Anda di halaman 1dari 41

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH INDUSTRI

No. Dokumen No. Revisi Tanggal Efektif Halaman

FM-PM-02-04 00 16 September 2019 01 dari 01

‘‘ANALISA COD DAN BOD ”

Disusun Oleh :

Nama Nim
Alpan Hutabarat 22 03 018
Astri Sasmita Harahap 22 03 020
Ayu Estetica 22 03 021

Grup/Kelompok : B/1

Program Studi : Agribisnis Kelapa Sawit

Tanggal Praktikum : 29 September 2023

Asisten Penanggung jawab : Juna Sihombing, ST, MT

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
MEDAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA COD DAN BOD

Nama Nim
Alpan Hutabarat 22 03 018
Astri Sasmita Harahap 22 03 020
Ayu Estetica 22 03 021

Grup/Kelompok : B/1

Program Studi : Agribisnis Kelapa Sawit

Tanggal Praktikum : 29 September 2023

Asisten Penanggung jawab : Juna Sihombing, ST, MT

Medan, 03 Oktober 2023


Asisten Laboratiorium Pengembangan Praktikan

( Juna Sihombing, S.T. M.T. ) (Kelompok 1)

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktikum ini dengan tepat waktu. Adapun laporan
praktikum ini yang berjudul “Analisa COD dan BOD” pada mata kuliah
Praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri Kelapa Sawit.
Secara pribadi kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Kepala Laboratorium Pengembangan dan Asisten Laboratorium
Pengembangan yang telah banyak membantu dan membimbing kami dari awal
sampai akhir praktikum dan dalam penyusunan laporan praktikum ini.
Secara pribadi kami mengharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai
sumber referensi dan menjadi literatur yang relevan bagi para pembaca. Kami
juga menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna . Kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.

Medan, 03 Oktober 2023

(Kelompok 1)

ii
DAFTAR ISI
Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... V
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Tujuan Praktikum........................................................................ 1
1.2 Landasan Teori............................................................................ 1
1.2.1 Air Sadah .......................................................................... 1
1.2.2 Karakteristik Air ............................................................... 2
1.2.3 Pengolahan Air Sadah menjadi Air Minum ...................... 2
1.2.4 Penanggulangan Air Sadah ............................................... 2
BAB II METODOLOGI ............................................................................... 5
2.1 Alat, Bahan dan Fungsinya ......................................................... 5
2.1.1 Alat.................................................................................... 6
2.1.2 Bahan ................................................................................ 6
2.1.3 Fungsi Alat ........................................................................ 6
2.1.4 Fungsi Bahan .................................................................... 6
2.2 Tahapan Pengolahan Air Sadah .................................................. 7
2.3 Perancangan Alat ........................................................................ 7
2.4 Prosedur Kerja ............................................................................ 7
2.4.1 Prosedur Kerja Pembuatan Reagen ................................... 14
2.4.2 Prosedur Kerja Pengolahan Air ........................................ 14
2.4.3 Prosedur Kerja COD .........................................................16
2.4.4 Prosedur Kerja BOD ......................................................... 16
BAB III DATA PENGAMATAN ................................................................ 19
3.1 Data Pengamatan ....................................................................... 19
3.2 Pengolahan Data ........................................................................ 22
3.2.1 Perhitungan Pembuatan Reagen COD .............................. 22
3.2.2 Perhitungan Pembuatan Reagen BOD .............................. 22
3.2.3 Perhitungan Pembuatan Nilai COD .................................. 23
3.2.4 Perhitungan Pembuatan Nilai BOD .................................. 23

iii
3.3 Reaksi ......................................................................................... 25
3.2.1 Reaksi COD ...................................................................... 25
3.2.2 Reaksi BOD ...................................................................... 26
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 27
BAB V KESIMPULAN................................................................................ 29
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 29
5.2 Saran ........................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Data pengamatan faktor larutan KMnO4 .................................................................. 20
Tabel 2 Data pengamatan COD pada larutan blanko ....................................... 20
Tabel 3 Data pengamatan kadar COD pada sampel ..........................................21
Tabel 4 Data pengamatan BOD OT0 ................................................................. 21
Tabel 5 Data pengamatan BOD OT4................................................................................................ 22

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Proses Pengolahan Air Sungai Menjadi Air Bersih..............................11
Gambar 2 Peralatan Analisa COD.........................................................................12
Gambar 3 Peralatan Analisa BOD.........................................................................13
Gambar 3 Bagan Pengolahan Limbah COD dan BOD..........................................19

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


1. Menganalisa kadar COD dalam sampel dengan penambahan larutan
KMnO4berlebihan dalam suasana asam pada suhu 60-70 oC.

2. Memahami metode analisis kadar COD.

3. Menganalisa kadar BOD dalam sampel.

4. Memahami metode analisis kadar BOD.

1.2 Landasan Teori

1.2.1 Air

Air adalah senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan


mahkluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat
digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat
vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama
untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri
(Mulia, 2005).

Air bersih penting bagi kehidupan manusia. di banyak tempat di


dunia terjadi kekurangan persediaan air. Hal tersebut terjadi akibat
pengelolaan sumber daya air yang kurang baik, monopolisasi serta
privatisasi yang bahkan menyulut konflik. Indonesia telah memiliki
undang-undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004,
yakni undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Namun, masih terdapat beberapa daerah yang tidak dapat merasakan
air bersih atau air baku yang layak digunakan, bahkan kekurangan
persediaan air.

1
1.2.2 Karakteristik Air
Berdasarkan parameter fisiknya Karakteristik air terdiri dari :

a. Suhu menurut NO.416/MENKES/PER/IX/1990 adalah 30 derajat.


Bila melebih batas yang ditentukan maka akan mengakibatkan
meningkatnya daya/tingkat toksitas bahan kimia atau bahan
pencernaan pada air dan pertumbuhan mikroba dalam air.

b. Warna Paling sering ditemui air berwarna biasanya air permukaan


yang berasal dari daerah rawa-rawa, sehingga masyarakat tidak
dapat menerimanya dengan baik guna keperluan rumah tangga
ataupun industri, tanpa dilakukan pengolahan lebih lanjut melalui
filter air untuk menghilangkan warna tersebut.

c. Bau Air bersih dan layak diminum harus bebas dari bau. Biasanya bau
yang timbul pada air ini dikarenakan bahan-bahan organik yang dapat
membusuk serta senyawa kimia lainnya seperti fenol. Rasa Biasanya
air yang bau juga diikuti dengan rasa, hal ini terjadi karena adanya
dekomposisi bahan organik dalam air.

d. Kekeruhan Air dikatakan keruh bilamana banyak mengandung bahan


partikel bahan yang tersuspensi sehingga berdampak pada air menjadi
berwarna dan berlumpur. Bahan yang menyebabkan terjadinya
kekeruhan ini biasanya tanah liat, lumpur, bahan organik yang
tersebar dan partikel-partikel kecil lainnya.

Karakteristik air berdasarkan parameter kimianya antara lain yaitu :

a. Derajat keasaman (pH)

pH air merupakan faktor penting mengingat pH dapat mempengaruhi


perkembangan mikroba yang terdapat dalam air. Umumnya mikroba
yang tumbuh dalam air dengan baik memiliki pH antara 6,0-8,0, pH
sebesar ini akan menimbulkan perubahan kimia pada air. Menurut
standar kualitas air yang baik, pH-nya antara 6,5-9,2.

2
b. Total solid

Tinggi rendahnya angka total solids biasanya dijadikan sebagai


parameter layak atau tidaknya air digunakan dalam rumah tangga.
Air yang baik digunakan biasanya memiliki angka total solid berkisar
500-1500 mg/l, bilamana melebihi dari angka yang ditentukan
tersebut akan mengakibatkan.

c. Zat organik

Zat organik yang terdapat pada air biasanya berasal dari air buangan
rumah tangga, industri, kegiatan pertanian, maupun pertambangan.
Zat organik yang terdapat pada air ini dapat diukur angka
permangatnya. Dalam standar kualitas, ditentukan angka
pemangatnya yakni 10 mg/l, bilamana terjadi penyimpangan dari
angka tersebut maka akan mengakibatkan sakit perut (Sihombing,
2023).

1.2.3 Pengolahan Air Sadah Menjadi Air Minum


1. Cara Sederhana

Di lingkungan pedesaan, air baku untuk rumah tangga yang


bersumber dari sungai, kolam, danau ataupun mata air, yang sudah
cukup, bahkan kadang-kandang berlimpah. Akan tetapi, air baku
terutama yang berasal dari air sungai maupun air danau, kebanyakan
sudah dikenai pencemar, khususnya pencemaran domestik. Untuk
mengubah sifat fisik air yang tadinya mungkin keruh atau berwarna,
banyak cara yang telah dilakukan oleh penduduk setempat, mulai dari
cara-cara yang sederhana sampai cara yang ditingkatkan.

Cara pengolahan air dengan sistem bak penampungan ini sangat baik
dilakukan untuk air baku yang berasal dari sumber mata air atau dari
sungai yang langsung dari hutan atau pegunungan yang masih
kelihatan jernih. Kalau berasal dari danau, apalagi dari sungai yang
keruh, sulit untuk dilakukan. Karena bahan-bahan terlarut di dalam
air yang besar kemungkinan cukup tinggi sehingga airnya
3
kelihatan keruh, akan merupakan kendala yang sulit diatasi. Untuk
jenis air lainnya, misalnya yang berasal dari danau atau sungai yang
sudah dikenai pencemar, memerlukan cara lain untuk
pembersihannya.
2. Cara Saringan Pasir Lambat

Kecepatan penyaringan di dalam saringan pasir lambat adalah 0,2-


0,5 m3/jam, sedangkan pasir cepat 5-7 jam, serta diameter efektif
media pasirnya antara 0,15-0,35 mm dan pasir cepat 0,6-1,0 mm.
kecepatan penyaringan pada saringan pasir lambat sangat kecil
sehingga periode pembersihan saringan dapat berlangsung dalam
bilangan waktu minggu atau bulan. Dengan ukuran efektif media
pasir yang sedemikian kecil bahan-bahan dalam bentuk suspense,
termasuk koloid dan bakteri akan tersangkut di lapisan atas saringan.
Pembersihan saringan dapat dilakukan dengan jalan mengeruk
lapisan atas yang telah kotor dan menggantikannya dengan lapisan
pasir yang baru. Di dalam proses penyaringan dengan saringan pasir
lambat, parameter yang paling penting adalah kecepatan penyaringan
dan masa operasi saringan yang didefinisikan sebagai selang waktu
di antara dua periode pembersihan yang diperlakukan.
3. Cara Koagulasi

Kekeruhan air yang banyak dijumpai pada air permukaan seperti air
sungai atau air saluran irigasi, ada yang dapat dihilangkan dengan
cara pengendapan dan penyaringan secara langsung dan ada yang
tidak dapat dihilangkan dengan kedua cara tersebut. Kekeruhan yang
tidak dapat dihilangkan dengan kedua cara tersebut disebabkan oleh
partikel-partikel koloid yang hanya dapat diendapkan dengan proses
koagulasi kimiawi. Prinsip koagulasi kimiawi adalah destabilasi,
agregasi, dan pengikatan partikel-partikel koloid secara bersama.
Proses ini menyangkut pembentukan flok yang mengadsorbsi dan
mengikat partikel-partikel koloid di dalam air

4
sehingga membentuk flok yang lebih besar agar mudah diendapkan
dan disaring.

1.2.4 Oksigen Terlarut, COD dan BOD

a. DO( Dissolved Oxygent )

DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air dari fotosintesis dan


adsorbs atmosfer atau udara, semakin banyak jumlah DO maka
kualitas air semakin baik, satuan DO biasanya dinyatakan dalam
persentase saturasi.
b. COD

COD (Chemical Oxygen Demand), yaitu suatu uji yang menentukan


jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya
kalium dikhormat, untuk mengoksidasi bahan – bahan organik
yang terdapat di dalam air. Pengujian COD dilakukan dengan
mengambil contoh dengan volume yang tertentu yang kemudian
dipanaskan dengan larutan kalium dikromat dengan kepekatan
tertentu yang jumahnya sedikit di atas yang diperlukan.
c. BOD

BOD (biochemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen


(mg) yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan atau
mengoksidasi bahan organik dalam satu liter air limbah selama
pengeraman (5 x 24 jam pada suhu 200 oC), jadi BOD menunjukkan
jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroba untuk
memecah atau mengoksidasi bahan bahan pencemar yang terdapat
di dalam suatu perairan. Bahan organik terutama terdiri atas unsur
C, H, O atau ditambah unsur lainnya yaitu N, S, P, dan Fe.Mikroba
yang bersifat aerobik memerlukan oksigen untuk beberapa reaksi
biokimia, seperti untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel,
dan oksidasi sel (Karden Eddy, 2009).

5
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
1. Botol Semprot : 4 buah
2. Botol Winkler 100,8 ml : 4 buah
3. Beaker Glass 100 ml : 2 buah
4. Statif dan Klem : 2 set
5. Pipet Volume 10 ml : 2 buah
6. Buret 50 ml : 2 buah
7. Bola Hisap : 2 buah
8. Pipet Ukur 5 ml : 1 buah
9. Corong Kaca : 1 buah
10. Beaker Glass 500 ml : 1 buah
11. Erlenmeyer 250 ml : 4 buah
12. Gelas ukur 100 ml : 1 buah
13. Pipet Ukur 10 ml : 2 buah
14. Water Bath : 1 unit

2.1.2 Bahan
1. Larutan H2SO4 : 100 ml
2. Larutan Na2C2O4 0,025 N : 300 ml
3. Larutan H2SO4 1:2 : 100 ml
4. Larutan KMnO4 0,025 N : 250 ml
5. Alkali Azida Iodida : 200 ml
6. Indikator Amilum : 100 ml
7. Air Sungai : 5 liter

6
2.2 Tahapan Pengolahan Air dan Analisa COD dan BOD

2.2.1 Tahapan Pengolahan Air


Tahapan pengolahan air terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Screening. Tahap awal unit pemurnian yaitu air baku melewati layar
logam untuk mencegah organisme hidup berukuran besar puing–
puing mengambang seperti tongkat, daun dan sampah masuk ke
dalam sistem pengolahan tetapi memungkinkan air baku untuk
melewatilayar logam tersebut.

2. Pra-sedimentasi. Pra-sedimentasi dimaksudkan untuk menangkap


benda kasar yang mudah mengendap yang terkandung dalam air baku
seperti pasir atau dapat juga disebut partikel diskret. Partikel diskret
merupakan partikel yang tidak mengalami perubahan bentuk selama
proses pengendapan.

3. koagulasi. Koagulasi adalah proses pengolahan air dengan


menggunakan sistem pengadukan cepat sehingga dapat mereaksikan
bahan kimia (koagulan) secara seragam. Koagulasi berfungsi untuk
mempermudah butiran ukuran halus ,misal berdiameter 0,06 mm
yang sangat lama mengendap dalam unit sedimentasi dan koloid-
kolid yang bermuatan listrik yang selalu bergerak-gerak serta tidak
dapat diendapkan secara gravitasi untuk mengendap.

4. Flokulasi. Flokulasi secara umum disebut juga pengadukan lambat,


dimana dalam unit ini berlangsung proses terbentuknya
penggumpalan flok-flok yang lebih besar dan akibat adanyaperbedaan
berat jenis terhadap air, maka flok-flok tersebut dapat dengan mudah
mengendap di bak sedimentasi.

5. Sedimentasi. Proses sedimentasi secara umum diartikan sebagai


proses pengendapan, dimana akibat gaya gravitasi, partikel yang
mempunyai berat jenis lebih besar dari berat jenis air akan
mengendap ke bawah dan jika lebih kecil berat jenisnya maka akan
mengapung.

7
6. Saringan pasir cepat. Saringan pasir dapat menghasilkan air bersih
sejumlah 1,3–2,7 liter/m3/detik, Diameter pasir yang digunakan 0,4
mm–0,8 mm dengan ketebalan 0,4–0,7 m. Saringan pasir hanya
mampu berfungsi untuk menahan bahan padat terapung dan tidak
bias menyaring mikroorganisme seperti virus atau bakteri pathogen.

7. Desinfeksi. Desinfeksi adalah usaha untuk memetikan


mikroorganisme yang masih tersisa dalam proses pengolahan air
minum, terutama ditujukan kepada mikroorganisme pathogen.
Desinfektan yang sering digunakan adalah kaporit, gas klor, dan
sinar ultra.

8. Water Softening. Kesadahan disebabkan oleh ion-ion bervalensi +2


terutama ion calcium dan magnesium. Ion calcium dan magnesium
terlarut dari batuan kapur, dolomite, dan mineral-mineral lainnya.

9. Oksidasi. Oksidasi berfungsi untuk menghilangkan besi dan atau


mangan. Oksidasi yaitu menaikkan tingkat oksidasi oleh suatu
oksidator (udara, khlorin, dan permanganat) dengan tujuan
mengubah bentuk besi dan atau mangan terlarut menjadi besi dan
atau mangan tidak terlarut (endapan).

10. Reduksi. Reduksi digunakan untuk pengolahan air minum secara


biologis (microbial biomass).

11. Pra-klorinasi adalah ketika klorin diterapkan untuk air segera


setelah memasuki fasilitas pengolahan. Klorin ditambahkan ke air
baku untuk menghilangkan ganggang dan bentuk lain dari
kehidupan aquatic dari air sehingga tidak akan menimbulkan
masalah pada tahap selanjutnya dari pengolahan air. Pra-klorinasi
di flash mixer dilakukan untuk menghilangkan rasa dan bau, dan
mengendalikan pertumbuhan biologis seluruh sistem pengolahan
air.

2.2.2 Analisa COD


COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan
yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang
8
dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi.
Bahan buangan organik tersebut akan dioksidasi oleh dikromat yang di
gunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO₂ dan
H₂O serta jumlah ion chrom.

Reaksinya sebagai berikut: Ca Hb Oc + Cr₂O72- + H+ → CO₂+ H2O + C1³

Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa


organik yang terdapat dalam air kimiawi dapat ditentukan dengan cara
penambahan potassium permanganat atau potassium dukromat berlebih
dalam suasana asam pada suhu 60-70°C. Kelebihan potassium
permanganat dapat dinetralisir dengan penambahan Na CO.

Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat


organik yang secara alamiah dapat maupun tidak dapat dioksidasikan
melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarutdalam air oleh karena itu kosentrasi COD dalam air harus
memenuhi ambang batas yang ditentukan.

Perairan dengan nilai COD tinggi tidak di inginkan bagi


kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang
tidak tercemar biasanya kurang dan 20 mg/l, sedangkan pada perairan
tercemar dapat lebih dari 200 mg/1 dan pada limbah industri dapat
mencapai 60.000 mg/l. Nilai COD merupakan satu bilangan yang dapat
menunjukkan banyaknya oksigen yang di perlukan untuk mengoksidasi
bahan organi menjadi CO; dan air dengan perantara oksidan kuat dalam
suasana asam.

Beberapa bahan organik tertentu yang terdapat pada air limbah


"kebal" terhadap degradasi biologis dan ada beberapa diantaranya yang
beracumeskipun pada kosentrasi yang rendah. Bahan yang tidak dapat
didegradasi secara biologis tersebut akan didegradasi secara kimiawi
melalui proses oksidasi, jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi tersebut dikenal dengan COD.

COD merupakan salah satu parameter indikator pencemar didalam


air yang disebabkan oleh limbah organik, keberadaan COD didalam
lingkungan sangat ditentukan oleh limbah organik, baik yang berasal
9
dari limbah rumah tangga maupun industri. secara umum konsentrasi
COD yang tinggi dalam air menunjukkan adanya bahan pencemar
organik dalam jumlah banyak.

Kadar COD dalam air limbah berkurang seiring dengan


berkurangnyakonsentrasi bahan organik yang terdapat dalam air limbah,
konsentrasi bahan organik yang rendah tidak selalu dapat direduksi
dengan metode pengolahan yang konvensional.

Nilai COD ditentukan dari bahan organik yang biodegradable


maupu nondegradable, sehingga hasil penetapan nilai COD biasanya
lebih tinggi dari nilai BOD. Apabila nilai COD 3 kali lebih tinggi dari
BOD, maka perlu diketahui apakah ada bahan-bahan yang bersifat
toksik dan nonbiodegradable.

2.2.3 Analisa BOD


BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara
global proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
akibat air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara
biologi. BOD adalah jumlah O, yang dibutuhkan untuk menguraikan
senyawa- senyawa organik bologi/biokimia.

Tingginya kadar bahan organik dalam air limbah akan menurunkan


kadar O terlarut dalam air, bila penurunan O, dengan penggantian O,
tidak seimbang, maka kehidupan dalam air akan terganggu. Pegukuran
BOD ini hanya terbatas untuk bahan organik yang dapat dioksida bakteri
saja jadi BOD adalah bahagian dari COD sehingga hubungan antara DO,
COD danBOD maka COD selalu lebih besar dari BOD.
Pemeriksaan Biological Oxygen Demand (BOD)

Metode Pemeriksaan: Winkler (Titrasi di Laboratorium), Prinsip


analisis Pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi zat
organik dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung
karena adanya bakteri aerobik Untuk menguraikan zat organik
memerlukan waktu 12 hari untuk 50% reaksi, 5 hari untuk 75% reaksi

10
tercapai dan 20 hari untuk 100% reaksi tercapai. Dengan kata lain tes BOD
berlaku sebagai simulasi proses biologi secara alamiah, diukur DO nol dan
setelah mengalami inkubasi selama 5 hari pada suhu 20°C atau 3 hari pada
suhu 25 C-2°C diukur lagi DO air tersebut. Perbedaan DO air tersebut yang
dianggap sebagai konsumsi oksigen untuk proses biokimia akan selesai
dalam waktu 5 hari dipergunakan dengan anggapan segala proses biokimia
akan selesai dalam waktu 5 hari.

2.3 Perancangan Alat


2.3.1 Perancangan Alat Pengolahan Air Bersih

2
b
e
rf
3 4u
n
g
6
si
s
5e
9 b
a
g
7
a
8 i
s
a
m
Gambar 1. Perancangan Alat Kolom Media Filtrasi
p
Keterangan: e

1. Ijuk

2. Arang

11
3. Saringan Akuarium

4. Batu Kerikil Halus

5. Pasir halus

6. Pasir kasar

7. Zeolit

8. Selang

9. Batu Kerikil Besar

1 2 3 4
b
e
Gambar 2. Perancangan
rf Alat Analisa COD
Keterangan: u
n
g
1. Sampel air sungai sesudah
si
filtrasi
s
2. Sampel air sungai sebelum
e filtrasi
b
3. Larutan Blanko a
g
4. Larutan faktor KMnO4 a
i
s 12
a
m
p
1 2 3 4
b 5
e
rf
Gambar 3. Perancangan Alat Analisa COD OT0
u
n
g
Keterangan: si
s
1. Sampel air sungai
e sebelum filtrasi OT0
b
a
2. Sampel air sungai sesudah filtrasi OT0
g
a
3. Larutan Tio Sulfat
i
0,025 N
s
4. Larutan MnSOa4
m
5. Alkali Azida Iodida
p
e

13
2. 4 Prosedur Kerja
2.4.1 Prosedur Kerja Pembuatan Reagen
a. Pembuatan H2SO4 1 : 2
1. Alat dan bahan praktikum disediakan

2. H2SO4 97% diukur sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam


beakerglass 500 ml

3. Larutan kemudian diencerkan dengan aquadest sebanyak 100 ml

b. Pembuatan Larutan Na2C2O4 0,025 N

1. Alat dan bahan praktikum disediakan

2. Kristal Na2C2O4 ditimbang sebanyak 1,68 gram

3. Kristal kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml, lalu


diencerkan dengan aquadest sampai dengan tanda batas
kemudianlarutan dihomogenkan.
c. Pembuatan Larutan Standar KMnO4 0,025 N

1. Alat dan bahan praktikum disediakan

2. KMnO4 ditimbang sebanyak 0,79 gram dengan kaca arloji

3. Kemudian dilarutkan dengan aquadest sebanyak 1 liter dan


dipanaskan selama 2 jam dan dibiarkan selama 1 malam
d. Pembuatan Larutan MnSO4

1. Alat dan bahan dipersiapkan

2. KMnO4 ditimbang sebesar 0,79 gram

3. KMnO4 dilarutkan dengan aquades

4. Larutan KMnO4 dimasukkan kedalam labu ukur 1000mL lalu


tambahkan aquades hingga tanda batas dan dihomogenkan

5. Larutan didihkan selama 2 jam kemudian dibiarkan 1 malam.

14
e. Pembuatan Larutan Alkali Azida Iodida
1. Alat dan bahan dipersiapkan

2. KOH ditimbang sebesar 350 gram

3. KI ditimbang sebanyak 75 gram

4. NaN3 ditimbang sebanyak 10 gram

5. Semua bahan yang telah ditimbang dilarutkan bersamaan


dengan menggunakan aquades sebanyak 500 mL pada labu ukur
500 mL lalu dihomogenkan

6. Simpan larutan dalam botol polyetylen dan tempat gelap

f. Pembuatan Larutan Na2S2O3 0,025 N


1. Alat dan bahan dipersiapkan

2. Na2S2O3 ditimbang sebesar 6,205 gram lalu timbang Na2CO3


sebesar 2 gram pada neraca analitik

3. Kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 1000 mL dan


ditambahkan amil alcohol lalu dihomogenkan. Biarkan selama
hari kemudian distandarisasi
g. Pembuatan Indikator Amilum 1 %
1. Alat dan bahan praktikum disediakan

2. Amilum ditimbang sebanyak 100 gram

3. Dilarutkan dengan 10 ml aquadest dingin dan 90 ml aquadest


panas
4. Larutan diaduk dan dipanaskan hingga homogen

2.4.2 Prosedur Kerja Pengolahan Air


1. Alat dan bahan praktikum disediakan

2. Alat filtrasi yang telah dibuat kemudian dicuci untuk


membersihkan filtrasi hingga benar – benar bersih sebanyak 3
kali
3. Setelah dicuci dan benar – benar bersih kemudian sampel air
limbah organik dimasukkan ke dalam alat filtrasi lalu ditampung

15
pada beaker glass secukupnya.
2.4.3 Prosedur Kerja COD
a). Prosedur Penetapan Faktor KMnO4 0,025 N
1. Natrium Oksalat dipipet sebanyak 25 mL kedalam
erlenmeyer

2. Aquadest ditambahkan sebanyak 100 mL

3. H2SO4 1 : 2 ditambahkan sebanyak 10 ml di ruang asam

4. Larutan KMnO4 ditambahkan sebanyak 20 ml

5. Larutan dipanaskan dengan menggunakan water bath selama


30 menit dengan suhu 60 derajat hingga berwarna bening

6. Dalam keadaan panas larutan dititrasi dengan KMnO4


hingga larutan berwarna merah muda dan volume KMnO4
yang terpakai dicatat
b). Prosedur Pembuatan Larutan Blanko
1. Alat dan bahan disediakan.

2. Aquadest diukur sebanyak 50 ml lalu ditambahkan H2SO4 1:


2 sebanyak 5 ml .

3. Larutan tidak berwarna kemudian ditambahkan KMnO4


0,025 N sebanyak 10 ml lalu dipanaskan pada water bath
selama 30 menit.

4. Larutan kemudian ditambahkan Na2C2O4 sebanyak 10 ml


larutan tidak berwarna kemudian ditirasi dengan KMnO4
sampai terbentuk warna merah muda.
c). Prosedur Kerja Analisa COD pada Sampel
1. Alat dan bahan disediakan.

2. Sampel air sungai dipipet sebanyak 25 ml dalam Erlenmeyer


250 ml lalu ditambahkan aquadest 50 ml.
3. Larutan tidak berwarna ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 5
ml .
4. Larutan yang terbentuk kemudian ditambahkan KMnO4

16
sebanyak 10 ml.
5. Larutan dipanaskan pada water bath selama 30 menit.
6. Setelah 30 menit larutan kemudian ditambahkan Na2C2O4
0,025 N sebanyak 10 ml menjadi larutan tidak berwarna.
dan langsung dititrasi dengan KMnO4, TAT warna merah
muda.

2.4.4 Prosedur Kerja BOD


a). Prosedur Kerja OT0
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Sampel air sungai sebelum filtrasi dan air sungai sesudah filtrasi
diisi kebotol winkler sampai penuh.
3. MnSO4 kemudian ditambahkan kedalam botol winkler sebanyak 1
ml.
4. Larutan yang terbentuk kemudian ditambahkan Alkali Azida Iodida
sebanyak 1 ml, lalu didiamkan selama 30 menit sampai terbentuk 2
lapisan Jika terbentuk endapan putih maka prosedur tidak
dilanjutkan, larutan bening dibuang sebanyak 20 ml.
5. Endapa ditambahkan H2SO4(P) sebanyak 1 ml dan terbentuk larutan
orange.
6. Jika pada saat penambahan H2SO4(P) terbentuk larutan orange maka
Larutan orange dititrasi dengan larutan tio 0,025 N sampai
berwarna kuning. Tapi, jika saat penambahan H2SO4(P) terbentuk
larutan kuning maka ditambahkan amylum 1% sebanyak 5 tetes
hingga terbentuk warna biru tua.
7. Larutan biru tua kemudian dititrasi dengan larutan tio 0,025 N
sampai larutan tidak berwarna.
b). Prosedur Kerja OT4
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Sampel air sungai sebelum filtrasi dan air sungai sesudah filtrasi
diisi kebotol winkler sampai penuh.

3. Sampel air sungai sebelum filtrasi dan setelah filtrasi


dimasukkan ke dalam inkubator selama 4 hari.

4. Setelah 4 hari masa inkubator, kemudian MnSO4 ditambahkan


17
kedalam botol winkler sebanyak1 ml.

5. Larutan yang terbentuk kemudian ditambahkan Alkali Azida


Iodida sebanyak 1 ml, lalu didiamkan selama 30 menit sampai
terbentuk 2 lapisan Jika terbentuk endapan putih maka prosedur
tidak dilanjutkan, larutan bening dibuang sebanyak 20 ml.

6. Endapan ditambahkan H2SO4(P) sebanyak 1 ml dan terbentuk


larutan Orange.

7. Jika pada saat penambahan H2SO4(P) terbentuk larutan orange


maka Larutan orange dititrasi dengan larutan tio 0,025 N
sampai berwarna kuning. Tapi, jika saat penambahan H2SO4
terbentuk larutan kuning maka ditambahkan amylum 1%
sebanyak 5 tetes hingga terbentuk warna biru tua.

8. Larutan biru tua kemudian dititrasi dengan larutan tio


0,025 N sampai larutan tidak berwarna.

18
2.4.5 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan COD serta BOD

AIR BAKU

ANALISA COD
DAN BOD

MEDIA
FILTRASI

AIR HASIL
FILTRASI
tidak
ANALISA COD
DAN BOD

SESUAI
I

ya

AIR BERSIH

Gambar 4. Bagan Pengolahan Limbah, COD dan BOD

19
BAB III
DATA PENGAMATAN

3.1. Data Pengamatan


A. Penentuan Faktor Larutan KMnO4
Tabel 1. Data pengamatan faktor larutan KmnO4
NO. Na2C2O4 Aquadest H2SO4 KMnO4 V.
0,025 N (ml) 1:2 0,025 N Titrasi
(ml) (ml) (ml) KMnO4
(ml)
1. 25 100 10 20 0,49

Larutan Na2C2O4 0,025 N + Aquadest → Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna + H2SO4 1:2 → Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna + KMnO4 0,025 N → Larutan ungu

Larutan ungu tidak berwarna

Larutan tidak berwarna larutan merah muda

B. Analisa COD pada Larutan Blanko

Tabel 2. Data pengamatan COD pada larutan Blanko


NO. Nama Aquadest Na2C2O4 H2SO4 KMnO4 V.
Sampel (ml) 0,025 N 1:2 0,025 N Titrasi
(ml) (ml) (ml) KMnO4
(ml)
1. Blanko 50 10 5 10 6,10

Aquades + H2SO4 1:2 → Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna + KMnO4 0,025 N → Larutan warna ungu

Larutan ungu + Na2C2O4 0,025 N → Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna + (titrasi KMnO4) → Larutan ungu muda

20
C. Penentuan Kadar COD pada sampel

Tabel 3. Kadar COD pada sampel


NO. Nama Volume Aquadest Na2C2O4 H2SO4 KMnO4 V.
Sampel Sampel (ml) 0,025 N 1:2 0,025 N Titrasi
(ml) (ml) (ml) (ml) KMnO4
(ml)
1. Air 25 50 10 5 10 0,8
sesudah
filtrasi

2. Air 25 50 10 5 5 0,7
sebelum
filtrasi

a. Air sungai sebelum filtrasi

Sampel + Aquadest → Larutan tidak berwarna

Lautan tidak berwarna + H2SO4 1:2 → larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna + KMnO4 0,025N → Larutan warna ungu

Larutan warna ungu ⎯→ Larutan warna ungu

Larutan ungu + Na2C2O4 → Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna di𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑀𝑛𝑂₄ → Larutan ungu muda

b. Air sungai setelah filtrasi

Sampel + Aquadest → Larutan tidak berwarna

Lautan tidak berwarna + H2SO4 1:2 → larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna + KMnO4 0,025N → Larutan warna ungu

Larutan warna ungu ⎯→ Larutan warna ungu

Larutan ungu + Na2C2O4 → Larutan tidak berwarna

Larutan tidak berwarna di𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑀𝑛𝑂₄ → Larutan ungu muda

21
D. Penentuan Kadar BOD (OT0)

Tabel 4. Data pengamatan BOD (OT0)


NO. Nama Volume Volume Vol. Vol. Volume V.
Sampel Sampel MnSO4 Alkali H2SO4 amilum Titrasi
(ml) (ml) Azida pekat (tetes) Tio
Iodida (ml) Sulfat
(ml) (ml)
1. Air 100,8 50 1 1 1 3,8
sebelum
filtrasi

2. Air 100,8 50 1 1 1 4,1


sesudah
filtrasi

Air sungai (sampel) sebelum filtrasi

Air sungai sebelum filtrasi + MnSO4 →larutan tak berwarna + gel

(Larutan tak berwarna + gel) + Alkali azida iodida didiamkan 30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡


Larutan bening dan coklat

Coklat + H2SO4(p) → larutan warna kuning

Larutan warna kuning+amilum 1%→Larutan biru tua

Larutan biru tua dititrasi tio sulfat 0,025 𝑁 → Larutan tidakberwarna

Air sungai (sampel) setelah filtrasi

Air sungai sebelum filtrasi + MnSO4 →larutan tak berwarna + gel

(Larutan tak berwarna + gel) + Alkali azida iodida didiamkan 30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡


Larutan bening dan coklat

Coklat + H2SO4(p) → larutan warna kuning

Larutan warna kuning+amilum 1%→Larutan biru tua

Larutan biru tua dititrasi tio sulfat 0,025 𝑁 → Larutan tidakberwarna

22
E. Penentuan Kadar BOD (OT4)

Tabel 4. Data pengamatan BOD (OT4)


NO. Nama Volume Volume Vol. Vol. Volume V.
Sampel Sampel MnSO4 Alkali H2SO4 amilum Titrasi
(ml) (ml) Azida pekat (tetes) Tio
Iodida (ml) Sulfat
(ml) (ml)
1. Air 100,8 50 1 1 1 2,0
sebelum
filtrasi

2. Air 100,8 50 1 1 1 1,2


sesudah
filtrasi

Air sungai sebelum filtrasi

Air sungai sebelum filtrasi + MnSO4 →larutan tak berwarna + gel

(Larutan tak berwarna + gel) + Alkali azida iodida didiamkan 30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡


Larutan bening dan coklat

Coklat + H2SO4(p) → larutan warna kuning

Larutan warna kuning+amilum 1%→Larutan biru tua

Larutan biru tua dititrasi tio sulfat 0,025 𝑁 → Larutan tidakberwarna

Air sungai sesudah filtrasi

Air sungai sesudah filtrasi + MnSO4→larutan tak berwarna+gel

(Larutan tak berwarna + gel) + Alkali azida iodida →endapan putih

23
3.2. Pengolahan Data

3.2.1. Perhitungan Pembuatan Reagen COD Na2C2O4 0,025 N


Gr Na2C2O4 = N x BE x V
= 0,025 ek/L x 67 gr/ek x 1 L
= 1,675 gr
3.2.2. Perhitungan Pembuatan Reagen BOD KMnO4
Gr KMnO4 = N x BE x V
= 0,025 ek/L x 31,6 gr/ek x 1L

= 0,79 gr

3.2.3. Perhitungan Pembuatan Nilai COD


a. Perhitungan Faktor KMnO4
25 𝑏 1
f = a x 1000 x 100 x 𝑋 𝑥 0,001675

25 95 1
f = 1,68 x 𝑋 𝑋
1000 100 20,49 𝑚𝑙 𝑋 0,001675

= 0,000032
1. Perhitungan Kadar COD Untuk Air Sungai Sebelum Filtrasi
𝑉𝑡 𝑥 𝐶𝑝 𝑥 𝐵𝐸 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
COD = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0,8 𝑥 0,97778 𝑥 31,6


COD = 25 𝑚𝑙

= 0,9887 mg/L
= 0,9887 ppm
2. Perhitungan Kadar COD Untuk Air Sungai Sesudah Filtrasi
𝑉𝑡 𝑥 𝐶𝑝 𝑥 𝐵𝐸 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
COD = 𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0,7 𝑥 0,97778 𝑥 31,6


COD = 25 𝑚𝑙

= 0,8651 mg/ L
= 0,8651 ppm
3.2.4. Perhitungan Pembuatan Nilai BOD
1. Perhitungan BOD untuk Air Sungai Sebelum Filtrasi
𝑀𝐿 𝑇𝑖𝑜 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑜 𝑥 8000
a. OT0 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
24
𝑒𝑘
3,8 𝑚𝑙 𝑥 0,025 𝑥 8000
𝑙
= 100,8 𝑚𝑙

= 7,5396 ppm
𝑀𝐿 𝑇𝑖𝑜 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑜 𝑥 8000
b. OT4 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑒𝑘
2 𝑚𝑙 𝑥 0,025 𝑥 8000
𝑙
= 100,8 𝑚

= 3,9682 ppm

c. BOD = OT0 – OT4


= ( 7,5396 – 3,9682 ) ppm
= 3,5714 ppm
2. Perhitungan BOD untuk Air Sungai Sesudah Filtrasi
𝑀𝐿 𝑇𝑖𝑜 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑜 𝑥 8000
a. OT0 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑒𝑘
4,1 𝑚𝑙 𝑥 0,025 𝑥 8000
𝑙
= 100,8

= 8,1349 ppm
𝑀𝐿 𝑇𝑖𝑜 𝑥 𝑁 𝑇𝑖𝑜 𝑥 8000
b. OT4 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
𝑒𝑘
1,2 𝑥 0,025 𝑥 8000
𝑙
= 100,8

= 2,3809 ppm

c. BOD = OT0 – OT4


= ( 8,1349 – 2,3809 ) ppm
= 5,754 ppm
3.2.5 Perhitungan Penurunan Nilai COD Dan BOD
a. perhitungan penurunan nilai COD
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑂𝐷 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑂𝐷 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
= x100%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐶𝑂𝐷 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

0,9887 𝑝𝑝𝑚 – 0,8651 𝑝𝑝m


= 𝑥100%
0,9887 𝑝𝑝𝑚
= 12,50 %

25
B. Perhitungan Penurunan Bod OT0
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑂𝐷 𝑂𝑇0 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑂𝐷 𝑂𝑇0 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
= 𝑥100% =
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑂𝐷 0𝑇0 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
7,5396−8,1349
= 𝑥100%
7,5396

= -7,89 %
c. Perhitungan Penurunan BOD OT4
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑂𝐷 𝑂𝑇4 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑂𝐷 𝑂𝑇0 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
=
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑂𝐷 0𝑇4 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

3,9682 −2,3809
= 𝑥100%
3,9682

= 40,00 %
3.3. Reaksi

3.3.1. Reaksi COD

26
3.3.2. Reaksi BOD

27
BAB IV
PEMBAHASAN

COD merupakan kebutuhan oksigen kimia untuk mengurai seluruh bahan


organic yang terkandung dalam air. BOD merupakan jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi) hampir
semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat organik yang tersuspensi
dalam air. Chemical Oxygen Demand dalam limbah adalah pengukuran
oksigen equivalent dari bahan organic dan an organic dalam sampel air yang
mampu di oxidase oleh bahan kimiawi pengoksidasi yang kuat seperti misal
bichromat.
Adapun hubungan dari COD dan BOD Makin rendah BOD, kualitas air
makin baik atau air makin bersih. COD (Chemical Oxygen Demand) yaitu
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan zat-zat anorganik
pencemar (polutan). Sama seperti BOD, makin rendah COD kualitas air
makin baik atau air makin bersih.
Dan juga ada yang meliputi COD atau Chemical Oxygen Demand adalah
jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang
terkandung dalam air. Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai
secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada
kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat , sehingga segala
macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan
sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan
BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang
ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak
bias lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan
organik yang ada.
Yang meliputi BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu
karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan
oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau
mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. Ditegaskan lagi oleh
Boyd (1990), bahwa bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah
28
bahan organik yang siap terdekomposisi (readily decomposable organic
matter). Mays (1996) mengartikan BOD sebagai suatu ukuran jumlah
oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam
perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai.
Dari pengertian-pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD
menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan
sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable
organics) yangada di perairan.
Proses filtrasi dapat mengurangi nilai COD yng terdapat didalam sampel.
Dapat dibuktikan bahwa nilai COD pada air sebelum filtrasi lebih tinggi dari
pada nilai COD pada air sesudah filtrasi. Hal ini ditunjukkan dari hasil data
yang telah didapat dari hasil praktikum. COD (Chemical Oxygent Demand )
adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-
bahan orgaanik secara kimia. Dan pada percobaan praktikum ini diberoleh
lah kadar COD pada air sebelum filtrasi dan sesudah filtrasi adalah berturut-
turut (0,9887) mg/L dan(0,8651) mg/L Dan dalam SNI kadar COD yang
dipelukan adalah sebesar 10 mg/L. Dalam hal ini menunjukkan bahawa air
sungai sebelum filtrasi dan air sumgai sesudah filtrasi baik untuk
dikonsumsi.
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik
dalam kondisi aerobic. Pada perhitungan penurunan BOD untuk OT0 adalah
-7,89% dan OT4 adalah 40,00%. Hal ini disebabkan karena titrasi dilakukan
oleh orang yang berbeda sehingga volume titrasi untuk OT0 sampel sebelum
dan sesudah filtrasi mengalami kenaikan dimana volume titrasi untuk sampel
air sungai sebelum filtrasi adalah 3,8 dan air sungai sesudah filtrasi adalah
4,1. Kadar BOD merupakan salah satu parameter yang dapat dijadikan tolak
ukur beban pencemaran suatu perairan. Pemeriksaan BOD sangat penting
untuk menelusuri aliran pencemaran karena dapat menentukan beban
pencemaran akibat air buangan dan mendesain sistem pembuangan secara
biologis bagi air tercemar. Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup
sederhana, yaitu mengukur kandungan oksigen terlarut awal (OT0) dari

29
sampel segera setelah pengambilan contoh, kemudian mengukur kandungan
oksigen terlarut pada sampelyang telah diinkubasi selama 4 hari pada kondisi
gelap dan suhu tetap yang sering disebut dengan OT4.

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Kandungan COD untuk sampel air sungai sebelum filtrasi sebesar 0,9887
ppm sesudah filtrasi adalah 0,8651 ppm sedangkan kadar maksimum
pada SNI adalah 2 ppm, maka Air sungai tersebut layak dikonsumsi.
2. Metode yang digunakan untuk pengujian BOD yaitu metode Winkler
dengan menggunakan prinsip yaitu dengan mengukur kandungan Oxygen
terlarut awal dari sampel segera setelah pengambilan contoh, kemudian
mengukur Oxygen terlarut pada sampel yang telah di inkubasi selama 4
hari pada kondisi gelap dan suhu 200C yang disebut OT4 .
3. Prinsip pengukuran BOD yaitu mengukur kandungan oksigen terlarut awal
(OT0) dari sampel segera pengambilan contoh, kemudian mengukur
kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah di inkubasi selama 4
hari pada kondisi gelap dan suhu 20℃ yang sering disebut OT4 Prinsip
pengukuran BOD yaitu mengukur kandungan oksigen terlarut awal (OT0)
dari sampel segera pengambilan contoh, kemudian mengukur kandungan
oksigen terlarut pada sampel yang telah di inkubasi selama 4 hari pada
kondisi gelap dan suhu 20℃ yang sering disebut OT4.
4. Metode yang digunakan pada penetapan kadar oksigen terlarut ialah
metode Winkler dengan menggunakan titrasi iodimetri.

5.2 Saran

Sebaiknya pada saat melakukan titrasi BOD OT0 dilakukan oleh


satu orang saja agar volume titrasinya konstan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Kaden Eddy. 2009. Instalansi Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Biofilter
Anaerob Aerob pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan. KEMENKES: Jakarta.
Mulia. 2005. Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta: Penerbit Bineka Cipta

Sihombing, Juna. 2023 . Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Air dan


Limbah Industri. PTKI: Medan
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai