SEMEN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELAS : 2 EGD
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas mata kuliah Bahan Konstruksi Kimia yang membahas
Semen dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai, Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan
pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk,
tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada
pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang
mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat
adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida (SiO2),
Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan Magnesium Oksida
(MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai
meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan
dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari
proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50
kg. Semen merupakan bahan bangunan yang sangat banyak digunakan, terutama
untuk pekerjaan pembuatan beton. Di samping itu, semen juga digunakan untuk
pekerjaan lainnya misalnya pemasangan batu bata, plesteran dinding,
pemasangan keramik lantai, dll.
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
Semen dibuat dari batu kapur (limestone) dan campuran material lain
seperti lempung (clay) dan pasir (sand) yang dipanaskan sampai 1450°C di
dalam sebuah tungku pemanas (kiln). Hasil pembakaran ini adalah “clinker”
yang kemudian digiling halus dengan ditambahkan sedikit bahan gypsum
sehingga menjadi semen yang di kenal.
Bahan lainnya (< 5%) adalah Gipsum, oksida alkali, magnesium oksida, dan
phosporus pentoksida.
Gambar 1. Diagram Unsur- unsur Kimia Utama didalam Semen
C3S
C2S
C3A
C4AF
I Beton biasa 54 18 10 8
OKSIDA PERSEN %
KAPUR (CaO) 60-65
1. Semen Non-Hidrolik
Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air,akan
tetapi dapat mengeras di udara.contoh utama dari semen non hidrolik adalah
kapur.
Jenis kapur yang baik adalah kapur putih yang mengandung kalsium oksida
tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor(belum berhubungan dengan
air),dan akan mengandung kalsium ketika berhubungan dengan air.
Kapur ini dihasilkan dengan membakar batu kapur dan kalsium karbonat
bersama beserta bahan pengotornya,yaitu
magnesium,silikat,besi,alkali,alumina dan belerang.proses pembakaran
dilaksanakan dalam tungku tanur tinggi yang berbentuk vertikal atau tungku
putar pada suhu 800C-1200c.Kalsium karbonat terurai menjadi kalsium
oksida dan karbon oksida.Kalsium oksida yang terbentuk disebut kapur tohor
dan jika berhubungan dengan air akan menjadi kalsium hidroksida serta
panas dengan reaksi kimia sebagai berikut:
CaO+H2O Ca(OH)2+panas
Proses ini dinamakan dengan mematikan kapur(slanking)dan hasilnya yaitu
kalsium hidroksida,sering disebut sebagai kapur mati.Kapur mati dapat
dibedakan menajdi tiga kelompok,yaitu:
Dapat diamtikan dengan cepat
Dapat dimatikan dengan agak lambat
Dapat dimatikan dengan lambat
2. Semen Hidrolik
Semen Hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di
dalam air . Contoh semen hidrolik adalah :
Kapur Hidrolik
Semen Pozzolan
Semen Terak
Semen Alam
Semen Portland
Semen Portland – Pozzolan
Semen Portland Terak Tanur Tinggi
Semen Alumina
Semen Ekspansif
Semen Portland Putih , semen warna untuk keperluan khusus.
a. Kapur Hidrolik
Sebagian besar (65-75%) bahan kapur hidrolik terbuat dari batu gamping
yaitu kalsium karbonat beserta bahan pengikutnya berupa
silik,alumnia,magnesium dan oksida besi.
Kapur hidrolik memperlihatkan sifat hidroliknya,namun tidak cocok untuk
bangunan-bangunan dalam air,karena membutuhkan udara yang cukup untuk
mengeras.sifat umum dari kapur hidrolik adalah sebagai berikut:
Kekuatannya rendah
Berat jenis rata-rata 1000 kg/m3
Bersifat hidrolik
Tidak menunjukkan pelapukan
Dapat terbawa arus
Perawatan kapur hidrolik dimulai setelah 1 (satu) jam dan diakhiri setelah 15
(limabelas) jam.Penggunaan antara lain untuk adokan tembok,lapisan bawah
pelesteran,pelesteran akhi,bahab pencampuran semen dan sebagai bahan
tambah jika beton akan diekspos.
b. Semen Pozzolan
c. Semen Terak
Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari
suatu campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan
kapur tohor.Sekitar 60% beratnya berasal dari terak tanur
tinggi.Campuran ini biasanya tidak terbakar.Jenis semen terak ada 2:
Bahan yang dapat digunakan sebagai kombinasi semen
portland dalam pembuatan beton dan sebagai kombinasi kapur
dalam pembuatan adukan tembok.
Bahan yang mengandung bahan pembantu berupa udara,yang
digunakan seperti halnya jenis pertama.
