Anda di halaman 1dari 11

Dalam menganalisa air dalam menentukan kualitas air ada beberapa

parameter yaitu:

1. Salinitas

Dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut dalam air.


Dalam budidaya perairan, salinitas dinyatakan dalam permil (°/oo) atau
ppt (part perthousand) atau gram/liter. Tujuh ion utama yaitu : sodium,
potasium, kalium, magnesium, klorida, sulfat dan bikarbonat mempunyai
kontribusi besar terhadap besarnya salinitas, sedangkan yang lain dianggap
kecil (Boyd, 1990).Sedangkan menurut Davis et al. (2004), ion calsium (Ca),
potasium (K), dan magnesium (Mg) merupakan ion yang paling penting
dalam menopang tingkat kelulushidupan udang. Salinitas suatu perairan
dapat ditentukan dengan menghitung jumlah kadar klor yang ada dalam
suatu sampel (klorinitas). Sebagian besar petambak membudidayakan
udang dalam air payau (15-30 ppt). Meskipun demikian, udang laut mampu
hidup pada salinitas dibawah 2 ppt dan di atas 40 ppt

2. pH

pH merupakan suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh
cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar
persdiaan air memiliki pH antara 7-8,2. Namun beberapa air memiliki pH
dibawah 6,5 atau diatas 9,5.(Iclean, 2007). pH merupakan variabel kualitas
air yang dinamis dan berfluktuasi sepanjang hari. Pada perairan umum yang
tidak dipengaruhi aktivitas biologis yang tinggi, nilai pH jarang mencapai
diatas 8,5, tetapi pada tambak ikan atau udang, pH air dapat mencapai 9
atau lebih (Boyd, 2002). Ketika fotosintesis terjadi pada siang hari, CO2
banyak terpakai dalam proses tersebut. Turunnya konsentrasi CO2 akan
menurunkan konsentrasi H+ sehingga menaikkan pH air. Sebaliknya pada
malam hari semua organisme melakukan respirasi yang menghasilkan CO2
sehingga pH menjadi turun. Fluktuasi pH yang tinggi dapat terjadi jika
densitas plankton tinggi. Tambak dengan total alkalinitas yang tinggi
mempunyai fluktuasi pH yang lebih rendah dibandingkan dengan tambak
yang beralkalinitas rendah. Hal ini disebabkan kemampuan total alkalinitas
sebagai buffer atau penyangga (Boyd, 2002).Perubahan pH berkaitan
dengan kandungan oksigen dan CO2 dalam air. Pada siang hari jika O 2 naik
akibat fotosintesisa fitiplankton, maka pH juga naik. Kestabilan pH perlu
dipertahankan karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme air.
(Subarijanti, 2005).pH juga mempunyai peranan penting baik dalam
kehidupan organisme air maupun dalam pengaturan ketersediaan unsur
hara dalam perairan itu sendiri (tabel 1). pH (power hydrogen) merupakan
ukuran aktifitas ion hydrogen dan didefenisikan sebagai minus (negatif)
logaritma konsentrasi ion H. pH yang terlalu rendah ataupun yang terlalu
tinggi dapat mematikan ikan. pH yang ideal dalam budidaya perikanan
adalah 6,5-9. Oleh karena itu pada tambak yang sumber air tawarnya dari
sungai yang ber pH rendah perlu dicampur dengan perbandingan yang
cepat dengan air laut yang biasanya ber pH lebih tinggi, sehingga pH
campurannya sesuai dengan yang diinginkan.

3. Alkalinitas

Merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa


menurunkan pH larutan. Alkalinitas merupakan buffer terhadap pengaruh
pengasaman. Dalam budidaya perairan, alkalinitas dinyatakan dalam mg/l
CaCO3. Penyusun utama alkalinitas adalah anion bikarbonat (HC03 -),
karbonat (CO3 2- ), hidroksida (OH-) dan juga ion-ion yang jumlahnya kecil
seperti borat (BO3 -), fosfat (P04 3-), silikat (SiO4 4-) dan sebagainya (boyd,
1990). Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan
yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas
sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an
dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida
dalam air.

4. KARBON DIOKSIDA (CO2)


Karbon dioksida dalam air pada umumnya merupakan hasil respirasi dari
organisme fauna (ikan, zooplankton dan sebagainya) serta flora pada malam
hari (phytoplankton dan tumbuhan air lainnya). Kadar CO 2 lebih tinggi dari
10 ppm diketahui menunjukkan bersifat racun bagi ikan, beberapa bukti
menunjukkan bahwa karbon dioksida berfungsi sebagai anestesi bagi ikan.
Kadar karbon dioksida yang tinggi, juga menunjukkan lingkungan air yang
bersifat asam walaupun karbon dioksida juga diperlukan untuk proses pem-
buffer-an . Apabila pH dalam suatu perairan atau wadah dapat dikendalikan,
terutama oleh sistem pem-buffer-an karbonat, maka hubungan pH, KH dan
CO2 terlarut menunjukkan hubungan yang tetap. Dengan demikian, salah
satu dari parameter tersebut dapat diatur dengan mengatur parameter yang
lain. Sebagai contoh nilai pH dapat diatur dengan mangatur KH atau kadar
CO2. Suatu sistem CO2 injektor misalnya, dapat digunakan untuk mengatur
pH dengan cara mengatur injeksi CO2 sedemikian rupa apabila nilai pH nya
mencapai nilai tertentu. Dalam hal ini KH dibuat tetap. CO2 digunakan oleh
tanaman atau terdifusi ke atmosfer, akibatnya pH naik. Dengan sistem
otomatis seperti disebutkan sebelumnya maka sistem injeksi CO2 akan
berjalan sedemikian rupa di sekitar nilai pH tertentu, untuk menjaga kadar
CO2 yang memadai. Secara umum dapat dikatakan bahwa CO 2 terlarut
dalam air dengan kepadatan sedang akan berada pada selang 1-3 ppm.
Untuk akuarium tanaman pH = 6,9, KH = 4 dan CO 2 = 15 ppm merupakan
nilai yang ideal.Sedangkan peningkatan kandungan CO2 bebas dalam air
kolam/tambak budidaya perikanan akan dapat menurunkan nilai pH air.
Artinya semakin tinggi CO2 maka akan semakin tinggi keasamannya dan pH
semakin rendah menyebabkan alkalinitasnya semakin rendah. Jadi CO 2
sangat erat kaitannya dengan pH maupun alkalinitas air.

5. KESADAHAN (HARDNESS)

Kesadahan air merupakan kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,


umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam
karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral
yang tinggi, sedangkan air lunak merupakan air dengan kadar mineral yang
rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa
merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat.
Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air dengan sabun.
Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak, sedangkan
pada air sadah, sabun tidak menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit
busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air total
dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.

6. OKSIGEN TERLARUT (dissolved oxygen)

Oksigen terlarut merupakan parameter yang sangat penting dalam


kehidupana setiap organisme yang hidup. Setiap organisme hidup pasti
membutuhkan oksigen untuk respirasi selanjutnya yang berguna dalam
proses metabolisme untuk merombak bahan organik yang dimakan menjadi
sari makanan yang dimanfaatkan sebagai energi untuk tumbuh berkembang
dan bergerak serta CO2 dan H2O sebagai hasil akhirnya/buangannya.
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik
dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu
perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil
fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut Kecepatan difusi
oksigen dariudara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air,
suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang
dan pasang surut. Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan
semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas.
Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya
proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses
fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan
kadar oksigen terlarut,karena proses fotosintesis semakin berkurang dan
kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi
bahan-bahan organik dan anorganik

Dalam kimia, elektrolit adalah setiap zat yang mengandung ion bebas yang
membuat substansi elektrik konduktif. Elektrolit yang paling khas adalah solusi
ionik, tetapi elektrolit cair dan elektrolit padat juga mungkin.

Elektrolit umumnya ada sebagai solusi dari asam, basa atau garam. Selain
itu, beberapa gas dapat bertindak sebagai elektrolit pada kondisi suhu tinggi atau
tekanan rendah. Larutan elektrolit juga dapat hasil dari pembubaran beberapa
polimer biologis (misalnya, DNA, polipeptida) dan sintetis (misalnya, sulfonat
polistirena), polielektrolit disebut, yang mengandung dibebankan kelompok
fungsional.

Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam
cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Tidak hanya padatan, gas
juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, contohnya saja karbon dioksida atau
oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara
gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran
logam) dan mineral tertentu.

Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit.


Svante Arrhenius, ahli kimia terkenal dari Swedia mengemukakan teori elektrolit
pada tahun 1884 yang sampai saat ini teori tersebut tetap bertahan padahal ia
hampir saja tidak diberikan gelar doktornya di Universitas Upsala, Swedia, karena
mengungkapkan teori ini. Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dalam air
terdisosiasi ke dalam partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang
disebut ion (ion positif dan ion negatif) Jumlah muatan ion positif akan sama
dengan jumlah muatan ion negatif, sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral.
Ion-ion inilah yang bertugas mengahantarkan arus listrik.

Larutan ini memberikan gejala berupa menyalanya lampu atau timbulnya


gelembung gas dalam larutan. Larutan elektrolit mengandung partikel-partikel
yang bermuatan (kation dan anion). Larutan ini dapat bersumber dari senyawa ion
(senyawa yang mempunyai ikatan ion) atau senyawa kovalen polar (senyawa
yang mempunyai ikatan kovalen polar).

Daya hantar listrik larutan elektrolit bergantung pada jenis dan


konsentrasinya. Beberapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik
dengan baik meskipun konsentrasinya kecil, larutan ini dinamakan elektrolit kuat.
Sedangkan larutan elektrolit yang mempunyai daya hantar lemah meskipun
konsentrasinya tinggi dinamakan elektrolit lemah.

Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
dengan baik. Hal ini disebabkan karena zat terlarut akan terurai sempurna (derajat
ionisasi ? = 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut banyak
mengandung ion-ion. Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik,
maka daya hantarnya kuat. pada persamaan reaksi, ionisasi elektrolit kuat
ditandai dengan anak panah satu arah ke kanan.

Contoh :

NaCl(s) → Na+ (aq) + Cl- (aq)

Yang tergolong elektrolit kuat adalah:

· Asam-asam kuat, seperti : HCl, HClO3, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.

· Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti:

NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.

· Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain.

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat menghantarkan arus


listrik dengan lemah. Hal ini disebabklan karena zat terlarut akan terurai sebagian
(derajat ionisasi α< 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut sedikit
mengandung ion.

Hal ini disebabkan tidak semua terurai menjadi ion-ion (ionisasi tidak
sempurna) sehingga dalam larutan hanya ada sedikit ion-ion yang dapat
menghantarkan arus listrik. Dalam persamaan reaksi, ionisasi elektrolit lemah
ditandai dengan panah dua arah (bolak-balik).

Contoh :

CH3COOH(aq) ↔ CH3COO- (aq) + H+ (aq)


yang tergolong elektrolit lemah :

· Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain.

· Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.

· Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain.

Larutan elektrolit biasanya terbentuk ketika sebuah garam ditempatkan


dalam pelarut seperti air dan memisahkan komponen individu karena interaksi
antara molekul pelarut termodinamika dan zat terlarut, dalam proses yang disebut
solvasi. Misalnya, ketika garam meja, NaCl, ditempatkan dalam air, garam (solid)
larut menjadi elemen-elemen komponen, menurut reaksi disosiasi :

NaCl (s) → Na + (aq) + Cl - (aq).

Hal ini juga mungkin bagi zat untuk bereaksi dengan air ketika mereka
ditambahkan ke dalamnya, menghasilkan ion, misalnya, gas karbon dioksida larut
dalam air untuk menghasilkan larutan yang mengandung hidronium, karbonat,
dan ion hidrogen karbonat.

Perhatikan bahwa garam elektrolit cair dapat juga. Sebagai contoh, ketika
natrium klorida cair, cairan melakukan listrik.

Elektrolit dalam larutan dapat digambarkan sebagai “terkonsentrasi jika


memiliki konsentrasi tinggi ion, atau encer jika memiliki konsentrasi rendah”. Jika
proporsi yang tinggi dari berdisosiasi terlarut ke bentuk ion bebas, elektrolit kuat,
jika sebagian besar zat terlarut tidak memisahkan, elektrolit lemah. Sifat-sifat
elektrolit dapat dieksploitasi dengan menggunakan elektrolisis untuk mengekstrak
unsur-unsur dan senyawa yang terkandung dalam solusi.

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik. Larutan


elektrolit ada dua macam, yaitu:

1. Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik dengan
baik. Nilai derajat dissosiasi larutan elektrolit kuat = 1. Senyawa elektrolit kuat
terbentuk dari ikatan ionik. Contoh: air aki (asam sulfat), asam klorida, air
garam, dll.
1. Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik
dengan lemah. Nilai derajat dissosiasi larutan elektrolit lemah antara 0 sampai
1. Senyawa elektrolit lemah terbentuk dari ikatan kovalen polar. Contoh: air
cuka, amonium hidroksida, air, dan lain-lain.

Sumber Air
Secara keseluruhan, air yang terdapat dipermukaan bumi membentuk sebuah
lingkaran (siklus) air. Air di lautan, sungai, sumur, danau dan waduk akan menguap
menjadi uap air. Titik uap akan bergerombol membentuk awan. Kandungan uap di
awan akan terkondensasi menjadi butiran-butirn air hujan. Selanjutnya hujan
membasahi permukaan bumi dan meresap menjadi air tanah sehingga membentuk
mata air, sumur, danau ataupun mengalir melewati sungai menuju lautan. Siklus air
tersebut akan berputar terus menerus
Sumber air secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Air Laut
Air laut memiliki rasa asin karena mengandung senyawa garam murni (NaCl) yang
cukup tinggi, kadar garam murni sekitar 3% dari jumlah total keseluruhan air laut.
Saat ini teknologi yang dapat merubah air laut menjadi air tawar yang layak
dikonsumsi masih teknologi tinggi yaitu dengan filterisasi dan destilasi dimana
proses ini memerlukan energi yang besar sehingga hanya negeri kaya dan maju
yang baru bisa mengaplikasikan teknologi penjernihan air laut.
2) Air Hujan
Air hujan merupakan hasil proses penguapan (evaporasi) air di permukaan bumi
akibat pemanasan oleh sinar matahari. Dalam keadaan ideal (tanpa pencemaran
air) air hujan merupakan air bersih dan dapat langsung dikonsumsi manusia.
Namun pada saat evaporasi berlangsung air yang menguap sudah tercemar, dan
air hujan yang turun juga tercemar oleh polusi udara (industry, otomotif dll) akhirnya
air hujan tidak lagi mempunyai pH normal lagi melainkan bersifat asam.
3) Air Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat di permukaan tanah, antara lain
sumur, sungai, rawa dan danau. Air permukaan berasal dari air hujan yang
meresap dan membentuk mata air di gunung atau hutan, kemudian mengalir di
permukaan bumi dan membentuk sungai atau mengumpul di tempat cekung yang
membentuk danau ataupun rawa.
4) Air tanah
Menurut definisi undang-undang sumber daya air, air tanah merupakan air yang
terdapat didalam tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Air tanah memiliki
kandungan mineral yang cukup tinggi, sifat dan kandungan mineral air tanah
dipengaruhi oleh lapisan tanah yang dilaluinya. Kandungan mineral air tanah antara
lain Na, Mg, Ca, Fe, dan O2.
Air tanah digolongkan menjadi tiga, yaitu air tanah dangkal (kurang lebih 15 meter
di bawah permukaan tanah, air tanah dalam (100-300 meter di bawah permukaan
tanah) dan mata air ( mata air merupakan air tanah yang keluar langsung dari
permukaan tanah, mata air memiliki kualitas hampir sama dengan kualitas air tanah
dalam/dangkal).

2. Persyaratan Fisika
Secara fisik, kualitas air dapat diketahui dengan menggunakan indera penglihatan,
perasa, penciuman, dan mencicipi untuk mengetahui rasa, kekeruhan, warna dan
bau.
Standar uji fisika antara lain:
a) Kekeruhan
Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh. Batas minimal
kekeruhan air layak minum menurut Permenkes adalah 5 skala NTU. Kekeruhan
air disebabkan oleh partikel-partikel yang tersuspensi dalam air.
b) Tidak berbau dan tidak berasa
Air yang mempunyai kualitas baik adalah tidak berbau dan tidak berasa. Bau dan
rasa dapat dirasakan langsung oleh indra penciuman dan indra perasa. Air yang
mempunyai bau dan berasa mengindikasikan ada terjadi proses dekomposisi
bahan-bahan organik oleh mikroorganisme dalam air, disebabkan oleh senyawa
fenol yang terdapat dalam air atau penyebab lainnya yang menyebabkan air tidak
layak untuk dikonsumsi
c) Jumlah padatan terapung
Perlu diperhatikan air yang baik dan layak diminum tidak mengandung padatan
terapung dalam jumlah yang melebihi batas maksimal yang diperbolehkan (1.000
mg/l).
d) Suhu Normal
Air yang baik mempunyai temperatur normal, kurang lebih 3 0 dari suhu kamar
(270C). Suhu air yang melebihi batas normal menunjukan indikasi terdapat bahan
kimia yang terlarut dalam jumlah yang cukup besar atau sedang terjadi proses
dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme.
e) Warna
Warna pada air dapat disebabkan oleh macam-mcam bahan kimia atau organic. Air
yang layak dikonsumsi harus jernih dan tidak berwarna. Permenkes menyatakan
bahwa batas maksimal warna air yang layak untuk diminum adalah 15 skala TCU.

3. Persyaratan Kimia
Uji Analisa kualitas air secara kimia sederhana ini bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya kandungan kimia dalam sampel air . Dengan mata telanjang tidak
dapat diketahui keberadan zat kimianya. Namun ini bisa dilakukan dengan uji
sederhana yaitu membuat teh menggunakan sampel air yang akan diuji.
Teh disini berfungsi sebagai penunjuk saja, jika sampel yang diuji mengalami
perubahan warna, lendir atau terdapat minyak pada lapisan atas, maka air tersebut
mengandung bahan kimiawi. Semakin cepat perubahan yang terjadi maka semakin
tinggi pula kandungan kimia yang ada pada sampel tersebut.
Bila perubahannya lambat atau baru berubah setelah pengamatan satu malam,
kandungan kimiawinya lebih sedikit, namun tetap air itu kurang baik dikonsumsi. Air
yang mengandung tingkat kesadahan dan kandungan logam tinggi dapat terlihat
bila air teh berubah menjadi hitam, ungu atau biru.
Standar baku kimia air layak minum meliputi:
a. Derajat keasaman (pH)
Kualitas air yang baik/netral berada di rentang pH 7. Air dengan pH di bawah 7
dikatakan asam dan diatas 7 dikatakan basa.
b. Kandungan bahan kimia organic
Air yang baik memiliki kandungan bahan kimia organik dalam jumlah yang tidak
melebihi batas yang ditetapkan. Dalam jumlah tertentu tubuh membutuhkan bahan
kimia organik namun apabila melebih batas akan menimbulkan gangguan pada
tubuh. Hal itu terjadi Karena bahan kimia organic yang melebihi batas akan terurai
dan menimbulkan gangguan pada tubuh. Bahan kimia organic tersebut antara lain
seperti: NH4, H2S, SO-42-, dan NO3-
c. Kandungan Bahan kimi anorganik
Bahan-bahan kimia yang termasuk dalam bahan kimia anorganik antara lain garam
dan ion-ion logam (Fe, Al, Cr, Mg, Ca, Cl, K, Pb, Hg, Zn).
d. Tingkat kesadahan rendah
Derajat kesadahan (CaCO3) maksimum air yang layak minum adalah 500 mg per
liter.

4. pH
pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar asam/basa
dalam air. Penentuan pH merupakan tes yang paling penting dan paling sering
digunakan pada kimia air. pH digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2, serta
dalam kesetimbangan asam basa. Pada temperatur yang diberikan, intensitas
asam atau karakter dasar suatu larutan diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion
hidrogen. Perubahan pH air dapat menyebabkan berubahnya bau, rasa, dan
warna. Pada proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi, dan pelunakan
air, nilai pH harus dijaga sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat.
Asam dan basa pada dasarnya dibedakan dari rasanya kemudian dari efek yang
ditimbulkan pada indikator. Reaksi netralisasi dari asam dan basa selalu
menghasilkan air. Ion H+ dan OH- selalu berada pada keseimbangan kimiawi yang
dinamis dengan H2O berdasarkan reaksi
§ pH = 7 menunjukkan keadaan netral
§ 0 < pH < 7 menunjukkan keadaan asam
§ 7 < pH < 14 menunjukkan keadaan basa (alkalis)
Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan
logam berat dan korosi. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu
dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang
dilaluinya. Berdasarkan SNI AMDK dan EC rules air yang baik ph-nya antara 6
sampai 8, air mineral 6,5 sampai 8,5 dan air demineral 5,0 sampai 7,5.
Pengukuran pH dapat dilakukan menggunakan kertas lakmus, kertas pH universal,
larutan indikator universal (metode Colorimeter) dan pHmeter (metode Elektroda
Potensiometri). Pengukuran pH penting untuk mengetahui keadaan larutan
sehingga dapat diketahui kecenderungan reaksi kimia yang terjadi serta
pengendapan materi yang menyangkut reaksi asam basa.
5. DHL (Daya Hantar Listrik)
Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk
menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan
ekspresi numerik yang menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk
menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut
yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL
bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi
total maupun relatifnya.
Pengukuran daya hantar listrik bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air
untuk menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air.
Pengukuran yang dilakukan berdasarkan kemampuan kation dan anion untuk
menghantarkan arus listrik yang dialirkan dalam contoh air dapat dijadikan
indikator, dimana semakin besar nilai daya hantar listrik yang ditunjukkan
pada konduktivitimeter berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang
terdapat dalam contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin banyak mineral yang terkandung dalam air.
Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm. Dalam
analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling (aquades)
memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500
µmhos/cm (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Pengukuran DHL dilakukan menggunakan konduktivitimeter dengan satuan
µmhos/cm. Prinsip kerja alat ini adalah banyaknya ion yang terlarut dalam contoh
air berbanding lurus dengan daya hantar listrik. Batas waktu maksimum
pengukuran yang direkomendasikan adalah 28 hari. Menurut APHA, AWWA (1992)
dalam Effendi (2003) diketahui bahwa pengukuran DHL berguna dalam hal sebagai
berikut :
§ Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi dari air destilasi.
§ Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion.
§ Mengevaluasi pengolahan yang cocok dengan kondisi mineral air.
§ Memperkirakan jumlah zat padat terlarut dalam air.
§ Menentukan air layak dikonsumsi atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai