Anda di halaman 1dari 5

PENENTUAN KADAR SULFUR

I.

Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan:
Mampu menentukan kadar sulfur dengan benar
Mampu menggunakan alat S-144DR
II.

III.

Alat dan Bahan yang Digunakan


Alat yang digunakan
S-144DR
Pendorong
Spatula
Boat
Neraca Analitik
Bahan yang digunakan
Batubara 0,1gr

Dasar Teori
Kandungan sulfur pada batubara terbagi menjadi pyrity sulfur, sulfate
sulfur, dan organic sulfur. Namun secara umum, penilaian kandungan sulfur
dalam batubara dinyatakan dalam Total Sulfur (TS). Kandungan berpegaruh
tehadap tingkat korosi sisi dinding yang terjadi pada elemen pemanas udara,
terutama apabila suhu kerja lebih rendah daripada titik embun sulfur,
disamping itu berpengaruh juga terhadap efektifitas penangkapan abu pada
peralatan electrostatic pericipitator. Sulfur adala salah satu komponen dalam
batubara yang terbagi menjadi sulfur organic dan anoganic. Umumnya
komponen sulfur dalam batubara terdapat sygenetic sulfur, yang erat
hubungannya dengan proses fisika dan kimia selama proses penggambutan
(Meyers, 1982) dan dapat juga sebagai sulfur epigenetic yang dapat diamati
sebagai pirit pengisi cleat pada batubara akibat proses presipitasi kimia pada
akhir proses pembatubaraan (Mackowsky, 1968).
Sulfur walaupun secara relatif kandungan nya rendah, merupakan salah
satu elemen penting pada batubara yang mempengaruhi kualitas. Terdapat
berbga cara terbentuknya sulfur dalam batubara, diantaranya adalah berasal
dari lapisan pegapit yang terendapkan dalam lingkungan laut(home et.al ,

1978), proses air laut selama proses pengendapan tumbuhan, proses mikrobial
dan perubahan pH (casagrande et.al ,1987).
Terdapat tiga jenis sulfur dalam batubara yaitu:
1. Pirit Sulfur
Pirit (dan Markasit) merupakan mineral sulfida yang paling umum dijumpai
pada batubara. Kedua jenis mineral ini memiliki komposisi kimia yang sama
(FeS2) tetapi berbeda pada system kristalnya. Pirit berbentuk isometric
sedangkan markasit berbentuk exthrombik (Taylor G.H.et.al, 1998). Pirit
pada batubara dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Pirit Sygenetik, yaitu pirit yang terbentuk selama proses penggamutan.
b. Pirit Epygenetik, yaitu pirit yang terbentuk selama proses
pembatubaraan.
2. Sulfur Organik
Sulfur organik merupakan suatu elemen pada struktur makro molekul dalam
batubara yang kehadirannya secara parsial dikondisikan oleh kandungan dari
elemen yang berasal dari material tumbuhan asal. Dalam kondisi geokimia
dan mikrobiologi spesifik, sulfur inoganik dapat berubah menjadi sulfur
organic (Wiser W.H. 2000).
Sulfur organic dapat terakumulasi dari sejumlah material organic oleh proses
penghancuran biokimia dan oksidasi. Namun secara umum, penghancuran
biokimia merupakan proses yang paling penting dalam pembentukan sulfur
organic, yang pembentukannya berjalan lebih lambat pada lingkungan basah
atau air jenuh (A.C. Cook, 1982).
3. Sulfur Sulfat
Sulfat dalam batubara umumnya ditemui dalam bentuk sulfat besi, kalsium,
dan barium. Kandungan sulfat biasanya rendah sekali atau tidak ada kecuali
jika batubara telah terluapkan dan beberapa mineral pirit teroksidasi akan
menjadi sulfat (Meyers, 1982 dan Kasrai et.al, 1996)
Sulfat sulfur juga dapat berasal dari garam laut atau air payau yang mengisi
lapisan dasar yang jaraknya tidak jauh dari berada diatas atau dibawah
lapisan batubara. Pada umumnya kandungan sulfur organic lebih tinggi pada
bagian bawah lapisan, sedangkan kandungan sulfur pirit dan sulfat akan
tinggi pada bagian atas dan bagian bawah batubara.

IV.

VI.

Langkah Kerja
1. Mengklik add sample pada layar atau tombol F3 untuk menambah
jumlah sample. Memilih metode sesuai dengan analisa yang dilakukan
2. Meletakkan sample yang berada didalam boat ke atas timbangan
analitikdan menekan tombol tare untuk menstabilkannya.
3. Meletakkan sample yang akan dianalisis 0,1gr dan menekan tombol
print pada timbangan.
4. Menekan analyze atau tombol F4 untuk memulai analisa.
5. Menunggu hingga muncul tulisan Push the boat into the furnace
kemudian mendorong boat kedalam furnace sampai menyentuh boat
stop.
6. Menunggu hingga data nilai sulfur didapatkan.

Analisa Data
Pada praktikum ini, dilakukan penentuan kadar sulfur yang terkandung
didalam batubara, sulfur merupakan unsur logam yang berbahaya yang
terkandung didalam batubara , semakin sedikit sulfur maka akan semakin
tinggi kualitas batubaranya .Kandungan sulfur pada sample batubara

berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dinding yang terjadi pada elemen
pemanasan udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah daripada titik
embun sulfur. Selain itu, sulfur akan menguap ke udara setalah pembakaran
dalam bentuk SO2 atau SO3 dimana hal ini dapat menyebabkan terjadinya
hujan asam akibat reaksinya dengan air di udara. Karena itulah kadar sulfur
pada batubara yang diizinkan yaitu kurang dari 1%.
Pada pengujian ini, dilakukan penentuan sulfur dan didapat sulfurnya
berkisar 0,8%-1,0%. Artinya batubara yang diuji masih termasuk dalam
batubara yang diizinkan untuk digunakan sebagai bahan bakar.
Berdasarkan data yang diapat, batubara yang diuj termasuk kedalam
golongan antrasit. Hal ini didasarkan pada spesifikasi umum pemasaran oleh
Bukit Asam Indonesia dari batubara. Batubara jenis antrasit mengandung
sulfur total 0,57%-1,79%.

VII. Kesimpulan
Perlunya menentukan kadar sulfur karena sulfur dpat
menyebabkan korosi dan hujan asam
Kandungan sulfur yng diujikan pada bahan bakar kurang dari 1%
Semakin kecil kadar sulfur pada batubara maka semakin bagus
kualitas batubara.

Anda mungkin juga menyukai