DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat dan karunia-Nya maka Laporan Praktikum Pengolahan Air dan
Limbah Industri yang berjudul Analisa Ammonium dan Nitrit dapat terselesaikan
tepat waktu.
Dalam penyusunanya, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan kepercayaan yang
begitu besar dalam menyelesaikan laporan pratikum ini. Semoga laporanpraktikum
ini memberikan pengetahuan.
Penulis berharap laporan ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan
munjadai literatur yang relevan bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa isi
dari laporan praktikum isi tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk laporan
praktikun ini menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan praktikum
Analisa Ammonium dan Nitrit ini bermanfaat.
(RIFCHO BARUS)
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................v
1.2.1. Air.................................................................................................1
BAB II METODOLOGI.......................................................................................8
2.1.1. Alat...............................................................................................8
2.1.2. Bahan............................................................................................8
3.2.5. Reaksi..........................................................................................26
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................28
BAB V KESIMPULAN........................................................................................30
5.1. Kesimpulan...........................................................................................30
5.2. Saran.....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Air
Air adalah suatu zat cair yang tidak mempunyai rasa, bau dan warna dan
terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Karena air
mempunyai sifat yang hampir bisa digunakan untuk apa saja, maka air
merupakan zat yang paling penting bagi semua bentuk kehidupan (tumbuhan,
hewan, dan manusia) sampai saat ini selain matahari yang merupakan sumber
energi.
Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian
terbesar di bumi ini. Di dalam lingkungan alam proses, perubahan wujud,
gerakan aliran air (di permukaaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis
air mengikuti suatu siklus keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus
hidrologi
Air merupakan sumberdaya yang sangat esensial bagi makhluk hidup, yaitu guna
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan pertanian, perikanan,maupun
kebutuhan lainnya. Air yang bersifat universal atau menyeluruh dari setiap aspek
kehidupan menjadikan sumber daya tersebut berharga, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Air tawar yang dimanfaatkan oleh makhluk hidup hanya
memiliki presentase 2,5 %, yang terdistribusi sebagai air sungai, air danau, air
tanah, dan sebagainya. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan
di bidang teknologi serta industri, kebutuhan akan air juga akan mengalami
peningkatan. Namun, peningkatan kebutuhan air tersebut tidak
mempertimbangkan aspek ketersediaan sumber daya air yang saat ini semakin
kritis. Air sebagai sumber daya yang dapat yang dapat yang dapat diperbarui
bukan berarti memiliki keterbatasan dari aspek kualitas dan penyebaran dari sisi
lokasi dan waktu. Oleh karena keterbatasan sumberdaya air tersebut maka
pemanfaatannya sangat dibutuhkan pengelolaan yang cermat agar terjadi
keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya alam air dari waktu
ke waktu (Hadi, 2014).
a. Air berwujud cair pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0 oC
(32oF) – 100oC. Suhu 0oC merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100oC
merupakan titik didih (boiling point) air.
b. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpanan panas yang sangat baik.
c. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan
energi panas dalam jumlah besar.
d. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi, dan merupakan satusatunya
senyawa yang merenggang ketika membeku. Air merenggang pada saat membeku,
sehingga es memiliki densitas (massa/volume) yang lebih rendah daripada air. Air
juga mempunyai karakteristik khusus yaitu karakteristik fisika dan karakteristik
kimia. Karakteristik fisika air meliputi kekeruhan, suhu, warna, residu terlarut,
residu tersuspensi, bau, dan rasa. Kekeruhan dapat terjadi karena bahan organik
maupun anorganik, seperti limbah industri, limbah domestik, dan lumpur. Suhu
akan mempengaruhi jumlah oksigen terlarut, karena oksigen akan mudah terurai
pada suhu tinggi. Semakin tinggi suhu air maka jumlah oksigen terlarut akan
semakin rendah.
Sebagai contoh, jika sumber airnya berasal dari dalam tanah (ground water),
sistem pengelolaan airnya akan lebih sederhana dari pada yang sumber airnya
berasal dari sumber air permukaan, seperti air sungai, danau atau laut. Karena air
yang berasal dari dalam tanah telah melalui penyaringan secara alami oleh
struktur tanah itu sendiri dan tidak terkontak langsung dengan udara bebas yang
mengandung banyak zat-zat pencemaran air.
Berbeda halnya dengan sumber air permukaan yang mudah sekali tercemar.
Namun demikian air yang berasal dari dalam tanahpun akan jadi tercemar juga
jika sistem penampungan dan penyalurannya tidak bagus.
Limbah dari kegiatan pertanian, bersama dengan limbah dari kegiatan industri
dandomestik, menimbulkan pencemaran air sungai, mengganggu kesetimbangan
ekosistem perairan, serta mengganggu estetika dan kesehatan manusia. Usaha
untuk mengendalikan pencemaran tersebut hingga kini belum berhasil, bahkan
air sungai tercemar tersebut di beberapa daerah digunakan sebagai air baku dalam
penyediaan air bersih. Kondisi ini menyebabkan biaya pengolahan air bersih
menjadi mahal dan resiko kesehatan masyarakat meningkat. Salah satu alternatif
untuk mengeliminasi polutan tersebut dari air baku adalah proses biofiltrasi, yaitu
proses yang memanfaatkan mikroorganisme yang ditumbuhkan melekat pada
suatu matriks padat sehingga membentuk lapisan biologis (biofilm). Paper ini
menyajikan sebagian hasil penelitian awal tentang kemampuan sistem biofilftrasi
dalam penyisihan bahan organik dan amonium dari air. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan sistem biofiltrasi dengan media pasir kuarsa dan limbah
botol bekas AMDK (air minum dalam kemasan). Tingkat eliminasi bahan
organik hingga 90% dan amonium hingga 70% dapat dicapai dengan penerapan
sistem biofiltrasi, tergantung pada konsentrasi polutan dalam influen, lama waktu
kontak
polutan dan mikroorganisme, atau jenis media yang digunakan. Sistem biofiltrasi
juga mampu menyisihkan polutan air lain, seperti padatan tersuspensi total,
kekeruhan dan warna. Penurunan kadar amonium dan kekeruhan dapat
menurunkan kebutuhan bahan kimia (disinfektan dan koagulan) pada proses
pengolahan air bersih selanjutnya. Selain itu, penggunaan biofiltrasi sebagai pra-
pengolahan air baku juga mampu meredam fluktuasi kualitas air baku.
Pada tahap ini, air yang berasal dari penampungan awal diproses dengan
menambahkan zat kimiaTawas (alum) atau zat sejenis seperti zat garam besi (Salts
Iron) atau dengan menggunakan sistem pengadukan cepat (Rapid Mixing). Air
yang kotor atau keruh umumnya karena mengandung berbagai partikel koloid
yang tidak terpengaruh gaya gravitasi sehingga tidak bisa mengendap dengan
sendirinya. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghancurkan partikel
koloid (yang menyebabkan air keruh) tadi sehingga terbentuk partikel-partikel
kecil namun masih sulit untuk mengendap dengan sendirinya.
Pada tahap ini partikel-patikel flok tersebut mengendap secara alami di dasar
penampungan karena massa jenisnya lebih besar dari unsur air. Kemudian air di
alirkan masuk ke tahap penyaringan di Unit Filtrasi.
Pada tahap ini air disaring melewati media penyaring yang disusun dari bahan-
bahan biasanya berupa pasir dan kerikil silica. Proses ini ditujukan untuk
menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak terlarut.
Secara umum setelah melalui proses penyaringan ini air langsung masuk ke unit
Penampungan Akhir. Namun untuk meningkatkan qualitas air kadang diperlukan
proses tambahan, seperti:
METODOLOGI
2.4.2.
Prosedur Kerja Pengolahan Air.
Prosedur Kerja Pengolahan Air
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Alat filtrasi yang telah dibuat kemudian dicuci untuk
membersihkan bahan filtrasi hingga benar – benar bersih
sebanyak 3 kali.
