Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR

PRATIKUM MEKANIKA FLUIDA II


2018/2019

MODUL 3
KARAKTERISTIK POMPA SERI DAN PARAREL

KELOMPOK 5
Nama : Mohammad Nazri
Nim : 102216016
Kelas : ME-2

PROGAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PERTAMINA
2018
KARAKTERISTIK POMPA SERI DAN PARAREL
Mohammad Nazri5*, Andhika Pratama Dramzul5, Hasrin5,
Dean Arif Sultan5, Khalis Nurhibatullah5
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pertamina
*Corresponding author: Nazrinaning@gmail.com

Abstrak : Pompa sentrifungal adalah suatu alat yang memiliki mekanisme mengantarkan suatu
fluida kearah atas. Dalam mengoperasikan pompa terdapat berbagai macam variasi yang dapat di
lakukan seperti seri,pararel,dan seri pararel kombinasi.Tujuan pelaksaan pratikum kali ini adalah
mengetahui karakteristik laju aliran dari pompa sentrifungal jika dirangkai secara seri dengan cara
inlet dari apartus seri di hubungkan dengan outlet pada hydraulic bench, dan apabila di rangkai
secara pararel inlet dari apartus seri dihubungkan dengan katup saluran pembuangan pada apartus
hydraulic bench. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengoperasian pompa
secara pararel mendapatkan nilai fluida yang sangat tinggi namun heat total rendah sedangkan
pompa secara seri mendapatkan nilai heat total tinggi namun kapasitas fluidanya sangat rendah.
Kata kunci : pompa sentrifungal, fluida,aliran,heat total,seri dan pararel.
Abstract : Centrifugal pump is a device that has a mechanism to deliver a fluid upward. In
operating the pump there are various variations that can be done such as series, parallel, and
parallel combination series. The purpose of this practice is to know the flow rate characteristics of
centrifugal pumps if arranged in series by the inlet of apartment series connected to outlets on the
hydraulic bench, and when arranged in parallel the inlet of the series apartment is connected to
the drain valve on the apartus hydraulic bench. From the results of these tests it can be concluded
that the operation of the pump in parallel gets a very high fluid value but the total heat is low
while the pump in series gets a high total heat value but the fluid capacity is very low.
Keywords: centrifugal pumps, fluid, flow, total heat, series and parallel.
1. PENDAHULUAN
Pompa mempunyai peranan penting dan dapat dijumpai hampir di setiap
industri, baik industri kecil maupun industri besar. Pompa merupakan mesin
konversi energi yang mengubah bentuk energi mekanik poros menjadi energi
spesifik (head) fluida yang memiliki wujud air. Energi mekanik pompa yang
menunjukkan kemampuan dari suatu pompa mengangkat fluida untuk mencapai
ketinggian tertentu adalah berupa head pompa, ditunjukkan oleh besarnya
perbedaan antara energi fluida di sisi isap dengan energi fluida di sisi tekan. Energi
fluida merupakan jumlah dari energi tekanan,energi kinetik dan energi karena
elevasi (ketinggian).

Spesifikasi pompa dinyatakan dengan jumlah fluida yang dapat dialirkan


persatuan waktu dan head (tinggi energi angkat). Pada umumnya pompa dapat
digunakan untuk bermacam-macam keperluan, untuk menaikkan fluida ke sebuah
reservoir, untuk pengairan, irigasi, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan operasinya pompa dapat bekerja secara tunggal,


seri, dan paralel. Jenis operasi yang digunakan harus sesuai dengan tujuan dan
kebutuhan penggunaan instalasi pompa. Karakteristik pompa harus terlebih dahulu
diketahui agar didapatkan sistem yang optimal.

1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan praktikum kali ini adalah agar setiap mahasiswa dapat memahami
karakteristik laju aliran (head) dari pompa sentrifugal pada konfigurasi yang
berbeda.

1.2 Rumusan Masalah


• Menganalisa karakteristik pompa seri dan paralel.

• Pengaruh head inlet terhadap performa pompa (tekanan dan debit) pada
pompa paralel.

• Menganalisia karateristik pompa paralel berdasarkan hitungan numerik.


