PENGOLAHAN LIMBAH
Disusun Oleh :
Ardha Trisya Wardani (061840421748)
Fatma Permatasari (061840421750)
M. Arli Akbar (061840121752)
Muhammad Husni Mubarak (061840421755)
Putri Chairani (061840421757)
Shohibulla Bayu Anistiawan (061840421760)
Siska Oktarina (061840421762)
Vernanda febrianti (061840421765)
Risma Utari (061840421987)
KELOMPOK 2
Dosen Pembimbing : Hilwatulisan, ST,MT
Page | 1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang
diberikan kepada kita semua atas terselesaikannya laporan tetao ini tepat pada waktunya
guna membantu para pembaca.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini
kepada para pembaca, diharapkan kritik serta saran yang bersifat konstruktif untuk perbaikan
bahan ajar ini dikemudian hari.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.
kelompok 2
Page | 2
DAFTAR ISI
Pengukuran Parameter Air Limbah..................................................................................4
I. Tujuan ..................................... ..................................................................4
II. Alat dan Bahan...........................................................................................4
III. Dasar Teori.................................................................................................4
IV. Langkah Kerja...........................................................................................5
V. Tugas ..........................................................................................................6
VI. Analisa Percobaan......................................................................................6
VII. Kesimpulan ................................................................................................7
VIII. Daftar Pustaka............................................................................................7
Penentuan Kodisi Pengendapan Optimum Dari Koagulasi-Flokulasi............................9
I. Tujuan.........................................................................................................9
II. Alat dan Bahan ..........................................................................................9
III. Dasar Teori ................................................................................................9
IV. Prosedur Kerja ..........................................................................................10
V. Data Percobaan... ......................................................................................10
VI. Tugas ..........................................................................................................12
VII. Analisa percobaan......................................................................................13
VIII. Kesimpulan ................................................................................................13
IX. Daftar Pustaka............................................................................................13
Pengolahan Limbah Cair Dengan Menggunakan Ion Exchange....................................15
I. Tujuan.........................................................................................................15
II. Alat dan Bahan...........................................................................................15
III. Dasar Teori .................................................................................................15
IV. Langkah Kerja ...........................................................................................21
V. Data percobaan...........................................................................................21
VI. Perhitungan ................................................................................................22
VII. Analisa pecobaan........................................................................................23
VIII. Kesimpulan ................................................................................................23
IX. Daftar psutaka............................................................................................23
Penjernihan Minyak Jelantah.............................................................................................25
I. Tujuan ........................................................................................................25
II. Alat dan Bahan...........................................................................................25
III. Dasar teori...................................................................................................26
IV. Prosedur Kerja...........................................................................................28
V. Data pengamatan........................................................................................28
VI. Perhitungan.................................................................................................30
VII. Analisa Percobaan......................................................................................32
VIII. Kesimpulan..................................................................................................32
IX. Daftar Pustaka............................................................................................33
Page | 3
PENGUKURAN PARAMETER AIR LIMBAH
I. TUJUAN
Menentukan kadar kandungan COD pada sampel air limbah bekas cucian
Menguji karakteristik air (pH, TDS,DO, kekeruhan, konduktivity) pada
sampel air limbah
Air limbah
KMnO4
H2SO4
H2C2O4
Page | 4
DO, BOD, dan COD
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbs
atmosfer/udara. Oksigen terlarut disuatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan
makanan oleh makhluk hidup dalam air. Oksigen terlarut juga sering disebut dengan
kebutuhan oksigen merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air
(Ficca,2009). Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut didalam air dapat ditentukan
seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi. Dapat diketahui dengan
menggunakan uji COD dan BOD.
BOD atau kebutuhan oksigen biologi, untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan
didalam air limbah oleh mikroorganisme. Dalam hal ini buangan organic akan dioksidasi oleh
mikroorganisme didalam air limbah, proses ini adalah alamiah yang mudah terjadi apabila air
lingkungan mengandung oksigen yang cukup. Sedangkan COD atau oksigen kimia untuk
reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organic akan dioksidasi oleh bahan kimia yang
digunakan sebagai sumber oksigen oxiditing agent.
Page | 5
V. TUGAS
1. Buatlah table hasil percobaan
Parameter Air cucian baju Air cucian piring Air pewangi
pH 10 6 6
2. Apa yang dimaksud air limbah dan tuliskan metode penjernihan air limbah
yang saudara ketahui?
Air limbah merupakan air yang telah mengalami penurunan kualitas karena
pengaruh manusia.
Metode penjernihan limbah:
Screen
Siever
Filter
Sedimentasi
Page | 6
sedikit dan akan bersifat basa. Setelah itu pengujian suhu, suhu berpengaruh terhadap proses-
proses yang terjadi didalam air.
Pengujian selanjutnya yaitu TDS, DO, dan konduktivitas dengan cyberscan waterproof.
Pengujian TDS (Total Dissolved Solvent) atau oksigen terlarut merupakan salah satu
parameter pening dalam menentukan kualitas air. Lalu pengujian pada DO, dengan melihat
kandungan oksigen yang terlarut didalam air dapat ditentukan seberapa jauh tingkat
pencemaran air pada lingkungan.
Pengujian terakhir yaitu Turbidity. Nilai kekeruhan (turbidity) dapat dijadikan sebagai
indicator keberadaan bakteri pathogen atau partikel yang dapat melindungi organisme
berbahaya dari proses desinfeksi.
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
Pengamatan secara fisik yaitu pengamatan air berdasarkan tingkat kejernihan air
(kekeruhan), perubahan suhu, warna, dan bau
Pengamatan secara kimiawi yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia
yang terlarut dan perubahan pH
Pengamatan secara biologis yaitu pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang
ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri
Page | 7
GAMBAR ALAT
Page | 8
PENENTUAN KONDISI PENGENDAPAN OPTIMUM
DARI KOAGULASI DAN FLOKULASI
I. Tujuan
Menentukan kondisi optimum pengendapan dari koagulasi dan flokulasi dengan
metode jar test
Mendapatkan dosis optimum dari koagulan
Flokulasu adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air bali yang
telag merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap dengan cepat. Tujuan
Page | 9
utama flokulasi adalah membawa partikel ke dalam hubungan sehingga partikel partikel
tersebut saling bertabrakan, kemudian melekat dan tumbuh menjadi ukuran yang siap turun
mengendap. Pengadukan lambat sangat di perlukan untuk membawa flok dan menyimpannya
pada bak flokulasi.
V. Data Pengamatan
A. Sampel Air
- pH :6
- Turbidity : 841 NTU
- temperatur : 31°C
Page | 10
B. Air Olahan
Tawas 1% (ml) pH Kekeruhan Waktu Temperatur (°C)
Pengendapan
10 5 46 NTU 23.07 menit 31
20 4 26,6 NTU 21.08 menit 31
30 4 55,9 NTU 07.09 menit 31
40 4 38,8 NTU 04.30 menit 31
Grafik
Page | 11
VI. TUGAS
Page | 12
nsi dari dalam air
agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang diper
gunakan dalam prosesosmosa.
Penyerapan (absorpsi)
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan s
enyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terut
ama jikadiinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
VIII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah di lakukan, maka dapat di simpulkan :
- Kondisi optimum di peroleh ketika penambahan 1% tawas sebanyak 20 ml pada 400 ml air
sampel
- pH akhir yang di dapat adalah 5,4,4 dan 4
- Turbidity akhir yang di dapat adalah 46 ; 26,6 ; 55,9 dan 38,8
Page | 13
Gambar Alat
Page | 14
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN ION EXCHANGER
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menghasilkan produk berupa air yang bebas io – ion pengotor
Mambandingkan kualitas air sebelum dan sesudah dikontakkan ke dalam kolom ion
exchanger
Penukar Ion
Ion adalah atom yang masing-masing terdiri dari spesies dibebankan positif dan
negatif yang melibatkan pertukaran satu atau lebih komponen ionik.
Dalam kolom resin penukar kation terjadi reaksi pertukaran kation pengotor air
dengan ion H+ dari resin penukar kation , dan dalam kolom resin penukar anion terjadi reaksi
pertukaran anion pengotor air dengan ion OH- dari resin penukar anion .
Semua penukar ion yang bernilai dalam analisis, memilih beberapa kesamaan sifat:
mereka hampir-hampir tak dapat larut dalam air dan pelarut organik, dan mengandung ionion
katif dan ion-ion lawan yang akan bertukar secara reversibel dengan ion-ion lain dalam
larutan yang mengelilinginya tanpa terjadi perubahan-perubahan fisika yang berarti dalam
bahan tersebut.penukaran ion bersifat kompleks dan sesungguhnya adalah polimerik. Polimer
ini membawa suatu muatan listrik yang tepat dinetralkan oleh muatan-muatan pada ion-ion
lawannya (ion aktif). Ion-ion aktif ini beruapa kation-kation dalam penukar kation, dan
berupa anion-anion dalam penukar anion (Bassett, 1994).
Page | 15
Suatu resin penukar kation adalah sebagai suatu polimer berbobot molekul tinggi,
yang terangkai-silang yang mengandung gugus-gugus sulfonat, karboksilat, fenolat, dan
sebagainya sebagai suatu bagian integral dari resin itu serta sejumlah kation yang ekuivalen.
Reaksinya, yaitu :
MX (aq) + Res-H → HX (aq) + Res-M
Resin penukar ion merupakan salah satu metoda pemisahan menurut perubahan
kimia. Jika disebut resin penukar kation maka kation yang terikat pada resin akan digantikan
oleh kation pada larutan yang dilewatkan. Begitupun pada resin penukar anion maka anion
yang terikat pada resin akan digantikan pleh anion pada larutan yang dilewatkan (
Wahono,2007 ).
Suatu resin penukar ion yang ingin direaksikan dalam suatu sistem dapat dilakukan
dengan memasukkan gugus-gugus dari suatu resin yang terionkan kedalam suatu matriks
polimer organik, yang paling lazim diantaranya ialah polisterina hubungan silang yang diatas
diperikan sebagai absorben. Produk tersedia dengan berbagai derajat hubungan silang. Suatu
resin umum yang lazim ialah resin “8% terhubung silang” yang berarti kandungan
divenilbenzenanya 8 %. Resin-resin itu dihasilkan dalam bentuk manik-manik bulat, biasanya
dengan 0,1-0,5 mm, meskipun ukuran–ukuran lain juga tersedia (Svehla, 1985).
(Kapolimer Styren-DVB):
Resin pertukaran ion merupakan bahan sintetik yang berasal dari aneka ragam bahan,
alamiah maupun sintetik, organik maupun anorganik, memperagakan perilaku pertukaran ion
dalam analisis laboratorium dimana keseragaman dipentingkan dengan jalan penukaran dari
suatu ion. Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni satu H+ diganti oleh suatu Na+.
Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap, namun
tak peduli sejauh mana proses itu terjadi, stokiometrinya bersifat eksak dalam arti satu
muatan positif meninggalkan resin untuk tiap satu muatan yang masuk. Ion dapat ditukar
yakni ion yang tidak terikat pada matriks polimer disebut ion lawan (Counterion)
(Underwood, 2001).
Syarat-syarat dasar bagi suatu resin yang berguna adalah Resin itu harus cukup terangkai-
silang, sehingga keterlarutannya yang dapat diabaikannya.
I. Resin itu harus cukup hidrofolik untuk memungkinkan difusi ion-ion melalui strukturnya
dengan laju yang terukur (finite) dan berguna.
II. Resin harus menggunakan cukup banyak gugus penukar ion yang dapat dicapai dan harus
stabil kimiawi.
III. Resin yang sedang mengembang harus lebih besar rapatannya daripada air.(Harjadi,
1993).
Di tahun 1935, Adam dan Holmes membuat resin sintesin pertama dengan hasil
kondensasi asam sulfonat fenol dengan formaldehid. Semua resin-resin ini memiliki gugusan
Page | 16
reaktif -OH, -COOH, -HSO3, sebagai pusat-pusat pertukaran. Gugusan fungsional asam
(atau basa) suatu resin penukar ditempati oleh ion-ion dengan muatan berlawanan. Ion yang
labil adalah H+ pada penukar kation. Resin dengan gugusan sulfonat atau amina kuartener
adalah terionisasi kuat, tidak larut dan sangat reaktif. Resin-resin demikian disebut resin
penukar kuat, sedangkan gugusan ion yang terionisasi secara parsial seperti > COOH, -OH,
dan NH2 dikenal sebagai resin penukar yang lemah. (Khopkar, 1990).
