INDUSTRI SEMEN
Disusun oleh
Kelompok 5
1. Ade Kurniadi 061630400289
2. Devi Romantika 061630400294
3. Dewi Apriyani Utari 061630400295
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwa penulis telah
menyelesaikan tugan mata kuliah Bahan Konstruksi Kimia yang membahas
tentang Industri Semen dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis :
1. Ade Kurniadi
2. Devi Romantika
3. Dewi Apriyani Utari
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
BAB V. PENUTUP
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Pengertian Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan
pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk
bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau
membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan
alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan
lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika
Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan
Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku
tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya,
yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam
jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam
kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg. Semen merupakan
bahan bangunan yang sangat banyak digunakan, terutama untuk pekerjaan
pembuatan beton. Di samping itu, semen juga digunakan untuk pekerjaan
lainnya misalnya pemasangan batu bata, plesteran dinding, pemasangan
keramik lantai, dll.
1.2. Tujuan
TEORI
Bahan lainnya (< 5%) adalah Gipsum, oksida alkali, magnesium oksida,
dan phosporus pentoksida.
Gambar 1. Diagram Unsur- unsur Kimia Utama didalam Semen
C3S
C2S
C3A
C4AF
I Beton biasa 54 18 10 8
2. Sifat Semen
3. Semen Portland
1. Kelas A
2. Kelas B
3. Kelas C
4. Kelas D
5. Kelas E
6. Kelas F
7. Kelas G
8. Kelas H
PROSES
1. Batu kapur
2. Tanah Liat
2. Proses Kering
Paling banyak menggunakan proses kering, karena penggunaan
bahan bakar yang lebih sedikit, dan energy yang dikonsumsi lebih kecil.
Ukuran tanur yang lebih pendek serta perawatan alatnya lebih mudah.
Pada proses kering seperti ini menggunakan teknik penggilingan
dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses
ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
Pada proses ini bahan baku dihancurkan di dalam raw mill dalam
keadaan kering dan halus. Untuk menunjang proses pengeringan di raw
mill maka udara panas sebagai media pengering dialirkan dari tanur putar.
Kemudian hasil penggilingan raw mill tersebut yang berkadar air 0,5 – 1%
dikalsinasikan di dalam tanur putar. Konsumsi panas di rotary kiln yang
dibutuhkan yaitu 900 – 700 Kcal/Kg klinker. Hasil pembakaran di tanur
putar berupa butiran hitam yang disebut terak / klinker. Kemudian terak /
klinker tersebut digiling di finish mill dengan menambahkan gipsum pada
perbandingan tertentu untuk membentuk semen. Proses kering ini
menawarkan banyak keuntungan yaitu: tanur putar yang digunakan relatif
pendek, kapasitas produksi lebih besar, konsumsi panas yang digunakan
relatif rendah sehingga konsumsi bahan bakar rendah, sehingga
menjadikan proses kering ini pilihan banyak produsen semen dalam proses
pembuatan semennya.
4. Proses Basah
Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan
menambahkan air dalam jumlah tertentu dan dicampurkan dengan luluhan
tanah liat. Bubur halus dengan kadar air 25 – 40% (slurry) dikalsinasikan
dalam tungku panjang (long rotary kiln). Produk hasil semen akan
diperoleh setelah pengeringan dilakukan.
5. Pemanasan awal
6. Pembakaran
7. Pendinginan
8. Pendinginan akhir
6. Pembakaran (Firring)
Alat utama rotary kiln
Kiln adalah alat berbentuk tabung yang didalamnya terdapat
semburan api (temperature 1350o-1450o c)
- Didalam rotary kiln daerah proses dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Daerah transisi
b. Daerah pembakaran (burning)
c. Daerah pelelehan (sinetring)
d. Daerah pendinginan (cooling)
- Didalam kiln ada proses calsinasi, sintering, clinkering
- Material yang masuk mempunyai temperature 800o- 900oC
sedangkan ketika keluar 1300o – 1450oC.
Gambar 12. Rotary Kiln
7. Pendinginan (Cooling)
Alat utama : cooler
Clinker dari tanur putar, didinginkan didalam cooler (yang
didalamnya terdapat 9 compartemen untuk pendinginan)
Clinker yang keluar dari cooler adalah sekitar 90oC sehingga tidak
membahayakan lingkungan sekitar.
8. Penggilingan Akhir
Alat utama : Ball mill
Merupakan proses penggilingan akhir dimana terjadi penghalusan
clinker-clinker bersama 5% gypsum. Setelah itu campuran yang
sudah siap (semen) dikantongi dan siap dipasarkan.
Gambar 13. Ball mill
Tumpukan semen juga boleh ditutup dengan plastik terpal atau sejenisnya
untuk memberikan perlindungan ekstra. Jangan lupa, sirkulasi udara tetap
harus diperhatikan.
BAB IV
APLIKASI SEMEN
Umumnya jenis semen yang dikenal saat ini adalah sebagai berikut :
2. Semen Putih
3. Semen Masonry
oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai. Oil Well Cement (OWC) digunakan untuk penyekat pada
pengeboran sumur minyak. Oleh karenanya semen jenis ini juga disebut semen
sumur minyak. Sumur-sumur minyak atau gas dibuat dengan mengebor lubang ke
dalam tanah / bumi dengan kedalaman ratusan sampai dengan 20.000 kaki (sekitar
7.000 meter). Pipa besi yang disebut casing ditempatkan pada lubang sumur dan
semen dipompa ke bawah melalui pipa tsb.
Sewaktu semen terpompa keluar melalui dasar casing tsb. dan kembali ke
permukaan melalui bagian luar casing, ia akan membentuk ikatan kritis antara
bagian luar casing dengan dinding sumur yang telah dibor. Ikatan ini akan
melindungi minyak, gas dan air bawah tanah sehingga tidak bercampur di dalam
sumur tsb.
Kekokohan semen tergantung pada serangan sulfat dengan kadar, suhu dan
tekanan yang tinggi selama proses pemompaan berlangsung. Dikarenakan
keharusan waktu pemekatan yang ketat, maka OWC diproduksi dengan standar
mutu yang ketat sesuai dengan standar API (American Petroleum Institute).
Gambar. 21. Penggunaan Semen Sumur Minyak
Semen ini digunakan pada temperatur dan tekanan tinggi, sering dijumpai
pada penggunaan pengeboran minyak atau digunakan untuk pengeboran air tanah
artesis. Semen ini merupakan semen portland yang dicampur dengan retarder
untuk memperlambat pengerasan semen seperti lignin, asam borat, casein, dan
gula.
Kuat tekan penutup dinding (seperti plester dan acian) harus lebih rendah
atau paling tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan
material pembentuk dinding (seperti bata, dll) untuk mencegah terjadinya retak.
Kuat tekan penutup dinding (seperti plester dan acian) harus lebih rendah atau
paling tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan material
pembentuk dinding (seperti bata, dll) untuk mencegah terjadinya retak.
Segregasi
Gambar 23. Segregasi
Segregasi adalah pemisahan agregat kasar dari adukannya akibat campuran yang
kurang lecak.
Penyebabnya :
Penanggulangannya :
5. Hindari perjalanan campuran beton yang terlalu tinggi dan atau terlalu
jauh2. Membuat rancangan campuran yang memadai, dengan atau tanpa
bahan admixture3. Merubah/mempertinggi slump dan kelecakan beton
dengan cara menambah bahan
Bleeding
Gambar 24. Bleeding
Bleeding adalah “Mixing Water” yang naik ke permukaan beton sesaat setelah
beton selesai dicor dan partikel agregat kasar turun ke bawah.
Penyebabnya :
1. Campuran terlalu basah (W/C ratio terlalu tinggi) atau adanya penambahan
air pada saat pengecoran
2. Rancangan campuran beton yang kurang baik sehingga tidak cukup material
halus untuk menahan “laju” air ke permukaan beton.
Penanggulangannya :Manambah kandungan “finer” antara lain dengan :
1. Mengkombinasi pasir kasar dengan pasir yang lebih halus atau dengan Abu
batu. Tujuan dari penambahan ini agar campuran beton lebih “kohesif”
2. Menaikkan jumlah semen (sampai batas tertentu). Dari penambahan ini
maka admixture yang dibutuhkan untuk menjaga workabilitas akan
bertambah.
Shrinkage Crack
Bug Holes
Bug holes adalah rongga (lubang) kecil yang timbul pada permukaan beton yang
sudah mengering.
Penyebabnya :Bug holes terjadi akibat udara yang “terjebak” di dalam beton.
Udara di dalam beton timbul akibat proses mekanisme saat pengadukan beton.
Rata-rata beton normal memiliki kandungan udara sebesar 2%.
Penanggulangannya :
1. Penggunaan mold oil yang tidak bersifat “sticky” seperti water based mold
oil dapat membantu mengurangi bug holes.
2. Dalam penggunaan water based mold oil harus sesegera mungkin (maks. 6
jam) dilanjutkan dengan pengecoran.
3. Memodfikasi mix design agar beton lebih kohesif diantaranya dengan
menaikkan kadar pasir sehingga dapat me-minimize bug holes.
4. Mengingat posisi flens yang miring dan cenderung menghambat udara
untuk keluar sehingga bug holes tidak seluruhnya hilang, dapat diperbaiki
dengan finishing untuk memperbaiki tampilan girder.
Efflorescence (pengkristalan)
Penyebab:
Akibat garam-garam yang bersifat alkali terbawa kepermukaan plesteran,
beton atau batako. Bila kristal-kristal tersebut muncul di bawah lapisan cat dan
disertai kelembaban tembok akan menyebabkan lapisan cat rusak.
Pencegahan:
1. Pengecatan dilakukan setelah tembok atau plesteran atau beton telah kering
sempurna di mana kadar alkali dan kadar air dari permukaan tersebut telah
memenuhi syarat yang ditentukan.
2. Permukaan yang mengandung kristal dari garam-garaman harus dibersihkan
terlebih dahulu dan dibiarkan sampai tidak keluar lagi.
Perbaikan:
1. Bila pengkristalan belum merusak lapisan cat, bersihkan dengan kain basah
dan keringkan.
2. Amplas permukaan cat agar lebih porous (pori-pori terbuka) sehingga air
dan garam-garaman mudah keluar. Setelah pengkristalan tidak terjadi lagi
lakukan pengecatan ulang.
3. Bila pengkristalan telah merusakkan lapisan cat maka harus dilakukan
pengerokan sampai dasar, bersihkan permukaan sampai pengkristalan tidak
terjadi lagi dan lakukan pengecatan ulang.
Blistering (menggelembung)
Penyebab:
1. Cat bermutu tinggi mempunyai lapisan cat yang rapat dan plastis, sehingga
terdapat air atau cairan lain yang tertahan di bawahnya dapat
mengakibatkan menggelembungnya lapisan cat tersebut.
2. Pengecatan pada permukaan yang basah akan mengakibatkan berkurangnya
daya lekat lapisan cat, sehingga kemungkinan terjadinya gelembung-
gelembung akan lebih besar. Solvent (pengencer) dapat tertahan dibawah
lapisan cat bila pengecatan dilakukan sekaligus tebal dan langsung terkena
sinar martahari.
3. Lapisan cat paling atas akan mengering lebih cepat, sedangkan lapisan
bawah masih mengandung banyak solvent yang akan menguap. Uap
solvent (pengencer) tersebut akan terjebak di bawah lapisan yang telah
kering dan mendesak lapisan tersebut sehingga terjadi gelembung.
Pencegahan :
1. Permukaan yang baru dicuci dengan air atau kena air hujan harus dibiarkan
kering sempurna.
2. Interval antar lapisan diusahakan cukup lama untuk memberi kesempatan
pada lapisan sebelumnya kering sebelum diberi lapisan berikutnya. Setiap
lapisan cat diusahakan setipis mungkin agar pengeringan lebih sempurna.
3. Hindarkan pengecatan waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab)
atau pada permukaan yang langsung terkena sinar matahari.
Perbaikan :
1. Jika terlalu banyak gelembung yang terbentuk, maka lapisan cat harus
dikerok seluruhnya.
2. Bersihkan permukaan, kemudian berilah lapisan cat dasar bilamana
diperlukan sebelum dilapisi cat akhir.3. Bila gelembung yang terjadi
sedikit, maka perbaikan hanya pada bagian yang menggelembung saja.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Vinder.2009. “ Bahan Galian Terkait Dengan Industri Semen dan Kontruksi .http:
//vinderscout.wordpress.com/2009/04/17/bahan-galian-terkait-dengan-
industri-semen-dan-konstruksi/.Diakses pada tanggal 3 Oktober 2017
pukul 14.25.