Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA


MODUL
KEDALAMAN KRITIS PADA OPEN CHANNEL
FLOW
Kelompok :8

Nama Mahasiswa/NIM : Muhamad Humam Al Fariq/104221013

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR


PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS PERTAMINA
2022/2023
KEDALAMAN KRITIS PADA OPEN CHANNEL FLOW
Muhamad Humam Al 𝐹𝑎𝑟𝑖𝑞1, Ni Made Pravda Cahyaning Devi2, Chelsy Asmaul Husna3
1
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Perencanaan Infrastruktur,
Universitas Pertamina
*Corresponding author : muhamadhumamalfariq@gmail.com

abstrak : Aliran dalam saluran terbuka dapat kita temukan di lingkungan sekitar kita, baik
buatan maupun alami. Saluran terbuka memiliki kecenderungan bagian aliran terbuka
sehingga tekanan yang bekerja adalah tekanan udara bukan tekanan pengukur. Contoh
saluran terbuka adalah drainase, selokan, sungai, dll. Praktikum ini akan mempelajari
bagaimana pengaruh kedalaman kritis terhadap laju aliran dan kecepatan aliran. Saluran
mekanis terbuka lebih sulit daripada saluran mekanis tertutup. Dalam saluran terbuka
terdapat permukaan bebas ditambah kekasaran permukaan penampang yang tidak konstan.
Kemudian ada peran fluida lain yaitu fluida gas pada saluran terbuka. Kepadatan yang
berbeda dari cairan cair dan gas membuat saluran terbuka mekanis sulit untuk diprediksi.
Hasil pertama Yc atau kedalaman kritis pada praktikum ini adalah 0,026267 m untuk
perlakuan 1 dan 0,032164 m untuk perlakuan 2. Hasil debit kedua pada perlakuan 1 dan 2
berturut-turut adalah 0,001 m^3/s dan 0,00135 m^3/s. Hasil ketiga untuk kecepatan pada
perlakuan 1 dan 2 dengan nilai terendah berturut-turut 0,381 m/s dan 0,452 m/s, sedangkan
untuk kecepatan tertinggi pada perlakuan 1 dan 2 yaitu 0,833 m/s dan 0,860 m/s. Data
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.6 dan 1.8 di atas..

Kata Kunci : Debit, Saluran Terbuka, Aliran, Kedalaman Kritis, Kecepatan.

Abstract: Flow in open channels can be found in the environment around us, both
artificial and natural. An open channel has a tendency for the flow section to be
open so that the acting pressure is air pressure not gauge pressure. Examples of
open channels are drainage, ditches, rivers, etc. This practicum will study how the
influence of critical depth on the flow rate and the speed of the flow. Open
mechanical channels are more difficult than closed mechanical channels. In an
open channel there is a free surface plus an inconstant cross-sectional surface
roughness. Then there is the role of other fluids, namely gas fluids in open
channels. The different densities of liquid and gaseous fluids make the mechanical
open passage difficult to predict. The first results for Yc or critical depth in this
practicum are 0.026267 m for treatment 1 and 0.032164 m for treatment 2.
The second results for discharge in treatments 1 and 2 were 0.001 m^3/s and
0.00135 m^3/s respectively.
The third result is for speed in treatments 1 and 2 with the lowest values
respectively 0.381m/s and 0.452 m/s, while for the highest speeds in treatments 1
and 2 are 0.833 m/s and 0.860 m/s. Complete data can be seen in Tables 1.6 and
1.8 above.

Keywords: Flow Rate, Open Channel, Flow, Critical Depth, Velocity.


PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Aliran pada saluran terbuka banyak ditemukan di lingkungan
sekitar kita baik itu buatan maupun alami. Saluran terbuka
memiliki kecenderungan penampang aliran yang terbuka
sehingga tekanan yang berperan adalah tekanan udara bukan
tekanan gauge. Contoh dari saluran terbuka ialah seperti
drainase, parit, sungai, dll. Praktikum kali ini akan mempelajari
bagaimana pengaruh kedalaman kritis terhadap laju aliran serta
kecepatan dari aliran tersebut. Mekanika saluran terbuka
cenderung lebih sulit ketimbang mekanika saluran tertutup.
Pada saluran terbuka terdapat permukaan bebas ditambah lagi
kekasaran permukaan penampang yang tidak konstan.
Kemudian ada peranan fluida lain yaitu fluida gas pada saluran
terbuka. Keraopatan yang berbeda dari fluida cair dan fluida gas
membuat mekanika saluran terbuka sulit diprediksi.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana cara menentukan kedalaman kritis pada saluran
terbuka menggunakan rumus?
2. Berapa debit aliran yang dihasilkan oleh aliran
menggunakan rasio antara volume dengan waktu?
3. Bagaimana cara menentukan kecepatan aliran yang mengalir
pada Hydraulic Flow Demonstrator?
III. TUJUAN
1. Menentukan kedalaman kritis pada saluran terbuka
menggunakan rumus.
2. Menentukan debit aliran yang dihasilkan oleh aliran
menggunakan rasio antara volume dengan waktu.
3. Menentukan kecepatan aliran yang mengalir pada Hydraulic
Flow Demonstrator.

IV. TEORI DASAR

Saluran Terbuka

Saluran terbuka adalah saluran yang mengalirkan air di atas


permukaan terbuka. Dasar sungai terbuka dibagi menjadi dua
jenis menurut asalnya, yaitu dasar sungai alami dan dasar sungai
buatan. Energi spesifik adalah energi di setiap bagian yang
diukur dari dasar saluran. Aliran pada saluran terbuka
merupakan aliran permukaan bebas. Permukaan bebas adalah
transisi antara dua cairan dengan kepadatan berbeda ρ (densitas).
Geometri saluran atau penampang (channel section) tegak lurus
dengan arah aliran (Muhammad Yunus ali, 2018).

Energi Spesifik

Energi spesifik ialah energi per satuan berat air yang diukur di
beberapa bagian dasar saluran atau bisa juga disebut sebagai
tinggi tenaga di sembarang tampang yang diukur dari dasar
saluran (G.S., 2014). Besarnya energi spesifik dapat dirumuskan
sebagai berikut :
𝑣2
𝐸𝑠 = ℎ +
2𝑔

Kedalaman Kritis

Kedalaman kritis adalah kedalaman air yang menjadi


penyebab terjadinya aliran kritis. Terjadi atau tidaknya
penampang kritis (penampang saat aliran dalam kondisi kritis)
saat penyempitan penampang, itu semua bergantung pada
besarnya perbandingan antara energi aliran normal dengan
energi aliran kritis. Penyempitan saluran merupakan salah satu
kejadian yang kerap kali dijumpai pada saluran terbuka. Suatu
penyempitan yang terjadi pada saluran terbuka, terdiri atas area
penyempitan penampang lintang saluran secara spontan.
Pengaruh penyempitan bergantung kepada geometri (bentuk
fisik) bagian lengkungan masuk penyempitan, kecepatan aliran
dan keadaan aliran tersebut (Harianja, 2007).

Gambar 1.1 Macam-macam penampang pada saluran terbuka


METODE PENELITIAN
I. ALAT DAN BAHAN
Pada percobaan kali ini kita akan menggunakan alat-alat dan
bahan sebagai berikut ini : Hydraulic Flow Demonstrator,
Hydraulic Bench, stopwatch, gelas ukur, selanng air, air keran.
II. METODE DAN LANGKAH KERJA
Langkah pertama yang dilakukan dalam praktikum ini ialah
dengan dipastikan bahwa alat sudah dalam keadaan horizontal dan
ketiga pitot berada dalam kondisi yang diinginkan. Kedua,
ketinggian manometer dipastikan sama dengan air yang masuk pada
apparatus. Ketiga, Katup keluaran pada apparatus dibuka secara
pennuh, hydraulic bench dinyalakan. Kemudian katup kontrol
dibuka agar aliran masuk pada apparatus serta katup kontrol outlet
dibuka perlahan agar tingkat kedalaman air dapat dipertahankan.
Keempat, Adjustable underest ditempatkan pada flume secara
vertical dengan tepi bawahnya 10 mm di atas dasar flume (10mm),
Y0 pada ketinggian ini diukur dan direkam Q menggunakan flow
meter dibaca langsung atau digunakannya tangki volumentric
dengan stopwatch. Tidak lupa untuk Y1 diukur dan dicatat dengan
skala tingkat hilir. Kelima, Pintu air diangakat dengan penambahan
2.5 mm mencapai Yg = 30 mm, hingga tingkat hulu dan hilir stabil,
kedalaman aliran Y0 dan Y1 diukur dan dicatat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


I. HASIL

Gambar 1.1 Aliran sedang mengalir pada hydraulic flow


demonstrator
Gambar 1.2 Pembukaan Y gate pada ketinggian 40 mm

Tabel 1.3 Nilai debit yang didapat dari volume per satuan waktu perlakuan pertama

Y2 Y1 Y gate B V t Q g
0.015 0.035 0.15 0.075 0.005 5 0.001 9.81

Tabel. 1.4 Nilai Yc perlakuan pertama terhadap rasio antara debit dengan
gravitasi

Q q Yc E
0.001 0.013333 0.026267 0.0394

Tabel 1.5 Nilai debit yang didapat dari volume per satuan waktu perlakuan kedua
Y2 Y1 Y gate B V t Q g
0.02 0.04 0.15 0.075 0.005 3.69 0.001355 9.81

Tabel 1.6 Nilai Yc perlakuan kedua terhadap rasio antara debit dengan gravitasi

Q q Yc E
0.001355 0.018067 0.032164 0.048245

Tabel 1.5 Grafik hubungan antara Yc dengan Q (debit)

Yc terhadap Q
0.035

0.03

0.025

0.02

0.015

0.01

0.005

0
0 0.0002 0.0004 0.0006 0.0008 0.001 0.0012 0.0014 0.0016

Tabel 1.6 Perlakuan pertama pada ketinggian perdana 35 mm dengan selisih 1 mm


pada tiap Y
Y (m) A (m^2) v (m/s) Es (m)
0.035 0.002625 0.381 0.746837
0.034 0.002550 0.392 0.788325
0.033 0.002475 0.404 0.833735
0.032 0.002400 0.417 0.883563
0.031 0.002325 0.430 0.938388
0.030 0.002250 0.444 0.998889
0.029 0.002175 0.460 1.065861
0.028 0.002100 0.476 1.140245
0.027 0.002025 0.494 1.223159
0.026 0.001950 0.513 1.315941
0.025 0.001875 0.533 1.4202
0.024 0.001800 0.556 1.537889
0.023 0.001725 0.580 1.671393
0.022 0.001650 0.606 1.823653
0.021 0.001575 0.635 1.998324
0.020 0.001500 0.667 2.2
0.019 0.001425 0.702 2.434512
0.018 0.001350 0.741 2.709358
0.017 0.001275 0.784 3.034301
0.016 0.001200 0.833 3.42225

Grafik 1.7 Perlakuan pertama Y (m) dengan Energi spesifiknya

Grafik Y terhadap Es Perlakuan 1


0.040

0.035

0.030

0.025

0.020

0.015

0.010

0.005

0.000
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

Tabel 1.8 Perlakuan Kedua pada ketinggian perdana 40 mm dengan selisih 1 mm


pada tiap Y
Y (m) A (m^2) v (m/s) Es (m)
0.040 0.003000 0.452 1.040654
0.039 0.002925 0.463 1.091627
0.038 0.002850 0.475 1.146757
0.037 0.002775 0.488 1.2065
0.036 0.002700 0.502 1.271375
0.035 0.002625 0.516 1.341976
0.034 0.002550 0.531 1.418988
0.033 0.002475 0.547 1.503198
0.032 0.002400 0.565 1.595521
0.031 0.002325 0.583 1.697021
0.030 0.002250 0.602 1.80894
0.029 0.002175 0.623 1.932741
0.028 0.002100 0.645 2.07015
0.027 0.002025 0.669 2.223222
0.026 0.001950 0.695 2.394411
0.025 0.001875 0.723 2.586673
0.024 0.001800 0.753 2.803593
0.023 0.001725 0.786 3.049552
0.022 0.001650 0.821 3.329946
0.021 0.001575 0.860 3.651489

Gambar 1.9 Perlakuan pertama Y (m) dengan Energi spesifiknya

Grafik Y terhadap Es Perlakuan 2


0.045
0.040
0.035
0.030
0.025
0.020
0.015
0.010
0.005
0.000
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

Perhitungan
1. Debit (perlakuan 1)

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑄=
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢

0.005 𝑚3
𝑄=
5𝑠

𝑄 = 0.001 𝑚3
2. Luas Penampang (perlakuan 1)

𝐴=𝐵 ×𝑦
𝐴 = 0.075 𝑚 × 0.035 𝑚
𝐴 = 0.002625 𝑚2

3. Kecepatan (perlakuan 1)

𝑄
𝑣=
𝐴

0.001 𝑚3 /𝑠
𝑣=
0.002652 𝑚2

𝑣 = 0.381 𝑚/𝑠

4. Energi Spesifik (perlakuan 1)


𝑣2
𝐸𝑠 = 𝑦 +
2𝑔
(0.381 𝑚⁄𝑠)2
𝐸𝑠 = 0.035 𝑚 +
2𝑔
5. Debit per satuan lebar (perlakuan 1)

𝑞 = 𝑄/𝐵

𝑞 = 0.001 𝑚3 / 0.075 m
𝑞 = 0.0133 𝑚2 /𝑠

6. Kedalaman Kritis (perlakuan 1)

3 𝑞2
𝑌𝑐 = √
𝑔

3 (0.0133 𝑚 2 /𝑠)2
𝑌𝑐 = √
9.81 𝑚/𝑠 2

𝑌𝑐 = 0.026267 𝑚
7. Energi Kritis (perlakuan 1)

𝐸𝑐 = 3⁄2 𝑦𝑐

𝐸𝑐 = 3⁄2 0.0133 𝑚2 /𝑠

𝐸𝑐 = 0.0394 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒

II. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini kita membahas mengenai pengamatan
kedalaman kritis yang terjadi pada saluran terbuka. Pada Tabel
1.3 dan Tabel 1.5 data yang telah disajikan merupakan
komponen-komponen utama untuk kita dapat menentukan
kedalaman kritis pada tiap perlakuan. Terdapat 2 perlakuan
berbeda yang kita terapkan, pertama perlakuan 1 dengan Y gate
sebesar 35 mm, kemudian perlakuan 2 dengan Y gate sebesar 40
mm. Lalu untuk mengamati perubahan dari variable kecepatan,
luas penampang, dan energi spesifik kita membuat selisih tetap
antar point pengamatan, yaitu sebesar 1 mm. Sehingga
didapatkan Y gate pada point 1 akan berbeda dengan point 2,3,4,
dst. Hal tersebut menimbulkan efek domino terhadap variable
lain, seperti kecepatan, luas penampang, serta energi spesifik.
Dapat kita amati pada Tabel 1.6 dan Tabel 1.8, ditemukan bahwa
luas penampang akan berbanding lurus dengan penurunan nilai
Y gate, hal ini dikarenakan rumus dari luas penampang yaitu
hasil perkalian dari B dengan Y gate atau bisa dikatakan bahwa
A (luas penampang) berbanding lurus dengan Y gate. Sementara
itu untuk kecepatan dan energi spesfik justru akan memiliki nilai
yang semakin meningkat. Merujuk pada Grafik 1.7 dan 1.9
bahwa nilai dari energi spesifik akan semakin besar ketika
terjadinya penurunan nilai dari Y gate. Hal itu berhubungan
dengan kecepatan yang juga semakin tinggi. Karena semakin
sempit diameter daripada penampang maka akan semakin cepat
aliran yang dihasilkan karena tekanan yang dihasilkan juga
semakin kecil.

Menurut persamaan kontinuitas, perkalian luas penampang


dan kecepatan fluida pada setiap titik sepanjang suatu tabung alir
adalah konstan. Persamaan di atas menunjukkan bahwa
kecepatan fluida berkurang ketika melewati pipa lebar dan
bertambah ketika melewati pipa sempit (Raju, 1999).
Penyempitan saluran ialah suatu kejadian yang biasa dijumpai
pada saluran terbuka. Suatu penyempitan pada saluran terbuka,
terdiri dari daerah penyempitan penampang lintang saluran
secara spontan. Penyempitan memberikan dampak tergantung
pada geometri (bentuk fisik) bagian lengkungan masuk
penyempitan, kecepatan aliran dan keadaan aliran (Santoso,
1998).

Kemudian pada Grafik 1.5 ditemukan bahwa grafik


mengalami kenaikan vertikal maupun horizontal, variable
daripada grafik tersebut ialah Yc (kedalaman kritis) sebagai Y
dan Q (debit) sebagai X. Dapat kita simpulkan berdasarkan
grafik bahwa Yc berbanding lurus dengan Q, dimana Q akan
berbanding lurus terhadap kecepatan.Maka, kedalaman kritis
akan terjadi apabila debit yang dihasilkan semakin besar dengan
acuan kecepatan yang semakin tinggi akibat penyusutan luas
penampang. Sementara itu untuk energi minimum pada
kedalaman kritis didapatkan dari rasio 3/2 Yc atau kedalaman
kritis, itu berarti semakin besar Yc nya maka akan semakin besar
pula energi minimumnya (Cindhy Ade Hapsari, 2012).
KESIMPULAN
Pertama hasil untuk Yc atau kedalaman kritis pada praktikum
kali ini yaitu sebesar 0.026267 m untuk perlakuan 1 dan
0.032164 m untuk perlakuan 2.

Kedua hasil untuk debit pada perlakuan 1 dan 2 berturut-turut


ialah sebesar 0.001 𝑚3 /𝑠 dan 0.00135 𝑚3 /𝑠.

Ketiga hasil untuk kecepatan pada perlakuan 1 dan 2 dengan


nilai terendah berturut-turut ialah 0.381𝑚/𝑠 dan 0.452 𝑚/𝑠,
sedangkan untuk kecepatan tertinggi dari perlakuan 1 dan 2
ialah sebesar 0.833 𝑚/𝑠 dan 0.860 𝑚/𝑠. Data lengkapnya dapat
dilihat melalui Tabel 1.6 dan 1.8 diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Cindhy Ade Hapsari, T. M. (2012). Aliran Kritis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
G.S., Y. (2014). Analisa Kapasitas Sungai dalam Mengendalikan Banjir dengan
Integrasi Antara Metode Rasiona dengan Program WIN-TR (Studi Kasus
Daerah Aliran Sungai Air Bengkulu). Bengkulu: Fakultaas Jurusan Sipil.
Harianja, J. A. (2007). TINJAUAN ENERGI SPESIFIK AKIBAT PENYEMPITAN
PADA SALURAN TERBUKA. Jurnal UKRIM, 1-17.
Muhammad Yunus ali, H. d. (2018). KARAKTERISTIK ALIRAN PADA
BANGUNAN PELIMPAH TIPE OGEE. Jurnal Teknik Hidro, 1- 11 Vol 11
(1).
Raju, R. (1999). Aliran Melalui Saluran Terbuka. Jakarta: Erlangga.
Santoso, B. (1998). Hidrolika II. Yogyakarta: UGM.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai