Anda di halaman 1dari 34

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR DAN


LIMBAH INDUSTRI
No. Dokumen No. Revisi Tanggal Efektif Halaman
FM-PM-02-04 00 16 September 2019 01 dari 01
“ANALISA ALKALINITY, TDS DAN TSS”

DISUSUN OLEH :

Nama : SHINTYA DWI IZDNI


NIM : 18 01 129
Grup :F
Jurusan : Teknik Kimia
Tanggal Praktikum : 02 Desember 2020
Asisten Penanggung Jawab : Juna Sihombing, ST, MT.

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
MEDAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA ALKALINITY, TDS, DAN TSS

Nama : Shintya Dwi Izdni


NIM : 18 01 129
Grup :F
Jurusan : Teknik Kimia

Medan, 08 Desember 2020


Praktikan Asisten Laboratorium Pengembangan

(Shintya Dwi Izdni) (Juna Sihombing, ST, MT.)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan “Analisa Alkalinity, TDS dan TSS” tepat pada waktunya.
Dalam pembuatan laporan ini penulis banyak mengucapkan terimakasih
kepada pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini. Tidak
ada harapan lain dari penyusunan laporan ini, selain dari kenyataan bahwa
kemanfaatan laporan ini dapat dirasakan oleh pembaca, dan mahasiswa/i PTKI
pada khususnya.
Dalam penulisan laporan ini, mungkin banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan laporan ini. Terima Kasih.

Medan, 08 Desember 2020


Penulis

Shintya Dwi Izdni

iii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN.......................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Tujuan Praktikum........................................................................1
1.2 Landasan Teori............................................................................1
1
1.1
1.2
1.3
1.2.1 Air....................................................................................1
1.2.2 Karakteristik Air..............................................................3
1.2.3 Pengolahan Air Menjadi Air Minum...............................5
1.2.4 Analisa Kadar Alkalinity, TDS, dan TSS.........................7
BAB II METODOLOGI...............................................................................10
2.1 Alat dan Bahan............................................................................10
2.1.1 Alat yang digunakan........................................................10
2.1.2 Bahan yang digunakan.....................................................10
2.2 Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan
TSS..............................................................................................11
2.2.1 Perancangan Alat.............................................................11
2.2.2 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity,
TDS dan TSS...................................................................13
2.2.3 Prosedur Kerja Pembuatan Reagen.................................13
2.2.4 Prosedur Kerja Pengolahan Air.......................................13
2.2.5 Prosedur Kerja Alkalinity.................................................14

iv
2.2.6 Prosedur Kerja TDS.........................................................15
2.2.7 Prosedur Kerja TSS.........................................................16
BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA............................................17
3.1 Data Pengamatan.........................................................................17
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
3.2 Pengolahan Data..........................................................................18
3.2.1 Perhitungan Nilai Alkalinty..............................................18
3.2.2 Perhitungan Nilai TDS dan TSS......................................20
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................22
4.1 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai Alkalinity................................22
4.2 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai TDS dan TSS.........................22
BAB V KESIMPULAN..................................................................................24
5.1 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai Alkalinity................................24
5.2 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai TDS dan TSS.........................24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Data P-Alkalinity..............................................................................17
Tabel 3.2 Data M-Alkalinity.............................................................................17
Tabel 3.3 Data Pengamatan TSS......................................................................18
Tabel 3.4 Data Pengamatan TDS.....................................................................18

vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Perancangan Alat Kolom Media Filtrasi.....................................12
Gambar 2.2 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan
TSS..............................................................................................13
Gambar 2.3 Pengujian P-Alkalinity.................................................................14
Gambar 2.4 Pengujian M-Alkalinity................................................................15
Gambar 2.5 Pengujian TDS............................................................................15
Gambar 2.6 Pengujian TSS.............................................................................16

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan Praktikum


1. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang memperngaruhi Alkalinity.
2. Mampu menganalisa Alkalinity dengan metode asidimetri.
3. Mengetahui dan mengukur TDS dan TSS dalam air baku dan air bersih.

1.2 Landasan Teori


1.2.1 Air
Air adalah substansi dengan rumus kima (H 2O) satu molekul air
memiliki dua atom hidrogen kovalen terkait pada atom oksigen tunggal.
Air muncul dialam dalam semua tiga fase umum dari materi dan dapat
mengambil berbagai bentuk di bumi seperti uap air dan awan dilangit,
air laut dan gunung es dilautan kutub, gletser dan sungai-sungai
dipegunungan, cairan pada ekuifer dalam tanah. Pada suhu dan tekanan
yang tinggi, air dapat berupa air ionik dimana molekul terurai menjadi
sub ion hidrogen dan oksigen, dan pada tekanan yang lebih tinggi, air
dapat menjadi super ionik dimana oksigen mengkristal tetapi ion
hidrogen mengapung dengan bebas dalam kisi oksigen (Sihombing,
Juna, 2020).
Air adalah sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat karena air merupakan media penularan penyakit, disamping
itu juga pertambahan jumlah penduduk didunia ini yang semakin
bertambah jumlahnya sehingga menambah aktivitas kehidupan yang
mau tidak mau menambah pencemaran air yang pada hakikatnya
dibutuhkan.
Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada
suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air mka suatu
sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi. Macam-macam
sumber air:

1
1. Air Laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam. Kadar garam
dalam air laut 3% dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi
syarat untuk diminum.
2. Air Atmosfer
Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada
waktu menampung air hujan mulai turun, karena masih mengandung
banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif
terutama terhadap pipa-pipa penalur maupun bak-bak reservoir,
sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan.
Air ini juga mempunyai sifat lunak sehingga akan boros terhadap
pemakaian sabun.
3. Air Permukaan
Adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada
umumnya, air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-
daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macam
yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air
minum, seharusnya melalui pengolahan yang sempurna, mengingat
bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran
yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air
minum pada umumnya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan
berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah
membusuk, yang menyebabkan warna kuning coklat, sehingga untuk
pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di
tengan-tengah.
4. Air Tanah
Adalah air yang berada dibawah permukaan tanah didalam zona
jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari
tekanan atmosfer. Air tanah ini terbagi atas air tanah dangkal dan air
tanah dalam. Air tanah dangkal terjadi karena adanya daya proses

2
peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah dangkal ini pada
kedalaman 15 m sebagai sumur air minum, air dangkal ini ditinjau
dari segi kualitas agar baik, segi kuantitas kurang cukup dan
tergantung pada musim. Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat
air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam tak semudah air
tanah dangkal karena harus digunakan bor dan memasukkan pipa
kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman biasanya antara 100 –
300 m.
5. Mata Air
Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau
kuantitasnya sama dengan air dalam (Wulan, Anisa Intan Sari,
2005).

1.2.2 Karakteristik Air


1. Karakteristik Fisis
a. Bau, bau air akan memberi petunjuk akan kualitas air. Misalnya
bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhnya alga.
b. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS), biasanya terdiri atas zat
organik, garam anorganik dan gas terlarut. Jika TDS bertambah
maka kesadahan juga akan naik.
c. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik
yang bersifat anorganik maupun yang organik. Air yang keruh
juga akan membentuk deposit pada pipa, ketel, dan peralatan
lainnya.
d. Rasa, air minum biasanya tidak memiliki rasa atau tawar. Air
yang tidak tawar menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan.
e. Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak
terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran pipa yang dapat
membahayakan kesehatan.

3
f. Warna air dapat berasal dari limbah buangan industri. Warna pada
air dapat menimbulkan buih dalam ketel dan menghambat proses
pengendapan.
2. Karakteristik Kimia
a. Besi didalam air menimbulkan wasa, warna, pengendapan pada
dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan.
b. Kesadahan dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa.
Masalah yang timbul adalah sulitnya sabun membusa.
c. Chlorida digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air
minum. Dalam jumlah banyak, Cl akan menimbulkan rasa asin
serta korosi pada sistem perpipaan.
d. Kesadahan (CaCO3), kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan
menyebabkan air bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat
merugikan karena dapat merusak peralatan yang terbiat dari besi
melalui proses pengkaratan serta dapat menimbulkan kerak.
e. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) perludiukur untuk
menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau
rata-rata industri, dan untuk mendesain sistem-sistem pengolahan
biologis air yang tercemar tersebut. Semakin banyak kandungan
BOD maka jumlah bakteri semakin besar.
f. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) merupakan jumlah oksigen
yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimiawi.
g. Oksigen Terlarut (DO) adalah kadar oksigen dalam air.
Penurunan DO diakiatkan oleh pencemaran air yang mengandung
bahan organik sehingga menyebabkan organisme air terganggu.
Semakin kecil DO dalam air maka tingkat pencemarannya
semakin tinggi.
h. pH air minum sebaiknya netral, tidak basa atau asam untuk
mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan
distribusi (Setiawan, Dwi, 2009).

4
1.2.3 Pengolahan Air menjadi Air Minum
Pengolahan air merupakan suatu proses yang digunakan untuk
membuat sumber air baku atau air limbah menjadi air yang dapat
diterima bagi pengguna akhir sesuai dengan standar yang dibutuhkan
(diinginkan) termasuk air bersih, air minum, air untuk proses industri,
air pengobatan dan air untuk keperluan lainnya.
Tujuan dari semua proses pengolahan air yang ada adalah
menghilangkan kontaminan dalam air, atau mengurangi konsentrasi
kontaminan tersebut sehingga menjadi air yang diinginkan sesuai
kebutuhan (pengguna akhir) tanpa merugikan dampak ekologis. Proses-
proses yang terlibat dalam pemisahan kontaminan dapat menggunakan
proses fisik seperti menetap dan penyaringan kimia seperti desinfeksi
dan koagulasi. Selain itu proses biologi juga digunakan dalam
pengolahan air limbah, proses-proses ini dapat meliputi mencampur
dengan udara, diaktifkan lumpur atau saringan pasir padat (Sihombing,
Juna, 2020).
Penyediaan air bersih, selain kuantitas, kualitasnya pun harus
memenuhi standar yang berlaku. Perusahaan selalu memeriksa kualitas
air bersih sebelum didistribusikan kepada pelanggan sebagai air minum.
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berbau, tidak berwarna,
tidak berasa. Air minum pun seharusnya tidak mengandung
mikroorganisme patogen dan segala makhluk yang membahayakan
kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat merubah
fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan
secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan
endapan pada seluruh jaringan distribusinya.
Dalam hal air bersih, sudah merupakan praktek umum bahwa dalam
menetapkan kualitas dan karakteristik dikaitkan dengan suatu baku
mutu air tertentu. Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang
karakteristik air baku, sering kali diperlukan pengukuran sifat-sifat air
atau biasa disebut parameter kualitas air yang beraneka ragam.

5
Formulasi-formulasi yang dikemukakan dalam angka-angka standar
tentu saja memerlukan penelitian yang kritis dalam menetapkan sifat-
sifat parameter kualitas air (Hendra, Lalu, 2020).
Metode pengolahan air yang dipergunakan antara lain:
1. Pengolahan Fisik
a. Aerasi
Aerasi merupakan istilah lain dari transfer gas dengan
penyempitan makna, lebih dikhususkan pada transfer gas
(khususnya oksigen) dari fase gas ke fase cair. Fungsi utama
aerasi dalam pengolahan air adalah melarutkan oksigen ke dalam
air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air. Dalam
campuran tersuspensi lumpur aktif dalam bioreaktor dan
melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut dalam air serta
membantu pengadukan air (Wiyono, Noerhadi, 2017). Selain itu
aerasi juga membantu dalam pemisahan logam-logam yang tidak
diinginkan seperti besi dan mangan, oksigen yang dikontakkan
dengan air akan mengubah senyawa tersebut menjadi ferioksida
yang tidak larut dalam air sehingga dapat dipisahkan dengan
menggunakan filter (Setiawan, Dwi, 2009).
b. Flokulasi
Bila bahan kimia pengental ditambahkan ke air yang
mengandung kekeruhan, akan terbentuk kumpulan partikel yang
turun dan mengendap. Hal ini menyebabkan bertumbukannya
partikel kecil yang akan membentuk partikel yang lebih besar dan
jumlahnya lebih sedikit.
c. Filtrasi
Adalah pemisahan partikel zat padat dari fluida dengan jalan
melewatkan fluida itu melalui suatu medium penyaring atau
septum, dimana zat padat itu tertahan. Sand filter memanfaatkan
pasir kuarsa dengan diameter 1 s/d 2 mm untuk menyaring
material non air seperti alga atau ganggang. Carbon filter

6
memanfaatkan karbon aktif untuk menyaring jenis material dalam
air seperti bau, kekeruhan serta warna yang mungkin timbul
(Wiyono, Noerhadi, 2017).
d. Pengendapan
Laju pengendapan suatu partikel didalam air tergantung pada
kekentalan dan kerapatan air maupun ukuran, bentuk dan berat
jenis partikel.
2. Pengolahan Kimiawi
a. Koagulasi
Koagulan yang ditambahkan bereaksi dengan air dan partikel-
partikel yang membuat keruh untuk membentuk endapan
flokulan. Partikel yang lebih besar mempunyai kerapatan yang
cukup untuk memungkinkan pembuangannya dengan cara
pengendapan gravitasi.
b. Desinfikasi
Klorin merupakan desinfektan yang ideal. Bila dimasukkan
kedalam air akan mempunyai pengaruh yang segera dan
membinasakan makhluk mikroskopis. Klorin akan sangat efektif
bila pH air rendah (Limbong, Aquarina, 2008).
1.2.4 Analisa Kadar Alkalinity, TDS dan TSS
1. Alkalinity
Alkalinitas merupakan penyangga perubahan pH air dan indikasi
kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas
adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan. Alkalinitas mampu menetralisir
keasaman didalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut
sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion
bikarbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air
akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan
kemasaman dan menaikkan pH. Makin tinggi alkalinitas, makin
tinggi kemampuan air untuk menyangga sehingga fluktuasi pH

7
perairan makin rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam
kalsium karbonat dengan satuan ppm (Yulfiperius dkk, 2006).
2. TDS
Total Dissolved Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat
organik maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS
menggambarkan jumlah zat terlarut dalam satuan ppm. Umumnya
berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam suatu
larutan harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2
mikrometer. Pengukuran total solid dikeringkan dengan suhu 103 -
105ºC agar air yang tersumbat dapat dihilangkan secara mekanis
(Lanovia, Cindy, 2015).
Air minum yang ideal adalah yang memiliki level TDS 0-50 ppm,
dihasilkan dengan proses reverse osmosis, deionization
microfiltration, distillation dan banyak lagi (Rosmilya, Mentari dkk,
2014). Perubahan dalam konsentrasi TDS dapat berbahaya karena
densitas air menentukan aliran air masuk dan keluar dari sel-sel
organisme. Jika konsentrasi TDS terlalu tinggi atau rendah,
pertumbuhan kehidupan, jumlah air dapat dibatasi, dan kematian
dapat terjadi. TDS yang tinggi juga mengurangi kejernihan air,
memberikan kontribusi pada penurunan fotosintesis, gabungan
dengan senyawa beracun dan logam berat serta menyebabkan
peningkatan suhu air (Sihombing, Juna, 2020).
3. TSS
Total Suspended Solid (TSS) adalah residu dari padatan total yang
tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2µm atau
lebih besar dari ukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan
pada air akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung
mengendap. TSS terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun
beratnya lebih kecil dari sedimen.
TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang
heterogen dan berfungsi sebagai bahan permbentuk endapan yang

8
paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat
organik dalam suatu perairan. TSS umumnya dihilangkan dengan
flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan konribusi untuk
kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis
dan visibilitas diperairan. Oleh karena itu nilai kekeruhan tidak dapat
dikonversi ke nilai TSS (Lonavia, Cindy, 2015).
Perbedaan antara TSS dan TDS adalah berdasarkan prosedur
penyaringan. Padatan selalu diukur sebagai berat kering dan
prosedur pengeringan harus diperhatikan untuk menghindari
kesalahan yang disebabkan oleh kelembaban yang tertahan atau
kehilangan bahan akibat penguapan atau oksidasi (Rosmilya,
Mentari dkk, 2014).
.

9
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat, Bahan dan Fungsinya


2.1.1 Alat yang digunakan
1. Kolom Media Filtrasi : 1 meter
2. Beaker Glass 1000 mL : 3 buah
3. Batang pengaduk : 1 buah
4. Bola Hisap : 1 buah
5. Buret 50 mL : 1 buah
6. Statif dan Klem : 1 set
7. Botol Reagen : 1 buah
8. Botol Indikator PP : 1 buah
9. Botol Indikator MO : 1 buah
10. Pipet volume 25 mL : 2 buah
11. Erlenmeyer : 4 buah
12. Neraca Analitik : 1 unit
13. Pompa Vakum : 1 unit
14. Buchner : 1 buah
15. Corong Buchner : 1 buah
16. Corong : 1 buah
17. Pipet tetes : 2 buah
18. Penjepit : 1 buah
19. Oven : 1 unit
20. Cawan Petridish : 1 buah
21. Desikator : 1 set
22. TDS Meter : 1 unit
23. Botol Semprot : 1 buah
2.1.2 Bahan yang digunakan
1. Batu Kerikil : 2 kg
2. Saringan akuarium : 1 meter

10
3. Pasir kasar : 2 kg
4. Pasir halus : 2 kg
5. Arang : 1,5 kg
6. Zeolit : 400 gram
7. Ijuk : 50 gram
8. Air : Secukupnya
9. Air sungai : 1 Liter
10. Air hasil filrasi : 988 mL
11. Larutan H2SO4 0,02 N: 50 mL
12. Indikator PP : 6 tetes
13. Indikator MO : 2 tetes
14. Kertas saring : 1 helai
15. Aquadest : secukupnya
16. Tisu : secukupnya
17. Air Cleo : 25 mL
18. Air Ades : 25 mL

2.2 Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan TSS
2.2.1 Perancangan Alat
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Kolom media filtrasi dibersihkan.
3. Saringan akuarium dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi
4. Batu kerikil dimasukkan ke dalam kolom median filtrasi.
5. Saringan akuarium dimasukkan ke dalam kolom median filtrasi.
6. Pasir halus dimasukkan ke dalam kolom median filtrasi.
7. Pasir kasar dimasukkan ke dalam kolom median filtrasi.
8. Saringan akuarium dimasukkan ke dalam kolom media filtrasi.
9. Arang dimasukkan ke dalam kolom median filtrasi.
10. Saringan akuarium dimasukkan ke dalam kolom median filtrasi.
11. Zeolit dimasukkan ke dalam kolom median filtrasi.
12. Batu kerikil dimasukkan ke dalam kolom median filtrasi.

11
13. Ijuk dimasukkan ke dalam kolom median filtrasi.
14. Alat yang telah dirancang dibersihkan dengan mengalirkan air
bawah media filtrasi.
15. Air yang keluar dari hasil pencucian diperhatikan, jika sudah jernih
maka pencucian dihentikan.
16. Air dialirkan dari media filtrasi hingga habis.
17. Air sungai dimasukkan sebanyak 1 liter kedalam alat filtrasi dan
stopwatch dihidupkan.
18. Air hasil filtrasi ditampung pada beakerglass.

7 2

Gambar 2.1 Perancangan Alat Kolom Media Filtrasi


Keterangan:
1. Ijuk
2. Saringan akuarium
3. Batu kerikil
4. Arang
5. Pasir halus
6. Pasir kasar

12
7. Zeolit
8. Selang
2.2.2 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan
TSS

Gambar 2.2 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan
TSS
2.2.3 Prosedur Kerja Pembuatan Reagen
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Labu ukur diisi aquadest 1/3 bagiannya.
3. Larutan H2SO4 (p) dipipet sebanyak 0,54 mL kedalam labu ukur 1 L.
4. Aquadest ditambahkan sampai tanda batas dan larutan
dihomogenkan.
2.2.4 Prosedur Kerja Pengolahan Air
1. Alat dan bahan disiapkan.

13
2. Kolom media filtrasi dibersihkan hingga tidak ada lagi kotoran
yayng tertinggal.
3. Sampel air sungai dituang kedalam kolom media filtrasi.
4. Air hasil filtrasi ditampung didalam beakerglass.
2.2.5 Prosedur Kerja Alkalinity
A. P-Alkalinity
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Sampel dipipet sebanyak 25 mL dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer.
3. Indikator PP ditambahkan sebanyak 3 tetes.
4. Jika warna larutan tidak berubah maka P-alkaliniy = 0 dan tidak
perlu dititrasi.
5. Jika warna larutan berubah maka sampel dititrasi dengan larutan
H2SO4 0,02 N.

Gambar 2.3 Pengujia P-Alkalinity


B. M-Alkalinity
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Sampel dipipet sebanyak 25 mL dan dimasukkan kedalam
erlenmeyer.
3. Indikator MO ditambahkan sebanyak 1 tetes.
4. Jika warna berubah, sampel dititrasi dengan larutan H 2SO4 0,02 N
hingga warna orange tua.

14
5. Volume titrasi dicatat.

Gambar 2.4 Pengujian M-Alkalinity


2.2.6 Prosedur Kerja TDS
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Sampel diambil sebanyak 300 mL dan dimasukkan kedalam
beakerglass.
3. Tutup TDS meter dibuka dan alat dihidupkan.
4. TDS meter dibilas dengan aquadest.
5. TDS dimasukkan ke dalam sampel yang akan diukur kadar TDSnya
6. Nilai TDS dan suhu dicatat setelah nilainya konstan.
7. TDS meter dibilas dengan aquadest dan dikeringkan dengan tisu.
8. Alat TDS meter dimatikan dan ditutup kembali.
9. Prosedur 4 s.d. 7 diulangi untuk sampel berikutnya.

Gambar 2.5 Pengujian TDS

15
2.2.7 Prosedur Kerja TSS
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Kertas saring yang telah dioven ditimbang dengan neraca analitik
dan dicatat beratnya.
3. Sampel disaring pada kertas saring dengan bantuan pompa vakum
dan corong buchner.
4. Pompa vakum dihidupkan dengan menekan tombol ON.
5. Sampel dipipet sebanyak 10 mL dan dituang pada kertas saring.
6. Air dipastikan sudah tidak menggenang dicorong buchner.
7. Pompa dimatikan dan kertas saring diambil serta diletakkan di
cawan petridish.
8. Kertas saring dikeringkan kedalam oven selama 1 jam.
9. Setelah 1 jam, kertas saring didinginkan didesikator selama 15
menit.
10. Kertas saring ditimbang dengan neraca analitik dan dicatat
beratnya.

Gambar 2.6 Pengujian TSS

16
BAB III
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan


Tabel 3.1 Data P-Alkalinity
Volume Volume Volume Titrasi H2SO4
No. Nama Sampel Sampel Indikator PP 0,02 N
(mL) (tetes) (mL)
Air Sungai
1. 25 3 0
Sebelum Filtrasi
Air Sungai
2. 25 3 0
Setelah Filtrasi
Pengamatan P-Alkalinity
1. Air Sungai Sebelum Filtrasi
Air sungai sebelum filtrasi + Ind. PP  Larutan tidak berwarna
2. Air Sungai Sesudah Filtrasi
Air sungai sesudah filtrasi + Ind. PP  Larutan tidak berwarna

Tabel 3.2 Data M-Alkalinity


Volume Volume Volume Titrasi H2SO4
No. Nama Sampel Sampel Indikator MO 0,02 N
(mL) (tetes) (mL)
Air Sungai
1. 25 1 1,0
Sebelum Filtrasi
Air Sungai
2. 25 1 0,8
Setelah Filtrasi
3. Air Cleo 25 1 0,1
4. Air Ades 25 1 0,1

17
Pengamatan M-Alkalinity
1. Air Sungai Sebelum Filtrasi
Air sungai sebelum filtrasi + Ind. MO  Larutan orange
dititrasi dengan
Larutan orange  Larutan orange tua
asam sulfat 0,02 N
2. Air Sungai Sesudah Filtrasi
Air sungai sesudah filtrasi + Ind. MO  Larutan orange
dititrasi dengan
Larutan orange  Larutan orange tua
asam sulfat 0,02 N

Tabel 3.3 Data Pengamatan TSS


Volume Berat Kertas Berat Kertas Saring
No. Nama Sampel Sampel Saring Kosong + Endapan
(mL) (gr) (gr)
Air Sungai
1. 10 0,4780 0,4893
Sebelum Filtrasi
Air Sungai
2. 10 0,4791 0,4889
Setelah Filtrasi

Tabel 3.4 Data Pengamatan TDS


Volume Sampel Suhu TDS
No. Nama Sampel
(mL) (ºC) (ppm)
Air Sungai
1. 300 30,2 142
Sebelum Filtrasi
Air Sungai
2. 300 29,2 25
Setelah Filtrasi

3.2 Pengolahan Data


3.2.1 Perhitungan Nilai Alkalinity
A. Menghitung P-Alkalinity
 Dik: Volume H2SO4 0,02 N = 0 mL

18
Volume air sungai sebelum filtrasi = 25 mL
Dit: P-Alkalinity = ...?
Penyelesaian:
1000 mL ×Volume H 2 SO 4 × 0,02 N × BECaCO 3
P-Alkalinity =
Volume sampel
mL mek mg
1000 ×0 mL × 0,02 × 50
P-Alkalinity = L mL mek
25 mL
P-Alkalinity = 0 ppm
 Dik: Volume H2SO4 0,02 N = 0 mL
Volume air sungai sesudah filtrasi = 25 mL
Dit: P-Alkalinity = ...?
Penyelesaian:
1000 mL ×Volume H 2 SO 4 × 0,02 N × BECaCO 3
P-Alkalinity =
Volume sampel
mL mek mg
1000 ×0 mL × 0,02 × 50
P-Alkalinity = L mL mek
25 mL
P-Alkalinity = 0 ppm

B. Menghitung M-Alkalinity
 Dik: Volume H2SO4 0,02 N = 1,0 mL
Volume air sungai sebelum filtrasi = 25 mL
Dit: M-Alkalinity = ...?
Penyelesaian:
1000 mL ×Volume H 2 SO 4 × 0,02 N × BECaCO 3
M-Alkalinity =
Volume sampel
mL mek mg
1000 ×1,0 mL × 0,02 ×50
M-Alkalinity = L mL mek
25 mL
M-Alkalinity = 40 ppm
 Dik: Volume H2SO4 0,02 N = 0,8 mL
Volume air sungai sesudah filtrasi = 25 mL

19
Dit: M-Alkalinity = ...?
Penyelesaian:
1000 mL ×Volume H 2 SO 4 × 0,02 N × BECaCO 3
M-Alkalinity =
Volume sampel

mL mek mg
1000 ×0,8 mL × 0,02 ×50
M-Alkalinity = L mL mek
25 mL
M-Alkalinity = 32 ppm
 Dik: Volume H2SO4 0,02 N = 0,1 mL
Volume Air Cleo = 25 mL
Dit: M-Alkalinity = ...?
Penyelesaian:
1000 mL ×Volume H 2 SO 4 × 0,02 N × BECaCO 3
M-Alkalinity =
Volume sampel
mL mek mg
1000 ×0,1 mL × 0,02 ×50
M-Alkalinity = L mL mek
25 mL
M-Alkalinity = 4 ppm
 Dik: Volume H2SO4 0,02 N = 0,1 mL
Volume Air Ades = 25 mL
Dit: M-Alkalinity = ...?
Penyelesaian:
1000 mL ×Volume H 2 SO 4 × 0,02 N × BECaCO 3
M-Alkalinity =
Volume sampel
mL mek mg
1000 ×0,1 mL × 0,02 ×50
M-Alkalinity = L mL mek
25 mL
M-Alkalinity = 4 ppm
3.2.2 Perhitungan Nilai TDS dan TSS
A. Menghitung Nilai TDS
 Sampel air sungai sebelum filtrasi diukur dengan TDS Meter:
TDS = 142 ppm

20
Suhu = 30,2ºC
 Sampel air sungai sesudah filtrasi diukur dengan TDS Meter:
TDS = 25 ppm
Suhu = 29,2ºC
B. Menghitung Nilai TSS
 Dik: Berat kertas saring kosong = 478 mg
Berat kertas saring + endapan = 489,3 mg
Volume sampel = 10 mL
Dit: TSS = ...?
Penyelesaian:
TSS =
mL
1000 × ( Berat kertas saring+endapan ) −berat k . saring kosong
L
Volume sampel
mL
1000 × ( 489,3−478 ) mg
TSS = L
10 mL
TSS = 1.130 ppm
 Dik: Berat kertas saring kosong = 479,1 mg
Berat kertas saring + endapan = 488,9 mg
Volume sampel = 10 mL
Dit: TSS = ...?
Penyelesaian:
TSS =
mL
1000 × ( Berat kertas saring+endapan ) −berat k . saring kosong
L
Volume sampel
mL
1000 × ( 488,9−479,1 ) mg
TSS = L
10 mL
TSS = 980 ppm

21
22
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai Alkalinity


Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan. Alkalinitas mampu menetralisir keasaman
didalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang
menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat dan hidroksida
dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen
sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH. Makin tinggi
alkalinitas, makin tinggi kemampuan air untuk menyangga sehingga fluktuasi
pH perairan makin rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam kalsium
karbonat dengan satuan ppm.
Pada praktikum kali ini, dilakukan dua pengujian Alkalinity yaitu P-
Alkalinity dan M-Alkalinity. Dimana P-Alkalinity menggunakan indikator PP
sedangkan M-Alkalinity menggunakan indikator MO. Percobaan ini dilakukan
dengan titrasi asidimetri dimana penitar yang digunakan yaitu larutan H 2SO4
0,02 N. Sampel yang digunakan pada pengujian ini adalah air sungai sebelum
filtrasi, air sungai sesudah filtrasi, air cleo dan air ades.
P-Alkalinity pada sampel air sungai sebelum filtrasi dengan sesudah filtrasi
bernilai 0 ppm. Sedangkan pada M-Alkalinity dengan sampel air sungai
sebelum fitrasi, air sungai sesudah filtrasi, air cleo dan air ades secara
berturut-turut yaitu 40 ppm, 32 ppm, 4 ppm dan 4 ppm. Berdasarkan hasil
perhitungan dapat diketahui bahwa filtrasi mempengaruhi nilai Alkalinity
dengan turunnya nilai Alkalinity-nya.
4.2 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai TDS dan TSS
Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan
jumlah zat terlarut dalam satuan ppm. Pada praktikum ini digunakan TDS
meter dengan sampel air sungai sebelum filtrasi dan air sungai sesudah

23
filtrasi. Diperoleh nilai TDS pada kedua sampel secara berturut-turut yaitu
142 ppm dengan suhu 30,2ºC dan 25 ppm dengan suhu 29,2ºC.
Total Suspended Solid (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan
oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2µm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air akibat padatan
tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. TSS terdiri dari partikel-
partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen.
Pada praktikum ini digunakan sampel yang sama dengan pengujian TDS.
Diperoleh nilai TSS secara berturut-turut yaitu 1.130 ppm dan 980 ppm.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa filtrasi mempengaruhi nilai
TDS dan TSS dengan berkurangnya nilai TDS dan TSS dari sampel sebelum
difiltrasi.

24
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai Alkalinity


Berdasarkan hasil praktikum dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada sampel air sungai sebelum filtrasi dan sampel air sungai sesudah
filtrasi nilai P-Alkalinity sebesar 0 ppm. Hal ini diketahui karena tidak
adanya perubahan warna setelah penambahan indikator PP.
2. Pada sampel air sungai sebelum filtrasi, air sungai sesudah filtrasi, air cleo
dan air ades diperoleh nilai M-Alkalinity secara berturut-turut yaitu 40
ppm, 32 ppm, 4 ppm dan 4 ppm. Terjadi perubahan warna setelah
penambahan indikator MO.
3. Percobaan Alkalinity dilakukan dengan metode titrasi asidimetri
menggunakan penitar larutan H2SO4 0,02 N.
5.2 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai TDS dan TSS
Berdasarkan hasil praktikum dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai TDS pada sampel air sungai sebelum filtrasi dan sampel air sungai
sesudah filtrasi secara berturut-turut yaitu 142 ppm dengan suhu 30,2ºC
dan 25 ppm dengan suhu 29,2ºC.
2. Nilai TDS pada sampel air sungai sebelum filtrasi dan sampel air sungai
sesudah filtrasi secara berturut-turut yaitu 1.130 ppm dan 980 ppm.
3. Filtrasi mempengaruhi nilai TDS dan TSS hal ini diketahui berdasarkan
hasil perhitungan dari sampel yang mengalami penurunan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Hendra, Lalu dkk. 2015. Teknik Penyediaan Air Bersih. Malang : Universitas
Brawijaya.
Limbong, Aquarina. 2008. Alkalinitas: Analisa dan Permasalahannya Untuk Air
Industri. Medan : USU.
Lonavia, Cindy. 2015. Laporan Praktikum Lab. Teknik Lingkungan. Banten :
Surya University.
Rosmilya, Mentari. 2014. Analisa TSS (Total Suspended Solid) dan TDS (Total
Disolved Solid). Semarang : Universitas Diponegoro.
Setiawan, Dwi. 2009. Analisa Kuantitas dan Kualitas Air Bersih Pelanggan
PDAM Kota Surakarta Di Kelurahan Pucang Sawit. Surakarta :
Universitas Sebelas Maret.
Sihombing, Juna. 2020. Penuntun Praktikum Pengolahan Air dan Limbah
Industri. Medan : PTKI Medan.
Wiyono, Noerhadi dkk. 2017. Sistem Pengolahan Air Minum Sederhana
(Portable Water Treatment). Kalimantan Selatan : Universitas Lambung
Mangkurat.
Wulan, Anisa Intan Sari. 2005. Kualitas Air Bersih Untuk Pemenuhan Kebutuhan
Rumah Tangga Di Desa Pesarean Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal.
Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Yulfiperius, dkk. 2006. Pengaruh Alkalinitas terhadap Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Ikan Lalawak (Barbodes sp.). Bandung. IPB.

26
LAMPIRAN

27

Anda mungkin juga menyukai