Larutan yang melalui kolom disebut influent, sedangkan larutan yang keluar kolom
disebut effluent. Proses pertukarannya adalah serapan dan proses pengeluaran ion adalah
desorpsi atau elusi. Mengembalikan resin yang sudah terpakai kebentuk semula disebut
regenerasi sedangkan proses pengeluaran ion dari kolom dengan reagent yang sesuai disebut
elusi dan pereaksinya disebut eluent. Yang disebut dengan kapasitas pertukaran total adalah
jumlah gugusan-gugusan yang dapat dipertukarkan di dalam kolom, dinyatakan dalam
miliekivalen. Kapasitas penerobosan (break through capacity) didefinisikan sebagai
banyaknya ion yang dapat diambil oleh kolom pada kondisi pemisahan; dapat juga dikatakan
sebagai banyaknya miliekivalen ion yang dapat ditahan dalam kolom tanpa ada kebocoran
yang dapat teramati. Kapasitan penerobosan lebih kecil dari kapasitas total pertukaran kolom
dan tidak tergantung terhadap sejumlah variabel, seperti tipe resin, afinitas penukaran ion,
komposisi larutan, ukuran partikel, dan laju aliran (Khopkar, 1990).
Page | 17
ion. Selektivitas resin penukar ion akan menentukan dapat atau tidaknya suatu ion dipisahkan
dalam suatu larutan apabila dalam larutan tersebat terdapat ion-ion bertanda muatan sama,
demikian juga dapat atau tidaknya ion yang telah terikat tersebut dilepaskan .
Derajat ikat silang (crosslinking)
Sifat ini menunjukan konsentrasi jembatan yang ada di dalam polimer.
Derajat ikat silang tidak hanya mempengaruhi kelarutan tetapi juga kapasitas
pertukaran, perilaku mekaran, perubahan volume, seletivitas, ketahanan kimia dan oksidasi.
Porositas
Nilai porositas menunjukan ukuran pori-pori saluran-saluran kapiler. Ukuran saluran-
saluran ini biasanya tidak seragam. Porositas berbanding lansung derajat ikat silang,
walaupun ukuran saluran-saluran kapilernya tidak seragam. Jalinan resin penukar
mengandung rongga-rongga, tempat air terserap masuk. Porositas mempengaruhi kapasitas
dan keselektifan. Bila tanpa pori, hanya gugus ionogenik di permukaan saja yang aktif.
Kestabilan resin
Kestabilan penukar ion ditentukan juga oleh mutu produk sejak dibuat. Kestabilan
fisik dan mekanik terutama menyangkut kekuatandan ketahanan gesekan. Ketahanan
terhadappengaruh osmotik, baik saat pembebananmaupun regenerasi, juga terkait
jenismonomernya. Kestabilan termal jenismakropori biasanya lebih baik daripada yanggel,
walau derajat ikat silang serupa. Akantetapi lakuan panas penukar kation makropori agak
mengubah struktur kisiruang dan porositasnya.
Page | 18
Penukar Ion Ganda
Cara kerja kolom ganda
1. Pada proses kolom ganda, air mentah mula-mula masuk kedalam penukar kation. Disini
semua kation yang terkandung dalam air (terutama ion kalsium, magnesium, dan natrium)
ditukar dengan ion hidrogen.
2. Dalam kolom berikutnya yang berisi penukar anion, maka anion (terutama ion khlorida,
sulfat dan bikarbonat) ditukar dengan ion hidroksil. Ion hidrogen yang berasal dari penukar
kation dan ion hidroksil dari penukar anion akan membentuk ikatan dan menghasilkan air.
3. Setelah air terbentuk maka resin penukar ion harus diregenerasi.
Page | 19
Cara kerja kolom tunggal
Pada proses kolom tunggal, resin penukar kation dan penukar anion dicampur menjadi
satu dalam sebuah kolom tunggal. Dengan proses ini dapat dicapai tingkat kemurnian air
yang jauh lebih tinggi daripada dengan proses kolom ganda. Sebaliknya, pada proses kolom
tunggal regenerasi resin penukar lebih kompleks.
Page | 20
IV. LANGKAH KERJA
Mempersipakan unit ion exchanger
Menyiapkan larutan sampel yang akan dihilangkan kandungan – kandungan ion nya
atau limbah cair buatan yang mengandung Fe.
Mengatur bukaan valve sesuai dengan arah aliran
Menghidupkan pompa yang digunakan
Mengambil sampel hasil dari pengontakkan dengan resin dengan membuka valve
produk kolom ion exchanger untuk kemudian
Sampel 1 2,4 ml 1 ml
Sampel 2 2,3 ml 1 ml
KATION
Data resin kation
Pengamatan Sebelum Sesudah
Page | 21
VI. PERHITUNGAN
1. Pada Resin Anion
Sebelum Pengolahan
𝑉𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑋 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑋 𝐵𝐸 𝑁𝑎𝐶𝑙
% NaCl = 𝑥 100 %
𝑀𝑔 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 2,33 %
Setelah Pengolahan
𝑉𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑋 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑋 𝐵𝐸 𝑁𝑎𝐶𝑙
% NaCl = 𝑥 100 %
𝑀𝑔 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1 𝑋 0,1 𝑋 58,44
= 25 𝑥 100 %
𝑥 600
50
= 0,97 %
6,35 𝑋 0,1 𝑋 50
= 25 𝑥 100 %
𝑥 1200
50
= 5,29 %
2,5 𝑋 0,1 𝑋 50
= 25 𝑥 100 %
𝑥 1200
50
= 2,08 %
Page | 22
VII. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan ini yaitu ion exchanger pengolahan limbah cair. Resin penukar
ion adalah suatu senyawa polimer tinggi organic dimana terdapat gugus fungsional yang
mengandung ion-ion yang dapat bertukar. Resin yang digunakan yaitu resin anion dan
resin kation. Resin anion adalah ion anion yang dapat ditukar, sedangkan resin kation
adalah resin yang dapat ditukarkan.
Sampel yang lewat pada ion exchanger akan mengalami pertukaran ion sesuai
dengan kolom yang dilewati untuk mengetahui sampel kadar dari konsentrasi kation dan
anion dilakukan titrasi, pada saat itu analit telah mencapai titik ekivalenatau berubah
warna sehingga dapat dihitung konsentrasi dan jumlah sampel atau anion yang tersisa
pada sampel.
VIII. KESIMPULAN
1. Ion exchanger digunakan untuk menghasilkan produk berupa air yang bebas ion-ion
pengotor dan dapat memisahkan ion yang dianggap limbah
2. Konsentrasi ion Cl- dalam NaCl sebelum diprosesdidalam kolom resin anion adalah
2,33% sedangkan konsentrasi sesudah diproses didalam kolom resin anion adalah
0,97 %
3. Konsentrasi ion Ca+sebelum diproses dalam resin kation adalah 5,29 % sedangkan
setelah diproses dalam kolom resin kation adalah 2,08 %
Page | 23
GAMBAR ALAT
Page | 24
PENJERNIHAN MINYAK JELANTAH
I. TUJUAN
Mampu menjernihkan minyak bekas gorengan (jelantah) dengan berbagai
adsorben dengan proses kimia dan fisika
Mengetahui % ALB dari hasil pengolahan minyak jelantah secara fisik dan
kimia
Page | 25
III. DASAR TEORI
Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bias berasal dari jenis-jenis goreng
seperti minyak kelapa sawit, miyak sayur, minyak samin dan sebagainya. Minyak
jelantah merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga. Dan jika ditinjau
dari komposisi kimianya , minyak jelantah mengandung senyawa karsiogenik yang
terjadi selama proses penggorengan. Jadi pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan
dapat merusak jesehatan manusia menimbulkan penyakit kanker dan akibat selanjutnya
dapat mengurangi kesehatan generasi berikutnya.
Asam lemak bebas merupakan pengotor yang tidak boleh ada dalam reaksi
transesterifikasi. Asam lemak bebas bereaksi dengan basa membentuk sabun dan air.
Penentuan ALB pada minyak jelantah menggunakan metode titrasi asam-basa dengan
menggunakan titran larutan KOH dengan indicator thymol Blue.
Adsorpsi
Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Adsorpsi adalah suatu
proses yang terjadi ketika fluida terikatpada suatu padatan dan akhirnya membentuk
suatu film (lapisan tipis) pada permukaann padatan tersebut. Berbeda dengan adsopsi
dimanafluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Page | 26
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada lapisan
permukaan atau antar fasa. Dimana molekul dan suatu materi terkumpul pada bahan
pengadsorps.
Advorpsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu adsorpsi fisika yang di sebabkan oleh
gaya Van Der Waals (penyebab terjadnya kendensasi gas untuk membentuk cairan) yang
ada pada permukaan adsorben dan adsorpsi kimia yang terjadi reaksi antara zat yang
diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorbsi tergantung pada sifat khas zat
padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu.
Faktor yang mempengaruhi adsorpsi:
1. Kecepatan pengadukan
Berpengaruh pada kecepatan proses adsorpsi dan kualitas bahan yang
dihasilakan, jika pengadukan terlalu lambat maka proses akan berjalan lambat pula,
namun bial pengadukan terlalu cepat aka nada kemungkinan struktur adsorban
mengalami kerusakan
2. Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben maka semakin banyak zat yang bisa
teradsorpsi
3. Temperatur
Naik turunnya tingkat adsorpsi dipengaruhi oleh temperatur. Pemanasan
adsorben akan menyebabkan pori-pori adsorben terbuka dan menyebabkan daya
serapnya meningkat. Tetapi pemanasan yang terlalu tinggi juga dapat membuat
struktur adsorben rusak.
4. pH
Tingkat keasaman juga berpengaruh, adsorbat yang bersifat asam atau asam
organic lebih mudah teradsorbsi pada pH rendah, sedangkan adsorbs basa organic
efektif pada pH tinggi.
5. Jenis dan Karakteristik adsorban
Jenis adsorban yang digunakan umumnya dalah karbon aktif. Karbon aktif
adalah suatu bahan pada berpori yang merupakan hasil pembakaran bahan yang
mengandung karbon dan dilakukan aktivitas dengan menggunakan gas CO2, uap air
atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian daya
adsorpsinya lebih tinggi.
Karbon aktif berbentuk Kristal berukuran mikro, karbon non grafit yang pori-
porinya telah mengalami pengembangan sehingga kemampuan menyerap fluida yang
dimiliknya meningkat. Karbon aktif dapat di buat dari semua bahan yang mengandung
karbon dengan syarat bahan tersebut mempunyai struktur berpori. Bahan-bahan tersebut
antara lain, kayu, batubara muda, tulang, termpurung kelapa, tandan kelapa sawit, kulit
buah kopi, sabut buah coklat, sekam padi dan lainnya, pembuatan meliputi proses
karbonisasi pada suhu tinggi dan proses aktivasi yang dapat meningkatkan porositas
karbon aktif.
Page | 27
IV. PROSEDUR KERJA
2. Penentuan ALB
- Sebanyak1 gr minyak goreng bekas ditempatkan pada Erlenmeyer
- Tymol blue ditambahkan sebanyak 3 tetes
- Dilakukan titrasi dengan KOH sampai terjadi perubahan warna menjadi putih
kebiru-biruan
- Dilakukan perhitungan penentuan kadar ALB
V. Data Pengamatan
Page | 28
Dengan etanol + H2SO4
Page | 29
VI. Perhitungan
1. Pembuatan larutan
gr = M × V × BM
= 0,56 gr
2. Penentuan ALB
V KOH = 0,8 ml
BE = 256 gr / mol
m = ρ × V sampel
= 0,98 gr / ml × 0,8 ml
= 0,784 gr
𝐵𝐸 ×𝑁 𝐾𝑂𝐻 ×𝑉 𝐾𝑂𝐻
% ALB = × 100 %
𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×1000
= 2,61%
Page | 30
Secara kimia dengan 17 ml etanol + 2 ml H2SO4
V KOH = 0,7 ml
BE = 256 gr / mol
m = ρ × V sampel
= 0,98 gr / ml × 0,7 ml
= 0,686 gr
𝐵𝐸 ×𝑁 𝐾𝑂𝐻 ×𝑉 𝐾𝑂𝐻
% ALB = × 100 %
𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×1000
= 2,61 %
m = ρ × V sampel
= 0,95 gr /ml × 5 ml
= 4,6 gr
𝐵𝐸 ×𝑁 𝐾𝑂𝐻 ×𝑉 𝐾𝑂𝐻
% ALB = × 100%
𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×1000
= 1,61 %
Page | 31
Dengan kulit pisang
m = ρ × V sampel
= 0,95 gr/ml × 5 ml
= 4,6 gr
𝐵𝐸 ×𝑁 𝐾𝑂𝐻 ×𝑉 𝐾𝑂𝐻
% ALB = × 100 %
𝑔𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×1000
= 1,11 %
VII. Analisa
VIII. Kesimpulan
1.Penjernihan minyak jelantah dilakukan secara fisik dan kimia dengan bentonit,
etanol + H2SO4, kulit nanas, dan kulit pisang
Page | 32
IX. Daftar pustaka
Page | 33
GAMBAR ALAT
Page | 34
Page | 35