1.3 Teori Dasar
Fluida didefinisikan sebagai zat yang akan mengalami deformasi secara
berkesinambungan apabila terkena gaya geser (tangensial) sekecil apapun.
Berdasarkan kemampuan mampatnya, fluida dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
compressible fluid dan incompressible fluid. Pada pompa sentrifugal, fluida dihisap
masuk melalui bagian tengah impeler yang berputar dan kemudian dilemparkan
keluar melalui efek sentrifugal. Sebagian hasil dari kecepatan putar yang tinggi,
fluida memiliki energi kinetik yang besar. Perbedaan tekanan antara sisi hisap dan
keluar muncul dari konversi energi kinetik menjadi energi tekanan.

Gambar 1.1 Diagram pompa sentrifugal

Persamaan umum untuk energy berdasarkan hukum pertama termodinamika


perunit massa dari fluida yang mengalir melalui volume control (dalam hal ini
pompa) untuk pompa incompressible fluid dideskripsikan sebagai berikut, yaitu :

𝒑 𝒗𝟐𝒐 𝒑 𝒗𝟐𝒊
𝑾𝑺 = ( 𝝆𝑶 + + 𝒈𝒛𝒐 ) − ( 𝝆𝒊 + + 𝒈𝒛𝒊 ) + 𝒍𝒐𝒔𝒔 (1.1)
𝟐 𝟐

Dimana WS (J/kg) adalah energy kerja pompa per kg fluida, po (Pa) adalah tekanan
pada sisi outlet, pi (Pa) adalah tekanan pada sisi inlet, vo (m/s) adalah kecepatan
rata-rata fluida pada sisi outlet, vi (m/s) adalah kecepatan rata-rata fluida pada sisi
inlet, 𝜌 (kg/m3) adalah massa jenis dari fluida, 𝑔 (m/s2) adalah percepatan gravitasi
dengan nilai 9,81 m/s2, z0 (m) adalah tinggi pada sisi outlet terhadap referensi, zi
(m) adalah tinggi pada sisi inlet terhadap referensi, dan loss adalah energy gesekan
yang berubah menjadi panas pada lingkungan atau menaikkan suhu fluida itu
sendiri selama proses perubahan energy kinetic ke energy tekanan.

Jika persamaan tersebut dibagi dengan 𝑔 (percepatan gravitasi), maka akan menjadi
seperti berikut.

𝒑 𝒗𝟐 𝒑 𝒗𝟐
𝒉𝒊 = (𝝆𝒈𝑶 + 𝟐𝒈𝒐 + 𝒈𝒛𝒐 ) − (𝝆𝒈𝒊 + 𝟐𝒈𝒊 + 𝒈𝒛𝒊 ) + 𝒉𝒍 (1.2)

𝒑 𝒗𝟐 𝒑 𝒗𝟐
𝒉𝒂 = 𝑯𝒐 − 𝑯𝒊 = (𝝆𝒈𝑶 + 𝟐𝒈𝒐 + 𝒈𝒛𝒐 ) − (𝝆𝒈𝒊 + 𝟐𝒈𝒊 + 𝒈𝒛𝒊 ) (1.3)

𝒉𝒊 = 𝒉𝒂 + 𝒉𝒍 (1.4)

Dimana ℎ𝑖 = WS/𝑔 (m) adalah head ideal, ℎ𝑎 (m) adalah head actual, 𝐻𝑜 (m) adalah
head outlet pompa, 𝐻𝑖 (m) adalah head inlet pompa, dan ℎ𝑙 (m) adalah head loss
pompa. Untuk apparatus ini, diameter pipa yang digunakan sama, sehingga kita
𝑣𝑜2 𝑣2
dapat asumsikan sebagai = 2𝑔𝑖 , sehingga untuk actual head dirumuskan sebagai
2𝑔

berikut.

𝒑 𝒑
𝒉𝒂 = 𝑯𝒐 − 𝑯𝒊 = (𝝆𝒐 + 𝒛𝒐 ) − (𝝆 𝒊 + 𝒛𝒊 ) (1.5)
𝒈 𝒈

Jika alat ukur tekanan pada inlet dan outlet mengukur besar head (h), dimana
𝑝
ℎ= , maka
𝜌𝑔

𝒉𝒂 = 𝑯𝒐 − 𝑯𝒊 = (𝒛𝒐 − 𝒛𝒊 ) + (𝒉𝒐 − 𝒉𝒊 ) (1.6)

Posisi vertical relatif dari inlet dan outlet direpresentasikan oleh (𝑧𝑜 − 𝑧𝑖 ). Tiap
pengukuran head berada pada posisi vertical relatif yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, posisi-posisi tersebut diambil relatif terhadap titik acuan, yaitu garis horizontal
tengah dari impeller pompa. Dan posisi tersebut memiliki factor koreksi
referensi/datum (ℎ𝑑 ) seperti berikut.
Gambar 1.2 Diagram contoh posisi datum head pompa

Sehingga posisi relatif vertical antara inlet dan outlet pompa dapat dihitung
sebagai berikut, yaitu :

𝑯𝒅 = (𝒛𝒐 − 𝒛𝒊 ) = 𝒉𝒅 (𝒐𝒖𝒕𝒍𝒆𝒕) − 𝒉𝒅 (𝒊𝒏𝒍𝒆𝒕) (1.7)

Sehingga head actual yang dihasilkan oleh pompa dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut.

𝒉𝒂 = 𝑯𝒅 + (𝒉𝒐 − 𝒉𝒊 ) (1.8)

Berikut adalah koreksi head jika garis tengah impeller digunakan sebagai
acuan/referensi, yaitu :

➢ Jarak datum ke permukaan tanah : 0,255 m


➢ Jarak datum ke pengukur manifold : 0,960 m
➢ Jarak datum ke pengukur head outlet pompa : 0,170 m
➢ Jarak datum ke pengukur head inlet pompa : 0,020 m
➢ Jarak datum ke inlet pompa bench : 0,350 m

Istilah umum yang dipakai untuk mengukur performa pompa antara lain adalah
debit (discharge/kapasitas) pompa, yaitu adalah jumlah volume fluida yang
dipompakan per unit waktu. Dengan rumus sebagai berikut.
𝑽 (𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆)
𝑸= (1.9)
𝒕 (𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖)

A.Pompa Tunggal

Cara terbaik untuk menggambarkan karakteristik pompa sentrifugal adalah


melalui grafik head terhadap debit, dan dapat dilihat seperti gambar 1.3 di bawah
ini. Semakin besar debit yang dipompakan, maka headnya semakin kecil.

Gambar 1.3 Kurva karakteristik head terhadap debit untuk pompa tunggal

B. Pompa Seri

Pompa juga dapat dikombinasikan dalam susunan seri untuk mendapatkan


kenaikan head pada debit yang sama dibandingkan dengan menggunakan satu
pompa, dapat dilihat dari gambar 1.4 dibawah ini.
Gambar 1.4 Kurva karakteristik head terhadap debit untuk pompa seri

C. Pompa Paralel

Pompa juga dapat dikombinasikan dalam susunan paralel untuk mendapatkan


kenaikan debit pada head yang sama dibandingkan dengan menggunakan satu
pompa. Dapat dilihat seperti gambar 1.5 berikut ini.

Gambar 1.5 Kurva karakteristik head terhadap debit untuk pompa paralel
2. METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Praktikum Mekanika Fluida II Modul III: Karakteristik
Pompa Serin dan Paralel adalah Hydraulic Bench, Seri/Parallel Pump, dan
Stopwatch. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Air.

2.2 Cara Kerja


Dipastikan bahwa konfigurasi pompa paralel sudah dilakukan dengan baik, lalu
katup pembuangan dibuka dan katup control aliran pada ditutup hydraulic bench.
Pada Hydraulic bench dinyalakan pompa. Katup manifold dibuka secara penuh dan
aliran mengalir dibiarkan hingga stabil. Beberapa data diambil dengan bukaan
katup kontrol manifold yang diatur. Pengukuran debit dilakukan untuk setiap head.
Head outlet diukur pada outlet manifold tangki pembuangan hydraulic bench,
sedangkan head inlet diukur pada inlet seri/parallel pump. Koreksi head harus
dilakukan. Untuk aliran di bawah 1.4 l/s, debit dapat diukur dengan stopwatch
kenaikan volumetric tank. Sedangkan jika aliran di atas 1.4 l/s, maka diperlukan
pengukuran secara orifice. Bola penyumbat dan beban dicopot dari tangki, dan pelat
orifice dipasang pada lubang pembuangan. Pada setiap penyetelan, aliran dibiarkan
menjadi stabil terlebih dahulu sebelum dilakukan pengukuran. Setelah stabil, nilai
dari skala atas dibaca pada hydraulic bench. Bacaan pada skala dapat digunakan
agar didapatkan debit sesuai dengan table 3.1
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil

NO Perlakuan Volume (L) Waktu (s) Ho (m) Hi (m) Hd (m) Debit (m³/s) Heat Total
1 1 10 13,63 18 -1 0,15 0,000734 19,15
2 1,5 10 7 13 -3 0,15 0,001429 16,15
3 2 10 6,24 10 -4,5 0,15 0,001603 14,65
4 2,5 15 7,71 7 -5,5 0,15 0,001946 12,65
5 3 15 7,47 6 -6,5 0,15 0,002008 12,65
6 3,5 15 7,38 5 -7 0,15 0,002033 12,15
Tabel 1.1 Pompa Tunggal
No Perlakuan Volume (L) Waktu (s) Hm(m) Hi (m) Hd (m) Debit (m³/s) Heat Total
1 1 10 13,38 14 -2 0,94 0,000747 16,94
2 1,5 10 8,12 10 -3 0,94 0,001232 13,94
3 2 10 6,5 7 -4 0,94 0,001538 11,94
4 2,5 10 5,46 4 -4,5 0,94 0,001832 9,44
5 3 10 5,24 2 -4,8 0,94 0,001908 7,74
6 3,5 10 4,86 1 -5 0,94 0,002058 6,94
Tabel 1.2 Pompa Pararel
No Perlakuan Volume (L) Waktu (s) Ho (m) Hi (m) Hd (m) Debit (m³/s) Heat Total
1 1 10 10,18 34 -1,587 0,17 0,000982 35,757
2 1,5 10 5,4 22 -5,481 0,17 0,001852 27,651
3 2 10 4,28 14 -8,875 0,17 0,002336 23,045
4 2,5 20 8,81 10 -8,359 0,17 0,002270 18,529
5 3 20 8,673 8 -8,636 0,17 0,002306 16,806
6 3,5 20 8,8467 10 -8,287 0,17 0,002261 18,457
Tabel 1.3 Pompa Seri Mod

Perhitungan Heat Total pompa tunggal


Ha = Hd + (Ho - Hi)
Ha = 0,15 + (18 - ( -1 ) )m ……………….(Perlakuan 1)
Ha = 19,15 m
Perhitungan Debit Pompa tunggal
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 10
Q= = 13,63 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟕𝟑𝟒 𝒎𝟐 /𝒔
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
Perhitungan Heat Total Pompa Pararel
Ha = Hd + (Hm – Hi)
Ha = 0,94 + (2 – ( -4,8 ) )m………………(Perlakuan 5)
Ha = 7,74 m
Perhitungan Debit Pompa Pararel
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 10
Q= = 5,24 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟏𝟗𝟎𝟖 𝒎𝟐 /𝒔
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

Perhitungan Heat Total Pompa Seri


Ha = Hd + (Ho – Hi)
Ha = 0,17 + (34 – (-1,587) )m…………(Perlakuan 1)
Ha = 35,757 m
Perhitungan Debit Pompa Seri
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 10
Q= = 10,18 = 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟗𝟖𝟐 𝒎𝟐 /𝒔
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
POMPA TUNGGAL H VS Q
25

19,15
20
16,15
HEAT TOTAL (H)

14,65
15 12,65
12,65
12,15

10

0
0,000000 0,000500 0,001000 0,001500 0,002000 0,002500
DEBIT (Q)

Grafik 1.1 hubungan antara heat total dengan debit pada pompa tunggal

40
POMPA TUNGGAL DAN SERI
35,757
35

30 27,651

25 23,045
HEAT TOTAL (H)

19,15 Pompa
20 18,529
18,457 Tunggal
16,15 16,806
14,65
15 12,65
12,65
12,15 Pompa Seri

10

0
0,000000 0,000500 0,001000 0,001500 0,002000 0,002500
DEBIT (Q)
Grafik 1.2 Hubungan antara heat total dengan debit pada pompa tunggal dan seri
25
POMPA TUNGGAL DAN PARAREL

20 19,15

16,94
16,15
14,65 Pompa
15 13,94
HEAT TOTAL

12,65
12,65 Tunggal
11,94 12,15

9,44 Pompa
10 Paralel
7,74
6,94

0
0,000000 0,000500 0,001000 0,001500 0,002000 0,002500
DEBIT

Grafik 1.3 Hubungan antara heat total dengan debit pada pompa tunggal dan
pararel

Gambar 1.6 Rangkaian Pompa Tunggal


Gambar 1.7 Rangkaian Pompa Seri

Gambar 1.8 Rangkaian Pompa Pararel


3.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan grafik hubungan antara head total (Ha) dan debit (Q) kita
mendapatkan karakteristik yang berbeda terkait dengan performa pompa yang
disusun secara paralel maupun seri. Pada saat instalasi pompa yang disusun
secara paralel menghasilkan fluida dengan kapasitas yang tinggi namun head
total yang diperoleh rendah. Sedangkan pada pompa yang disusun seri
mendapatkan hasil fluida dengan nilai head total yang sangat tinggi dengan
kapasitas fluida yang rendah. Sehingga, pemilihan kedua jenis pompa tersebut
harus disesuaikan dengan kebutuhan karena keduanya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing.

Pada instalasi pompa paralel semakin besar bukaan pada katup kontrol
manifold mengakibatkan semakin kecilnya head inlet yang terjadi pada laju
aliran. Hal ini dibuktikan melalui pengaruh head inlet terhadap 6 perlakuan yang
berbeda dengan volume dan nilai Hkonstan. Sehingga, head total (Ha) yang
dihasilkan oleh instalasi pompa yang disusun secara paralel semakin kecil, akan
tetapi debit (Q) aliran yang dihasilkan oleh pompa tersebut semakin besar.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan terhadap nilai head total pada
instalasi pompa tunggal dan pompa paralel,diperoleh nilai perbandingan nilai
(Ha) yang semakin membesar seiring dengan besarnya nilai debit (Q) yang
dihasilkan. Akan tetapi pada perlakuan 1 besar bukaan pada katup manifold pada
intalasi pompa tunggal maupun pompa paralel, seharusnya memiliki nilai head
total (Ha) yang sama besar Hal ini, dapat disebabkan oleh kurangnya ketelitian
dalam melakukan kalibrasi instalasi pompa dan ketidak stabilan laju aliran pada
saat katup manifold pertama kali dibuka.
4. KESIMPULAN

Dalam memilih instalasi pompa sentrifugal adalah harus sesuai dengan apa yang
dibutuhkan. Karena, setiap instalasi pompa sentrifugal memiliki keunggulan dan
kekurangan masing-masing.Instalasi pompa yang disusun secara paralel
berkarakeristik untuk memperoleh fluida dengan kapasitas yang tinggi namun
head total yang diperoleh rendah. Sedangkan instalasi pompa yang disusun
secara seri memiliki karakteristik untuk memperoleh fluida dengan nilai head
total yang sangat tinggi dengan kapasitas fluida yang rendah. pada instalasi
pompa paralel semakin besar bukaan pada katup kontrol manifold
mengakibatkan semakin kecilnya head inlet yang terjadi pada laju aliran.
Sehingga, head total (Ha) yang dihasilkan oleh instalasi pompa yang disusun
secara paralel semakin kecil, akan tetapi debit (Q) aliran yang dihasilkan oleh
pompa tersebut semakin besar. Nilai head total pada instalasi pompa tunggal dan
pompa paralel, memiliki perbandingan nilai (Ha) yang semakin membesar
seiring dengan besarnya nilai debit (Q) yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

• Byan, E. W., Kinanti, Ditasya P., Krusdianto, Rudi. 2018. Modul


Praktikum Mekanika Fluida II 2018/2019. Jakarta.

• T.G. Hicks, T.W. Edwards. 1996. Teknologi Pemakaian Pompa. Erlangga:


Jakarta

• Tahara, Haruo diterjemahkan Sularso. 2003. Pompa & Kompresor.


PT.Pradnya Paramita: Jakarta.

• Qodir M.Abdul, 2008, Aplikasi Hukum Bernoulli Pada Berbagai Aliran


Dengan Diameter Pipa 20 mm,Searang : Undip.

• Cengel,Y.A,.& Cimbala,J.M.2018. Fluid mechanics : Fundamental and


applications, 4th Edition. New York: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai