I. RUANG LINGKUP : Standard ini meliputi analisis kadar abu dari semua contoh
III. PRINSIP : Kadar abu ditentukan dengan cara menimbang sisa hasil
pembakaransempurna contoh batubara pada kondisi standar.
- Kadar abu dalam batubara tergantung pada banyaknya dan jenis material
matter yang terkandung didalam batubara baik yang berasal dari inherent atau
dari extranious.
- Kadar abu relatif, lebih stabil pada batubara yang sama. Oleh karena itu ash
sering dijadikan parameter penentu dalam beberapa kalibrasi alat preparasi
maupun alat sampling.
- Semakin tinggi kadar abu pada jenis batubara yang sama, semakin rendah nilai
kalornya.
- Kadar abu juga sering mempengaruhi nilai HGI batubara.
- Mineral matter
- Inherent ash
- Extranious ash
Mineral adalah unsru-unsur yang terikat secara organik dalam rantai karbon
sebagai karbon pengganti hydrogen. unsur ini biasanya ada dalam batubara pada saat
pembentukan batubara yang berasal dari tumbuhan atau pohon pembentuk batubara
tersebut.
Inherent ash adalah mineral yang masih dapat tertinggal dalam partikel setelah
di puresize dan yang ke tiga adalah extraneous ash yang termasuk kedalam kategori ini
adalah tanah atau pasir yang terbawa. Pada saat penambahan batubara dan mineral
yang keluar dari partikel batubara pada saat di pulverize.
- Dekomposisi pyrite
4 FeS2 + H2O 2FeO3 + 3SO2
- Dekomposisi karbonat
CaCO3 + CaO + Co2
Dalam basis dry mineral matter free basis (dmmf) untuk penentuan rank
batubara di ASTM. Ash yang digunakan adalah hasil kalkulasi dimana ash dinyatakan
sebagai ash bebas sulfat.
Keterangan :
A. Pengabuan Kering
Keuntungan dari pengabuan kering adalah :
1. Aman
2. Hanya membutuhkan reagen dalam jumlah sedikit
3. Beberapa sampel dapat dianalisis secara bersamaan
4. Tidak memerlukan tenaga kerja yang intensif.
B. Pengabuan basah
ALAT :
Muffle furnace
Cawan platina
Desikator
Neraca Analitik
Penjepit Cawan
Stop watch
BAHAN :
Berat Cawan Kosong(gr) Berat Cawan + batubara(gr) Berat Cawan + Abu (gr)
23,651 24,666 22,764