DASAR TEORI
II-1
karbon dioksida(CO2). Batu kapur tohor (CaO) bereaksi dengan senyawasenyawa lain membentuk klinker kemudian digiling sampai menjadi
tepung yang kemudian dikenal dengan Portland.
2.1.2 Bahan baku semen
Semen terdiri dari dua jenis, yaitu semen Portland dan semen
pusolan. Semen Portland (natural cement) adalah campuran antara
batugamping, lempung dan silika, setelah digerus dan dicampur dengan
air menghasilkan semen Yang bersifat keras. Sedangkan semen pusolan
(pozzolan cement), yaitu campuran gamping halus dan batuan gunung api
(tufa silikaan dan abu gunung api) atau bahan lain yang kemudian
dicampur dengan air menjadi bahan keras.
Semen Portland adalah perekat hidrolis yang dihasilkan dari
penggilingan klinker dengan bahan utamanya yaitu kalsium silikat
(CaSiO2), dan satu atau dua bahan kalsium sulfat (CaSO 4) sebagai bahan
tambahan. Sesuai dengan fungsinya, bahan mentah dalam industri semen
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
1) Bahan mentah utama (Raw materials)
Bahan mentah ini merupakan bahan yang tidak bisa diganti
kedudukannya dengan bahan lain, karena semen sebagaian besar
tersusun dari bahan ini, yaitu batugamping dan lempung. Kedua bahan ini
memegang peranan yang sangat penting karena pada bahan ini mineral
calcareous (CaCO3 75 %) dan mineral argillaceaus (CaCO3 75 %)
terdapatnya atau berupa CaO. Pada adonan semen batugamping
mempunyai komposisi 70% - 75 % dan batu lempung 15 % - 20 %.
2) Bahan korektif (corrective materials)
II-2
Bahan korektif untuk pembuatan semen yaitu pasirbesi (Fe 2O3) dan
pasirkuarsa (SiO2). Komposisi untuk adonan semen dari kedua bahan ini
termasuk unsur minor karena berjumlah paling kecil. Pasirkuarsa
mempunyai komposisi 0,5% - 1,0% sedangkan pasirbesi 0,0% - 0,5% dari
keseluruhan adonan semen. Bahan ini dipakai apabilah kekurangan salah
satu komponen pada pencampuran bahan bahan mentah utama,
misalnya kekurangan unsur CaO, SiO2 atau Al2O3 dalam adonan.
Sedangkan pasir besi kadang kadang dapat diganti atau bahkan tidak
digunakan sama sekali apabila unsur yang terkandung didalamnya telah
tersedia.
3) Bahan tambahan (additive materials)
Bahan tambahan yaitu gipsum, yang ditambahkan pada saat
pembuatan semen sedang berlangsung, dicampurkan pada klinker atau
ditambahkan pada raw-mix. Komposisi gipsum dalam semen yaitu sekitar
4% - 6% dari keseluruhan bahan semen dan bahan ini dapat mengandung
sulfat (SO4).
Bahan bahan mentah untuk semen tersebut mempunyai
komposisi berbeda untuk pembuatan semen Portland, begitu pula
kandungan unsur tiap bahan bakunya berbeda pula satu sama lain, dan
pada umumnya komposisi bahan bentuk semen adalah sebagai berikut :
1) Batu gamping
= 70% - 75%
2) Batu Lempung
= 15% - 20%
3) Gipsum
= 4% - 6%
4) Pasir kuarsa
= 0,5% - 1%
5) Pasir besi
= 0,0% - 0,5%
2.1.3 Komposisi bahan baku semen
1) Batu gamping
II-3
(2.1.3.-1)
2,8 (% SiO2) + 1,2 (% Al2O3) + 0,65 (% Fe2O3)
2) Batu Lempung
Batu Lempung yang akan dipakai sebagai bahan baku semen
sebaiknya mempunyai kadar SiO2 lebih besar dari 70 % dan Al 2O3 lebih
kecil dari 10 %. Kedua unsur pembentuk batu lempung ini berfungsi
sebagai bahan pengoreksi. Jika kadar Fe 2O3 dalam batu lempung lebih
kecil dari 10 % maka perlu memakai bahan pengoreksi yaitu berupa pasir
besi.
3) Gipsum
Gipsum (CaSO4.2H2O) dipergunakan sebagai bahan tambahan
(additive material) pada pembuatan semen Portland dengan jumlah antara
4% - 6%. Fungsi gypsum disini adalah sebagai bahan yang dapat
II-4
= 30 % - 45 %
= 20 % - 35 %
=1%-3%
= 7 % - 10 %
=0%-1%
II-6
baku
yang
telah
homogen
ini
diumpankan
ke
dalam
II-7
terhadap
serangan
sulfat,
panas
hidrasi
dan
lainya.
II-8
tersebut adalah
sebagai
retarder
atau
penghambat yang
II-9
2 (2CaO.SiO2) + 4 H2O
3 CaO.2SiO2.2H2O + Ca (OH)2
II-10
3CaO.Al2O3.6H2O
3CaO.Al2O3.3CaSO4.32 H2O
II-11
3CaO.Al2O3.6H2O+
3CaO.Fe2O3.6H2O
II-12
C2S + 5H2O
C2S.5H2O
6C3S + 18H2O
C5S6.5H2O + 13Ca(OH)2
C3A.3CS.32H2O
C4AF + 7H2O
C3A.6H2O + CF.H2O
MgO + H2O
Mg(OH)2
3) Panas hiderasi
Panas hiderasi adalah panas yang dilepaskan selama semen
mengalami proses hiderasi. Jumlah panas hiderasi yang terjadi tergantung
tipe semen, kehalusan semen, dan perbandingan antara air dengan
semen.
Kekerasan awal semen yang tinggi dan panas hiderasi yang
besar kemungkinan terjadi retak retak pada beton, hal ini disebabkan
oleh phosphor yang timbul sukar dihilangkan sehingga terjadi pemuaian
pada proses pendinginan.
4) Penyusutan
Ada tiga macam penyusutan yang terjadi dalam semen :
a) Penyusutan karena pengeringan (drying shringkage)
b) Penyusutan karena hiderasi (hideration shringkage)
c) Penyusutan karena karbonasi (carbonation shringkage)
Yang paling berpengaruh terhadap permukaan beton adalah
drying shringkage, penyusutan ini terjadi karena penguapan selama
proses setting dan hardening. Bila besaran kelembapannya dapat dijaga,
maka keretakan beton dapat dihindari. Penyusutan ini dipengaruhi juga
kadar C3A yang terlalu tinggi.
5) Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uap air dan CO 2
dalam jumlah yang cukup banyak sehingga terjadi penggumpalan. Semen
II-13
II-14
5) Pemecahan ( crushing )
2.3 Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dapat dibangun
adalah pada proses basah, jika kadar air slurry tidak mencapai 20-40 %
maka terak semen tidak akan terbentuk dengan baik dan tingkat
kehomogenannya kurang.
Pada proses kering, jika tepung baku tidak mencapai atau memiliki
air 0,5-1 %, maka proses pembakaran tidak mencapai maksimal standar
pengolahan kering.
II-16