Anda di halaman 1dari 31

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH INDUSTRI


KELAPA SAWIT
No. Dokumen No. Revisi Tanggal Efektif Halaman
FM-PM-02-04 00 16 September 2019 01 dari 01

“ANALISA AMMOINUM DAN NITRIT ”

DISUSUN OLEH :

Nama : RIFCHO BARUS


NIM 21 03 088
Group/Kelompok : F/1
Program Studi : Agribisnis Kelapa Sawit
Tanggal Praktikum : 20 September 2022
Asisten Penanggung jawab : Juna Sihombing, ST,
MT.

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
MEDAN MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat dan karunia-Nya maka Laporan Praktikum Pengolahan Air dan
Limbah Industri yang berjudul Analisa Ammonium dan Nitrit dapat terselesaikan
tepat waktu.
Dalam penyusunanya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan kepercayaan yang
begitu besar dalam menyelesaikan laporan pratikum ini. Semoga laporanpraktikum
ini memberikan pengetahuan.
Penulis berharap laporan ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan
munjadai literatur yang relevan bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa isi
dari laporan praktikum isi tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk laporan
praktikun ini menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan praktikum
Analisa Ammonium dan Nitrit ini bermanfaat.

Medan, 20 September 2022

(RIFCHO BARUS)
DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................v

1.1. Tujuan Praktikum................................................................................1

1.2. Landasan Teori.....................................................................................1

1.2.1. Air.................................................................................................1

1.2.2. Karakteristik Air...........................................................................2

1.2.3. Pengolahan Air menjad Air Minum.............................................2

1.2.4. Ammonium dan Nitrit...................................................................6

1.2.5. Siklus Nitrogen.............................................................................7

BAB II METODOLOGI.......................................................................................8

2.1. Alat dan Bahan......................................................................................8

2.1.1. Alat...............................................................................................8

2.1.2. Bahan............................................................................................8

2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa NH4+ dan NO2...................9

2.3. Perancangan Alat.................................................................................10

2.4. Prosedur Kerja.....................................................................................11

2.4.1. Prosedur Kerja Pengolahan Air...................................................11


2.4.2. Prosedur Kerja Penentuan Kadar NH4+ dalam Air.....................12
2.4.3. Prosedur Kerja Penentuan Kadar NO2- dalam Air......................22

2.4.4. Bagan Tahapan Pengolahan Air dan NH4+ serta NO2........................23

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA..................................................24

3.1. Data Pengamatan.................................................................................24

3.2. Pengolahan Data..................................................................................24

3.2.1. Perhitungan Pembuatan Reagen NH4+........................................24

3.2.2. Perhitungan Pembuatan Reaagen NO2.............................................................25

3.2.3. Perhitungan Konsentrasi Ammonium (NH4+)............................25

3.2.4. Perhitungan Konsentrasi Nitrit (NO2-)........................................25

3.2.5. Reaksi..........................................................................................26

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................28

BAB V KESIMPULAN........................................................................................30

5.1. Kesimpulan...........................................................................................30

5.2. Saran.....................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.
Menganalisa dan menentukan kadar NH4+ menggunakan pereaksi
nesslerdan garam Rochelle dalam sampel.
2.
Memahami metode analisis kadar NH4+.
3.
Menentukan kadar NO2 dalam sampel.
4.
Memahami metode analisis kadar NO2.
1.2 Teori

1.2.1 Air

Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna dan
terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Karena air
mempunyai sifat yang hampir bisa digunakan untuk apa saja, maka air
merupakan zat yang paling penting bagi semua bentuk kehidupan (tumbuhan,
hewan, dan manusia) sampai saat ini selain matahari yang merupakan sumber
energi.
Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian
terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud,
gerakan aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis
air mengikuti suatu siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus
hidrologi

Air merupakan sumberdaya yang sangat esensial bagi makhluk hidup, yaitu guna
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan pertanian, perikanan,maupun
kebutuhan lainnya. Air yang bersifat universal atau menyeluruh dari setiap aspek
kehidupan menjadikan sumber daya tersebut berharga, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Air tawar yang dimanfaatkan oleh makhluk hidup hanya
memiliki presentase 2,5 %, yang terdistribusi sebagai air sungai, air danau, air
tanah, dan sebagainya. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan
di bidang teknologi serta industri, kebutuhan akan air juga akan mengalami
peningkatan. Namun, peningkatan kebutuhan air tersebut tidak
mempertimbangkan aspek ketersediaan sumber daya air yang saat ini semakin
kritis. Air sebagai sumber daya yang dapat yang dapat yang dapat diperbarui
bukan berarti memiliki keterbatasan dari aspek kualitas dan penyebaran dari sisi
lokasi dan waktu. Oleh karena keterbatasan sumberdaya air tersebut maka
pemanfaatannya sangat dibutuhkan pengelolaan yang cermat agar terjadi
keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya alam air dari waktu
ke waktu (Hadi, 2014).

1.2.2 Karakteristik Air

a. Air berwujud cair pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0 oC
(32oF) – 100oC. Suhu 0oC merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100oC
merupakan titik didih (boiling point) air.
b. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpanan panas yang sangat baik.
c. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan
energi panas dalam jumlah besar.
d. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi, dan merupakan satusatunya
senyawa yang merenggang ketika membeku. Air merenggang pada saat membeku,
sehingga es memiliki densitas (massa/volume) yang lebih rendah daripada air. Air
juga mempunyai karakteristik khusus yaitu karakteristik fisika dan karakteristik
kimia. Karakteristik fisika air meliputi kekeruhan, suhu, warna, residu terlarut,
residu tersuspensi, bau, dan rasa. Kekeruhan dapat terjadi karena bahan organik
maupun anorganik, seperti limbah industri, limbah domestik, dan lumpur. Suhu
akan mempengaruhi jumlah oksigen terlarut, karena oksigen akan mudah terurai
pada suhu tinggi. Semakin tinggi suhu air maka jumlah oksigen terlarut akan
semakin rendah.

1.2.3 Pengolahan Air Menjadi Air Minum


Sistem pengelolaan air ini dikenal dengan istilah Water Treatment. Ada
beberapa tahap pengelolaan air yang harus dilakukan sehingga air tersebut bisa
dikatakan layak untuk dipakai. Namun, tidak semua tahap ini diterapkan oleh
masing- masing pengelola air, tergantung dari kualitas sumber airnya.

Sebagai contoh, jika sumber airnya berasal dari dalam tanah (ground water),
sistem pengelolaan airnya akan lebih sederhana dari pada yang sumber airnya
berasal dari sumber air permukaan, seperti air sungai, danau atau laut. Karena air
yang berasal dari dalam tanah telah melalui penyaringan secara alami oleh
struktur tanah itu sendiri dan tidak terkontak langsung dengan udara bebas yang
mengandung banyak zat-zat pencemaran air.

Berbeda halnya dengan sumber air permukaan yang mudah sekali tercemar.
Namun demikian air yang berasal dari dalam tanahpun akan jadi tercemar juga
jika sistem penampungan dan penyalurannya tidak bagus.

Limbah dari kegiatan pertanian, bersama dengan limbah dari kegiatan industri
dandomestik, menimbulkan pencemaran air sungai, mengganggu kesetimbangan
ekosistem perairan, serta mengganggu estetika dan kesehatan manusia. Usaha
untuk mengendalikan pencemaran tersebut hingga kini belum berhasil, bahkan
air sungai tercemar tersebut di beberapa daerah digunakan sebagai air baku dalam
penyediaan air bersih. Kondisi ini menyebabkan biaya pengolahan air bersih
menjadi mahal dan resiko kesehatan masyarakat meningkat. Salah satu alternatif
untuk mengeliminasi polutan tersebut dari air baku adalah proses biofiltrasi, yaitu
proses yang memanfaatkan mikroorganisme yang ditumbuhkan melekat pada
suatu matriks padat sehingga membentuk lapisan biologis (biofilm). Paper ini
menyajikan sebagian hasil penelitian awal tentang kemampuan sistem biofilftrasi
dalam penyisihan bahan organik dan amonium dari air. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan sistem biofiltrasi dengan media pasir kuarsa dan limbah
botol bekas AMDK (air minum dalam kemasan). Tingkat eliminasi bahan
organik hingga 90% dan amonium hingga 70% dapat dicapai dengan penerapan
sistem biofiltrasi, tergantung pada konsentrasi polutan dalam influen, lama waktu
kontak
polutan dan mikroorganisme, atau jenis media yang digunakan. Sistem biofiltrasi
juga mampu menyisihkan polutan air lain, seperti padatan tersuspensi total,
kekeruhan dan warna. Penurunan kadar amonium dan kekeruhan dapat
menurunkan kebutuhan bahan kimia (disinfektan dan koagulan) pada proses
pengolahan air bersih selanjutnya. Selain itu, penggunaan biofiltrasi sebagai pra-
pengolahan air baku juga mampu meredam fluktuasi kualitas air baku.

Secara umum proses pengolahan air dibagi dalam 3 unit, yaitu:

1. Unit Penampungan Awal (Intake)


Unit ini dikenal dengan istilah unit Sadap Air (Intake). Unit ini berfungsi sebagai
tempat penampungan air dari sumber airnya. Selain itu unit ini dilengkapi
dengan Bar Sceen yang berfungsi sebagai penyaring awal dari benda-benda yang
ikut tergenang dalam air seperti sampah daun, kayu dan benda2 lainnya.

2. Unit Pengolahan (Water Treatment)


Pada unit ini, air dari unit penampungan awal diproses melalui beberapa tahapan:

a. Tahap Koagulasi (Coagulation)

Pada tahap ini, air yang berasal dari penampungan awal diproses dengan
menambahkan zat kimiaTawas (alum) atau zat sejenis seperti zat garam besi (Salts
Iron) atau dengan menggunakan sistem pengadukan cepat (Rapid Mixing). Air
yang kotor atau keruh umumnya karena mengandung berbagai partikel koloid
yang tidak terpengaruh gaya gravitasi sehingga tidak bisa mengendap dengan
sendirinya. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghancurkan partikel
koloid (yang menyebabkan air keruh) tadi sehingga terbentuk partikel-partikel
kecil namun masih sulit untuk mengendap dengan sendirinya.

b. Tahap Flokulasi (Flocculation)

Proses Flokulasi adalah proses penyisihan kekeruhan air dengan cara


penggumpalan partikel untuk dijadikan partikel yang lebih besar (partikel
Flok). Pada tahap ini, partikel-partikel kecil yang terkandung dalam air
digumpalkan menjadi partikel-partikel yang berukuran lebih besar (Flok) sehingga
dapat mengendap dengan sendirinya (karena gravitasi) pada proses berikutnya. Di
proses Flokulasi ini dilakukan dengan cara pengadukan lambat (Slow Mixing).

c. Tahap Pengendapan (Sedimentation)

Pada tahap ini partikel-patikel flok tersebut mengendap secara alami di dasar
penampungan karena massa jenisnya lebih besar dari unsur air. Kemudian air di
alirkan masuk ke tahap penyaringan di Unit Filtrasi.

d. Tahap Penyaringan (Filtration)

Pada tahap ini air disaring melewati media penyaring yang disusun dari bahan-
bahan biasanya berupa pasir dan kerikil silica. Proses ini ditujukan untuk
menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak terlarut.

Secara umum setelah melalui proses penyaringan ini air langsung masuk ke unit
Penampungan Akhir. Namun untuk meningkatkan qualitas air kadang diperlukan
proses tambahan, seperti:

– Proses Pertukaran Ion (Ion Exchange)


Proses pertukaran ion bertujuan untuk menghilangkan zat pencemar anorganik
yang tidak dapat dihilangkan oleh proses filtrasi atau sedimentasi. Proses
pertukaran ion juga digunakan untuk menghilangkan arsenik, kromium,
kelebihan fluorida, nitrat, radium, dan uranium.

–Proses Penyerapan (Absorption)


Proses ini bertujuan untuk menyerap / menghilangkan zar pencemar organik,
senyawa penyebab rasa, bau dan warna. Biasanya dengan membubuhkan bubuk
karbon aktif ke dalam air tersebut.

– Proses Disinfeksi (Disinfection)


Sebelum masuk ke unit Penampungan Akhir, air melalui Proses Disinfeksi dahulu.
Yaitu proses pembubuhan bahan kimia Chlorineyang
bertujuan untuk membunuhbakteri atau mikroorganisme
berbahaya yang terkandung di dalam air tersebut.

3. Unit Penampung Akhir (Reservoir)

Setelah masuk ke tahap ini berarti air sudah siap untuk


didistribusikan kemasyarakat.

1.2.4 Ammonium dan Nitrit

Penelitian mengenai penentuan kadar amonia (NH3-N), nitrit (NO2-


N), dan nitrat (NO3-N) telah dilakukan pada sedimen sungai Bah Bolon
Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun. Pengambilan sampel dilakukan
secara grab sampel pada 3 titik stasiun. Sampel untuk uji amonia dipreparasi
terlebih dahulu dengan menggunakan metode kjeldahl, sedangkan uji nitrat
dan nitrit dipreparasi dengan penambahan larutan pengekstrak kuprisulfat,
kalsium hidroksida dan magnesium karbonat kemudian distirer pada
kecepatan 120 rpm selama 5 menit. Penentuan kadar amonia, nitrit dan nitrat
menggunakan metode yang mengacu pada SNI (Standar Nasional Indonesia)
dengan alat Spektrofotometer Ultraviolet - Visible (UV-Vis) pada panjang
gelombang masing-masing, yaitu 640 nm, 543 nm, dan 220-275 nm. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar amonia pada titik stasiun I, II, dan III
masing-masing, yaitu 6,8438 mg/Kg; 5,4882 mg/Kg dan 1,2424 mg/Kg.
Kadar nitrit pada titik stasiun I, II dan III masing-masing, yaitu 0,0732
mg/Kg; 0,0495 mg/Kg dan 0,0029 mg/Kg. Kadar nitrat pada titik stasiun I,
IIdan III masing-masing, yaitu 4,7917 mg/Kg; 4,6393 mg/Kg dan 0,6483
mg/Kg, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada titik stasiun I memiliki
kadaryang lebih tinggi dibandingkan dengan titik stasiun lainnya.
1.2.5 Siklus Nitrogen

Siklus Nitrogen yang pertama yaitu proses perpindahan Nitrogen dari


atmosfer ke dalam tanah melalui akar tanaman. Tapi, sebelum itu harus melalui
fiksasi Nitrogen terlebih dahulu.Fiksasi sendiri memiliki arti mengonversi unsur
menjadi bentuk atau unsur yang bisa digunakan atau bermanfaat. Ada dua cara
dalam melakukan fiksasi Nitrogen, yaitu melalui bakteri pada akar tanaman legum
(Rhizobium), bakteri dan mikroorganisme di dalam tanah, dan proses geofisika
dengan panas dan tekanan yang tinggi seperti sambarankilat. Namun, mayoritas
Proses Daur Nitrogen
1. Fiksasi nitrogen
Fiksasi nitrogen adalah proses perubahan nitrogen dari atmosfer menjadi amonia.
2. Nitrifikasi
Nitrifikasi adalah proses oksidasi biologis amonia dengan oksigen menjadi
amonium kemudian nitrit dan diikuti oleh proses oksidasi nitrit menjadi nitrat.
Degradasi amonia yang menjadi nitrit dikenal dengan nitrifikasi.
3. Asimilasi nitrogen
Asimilasi nitrogen adalah proses pembentukan senyawa nitrogen organik,
misalnya asam amino dari senyawa nitrogen anorganik. Setelah proses nitrifikasi
oleh bakteri, tanaman akan menyerap nitrogen dalam wujud nitrat.
4. Amonifikasi
Amonifikasi adalah proses sisa-sisa tanaman serta limbah terurai oleh organisme
kemudian menghasilkan amonia. Mikroorganisme dalam tanah akan mengurai
bahan organik yang mati untuk dijadikan energi dan menghasilkan amonia serta
senyawa dasar lain sebagai produk sampingan.
5. Denitrifikasi
Denitrifikasi adalah proses reduksi nitrat yang berubah menjadi gas nitrogen
dalam siklus nitrogen. Denitrifikasi dilakukan oleh bakteri seperti pseudomonas
dan clostridium pada kondisi anaerobik.
BAB II

METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan


2.1.1 Alat:
1) Botol Semprot : 1 Buah
2) Pipet ukur 10 ml : 4 buah
3) Pipet ukur 5 ml : 2 buah
4) Pipet ukur 1 ml : 1 buah
5) Labu ukur 100 ml : 2 buah
6) Labu ukur 250 ml : 1 Buah
7) Beaker glass 500 ml : 3 buah
8) Beaker glass 100 ml : 2 buah
9) Beaker glass 50 ml : 1 Buah
10) Pipet volume 5 ml : 2 Buah
11) Gelas ukur 100 ml : 1 Buah
12) Tabung Nessler : 4 Buah
13) Alat filltrasi : 1 Buah
14) Rak tabung nessler : 1 Buah
15) Bola hisap : 4 Buah
16) Tabung nessler 50 ml : 9 buah
17) Tabung nessler 100 ml : 1 buah
2.1.2 Bahan:
1 ) Napthyl amine : 100 mL
2 ) Asam sulfonil : 100 mL
3 ) Asam asetat : 100 mL
4 ) Air sungai : 2 liter
5 ) Garam Rochelle : 5 mL
6 ) Pereaksi nessler : 5 mL
7) ) Aquades : 446 mL
+
8) ) Larutan stoke NH4 (10ppm) : 100 mL

2.2 Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Ammonium dan Nitrit


1. Tahapan Pengolahan Air
Proses pengolahan air secara lengkapp umumnya melalui beberapa
tahapan proses, yaitu sebagai berikut:
a. Screening: Screening berfungsi untuk memisahkan atau pengambilan
benda-benda yang mengapung seperti ranting-ranting pohon,
dedaunan, kertas-kertas serta sampah-sampah yang terdapat pada air
baku. Umumnya dipakai jenis saringan yang kasar (coarsescreen) dan
bukan saringan halus (fine screen).
b. Pra-sedimentasi (Pengendapan Pendahuluan): Proses pengendapan
berfungsi untuk memisahkan benda-benda tersuspensi (suspended
matter) yang terdiri dari pasir kasar, pasir halus dan lumpur yang
sangat halus dari air baku. Umumnya diperlukan waktu pengendapan
2-3 jam untuk partikel ini.
c. Koagulasi dan Flokulasi: Proses koagulasi adalah proses pemberian
koagulan dengan maksud mengurangi gaya tolak menolak antara
partikel koloid. Proses flokulasi adalah proses pemberian flokulan
dengan maksud menggabungkan flok-flok kecil sehingga menjadi
besar dan semakin besar sehingga cukup besar untuk diendapkan.
d. Sedimentasi: Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel- partikel
padat tersuspensi dalam cairan/zat cair dengan menggunakan pengaruh
gaya gravitasi (gaya berat secara alami). Proses ini bertujuan untuk
mereduksi bahan-bahan tersuspensi (kekeruhan) dari dalam air dan
dapat juga berfungsi mereduksi kandungan mikroorganisme patogen
tertentu dalam air.
2. Analisa Ammonium
a. Metode Nessler, kadar ammonium dapat diukur dengan menggunakan
metode nessler kualitatif dan kuantitatif. Dimana metode nessler
kualitatif yaitu dengan menggunakan reagen nessler dan larutan
Garam Rochelle, dimana warna sampel
+
b. dibandingkan dengan warna lain larutan standar (NH 4 ) atau larutan
stock ammonium.
c. Metode Rochelle, dimana garam Rochelle dibuat dengan cara
melarutkan 50 mL KNa Tartrat dalam 100 mL aquadest.
d. Metode Ion Kromatografi, dalam menggunakan metode iron
kromatografi dengan kondisi pengukuran untuk ammonium
menggunakan Dionex Ion Pac CS, sebagai eluen larutan methyl
sulfonic acid 18 Mm pada temperature 40°C.
3. Analisa Nitrit
a. Metode Nessler, kadar nitrit dapat diukur dengan menggunakan
metode Nessler kualitatif dan kuantitatif. Dimana metode nessler
kualitatif yaitu dengan cara menggunakan asam sulfonil dan napthyl
amine. Dimana warna sampel dibandingkan dengan warna larutan
standart atau larutan stock nitrit. Warna sampel yang palingmendekati
warna larutan stock nitrit itulah yang paling tinggi kadarnitritnya.
b. Metode Spektrofotometri, metode nessler secara kuantitatif yaitu dapat
digunakan dengan spektrofotometri. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometri UV-Visible pada pH 2,0-2,5, nitrit berkaitan dengan
hasil reaksi antara diazo asam sulfanilik dengan N-(1-Naftol)-etil
endiamin (yaitu NED Dihidroksida), maka dapat dibentuk celupan
yang berwarna ungu kemerah-merahan. Warna Tersebut
mengikutihokum Lambert-Beer dan dapat menyerap sinar dengan
panjang gelombang
543 nm. Metode ini sangat akuratdan peka sehingga perlu adanya
pengenceran sampel.
2.3 Perancangan Alat
1. Alat dan Bahan disiapkan.
2. Kolom media filtrasi dibersihkan.
3. Saringan akuarium dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
4. Batu kerikil dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
5. Saringan akuarium dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
6. Pasir halus dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
7. Pasir kasar dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
8. Saringan akuarium dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
9. Arang dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
10. Saringan akuarium dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
11. Zeolit dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
12. Batu kerikil dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
13. Ijuk dimasuukan ke dalam kolom media filtrasi.
14. Alat filtrasi dibersihkan dengan pencucian balik (Back Wash) dan uji
hasil filtrasinya.
15. Perhatikan air yang keluar dari hasil pencucian, jika sudah jernih, maka
pencucian dihentikan.
16. Setelah bersih, Sampel dimasukkan ke dalam alat filtrasi.
17. Hasil filtrasi ditampung menggunakan Beaker Glass 1000 mL.
2.4 Prosedur Kerja
2.4.1.
Prosedur Kerja Pembuatan Reagen NH4+ dan NO2-
1. Pereaksi Nessler
a.
Larutkan 10 gram Hgl2 dan 7 gram KI dengan aquadest.
b.
Tambahkan larutan NaOH 30% sebanyak 50 mL.
c.
Tambahkan aquadest menjadi 100 mL
d.
Disimpan dalam botol berwarna gelap.
2. Pereaksi Garam Rochelle
a.
50 gram KNa Tartrat dilarutkan dalam 100 mL aquadest.
b.
Larutan dihomogenkan.

3. Pembuatan reagensia untuk NO2-


a.
Timbang teliti 2,5 gram napthyl amine dalam 150 ml asam
asetat pekat dan diencerkan menjadi 350 ml
b.
Larutkan asam sulfonil 4 gram dalam 300 ml aquades
c.
Timbang 0,375 gram NaNO2 dalam 1 liter aquades
d.
1 ml – 250 µg = 250 ppm

2.4.2.
Prosedur Kerja Pengolahan Air.
Prosedur Kerja Pengolahan Air
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Alat filtrasi yang telah dibuat kemudian dicuci untuk
membersihkan bahan filtrasi hingga benar – benar bersih
sebanyak 3 kali.
3. Setelah dicuci dan benar – benar bersih kemudian sampel air
sungai dimasukkan ke dalam alat filtrasi lalu ditampung pada
beaker glass secukupnya.
4. Hasil filtrasi dimasukkan ke dalam beaker glass.
2.4.3.
Prosedur Kerja Penentuan Kadar NH4+ dalam Air.
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Sebanyak 10 mL sampel dipipet ke dalam tabung nessler 50 mL.
3. Tambahkan larutan garam Rochelle dan Pereaksi
Nessler masing-masing sebanyak 1 mL.
4. Tambahkan aquades sampai tanda batas lalu homogenkan dan
ditunggu selama kurang lebih 5 menit.

5. Lakukan penambahan yang sama terhadap larutan stoke NH4+


10 ppm dengan memipet sebanyak 0,2 ; 0,4 ; 0,6 dan 0,8 mL.
6. Kemudian, bandingkan warna larutan stock dengan warna
sampel.
2.4.4.
Prosedur Kerja Penentuan Kadar NO2 dalam Air.
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Sebanyak 5 ml sampel dipipet kemudian dimasukkan ke dalam
tabung Nessler.
3. Tambahkan larutan asam sulfonil sebanyak 1 mL dan asam
asetat sebanyak 0,5 mL ke dalam tabung nessler.
4. Diamkan selama kurang lebih 5 menit, setelah itu tambahkan 1
mL napthyl amine .
5. Tambahkan aquades sampai tanda batas lalu dihomogenkan.

6. Lakukan penambahan yang sama terhadap larutan stoke NO2- 10


ppm dengan memipet larutan stock sebanyak 0,2 ; 0,4 ; 0,6 dan
0,8 mL.
7. Tambahkan asam sulfonil sebanyak 1 ml dan asam asetat 0,5 ml
ke dalam tabung nessler.
8. Tambahkan aquades hingga tanda batas lalu homogenkan dan
tunggu selama 5 menit.
9. Kemudian, bandingkan warna larutan stock dengan warna
sampel.
Gambar 2.1 Gambar 2.2

Gambar 2.3 Gambar 2.4

Gambar 2.5 Gambar 2.6


Keterangan Gambar :
Gambar 2.1 : Alat filtrasi air sungai yang di gunakan untuk menjadi sampel
Gambar 2.2 : Sampel air sungai sebelum dan sesudah titrasi
Gambar 2.3 : Hasil dari percobaan NH4- sebagai warna yang satndar
Gambar 2.4 : Warna sampel untuk pembanding dengan warna
-
standar Gambar 2.5 : Hasil percobaan NO2 sebagai warna standar
Gambar 2.6 : Warna sampel untuk pembanding dengan warna standar

2.2.4. Bagan Tahapan Pengolahan Air dan NH4+ serta NO2-.

AIR LINDI

ANALISA NH4+ dan NO2-

MEDIA FILTRASI

AIR HASIL FILTRASI

ANALISA NH4+ dan NO2-


SESUAI SNI

AIR BERSIH

Gambar 2.1 Bagan Pengolahan Air dan NH4+ serta NO2-


BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Data Pengamatan

Tabel 3.1 Data Larutan Stock (NH4+)


No Stock NH4+ Volume Volume Volume Volume
(ppm) Stoke Garam Larutan Aquades
Rochelle Pereaksi (mL)
NH4+
(mL) Nessler
(ml)
(mL)
1 10 0,2 1 1 37,8
2 10 0,4 1 1 37,6
3 10 0,6 1 1 37,4
4 10 0,8 1 1 37,2
Larutan Stock (NH4+) 10 ppm + Garam Rochelle Lar. Tidak Bewarna
Larutan Tidak Berwarna + Pereaksi Nessler Larutan Berwarna
kuning

Tabel 3.2 Data Pengamatan Sampel Penentuan NH4+ dalam Sampel


No Nama Volume Volume Volume Volume Konsentr
Sampel sampel garam pereaksi aquades asi
(ml) (ml) (ml) (ml) (ppm)
1 Air sungai
sebelum 10 1 1 38 0,8
filtrasi
2 Air sungai
sesudah 10 1 1 38 0,6
filtrasi
 Sampel Air Sungai Sebelum Filtrasi + Garam Rochelle Larutan Tidak
Berwarna
 Larutan Tak Berwarna + Pereaksi Nessler Larutan Kuning
 Sampel Air Sungai Sesudah Filtrasi + Garam Rochelle Larutan Tidak
Berwarna
 Larutan Tidak Berwarna + Pereaksi Nessler Larutan Kuning

Tabel 3.3 Data Pengamatan Larutan Stock (NO2-)


No Stoke NO2- Volume Volume Volume Volume Volume
(ppm) Stoke Asam Asam Napthyl Aquade
Sulfonil Asetat Amine st (ml)
NO2-
(ml) (ml) (ml)
(ml)
1 10 0,02 1 0,5 1 47,48
2 10 0,04 1 0,5 1 47,46
3 10 0,06 1 0,5 1 47,44
4 10 0,08 1 0,5 1 47,42
 Stock NO2 + Asam Sulfonil Larutan Tidak Berwarna
 Larutan Tidak Berwarna + Asam Asetat Larutan Tidak Berwarna
 Larutan Tidak Berwarna + Napthyl Amine Larutan Berwarna Ungu

Tabel 3.4 Data Pengamatan Sampel Penentuan NO2- dalam Sampel


No Nama Volume Volume Volume Volume Volume Konsen
Sampel Sampel Asam Asam Napthyl Aquades trasi
(ml) Sulfonil Asetat Amine (ml) (ppm
(ml) (ml) (ml)
1 Air
sungai
10 1 0,5 1 37,5 0,04
sebelum
filtrasi
2 Air
sungai
10 1 0,5 1 37,5 0,02
sesudah
filtrasi
3.2. Pengolahan Data
3.2.1.
Perhitungan Reagen NH4+

Pembuatan Larutan Stoke Ammonium (NH4+) dari 100 ppmmenjadi


10 ppm.
Dapat dihitung dengan menggunakan rumus V1 x N1= V2 x
N2 V1 x 100 ppm = 100 mL x 10 ppm

V1 = 100mL X 10 ppm
100 𝑝𝑝𝑚

V1 = 10 mL

Pembuatan Larutan Stoke Ammonium (NH4+) dari 10 ppm menjadi


(0,2 ppm; 0,4 ppm; 0,6 ppm; 0,8 ppm).
Dapat dihitung dengan rumus V1 x N1 = V2 x N2
 Larutan Stock 0,2 ppm
V1 x 10 ppm = 50 mL x 0,04 ppm
V1 =50 𝑚𝐿 𝑥 0,04 𝑝𝑝𝑚
10 𝑝𝑝𝑚

V1 = 0,2 mL
 Larutan Stock 0,4 ppm
V1 x 10 ppm = 50 mL x 0,08 ppm
V1 = 50 𝑚𝐿 𝑥 0,08 𝑝𝑝𝑚
10 𝑝𝑝𝑚

V1 = 0,4 mL
 Larutan Stock 0,6 ppm
V1 x 10 ppm = 50 mL x 0,12 ppm
V1 = 50 𝑚𝐿 𝑥 0,12 𝑝𝑝𝑚
10 𝑝𝑝𝑚

V1 = 0,6 mL
 Larutan Stock 0,8 ppm
V1 x10 ppm = 50 mL x 0,16 ppm
V1 = 50 𝑚𝐿 𝑥 0,16 𝑝𝑝𝑚
10 𝑝𝑝𝑚

V1 = 0,8 mL
3.2.2.
Perhitungan Reagen NO2-

Pembuatan Larutan Stoke Nitrit (NO2-) dari 100 ppm


menjadi 10ppm. Dapat dihitung dengan rumus V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 100 mL x 10 ppm

V1 =100 𝑚𝐿 𝑥 10 𝑝𝑝𝑚
100 𝑝𝑝𝑚

V1 = 10 mL

Pembuatan Larutan Stoke Nitrit (NO2-) dari 10 ppm menjadi (0,02;


0,04 ; 0,06 ; 0,08)
Dapat dihitung dengan menggunakan rumus V1 x N1 = V2 x N2
 Larutan Stock 0,02 ppm
V1 x 10 ppm = 50 mL x 0,004 ppm
V1 = 50 𝑚𝑙 𝑥 0,004 𝑝𝑝𝑚
10 𝑝𝑝𝑚

V1 = 0,02 mL
 Larutan Stock 0,04 ppm
V1 . 10 ppm = 50 mL . 0,008 ppm
V1 = 50 𝑚𝑙 𝑥 0,008 𝑝𝑝𝑚
10 𝑝𝑝𝑚

V1 = 0,04 mL
 Larutan Stock 0,06 ppm
V1 . 10 ppm = 50 mL .0,012 ppm

V1 -=50 𝑚𝐿10𝑥𝑝𝑝𝑚
0,012 𝑝𝑝𝑚

V1 = 0,06 mL
 Larutan Stock 0,08 ppm
V1 . 10 ppm = 50 mL .0,016 ppm

V1 =50 𝑚𝐿10𝑥 𝑝𝑝𝑚


0,016 𝑝𝑝𝑚

V1 = 0,08 mL
3.2.3.
Perhitungan Konsentrasi Ammonium (NH4+)
Apabila 1 mL larutan stock Ammonium setara dengan 10

µgNH4+/mL maka:
1. Air Sungai Sebelum Filtrasi.
+
NH = µ𝑔

4 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑚𝐿)

= 0,16 ×10 µg = 0,16 ppm

10 𝑚𝐿
2. Air Sungai Sesudah Filtrasi.
+
NH = µ𝑔

4 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑚𝐿)

= 0,12 ×10 µg = 0,12 ppm

10 𝑚𝐿

3.2.4.
Perhitungan Konsentrasi Nitrit (NO2-)

Pengenceran larutan NO2- dari larutan NO2- 100 ppm


V1 x N1 = V2 x N2

V1 = 10 𝑝𝑝𝑚 × 50 𝑚𝐿
100 𝑝𝑝𝑚
V1 = 5 mL
1 mL larutan stock ~ 10 µg NO2

1. Air Sungai Sebelum Filtrasi


Volume larutan stock 1 mL sama dengan warna sampel sebelum
filtrasi.
µg
NO2 =

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑚𝐿)
= 0,008 ×10 µg = 0,008 ppm

10 𝑚𝐿

2. Air Sungai Sesudah

µg
Filtrasi NO2 =

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚e 𝑠𝑎𝑚𝑝(𝑚𝐿)

= 0,004 ×10 µg = 0,004 ppm

10 𝑚𝐿

3.2.4. Reaksi

Reaksi NH4+
+
 NH4 + CaHKNaO6.4H2O NaNH4C4H4O6.4H2O + K+
(Ammonium) + (Garam Rochelle) (Ammonium Tartrat) +
(Kalium)
 NaNH4C4H4O6.4H2O + 2K2 (HgI4) + 4NaOH
(Ammonium Tartrat) + (Merkurium (II)) + (Natrium Hidroksida)
HgOHg(NH2)I + C4H4O6.4H2O + 4NaI + 3KI + 3O2
(Amidoiodida ) + (tetrahida) + (Na.Iodida) + ( Kalium Iodida)
+ (Oksigen)
Reaksi NO2

N=N-CH3COO

2C6H5SO3COONa2 + C10H9N
+

NH2
SO3H

SO3H NH2

- N=N-
BAB IV

PEMBAHASAN

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, dimana satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atomoksigen. Air
secara fisik bersifat tidak memiliki warna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air dapat
berwujud padat, cair, maupun gas (Situmorang, 2007). AirMerupakan salah satu sumber
yang berasal dari alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup di seluruh dunia Air
juga merupakan zat cair, pada kondisi standart tidak memiliki rasa, bau ataupun warna.
Air sendiri terdiri atas Hidrogen dan Oksigen. Ammonium (NH4+) adalah ion yang
apabila bereaksi dengan sodiumhidroksida (NaOH) menghasilkan ammonia. Amonia
merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang spesifik (bau air seni), mudah larut
dalam air (larutannya bersift basa), alcohol dan eter. Pada praktikum ini, diperoleh
nilaiNH4+ dalam air sungai sebelum filtrasi dan air sungai setelah filtrasi, masing-
+
masing sebesar 0ppm dan 0 ppm. Dalam SNI kadar ammonium (NH4 ) yang
diperbolehkan hanya sebesar
0.1 ppm. Hal ini menunjukkan air sungai sebelum filtrasi tidak baik untuk digunakan
tetapi air sungai setelah filtrasi baik untuk digunakan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwaair yang telah di filtrasi terlebih dahulu maka kandungan ammonium nya akan
menurun.Nitrit (NO2) sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia apabila didapati
dalam air minum ataupun air kemasan. Pada praktikum ini, diperoleh nilai Kadar NH4+
yang terkandung dalam air sungai sebelum filtrasi sebesar 0,16 ppm dan air sungai
sesudah filtrasi sebesar 0,12 ppm dan kadar NO2- yang terkandung dalam air sungai
sebelum filtrasi sebesar 0,008 ppm dan air sungai sesudah filtrasi 0,004 ppm. Dalam
SNInitrit (NO2) yang diperbolehkan hanya sebesar 0.005 ppm. Hal ini menunjukkan
bahwa air sungai sebelum filtrasi dan air sungai sesudah filtrasi tidak baik untuk
digunakan. Halini menunjukkan bahwa air yang sudah di filtrasi kandungan ataupun
nilai nitrit nya akanmenurun.
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan:
1.
Kadar NH4+ yang terkandung dalam air sungai sebelum filtrasi
sebesar 0,16 ppm dan air sungai sesudah filtrasi sebesar 0,12 ppm.
2.
Kadar NO2- yang terkandung dalam air sungai sebelum filtrasi sebesar
0,008 ppm dan air sungai sesudah filtrasi 0,004 ppm.
3.
Kadar nitrit dapat diukur dengan menggunakan metode nessler
kualitatif dan kuantitatif.
4.
Kadar ammonium dapat diukur dengan menggunakan metode nessler
kualitatif dan kuantitatif
5.2. Saran
Pada saat pengamatan warna antara sampel dan larutan stock, sebaiknya
digunakan dengan alat pengukur warna supaya mendapatkan hasil yang lebih
pasti.
DAFTAR PUSTAKA

Appl, M. 2005. Ammonia: Principles and Industrial Practice, WileyVCH,Weinheim

Anonim, 2015, Product Profile : sodium sulfat, www.ptgaram.com. Diakses pada


28 November 2015

Effendi,H.2003.Telaah Kualitas Air.Yogyakarta:Kanisus

Irmanto., & Suyata., 2009. Penurunan Kadar Amonia, Nitrit, Dan Nitrat Limbah
Cair Industri Tahu Menggunakan Arang Aktif dari Ampas Kopi, 4, pp.
105- 114.

Sihombing, Juna. 2020. Praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri. Medan:

PTKI.

Sutrisno, T., 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Yani , Dian Riska . 2012. Kandungan Nitrogen Dalam Kolam Perairan. Jakarta :

Erlangga.

Wardhana, A. W. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi

Press
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai