studi tentang
laju reaksi tempat di
kimia dan mana reaksi itu
mekanisme terselenggara
reaksi
Dapat dikatakan bahwa reaksi kimia terjadi, ketika, sejumlah satu atau lebih spesies molekul
terdeteksi menghilangkan identitas-nya, dan diasumsi menjelmakan diri dalam bentuk baru
dengan perubahan (jenis, atau jumlah) atom dalam senyawa, dan/ atau dengan melakukan
perubahan struktur atau konfigurasi atom-atomnya.
Pendekatan secara klasik, diasumsikan, bahwa total massa tidak diciptakan atau dimusnahkan
ketika suatu bahan kimia bereaksi. Massa yang dimaksud adalah total kolektif massa semua
spesies dalam sistem. Jika spesies individu yang terlibat dalam reaksi tertentu, kita berbicara
tentang laju hilangnya massa dari spesies tertentu.
Laju hilangnya spesies (katakanlah spesies A) adalah jumlah molekul A yang kehilangan identitas
kimianya per satuan waktu per satuan volum melalui pemutusan (break) ikatan dan selanjutnya
membentuk kembali ikatan kimia baru selama satu reaksi
.
Agar suatu spesies tertentu ‘muncul’ di dalam sistem, beberapa fraksi spesies lain harus
mengalahkan identitas kimianya.
Ada 3-cara spesies itu kehilangan identitas kimia, yaitu:
cara dekomposisi,
cara kombinasi, dan
cara isomerisasi.
Cara pertama: dekomposisi, molekul kehilangan identitasnya
karena adanya kerusakan molekul (break down) sehingga
runtuh menjadi/ ke dalam bentuk molekul yang lebih kecil, atau
atom, atau fragmen atom.
Umpamanya, ketika benzena dan propilena terbentuk dari
sebuah molekul kumena, seperti berikut.
Molekul kumena
kehilangan identitas-nya
(lenyap, menghilang)
dengan cara memutus-
ikatan untuk selanjutnya
membentuk 2-molekul
hasil ini.
• Cara kedua, molekul kehilangan identitas spesies melalui kombinasi
dengan molekul atau atom lain. Reaksi (lihat gambar), molekul propilena
kehilangan spesies identitas jika reaksi berlangsung ke arah sebaliknya,
sehingga berkombinasi dengan benzena membentuk kumena.
atau seperti,
A + 2B → C + D
Konvensi:
Dalam bab-3 (Fogler), digambarkan hubungan antara laju
pembentukan satu spesies, rj (misalnya DDT [C]), dan laju hilangnya
spesies lain, -ri (misalnya, klorobenzen [B]), dalam suatu reaksi kimia
tertentu. Reaksi heterogen adalah reaksi yang melibatkan sistem lebih
dari satu fase. Dalam sistem reaksi heterogen, laju reaksi biasanya
dinyatakan dengan ukuran selain per volum, juga: per luas permukaan
reaksi atau per berat katalis.
Kita dapat mengatakan empat hal tentang laju reaksi, rj. Hukum
laju reaksi untuk rj adalah:
atau,
• Hukum laju merupakan persamaan aljabar. Untuk reaksi yang
diberikan, ketergantungan konsentrasi tertentu bahwa hukum
laju berikut (yaitu, -rA = kCA atau atau ...) harus
ditentukan dari pengamatan eksperimental.
• Untuk melakukan peneracaan mol atau massa pada sistem apapun itu,
syarat batas sistem (boundaries system) harus lebih dahulu ditentukan.
Volum yang disorot (enclosed) oleh batas-batas ini baik syarat awal
(waktu) maupun syarat batas (yang melingkupi, fisik) ini disebut
sebagai volum sistem.
Gambar 1-3. Neraca mol terhadap spesies j dalam sebuah volum sistem V
Neraca mol pada spesies j berbagai waktu t yang instant,
menghasilkan persamaan berikut:
• Ungkapan yang sama dapat ditulis untuk ΔGj2 dan sub-volum sistem lainnya
ΔVi. Laju total generasi dalam volum sistem merupakan jumlah dari semua laju
generasi pada masing-masing sub-volum. Jika volum total sistem dibagi
menjadi sejumlah M sub-volum, maka laju total generasi adalah,
• Dari persamaan ini kita melihat bahwa rj akan menjadi fungsi langsung dari
posisi, karena sifat bahan bereaksi dan kondisi reaksi j (misalnya, konsentrasi,
suhu) dapat memiliki nilai yang berbeda di lokasi yang berbeda dalam volum
reaktor. Sekarang ganti Gj dalam persamaan (1-3),
............... persamaan (1-3)
• Oleh bentuk integral-nya untuk menghasilkan bentuk persamaan neraca mol
umum untuk setiap j spesies kimia yang masuk, meninggalkan, bereaksi, dan/
atau mengurung-huni (terakumulasi) dalam setiap volum sistem V.
• Ini adalah persamaan dasar untuk rekayasa reaksi kimia. Dari persamaan
neraca mol umum ini, kita dapat mengembangkan persamaan desain untuk
berbagai jenis reaktor industri: batch, semibatch, dan sinambung. Setelah
melakukan evaluasi terhadap persamaan ini, kita dapat menentukan waktu
(untuk batch) atau volum reaktor (untuk aliran sinambung) yang diperlukan
untuk mengkonversi jumlah tertentu dari reaktan menjadi produk.
– Reaktor batch (BRs)
• Reaktor batch umumnya digunakan, untuk: operasi berskala kecil,
pengujian berbagai proses baru yang belum sepenuhnya
berkembang, pembuatan produk-produk yang tergolong mahal,
dan proses-proses konversi yang operasinya sulit dilangsungkan
secara kontinyu.
• Hasil reaksinya, jumlah mol A menurun dan jumlah mol B meningkat, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1-6.
• Kita mungkin bertanya apakah waktu t1, perlu untuk mengurangi jumlah
mol mula-mula dari NA0 ke jumlah akhir yang diinginkan NA1. Menerapkan
persamaan (1-5) dengan isomerisasi,
• dan integrasikan dengan batas dimana, pada t = 0; harga NA= NA0, dan
pada t = t1; harga NA = NA1 diperoleh,
• Persamaan ini adalah bentuk integral dari neraca mol pada reaktor batch.
Yang memberikan t1 perlu mereduksi jumlah NA0 menjadi NA1 dan juga
membentuk sejumlah NB1 dari B.