PENDAHULUAN
menggunakan campuran batu kapur yang mengandung tanah liat dan ditambahkan tanah
Argillaceus mengandung (9-40% silica) semen yang dihasilkan disebut British cement. Usaha
untuk membuat semen pertama kali dilakukan dengan cara membakar batu kapur dan tanah
liat. Joseph Aspadin yang merupakan orang Inggris pada tahun 1824 mencoba membuat
semen dari kalsinasi campuran batu kapur dan tanah liat yang dihaluskan, digiling dan dibakar
menjadi lelehan dalam tungku, sehingga terjadi pengurain batu kapur (CaCO3) menjadi batu
tohor (CaO) dan karbondioksida (CO2). Batu tohor bereaksi dengan senyawa-senyawa lain
membentuk klinker kemudian digiling sampai menjadi tepung yang kemudian dikenal dengan
portland.
1.2 Jenis Jenis Semen
1. Portland Cement
Semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terdiri dari silikat silikat kalsium yang bersifat hidraulis, bersama bahan
tambahan yang biasanya digunakan adalah gypsum. Klinker adalah penamaan untuk gabungan
komponen produk semen yang belum diberikan tambahan bahan lain untuk memperbaiki sifat
dari semen. Tipe tipe semen portland:
a. Tipe I (ordinary Portland Cement)
Ordinary Portland Cement mengandung 5 % MgO, dan 2,53 % SO 3. Sifatsifat ordinary
portland cement berada diantara sifatsifat moderate heat semen dan high early strength
portland cement.
b. Tipe II (Moderat Heat Portland Cement)
Moderate Heat Portland Cement terdiri dari 20 % SiO2, 6 % Al2O3, 6 % Fe2O3, 6 % MgO,
dan 8 % C3A. Semen tipe ini lebih banyak mengandung C2S dan mengandung lebih sedikit
C3A dibandingkan dengan semen tipe I.
c. Tipe III (High Early Strenght Portland Cement)
High Early Strength Portland Cement ini mempunyai kandungan C3S lebih tinggi
dibandingkan dengan semen tipe lainnya sehingga lebih cepat mengeras dan cepat
mengeluarkan kalor. High Early Strength Portland Cement tersusun atas 6 % MgO, 3,54,5 %
Al2O3, 35 % C3S, 40 % C2S, dan 15 % C3A.
mengandung satu atau lebih bahanbahan seperti kapur padam, batu kapur, chalk, calceous
shell talk, slag atau tanah liat yang dipersiapkan untuk keperluan ini. Sifat semen ini
mempunyai penyerapan air yang baik, berdaya plastissitas yang tinggi dan kuat tekan yang
rendah.
i. Semen Berwarna
Sering dibutuhkan semen yang mempunyai warna yang sama dengan bahan atau material
yang akan direkatkannya. Semen Berwarna dibuat dengan menambahkan zat warna (pigmen)
sebanyak 5 10 % pada saat semen putih digiling. Zat warna yang ditambahkan harus tidak
mempengaruhi selama penyimpanan atau selama pamakaian semen tersebut.
bahwa kekuatan semen ini berkembang dengan cepat, dan ketahananya terhadap air laut
dan air yang mengandung sulfat lebih baik.
c. Semen Portland Pozzolan.
Semen Portland Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina
dimana bahan pozzolan itu sendiri tidak mempunyai sifat seperti semen akan tetapi dalam
bentuk halusnya dan dengan adanya air, maka senyawa senyawa tersebut akan bereaksi
membentuk kalsium aluminat hidrat yang bersifat hidraulis. Reaksi: 3CaO.Al 2O3 + 3H2O
3CaO.Al2O3.H2O Bahan pozzolan tersusun atas 4572 % SiO 2, 1018 % Al2O3 , 16 %
Fe2O3 , 0,53 % MgO , 0,3-1,6 % SO3. Semen portland pozzolan merupakan suatu bahan
pengikat hidraulis yang dibuat dengan menggiling bersamasama terak semen portland
dan bahan yang mempunyai sifat pozzolan, atau mencampur secara merata bubuk semen
portland dan bubuk bahan lain yang mempunyai sifat pozzolan. Bahan pozolan yang
ditambahkan besarnya antara 1540 %.
d. Semen Sorel
Semen Sorel adalah semen yang dibuat melalui reaksi eksotermik larutan magnesium
kloida 20 % terhadap suatu ramuan magnesia yang didapatkan dari kalsinasi magnesit dan
magnesia yang didapatkan dari larutan garam. Reaksi : 3MgO + MgCl 2 + 11 H2O
3MgO.MgCl2.11 H2O Semen Sorel mempunyai sifat keras dan kuat, mudah terserang air
dan sangat korosif. Penggunaannya terutama adalah semen lantai, dan sebagai dasar
pelantai dasar seperti ubin dan terazu.
e. Portland Blast Furnance Slag Cement.
Portland Blast Furnance Slag Cement dalah semen yang dibuat dengan cara
menggiling campuran klinker semen portland dengan kerak dapur tinggi (Blast Furnance
Slag) secara homogen. Kerak (slag) adalah bahan non metal hasil samping dari pabrik
pengecoran besi dalam tanur (Dapur Tinggi) yang mengandung campuran antara kapur
(CaCO3) silika (SiO2) dan alumina (Al2O3) . Sifat semen ini jika kehalusannya cukup,
mempunyai kuat tekan yang sama dengan semen portland, betonnya lebih stabil dari beton
semen portland, permeabilitinya rendah, pemuaian dan penyusutan dalam udara kering
sama dengan semen portland.
Nama
Rumus kimia
Batu kapur
CaCO3
Tanah liat
Al2O3.2SiO2.x H2O
Pasir besi
Fe2O3
Pasir
SiO2
Efisiensi
penggilingan
lebih
tinggi
dan
tidak
memerlukan
suatu
unit
homogenizer
- Debu yang timbul relatif sedikit
Kerugian:
- Bahan bakar yang digunakan lebih banyak, butuh air yang cukup banyak
. - Tanur yang digunakan terlalu panjang karena memerlukan zone dehidrasi yang lebih
panjang untuk mengendalikan kadar air.
- Biaya produksi lebih mahal.
2. Proses Semi Basah
Pada proses ini penyediaan umpan tanur hampir sama seperti proses basah.
Hanya saja disini umpan tanur disaring lebih dahulu dengan filter press. Filter cake
dengan kadar 15-25 % digunakan sebagai umpan tanur. Konsumsi panas pada proses ini
sekitar 1000-1200 Kcal / Kg klinker. Proses ini jarang dipakai karena biaya produksi yang
terlalu tinggi dan kurang mengguntungkan.
3. Proses Semi kering
Proses ini dikenal sebagai grate proses, dimana merupakan transisi dari proses
basah dan proses kering dalam pembentukan semen. Pada proses ini umpan tanur
disemprot dengan air dengan alat yang disebut granutor ( pelletizer ) untuk diubah
menjadi granular atau nodule dengan kandungan air 10 - 12 % dan ukurannya 10 - 12 mm
8
seragam. Proses ini mengunakan tungku tegak (shaft kiln ) atau long rotary kiln.
Konsumsi panas sekitar 1000 Kcal / Kg klinker.
4. Proses Kering
Pada proses ini bahan baku diolah (dihancurkan) di dalam Raw Mill dalam
keadaan kering dan halus dan hasil penggilingan (tepung baku) dengan kadar air 0,51%
dikalsinasikan dalam rotari kiln. Proses ini menggunakan panas sekitar 1500 1900
kcal/kg klinker.
Keuntungan :
- Tanur yang digunakan relatif pendek.
- Panas yang dibutuhkan rendah, sehingga bahan bakar yang dipakai relatif sedikit, dan
membutuhkan air yang relatif sedikit pula.
- Kapasitas produksi lebih besar.
Kerugian :
- Kadar air sangat mengganggu proses, karena material menempel pada alat
- Campuran umpan kurang homogen.
- Banyak debu yang dihasilkan sehingga dibutuhkan alat penangkap debu.
Wet
Semi wet
Semi dry
Dry
Crushing
untuk setiap proses mesin yang digunakan tergantung dari ukuran pabrik dan properti
bahan (batu).
Grinding
Homogenising
Kiln feed
Slurry dengan
34% air
Slurry dengan
15% air akibat
dilakukan press
terlebih dahulu
Umpan
dengan
kadara air 8
- 10 %
Pyroprocessing
Preheating
Terjadi di kiln
Terajadi di kiln
Terajadi di
kiln
Calcining
Terjadi di kiln
Terajadi di kiln
Sebagian
besar di kiln
Sintering
Clinker cooling
1.6 Keekonomian
Biaya Produksi dan Operasional Industri Semen
Tabel 1.6.1 Variabe cost industri semen berdasarkan produksi klinker
Description
Batu kapur
Tanah liat
Pasir besi
Fuel
Power
Stores& Spares
Total
Kebutuhan
kg/kg Cost
klinker
1.318
0.225
0.035
0.202
55
Rp/ton
of
klinker
88767
1544
4052
85294
40524
16596
236777
Pp/ton
Kebutuhan
semen
0.96
0.04
37
kg/kg
Rp/ton semen
227321
4631
27267
266050
12
Kwh/Ton
Kwh/Ton
Kwh/Ton
material
2
12
2
25
30
Clinker
3.1
18.6
3.1
25
5.1
55
cement
3
18
3
24
5
53
30
1.5
30
1.5
1
1
1
Ball Mill
30
Packing
1.5
Water supply
Lighting
Misc.
Losses Total of c.mill and
2.5
others
Grand Total
90
13
BAB II
DESKRIPSI PROSES
2.1 Metode Pembuatan Semen
Pada makalah ini proses pembuatan semen dengan menggunakan proses
kering. Proses kering adalah proses yang lebih ekonomis dibandingkan dengan proses
lainnya dan proses ini sering digunakan di industri dikarenakan :
a. Ditinjau dari produk yang dihasilkan :
Produk yang dihasilkan dalam bentuk padatan kering.
b. Ditinjau dari segi bahan baku :
- Kebutuhan energi panas yang rendah dikarenakan bahan baku pada kondisi kering
c.
-
Tanah liat
Tanah liat Merupakan bahan tambang yang banyak mengandung silika atau
aluminat. Jenis batuan yang termasuk dalam bahan ini adalah silica stone, chart, flint,
quartei. Clay terdiri atas banyak variasi komposisi dan merupakan senyawa alumina
silikat hidrat dengan kandungan mineral kaolinit atau illit.
Berat Molekul : 101,94 gr/mol
Fasa
: Padatan
Warna
: Coklat Kekuningan
Specific Grafity : 2,36
Kadar air
: 18-25 %
Silika modulus : 3,03
Iron modulus : 3,79
CaO
: 2,5 %
Ukuran material : 0-30 mm
Bulk Density : 1,4 ton/m3
Sifatnya
: Apabila dipanaskan atau dibakar akan berkurang sifat keliatannya dan
menjadi keras bila ditambah air
Warna
: Putih jika tidak ada pengotor tetapi jika ada senyawa besi organik maka
akan berwarna coklat kekuningan
Reaksinya
: Al2Si2O7XH2O Al2O3 + 2SiO2XH2O
Pasir silika
Pasir silika berfungsi untuk memperbaiki kandungan oksida silika dalam campuran bahan
baku.
Fasa
: Padatan
Warna
: Abu-abu
Specific Grafity : 2,37
Kadar air
: 18-25 %
Silika modulus : 5,29
Iron modulus : 2,37
Ukuran material : 0-30 mm
Bulk Density : 1,45 ton/m3
Pasir Besi
Pasir besi berfungsi untuk meningkatkan kandungan oksida besi yang ada sehingga
diperoleh komposisi yang sesuai dengan yang diinginkan.
Berat Molekul :
Fasa
: Padat
Warna
: Hitam
Kadar air
: 8,4%
Ukuran material : 0,50 mm
Bulk Density : 1,8 ton/m3
15
C3
C2
Tipe I, Normal
49
25
12
46
29
12
2,8 0,6
15
12
30
46
13
43
36
12
C3A
C4A
F
CaSO4
Ca
O
MgO
sedangkan yang digunakan untuk menampung tanah liat, silica dan pasir besi, dilengkapi
dengan kisi kisi. Kisi kisi ini berguna untuk menyaring bahan yang ukuran diameternya
lebih besar dan diperkirakan dapat mengganggu sistem kerja crusher. Alat utama untuk
menghancurkan bahan mentah adalah crusher, sedangkan alat alat pendukung dalam proses
ini adalah :
-
Dump Truck
Hopper
Feeder
Alat penghancur crusher dilengkapi dengan sebuah alat untuk mengumpankan
Stock pile
Bin
Sedangkan alat alat penunjang yang membantu dalam penyimpanan bahan baku adalah :
-
Tripper
Reclaimer
Umumnya stock pile dibagi menjadi dua bagian yaitu sisi kanan dan sisi kiri
hal ini dilakukan untuk menunjang proses, jika stock pile bagian kanan sedang digunakan
sebagai masukan proses, maka sisi bagian kiri akan diisi bahan baku dari crusher, begitu juga
sebaliknya. Untuk mengatur letak penyimpanan bahan baku, digunakan tripper selain itu stock
pile juga dilengkapi dengan reclaimer. Reclaimer ini berfungsi untuk memindahkan atau
18
mengambil raw matrial dari stock pile ke belt conveyor dengan kapasitas tertentu, sesuai
dengan kebutuhan. Proses alat ini berfungsi untuk menghomogenkan bahan baku yang akan
dipindahkan ke belt conveyor. Selanjutnya bahan baku dikirim dengan menggunakan belt
conveyor menuju tempat penyimpanan kedua, merupakan awalan masukan proses pembuatan
semen, yaitu bin. Semua bin dilengkapi dengan alat penditeksi ketinggian atau level indicator
sehingga apabila bin sudah penuh, maka secara otomatis masukan material kedalam bin akan
terhenti. Khusus dalam penanganan gypsum, stock pile gypsum tidak dilengkapi dengan
reclaimer. Di daerah stock pile, gypsum dimasukan kedalam hopper dengan menggunakan
truck penyodok dan dikirim ke bin dengan menggunakan belt conveyor.
2. Milling Dan Separating
Proses milling sebenarnya adalah size reduction tetapi ukuran hasil milling berupa
partikel dengan ukuran berkisar 20-900 mikro meter dengan kata lain berbentuk powder. Pada
proses milling berfungsi untuk memisahkan antara bahan baku yang ukurannya belum
memenuhi syarat maka dilakukan proses pemisahan menggunakan grit separator yang bekerja
dengan bantuan air blow (tiupan udara) dimana partikel yang ringan akan terbawa udara
bergerak sedangkan ukuran partikel yang tidak memenuhi syarat tidak terbawa udara dan
dikembalikan ke proses milling untuk direduce kembali ukurannya. Udara yang digunakan
adalah udara panas yang diperoleh dari buangan dari alat preheater. Ukuran bahan baku yang
telah memenuhi syarat yang terbawa oleh tiupan udara harus diambil kembali untuk
dimasukan ke proses selanjutnya. Untuk memisahkan partikel yang terbawa udara digunakan
cyclon. Proses separasi oleh cyclon ini bahan baku dari aliran tersuspensi di dalam gas terjadi
sebagai akibat adanya gaya sentrifugal yang dialami oleh bahan baku sehingga partikel bahan
baku akan cenderung terlempar ke dinding cyclon. Proses separasi pada cyclon sangat
dipengaruhi oleh ukuran partikel, densitas partikel, kecepatan aliran dan bentuk serta demensi
siklon. Didalam cyclon udara dipompa kembali ke saparator sedangkan partikel di kirim ke
blending system.
3. Penggilingan Dan Pengeringan Bahan Baku
19
20
21
secara paralel karena partikel terbawa oleh aliran gas. Tetapi jika dilihat sistem secara
keseluruhan maka pada sistem preheater terjadi perpindahan panas secara berlawanan
(counter-current) karena arah aliran gas ke atas sedang arah aliran bahan baku ke bawah.
Perpindahan panas antara gas dan material terjadi pada kondisi material yang tersuspensi.
Sebagian besar perpindahan panas terjadi di gas duct, menurut literatur yaitu sekitar 80 %
sedang sisanya terjadi di cyclon. Namun demikian proses ini masih tergantung pada ukuran
partikel. Semakin kecil ukuran partikel, perpindahan panas akan terjadi dalam waktu yang
lebih singkat, sehingga tidak menutup kemungkinan seluruh proses perpindahan panas
partikel berukuran kecil terjadi di dalam duct.
Waktu tinggal partikel bahan baku pada preheater 4-stage dengan ketinggian kurang
lebih 50 m, dari tempat feeding sampai dengan inlet kiln, kurang lebih antara 12 20 detik.
Selama perioda ini bahan baku dipanaskan dari 50 oCsampai dengan 1000oC atau lebih,
sementara gas panas turun dari sekitar 1100 oC menjadi sekitar 330oC. Laju gas dan material
pada gas duct sekitar 20 22 m/detik. Waktu yang dibutuhkan untuk separasi di cyclon harus
diseimbangkan dan disesuaikan dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan material
pada pipa bahan baku sehingga penyumbatan bahan baku yang mengganggu kelancaran aliran
bahan baku dapat dihindari. Jika terdapat partikel halus baik dari bahan baku yang tidak
terpisahkan oleh cyclon dan terbawa terus bersama udara panas maka bahan baku ini akan di
saring di dust collector agar tidak terbuang ke udara lingkungan.
6. Pembakaran ( Firring )
pembakaran dari temperatur yang rendah menuju temperatur yang lebih tinggi. Diameter
tanur putar adalah 5,6 meter dan panjangnya adalah 84 meter, sedangkan kapasitas desainnya
adalah 7800 ton / hari. Bahan bakar yang digunakan adalah batu bara, sedangkan untuk
pemanasan awal digunakan Industrial Diesel Oil ( IDO ). Untuk mengetahui sistem kerja
tanur putar, proses pembakaran bahan bakarnya, tanur putar dilengkapi dengan gas analyzer.
Gas analyzer ini berfungsi untuk mengendalikan kadar O2 ,CO, dan NOx pada gas buang jika
terjadi kelebihan atau kekurangan, maka jumlah bahan bakar dan udara akan disesuaikan.
Daerah proses yang terjadi didalam tanur putar dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu :
1. Daerah transisi ( Transision zone )
2. Daerah pembakaran ( Burning zone )
3. Daerah pelelehan ( Sintering zone )
4. Daerah pendinginan ( Colling zone )
Didalam tanur putar terjadi proses kalsinasi ( Hingga 100 % ), sintering, dan
clinkering. Temperatur material yang masuk ke dalam tanur putar adalah 800 900 oC
sedangkan temperatur clinker yang keluar dari tanur putar adalah 1300 1450 oC. Didalam
rotary kiln terjadi beberapa reaksi. Reaksi-reaksi ini adalah bertujuan untuk membentuk
kilnker. Berikut adalah reaksi-reaksi didalam kilnker:
Complete Calcination. Reaksi kalsinasi yang mungkin terjadi karena kalsinasi pada
calsiner di dalam prehaeter belum 100%
CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
T >900oC
7. Clinker Cooling
dari tanur putar masuk kedalam compartemen, dan akan terletak di atas grade. Dasar grade ini
mempunyai lubang lubang dengan ukuran yang kecil untuk saluran udara pendingin.
Clinker akan terus bergerak menuju compartemen yang kesembilan dengan bantuan grade
yang bergerak secara reciprocating, sambil mengalami pendinginan pada ujung compartemen.
Kesembilan terdapat clinker breaker yang berguna untuk mengurangi ukuran clinker
yang terlalu besar. Selanjutnya clinker dikirim menuju tempat penampungan clinker ( clinker
silo ) dengan menggunakan alat transportasi yaitu deep drawn pan conveyor. Sebelum sampai
di clinker silo, clinker akan melalui sebuah alat penditeksi kandungan kapur bebas, jika
kandungan kapur bebas clinker melebihi batas yang diharapkan maka clinker akan dipisahkan
dan disimpan dalam bin tersendiri. Kapasitas desain clinker silo adalah 75000 ton sedangkan
bin penampung reject clinker kapasitasnya adalah 2000 ton.
8. Penggilingan Akhir
alat utama yang digunakan pada penggilingan akhir ballmill, dimana terjadinya pula
penggilingan clinker dengan gypsum. Pencampuran kilnker dengan gypsum tidak menglami
reaksi, hanya pencampuran biasa saja. Pencampuran gypsum dan kilnker dilakukan sambil
pengecilan ukuran partikel didalam ballmill. Didalam alat ini kilnker dan gypsum di
umpankan dan dihancurkan pada tempat yang sama. Kilnker dan gypsum dengan ukuran yang
telah hancur akan keluar dari ballmill. Untuk memisahkan ukuran partikel yang telah sesuai
yaitu berkisar 70 mikrometer digunakan girt separator dengan menggunakan bantuan tiupan
udara yang akan membawa partikel yang telah halus. Partikel yang telah halus terbawa oleh
udara pada alat separator sedangkan partikel yang belum halus dikembalikan kembali ke
ballmill untuk di miling kembali. Partikel yang halus terbawa tiupan udara dipisakan
menggunakan cyclon. Produk dari cyclon berupa semen kemudian dibawa ke storage semen
berupa silo. Jika terdapat semen yang tidak terpisahkan oleh cyclon maka semen ini akan
terbawa oleh udara dan masuk ke electrostatic precipitator, semen yang tersaring di
electrostatic precipitator kemudian akan diberikan ke silo.
9. Packing
26
27
BAB III
PENUTUP
Semen adalah suatu campuran senyawa kimia yang bersifat hidrolisis, artinya
jika di campur dengan air akan mengikat bahan-bahan lain menjadi satu kesatuan masa
yang dapat memadat dan mengeras. Semen dapat dibuat dengan beberapa alternatif
proses yang inti perbedaannya yakni terdapat pada proses blending dan homogenisasi
bahan baku. Alternatif proses pembuatan semen ini antara lain proses basah, proses semi
basah, proses semi kering, proses kering. Bahan baku semen terdiri dari batu kapur,
tanah liat, pasir besi, pasir silikat dan gypsum. Semen terdiri dari dicalcium silicate
(C2S), tricalcium aluminate (C3A), tricalcium alumino phase ferrite (C4AF), tricalcium
silicate (C3S), gypsum (CaSO4), CaO dan MgO dengan komposisi yang berbeda beda
bergantung dari jenis dan kegunaan semennya. Secara umum kegunaan semen adalah
untuk keperluan pembangunan bangunan dan pembuatan beton.
Secara garis besar proses pembuatan semen dengan alternatif proses kering ini
adalah sebagai berikut :
1. Quarring adalah proses penambangan bahan baku utama yaitu limestone,
claystone dan sandstone
2. Crushing, yaitu proses pengecilan ukuran bahan baku agar dapat dimasukan ke
dalam proses milling.
28
3. Milling , yaitu proses pengecilan ukuran bahan baku lebih lanjut sampai ukuran
partikel 20-900 mikro meter.
4. Separating, bertujuan untuk memisahkan bahan baku yang ukurannya telah 20900 mikro meter dengan bahan baku yang masih kasar.
5. Blending bertujuan untuk mencampurkan seluruh bahan baku yang telah halus
dengan teknik fluidisasi.
6. Preheating adalah pemanasan awal yang bertujuan untuk menghilangkan kadar
air di alat preheater berupa cyclon.
7. Pembakaran, pada proses ini terjadi kalsinasi yaitu proses pembentukan CaO
dan MgO dari CaCO3 dan MgCO3 dan pembuatan kilnker yaitu pembentukan
senyawa C3S, C2S, C3A, dan C4AF
8. Clinker cooling didalamnya terjadi pendinginan kilnker dengan bantuan udara
pendingin yang ditiupkan melalui bagian bawah.
9. Penggilingan akhir, pada proses ini kilnker dan gypsum dicampurkan sambil
mengecilkan ukuran partikel yang telah sesuai yaitu berkisar 70 mikrometer.
10. Packing adalah proses terakhir untuk membungkus semen yang telah jadi
dalam ukuran suck semen.
29
DAFTAR PUSTAKA
30