), density (ρ), flow rate (Q), fluid viscosity (μ),
and pipe diameter (D). Based on the experimental results, the flow rate in the 3-
point experiment was 5.833x10-6 m3/s, the 4-point experiment was 8.009x10-6
m3/s, the 5-point experiment was 1.222x10-5 m3/s and the 7-point experiment was
2.032. x10-5 m3/s. Then the results of the calculation of the Reynolds number value
showed that the only transition flow was generated at the 7 point treatment where
the Reynolds number was 3032,787, the value of the treatment 7 number was
greater than 2000, therefore it was concluded that the flow type was transitional.
In addition, the Reynolds number in the 3-point treatment was 866.51 , the 4-point
treatment was 1932,084 and in the 5-point treatment was 1826,698. All of these
treatments resulted in Reynolds numbers below 2000, so it was concluded that the
type of flow passing through the pipe was laminar.

Keywords: Fluid, discharge, viscosity, laminar, transition, turbulent, diameter,


pipe.

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Prinsip-prinsip dalam mekanika fluida dapat dijumpai dalam bidang


industri. Misalnya pada Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) dan
perusahaan pertambangan minyak bumi. Rangkaian pada sistem perpipaan
di desain sedemikian rupa untuk memenuhi pendistribusian fluida sesuai
dengan proses produksi dan distribusi yang dibutuhkan. Pada instalasi
perpipaan banyak digunakan sambungan yang berfungsi untuk
membelokkan atau membagi aliran fulida kedalam beberapa cabang pipa.
Pemisahan aliran fluida berakibat pada menurunnya kinerja suatu sistem.
Sehingga efisiensi pendistribusian fluida harus ditingkatkan untuk menekan
biaya produksi.[1]

b. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum modul 5 berjudul “Penentuan Tipe


Aliran Pada Pipa” diantaranya :
1. Bagaimana menentukan nilai debit aliran pada pipa ?
2. Bagaimana menentukan nilai bilangan Reynold dari aliran pipa ?
3. Bagaimana menentukan jenis aliran dari hasil perhitungan bilangan
Reynold ?

c. Tujuan

Tujuan dari praktikum modul 5 yang berjudul “Penentuan Tipe


Aliran Pada Pipa” diantaranya:
1. Menentukan nilai debit aliran pada pipa.
2. Menentukan nilai bilangan Reynold pada pipa.
3. Menentukan jenis aliran pipa berdasarkan nilai bilangan Reynold
pada pipa.
d. Teori Dasar

Fluida adalah zat yang berubah bentuk secara kontinu (terus-


menerus) bila terkena tegangan geser. Gaya geser dalam fluida dapat berupa
tekanan yang diberikan pada aliran fluida. Gaya geser adalah komponen
gaya yang menyinggung permukaan, dan gaya ini yang dibagi dengan luas
permukaan tersebut adalah tegangan geser rata-rata pada permukaan itu.
Sifat kerapatan dan sifat viskositas memegang peranan penting dalam hal
aliran fluida di dalam saluran terbuka maupun saluran tertutup, dan untuk
hal aliran sekitar benda yang terendam [2].
Muhajir, K. (2009), meneliti tentang karakterisasi aliran fluida gas-
airmelalui pipa sudden contraction.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
visualisasi garis arus tampak bagus pada pengecilan 1,5 : 1 dengan panjang
daerah pusaran (cyrculation zones) dan tinggi pengecilan (H) merupakan
fungsi dari Reynolds[3]. Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak
berdimensi yang dapat membedakan suatu dilihat dari kecepatan aliran,
menurut (Mr. Reynolds) diasumsikan atau dikategorikan laminar bila aliran
tersebut mempunyai nilai Re kurang dari 2300, untuk aliran transisi berada
pada nilai Re diantara 2300 dan 4000 serta nilai Re diatas 4000 yang
menandakan aliran tersebut turbulen. Ketergantungan bilangan Reynolds
adalah aliran dengan bilangan Reynolds sangat kecil, aliran dengan bilangan
Reynolds sedang (lapisan batas laminar), dan aliran dengan bilangan
Reynolds sangat besar (lapisan batas turbulen)[4].
Bilangan Reynold adalah fungsi variable kecepatan, viskositas,
massa jenis fluida dan diameter pipa bagian dalam. Nilai bilangan Reynold
dapat dihitung melalui persamaan :
𝑣𝐷𝜌
𝑅𝑒 =
𝜇

Keterangan :
v = Kecepatan (rata-rata) fluida yang mengalir (m/s).
D = Diameter dalam pipa (m).
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3 ).
μ = Viskositas dinamik fluida (kg/m.s).
Re = Bilangan Reynold.