3. Setelah dicuci dan benar – benar bersih kemudian sampel air
sungai dimasukkan ke dalam alat filtrasi lalu ditampung pada
beaker glass secukupnya.
4. Hasil filtrasi dimasukkan ke dalam beaker glass.
2.4.3.
Prosedur Kerja Penentuan Kadar NH4+ dalam Air.
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Sebanyak 10 mL sampel dipipet ke dalam tabung nessler 50 mL.
3. Tambahkan larutan garam Rochelle dan Pereaksi
Nessler masing-masing sebanyak 1 mL.
4. Tambahkan aquades sampai tanda batas lalu homogenkan dan
ditunggu selama kurang lebih 5 menit.
AIR LINDI
MEDIA FILTRASI
AIR BERSIH
V1 = 100mL X 10 ppm
100 𝑝𝑝𝑚
V1 = 10 mL
V1 = 0,2 mL
Larutan Stock 0,4 ppm
V1 x 10 ppm = 50 mL x 0,08 ppm
V1 = 50 𝑚𝐿 𝑥 0,08 𝑝𝑝𝑚
10 𝑝𝑝𝑚
V1 = 0,4 mL
Larutan Stock 0,6 ppm
V1 x 10 ppm = 50 mL x 0,12 ppm
V1 = 50 𝑚𝐿 𝑥 0,12 𝑝𝑝𝑚
10 𝑝𝑝𝑚
V1 = 0,6 mL
Larutan Stock 0,8 ppm
V1 x10 ppm = 50 mL x 0,16 ppm
V1 = 50 𝑚𝐿 𝑥 0,16 𝑝𝑝𝑚
10 𝑝𝑝𝑚
V1 = 0,8 mL
3.2.2.
Perhitungan Reagen NO2-
V1 =100 𝑚𝐿 𝑥 10 𝑝𝑝𝑚
100 𝑝𝑝𝑚
V1 = 10 mL
V1 = 0,02 mL
Larutan Stock 0,04 ppm
V1 . 10 ppm = 50 mL . 0,008 ppm
V1 = 50 𝑚𝑙 𝑥 0,008 𝑝𝑝𝑚
10 𝑝𝑝𝑚
V1 = 0,04 mL
Larutan Stock 0,06 ppm
V1 . 10 ppm = 50 mL .0,012 ppm
V1 -=50 𝑚𝐿10𝑥𝑝𝑝𝑚
0,012 𝑝𝑝𝑚
V1 = 0,06 mL
Larutan Stock 0,08 ppm
V1 . 10 ppm = 50 mL .0,016 ppm
V1 = 0,08 mL
3.2.3.
Perhitungan Konsentrasi Ammonium (NH4+)
Apabila 1 mL larutan stock Ammonium setara dengan 10
µgNH4+/mL maka:
1. Air Sungai Sebelum Filtrasi.
+
NH = µ𝑔
4 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑚𝐿)
10 𝑚𝐿
2. Air Sungai Sesudah Filtrasi.
+
NH = µ𝑔
4 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑚𝐿)
10 𝑚𝐿
3.2.4.
Perhitungan Konsentrasi Nitrit (NO2-)
V1 = 10 𝑝𝑝𝑚 × 50 𝑚𝐿
100 𝑝𝑝𝑚
V1 = 5 mL
1 mL larutan stock ~ 10 µg NO2
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(𝑚𝐿)
= 0,008 ×10 µg = 0,008 ppm
10 𝑚𝐿
µg
Filtrasi NO2 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚e 𝑠𝑎𝑚𝑝(𝑚𝐿)
10 𝑚𝐿
3.2.4. Reaksi
Reaksi NH4+
+
NH4 + CaHKNaO6.4H2O NaNH4C4H4O6.4H2O + K+
(Ammonium) + (Garam Rochelle) (Ammonium Tartrat) +
(Kalium)
NaNH4C4H4O6.4H2O + 2K2 (HgI4) + 4NaOH
(Ammonium Tartrat) + (Merkurium (II)) + (Natrium Hidroksida)
HgOHg(NH2)I + C4H4O6.4H2O + 4NaI + 3KI + 3O2
(Amidoiodida ) + (tetrahida) + (Na.Iodida) + ( Kalium Iodida)
+ (Oksigen)
Reaksi NO2
N=N-CH3COO
2C6H5SO3COONa2 + C10H9N
+
NH2
SO3H
SO3H NH2
- N=N-
BAB IV
PEMBAHASAN
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, dimana satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atomoksigen. Air
secara fisik bersifat tidak memiliki warna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air dapat
berwujud padat, cair, maupun gas (Situmorang, 2007). AirMerupakan salah satu sumber
yang berasal dari alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup di seluruh dunia Air
juga merupakan zat cair, pada kondisi standart tidak memiliki rasa, bau ataupun warna.
Air sendiri terdiri atas Hidrogen dan Oksigen. Ammonium (NH4+) adalah ion yang
apabila bereaksi dengan sodiumhidroksida (NaOH) menghasilkan ammonia. Amonia
merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang spesifik (bau air seni), mudah larut
dalam air (larutannya bersift basa), alcohol dan eter. Pada praktikum ini, diperoleh
nilaiNH4+ dalam air sungai sebelum filtrasi dan air sungai setelah filtrasi, masing-
+
masing sebesar 0ppm dan 0 ppm. Dalam SNI kadar ammonium (NH4 ) yang
diperbolehkan hanya sebesar
0.1 ppm. Hal ini menunjukkan air sungai sebelum filtrasi tidak baik untuk digunakan
tetapi air sungai setelah filtrasi baik untuk digunakan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwaair yang telah di filtrasi terlebih dahulu maka kandungan ammonium nya akan
menurun.Nitrit (NO2) sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia apabila didapati
dalam air minum ataupun air kemasan. Pada praktikum ini, diperoleh nilai Kadar NH4+
yang terkandung dalam air sungai sebelum filtrasi sebesar 0,16 ppm dan air sungai
sesudah filtrasi sebesar 0,12 ppm dan kadar NO2- yang terkandung dalam air sungai
sebelum filtrasi sebesar 0,008 ppm dan air sungai sesudah filtrasi 0,004 ppm. Dalam
SNInitrit (NO2) yang diperbolehkan hanya sebesar 0.005 ppm. Hal ini menunjukkan
bahwa air sungai sebelum filtrasi dan air sungai sesudah filtrasi tidak baik untuk
digunakan. Halini menunjukkan bahwa air yang sudah di filtrasi kandungan ataupun
nilai nitrit nya akanmenurun.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan:
1.
Kadar NH4+ yang terkandung dalam air sungai sebelum filtrasi
sebesar 0,16 ppm dan air sungai sesudah filtrasi sebesar 0,12 ppm.
2.
Kadar NO2- yang terkandung dalam air sungai sebelum filtrasi sebesar
0,008 ppm dan air sungai sesudah filtrasi 0,004 ppm.
3.
Kadar nitrit dapat diukur dengan menggunakan metode nessler
kualitatif dan kuantitatif.
4.
Kadar ammonium dapat diukur dengan menggunakan metode nessler
kualitatif dan kuantitatif
5.2. Saran
Pada saat pengamatan warna antara sampel dan larutan stock, sebaiknya
digunakan dengan alat pengukur warna supaya mendapatkan hasil yang lebih
pasti.
DAFTAR PUSTAKA
Irmanto., & Suyata., 2009. Penurunan Kadar Amonia, Nitrit, Dan Nitrat Limbah
Cair Industri Tahu Menggunakan Arang Aktif dari Ampas Kopi, 4, pp.
105- 114.
Sihombing, Juna. 2020. Praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri. Medan:
PTKI.
Sutrisno, T., 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Yani , Dian Riska . 2012. Kandungan Nitrogen Dalam Kolam Perairan. Jakarta :
Erlangga.
Press
LAMPIRAN