Anda di halaman 1dari 11

Judul EFFECT OF CHITOSAN ON THE CORROSION

PROTECTTION OF ALUMINIUM IN H2SO4


MEDIUM
Jurnal WORLD CHEMICAL ENGINEERING JOURNAL
VOL.2 NO 1 (2018)
Download Jurnal.untirta.ac.id/index.php/WCEJ
Tahun 2018
Penulis I Gusti Ayu Arwati
Riviewer Devi Romantika
Tanggal

Abstrak Artikel dengan judul “ Effect of Chitosan on the


corrosion protection of Aluminium in H2SO4 medium”
bertujuan untuk meneliti dan mengetahui bagaimana
pengaruh dari pelapisan kitosan pada bahan aluminium
terhadap laju korosivitasnya.
Pada abstrak ini ini penulis menyajikan penjelasan
mengenai latar belakang terbentuknya penelitian ini,
metode yang dipakai, serta hasil yang didapat.
Pendahuluan Pada bagian pendahuluan, penulis memaparkan
tentang Alumunium yang dipakai, serta sifat juga
kegunaanya. Seperti yang telah dijelaskan bahwa
Alumunium adalah bahan logam yang sangat ringan, dan
mudah untuk menghantarkan panas. Oleh karena itu
Alumunium sendiri banyak dipakai pada berbagai sektor,
dari rumah tangga hingga industri. Namun disamping
banyaknya kegunaan alumunium, tenyata bahan ini tidak
tahan terhadap lingkungan yang berPh asam. Dia akan
mudah mengalami korosi, dikarenakan mudah untuk
bereksi dengan oksigen dan air pada Ph asam. Karenanya
dipakailah pelindung yang biasa dipakai pada sektor
industry yaitu cremate. Namun pemakaian cremate
ternyata tidak baik terhadap lingkungan sekitar
dikarenakan sifatnya yang beracun dan merusak. Hal-hal
inilah yang membuat penulis berinisiatif untuk meneliti
kitosan yang diketahui mempunyai unsur pelindung yang
sama dengan cremate namun tetap ramah lingkungan
untuk dipakai.
Metode Untuk material yang dipakai penulis menggunkan
paduan alumunium jenis 5052, proses pembersihan
alumunium memakai kertas pasir, dan tes pembenanman
alumunium dengan H2SO4 sebagai lingkungan asam
dilkukan selama 7 hari dengan tiga sampel yaitu, sampel
dengan PH normal, sampel dengan pelindung chitosan,
dan tanpa perlindungan pada PH yang asam. Teknik yang
dilakukan untuk melindungi material ini adalah Process
Electrophoretic Deposition (EPD) dimana Teknik ini
bertujuan untuk mendapatkan berat akhir dari alumunium
supaya diketahui berapa berat yang hilang pada proses
pembenaman tersebut.
Pembahasan Pada bagian pembahasan penulis membaginya kedalam
bagian. Yaitu :
1. Hasil SEM ( Electric Scanning Microscopy)
Dari hasil 3 sampel alumunium yang didapat, diketahui
bahwa gambar untuk sampel 1 menunjukkan adanya
perubahan struktur dari alumunium itu sendiri
walaupun diletakkan pada PH normal. Untuk sampel 2
tergambar banyaknya lubang, dan terkikisnya
permukaan dari alumunium tersebut yang
membuktikan bahwa alumunium tanpa pelindung akan
rusak pada Ph lingkungan yang asam. Untuk sampel 3
yang telah diberi pelindung kitosan rupanya tidak
terlihat tanda-tanda kerusakan. walaupun ada,
dikarenakan kecilnya kerusakan makan hasilnya pun
tidak terbaca.
2. Mengetahui hasil korosi dengan cara menimbang berat
dari alumunium
Jadi pada proses percobaan, pada hari 1, 3, 5, dan 7
alumunium ditimbang untuk mengetahui besarnya
berat yang hilang. Sehingga nantinya diketahui
berapakah jumlah korosi yang terjadi.
Untuk hasil sendiri, sampel 2 mempunyai tingkat
korosi yang lebih besar dibandingkan sampel 3. Hal ini
membuktikan bahwa kitosan mempunyai pengaruh
dan berhasil melindungi serta mengurangi korosivitas
dari suatu bahan.
Kesimpulan Dari kesimpulan dapat diketahui bahwa kitosan
sebagai pelindung alumunium mempunyai pengaruh
yang besar dan dapat dipakai sebagai alternatif pengganti
cremate. Hal ini diketahui dari berkurangnya kadar
kerusakan alumunium saat dan tidak dilindungi oleh
kitosan.
Judul EXTRACTION TOTAL PHENOLIC CONTENT OF
KETAPANG LEAVES (TERMINALIA CATAPPA)
USING ULTRASONIC
Jurnal WORLD CHEMICAL ENGINEERING JOURNAL
VOL.2 NO 1 (2018)
Download Jurnal.untirta.ac.id/index.php/WCEJ
Tahun 2018
Penulis Denni Kartika Sari, Retno Sulistyo Dhamar Lestari,
Muhammad Ridho K.M, Utami Triana Lusi
Riviewer Devi Romantika
Tanggal

Abstrak Artikel dengan judul “Extraction Total Phenolic of


Ketapang Leaves (Terminalia Catappa) Using
Ultrasonic” adalah artiker yang meneliti banyaknya
kandungan penolik pada daun ketapang sebagai
penyusun antioksidan yang sangat dibutuhkan dengan
metode ektstraksi ultasonik. Dengan air-etanol sebagai
pelarutnya diketahuila bahwa semakin lama proses
ekstraksi, semakin besar pula kandungan Penolik yang
didapat.
Pendahuluan Daun ketapang adalah tumbuhan yang banyak
ditemukan di Indonesia. Daun ketapang banyak
digunakan pada bidang kesehatan. Pada artikel ini,
penulis melakukan penelitian bahwasannya pada daun
ketapang terdapat senyawa penolik yang merupakan
bahan penyusun antioksidan. Sebagai penyusun
antioksidan, sudah pasti Penolik dalam daun ketapang
banyak dicari dan ambil. Proses pengambilan penolik dari
daun ketapang inilah yang menjadi focus utama.
Biasanya pengambilan penolik pada daun ketapang
dilakukan dengan jalan mengekstraksinya dengan lauran
biner atau larutan murni, dengan metode sederhana, dan
soklet. Namun pada artikel ini penulis memberi informasi
bahwa terdapat sebuah metode yang mampu
mempercepat ekstraksi, dengan menggunakan secara
minimum larutan. Metode tersebut adalah metode
Ultrasonik. Metode ultrasonic sendiri adalah metode
dengan menggunakan gelombang ultra pada prosesnya,
sehingga proses yang dilakukan akan lebih efisien
dibandingkan metode lain.
Metode Untuk bahan serta alat yang digunakan, penulis
menggunakan daun Ketapang sebagai bahan utama,
aquadest dan 96%Etanol sebagai pelarut, dan bahan
penunjang lain seperti Natrium Carbonat untuk proses
pemurnian.
Langkah – langkah yang dilakukan pada proses ekstraksi
Ultrasonik ini adalah :
1. Penyiapan Sampel
Sampel yang dipakai adalah daun ketapang yang
hijau, bukan yang tua ataupun muda. Stelah akan
dicuci bersih, dikeringkan dengan temperature
ruang, dipotong kecil-kecil, dan dibuat bubuk
dengan ukuran yang serbuk yang halus.
2. Ekstraksi dengan Gelombang Ultrasonik
Bubuk halus daun Ketapang selanjutnya akan
dilarutkan dalam pelarut biner dengan
perbandingan konsentrasi pelarut yang tidak
sama, juga dengan variasi waktu ekstraksi
kemudian di ekstraksi dengan bantuan gelombang
Ultrasonik
3. Penentuan Panjang Gelombang terbesar
Proses penentuan ini dilakukan dengan analisis
menggunakan Asam Galat. Asam Galat akan
direaksikan dengan Folin Ciocalteu dari fenolik
sehingga akan terlihat Panjang gelombang
maksimum
4. Membuat kurva standar
Kurva standar dibuat dengan melakukan
percobaan yang sama pada metode ketiga, yang
membedakan hanya pada step keempat ini
dilkkukan variasi terhadap konsentrasi Asam
GAlat yang dipakai, agar dapat ditarik garis
eksponensial.
5. Penentuan Total Penolik
Pennetuannya dilakukan dengan mereaksikan
ekstrak dengan Folin Ciocalteu dan lakukan
percobaan yang sama pada metode keempat,
sehingga akan muncul Panjang gelombang.

Pembahasan Pada Hasil dan dan pembahasan, penulis menuliskan


bahwa pada daun ketapang yang mengandung Penolik,
ternyata sangat efektiflah penggunaan gelombang
ultrasonic sebagai metode ekstraksi. Selain cepat,
metode ini pun mengungari penggunaan pelarut.
Pelarut yang dipakai masih bias dipakai berulang.
Bagian ini pun membahas mengenai perbandingan
komposisi pelarut yang paling baik. Secara umum,
perbandingan yang paling baik adalah perbandingan
50:50, dan 70:30. Namun, pada penelitian ini didapat
bahwa pebandingan komposisi yang terbaik adalah
60:40 dimana 60% untuk Etanol 96% dan 40% untuk
aquadest.
Proses penentuan harga penolik ditentukan dengan
menganlisa Panjang gelombang yang didapat adri
proses absorbansi, pemnentuan kurva standar, dan
proses penentuan Panjang gelombang untuk penolik.
Kesimpulan Dari pemaparan kesimpulan dapat diketahui abhwa
penggunaan gelombang Ultrasonik sebagai metode
penentuan dan pengambilan penolik pada daun ketapang
mempunyai tingakat keefektifan kan efisiensi yang baik
dikarenakan memakan waktu yang singkat tanpa
pemborosan larutan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
metode ekstraski gelombang Ultrasonik lebih efektif
dibandingkan metode konvensional dan soklet.
Judul Acute Toxicity and Genotoxic Activity of Avocado
Seed Extract
(Persea americana Mill., c.v. Hass)
Jurnal Hindawi Publishing Corporation
The ScientificWorld Journal
Download http://dx.doi.org/10.1155/2013/245828
Tahun 2013
Penulis Eduardo Padilla-Camberos, Moisés Martínez-
Velázquez, JoséMiguel Flores-Fernández, and Socorro
Villanueva-Rodríguez
Riviewer Devi Romantika
Tanggal

Pendahuluan Buah alpukat (Persea Americana) sendiri dijelaskan


adalah buah yang berasal dari amerika Tengah dan dapat
tubuh pada daerah tropis. Kandungan senyawa dalam
buah alpukat adalah linoleate, oleat, palmitat, stearate,
caprik, dan asam miristat.
Biji pada alpukat sendiri tidak banyak dipakai sehari-hari
dan lebih banyak digunakan pada industri. Hal ini
dikarenakan biji alpukat adalah sumber dari senyawa
bioaktif seperti antioksidan, antihipertensi, larvasida,
fungisida, hipolipidemik, dan aktivitas amobasida serta
giardisida. Untuk kandungan yang dimilikinya, sampai
saat jurnal ini dibuat belum ada studi yang telah selesai
membahas mengenai efek genotoxic dari biji alpukat.
Dan studi ini ada untuk melanjutkan dan mengevaluasi
studi sebelumnya.
Material dan Metode Material yang dipakai pada studi ini adalah :
1. Biji Alpukat yang telah dikeringkan pada suhu
40oC dan disimpan dalam kemasan kedap udara.
2. Ekstrak biji alpukat yang diambil melalui metode
soklet dengan pelarut etanol. Setelah di ekstraksi
kemudian di evaporasi dengan rotary evaporator
dan digiling. Setelahnya, biji alpukat melalui
proses penghilangan lemak dengan Petrol Eter
dan terakshir dimaserasi dengan Etanol murni.
3. Hewan. Pada studi ini digunakan tikus berjumlah
45 ekor yang diberi makan Teklad dan air. Tikus-
tikus disimpan dalam ruangan pada suhu ruangan
selama 12 jam dengan penerangan, dan 12 jam
tanpa penerangan pada suhu 22oC. 30 tikus
ditujukan untuk uji toksiksitas akut dan 15 lainnya
ditujukan untuk uji genotoksitas.
Metode :
1. Uji Toksiksitas Akut
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan
median dari dosis kematian ekstrak biji alpukat. 6
kelompok tikus yang terdiri dari 5 tikus masing-
masing telah diberikan ekstrak dengan dosis yang
berbeda-beda. Kematian direkam selama 24 jam
setlah ekstrak diberikan dan akan dilakukan
obervasi selama 1 minggu untuk mengetahui
tanda-tanda keterlambatan racun.
2. Uji Genoktisitas
Uji ini dilakukan dengan menggunakan tes
identifikasi dan quantifikasi dari mikronelus
eritrosit. Dosis yang paling sesuai telah
ditentukan dan 3 kelompok dengan masing-
masing 5 tikus dipekerjakan untuk tes ini.
Kelompok pertama diberi ekstrak biji alpukat
dengan dosis 250 mg/kg yang dilarutkan dalam
pelarut alcohol:air dengan perbandingan 1:1.
Kelompok kedua diberi kalkosina yang telah
dilarutkan dalam garam fisilogis dengan dosis 4
mg/kg dan dilihat pada control positif hal yang
sama dilakukan pada kelompok ketiganamun
larutan yang dipakai adalah larutan alcohol-air
dengan control negative. Setelah 36 jam, maka
tetesan darah dari tikus akan dilihat dapa
mikroskop floresiansi untuk menghitung sel
mikronukleat.
3. Analisa Statiska
Untuk Analisa ini digunakan ANOVA
mengetahui dengan jelas perbedaan dari hasil jika
dibandingakan dengan dosis yang telah diberikan

Hasil dan Untuk uji toksiksitas, dosis 125 dan 250 tidak
Pembahasan menyebabkan kematian, dan untuk dosis 500, 1000, dan
2000 menyebabkan kematian dengan persentasi 20, 60
dan 80 persen.
Untuk uji Genoktisitas, dosis yang dipakai adalah dosis
250. Untuk ketiga grup yang diuji, grup dengan negative
control terlihat jumlah yang sedikit dari sell
mikronukleat, dan dengan positif control terlihat
kerusakan

Pembahasan dan Hal yang dibahas adalah mengenai efek yng ditunjukkan
Kesimpulan oleh ekstrak biji alpukat. Ternyata untuk efek sendiri,
ekstrak biji alpukat ini diharapkan dapat dikonsumsi
untuk manusia, sebagai kosmetik dan parmasi,
dikarenakan terdapat kandungan yang baik di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai