Anda di halaman 1dari 20

SEMEN PORTLAND

OLEH :
IR. POCUT NURUL ALAM, MT
Industri semen

 Kata “cement” berasal dari kata lain “cementum” yang


artinya perekat/pengikat. Bahan perekat tersebut diperoleh
dari batu kapur yang serbuknya telah digunakan sebagai
bahan adukan (mortar). Dalam perkembangan kata
“cement” mengalami perubahan sedikit demi sedikit
diartikan sebagai segala macam bahan perekat seperti
“rubber cement” dan “Portland Cement”.
Industri Semen

 Semen Merupakan suatu perekat batu-batuan yang digunakan


untuk konstruksi bangunan yang komposisinya terdiri dari oksida
kalsium, alumina, silika, dan besi.
 Proses pembuatan semen sudah dikenal sejak zaman Mesir kuno.
Bahan ini sebagai hasil kalsinasi gypsum yang tidak murni.
 Pada tahun 1755, John Smeaton dari Inggris menemukan hydraulic
lime yang dibangun untuk gedung
 Pada tahun 1824, John Aspendem seorang tukang batu dari inggris
membuat patent dengan cara pembuatan batu-batuan.
 Semen yang dipakai akhirnya dikenal sebagai Portland Cement,
karena bentuk dari semen yang telah mengeras mirip dengan
Portland Stone yang merupakan bahan bangunan pada saat itu
Klasifikasi Semen

 Expensive cement, untuk spasi pada sambungan beton


 Ferros cement, untuk konstruksi kedap air
 Mesonry cement, untuk spasi antara pasangan batu tahan api.
 Oil well cement, untuk sumur-sumur minyak yang
bertekanan dan suhu tinggi
 White cement, untuk keperluan dekorasi
 Pozzoland cement, untuk konstruksi yang dipengaruhi oleh
air laut
 Portland cement, untuk konstruksi yang tidak memerlukan
sifat-sifat khusus
Berdasarkan standar industri Indonesia (SII 0031-81) dan American
Society for Testing Material Cement (ASTM C 0150-78)., sement
Portland dapat dibagi menjadi lima tipe, yaitu:

1. Tipe I, yaitu semen portland biasa (regular) yang


digunakan untuk konstruksi bangunan umum, yang
tidak memerlukan persyaratan khusus. Tipe ini banyak
diproduksi oleh pabrik semen dalam jumlah besar.
2. Tipe II, yaitu semen portland untuk konstruksi
bangunan yang memerlukan ketahanan terhadap sulfat
dan mempunyai panas hidrasi sedang. Tipe ini baik
untuk kontruksi pelabuhan.
3. Tipe III, yaitu semen portland untuk konstruksi bangunan yang
memerlukan kekuatan yang tinggi pada fasa permulaan setelah
terjadi pengikatan. Tipe ini baik untuk pembuatan konstruksi
bangunan yang mendapat beban berat seperti pada pembuatan jalan.

4. Tipe IV, yaitu semen portland untuk konstruksi bangunan yang


memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan mempunyai panas hidrasi
rendah. Jenis ini sangat baik untuk pembuatan konstruksi bangunan
air.

5. Tipe V, yaitu semen portland untuk konstruksi bangunan yang


memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Tipe ini sangat baik
untuk pembuatan konstruksi bangunan yang mengalami pengaruh
sulfat.
Senyawa-senyawa Mineral Semen

 Tricalsium silikat (C3S) dengan rumus 3CaO.SiO2, merupakan


unsur utama dalam semen yang memberi kekuatan tekan awal.
Biasanya dibutuhkan sekitar 52-60%.
 Dicalsium silikat (C2S) dengan rumus 2CaO.SiO2 memberi
pengaruh terhadap kekuatan tekan akhir semen Portland,
biasanya kadar C2S dalam klinker sekitar 22%.
 Tricalsium aluminat (C3A) dengan rumus 3CaO.Al203. senyawa
ini memberi sifat plastisitas pada adonan semen. Semakin tinggi
kadar C3A maka akan semakin baik sifat plastisitasnya.
Biasanya kadarnya sekitar 8,5 - 9,5%.
Senyawa-senyawa Mineral Semen

 Tetracalsium aluminaferit (C4AF) dengan rumus


4CaO.A1203.Fe2O3. senyawa ini mempunyai sifat menentukan
warna dari semen dan tidak memberi pengaruh pada kekuatan tekan.
Semakin tinggi kadarnya maka warna semen semakin gelap.
Kandungan besi (Fe2O3) untuk menurunkan titik lebur pada
pembakaran di dalam kiln.

 Magnesium oksida (MgO), rumus molekul MgO. Magnesium


oksida ini bersama CaO dapat menyebabkan reaksi antara semen
dengan air menjadi lambat.
Macam-macam Proses

 Proses basah (wet process)


Kurang ekonomis
Proses ini menggunakan air sebanyak 30-50% berbentuk bubur (slurry)
Dibakar dalam tanur putar (rotary kiln).
Hasil yang diperoleh dari pembakaran ini berupa terak (clinker).
Clinker dingin sampai suhu 100-150 °C
Digiling + gypsum dalam cement mill sampai mencapai kehalusan tertentu sehingga
dihasilkan semen yang diinginkan.
 Adapun keuntungan proses basar adalah pencampuran bahan baku lebih homogen karena
berbentuk bubur dan tidak banyak menghasilkan debu yang dapat memberi dampak negatif
terhadap lingkungan. Sedangkan kerugian dari proses ini adalah tanur yang digunakan lebih
panjang yaitu sekitar 90-120 m agar pemanasannya lebih sempurna dan pembakaran klinker
membutuhkan panas yang banyak sehingga tidak efisien dalam pemakaian energi.
Proses kering

 Persiapan bahan baku


 Penggilingan bahan baku
 Pemanasan awal, pembakaran, dan pendinginan
 Penggilingan clinker
 Pengantongan dan pengapalan
 Unit Utilitas
Bahan Baku

 Bahan baku pembuatan semen terdiri dari :


 Batu kapur (Limestone)
 Tanah liat (Siltstone)
 Tanah Alumina (Shalestone)
 Pasir besi ( Iron sand)
 Pozzoland untuk semen PPC
 Gypsum
Bahan Baku terdiri dari :

Limestone Siltstone Shalestone

Iron Sand Pozzolan Gypsum


Penambangan Batu Kapur

 Pembersihan (Cleaning)
 Pengeboran (Drilling)
 Peledakan (Blasting)
 Pengangkutan (Loading)
 Hauling
 Crusher
Penambangan Tanah Liat (Siltstone) dan Tanah Alumina
(Shalestone)

 Tanah liat (siltstone) digunakan sebagai sumber silika (SiO 2), sedangkan tanah alumina
(shalestone) sebagai sumber alumina (Al2O3). bahan diperoleh dari sistem penambangan
terbuka quarry II yang terletak di daerah Krueng Raba, sekitar 2 km dari lokasi pabrik.
Tanah liat dan tanah alumina lebih lunak dari batu kapur sehingga pengambilannya tidak
membutuhkan peledakan (blasting).
Penambangan Pasir Besi (Iron Sand)
 Bahan tambahan (additive) yaitu pasir besi (iron sand) digunakan
sebagai sumber ferrit (Fe2O3) karena umumnya Fe2O3 sangat
kurang kandungannya baik dalam siltstone maupun alumina.
Pasir berbentuk butiran dengan ukuran 0,5 mm tidak perlu
dihancurkan. Pasir besi ini didatangkan dari Lampanah, Aceh
Besar.
 Pasir besi berfungsi sebagai senyawa yang bisa menurunkan titik
leleh dalam pembakaran dan dapat mempengaruhi warna semen.
Gypsum
 Gypsum merupakan mineral yang mempunyai rumus kimia
CaSO4.2H2O. Bahan ini banyak terdapat di alam, juga dapat
diperoleh sebagai hasil sampingan industri yang dinamakan
dengan gypsum sintetik
 Penambahan gypsum pada proses pembuatan semen adalah
sebagai pengatur lamanya waktu pengerasan (setting time)
pada semen. Untuk semen OPC dan PPC digunakan
gypsum 3 - 5 %.
Pozzolan
 Pozzolan merupakan bahan yang terdiri dari senyawa silika
dan alumina. dimana bahan tersebut tidak mempunyai bahan
pengikat seperti semen, namun bahan pozzolan mengandung
senyawa silika – alumina aktif yang dapat bereaksi dengan
kalsium hidroksida pada temperatur kamar dan dengan adanya
air akan membentuk senyawa kalsium silika hidrat dan
kalsium aluminat hidrat yang mempunyai sifat mengeras dan
mengikat seperti semen.
 Pozzoland dapat dikategorikan kedalam 2 kelompok yaitu :
 Pozzolan alam (natural pozzolan) :merupakan hasil proses
vulkanisasi gunung berapi yang terbentuk dari senyawa oksida
silika dan alumina dimana partikel-partikelnya berbentuk
kristal dan glassy, misalnya abu vulkanis, tanah diatome dan
tufa.
 Pozzolan buatan (artificial pozzolan) : diperoleh dari hasil
samping sisa pembakaran batu bara yang lebih dikenal dengan
fly ash dan juga dapat diperoleh dari proses pembakaran batu-
batuan silika seperti clay, shale dan diatomite.
Tabel Perbandingan Komposisi semen OPC, PCC dan PPC

Komposisi OPC PPC PCC

Clinker 96% 76% 62%

Gypsum 4% 4% 4%

Pozzolan 0% 20% 0%

Lime Stone 0% Tergantung kwalitas klinker 34%

Blaine 3300 – 3500 cm2/gr 4200 – 4400 cm2/gr 4400 – 4600 cm2/gr

SO3 2,3-2,5% 2,40-2,60% 2,40-2,60%

R 45µ 10% max 10% max 10% max

F.CaO 2% max 2,5% max 2,5% max

LOI 4,5% max - 13,5-15,5%

SiO2 20,5% max 33,0-35,0% -

Anda mungkin juga menyukai