Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM MEKANIKA

FLUIDA I 2019/2020

MODUL 2

Kedalaman Kritis Pada Saluran Terbuka

KELOMPOK 9

Nama : FIDELIS TOLTORAT

NIM : 102217015

Kelas : ME 2017

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PERTAMINA
2019
PERTUMBUHAN LAPISAN BATAS (BOUNDARY LAYER) PADA PIPA

Fidelis Tolutorat*, Tito Laksana*, Ahmad I Khoirudin*, Ibnu Muarief*, Argha S*


Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Indstri, Universitas Pertamina
*Corresponding author : ftolutoratfidelis@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan pada hari jumat 25 Oktober 2015 di laboratorium Mekanika Fluida
Universitas Pertamina. Percobaan dilakukan sebagai bentuk penelitian aliran dalam saluran
terbuka. Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk menentukan kedalaman kritis dan energi
spesifikasi dari aliran pada wadah yang disediakan. Metode yang kami lakukan yaitu
melakukan perhitungan dengan persamaan energi spesifik dengan hokum bernouli dan
menentukan jenis aliran dengan persamaan Froud Number. Nilai Froud Number yang kami
dapatkan lebih besar dari 1 yaitu 3.29 yang menunjukkan tipe aliran super kritis dengan laju
aliran cepat. Pengaruh dari debit dengan nilai kedalaman kritis adalah semakin besar nilai debit
maka nilai Yc juga semakin besar. Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil yang didapat
adalah proses penentuan ketinggian Yx pada saat percobaan berlangsung.

Kata Kunci : Bernoulli, saluran terbuka, kedalaman kritis, energi spesifik, Froud Number

ABSTRACT

An experiment was carried out on Friday 25 October 2015 in the Laboratory of Fluid
Mechanics at the Universitas Pertamina. The experiment was conducted as a form of flow
research in an open channel. The experiments carried out to determine the critical depth and
energy specifications of the flow in the container provided. Our method is to calculate the
specific energy equation with Bernoulli and determine the type of flow with the Froud Number
equation. Our Froud Number value is greater than 1 which is 3.29, which shows the type of
super critical flow with a fast flow rate. The effect of discharge with critical depth value is the
greater the discharge value, the greater the value of Yc. Another factor that can affect the
results obtained is the process of determining the height of Yx during the experiment.

Keywords: Bernoulli, open channel, critical depth, specific energy, Froud Number
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saluran adalah saluran dimana air mengalir dengan muka air bebas. Pada semua titik
disepanjang saluran, tekanan dipermukaan air adalah sama. Pada saluran terbuka, misalnya
sungai (saluran alam), Parameter saluran sangat tidak teratur baik terhadap ruang dan waktu.
Parameter tersebut adalah tampang lintang saluran, kekasaran, kemiringan dasar, belokan,
pembendungan, debit aliran dan sebagainya.

Dalam fenomena saluran terbuka tedapat konsep energi spesifik dan kedalaman kritis.
Fenomena ini tentu tidak dapat dipahami hanya dengan edukasi secara teori. Oleh karena itu
untuk semakin memperdalam pemahaman akan fenomena tersebut dilakukan praktikum yang
berjudul “Kedalaman Kritis Pada Saluran Terbuka” serta penjelasan mengenai fenomena
tersebut dan sudah tertera pada laporan ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakanng dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana menentukan posisi kedalam kritis pada aliran


1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari praktikum kali ini adalah

1. Mahasiswa dapat memahami konsep energy spesifik untuk aliran pada saluran.
2. Mahasiswa dapat menentukan kedalaman kritis dan faktor yang mempengaruhinya.
1.4 Teori Dasar

Saluran terbuka adalah saluran dimana air mengalir dengan muka air bebas. Pada semua titik
disepanjang saluran, tekanan dipermukaan air adalah sama. Pada saluran terbuka, misalnya
sungai (saluran alam), Parameter saluran sangat tidak teratur baik terhadap ruang dan waktu.
Parameter tersebut adalah tampang lintang saluran, kekasaran, kemiringan dasar, belokan,
pembendungan, debit aliran dan sebagainya.
Gambar 1.1 Aliran Saluran Terbuka

Tekanan yang ditimbulkan pada aliran ditunjukkan berdasarkan kolom air dengan ketinggian
y. Jumlah energi dalam aliran di penampang berdasarkan suatu garis persamaan adalah jumlah
tinggi tempat z diukur dari garis tengah, tinggi tekan y dan tinggi kecepatan V2/2g dimana V
sebagai kecepatan aliran rata rata. Energi ini dinyatakan dalam suatu garis derajat enegi atau
disingkat dengan garis energi.

