Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS BATUBARA
( Sulfur Analizer )

Disusun Oleh
NAMA : ARBIKA

NIM : 17080007

LABORATORIUM ANALISIS BATUBARA


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTIKUM ANALISIS BATUBARA

Laporan ini diajukan sebagai tugas mingguan matakuliah


Praktikum Analisis Batubara, Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang
Tahun akademik 2019/2020

Disusun oleh

NAMA : ARBIKA

NIM : 17080007

Menyetujui,
Asisten Pembimbing

Ilep prengki, S.T

Arbika/17080007 ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, karena hanya berkat
dan pertolongan-nya maka laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya sesuai
dengan yang diharapkan.
Laporan ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk mengikuti responsi
sekaligus dapat dijadikan bahan dan materi untuk mempelajari mata kuliah
Batubara.
Pada kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1. Bapak Ansosry,S.T,M.T selaku dosen pengajar mata kuliah Batubara
Tahun Ajaran 2019/2020 Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Negeri Padang
2. Ilep Prengki, S.T. selaku pembimbing dalam pelaksanaan praktikum
serta dalam pembuatan laporan.
3. Kepada semua pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
telah membantu sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, baik dari segi
materi maupun segi penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan dalam penyempurnaan laporan akhir ini.

Padang, 9 April 2019


Penyusun

Arbika

Arbika/17080007 iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum ............................................................................. 2
II. LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar ................................................................................... 3
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Peralatan dan Perlengkapan ............................................................. 8
3.2 Prosedur Praktikum .......................................................................... 8
3.3 Gambar Peralatan ............................................................................. 11
IV. HASIL PRAKTIKUM
4.1 Tabulasi Data ................................................................................... 12
4.2 Perhitungan ...................................................................................... 12
V. PEMBAHASAN
5.1 Analisis Data .................................................................................... 19
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 20
6.2 Saran ................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21
LAMPIRAN

Arbika/17080007 iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar peralatan .................................................................................. 11

Arbika/17080007 v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel parameter........................................................................ 9
Tabel Data ............................................................................... 12

Arbika/17080007 vi
LAMPIRAN

LAMPIRAN
A. FOTO
B. LEMBAR KONSULTASI

Arbika/17080007 vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batubara adalah batuan organik yang tersusun atas karbon, oksigen,
hidrogen, dan sedikit sulfur. Batubara merupakan salah satu sumber energi di
Indonesia. Jumlah sumber daya batubara Indonesia mencapai 161 miliar ton
dan cadangannya mencapai 28 miliar ton (Departemen ESDM, 2011). Saat ini
hampir 70 % produksi batubara Indonesia dimanfaatkan oleh Perusahaan
Listrik Negara (PLN) sebagai bahan bakar pembangkit listrik dengan
persyaratan batubara yang digunakan harus memiliki kandungan sulfur
sekitar 0,4 % (Irwandy Arif, 2014). Pada industri semen batubara yang
digunakan harus memiliki persyaratan sulfur yang terkandung di dalam
batubara sebesar 0,8 % (Tekmira, 2006) dan sisanya digunakan di pabrik
tekstil, metalurgi, dan lain-lain dengan jumlah yang tidak terlalu besar.
Dalam pemanfaatannya terutama sebagai sumber bahan bakar
pembangkit listrik maupun penggunaan lainnya terdapat beberapa kendala
yang salah satunya adalah adanya gas SO 2 sebagai hasil pembakaran yang
dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Untuk mengurangi
jumlah gas SO2 yang dihasilkan dapat dilakukan dengan pengurangan kadar
sulfur di dalam batubara. Meskipun kandungan sulfur batubara Indonesia
masih tergolong rendah (Fatimah, 2006) akan tetapi pengggunaan batubara
dalam jumlah besar akan dapat meningkatkan emisi SO2 yang akan
dihasilkan. Seiring dengan terus berkembangnya isu mengenai lingkungan
maka, keberadaan SO 2 sebagai hasil pembakaran sangat menghawatirkan.
Salah satu metode yang pernah dilakukan untuk mengurangi kandungan
sulfur di dalam batubara adalah dengan cara melewatkan batubara ukuran 80
mesh dalam sebuah stationary bed selama 6 minggu pada temperatur 100 o C
(Li, 1977). Penelitian lainnya yaitu dengan cara mensuspensi batubara ukuran
60 2 mesh dalam air serta melewatkan gelembung-gelembung oksigen dala
suspensi tersebut pada temperatur 900 o C dengan kecepatan oksigen 0,113 m

Arbika/17080007 1
3 /menit sehingga dalam waktu satu minggu sulfur pyrit dapat teroksidasi
sebesar 79 % (Nelson et all, 1977).
Berdasarkan penelitan tersebut maka akan dilakukan perancangan alat
desulfurisasi batubara dengan metode elektrolisis dengan bahan baku
batubara yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi yaitu > 2%. Tujuan
dalam penelitian ini untuk menentukan pengaruh konsentrasi elektrolit dan
kecepatan pengadukan pengadukan terhadap kandungan sulfur dan nilai kalor
didalam batubara.
1.2 Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu menentukan dan mengetahui kadar sulfur pada batubara

Arbika/17080007 2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sulfur


Sulfur adalah komponen dalam batubara, yang terdapat sebagai sulfur
organik maupun anorganik. Umumnya komponen sulfur dalam batubara
terdapat sebagai sulfur syngenetik yang erat hubungannya dengan proses
fisika dan kimia selama proses penggambutan dan dapat juga sebagai sulfur
epigenetik yang dapat diamati sebagai pirit pengisi cleat pada batubara akibat
proses presipitasi kimia pada akhir proses pembatubaraan (Mackowsky,
1968).
Sulfur walaupun secara relatif kandungannya rendah, merupakan salah
satu elemen penting pada batubara yang mempengaruhi kualitas. Terdapat
berbagai cara terbentuknya sulfur dalam batubara, diantaranya adalah berasal
dari pengaruh lapisan pengapit yang terendapkan dalam lingkungan laut,
pengaruh air laut selama proses pengendapan tunbuhan, proses mikrobial dan
perubahan Ph (Casagrande et.al, 1987).
Di lingkungan laut, Ph umumnya berkisar antara 4 – 8 (netral – basa)
dan Eh cukup rendah, kecuali pada beberapa centimeter dari permukaan.
Sulfat berlimpah & umumnya cukup banyak ion Fe yang hadir baik sebagai
unsur terlarut dalam air laut atau penguraian dari bahan tumbuhan & mineral.
Keadaan ini menyebabkan aktifitas bakteri sangat berperan untuk
terbentuknya sulfur. Sedangkan lingkungan pengendapan batubara pada air
tawar (lacustrine dan rawa) Ph umumnya rendah. Sulfat terlarut juga rendah (
± < 40 ppm), sehingga sulfur yang terbentuk sedikit karena aktifitas bakteri
rendah. Dengan demikian jumlah sulfur yang dihasilkan tergantung pada
kondisi Ph, Eh, konsentrasi sulfat dan untuk pirit khususnya perlu kehadiran
ion Fe dan aktivitas bakteri. Pada lingkungan pengendapan batubara yang
dipengaruhi oleh endapan laut akan menghasilkan batubara dengan kadar
sulfur tinggi, sedangkan batubara yang terendapkan di lingkungan darat / air

Arbika/17080007 3
tawar umumnya didominasi oleh sulfur organik dengan persentase pirit yang
rendah.
Dari hasil penelitian mengenai pembentukan dan keberadaan sulfur pada
batubara dan gambut, Casagrande (1987) membuat beberapa kesimpulan,
yaitu:
- Secara umum batubara bersulfur rendah (<1%) mengandung lebih banyak
sulfur organik daripada piritik. Sebaliknya batubara dengan kandungan
sulfur tinggi mengandung lebih banyak sulfur piritik daripada organik.
- Batubara bersulfur tinggi biasanya berasosiasi dengan batuan penutup
yang berasal dari lingkungan laut.
- Kandungan sulfur pada batubara umumnya paling tinggi pada bagian roof
dan pada bagian floor lapisan batubara.
Berdasarkan definisi ISO, sulfur yang terdapat di dalam batubara untuk
keperluan analisis ada 3, yaitu sulfate sulfur, pyritic sulfur, dan organic
sulfur. Sulfate sulfur adalah sulfur yang terdapat dalam batubara, berbentuk
sebagai sulfat. Pyritic sulfur sulfur yang terdapat dalam batubara, berbentuk
sebagai pyrite atau marcasite.Organic sulfur adalah sulfur yang berikatan
dengan material batubara, nilainya didapat dari pengurangan total sulfur
dengan jumlah sulfate sulfur dan pyritic sulfur.
Organic sulfur = total sulfur – (sulfate sulfur + pyritic sulfur)
Pada saat pembakaran batubara di boiler, sulfur yang terdapat dalam
batubara akan berubah menjadi SO2 dan SO3 yang mencemari udara. Selain
itu, sulfur tersebut juga menimbulkan korosi pada permukaaan pemanas
boiler. Oleh karena itu, total sulfur pada steam coal diharapkan tidak lebih
dari 1%. Sedangkan pada pengolahan besi baja, total sulfur pada kokas
diharapkan tidak lebih dari 0,6%. Bila lebih dari nilai ini, kualitas
pemprosesan akan turun, seperti mudah rapuhnya besi atau baja tersebut.

Arbika/17080007 4
Terdapat 3 (tiga) jenis sulfur yang terdapat dalam batubara, yaitu :
1. Sulfur Piritik
Pirit (dan Markasit) merupakan mineral sulfida yang paling umum
dijumpai pada batubara. Kedua jenis mineral ini memiliki komposisi kimia
yang sama (FeS2) tetapi berbeda pada sistem kristalnya. Pirit berbentuk
isometrik sedangkan Markasit berbentuk orthorombik (Taylor G.H, et.al.,
1998).
Pirit (FeS2) merupakan mineral yang memberikan kontribusi besar
terhadap kandungan sulfur dalam batubara, atau lebih dikenal dengan sulfur
piritik (Mackowsky, 1943 dalam Organic petrology, 1998).
Berdasarkan genesanya, pirit pada batubara dapat dibedakan menjadi 2,yaitu :
1. Pirit Syngenetik, yaitu pirit yang terbentuk selama proses penggambutan
(peatification). Pirit jenis ini biasanya berbentuk framboidal dengan
butiran sangat halus dan tersebar dalam material pembentuk batubara
(Demchuk, 1992 dalam international journal of coal geology, 1992).
2. Pirit Epigenetik, yaitu pirit yang terbentuk setelah proses pembatubaraan.
Pirit jenis ini biasanya terendapkan dalam kekar, rekahan dan cleat pada
batubara serta biasanya bersifat masif. (Mackowsky, 1968; Gluskoter,
1977; Frankie and Howe, 1987 dalam international journal of coal
geology, 1992). Umumnya pirit jenis ini dapat diamati sebagai pirit pengisi
cleat pada batubara.
2. Sulfur Organik
Sulfur organik merupakan suatu elemen pada struktur makromolekul
dalam batubara yang kehadirannya secara parsial dikondisikan oleh
kandungan dari elemen yang berasal dari material tumbuhan asal. Dalam
kondisi geokimia dan mikrobiologis spesifik, sulfur inorganik dapat terubah
menjadisulfurorganik.(WiserW.H,2000).
Secara umum sebagian besar sulfur dalam batubara berupa sulfur
syngenetik yang keterdapatan dan distribusinya dikontrol oleh kondisi fisika
dan kimia selama proses pembentukan gambut. Sulfur organik dalam
batubara dapat berasal dari material kayu dan pepohonan. Disamping itu

Arbika/17080007 5
sebagian sulfur juga mungkin terjadi dari sisa-sisa organisme yang hidup
selamaperkembangangambut.
Sulfur organik dapat terakumulasi dari sejumlah material organik oleh
proses penghancuran biokimia dan oksidasi. Namun secara umum,
penghancuran biokimia merupakan proses yang paling penting dalam
pembentukan sulfur organik, yang pembentukannya berjalan lebih lambat
pada lingkungan yang basah atau jenuh air (A.C. Cook, 1982).
Sulfur yang bukan berasal dari material pembentuk batubara diduga
mendominasi dalam menentukan kandungan sulfur total. Sulfur inorganik
yang biasanya melimpah dalam lingkungan marin atau payau kemungkinan
besar akan terubah membentuk hidrogen sulfida dan senyawa sulfat dalam
kondisi dan proses geokimia. Reaksi yang terjadi adalah reduksi sulfat oleh
material organik menjadi hidrogen sulfida (H2S). Reaksi reduksi ini dipicu
oleh adanya bakteri desulfovibrio dan desulfotomaculum (Trudinger
et.al,Meyers,1982).
Unsur sulfur, hidrogen sulfida dan ion sulfida dapat bereaksi dengan
unsur atau molekul organik dari gambut menjadi sulfur organik. Unsur sulfur
(S) kemungkinan muncul dari proses oksidasi hidrogen sulfida yang terkena
kontak dengan oksigen terlarut dalam kisi – kisi air, di samping itu S juga
bisa muncul karena adanya aktivitas bakteri. Unsur sulfur (S) dapat bereaksi
dengan asam humik yang terbentuk selama proses penggambutan
(Meyers,1982).
Berdasarkan eksperimen dapat diketahui bahwa H2S juga dapat
bereaksi dengan asam humik yang terbentuk selama proses penggambutan.
Jenis interaksi antara H2S dengan asam humik inilah yang mempunyai
peranan paling penting dalam menentukan kandungan sulfur organik dalam
batubara (Meyers, 1982). Disamping itu kandungan sulfur organik yang
tinggi hanya akan berasosiasi dengan lingkungan rawa gambut yang minim
suplai Fe (Gransh & Postuma, 1974 ; Bein et.al, 1990 ; Zaback & Pratt dalam
Suits and Arthur, 2000).

Arbika/17080007 6
3. Sulfur Sulfat
Sulfat dalam batubara umumnya ditemui dalam bentuk sulfat besi,
kalsium dan barium. Kandungan sulfat tersebut biasanya rendah sekali atau
tidak ada kecuali jika batubara telah terlapukkan dan beberapa mineral pirit
teroksidasi akan menjadi sulfat. (Meyers, 1982 and Kasrai et.al, 1996).
Sulfur sulfat juga dapat berasal dari reaksi garam laut atau air payau yang
mengisi lapisan dasar yang jaraknya tidak jauh dan berada di atas atau di
bawah lapisan batubara. Pada umumnya kandungan sulfur organik lebih tinggi
pada bagian bawah lapisan, sedangkan kandungan sulfur piritik dan sulfat akan
tinggi pada bagian atas dan bagian bawah lapisan batubara.
Rumus Konversi Basis Adb Ke Ar dan Db

1. adb ke ar :

100−TM
ar = adb x
100−IM

2. adb ke db :

adb x 100
db =
100−IM

Keterangan :
Adb = Air Dried Based
Ar = As Received
Db = Dry Based

Arbika/17080007 7
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Peralatan dan Perlengkapan


Peralatan yang digunakan untuk analisis sulfur pada batubara adalah
LECO SC832 terdiri dari:
a. Neraca analitik
b. Tungku pemanas listrik (Tube Furnace, electricat heated) yang dapat
memanaskan pipa pembakaran dengan daerah panas sepanjang 150-165
mm pada suhu minimum 1350 C
c. Tabung pembakar (Combustion tube), dari porselen diameter dalam 23
mm, tebal dinding 3 mm, panjang 450 mm, tempat gas hasil pembakaran
menuju cell infrared
d. Tempat contoh berbentuk perahu (crossible) dari mika dengan ukuran
yang sesuai digunakan pada alat
e. Kawat tahan panas (boat puller assembly ) yang dibengkokkan ujungnya
untuk memasukkan dan mengeluarkan contoh dari tabung pembakaran
f. Tabung oksigen yang dilengkapi regulator gas
g. Spatula

3.2 Prosedur Praktikum


1. Persiapan instrument
a. Periksa tekanan ditabung gas oksigen, pastikan masih cukup untuk
melakukan analisa (minimal sisa 100 psi)
b. Pastikan bahwa tekanan oksigen ke instrument antara 15 dan 17 psi
c. Periksa Anhydrone pada reagent tube, pastikan tidak mengeras.
d. Periksa filter partikel dan ganti bila filter partikel sudah terlihat gelap
e. Hubungkan kabel AC ke listrik dan pastikan tegangan listrik yang
benar
f. Nyalakan instrument dengan menekan “ON”,tunggu kurang lebih 2
menit

Arbika/17080007 8
g. Double click ikon Cornerston untuk membuka software Cornerstone
SC832
h. Naikkan suhu furnace dimenu instrument > furnace > On, input 1350
pada Set Point untuk menaikkan suhu ke 1350º C. Tunggu hingga
mencapai suhu tersebut.
Klik Turn On Gas O2, tunggu 10 menit untuk stabilizing baseline,
periksa rotameter, untuk lance harus masuk kemenu Diagnostic >I/O
dan Lance On
Purge : 3,5 LPM
Measure : 2,5 LPM
Lance : 1,0 LPM
i. Periksa kondisi ambient instrument, dengan cara klik Diagnostic >
ambient chart

parameter minimum maximum typical


IR Cell Volt 0,0 v 4,9 V Varies
IR Cell Temperature Setpoint - Setpoint All 50 ºC except
1ºC +1ºc Low sulfur 45 ºC
Incoming pressure 13,0 psi 17,0 psi 15,0 psi
Pump pressure 10,0 psi 30,0 psi varies
Back pressure -10 mmHg +10 mmHg varies
MeFC temperature 44ºC 46ºC 45 ºC
Lower Cabinet 15ºC 40 ºC Ambient kurang
Temperature lebih 3 ºC
Upper Cabinet 15ºC 40 ºC Ambient kuranglebih
Temperature 13 ºC

j. Pastikan “READY TO ANALYZE” muncul distatus bar


k. Lakukan System Check dengan cara masuk menu Diagnostic > system
check > start, pastikan semua hasilnya menunjukkan Passed

Arbika/17080007 9
2. Persiapan analisa
a. Pastikan “ Ambient Monitor” sudah stabil dan sesuai parameter
b. Lakukan ‘System Check” dan “Leak Check” pastikan semuanya pass
c. Instrument sudah di kalibrasi dengan sample standard
d. Timbang sample dengan berat sekitar 0,2500 gram pada crucible
boat,diusahakan rata pada semua permukaan.

3. Analisa Sample
a. Klik icon sample
b. Masukkan nama untuk sample atau pilih nama sample yang sudah
tersedia, kemudian tekan enter.
c. Pilih method yang akan dipakai
d. Klik Analyze, tunggu hingga muncul Load Sample distatus bar
e. Masukkan boat yang berisi sample kedalam furnace
f. Setelah analisa selesai, secara otomatis hasil analisa akan muncul dan
siap untuk analisa berikutnya

4. Mencetak hasil analisa


a. Pilih sample yang akan diprint dengan cara klik select atau multi
b. Klik output, pilih print report lab
c. Pilih printer format, jika hanya satu yang tersedia maka otomatis
terpilih
d. Pilih :
a) Clear untuk clear print section
b) Preview untuk melihat data hasil print
c) Print untuk mencetak

Arbika/17080007 10
3.3 Gambar Peralatan

Komputer LECO SC832 Tabung Gas

Boat Poiller Assambly


Neraca Analitik

Crossible

Arbika/17080007 11
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

4.1 Tabulasi Data


Mess sulfur average
Nama method ( gram ) (%) analisis date
Batubara Asli coal 0.2500 1,23 04/08/2019
Batubara + 5ml
minyak coal 0.2500 0,976 04/08/2019
Batubara + 10 ml
minyak coal 0.2500 0,802 04/07/2019
Batubara + 15ml
minyak coal 0.2500 0,609 04/08/2019
Batubara + 20 ml
minyak coal 0.2500 0,428 04/08/2019
Data. 1 Nilai Sulfur

Inherent Moisture Free Face Moisture Total Moisture


Sampel
(%) (8,4 - % IM) ( FM% + IM % )
sampel asli 5.75 2,65 8,4
5 gram + 5ml 1.78 6,62 8,4
10 gram + 10 ml 0.57 7,83 8,4
10 gram + 5ml 0.80 7,6 8,4
15 gram + 10 ml 0.64 7,76 8,4
15 gram + 5ml 2.35 6,05 8,4
75 gram + 10 ml 0.74 7,66 8,4
120 gram + 10 ml 1.06 7,34 8,4
200 gram + 10 ml 2.12 6,28 8,4
Data. 2 Nilai IM,FM dan TM

4.2 Perhitungan
Analisis Sampel Batubara 5 gram + 5 ml Minyak

Results
Parameter As Received Air Dried Dried Basis
Basis Basis
Total Moisture ( % ) 8,4
Proximate Analsis
 Inherent Moisture ( % ) - 1,78 1,81
 Ash Content ( % ) 42,07 45,12 45,93
 Volatille Matter ( % ) 33,76 36,21 36,86
Total Sulfur ( % ) 0,910 0,976 0,993
Calorimeter ( Kcal/kg ) 7282,54 7808,86 7950,37

Arbika/17080007 12
1. Analisis sampel asli
 Konversi dari ADB ke DB
100
=
100−IM
100
=
100−5,75
100
= = 1,061
94,25

 Inherent Moisture = 1,061 × 5,75 = 6,10 %


 Ash content = 1,061 × 62,80 = 66,63 %
 Volatille Matter = 1,061 × 11,87 = 12,59 %
 Sulfur = 1,061 × 1,23 = 1,30
 Calorimeter = 1,061 × 7670 = 8137,93 Kcal/kg

 Konversi dari ADB ke ARB


100−TM
=
100−IM
100− 8,4
=
100 – 5,75
91,6
= = 0,971
94,25

 Inherent Moisture = -
 Ash content = 0,971 × 62,80 = 61,03 %
 Volatille Matter = 0,971 × 11,87 = 11,53 %
 Sulfur = 0,971 × 1,23 = 1,19
 Calorimeter = 0,971 × 7670 = 7454,34 Kcal/kg

Arbika/17080007 13
2. Analisis sampel 5 gram batubara + 5 ml minyak
 Konversi dari ADB ke DB
100
=
100−IM
100
=
100−1,78
100
= = 1,01
98,22

 Inherent Moisture = 1,01 × 1,78 = 1,81 %


 Ash content = 1,01 × 45,12 = 45,93 %
 Volatille Matter = 1,01 × 36,21 = 36,86 %
 Sulfur = 1,01 × 0,976 = 0,993
 Calorimeter = 1,01 × 7808,86 = 7950,37 Kcal/kg

 Konversi dari ADB ke ARB


100−TM
=
100−IM
100− 8,4
=
100 – 1,78
91,6
= = 0,932
98,22

 Inherent Moisture = -
 Ash content = 0,932 × 45,12 = 42,07 %
 Volatille Matter = 0,932 × 36,21 = 33,76 %
 Sulfur = 0,932 × 0,976 = 0,910
 Calorimeter = 0,932 × 7808,86 = 7282,54 Kcal/kg

Arbika/17080007 14
3. Analisis sampel 10 gram batubara + 10 ml minyak
 Konversi dari ADB ke DB
100
=
100−IM
100
=
100−0,57
100
= = 1,005
99,43

 Inherent Moisture = 1,005 × 0,57 = 0,57 %


 Ash content = 1,005 × 35,78 = 35,78 %
 Volatille Matter = 1,005 × 54,51 = 54,82 %
 Sulfur = 1,005 × 0,802 = 0,806
 Calorimeter = 1,005 × 7839,93 = 7884,87 Kcal/kg

 Konversi dari ADB ke ARB


100−TM
=
100−IM
100− 8,4
=
100 – 0,57
91,6
= = 0,92
99,43

 Inherent Moisture = -
 Ash content = 0,92 × 35,78 = 32,96 %
 Volatille Matter = 0,92 × 54,51 = 50,21 %
 Sulfur = 0,92 × 0,802 = 0,738
 Calorimeter = 0,92 × 7839,93 = 7222,54 Kcal/kg

Arbika/17080007 15
4. Analisis sampel 15 gram batubara + 10 ml minyak
 Konversi dari ADB ke DB
100
=
100−IM
100
=
100−0,64
100
= = 1,006
99,36

 Inherent Moisture = 1,006 × 0,64 = 0,644 %


 Ash content = 1,006 × 48,88 = 49,19 %
 Volatille Matter = 1,006 × 29,51 = 29,70 %
 Sulfur = 1,006 × 0,609 = 0,612
 Calorimeter = 1,006 × 7170,63 = 7216,81 Kcal/kg

 Konversi dari ADB ke ARB


100−TM
=
100−IM
100− 8,4
=
100 – 0,64
91,6
= = 0,921
99,36

 Inherent Moisture = -
 Ash content = 0,921 × 48,88 = 45,06 %
 Volatille Matter = 0,921 × 29,51 = 27,20 %
 Sulfur = 0,921 × 0,609 = 0,561
 Calorimeter = 0,921 × 7170,63 = 6610,60 Kcal/kg

Arbika/17080007 16
5. Analisis sampel 75 gram batubara + 10 ml minyak
 Konversi dari ADB ke DB
100
=
100−IM
100
=
100−0,74
100
= = 1,007
99,26

 Inherent Moisture = 1,007 × 0,74 = 0,745 %


 Ash content = 1,007 × 42,80 = 43,11 %
 Volatille Matter = 1,007 × 45,06 = 45,39 %
 Sulfur = 1,007 × 0,428 = 0,431
 Calorimeter = 1,007 × 7226,7 = 7280,57 Kcal/kg

 Konversi dari ADB ke ARB


100−TM
=
100−IM
100− 8,4
=
100 – 0,74
91,6
= = 0,922
99,26

 Inherent Moisture = -
 Ash content = 0,922 × 42,80 = 39,49 %
 Volatille Matter = 0,922 × 45,06 = 41,58 %
 Sulfur = 0,922 × 0,428 = 0,394
 Calorimeter = 0,922 × 7226,7 = 6669 Kcal/kg

Arbika/17080007 17
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Analisis Data


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang penentuan kadar
sulfur pada batubara dengan menggunakan peralatan LECO SC832 ini
bertujuan untuk mengetahui kadar sulfur yang terdapat pada sampel batubara
tersebut. Kadar sulfur yang terdapat pada batubara dapat dihitung dari kadar
pyrit sulfur, sulfat sulfur dan organik sulfur. Sulfur adalah senyawa anorganik
(abu), material yang tidak terbakar dalam pembakaran pada batubara. Sulfur
merupakan bagian dari mineral sulfat dan sulfida di dalam batubara yang
sifatnya mudah bersenyawa dengan unsur hidrogen dan oksigen untuk
membentuk senyawa asam.
Keberadaan senyawa sulfur diharapkan seminimal mungkin, standar
ASTM menetapkan bahwa batubara tidak boleh memiliki kandungan sulfur
lebih dari 1 %. Sulfur dalam bentuk pyrit dan sulfat merupakan bagian dari
mineral matter yang terdapat dalam batubara yang jumlahnya masih dapat
dikurangi dengan teknik pencucian. Sedangkan organik sulfur terdapat pada
seluruh material karbon dalam batubara dan jumlahnya tidak dapat dikurangi
dengan teknik pencucian.
Batubara dengan kadar sulfur yang tinggi menimbulkan banyak
masalah dalam pemanfaatannya. Apabila batubara itu dibakar, sulfur
menyebabkan korosi dalam ketel dan membentuk endapan isolasi pada
tabung ketel uap (slagging). Di samping itu juga menimbulkan pencemaran
udara, sebagian sulfur akan terbawa dalam hasil pencairan batubara,
gasifikasi, dan pembuatan kokas.
Dalam pembakaran batubara, semua belerang organik dan sebagian
belerang pyrit menjadi SO2. Oksida belerang ini selanjutnya dapat teroksidasi
menjadi SO3. Oksida – oksida belerang yang terbawa gas buang dapat
bereaksi dengan lelehan abu yang menempel pada dinding tungku maupun
pipa boiler sehingga menyebabkan korosi. Sebagian SO2 yang diemisikan ke

Arbika/17080007 18
udara dapat teroksidasi menjadi SO3 yang apabila bereaksi dengan uap air
menjadi kabut asam sehingga menimbulkan turunnya hujan asam. Pada kokas
kandungan sulfur tidak boleh melebihi 0,6 %.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil data
pengamatan analisa sulfur pada batubara yang diuji. Pada praktikum kali ini
dilakukan 5 kali percobaan dengan berat sampel yang berbeda-beda. Pada
sampel 1, berat sampel batubara asli sebesar 0.2500 gram didapatkan kadar
kandungan sulfur sebesar 1,23 %. Pada sampel 2, berat sampel sebesar
0.2500 gram Batubara + 5ml minyak didapatkan kadar kandungan sulfur
sebesar 0,976 %. Pada Sampel 3 Batubara + 10 ml minyak, berat sampel
sebesar 0.2500 gram didapatkan kadar kandungan sulfur sebesar 0,802 %,
Pada Sampel 4 Batubara + 15ml minyak, berat sampel sebesar 0.2500 gram
didapat kandungan sulfur sebesar 0,609 % dan Sampel 5 Batubara + 20 ml
minyak, berat sampel sebesar 0.2500 gram didapat kandungan sulfur sebesar
0,428%

Arbika/17080007 19
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dilakukan 5 kali percobaan dengan berat
sampel yang sama dengan campuran berbeda. Berat sampel sebesar 0.2500
gram dari ke 5 sampel dapat menghasilkan sbb :
 sampel 1, kadar batubara asli kandungan sulfur sebesar 1,23 %.
 Sampel 2,Batubara + 5ml minyak kadar sulfur sebesar 0,976 %.
 Sampel 3,Batubara + 10 ml minyak, kadar sulfur sebesar 0,802 %,
 Sampel 4, Batubara + 15ml minyak, kandungan sulfur sebesar 0,609 %
 Sampel 5, Batubara + 20 ml minyak, kandungan sulfur sebesar 0,428%

Kandungan sulfur tidak boleh lebih dari 1 karna termasuk nilai yang tidak baik untuk
digunakan

6.2 Saran
Lakukanlah praktikum sesuai panduan yang terdapat didalam modul
praktikum agar saat pelaksanaan pengujian sampel dapat berjalan dengan
lancar dan aman karena alat yang digunakan alat yang mahal yang jika saat
pengujian praktikum tidak sesuai dengan modul maka dapat menyebabkan
kerusakan alat karna pelaksanaan tidak sesuai prosedur.

Arbika/17080007 20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/301205899/Laporan-Tetap-Analisa-Sulfur-Pada-
Batubara

Arbika/17080007 21
LAMPIRAN

Arbika/17080007 22
Arbika/17080007 23
Grafik Nilai Sulfur
1.4
1.2
Calorimeter %

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
sampel 1 sampel 2 sampel 3 sampel 4 sampel 5
Sampel

sampel 1 sampel 2 sampel 3 sampel 4 sampel 5

Arbika/17080007 24

Anda mungkin juga menyukai