parameter yaitu:
1. Salinitas
2. pH
pH merupakan suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh
cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar
persdiaan air memiliki pH antara 7-8,2. Namun beberapa air memiliki pH
dibawah 6,5 atau diatas 9,5.(Iclean, 2007). pH merupakan variabel kualitas
air yang dinamis dan berfluktuasi sepanjang hari. Pada perairan umum yang
tidak dipengaruhi aktivitas biologis yang tinggi, nilai pH jarang mencapai
diatas 8,5, tetapi pada tambak ikan atau udang, pH air dapat mencapai 9
atau lebih (Boyd, 2002). Ketika fotosintesis terjadi pada siang hari, CO2
banyak terpakai dalam proses tersebut. Turunnya konsentrasi CO2 akan
menurunkan konsentrasi H+ sehingga menaikkan pH air. Sebaliknya pada
malam hari semua organisme melakukan respirasi yang menghasilkan CO2
sehingga pH menjadi turun. Fluktuasi pH yang tinggi dapat terjadi jika
densitas plankton tinggi. Tambak dengan total alkalinitas yang tinggi
mempunyai fluktuasi pH yang lebih rendah dibandingkan dengan tambak
yang beralkalinitas rendah. Hal ini disebabkan kemampuan total alkalinitas
sebagai buffer atau penyangga (Boyd, 2002).Perubahan pH berkaitan
dengan kandungan oksigen dan CO2 dalam air. Pada siang hari jika O 2 naik
akibat fotosintesisa fitiplankton, maka pH juga naik. Kestabilan pH perlu
dipertahankan karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme air.
(Subarijanti, 2005).pH juga mempunyai peranan penting baik dalam
kehidupan organisme air maupun dalam pengaturan ketersediaan unsur
hara dalam perairan itu sendiri (tabel 1). pH (power hydrogen) merupakan
ukuran aktifitas ion hydrogen dan didefenisikan sebagai minus (negatif)
logaritma konsentrasi ion H. pH yang terlalu rendah ataupun yang terlalu
tinggi dapat mematikan ikan. pH yang ideal dalam budidaya perikanan
adalah 6,5-9. Oleh karena itu pada tambak yang sumber air tawarnya dari
sungai yang ber pH rendah perlu dicampur dengan perbandingan yang
cepat dengan air laut yang biasanya ber pH lebih tinggi, sehingga pH
campurannya sesuai dengan yang diinginkan.
3. Alkalinitas
5. KESADAHAN (HARDNESS)
Dalam kimia, elektrolit adalah setiap zat yang mengandung ion bebas yang
membuat substansi elektrik konduktif. Elektrolit yang paling khas adalah solusi
ionik, tetapi elektrolit cair dan elektrolit padat juga mungkin.
Elektrolit umumnya ada sebagai solusi dari asam, basa atau garam. Selain
itu, beberapa gas dapat bertindak sebagai elektrolit pada kondisi suhu tinggi atau
tekanan rendah. Larutan elektrolit juga dapat hasil dari pembubaran beberapa
polimer biologis (misalnya, DNA, polipeptida) dan sintetis (misalnya, sulfonat
polistirena), polielektrolit disebut, yang mengandung dibebankan kelompok
fungsional.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam
cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Tidak hanya padatan, gas
juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, contohnya saja karbon dioksida atau
oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara
gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran
logam) dan mineral tertentu.
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
dengan baik. Hal ini disebabkan karena zat terlarut akan terurai sempurna (derajat
ionisasi ? = 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut banyak
mengandung ion-ion. Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik,
maka daya hantarnya kuat. pada persamaan reaksi, ionisasi elektrolit kuat
ditandai dengan anak panah satu arah ke kanan.
Contoh :
· Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti:
· Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain.
Hal ini disebabkan tidak semua terurai menjadi ion-ion (ionisasi tidak
sempurna) sehingga dalam larutan hanya ada sedikit ion-ion yang dapat
menghantarkan arus listrik. Dalam persamaan reaksi, ionisasi elektrolit lemah
ditandai dengan panah dua arah (bolak-balik).
Contoh :
· Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain.
Hal ini juga mungkin bagi zat untuk bereaksi dengan air ketika mereka
ditambahkan ke dalamnya, menghasilkan ion, misalnya, gas karbon dioksida larut
dalam air untuk menghasilkan larutan yang mengandung hidronium, karbonat,
dan ion hidrogen karbonat.
Perhatikan bahwa garam elektrolit cair dapat juga. Sebagai contoh, ketika
natrium klorida cair, cairan melakukan listrik.
1. Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik dengan
baik. Nilai derajat dissosiasi larutan elektrolit kuat = 1. Senyawa elektrolit kuat
terbentuk dari ikatan ionik. Contoh: air aki (asam sulfat), asam klorida, air
garam, dll.
1. Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik
dengan lemah. Nilai derajat dissosiasi larutan elektrolit lemah antara 0 sampai
1. Senyawa elektrolit lemah terbentuk dari ikatan kovalen polar. Contoh: air
cuka, amonium hidroksida, air, dan lain-lain.
Sumber Air
Secara keseluruhan, air yang terdapat dipermukaan bumi membentuk sebuah
lingkaran (siklus) air. Air di lautan, sungai, sumur, danau dan waduk akan menguap
menjadi uap air. Titik uap akan bergerombol membentuk awan. Kandungan uap di
awan akan terkondensasi menjadi butiran-butirn air hujan. Selanjutnya hujan
membasahi permukaan bumi dan meresap menjadi air tanah sehingga membentuk
mata air, sumur, danau ataupun mengalir melewati sungai menuju lautan. Siklus air
tersebut akan berputar terus menerus
Sumber air secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Air Laut
Air laut memiliki rasa asin karena mengandung senyawa garam murni (NaCl) yang
cukup tinggi, kadar garam murni sekitar 3% dari jumlah total keseluruhan air laut.
Saat ini teknologi yang dapat merubah air laut menjadi air tawar yang layak
dikonsumsi masih teknologi tinggi yaitu dengan filterisasi dan destilasi dimana
proses ini memerlukan energi yang besar sehingga hanya negeri kaya dan maju
yang baru bisa mengaplikasikan teknologi penjernihan air laut.
2) Air Hujan
Air hujan merupakan hasil proses penguapan (evaporasi) air di permukaan bumi
akibat pemanasan oleh sinar matahari. Dalam keadaan ideal (tanpa pencemaran
air) air hujan merupakan air bersih dan dapat langsung dikonsumsi manusia.
Namun pada saat evaporasi berlangsung air yang menguap sudah tercemar, dan
air hujan yang turun juga tercemar oleh polusi udara (industry, otomotif dll) akhirnya
air hujan tidak lagi mempunyai pH normal lagi melainkan bersifat asam.
3) Air Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat di permukaan tanah, antara lain
sumur, sungai, rawa dan danau. Air permukaan berasal dari air hujan yang
meresap dan membentuk mata air di gunung atau hutan, kemudian mengalir di
permukaan bumi dan membentuk sungai atau mengumpul di tempat cekung yang
membentuk danau ataupun rawa.
4) Air tanah
Menurut definisi undang-undang sumber daya air, air tanah merupakan air yang
terdapat didalam tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Air tanah memiliki
kandungan mineral yang cukup tinggi, sifat dan kandungan mineral air tanah
dipengaruhi oleh lapisan tanah yang dilaluinya. Kandungan mineral air tanah antara
lain Na, Mg, Ca, Fe, dan O2.
Air tanah digolongkan menjadi tiga, yaitu air tanah dangkal (kurang lebih 15 meter
di bawah permukaan tanah, air tanah dalam (100-300 meter di bawah permukaan
tanah) dan mata air ( mata air merupakan air tanah yang keluar langsung dari
permukaan tanah, mata air memiliki kualitas hampir sama dengan kualitas air tanah
dalam/dangkal).
2. Persyaratan Fisika
Secara fisik, kualitas air dapat diketahui dengan menggunakan indera penglihatan,
perasa, penciuman, dan mencicipi untuk mengetahui rasa, kekeruhan, warna dan
bau.
Standar uji fisika antara lain:
a) Kekeruhan
Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Batas minimal
kekeruhan air layak minum menurut Permenkes adalah 5 skala NTU. Kekeruhan
air disebabkan oleh partikel-partikel yang tersuspensi dalam air.
b) Tidak berbau dan tidak berasa
Air yang mempunyai kualitas baik adalah tidak berbau dan tidak berasa. Bau dan
rasa dapat dirasakan langsung oleh indra penciuman dan indra perasa. Air yang
mempunyai bau dan berasa mengindikasikan ada terjadi proses dekomposisi
bahan-bahan organik oleh mikroorganisme dalam air, disebabkan oleh senyawa
fenol yang terdapat dalam air atau penyebab lainnya yang menyebabkan air tidak
layak untuk dikonsumsi
c) Jumlah padatan terapung
Perlu diperhatikan air yang baik dan layak diminum tidak mengandung padatan
terapung dalam jumlah yang melebihi batas maksimal yang diperbolehkan (1.000
mg/l).
d) Suhu Normal
Air yang baik mempunyai temperatur normal, kurang lebih 3 0 dari suhu kamar
(270C). Suhu air yang melebihi batas normal menunjukan indikasi terdapat bahan
kimia yang terlarut dalam jumlah yang cukup besar atau sedang terjadi proses
dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme.
e) Warna
Warna pada air dapat disebabkan oleh macam-mcam bahan kimia atau organic. Air
yang layak dikonsumsi harus jernih dan tidak berwarna. Permenkes menyatakan
bahwa batas maksimal warna air yang layak untuk diminum adalah 15 skala TCU.
3. Persyaratan Kimia
Uji Analisa kualitas air secara kimia sederhana ini bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya kandungan kimia dalam sampel air . Dengan mata telanjang tidak
dapat diketahui keberadan zat kimianya. Namun ini bisa dilakukan dengan uji
sederhana yaitu membuat teh menggunakan sampel air yang akan diuji.
Teh disini berfungsi sebagai penunjuk saja, jika sampel yang diuji mengalami
perubahan warna, lendir atau terdapat minyak pada lapisan atas, maka air tersebut
mengandung bahan kimiawi. Semakin cepat perubahan yang terjadi maka semakin
tinggi pula kandungan kimia yang ada pada sampel tersebut.
Bila perubahannya lambat atau baru berubah setelah pengamatan satu malam,
kandungan kimiawinya lebih sedikit, namun tetap air itu kurang baik dikonsumsi. Air
yang mengandung tingkat kesadahan dan kandungan logam tinggi dapat terlihat
bila air teh berubah menjadi hitam, ungu atau biru.
Standar baku kimia air layak minum meliputi:
a. Derajat keasaman (pH)
Kualitas air yang baik/netral berada di rentang pH 7. Air dengan pH di bawah 7
dikatakan asam dan diatas 7 dikatakan basa.
b. Kandungan bahan kimia organic
Air yang baik memiliki kandungan bahan kimia organik dalam jumlah yang tidak
melebihi batas yang ditetapkan. Dalam jumlah tertentu tubuh membutuhkan bahan
kimia organik namun apabila melebih batas akan menimbulkan gangguan pada
tubuh. Hal itu terjadi Karena bahan kimia organic yang melebihi batas akan terurai
dan menimbulkan gangguan pada tubuh. Bahan kimia organic tersebut antara lain
seperti: NH4, H2S, SO-42-, dan NO3-
c. Kandungan Bahan kimi anorganik
Bahan-bahan kimia yang termasuk dalam bahan kimia anorganik antara lain garam
dan ion-ion logam (Fe, Al, Cr, Mg, Ca, Cl, K, Pb, Hg, Zn).
d. Tingkat kesadahan rendah
Derajat kesadahan (CaCO3) maksimum air yang layak minum adalah 500 mg per
liter.
4. pH
pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar asam/basa
dalam air. Penentuan pH merupakan tes yang paling penting dan paling sering
digunakan pada kimia air. pH digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2, serta
dalam kesetimbangan asam basa. Pada temperatur yang diberikan, intensitas
asam atau karakter dasar suatu larutan diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion
hidrogen. Perubahan pH air dapat menyebabkan berubahnya bau, rasa, dan
warna. Pada proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi, dan pelunakan
air, nilai pH harus dijaga sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat.
Asam dan basa pada dasarnya dibedakan dari rasanya kemudian dari efek yang
ditimbulkan pada indikator. Reaksi netralisasi dari asam dan basa selalu
menghasilkan air. Ion H+ dan OH- selalu berada pada keseimbangan kimiawi yang
dinamis dengan H2O berdasarkan reaksi
§ pH = 7 menunjukkan keadaan netral
§ 0 < pH < 7 menunjukkan keadaan asam
§ 7 < pH < 14 menunjukkan keadaan basa (alkalis)
Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan
logam berat dan korosi. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu
dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang
dilaluinya. Berdasarkan SNI AMDK dan EC rules air yang baik ph-nya antara 6
sampai 8, air mineral 6,5 sampai 8,5 dan air demineral 5,0 sampai 7,5.
Pengukuran pH dapat dilakukan menggunakan kertas lakmus, kertas pH universal,
larutan indikator universal (metode Colorimeter) dan pHmeter (metode Elektroda
Potensiometri). Pengukuran pH penting untuk mengetahui keadaan larutan
sehingga dapat diketahui kecenderungan reaksi kimia yang terjadi serta
pengendapan materi yang menyangkut reaksi asam basa.
5. DHL (Daya Hantar Listrik)
Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk
menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan
ekspresi numerik yang menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk
menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut
yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL
bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi
total maupun relatifnya.
Pengukuran daya hantar listrik bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air
untuk menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air.
Pengukuran yang dilakukan berdasarkan kemampuan kation dan anion untuk
menghantarkan arus listrik yang dialirkan dalam contoh air dapat dijadikan
indikator, dimana semakin besar nilai daya hantar listrik yang ditunjukkan
pada konduktivitimeter berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang
terdapat dalam contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin banyak mineral yang terkandung dalam air.
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm. Dalam
analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling (aquades)
memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500
µmhos/cm (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Pengukuran DHL dilakukan menggunakan konduktivitimeter dengan satuan
µmhos/cm. Prinsip kerja alat ini adalah banyaknya ion yang terlarut dalam contoh
air berbanding lurus dengan daya hantar listrik. Batas waktu maksimum
pengukuran yang direkomendasikan adalah 28 hari. Menurut APHA, AWWA (1992)
dalam Effendi (2003) diketahui bahwa pengukuran DHL berguna dalam hal sebagai
berikut :
§ Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi dari air destilasi.
§ Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion.
§ Mengevaluasi pengolahan yang cocok dengan kondisi mineral air.
§ Memperkirakan jumlah zat padat terlarut dalam air.
§ Menentukan air layak dikonsumsi atau tidak.