SEMEN
KELOMPOK 6/ 4 KA
Nama :
1.
Intan Nevianita
2.
Irda Agustina
3.
Nurul Agustini
TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa penulis telah
menyelesaikan tugan mata kuliah Bahan Konstruksi Kimia yang membahas Semen
dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu dosen Ir. Hj. Elina Margaretty, M.Si yang telah memberikan tugas, petunjuk,
kepada penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2. Teman- teman yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi
berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai, Amin.
Palembang, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................. i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar .. iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan .. 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Dasar Teori Semen ....................... ... 4
2.1.1 Unsur- unsur Kimia Utama di Dalam Semen ... 4
2.2 Klasifikasi Semen .... 6
2.2.1 Klasifikasi Semen ada 3 Macam ... 6
2.2.2 Klasifikasi bubuk semen ada 8 . 7
2.3 Proses Pembuatan Semen .... 8
2.3.1 Bahan Baku Pembuatan Semen . 9
2.3.2 Bahan Baku Pendukung Semen . 9
2.3.3 Bahan Kimia Pembuatan Semen ... 11
2.3.4 Bahan Bakar .. 11
2.3.5 Proses Basah dan Proses Kering .... 12
2.3.6 Proses Pembuatan Semen .. 15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram Unsur- unsur Kimia Utama didalam Semen... 5
10
........................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Semen berasal dari bahasa latin CAEMENTUM yang berarti bahan perekat.
Semen merupakan senyawa/zat pengikat hidrolis yang terdiri dari senyawa C-S-H
(Kalsium Silikat Hidrat) yang apabila bereaksi dengan air akan dapat mengikat bahanbahan padat lainnya, membentuk satu kesatuan massa yang kompak, padat dan keras.
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa
hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau bahan lainnya. Alhasil,
berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di
Indonesia ataupun jembatan di China yang menurut legenda menggunakan ketan
sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo
Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton.
Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak
zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat
bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.
Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli,
dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Meski sempat
populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur
panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun
1100 - 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran. Baru
pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John
Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar
biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan
tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall,
Inggris. Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan
cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris,
pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen portland.
Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat Pulau Portland,
Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko
bangunan. Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap
mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan
tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir),
aluminium
oksida
(alumina)
serta
oksida
besi.
Bahan-bahan
itu
kemudian
dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru.
Pengertian Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang
proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air.
Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida
(CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa :
Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan
Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar
sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan
dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses
produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg. Semen
merupakan bahan bangunan yang sangat banyak digunakan, terutama untuk pekerjaan
pembuatan beton. Di samping itu, semen juga digunakan untuk pekerjaan lainnya
misalnya pemasangan batu bata, plesteran dinding, pemasangan keramik lantai, dll.
1.2
Tujuan
Mengingat pentingnya mengetahui tentang semen dalam penggunaannya dalam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
phosporus pentoksida.
Menghasilkan panas hidrasi (panas yang terjadi akibat reaksi antara semen
dengan air) tinggi, sekitar 500 joule/gram
C2S
C3A
C4AF
Ada 5 tipe semen menurut standar ACI 225 (American Concrete Institute). Ke-5
tipe semen ini berbeda sifat dan kegunaannya karena perbedaan komposisi unsur-unsur
kimia di dalamnya.
Tipe
Penggunaan
Beton biasa
II
10
55 19
11
55 17
42 32
15
54 22
13
sedang
2.2
Klasifikasi Semen
2.2.1
1.
Puzzolan Semen : Ini terdiri dari campuran silikat kalsium dan aluminium. Ini
menunjukkan es properti hidrolik bila dalam bentuk bubuk dan dicampur dengan
proporsi yang sesuai kapur. Tingkat pengerasan jauh lebih lambat dan kekuatan telah
comprehensi dikembangkan adalah sekitar setengah dari semen Portland. Hal ini
ditemukan hanya resisten terhadap aksi kimia dari yang lain. Pozzolan : Adalah bahan
yang mengandung senyawa silica dan Alumina dimana bahan pozzolan itu sendiri tidak
mempunyai sifat seperti semen, akan tetapi dengan bentuknya yang halus dan dengan
adanya air, maka senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi secara kimiawi dengan
Kalsium hidroksida (senyawa hasil reaksi antara semen dan air) pada suhu kamar
membentuk senyawa Kalsium Aluminat hidrat yang mempunyai sifat seperti semen.
Bahan Pozzolan terbagi 2 yaitu :
a)
Pozzolan Alam (Natural) : Tufa, abu vulkanis dan tanah Diatomae. Di Indonesia
b)
Pozzolan Buatan (sintetis) : yang termasuk dalam jenis ini adlah hasil
pembakaran tanah liat dan hasil pembakaran batu bara (Fly Ash)
2.
3.
Sifat Semen
Semen Portland
2.2.2
2. Kelas B
3. Kelas C
4. Kelas D
5. Kelas E
6. Kelas F
7. Kelas G
8. Kelas H
2.3.1
merupakan
Komponen
yang
banyak
mengandung
CaCO3
dengan
Karbonat, Alumina Silikat dan senyawa oksida lainnya. Senyawa besi dan organik
menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu hingga kuning.
2. Tanah Liat
Senyawa
alumina
silikat
berdasarkan
kelompok
mineral
yang
ini
Bahan
baku
(Raw
Mix) Digunakan sebagai pelengkap komponen kimia esensial yang diperlukan untuk
pembuatan semen Pasir Silika digunakan untuk meneikkan kandungan SiO2 Pasir Besi
digunakan untuk menaikkan kandungan Fe2O3 dalam Raw Mix.
2. Gypsum ( CaSO4. 2 H2O)
Gambar 6. Gypsum
Berfungsi
sebagai
pengerasan
dari
semen Hilangnya kristal air pada gypsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya
sifat gypsum sebagai retarder.
2.3.3. Bahan Kimia Pembuatan Semen
1. Trikalsium Silikat
2. Dikalsium Silikat
3. Trikalsium Aluminat
4. Tetra Kalsium Aluminofe
2.3.4. Bahan Bakar
1. Batubara
2. Solar
3. AFR
4. Bahan bakar sintesis
Proses Pembuatan Semen
Jenis- jenis Bahan Baku
Jenis- jenis Bahan Baku
Batu Kapur
Tanah Liat
Pasir Silika
Pasir Besi
Gypsum
halus dengan kadar air 25 - 40% (slurry) dikalsinasikan dalam tungku panjang
(long rotary kiln). Produk hasil semen akan diperoleh setelah pengeringan
dilakukan. Proses ini dimulai dengan mencampur semua bahan baku dengan
air. Setelah itu dihancurkan. Kemudian bahan yang sudah dihancukan tadi
dibakar menggunakan bahan bakar minyak. Karena membutuhkan banyak
BBM, proses ini sudah jarang dilakukan oleh produsen semen.
2. Proses Kering
Proses kering biasanya digunakan untuk jenis batuan yang lebih keras misalnya
untuk batu kapur jenis shale. Pada proses ini bahan dicampur dan digiling dalam
keadaan kering menjadi bubuk kasar. Selanjutnya, bahan tersebut dimasukkan ke dalam
ciln dan proses selanjutnya sama dengan proses basah.
penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini
meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
-
Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller
Proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement
mill.
penyempitan dalam saluran material masuk kiln. Deposit yang tidak homogen tidak
berpengaruh karena mudah untuk mencampur dan mengoreksinya. Pencampuran dan
koreksi slurry lebih mudah karena berupa larutan. Fluktuasi kadar air tidak berpengaruh
pada proses.
Kerugian : Proses basah baik digunakan hanya bila kadar air bahan bakunya
cukup tinggi Pada waktu pembakaran memerlukan banyak panas, sehingga konsumsi
bahan bakar lebih banyak Kiln yang dipakai lebih panjang karena proses pengeringan
yang terjadi dalam kiln menggunakan 22 % panjang kiln.
Keuntungan dan Kerugian dari Proses Kering :
Proses Kering
Pada proses ini bahan baku dihancurkan di dalam raw mill dalam keadaan
kering dan halus. Untuk menunjang proses pengeringan di raw mill maka udara panas
sebagai media pengering dialirkan dari tanur putar. Kemudian hasil penggilingan raw
mill tersebut yang berkadar air 0,5 1% dikalsinasikan di dalam tanur putar. Konsumsi
panas di rotary kiln yang dibutuhkan yaitu 900 700 Kcal/Kg klinker. Hasil
pembakaran di tanur putar berupa butiran hitam yang disebut terak / klinker. Kemudian
terak / klinker tersebut digiling di finish mill dengan menambahkan gipsum pada
perbandingan tertentu untuk membentuk semen. Proses kering ini menawarkan banyak
keuntungan yaitu: tanur putar yang digunakan relatif pendek, kapasitas produksi lebih
besar, konsumsi panas yang digunakan relatif rendah sehingga konsumsi bahan bakar
rendah, sehingga menjadikan proses kering ini pilihan banyak produsen semen dalam
proses pembuatan semennya.
2.
proses basah dan kering. Pada proses ini umpan tanur disemprot air dengan alat yang
bernama granulator (pelletizer) untuk mengubah umpan tanur menjadi granular atau
nodule dengan kandungan air 10 12% dan ukurannya 10 -12 mm seragam. Proses ini
menggunakan tungku tegak (shaft kiln) atau long rotary kiln. Konsumsi panas untuk
proses ini sebesar 1000 Kcal/Kg klinker.
3.
namun umpan tanur yang akan diberikan, disaring terlebih dahulu dengan press filter.
Filter cake dengan kadar 15 25% digunakan sebagai umpan tanur. Konsumsi panas
yang digunakan pada proses ini cukup besar sekitar 1000 1200 Kcal/Kg klinker.
Proses ini jarang digunakan karena biaya produksinya yang terlalu besar dan kurang
menguntungkan.
4.
Proses Basah
Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air dalam
jumlah tertentu dan dicampurkan dengan luluhan tanah liat. Bubur halus dengan kadar
air 25 40% (slurry) dikalsinasikan dalam tungku panjang (long rotary kiln). Produk
hasil semen akan diperoleh setelah pengeringan dilakukan.
2.3.6
merupakan butiran yang saling lepas dan tidak terkait satu sama lain
Penambangan dilakukan dengan pendorongan batu silica menggunakan
dozer ke tepi tebing dan jatuh di loading area
selang seling
1. Penghancuran
Pemecahan material- material haisl penambangan menjadi ukuran yang lebih
kecil.
Alat utama : crusher
Alat pendukung :
- Dump truck : alat pengangkut bahan mentah
- Hopper
: tempat penampungan sementara sebelum ke crusher
- Feeder : alat penghancur yang terdapat dalam crusher, agar bahan
mentah masuk kedalamnya.
2.
baku)
Setelah mengalami proses penghancuran, bahan-bahan tersebut dikirim menuju
Bahan baku masuk ke raw mill kemudian jika material tergiling halus,
maka akan keluar lewat udara panas ke atas raw mill dan menuju
4.
Pendinginan (Cooling)
Alat utama
: cooler
Clinker dari tanur putar, didinginkan didalam cooler (yang didalamnya
terdapat 9 compartemen untuk pendinginan)
Clinker yang keluar dari cooler adalah sekitar 90oC sehingga tidak
membahayakan lingkungan sekitar.
8.
Penggilingan Akhir
Alat utama : Ball mill
Merupakan proses penggilingan akhir dimana terjadi penghalusan
clinker-clinker bersama 5% gypsum. Setelah itu campuran yang sudah
siap (semen) dikantongi dan siap dipasarkan.
Penyimpanan Semen
Semen jika tidak digunakan, harus disimpan dengan baik. Semen tidak
boleh diletakkan langsung di atas permukaan tanah atau lantai karena dapat
menyebabkan kelembaban. Jika lembab, ada uap air, semen bereaksi dengan air
sehingga mengeras. Oleh karena itu, dudukan semen harus kering, bersih, dan
mempunyai sirkulasi udara yang baik.
semen
Aplikasi Semen
2.4.1
Kapur (CaO)
60% - 65%
Silika (SiO2)
25%- 25%
7% - 12%
dari
untuk
mencapai
kekuatan
tertentu,
semen
jenis
yang
cocok
khusus
diperlukan.
daerah pelabuhan dan bangunan sekitar pantai. Semen ini mengandung 20%
SiO2, 6% Al2O3, 6% Fe2O3, 6% MgO, dan 8% C3A.
merupakan
semen
jenis
yang
cocok
baik
terhadap
kadar sulfat sedang. Semen jenis ini banyak digunakan di daerah-daerah yang
berkadar sulfat sedang, misal daerah-daerah rawa dan bangunan-bangunan tepi
pantai, bendungan, pondasi jembatan, aliran irigasi, beton massa untuk damdam, dll.
3. Jenis III (High Early Strength Portland Cement) : digunakan pada konstruksi
yang menuntut persyaratan kekuatan awal tinggi. Semen ini merupakan semen
yang digunakan biasanya dalam keadaan-keadaan darurat dan musim dingin.
Digunakan juga pada pembuatan beton tekan, Biasanya digunakan untuk daerah
yang bersuhu dingin, bangunan bertingkat, dan bangunan dalam air yang tidak
memerlukan ketahanan terhadap sulfat.
ini
memiliki
tinggi
dibandingkan
semen
tipe 3 sehingga proses pengerasan terjadi lebih cepat dan cepat mengeluarkan
kalor. Semen ini tersusun dari 3,5-4% Al2O3, 6% Fe2O3, 35% C3S, 6% MgO,
40% C2S, dan 15% C3A.
4. Jenis IV (Low Heat Portland Cement) : digunakan pada konstruksi yang
menuntut persyaratan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini digunakan pada
bangunan dengan tingkat panas hidrasi yang rendah misalnya pada bangunan
beton yang besar dan tebal, baik sekali untuk mencegah keretakan. Low Heat
Portland Cement ini memiliki kandungan C3S dan C3A lebih rendah sehingga
kalor yang dilepas lebih rendah. Semen ini tersusun dari 6,5% MgO, 2,3% SO 3,
dan 7% C3A.
5. Jenis V (Super Sulphated Cement) : digunakan pada konstruksi yang menuntut
persyaratan sangat tahan pada sulfat. Semen ini sangat tahan terhadap pengaruh
sulphat misalnya pada tempat pengeboran lepas pantai, pelabuhan, dan
terowongan. semen portland dengan daya tahan sulfat yang tinggi termasuk
tahan terhadap larutan garam sulfat dalam air. Digunakan untuk bangunan yang
berhubungan dengan air laut, air buangan industri, bangunan yang pengaruh gas
atau uap kimia yang agresif dan bangunan yang selalu berhubungan dengan air
panas. Komposisi komponen utamanya adalah slag tanur tinggi dengan
kandungan aluminanya yang tinggi, 5% terak portland cement, 6% MgO, 2,3%
SO3, dan 5% C3A.
merupakan
semen
yang
jenis
cocok
baik
terhadap
kadar sulfat yang tinggi. Semen jenis ini banyak digunakan di daerah-daerah
yang berkadar sulfat tinggi, misal daerah-daerah rawa dengan tingkat keasaman
tinggi, dermaga (bangunan-bangunan pantai), bendungan, pondasi jembatan, silo
bahan-bahan kimia dll.
Jenis semen yang biasa digunakan di pasaran adalah semen jenis I.
Semen jenis ini mempunyai perkembangan kekuatan yang relatif cepat dan
konstan.Semen jenis III mempunyai perkembangan kekuatan sangat cepat, tetapi
setelahberumur tiga bulan perkembangan tersebut menurun drastis. Semen jenis
II danIV mempunyai perkembangan kekuatan yang lebih lambat daripada semen
jenis I,tetapi dalam jangka waktu lama dihasilkan kekuatan yang lebih tinggi
sehinggasering digunakan pada daerah yang memerlukan konstruksi khusus.
Semen jenisIV mempunyai perkembangan kekuatan sangat lamban (Kardiyono,
1990).
Saat ini ada tujuh produsen semen yang ada di Indonesia, yaitu PT
SemenAndalas mempunyai pangsa pasar 4,3%, PT Semen Gresik Group
menguasai43%, dengan dua anak perusahaannya, PT Semen Padang dan PT
Semen Tonasa,PT Indocement 34%, PT Semen Cibinong 13,6%, PT Semen
Baturaja 2,6%, PTSemen Bosowa 1,9%, dan PT Semen Kupang menguasai
0,6%nya.
2. Semen Putih
Portland cement yang memiliki warna keabu-abuan, warna ini
disebabkan oleh kandungan oksida silika pada portland cement tersebut. Jika
kandungan oksida silika tersebut dikurangi 0,4 %, maka warna semen portland
berubah menjadi warna putih. semen putih (gray cement) adalah semen yang
lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian
(finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan
utama kalsit (calcite) limestone murni. Semen putih dibuat umtuk tujuan
dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif. Pembuatan semen ini membutuhkan
persyaratan bahan baku dan proses pembuatan yang khusus, seperti misalnya
bahan mentahnya mengandung oksida besi dan oksida manganese yang sangat
rendah (dibawah 1 %).
paling tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan material
pembentuk
dinding
(seperti
bata,
dll)
untuk
mencegah
terjadinya
retak.
Kuat tekan penutup dinding (seperti plester dan acian) harus lebih rendah atau paling
tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan material pembentuk
dinding (seperti bata, dll) untuk mencegah terjadinya retak.
Segregasi
adalah
Penyebabnya :
1. Slump yang terlalu rendah
2. Gradasi agregat yang kurang baik
3. BJ agregat kasar >> BJ agregat halus
4. Agregat halus terlalu sedikit
5. Campuran beton terlalu kering atau terlalu basah
6. Tinggi jatuh pengecoran terlalu tinggi
7. Penggunaan alat penggetar terlalu lama
Penanggulangannya :
5. Hindari perjalanan campuran beton yang terlalu tinggi dan atau terlalu jauh2.
Membuat rancangan campuran yang memadai, dengan atau tanpa bahan
admixture3. Merubah/mempertinggi slump dan kelecakan beton dengan cara
menambah bahan
Bleeding
adalah
ke
permukaan
sesaat
setelah
Penyebabnya :
1. Campuran terlalu basah (W/C ratio terlalu tinggi) atau adanya penambahan air
pada saat pengecoran
2. Rancangan campuran beton yang kurang baik sehingga tidak cukup material
Shrinkage Crack
Shrinkage (susut) adalah :
1. Perubahan volume beton ke arah yang lebih kecil akibat mengeringnya beton pada
waktu mengeras.
2. Menyebabkan terjadinya retak pada beton. Retak dapat berbentuk retak rambut atau
retak antara 1-2 mm dan biasanya retak ini dikategorikan retak non-struktural.
3. Shrinkage biasanya berlangsung hingga 3 hari.
Penyebabnya :
1. Faktor air semen (FAC) terlalu tinggi.
2. Pemakaian semen terlalu banyak.
3. Modulus kehalusan agregat tidak memenuhi syarat.
4. Intensitas pengadukan yang kurang baik.
5. Kelembaban udara.
Penanggulangannya :
holes
adalah
timbul
pada
Penyebabnya :Bug holes terjadi akibat udara yang terjebak di dalam beton. Udara
di dalam beton timbul akibat proses mekanisme saat pengadukan beton. Rata-rata
Efflorescence (pengkristalan)
Penyebab:
Akibat garam-garam yang bersifat alkali terbawa kepermukaan plesteran, beton atau
batako. Bila kristal-kristal tersebut muncul di bawah lapisan cat dan disertai
2. Bila jamur telah tumbuh pada bagian-bagian yang basah tersebut, cuci dengan
kaporit dan kemudian lap dengan kain basah untuk menghilangkan sisa-sisa
kaporit.
3. Biarkan mengering sempurna sebelum dilakukan pengecatan ulang, bila dirasa
perlu beri lapisan Wall Sealer yang sesuai.
Blistering (menggelembung)
Penyebab:
1. Cat bermutu tinggi mempunyai lapisan cat yang rapat dan plastis, sehingga
terdapat air atau cairan lain yang tertahan di bawahnya dapat mengakibatkan
menggelembungnya lapisan cat tersebut.
2. Pengecatan pada permukaan yang basah akan mengakibatkan berkurangnya daya
lekat lapisan cat, sehingga kemungkinan terjadinya gelembung-gelembung akan
lebih besar. Solvent (pengencer) dapat tertahan dibawah lapisan cat bila
pengecatan dilakukan sekaligus tebal dan langsung terkena sinar martahari.
3. Lapisan cat paling atas akan mengering lebih cepat, sedangkan lapisan bawah
masih mengandung banyak solvent yang akan menguap. Uap solvent (pengencer)
tersebut akan terjebak di bawah lapisan yang telah kering dan mendesak lapisan
https://www.scribd.com/doc/130109797/Makalah-Semen
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
-
Semen berasal dari bahasa latin CAEMENTUM yang berarti bahan perekat.
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan
pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk,
tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada
3. Pasir silica
4. Pasir besi
5. Gypsum
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Semen
http://www.scribd.com/doc/37854282/Produksi-Semen
http://building-smart.blogspot.com/2009/09/aplikasi-semen-bagian-i.html
http://www.beacukai.go.id/library/data/Semen.htm
http://chemengfamily09.blogspot.com/2011/02/semen-merupakan-bahanbangunan-yang.html
http://arpumiko.blogspot.com/2010/07/proses-produksi-semen-portland.html
http://id.shvoong.com/exact-sciences/1693617-proses-pembuatan-semen/
http://agushardiyanto.blogspot.com/2010/12/semen-cement.html
http://www.scribd.com/doc/52037694/2/Proses-kering#page=34
http://www.scribd.com/doc/38532319/Semen
http://www.scribd.com/doc/46624945/Presentasi-Semen
http://vinderscout.wordpress.com/2009/04/17/bahan-galian-terkait-denganindustri-semen-dan-konstruksi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Semen_Gresik