Terak tanur tinggi adalah suatu bahan non metalik,yang sebagian besar
terdiri dari silikat,kalsium dan senyawa basa lainnya,yang tidak begitu
mementingkan aspek kekuatan.Karena kadar alkali yang rendah semen
terak tidak memperlihatkan noda-noda oleh kadar alkali sehingga
dapat digunakan untuk pekerjaan khusus.
d. Semen Alam
Semen alam dihasilkan melalui pembakaran batu kapur yang
mengandung lempung pada satu suhu lebih rendah dari suhu
pengerasan. Hasil pembakaran kemudian digiling menjadi serbuk
halus. Kadar silika, alumina dan oksida besi pada serbuk cukup untuk
membuatnya bergabung dengan kalsium oksida sehingga membentuk
senyawa kalsium silikat dan aluminat yang dapat dianggap
mempunyai sifat hidrolik.
Semen alam tidak bolehdigunakan di tempat yang langsung terekspos
oleh perubahan cuaca, tetapi dapat digunakan dalam adukan beton
untuk konstruksi yang tidak memerlukan kekuatan tinggi.
e. Semen Portland
Semen portland adalah semen hidrolik yang dihasilkan dengan
menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik yang
umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai
bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan
utamanya.9ASTM C-150<1985)
Semen portland yang digunakan di indonesia harus memenuhi syarat
SII.0013-81 atau standar uji bahan bangunan indonesia 1986,dan harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar (PB.1989:3.2-8)
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan
dalam pembangunan fisik di sektor konstuksi sipil.jika ditambah air
semen akan menjadi pasta dengan agregat halus,pasta semen menjadi
mortar dan jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi
campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton
keras(concrete).
Komposisi kimia semen portland pada umumnya terdiri dari
CaO,SiO2,Al2O3 dan FeO3,yang merupakan oksida
dominan,sedamgkan oksida lain yang jumlahnya hanya beberapa
persen dari berat semen adalah MgO,SO3,Na2O dan K2O.keempat
oksida utama tersebut di atas di dalam semen berupa senyawa
C3s,C2S,C3A dan C4AF,dengan mempuyai perbandingan tertentu
pada setiap produk semen,tergantung pada komposisi bahan bakunya.
Semen Portland dibagi menjadi lima jenis yaitu:
Tipe I,Semen portland yang didalam penggunaanya tidak
memerlukan syarat khusus seperti jenis-jenis lainya.
Tipe II,Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Tipe III,Semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan
kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikat
terjadi.
Tipe IV,Semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan
panas hidrasi renda.
Tipe V,Semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.
Kuat tekan semen diuji dengan cara membuat mortar yang kemudian
ditekan sampai hancur. Contoh semen yang akan diuji dicampur
dengan pasir silika dengan perbandingan tertentu, kemudian dicetak
dengan kubus ukuran 5*5*5 cm. Setelah itu berumur 3,7,14 dan 28
hari dan seetelah mengalami perawatan dengan perendaman, benda uji
tersebut diuji kut tekannya.
Secara garis besar ada empat senyawa kimia utama yang menyusun
semen portland yaitu:
1. Trikalsium Silikat (3Ca).SiO2) disingkat menjadi C3S
2. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) disingkat menjadi C2S
3. Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) disingkat menjadi C3A
4. Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO.All2O3.Fe203) disingkat
menjadi C4A.
Komposisi C3S dan C2S sekitar 70-80% dari berat semen dan
merupakan bagian yang paling dominan dalam memberikan sifat
semen(Cokrodimuldjo,1992).
f. Semen Portland-Pozzolan
Semen portland-pozzolan adalah campuran semen potrland da bahan-
bahan yang bersifat pozzollan seperti terak tanur tinggi dan hasil
residu PLTU. Semen jenis ii biasanya digunakan untuk beton yang
diekspos tehadap sulfat. Menurut SK. SNI. T-15-1990-03:2, semen
portland-pozzolan dihasilkan dengan mencampur bahan semen
portland dengan pozzolan (15-40% dari berat total campuran), dengan
kandunga SiO2+Ai2O3 + Fe2O3 dalam pozzolan minimum 70%.
g. Semen Putih
Semen putih adalah semen portland yang kadar oksida besinya
rendah,kurang dari 0,5%.Bahan Baku yang digunakan harus kapur
murni,lempeng putih yang tidak mengandung oksida besi dan pasir
silika.
Semen putih digunakan untuk mengisi air ubin/keramik dan benda
yang lebih banyak nilai seninya,umumnya tidak digunakan untuk
bangunan struktur.Semen Putih diproduksi secara massal di pabrik.
h. Semen Alumina
Semen alumina dihasilkan melalui pembakaran batu kapur dan
bauksit yangg telah digiling halus pada temperatur 1600 C. Hasil
pembakaran tersebut berbentuk klinker, selanjutnya dihaluskan
sehingga menyerupai bubuk. Semen aluminna berwarna abu-abu.
Semen alumina mempunyai kekuatan awal tinggi, tahap terhadap
serangan asam dan garam-garam sulfat serta tahap api. Tetapi jika
digunakan pada suhu lebih dari 29 C, kekuatannya berangsur-angsur
akan berkerang. Karena itu jenis semen ini hanya digunakan untuk
negara yang mempunyai musim dingin.
► Sifat Semen
Sifat fisik semen adalah bahan berbutir halus yang lolos ayakan 2 µm
dan mempunyai berat jenis antara 3 sampai 3,15 gr/cm3.
Semen mengandung C3S dan C2S sebesar 70% sampai dengan 80% .
Unsur – unsur ini merupakan unsur paling dominan dalam
memberikan sifat semen . C3S segera mulai berhidrasi bila semen
terkena air secara eksotermis . Berpengaruh besar terhadap
pengerasan semen terutama sebelum mencapai umur 14 hari .
Membutuhkan air 24% dari beratnya . C2S bereaksi dengan air lebih
lambat dan hanya berpengaruh terhadap pengerasan semen setelah 7
hari dan memberikan kekuatan akhir . Unsur ini membuat semen
tahan terhadap serangan kimia dan mengurangi penyusutan karena
pengeringan . Semen yng mengandung unsur ini lebih dari 10%
kurang tahan terhadap serangan sulfat . C4AF kurang begitu besar
pengaruhnya terhadap pengerasan beton .
2.2.2 Klasifikasi bubuk semen ada 8 :
1. Kelas A
Semen ini dapat digunakan sampai kedalaman 6000 ft
Tidak tahan terhadap sulfate
Semen ini sama dengan semen bangunan
2. Kelas B
Semen ini dapat digunakan sampai kedalaman 6000 ft
Tahan terhadap sulfate, tersedia tingkatan moderate sampai tinggi
Semen ini diaplikasikan untuk zone-zone yg banyak mengandung
H2S
3. Kelas C
4. Kelas D
Semen ini dapat digunakan untuk kedalaman 6000 ft sampai 10000
ft Diaplikasikan untuk suhu dan tekanann formasi yg moderate
sampai tinggi Ada yg tahan dan tidak tahan terhadap sulfate
5. Kelas E
6. Kelas F
8. Kelas H
1. Batu kapur
2. Tanah Liat
Gambar 6. Gypsum
1. Proses Kering
1. Penghancuran
Alat pendukung :
- Dump truck : alat pengangkut bahan mentah
1. Cyclon
2. Electrostatic precipitator
3. Stack
4. Dust bin
Bahan baku dari proses sebelumnya, masuk dan ditampung di kiln feed
bin, kemudian masuk ke suspension pre- heater.
6. Pembakaran (Firring)
a. Daerah transisi
7. Pendinginan (Cooling)
Clinker yang keluar dari cooler adalah sekitar 90oC sehingga tidak
membahayakan lingkungan sekitar.
8. Penggilingan Akhir
Kuat tekan penutup dinding (seperti plester dan acian) harus lebih
rendah atau paling tidak sama kekuatannya dan lebih elastis
dibandingkan dengan material pembentuk dinding (seperti bata,
dll) untuk mencegah terjadinya retak. Kuat tekan penutup
dinding (seperti plester dan acian) harus lebih rendah atau paling
tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan
material pembentuk dinding (seperti bata, dll) untuk mencegah
terjadinya retak.
Segregasi
Gambar 23. Segregasi
Penyebabnya :
Penanggulangannya :
5. Hindari perjalanan campuran beton yang terlalu tinggi dan atau terlalu
jauh2.
Membuat rancangan campuran yang memadai, dengan atau tanpa bahan
admixture3. Merubah/mempertinggi slump dan kelecakan beton dengan cara
menambah bahan .
Bleeding
Penyebabnya :
1. Mengkombinasi pasir kasar dengan pasir yang lebih halus atau dengan
Abu batu.
Tujuan dari penambahan ini agar campuran beton lebih “kohesif”
Shrinkage Crack
Bug Holes
Penyebabnya :Bug holes terjadi akibat udara yang “terjebak” di dalam beton.
Udara di dalam beton timbul akibat proses mekanisme saat pengadukan beton. Rata-
rata beton normal memiliki kandungan udara sebesar 2%.
Penanggulangannya :
1. Penggunaan mold oil yang tidak bersifat “sticky” seperti water based mold oil
dapat membantu mengurangi bug holes.
2. Dalam penggunaan water based mold oil harus sesegera mungkin (maks. 6 jam)
dilanjutkan dengan pengecoran.
3. Memodfikasi mix design agar beton lebih kohesif diantaranya dengan menaikkan
kadar pasir sehingga dapat me-minimize bug holes.
4. Mengingat posisi flens yang miring dan cenderung menghambat udara untuk
keluar sehingga bug holes tidak seluruhnya hilang, dapat diperbaiki dengan
finishing untuk memperbaiki tampilan girder.
Efflorescence (pengkristalan)
Penyebab:
Akibat garam-garam yang bersifat alkali terbawa kepermukaan plesteran, beton atau
batako. Bila kristal-kristal tersebut muncul di bawah lapisan cat dan disertai
kelembaban tembok akan menyebabkan lapisan cat rusak.
Pencegahan:
1. Pengecatan dilakukan setelah tembok atau plesteran atau beton telah kering
sempurna di mana kadar alkali dan kadar air dari permukaan tersebut telah
memenuhi syarat yang ditentukan.
2. Permukaan yang mengandung kristal dari garam-garaman harus dibersihkan
terlebih dahulu dan dibiarkan sampai tidak keluar lagi.
Perbaikan:
1. Bila pengkristalan belum merusak lapisan cat, bersihkan dengan kain basah dan
keringkan.
2. Amplas permukaan cat agar lebih porous (pori-pori terbuka) sehingga air dan
garam-garaman mudah keluar. Setelah pengkristalan tidak terjadi lagi lakukan
pengecatan ulang.
Penyebab:
Penggunaan plamir yang belum kering sempurna dan kemudian diberi lapisan cat,
maka sisa-sisa air dari plamir tersebut terjebak diantara dua lapisan plamir dan cat
sehingga menyebabkan timbulnya bercak seperti basah.
Pencegahan :
1. Permukaan yang baru dicuci dengan air atau kena air hujan harus dibiarkan
kering sempurna.
2. Interval antar lapisan diusahakan cukup lama untuk memberi kesempatan pada
lapisan sebelumnya kering sebelum diberi lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat
diusahakan setipis mungkin agar pengeringan lebih sempurna.
3. Hindarkan pengecatan waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau
pada permukaan yang langsung terkena sinar matahari.
Perbaikan:
1. Amplas permukaan lapisan cat agar lebih porous sehingga air dapat dengan
mudah keluar.
2. Bila jamur telah tumbuh pada bagian-bagian yang basah tersebut, cuci dengan
kaporit dan kemudian lap dengan kain basah untuk menghilangkan sisa-sisa
kaporit.
Blistering (menggelembung)
Penyebab:
1. Cat bermutu tinggi mempunyai lapisan cat yang rapat dan plastis, sehingga
terdapat air atau cairan lain yang tertahan di bawahnya dapat mengakibatkan
menggelembungnya lapisan cat tersebut.
3. Lapisan cat paling atas akan mengering lebih cepat, sedangkan lapisan bawah
masih mengandung banyak solvent yang akan menguap. Uap solvent (pengencer)
tersebut akan terjebak di bawah lapisan yang telah kering dan mendesak lapisan
tersebut sehingga terjadi gelembung.
Pencegahan :
1. Permukaan yang baru dicuci dengan air atau kena air hujan harus dibiarkan
kering sempurna.
2. Interval antar lapisan diusahakan cukup lama untuk memberi kesempatan pada
lapisan sebelumnya kering sebelum diberi lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat
diusahakan setipis mungkin agar pengeringan lebih sempurna.
3. Hindarkan pengecatan waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau
pada permukaan yang langsung terkena sinar matahari.
Perbaikan :
1. Jika terlalu banyak gelembung yang terbentuk, maka lapisan cat harus dikerok
seluruhnya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Semen berasal dari bahasa latin “ CAEMENTUM ” yang berarti bahan perekat.
- Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan
pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk,
tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada
pencampuran dengan air
- Klasifikasi Semen ada 3 Macam, yaitu :
1. Puzzolan Semen
2. Sifat Semen
3. Semen Portland
1. Batu kapur
2. Tanah liat
3. Pasir silica
4. Pasir besi
5. Gyps
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Semen
http://www.scribd.com/doc/37854282/Produksi-Semen
http://building-smart.blogspot.com/2009/09/aplikasi-semen-bagian-i.html
http://www.beacukai.go.id/library/data/Semen.htm
http://chemengfamily09.blogspot.com/2011/02/semen-merupakan-bahan-bangunan-
yang.html
http://arpumiko.blogspot.com/2010/07/proses-produksi-semen-portland.html
http://id.shvoong.com/exact-sciences/1693617-proses-pembuatan-semen/
http://agushardiyanto.blogspot.com/2010/12/semen-cement.html
http://www.scribd.com/doc/52037694/2/Proses-kering#page=34
http://www.scribd.com/doc/38532319/Semen
http://www.scribd.com/doc/46624945/Presentasi-Semen
http://vinderscout.wordpress.com/2009/04/17/bahan-galian-terkait-dengan-
industri- semen-dan-konstruksi/