Melalui persamaan diatas akan diketahui nilai bilangan Reynold dan


berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui tipe aliran fluida yang mengalir
dalam pipa[5].
METODE PENELITIAN

1.) ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan pada praktikum diantaranya osborn reynold


apparatus, hydraulic bench, stopwatch, termometer dan gelas ukur 1000ml.
Bahan yang digunakan pada praktikum adalah fluida dan tinta.

2.) CARA KERJA

Pertama, alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan. Lalu


pompa pada hydraulic bench dipancing hingga aliran stabil. Jika aliran suda
stabil, hydraulic bench dimatikan dan selang pancing diganti dengan selang
apparatus. Selanjutnya hydraulic bench dinyalakan dan bukaan katup
disesuaikan agar dihasilkan aliran lambat melalui pipa. Lalu air dialirkan
hingga wadah apparatus penuh lalu hydraulic bench dimatikan. Selanjutnya
keran pewarna dibuka hingga pewarna keluar. Lalu profil kecepatan diamati
dengan membuka keran output sesuai perlakuan. Setelah itu laju air,
volume, waktu dan suhu aliran keluaran diukur. Setelah selesai tutup keran
output. Untuk perlakuan selanjutnya, prosedur 3 sampai 8 dapat diulangi.
Hasil pengukuran diamati dan dicatat pada masing-masing perlakuan yang
berbeda.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil

Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan


Viskositas
Diameter Bilangan
Volume Waktu Suhu Debit Kinematik Tipe
Perlakuan Pipa Reynold
(m3) (s) (°C) (m3/s) Fluida Aliran
(m) (-)
(^𝟏𝟎−𝟔 m2/s)
3 Titik
7 x 10-5 12 27 0.01 5.833 × 10−6 0,854 866. 51 Laminer

4 Titik
7.4 x 10-5 9.24 27 0.01 8.009 × 10−6 0,854 1932. 084 Laminer

5 Titik
11 x 10-5 9 27 0.01 1.222 × 10−5 0,854 1826. 698 Laminer

7 Titik
9 x 10-5 4.43 27 0.01 2.032 × 10−5 0,854 3032. 787 Transisi
Contoh Perhitugan :

Perhitungan 3 Titik

a. Debit (Q) :

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑄= 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢

7×10−5 𝑚 3 3
𝑄= = 5.833 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
12 𝑠

b. Luas Area (A)


1 1
𝐴 = 4 𝜋𝑑 2 = 4 × 3.14 × 0.012 = 7.85 × 10−5 𝑚2

c. Kecepatan (v)
3
𝑄 5.833×10−6 𝑚 ⁄𝑠
𝑣=𝐴= = 0.074 𝑚⁄𝑠
7.85×10−5𝑚 2

d. Bilangan Reynold (Re)

V×D 0.074 𝑚⁄𝑠 × 0.01𝑚


𝑅𝑒 =  = 2 = 866. 51 ( Re < 2000, Aliran
0.854×10−6 𝑚 ⁄𝑠
Laminer )

b. Pembahasan

Berdasarkan persamaan Reynolds, tipe aliran fluida dipengaruhi


oleh kecepatan alir fluida (v), massa jenis (ρ), debit aliran (Q), viskositas
fluida (μ), dan diameter pipa (D). Penentuan bilangan Reynolds, dapat
digunakan persamaan kecepatan aliran (v) dikali dengan debit aliran (Q)
lalu dibagi dengan viskositas fluida (μ). Dimana hubungan antara bilangan
Reynolds dengan debit aliran (Q) berbanding lurus.
Berdasarkan hasil eksperimen diperoleh nilai debit aliran pada
percobaan 3 titik sebesar 5.833x10-6 m3/s , pada percobaan 4 titik sebesar
8.009x10-6 m3/s, percobaan 5 titik sebesar 1.222x10-5 m3/s dan percobaan 7
titik sebesar 2.032x10-5 m3/s. Lalu hasil perhitungan nilai bilangan
Reynolds didapatkan hasil satu-satunya aliran transisi dihasilkan pada
perlakuan 7 titik dimana didapatkan bilangan Reynolds sebesar 3032.787
nilai bilangan perlakuan 7 lebih besar dari 2000 oleh karena itu disimpulkan
bahwa tipe alirannya transisi. Selain itu nilai bilangan Reynolds pada
perlakuan 3 titik sebesar 866.51 , perlakuan 4 titik sebesar 1932.084 dan
pada perlakuan 5 titik sebesar 1826.698. Semua perlakuan tersebut
menghasilkan bilangan Reynolds dibawah 2000 sehingga disimpulkan
bahwa tipe aliran yang melewati pipa adalah laminer.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil eksperimen diperoleh nilai debit aliran pada


percobaan 3 titik sebesar 5.833x10-6 m3/s , pada percobaan 4 titik sebesar
8.009x10-6 m3/s, percobaan 5 titik sebesar 1.222x10-5 m3/s dan percobaan 7
titik sebesar 2.032x10-5 m3/s. Lalu hasil perhitungan nilai bilangan Reynolds
didapatkan hasil satu-satunya aliran transisi dihasilkan pada perlakuan 7
titik dimana didapatkan bilangan Reynolds sebesar 3032.787 nilai bilangan
perlakuan 7 lebih besar dari 2000 oleh karena itu disimpulkan bahwa tipe
alirannya transisi. Selain itu nilai bilangan Reynolds pada perlakuan 3 titik
sebesar 866.51 , perlakuan 4 titik sebesar 1932.084 dan pada perlakuan 5
titik sebesar 1826.698. Semua perlakuan tersebut menghasilkan bilangan
Reynolds dibawah 2000 sehingga disimpulkan bahwa tipe aliran yang
melewati pipa adalah laminer.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Syahputra, Dian dan Eswanto. 2017. ANALISA DISTRIBUSI


KAPASITAS ALIRAN FLUIDA DI DAERAH PERCABANGAN PADA
SISTEM PERPIPAAN. Medan : Institut Teknologi Medan.

[2] Streeter, Victor L. Wylie, E Benjamin. 1988. Mekanika Fluida (edisi


delapan) jilid 1 (Diterjemahkan oleh Priyono Arko). Jakarta : Erlangga.

[3] Muhajir .K, 2009, Karakterisasi Aliran Fluida Gas-Cair Melalui Pipa
sudden contractionJurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 2, p : 176-184.

[4] Munson, Bruce R. , Donald F. Young, dan Theodore H. Okishi. 2004.


MEKANIKA FLUIDA (Terjemahan). Jakarta : Erlangga.

[5] Mahlil, Teuku dan Shella Elsiana Santoso. 2021. MODUL PRAKTIKUM
MEKANIKA FLUIDA I. Jakarta : Universitas Pertamina.
LAMPIRAN

FORMULIR PENGAMATAN
MODUL 5: PENENTUAN TIPE ALIRAN DALAM PIPA
Praktikan: Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan-Universitas Pertamina
No. Kelompok: 1 (satu)
No. Nama NIM Tanggal Pratikum
1. Angga Eka Wijaya 104220009
2. Asisten
3.
TANGGAL PENGUMPULAN LAPORAN:

31 Juli 2021
(Natasya Hikmat
Putri)

Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan


Viskositas
Diameter Bilangan
Volume Waktu Suhu Debit Kinematik Tipe
Perlakuan Pipa Reynold
(m3) (s) (°C) (m3/s) Fluida Aliran
(m) (-)
(^𝟏𝟎−𝟔 m2/s)
3 Titik
7 x 10-5 12 27 0.01 5.833 × 10−6 0,854 866. 51 Laminer

4 Titik
7.4 x 10-5 9.24 27 0.01 8.009 × 10−6 0,854 1932. 084 Laminer

5 Titik
11 x 10-5 9 27 0.01 1.222 × 10−5 0,854 1826. 698 Laminer

7 Titik
9 x 10-5 4.43 27 0.01 2.032 × 10−5 0,854 3032. 787 Transisi

Contoh Perhitugan :

Perhitungan 3 Titik

a. Debit (Q) :

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑄= 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢

7×10−5 𝑚 3 3
𝑄= = 5.833 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
12 𝑠

b. Luas Area (A)


1 1
𝐴 = 4 𝜋𝑑 2 = 4 × 3.14 × 0.012 = 7.85 × 10−5 𝑚2
c. Kecepatan (v)
3
𝑄 5.833×10−6 𝑚 ⁄𝑠
𝑣= = = 0.074 𝑚⁄𝑠
𝐴 7.85×10−5𝑚 2

d. Bilangan Reynold (Re)

V×D 0.074 𝑚⁄𝑠 × 0.01𝑚


𝑅𝑒 =  = 2 = 866. 51 ( Re < 2000, Aliran
0.854×10−6 𝑚 ⁄𝑠
Laminer )

Anda mungkin juga menyukai