Energi yang terdapat pada saluran terbuka dinyatakan dalam persamaan enegi atau disebut
dengan persamaan bernouli.

𝑉12 𝑉22
𝑍1 + 𝑦1 + = 𝑍2 + 𝑦2 + + ℎ𝑓……………………………………………….…1.1
2𝑔 2𝑔

(Rachman,2009)

Aliran dalam saluran terbuka dikatakan tunak (steady) bila kedalaman aliran tidak
berubah atau dianggap konstan selama selang waktu tertentu. Aliran dikatakan tak tunak
(unsteady) bila kedalamannya berubah sesuai dengan waktu. Sebagian besar persoalan
tentang saluran terbuka, umumnya hanya memerlukan penelitian mengenai perilakualiran
dalam keadaan tunak. Debit Q pada suatu penampang saluran untuk sembarang aliran
dinyatakan denganpersamaan :

𝑄 = 𝐴𝑉…………………………………………………………………………………..1.2
Penampang saluran alam umumnya sangat tidak beraturan, biasanya bervariasi dari
bentuk seperti parabola sampai trapesium. Istilah penampang saluran (channel section)
adalah tegak lurus terhadap arah aliran, sedangkan penampang vertikal saluran (vertical
channel section) adalah penampang vertikal melalui titik terbawah atau terendah dari
penampang. Oleh sebab itu pada saluran mendatar penampangnya selalu merupakan
penampang vertikal.

Gambar 1.2 Penampang Saluran Vertikal

(Jhonson, Harianja, 2007)

Gambar 1.2 Grafik energi spesifik

Besarnya energi spesifik dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑉2
𝐸 = 2𝑔 + 𝑌…………………………………………………………………………………1.3

Dengan E adalah energi spesifik.

Bersamaan dengan Q= AV, maka rumus enegi spesifik menjadi :

𝑄2
𝐸 = 2𝑔𝐴2 + 𝑌……………………………………………………………………………….1.4

(VenTe Chow,1959 dalam Robert,J.K., 2002)


Aliran dikatakan kritis apabila bilangan Froude (F) sama dengan satu (1), sedangkan aliran
disebut subkritis atau kadang-kadang dinamakan aliran tenang (trianguil flow) apabila F < 1
dan disebut superkritis atau aliran cepat (rapid flow) apabila F > 1. Perbandingan kecepatan
aliran dengan gaya grafitasi (per satuan volume) dikenal sebagai bilangan Froude dan dapat
dirumuskan sebagai berikut ( Rangga Raju, 1981) :

𝑉
𝐹𝑟 = ……………………………………………………………………………………..1.5
√𝑔𝑦

Dimana Fr = Froude Number, V adalah kecepatan dan y adalah kedalaman aliran.

BAB 2
METODE PENELITIAN

2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada saat praktikum adalah Hydraulic Bench, Hydraulic Flow
Demonstrator dan Stopwsatch. Sedangkan bahan yang digunakan adalah fluida air.

2.2 Metode dan Langkah Kerja

Metode dan langkah kerja yang dilakukann pada praktikum adalah dengan memastikna ketiga
pitot tube berada dalam posisi yang diinginkan, kemudian ketinggian manometer dipastikan
ssama dengan ketinggian air yang masuk pada hydraulic flow demonstrator. Pompa pada
hydraulic bench dinyalakan dan katub pengontrol dibuka sesuai dengan kebutuhan air.
Kemudian katup pegontrol aliran keluar dan masuk pada hydraulic flow demonstrator secara
bertahap ntuk menjaga tingkat kedalaman air pada saluran. Katup keluaran dibuka secara
bertahap hingga terbuka secara penuh. Kemudian ketinggian dipastikan seragam, dengan
katup keluaran terbuka penuh dan bendungan keluar pada posisi terendahnya dan dasar kanal
sebagai referensi pengukuran. Ketinggian bendungan masuk disesuaikan sehingga ketinggian
bukaannya 10 mm diatas dasar kanal. Secara bertahap, katup aliran control dibuka dan air
dialirkan hingga ketinggian yo=150 mm yang diukur dengan skala kedalaman hulu Dengan
y0 pada posisi tersebut, debit aliran diukur menggunakan flowmeter dengan stopwatch. Y1 di
ukur dan di rekam menggunakan skala ketinggian hilir.
BAB 3
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Percobaan


Tabel 3.1 Data kelompok 6

No Yg(m) Y0(m) Y1(m) Q(


𝑚3
) A0𝑚2 A1𝑚2 V0(m/s) V1(m/s)
𝑠

1 0.02 0.15 0.013 0.001522 0.011252 0.000975 0.135 1.5610


2 0.02 0.15 0.013 0.001493 0.011252 0.000975 0.132 1.5308
3 0.02 0.15 0.014 0.001412 0.011252 0.00105 0.1255 1.3451

E0(m) E1(m) YC(m) E min(m) Fr


0.150933 0.1372 0.03475 0.0521 4.371
0.150807 0.1324 0.03430 0.0514 4.286
0.150803 0.1062 0.03306 0.04959 3.629

Table 3.2 Data kelompok 7

No Yg(m) Y0(m) Y1(m) Q


𝑚3 A0(𝑚2 ) A1𝑚2 V0(m/s) V1(m/s)
𝑠

1 0.01 0.15 0.005 0.000727 0.011252 0.000375 0.0645 1.9378


2 0.01 0.15 0.005 0.000745 0.011252 0.000375 0.0661 1.9856
3 0.01 0.15 0.007 0.000752 0.011252 0.000525 0.0668 1.4321

E0(m) E1(m) YC(m) E min(m) Fr


0.150213 0.1964 0.0212 0.0318 8,75
0.150223 0.2059 0.0215 0.0323 8.96
0.150228 0.1115 0.0217 0.0325 5.43
Table 3.3 Data kelompok 8

No Yg(m) Y0(m) Y1(m) Q


𝑚3 A0𝑚2 A1𝑚2 V0(m/s) V1(m/s)
𝑠

1 0.015 0.15 0.01 0.00123 0.011252 0.00075 0.1096 1.644


2 0.015 0.15 0.01 0.00121 0.011252 0.00075 0.1076 1.614
3 0.015 0.15 0.01 0.00120 0.011252 0.00075 0.1074 1.612

E0(m) E1(m) YC(m) E min(m) Fr


0.15061 0.1477 0.03020 0.04530 5.24
0.15059 0.1428 0.02983 0.04475 5.15
0.15058 0.1424 0.02981 0.04471 5.14

Table 3.4 Data kelompok 9

No Yg(m) Y0(m) Y1(m) Q


𝑚3 A0𝑚2 A1𝑚2 V0(m/s) V1(m/s)
𝑠

1 0.03 0.15 0.017 0.00174 0.011252 0.001275 0.154 1.36


2 0.03 0.15 0.017 0.00183 0.011252 0.001275 0.163 1.43
3 0.03 0.15 0.018 0.00170 0.011252 0.00135 0.151 1.26

E0(m) E1(m) YC(m) E min Fr


0.1512 0.1119 0.038 0.057 3.34
0.1513 0.1225 0.039 0.059 3.52
0.1511 0.0997 0.037 0.056 3.01

Table 3.5 Data kelompok 10

No Yg(m) Y0(m) Y1(m) Q


𝑚3 A0𝑚2 A1𝑚2 V0(m/s) V1(m/s)
𝑠

1 0.025 0.15 0.02 0.001808 0.011252 0.0015 0.1607 1.205


2 0.025 0.15 0.02 0.001664 0.011252 0.0015 0.1479 1.109
3 0.025 0.15 0..019 0.001603 0.011252 0.00142 0.1426 1.124
E0 E1 YC E min Fr
0.1513 0.094 0.038 0.058 2.72
0.1511 0.082 0.036 0.055 2.5
0.1510 0.084 0.035 0.053 2.6

Tabel 3.6 Yc rata rata dan Q

Yc rata rata (m) 𝑚3


Q rata rata ( )
𝑠

0.02151 0.000741
0.029951 0.001218
0.034042 0.001476
0.03728 0.001692
0.03839 0.001712

3.2 Pengolahan Data

3.2.1 Perhitungan
𝑚
Diketahui g = 9.81 𝑠2 dan b = 7.5 cm

 Area
𝐴0 = 𝑏𝑦0 = 0.075𝑚 × 0.15𝑚 = 0.01125 𝑚2
𝐴1 = 𝑏𝑦1 = 0.075𝑚 × 0.017𝑚 = 0.001275 𝑚2
 Debit Aliran

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 0.01𝑚3 𝑚3
𝑄= = = 0.001741
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 5.745 𝑠 𝑠

 Kecepatan aliran
𝑚3
𝑄 0.001741 𝑠 𝑚
𝑉0 = = = 0.154724
𝐴0 0.01125 𝑚2 𝑠
𝑚3
𝑄 0.001741
𝑉1 = = 𝑠 = 1.3652 𝑚
𝐴1 0.001275 𝑚2 𝑠
 Energi

𝑚
𝑣0^2 (0.154724 𝑠 )2
𝐸0 = 𝑌0 + = 0.15 𝑚 + = 0.5122 𝑚
2𝑔 2 × 9.81 𝑚/𝑠 2

𝑚
𝑣12 (0.1.3652 𝑠 )2
𝐸1 = 𝑌1 + = 0.017 𝑚 + = 0.111995 𝑚
2𝑔 2 × 9.81 𝑚/𝑠 2

 Yc

𝑚3
𝑄 0.001741 𝑠 0.02309𝑚2
𝑞= = =
𝑏 0.075 𝑚 𝑠

1
22 3
1 0.02309𝑚
𝑞2 3 𝑠
𝑌𝑐 = ( ) = ( 𝑚 ) = 0.038008 𝑚
𝑔 9.81 2
𝑠

 E min

3 3
𝐸 𝑚𝑖𝑛 = 𝑌𝑐 = 0.038008 𝑚 = 0.05701215 𝑚
2 2

 Froude Number

𝑚
𝑉1 1.3652 𝑠
𝐹𝑟 = = = 3.343034
√𝑔𝑌1 √9.81𝑚/𝑠 2 × 0.017 𝑚

 Q rata rata dan Yc rata rata


𝑄 1 + 𝑄2 + 𝑄3 𝑚3
𝑄 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 0.000741 )
3 𝑠
𝑌𝑐1 + 𝑌𝑐2 + 𝑌𝑐3
𝑌𝑐 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 0.02151 m
3
3.2.2 Analisa Percobaan

1. Analisa Yc dan Q

Grafik Yc rata rata dan Q rata rata


0.05

0.04

0.03
Yc

0.02

0.01

0
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002
Q

Gambar 3.1 Grafik Yc rata rata dan Q rata rata

Kedalaman kritis dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu debit aliran, percepatan gravitasi,
kecepatan aliran dan luas area yang dilalui oleh aliran. Pada saat melakukan percobaan, debit
aliran dipengaruhi oleh volume dan waktu yang diperlukan. Pengaruh dari debit aliran terhadap
kedalaman kritis atau Yc adalah ketika debit aliran semakin besar nilainya maka lokasi dari
titik kritis juga akan naik atau nilainya semakin besar. Hal ini dapat diamati pada grafik Yc dan
Q dimana Yc dan Q nilainya berbanding lurus, semakin besar debit aliran maka semakin besar
nilai atau semakin tinggi posisi kedalaman kritisnya.

2. Analisa kurva energi spesifik

Kurva Energi Spesifik


0.042
0.041
0.04
0.039
Titik C (Posisi Yc rata rata)
Y

0.038
0.037
0.036
0.035
0.05745 0.0575 0.05755 0.0576 0.05765 0.0577 0.05775
E
Gambar 3.2 Kurva Energi Spesifik

No Y E
1 0.03589 0.0578
2 0.03629 0.0577
3 0.03659 0.0576
4 0.03689 0.0575
5 0.03789 0.0574
6 0.03879 0.05745
7 0.03979 0.0575
8 0.04009 0.0576
9 0.04049 0.0577
10 0.04099 0.0578
Tabel 3.7 Sample hasil perhitungan Y dan E

Hasil dari perhitungan Ec dengan referensi Yc rata rata sebagai acuan dari perhitungan jika
dibentuk dalam bentk grafik maka akan didapat seperti pada gambar 3.2 yang merupakan
gambar dari kurva energi spesifik. Hasilnya pada titik C energi spesifik berada pada nilai
minimum dengan satu kedalaman yang disebut dengan Yc atau kedalaman kritis. Berdasarkan
data percobaan, terdapat beberapa titik dimana nilai dari y yang berbeda namn memiliki nilai
energi yang sama hal ini dipengaruhi oleh besarnya debit pada aliran. Aliran yang berada di
atas posisi Yc memiliki aliran yang lebih lambat dan disebut aliran sub kritis dan aliran yang
lebih dalam dari Yc memiliki aliran lebih cepat disebut dengan aliran super kritis, hal ini dapat
dibuktikan dengan hubungan antara Yc dengan Q yang berbanding lurus. Ketika debit aliran
besar maka kecepatan aliran juga semakin besar.
3. Pengaruh kemiringan saluran terhadap kedalaman kritis (Yc)

Gar
is E
nerg
. V² i
2g kem
iring
an =
Muk Sf =
a ai S
y r

Das w sin  Garis Energi


ar S w A
alur kemiringan = Sf = S
z an
K V² P L

Garis Energi P
L
kemiringan = Sf = S

Bidang Persamaan

Gambar 3.3 Energi pada saluran

Jika tidak ada kemiringan pada saluran maka nilai dari energi spesifik yang didapat adalah
𝑉2
dari persamaan bernouli yaitu 𝐸 = 2𝑔 + 𝑌, dimana disana tidak ada perbedaan antara

ketinggian aliran masuk dan keluar. Jika terdapat kemiringan, maka nilai dari energi
spesifik akan terdapat perubahan dimana akan didapat komponen slope friction akibat
kemiringan saluran tersebut dan persamaan nya akan menjadi

𝑣12 𝑣22
𝑦1 + + 𝑆0𝑙 = 𝑦2 + + 𝑠𝑓𝑙………………………………………………………3.1
2𝑔 2𝑔

Dimana So adalah slope pada penampang bawah dan Sf adalah slope pada penampang atas
atau biasa disebut slope energi. Slope energi dipengaruhi oleh besarnya head loss terhadap
panjangnya saluran. Ketika saluran dimiringkan maka, aliran akan melaju lebih cepat yang
mengakibatkan jarak Froude number juga semakin besar. Ketika kecepatan aliran
meningkat maka debit aliran juga semakin besar dan nilai dari Yc juga semakin besar sesuai
dengan gambar 3.1.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kedalaman dan kecepatan aliran pada sepanjang saluran terbuka beradaptasi berdasarkan
energi yang tersedia pada posisi tersebut. Pada percobaan ini, berdasarkan data percobaan
didapatkan nilai dari Froude number rata rata sebesar 3.2934 dengan debit aliran rata rata (Q)
sebesar 0.001762 m3/s dan kedalaman kritis rata rata (Yc) sebesar 0.0383 m. Berdasarkan nilai
Froude Number yang didapat Fr>1 maka tipe aliran disebut aliran superkritis yang dalam artian
aliran mengalir dengan cepat.

Kedalaman kritis dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu debit aliran, percepatan gravitasi,
kecepatan aliran dan luas area yang dilalui oleh aliran. Pengaruh dari debit aliran terhadap
kedalaman kritis atau Yc adalah ketika debit aliran semakin besar nilainya maka lokasi dari
titik kritis juga akan naik atau nilainya semakin besar. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
hasil yang didapat adalah proses penentuan ketinggian Yx pada saat percobaan berlangsung

4.2 Saran

Sebaiknya pada saat praktikum disediakan alat yang lebih presisi untuk melakukan pengukuran
ketinggian Yx pada saat melakukan percobaan.
REFERENSI

1. Munson, Bruce et all. 2004. Mekanika Fluida Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
2. Wahyu, Byan E. 2019. Modul Praktikum Mekanika Fluida 2. Jakarta : Universitas
Pertamina.
3. Johnson, Harianja.2007. Tinjauan Energi Spesifik Akibat Penyempitan Saluran
Terbuka. (sumber : http://e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/11205.pdf diakses pada 30
Oktober 2019)
4. Rachman.2007. Tinjauan Pustaka Saluran Terbuka. ( Sumber :
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-2-00431-SP%20Bab%202.pdf
diakses pada 30 Oktober 2019)
LAMPIRAN

Gambar 6.2 Hydraulic Bench Gambar 6.3 Stopwatch

Gambar 6.4 Hydraulic Flow Demontrator


Gambar 6.5 Lembar Kerja Praktikum Kelompok 9

Anda mungkin juga menyukai