Oleh:
PUTU DENI YOGA PRATAMA 1605511088
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
KATA PENGATAR
Puji syukur penulis haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Air dan
Semen dalam Campura Beton” tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada selaku dosen pembimbing dalam penulisan karya tulis ini. Serta kepada
seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan karya tulis ini.
Karya tulis ini memaparkan tentang fungsi, jenis, sifat dan syarat-syarat air dan
semen dalam campuran beton sehingga dapat menghasilkan beton mutu tinggi.
Dengan adanya karya tulis ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan
kepada masyarakat khususnya pembaca terkait dengan hal tersebut.
Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk dapat penulis
jadikan acuan dalam pembuatan karya tulis yang lebih baik lagi kedepannya.
Penulis
Daftar Isi
2
KATA PENGATAR..................................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
1.4 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II ISI.............................................................................................................................3
2.1 Air.......................................................................................................................3
2.1.1 Sifat-Sifat Air...............................................................................................3
2.1.2 Jenis-Jenis Air Untuk Campuran Beton.......................................................4
2.1.3 Syarat-Syarat Air Untuk Adukan Beton menurut menurut BS.3148-80.......4
2.1.4 Syarat-Syarat Air Untuk Adukan Beton Menurut ACI 318-83......................6
2.1.5 Syarat-Syarat Air Untuk Adukan Beton Menurut SK SNI 03-2847-2002.....6
2.2 Semen................................................................................................................7
2.2.1 Sifat Semen.................................................................................................7
2.2.2 Jenis- Jenis Semen....................................................................................10
2.2.3 Syarat-Syarat Semen.................................................................................14
2.3 Faktor Air dan Semen.......................................................................................15
BAB III PENUTUP..............................................................................................................17
3.1 Simpulan...........................................................................................................17
Daftar Pustaka..................................................................................................................18
3
BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak dipakai dalam
pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam pelaksanaannya
membuat beton semakin tak tergantikan dalam dunia konstruksi. Namun selain keuntungan
yang dimilikinya beton juga memiliki beberapa kekurangan seperti tegangan tarik yang
rendah, daktibilitas rendah, dan keseragaman mutu yang bervariatif. Karena kekurangan yang
dimiliknya maka diperluakan pengetahuan yang cukup luas,antara lain mengenai sifat bahan
dasarnya, cara pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi bahan tambahnya agar dapat
meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih maksimal.
Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi oleh
keseragaman bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya dilapangan,
umumnya beton yang disuplai oleh perusahaan pembuatan beton (ready mix) telah
terjamin keseragaman bahan dasarnya. Untuk mendapatkan kualitas dan keseragaman
beton sesuai seperti yang disyaratkan maka pelaksanakan pembuatan beton harus
dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur. Yang dimaksud dengan kualitas beton
seperti yang disyaratkan disini adalah kuat tekan beton pada umur ke-28 hari. Oleh
karena sebab-sebab diatas maka diperlukan adanya kontrol kualitas yang dapat
mengetahui kemungkinan terjadinya output yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan
sedini mungkin.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan pekerjaan konstruksi di lapangan akan
menjadi lebih optimal. Hal ini disebabkan karena pelaksana dapat memeriksa kuat tekan
beton terhadap persyaratan yang ada tanpa perlu menunggu waktu 28 hari dan
memutuskan melakukan kegiatan selanjutnya berdasar hasil tersebut. Hal ini dapat
meningkatkan efisiensi kerja dari suatu kontraktor dengan signifikan yang tentu saja
berimbas terhadap peningkatan keuntungan yang didapatkan. Selain itu, karena output
yang dihasilkan lebih akurat maka quality control dan quality assurance terhadap
pekerjaan beton menjadi semakin meningkat.
2 Rumusan masalah
Berdasaakan paparan diatas dapat disusun rumusan masalah, yaitu :
1. Apa fungsi air dalam campuran beton?
2. Bagaimana sifat, jenis, dan syarat air dalam campuran beton?
3. Apa fungsi semen dalam campuran beton?
4. Bagaimana sifat, jenis, dan syarat semen dalam campuran beton?
5. Bagaimana pengaruh FAS dalam campuran beton?
3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui fungsi, sifat, jenis, dan syarat-syarat air
dan semen dalam pembuatan beton
4 Manfaat
Dengan mengetahui fungsi, sifat, jenis, dan syarat-syarat air dan semen diharapkan kita
dapat menentukan campuran air dan semen dalam pembuatan beton dengan tepat.
BAB II ISI
5 Air
. Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi
semen,membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton
Kualitas air yang digunakan untuk mencampur beton sangat berpengaruh terhadap
kualitas beton itu sendiri. Air yang mengandung zat-zat kimia berbahaya,
mengandung garam, minyak, dll akan menyebabkan kekuatan beton turun. Pada
umumnya air yang dapat diminum dapat digunakan sebagai campuran beton.
Semen dapat berfungsi sebagai perekat apabila ada reaksi dengan air. Oleh karena
itu jumlah air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi semen harus cukup. Apabila
terlalu banyak air yang ditambahkan pada beton maka akibat adanya pengeringan
maka air bebas yang terdapat di dalam gel akan cepat menguap sehingga gel
menjadi porous, gel menyusut banyak dan terjadi retakan. Selain itu kekuatan gel
juga rapuh yang mengakibatkan daya rekat semen rendah. Sebaliknya apabila
jumlah air pencampur pada beton kurang maka proses hidrasi semen tidak dapat
terjadi seluruhnya yang mengakibatkan kekuatan beton akan turun.
a. Air hujan, air hujan menyerap gas dan udara pada saat jatuh ke bumi.
Biasanya air hujan mengandung untur oksigen, nitrogen dan
karbondioksida.
b. Air Tanah. Biasanya mengandung unsur kation dan anion. Selain itu juga
kadang-kadang terdapat unsur CO2, H2S dan NH3.
c. Air permukaan, terdiri dari air sungai, air danau, air genangan dan air
reservoir. Air sungai atau danau dapat digunakan sebagai air pencampur
beton asal tidak tercemar limbah industri. Sedangkan air rawa atau air
genangan yang mengandung zat-zat alkali tidak dapat digunakan.
d. Air laut. Air laut mengandung 30.000 – 36.000 mg/liter garam (3 % - 3,6
%) dapat digunakan sebagai air pencampur beton tidak bertulang. Air laut
yang mengandung garam di atas 3 % tidak boleh digunakan untuk
campuran beton. Untuk beton pra tekan, air laut tidak diperbolehkan karena
akan mempercepat korosi pada tulangannya.
6 Semen
Semen adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan
dengan cara menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat
kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan tambahan. Bahan
baku pembuatan semen adalah bahan-bahan yang mengandung kapur, silika,
alumina, oksida besi, dan oksida-oksida lainnya.
Fungsi utama semen adalah sebagai perekat.Bahan-bahan semen terdiri dari
batu kapur (gamping) yang mengandung senyawa: Calsium Oksida (CaO),
lempung atau tanah liat (clay) adalah bahan alam yang mengandung senyawa:
Silika Oksida (SiO2), Aluminium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan
Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk klinker. Klinker kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum).
1 C3S 503
2 C2S 260
3 C3A 867
4 C4AF 419
Berlangsungnya proses hidrasi dapat digambarkan sebagai berikut :
Anhidrat (padatan) + Air Hidrate (padatan) + panas
dengan urutan proses :
1. Pemadatan/solidifikasi (pengikatan air)
2. Pembentukan fase baru (hidrat)
3. Penambahan volume pada fase padatan
4. Pengeluaran panas
c. Kuat Tekan
Kuat tekan semen salah satunya ditentukan oleh komponen penyusun semen,
terutama oleh kalsium silikat. Pada pengembangan kuat tekan awal (misalnya
sampai umur 28 hari), didominasi oleh hidrasi C3S yang didukung oleh C3A.
Untuk C2S dan C4AF akan memberikan kontribusi terhadap kuat tekan untuk
umur yang lebih lama. Selain itu yang mempengaruhi pengembangan kuat
tekan adalah kehalusan semen (fineness) dan kandungan gypsum dalam
semen.
d. Setting Time
Campuran semen dengan air akan membentuk adonan yang bersifat kenyal
dan dapat dibentuk (workable). Beberapa saat, pasta tidak berubah. Periode
ini dikenal dengan periode tidak aktif (dormant periode). Pada tahap
selanjutnya, pasta yang terbentuk menjadi semakin kaku hingga mencapai
tingkat dimana pasta tetap lunak , tetapi sudah tidak dapat dibentuk lagi.
Periode ini disebut initial set, Sedang waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
tingkatan ini disebutinitial setting time (waktu pengikatan awal). Selanjutnya
pasta menjadi semakin kaku menjadi padatan yang keras dan getas (rigid).
Tahap ini disebut final set dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
tingkatan ini disebut final setting time (waktu pengikatan akhir). Proses ini
berlanjut terus hingga pasta semen menjadi semakin keras dan kuat yang
disebut dengan pengerasan atau hardening.
e. Soundsness
Soundness didefinisikan sebagai kemampuan pasta semen yang mengeras
untuk mempertahankan volumenya setelah proses pengikatan
berakhir.Kestabilan volume ini dapat terganggu karena adanya CaO bebas
(free lime) dan MgO bebas (periclase) yang berlebihan(mengakibatkan
ekspansi).
f. Konsistensi
Konsistensi di definisikan sebagai kemampuan pasta semen untuk mengalir.
Pada pengujian, konsistensi normal ditunjukan dengan penetrasi jarum vicat
sebesar 10±1 mm. Sifat ini digunakan untuk mengatur perbandingan antara
jumlah air dengan semen pada pembuatan pasta semen
g. Ketahanan terhadap sulfat (Durability)
Salah satu hal penting dalam peggunaan semen dalam struktur beton adalah
ketahanan terhadap sulfat. Komponen penyusun semen yang mempengaruhi
terhadap ketahanan terhadap sulfat adalah C3A. Pada saat terjadi proses
hidrasi semen, C3A akan bereaksi dengan sulfat dan air
membentuk ettringite. Ettringite ini mempunyai volume yang lebih besar
dibandingkan volume komponen penyusunya sehingga bila berlebihan
mengakibatkan terjadinya ekspansi yang dapat menyebabkan kerusakan pada
struktur beton.
Jenis semen portland type I mungkin yang paling familiar disekitar Anda
karena paling banyak digunakan oleh masyarakat luas dan beredar di pasaran.
Jenis ini biasa digunakan untuk konstruksi bangunan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus untuk hidrasi panas dan kekuatan tekan awal.
Kegunaan Semen Portland Type I diantaranya konstruksi bangunan untuk rumah
permukiman, gedung bertingkat, dan jalan raya. Karakteristik Semen Portland
Type I ini cocok digunakan di lokasi pembangunan di kawasan yang jauh dari
pantai dan memiliki kadar sulfat rendah.
Ada yang istimewa dari jenis special belended cement (SBC) atau semen
campur karena khusus dirancang dalam pembangunan jembatan terbesar yang
menghubungkan Surabaya dengan Madura yang dikenal dengan Jembatan
Suramadu. Karakteristik special blended cement tentu memenuhi kebutuhan
konstruksi bangunan pada air laut seperti halnya jembatan Suramadu yang berdiri
diatas laut.
Lain rumah, lain pula material yang digunakan untuk sumur bumi.
Karakteristik Oil Well Cement (OWC) Class G-HSR yang tahan terhadap sulfat
tinggi ini merupakan jenis yang dibuat untuk kegunaan khusus di kedalaman dan
temperatur tertentu yang bisa disesuaikan dan kecepatan pengerasan dikurangi.
Diantara proyek yang menggunakan material ini yaitu sumur minyak bumi di
bawah permukaan bumi dan laut.
Kegunaan semen thang long PC50 yang banyak digunakan untuk proyek-
proyek besar dan rumit sehingga membutuhkan jenis semen dengan spesifikasi
tinggi. Standarisasi yang setara Asia, Eropa, bahkan Amerika ini diaplikasikan
untuk jembataan hingga pembangkir listrik. Karakteristik semen thang long PC50
diantaranya memiliki ketahanan tinggi terhadap sulfat sehingga bisa pula
digunakan di bawah tanah dan air.
1. Waktu pengikatan awal untuk segala jenis semen tidak boleh kurang dari
1 jam (60 menit).
2. Pengikata awal semen normal 60-120 menit.
3. Air yang digunakan memenuhi syarat air minum, yaitu bersih dari zat
organis yang dapat mempengaruhi proses pengikatan awal.
4. Suhu ruangan 23˚C.
1. Semua semen yang akan dipakai harus dalam satu merk yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen untuk
suatu konstruksi/struktur yang sama), dalam keadaan baru dan asli, dikirim
dalam kantong-kantong semen yang masih disegel dan tidak pecah.
2. Semen harus terlindung dari kelembaban atau keadaan cuaca lain yang
merusak.
3. Setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan, dengan maksud
agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
4. Semen diletakkan di atas papan kayu dengan ketinggian 30 cm dari lantai
gudang untuk menhindari kelembaban.
5. Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat salah
penyimpanan, dianggap rusak, sudah mulai membatu, dapat ditolak
penggunaannya tanpa melalui test lagi.
6. Tiap tumpukan tidak boleh lebih dari 10 kantong/melampaui 2m untuk
menghindari mengerasnya semen di bagian bawah karena tekanan.
7. Gudang harus terlindung dari cuaca, memiliki ventilasi dan cukup lapang
untuk memuat semen dalam jumlah cukup besar.
Perlu diingat karena penimpunan semen dalam waktu yang lama juga akan
mempengaruhi mutu semen, maka diperlukan adanya pengaturan dalam
penyimpanan (diberi alas kayu) serta peru adanya pengatran penggunaan semen
secara teliti. Sehingga dalam hal ini semen lama harus dipergunakan terlebih
dahulu.
8 Simpulan
jumlah air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi semen harus cukup.
Apabila terlalu banyak air yang ditambahkan pada beton maka akibat adanya
pengeringan maka air bebas yang terdapat di dalam gel akan cepat menguap
sehingga gel menjadi porous, gel menyusut banyak dan terjadi retakan. Selain itu
kekuatan gel juga rapuh yang mengakibatkan daya rekat semen rendah.
Sebaliknya apabila jumlah air pencampur pada beton kurang maka proses hidrasi
semen tidak dapat terjadi seluruhnya yang mengakibatkan kekuatan beton akan
turun.
Faktor air semen merupakan hal terpenting didalam pembentukan beton.
Kekuatan beton tergantung pada perbandingan air semen. Semakin tinggi nilai Fas
(faktor air semen) pada campuran beton maka nilai kuat tekan dan modulus
elastisitas akan semakin rendah
Daftar Pustaka