KIMIA LANJUT
Oleh :
KELOMPOK IV
i
KATA PENGANTAR
Penulis
Kelompok IV
ii
DAFTAR ISI
iii
ACARA I
PENGENALAN ALAT
DAN BAHAN LABORATORIUM
1
ACARA I
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mengetahui dan mengenal peralatan dan bahan-bahan serta berbagai macam
prosedur/protokol bekerja yang terdapat di laboratorium.
2. Waktu Praktikum
Hari : Kamis
Tanggal : 09 Juni 2022
Waktu : 03.00 - Selesai
3. Tempat Praktikum
Laboratorium Terpadu Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat (UNU NTB)
B. LANDASAN TEORI
2
dan bahan yang akan digunakan, kegiatan praktikum/penelitian yang dilakukan tidak dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Selain itu, pengenalan terhadap peralatan sangat
penting untuk dilakukan untuk menjaga keselamatan kerja pada saat di laboratorium
(Andriani, 2016).
2. Bahan Praktikum
Natrium Hidroksida (NaOH)
Kalium Hidroksida (KOH)
HCL 37%
Kristal Asam Oksalat (H2C2O4)
Indikator Phenolphthalein (Indikator PP)
Tisu
Kertas Label
Aquades
3
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Mengamati, mencermati, mencatat, memahami, serta mendokumentasikan peralatan dan
bahan-bahan yang terdapat di ruang laboratorium.
E. HASIL PENGAMATAN
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
1. Mengamati dan mencatat setiap Setelah melakukan pengamatan kita bisa
peralatan dan bahan yang mengetahui peralatan yg ada dan terdapat
terdapat di laboratorium di laboratorium, seperti : gelas ukur,gelas
kimia, pipet ukur, pipet tetes, glas arloji,
tabung reaksi, erlenmeyer, neracca
analitik, spatula, labu ukur, corong, pipet
volum dan magnetic stirrer.
2. Mengamati dan memahami Gelas kimia di gunakan sebagai tempat
fungsi peralatan dan tatacara mereaksikan dan menampung bahan kimia
pemakaiannya. berupa larutan.
Erlenmeyer sebagai wadah bahan kimia
cair.
Gelas ukur di gunakan volume larutan atau
zat cair dengan tepat.
Pipet volume di gunakan untuk
mengambil cairan dengan volume tertentu
dengan ketelitian lebih tinggi.
Pipet tetes digunakan untuk
memindahakan cairan dengan volume yg
lebih kecil dari wadah aslinya ke tempat
yang lain.
Statip dan klem adalah salah satu dari
instrumen peralatan laboratorium non-
gelas yang digunakan sebagai pendukung
dalam berbagai proses kimia
Tabung reaksi digunakan untuk tempat
mereaksikan dua larutan/bahan kimia atau
lebih
4
Gelas arloji digunakan untuk menutup
gelas kimia ketika tengah proses
pemanasan sampel (penguapan).
Corong di gunakan sebagai alat bantu
untuk menuangkan cairan dari suatu
tempat ke tempat lainnya.
Labu ukur di gunakan untuk
mengencerkan zat tertentu hingga batas
leher labu ukur.
Spatula digunakan untuk mengambil
bahan kimia padat maupun serbuk pada
saat akan di timbang.
Batang pengaduk digunakan untuk
mencampur bahan kimia dan cairan untuk
keperluan laboratorium.
Rubber bulb diigunakan untuk
mengambil larutan kimia yang berbahaya
dengan cara disambungkan dengan pipet
ukur atau pipet volume
Magnetic stirring bar digunakan untuk
mengaduk beberapa larutan sekaligus
yang viskositasnya rendah.
Magnetic stirrer digunakan untuk
mengaduk dan memanaskan larutan satu
dengan larutan lain yang bertujuan untuk
membuat suatu larutan homogen dengan
bantuan pengaduk batang magnet (stir
bar)
Neraca analitik di gunakan untuk
mengukur massa kecil dalam rentang sub-
miligram.
Neraca digital digunakan untuk mengukur
beban atau masa pada suatu zat.
5
Ruang asam adalah peralatan ventilasi
lokal yang didesain untuk mengurangi
paparan dari gas berbahaya, uap beracun,
mau pun debu
F. PEMBAHASAN
Alat dan bahan yg ada dan terdapat di laboratorium, seperti : gelas ukur,gelas kimia, pipet
ukur, pipet tetes, glas arloji, tabung reaksi, erlenmeyer, neracca analitik, spatula, labu ukur,
corong, pipet volum dan magnetic stirrer. Kemudian bahannya seperti: (NaOH), HCL 37%,
Kristal Asam Oksalat, Indikator Phenolphthalein, Aquades, Kertas Label, Tisu.
Adapun Fungsi dari alat tersebut ialah : Gelas kimia di gunakan sebagai tempat
mereaksikan dan menampung bahan kimia berupa larutan, Erlenmeyer sebagai wadah
bahan kimia cair, Gelas ukur di gunakan volume larutan atau zat cair dengan tepat, Pipet
volume di gunakan untuk mengambil cairan dengan volume tertentu dengan ketelitian
lebih tinggi, Pipet tetes digunakan untuk memindahakan cairan dengan volume yg lebih
kecil dari wadah aslinya ke tempat yang lain, Statip dan klem adalah salah satu dari
instrumen peralatan laboratorium non-gelas yang digunakan sebagai pendukung dalam
berbagai proses kimia, Tabung reaksi digunakan untuk tempat mereaksikan dua
larutan/bahan kimia atau lebih, Gelas arloji digunakan untuk menutup gelas kimia ketika
tengah proses pemanasan sampel (penguapan), Rubber bulb diigunakan untuk mengambil
larutan kimia yang berbahaya dengan cara disambungkan dengan pipet ukur atau pipet
volume, Magnetic stirrer digunakan untuk mengaduk dan memanaskan larutan satu dengan
larutan lain yang bertujuan untuk membuat suatu larutan homogen dengan bantuan
pengaduk batang magnet (stir bar), Ruang asam adalah peralatan ventilasi lokal yang
didesain untuk mengurangi paparan dari gas berbahaya, uap beracun, mau pun debu,
Spatula digunakan untuk mengambil bahan kimia padat maupun serbuk pada saat akan di
timbang.
G. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, analisis, dan pebahasan dapat disimpulkan bahwa
peralatan dan bahan laboratorium terdiri dari berbagai macam seperti: gelas ukur,gelas
kimia, pipet ukur, pipet tetes, glas arloji, tabung reaksi, erlenmeyer, neracca analitik,
spatula, labu ukur, corong, pipet volum dan magnetic stirrer. Kemudian bahannya
seperti: (NaOH), HCL 37%, Kristal Asam Oksalat, Indikator Phenolphthalein,
Aquades, Kertas Label, Tisu.
2. Saran
6
Peralatan yang ada di laboratorium khususnya di laboratorium terpadu Universitas
Nahdlatul Ulama NTB masih banyak kekurangan, perlu pengadaan tempat
pembuangan limbah atau bak sampah, baik itu sampah/limbah beracun ataupun limbah
lainnya.
7
ACARA II
PEMBUATAN LARUTAN
8
ACARA II
PEMBUATAN LARUTAN
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan praktikum
Untuk mempelajari dan memperhatikan tata cara dalam pembuatan larutan dengan
konsentrasi tertentu.
2. Waktu Praktikum
Jumat, 17 Juni 2022 pukul 15:00-16.45 WITA
3. Tempat Praktikum
Laboratorium Terpadu Universitas Nahdatul Ulama Nusa Tenggara Barat
B. LANDASAN TEORI
Salah satu bentuk campuran yang paling penting dalam kajian ilmu kimia adalah
larutan, yaitu campuran homogen antara dua atau lebih zat yang komposisinya dapat diatur
dan sifat masing-masing zat penyusunnya masih tampak. Komponen pembentuk larutan
adalah pelarut dan zat terlarut (Chang, 2003).
Sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat disebut larutan (solution).
Biasanya larutan dianggap sebagai cairan yang mengandung zat terlarut, misalnya padatan
atau gas. Komponen utama biasanya disebut pelarut (solvent), dan komponen minornya zat
terlarut (solute). Pelarut dipandang sebagai 'pembawa' atau medium bagi zat terlarut, yang
dapat berperan serta dalam reaksi kimia dalam larutan atau terlepas dari pelarutan atau
penguapan (David, 2001).
Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran serba sama dan berdiri sendiri. Disebut
campuran karena terdapat molekul, atom, ion dari dua zat atau lebih. Larutan merupakan
campuran dari dua zat atau lebih (Harjadi, 2000).
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi
yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan
standarisasi (David, 2001).
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau
pelarut yang digunakan dalam bentuk volume(berat), mol zat terlarut dalam jumlah volume
terlarut dalam pelarut. Berdasarkan hal ini, muncul satuan konsentrasi yaitu fraksi mol
perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen dengan jumlah total mol dalam larutan.
(Kartimi, 2012).
Molaritas merupakan salah satu cara untuk menyatakan konsentrasi larutan selain
molalitas, normalitas maupun fraksi mol. Molaritas menyatakan jumlah mol zat yang
terlarut dalam Iiter larutan (Wahyudi, 2000).
Rumus yang digunakan :
n
m=
v
Jika zat yang akan dicari molaritasnya ada dalam satuan gram dan volumenya dalam
milliliter, maka molaritasnya dapat dihitung dengan rumus
9
m= x m=
dengan;
M = molaritas (mol/liter)
n = mol zat terlarut (mol)
v = volume zat terlarut (gram)
g = massa zat terlarut (gram)
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
Cara membuat larutan yang aplikasinya banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Mungkin anda pernah membuat air teh manis. Untuk menghasilkan larutan yang
sesuai dengan yang diharapkan tentu anda harus bisa mencampurkan bahan-bahan dengan
komposisi yang sesuai. Keterampilan membuat larutan tentu sangat banyak manfaatnya
baik di laboratorium maupun di bidang industri (Permana, 2009)
Molaritas (M) adalah suatu konsentrasi yang mengukur banyaknya mol zat terlarut
dalam satu liter larutan. Dapat ditulis dengan rumus :
m= atau m =
Membuat suatu larutan untuk eksperimen dapat dilakukan dengan melarutkan zat padat
(Kristal) atau dengan melakukan pengenceran larutan konsentrasi tinggi menjadi
konsentrasi rendah.
Pengenceran adalah penambahan zat terlarut ke dalam suatu larutan, sehingga
konsentrasi larutan menjadi lebih kecil dengan menambahkan air (pelarut).
Dengan rumus :
M1 = Molaritas mula-mula
V1 = Volume larutan mula-mula
M2 = Molaritas akhir (setelah pengenceran)
V2 = Volume akhir (setelah pengenceran)
Adapun dua atau lebih larutan sejenis jika dicampur maka molaritas campuran dapat di
hitung dengan menggunakan rumus :
. . ⋯
Mcamp= ⋯
1. Molalitas
Molalitas (m) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 g pelarut.
Molalitas tidak tergantung pada temperatur, dan digunakan dalam bidang kimia fisika,
teristimewa dalam sifat koligatif.
Molalitas (m) = mol zat terlarut
massa zat terlarut
10
2. Normalitas
Normalitas (N) menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan.
Ekivalen zat dalam larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat itu, karena
satuan ini dipakai dalam penyetara zat dalam reaksi.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Membuat larutan KOH 0,1 M dan 0,2 M.
a) Siapkan sebuah kaca arloji.
b) Timbang gelas arloji kosong dengan timbangan digital dan catatlah hasil
pengukuran yang didapatkan.
c) Hitunglah massa KOH yang diperlukan untuk membuat larutan 250 mL KOH
dengan konsentrasi masing-masing 0,1 M dan 0,2 M.
d) Ditimbang dengan tepat 1,4 gram padatan KOH menggunakan neraca digital
dengan memakai gelas arloji.
e) Dipindahkan secara kuantitatif padatan KOH kedalam gelas kimia 250 mL.
f) Ditambahkan 25 mL aquades dan diaduk hingga padatan larut sempurna.
g) Dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 mL dengan menggunakan
corong kaca.
h) Dibilas gelas kimia, batang pengaduk, dan corong kaca, dan hasil bilasannya
dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL.
i) Ditambahkan aquades hingga batas tinggi pemulihan larutan 0,5 hingga 1 cm
dari tanda batas.
j) Dikeringkan aquades yang menempel pada leher labu ukur dengan
menggunakan tisu.
11
k) Ditambahkan aquades hingga batas tanda pada labu ukur dengan menggunakan
pipet tetes.
l) Ditutup labu takar dan dibolak-balikan labu ukur sambil dipegang tutupnya
hingga beberapa kali.
m) Berikan label pada larutan KOH yang telah dibuat dan didokumentasikan.
2. Membuat larutan pengenceran NaOH
a) Hitunglah V1 NaOH dengan M1 10%, M2 0,5%, dan V2 250 mL.
b) Didapatkanlah hasil nilai dari V1 NaOH adalah 12,5 mL.
c) Ambil 12,5 mL larutan NaOH dengan pipet tetes.
d) Masukkan ke dalam labu ukur 50 mL menggunakan corong kaca dan
tambahkan aquades sampai tanda batas.
e) Kocok labu ukur hingga larutan tercampur sempurna.
f) Berikan label pada larutan NaOH yang telah dibuat dan didokumentasikan.
E. HASIL PENGAMATAN
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
1. Menimbang gelas arloji kosong Percobaan pertama didapatkan hasil
dengan timbangan analitik. kalibrasi dari gelas arloji dengan jumlah
27,5058.
Percobaan kedua didapatkan hasil kalibrasi
dari gelas arloji dengan jumlah 1,4053.
2. Menghitung massa KOH untuk Larutan KOH dengan konsentrasi 0,1 M
membuat larutan 250 mL dan volume 250 mL. Setelah dihitung
dengan konsentrasi 0,1 M dan massa yang diperoleh adalah 1,4 gram.
0,2 M. Untuk larutan KOH dengan konsentrasi 0,2
M dan volume yang sama dan dengan cara
perhitungan yang sama pula diperoleh
massa 2,8 gram.
3. Menghitung volume NaOH Dari hasil perhitungan larutan NaOH
yang mana diketahui M1 10%, tersebut, didapatkanlah hasil yaitu 12,5
M2 0,5%, dan V2 250 mL. mL.
4. Mengamati dan memperhatikan Pada percobaan pertama kita mengamati
reaksi dari campuran senyawa larutan yang akan dicampurkan yaitu 25
larutan KOH dan aquades. mL aquades dituang kedalam gelas kimia
dengan 1,4 gram KOH. Setelah itu diaduk
memakai batang pengaduk oleh salah satu
praktikan hingga larut dengan sempurna.
Kemudian larutan tersebut dipindahkan
secara kuantitif ke dalam labu ukur
menggunakan corong.
Ditambahkan aquades hingga batas tinggi
pemulihan larutan 0,5 hingga 1 cm dari
tanda batas.
12
5. Memberi label pada larutan
yang telah dibuat dan
didokumentasikan.
F. ANALISIS DATA
1. Membuat larutan KOH 0,1 M dan 0,2 M.
Hasil percobaan
Massa KOH 0,1 M 1,4 gram
Massa KOH 0,2 M 2,8 gram
Hasil percobaan
Volume NaOH M1 10%, M2
0,5%, dan V2 250 mL 12,5 mL
3. Perhitungan
Perhitungan mol dan massa KOH 0,1 M
Diketahui :
13
M = 0,1
Mr = 56
V = 250 mL = 0,25 L
Ditanyakan : gram …?
Jawab :
Gr KOH = M = mol n = m
V Mr
0,1 = mol
0,25
= 0,1 x 0,25 = 0,025 M
M = gram
Mr
Gram = mol x Mr
= 0,025 x 56
= 1,4 gram
Jawab :
Gr KOH = M = mol n = m
V Mr
0,2 = mol
0,25
= 0,1 x 0,25 = 0,05 M
M = gram
Mr
Gram = mol x Mr
= 0,05 x 56
= 2,8 gram
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum pembuatan larutan dilakukan dua kali percobaan yaitu percobaan
membuat larutan dari bahan padat dan cair. Pada percobaan membuat larutan dari bahan
padat menggunakan padatan KOH. Percobaan pertama 1,4 g padatan KOH yang ditimbang
menggunakan gelas arloji dengan kalibrasi 27,5058. Dan pada percobaan kedua 2,8 g
padatan KOH yang ditimbang juga menggunakan gelas arloji dengan kalibrasi 1,4058. lalu
dicampur dengan aquades di dalam gelas kimia 50 ml. Padatan KOH yang diaduk hingga
merata menggunakan batang pengaduk tersebut kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
50 mL menggunakan corong kaca. Kemudian semua alat dibilas dan air bilasan nya pun
ikut dimasukkan ke dalam labu ukur kemudian ditambahkan aquades hingga batas 0,5
hingga 1 cm. Kemudian dihomogenkan selama beberapa kali. Setelah itu penamaan larutan
dengan menggunakan kertas label kemudian di dokumentasikan.
Pada percobaan membuat larutan dari bahan cair yaitu dengan menggunakan larutan
NaOH Pellet, di mana pada percobaan ini di pipet 12,5 mL larutan NaOH Pellet kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL yang sudah terisi dengan aquades. Kemudian
tambahkan lagi aquadesnya hingga mencapai batas 0,5 hingga 1 cm. Setelah ditambahkan
aquades, tutup labu ukur dan bolak-balikan labu ukur tersebut dan dilakukan selama
beberapa kali. Setelah itu diberi kertas label untuk penamaan larutan dan didokumentasikan.
Pada percobaan pembuatan larutan dan pengenceran larutan, kita menggunakan
beberapa alat yang akan membantu kita dalam melaksanakan percobaan ini. Seperti neraca
analitik yang berfungsi untuk menimbang bahan secara akurat. Berikutnya adalah labu ukur,
pada praktikum kali ini, alat ini digunakan pada percobaan pembuatan larutan dan
pengenceran larutan. Labu ukur juga bisa digunakan sebagai wadah untuk mendapatkan
larutan zat tertentu yang nantinya hanya digunakan dalam ukuran yang terbatas hanya
sebagai sampel dengan menggunakan pipet. Pipet tetes digunakan untuk membantu
memindahkan cairan dari wadah yang satu ke wadah yang lainnya dalam jumlah yang
sangat kecil. Pada percobaan ini, pipet tetes digunakan untuk memindahkan aquades ke
dalam labu ukur agar jumlah aquades di dalam labu ukur mencapai tanda batas dalam labu
ukur.
Batang pengaduk adalah alat yang berfungsi untuk mencampurkan larutan atau
membuat larutan menjadi homogen dengan cara diaduk merata. kemudian, gelas kimia 50
ml berfungsi sebagai wadah pada percobaan ini yaitu pembuatan larutan dari bahan padatan
KOH. Gelas kimia sebagai wadah untuk mencampurkan Padatan KOH dengan aquades.
Corong kaca berfungsi untuk memindahkan cairan dari satu wadah ke wadah yang lain agar
cairan yang dipindahkan tidak tertumpah. Kaca arloji digunakan sebagai wadah untuk
menimbang suatu bahan yaitu Padatan KOH digunakan dalam pembuatan larutan.
Selain penggunaan alat, praktikum pembuatan larutan dari bahan padat dan cair juga
menggunakan bahan-bahan yang tentunya memiliki fungsinya masing-masing yaitu yang
15
pertama adalah aquades. Aquades berfungsi sebagai pelarut untuk dapat melarutkan padatan
KOH dan berfungsi untuk menambahkan cairan ke dalam larutan yang pekat. Padatan KOH
digunakan sebagai bahan dalam percobaan pembuatan larutan dari bahan padat. Padatan
KOH dipilih karena padatan berbentuk kristal ini mudah larut dalam air. Larutan NaOH
pellet merupakan bahan yang memiliki fungsi sebagai bahan dalam percobaan pengenceran
larutan. Bahan ini dipilih karena NaOH dalam bentuk larutan memiliki kepangkatan yang
tinggi sehingga sangat cocok bila digunakan pada percobaan pengenceran.Tisu digunakan
untuk mengeringkan alat alat setelah dilakukan proses pencucian dan juga digunakan untuk
membersihkan meja dari kotoran sisa percobaan.
Pada praktikum pembuatan larutan ini dilakukan pula beberapa perlakuan yang
memiliki fungsi berbeda beda seperti pada saat perlakuan penimbangan bahan yang
berfungsi untuk mengetahui berat dari massa yang dibutuhkan pada praktikum ini.
Penimbangan berlaku pada bahan yang berbentuk padatan itu padatan KOH. Fungsi
perlakuan pemindahan secara kuantitatif yaitu untuk memastikan agar bahan yang
dipindahkan tidak berantakan dan pengukuran dan kepekatannya tidak berubah. Fungsi
perlakuan pengadukan yaitu untuk menghomogenkan larutan dengan sempurna, seperti
proses pengadukan KOH dalam bentuk padatan ke dalam aquades agar padatan larut dan
terhomogen dengan sempurna di dalam aquades. Pembilasan pada alat alat yang digunakan
pada proses pembuatan larutan dari bahan padat lalu dimasukkan ke dalam labu ukur
berfungsi untuk menjaga konsentrasi larutan tetap stabil. Penghomogenan pada percobaan
ini dilakukan agar larutan dapat bercampur dengan sempurna.
Manfaat dari pembuatan larutan dalam kehidupan sehari-hari salah satunya dalam
pembuatan minuman sirup. Pertama-tama menambahkan sirup ke dalam air kemudian
mengaduknya. Ketika dirasa minuman sirup terasa manis, ditambahkan lagi air kedalamnya
dengan tujuan minuman sirup yang tadinya kental atau pekat dan manis sekali menjadi lebih
encer dan rasa manisnya sedang atau berkurang. Mencampurkan air dan sirup merupakan
contoh pembuatan larutan dan campuran itu disebut dengan larutan. Sedangkan,
penambahan air ke dalam minuman sirup yang manis dinamakan pengenceran.
Pada praktikum pembuatan larutan kali ini, praktikkan melakukan beberapa faktor
kesalahan yaitu pada saat proses pembuatan larutan dengan menggunakan larutan NaOH
pellet di mana seharusnya praktikan mengisi cairan NaOH ke dalam gelas ukur terlebih
dahulu, namun praktikan malah menimbang cairan NaOH di neraca analitik. Faktor
kesalahan yang berikutnya juga terjadi pada saat proses pembuatan larutan menggunakan
larutan KOH. Di mana praktikan akan memasukan aquades ke dalam labu takar melebihi
batas 0,5 hingga 1 cm, yang bisa mengganggu konsentrasi larutan tersebut. Hal ini terjadi
karena praktikan kurang teliti dan kurang berhati-hati saat praktikum berlangsung.
H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Pembuatan larutan dari bahan padat dan cair berbeda. Untuk bahan padat kita mencari
massa dari senyawa tersebut, sedangkan untuk bahan cair dilakukan dengan cara
mengetahui berapa volume yang akan direaksikan.
16
2. Saran
Untuk praktikan agar lebih berhati-hati dalam menggunakan alat-alat yang berada di
laboratorium.
17
ACARA III
PENGUKURAN pH LARUTAN
ASAM DAN BASA
18
ACARA III
PENGUKURAN pH LARUTAN ASAM DAN BASA
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan praktikum:
Untuk Mempelajari prosedur pembuatan larutan asam dan basa.
Untuk mempelajari cara pengukuran pH larutan dengan menggunakan pH meter.
2. Waktu Praktikum:
Kamis, 23 Juni 2022 pukul 15:00-16.45 WITA
3. Tempat Praktikum:
Laboratorium Terpadu Universitas Nahdatul Ulama Nusa Tenggara Barat
B. LANDASAN TEORI
Asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen (H+) Ketika dilarutkan kedalam air.
(Ratna, 2019). Basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida. Ion hidroksida terbentuk
karna senyawa hidroksida dapat mengikat satu elektron pada saat dimasukkan kedalam air
(Yusnita, 2019). Larutan asam memiliki pH lebih kecil dari 7 (pH<7), dan larutan basa
memiliki pH lebih besar dari 7 (pH>7). Sedangkan untuk larutan yang memiliki pH sama
dengan 7 disebut larutan netral (Sutresna, 2007).
Figure 3 Skala pH
pH merupakan skala yang menunjukkan kadar hidrogen yang melarut dalam suatu
larutan di mana:
pH = -log[H+]
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas
ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah
skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya
ditentukan berdasarkan persetujuan internasional (Chang, 2003).
Rahayu (2009) indikator pH merupakan zat yang dapat berubah warna apabila pH
lingkungannya berubah. Indikator pH dapat dibedakan menjadi indikator satu warnadan
19
indikator dua warna. Indikator satu warna adalah yaitu indikator yang mempunyai satu
macam warna seperti fenolptalin yang hanya akan berwarna merah bila dalam lingkungan
basa. Indikator dua warna adalah indikator yang mempunyai dua warna,yaitu warna asam
dan warna basa. Indikator kuning alizarin mempunyai warna kuning dalam lingkungan
asam (warna asam) dan berwarna ungu dalam lingkungan basa (warna basa).
4. Bahan Praktikum
Aquades
Kertas Label
HCl 37% ≈ 12, 06 M
KOH
NaOH Pellet
Tisu
D. PROSEDUR PERCOBAAN
3. Membuat dan mengukur pH larutan KOH 0,1 M
a) Siapkan sebuah kaca arloji.
b) Timbang gelas arloji kosong dengan timbangan digital dan catatlah hasil
pengukuran yang didapatkan.
c) Hitunglah massa KOH yang diperlukan untuk membuat larutan 250 mL KOH
dengan konsentrasi masing-masing 0,1 M
d) Ditimbang dengan tepat 1,4 gram padatan KOH menggunakan neraca digital
dengan memakai gelas arloji.
e) Dipindahkan secara kuantitatif padatan KOH kedalam gelas kimia 250 mL.
f) Ditambahkan 25 mL aquades dan diaduk hingga padatan larut sempurna.
g) Dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 50 mL dengan menggunakan
corong kaca.
20
h) Dibilas gelas kimia, batang pengaduk, dan corong kaca, dan hasil bilasannya
dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL.
i) Ditambahkan aquades hingga batas tinggi pemulihan larutan 0,5 hingga 1 cm
dari tanda batas.
j) Dikeringkan aquades yang menempel pada leher labu ukur dengan
menggunakan tisu.
k) Ditambahkan aquades hingga batas tanda pada labu ukur dengan menggunakan
pipet tetes.
l) Ditutup labu takar dan dibolak-balikan labu ukur sambil dipegang tutupnya
hingga beberapa kali.
m) Berikan label pada larutan KOH yang telah dibuat dan didokumentasikan.
n) Masukan indikator pH kedalam larutan tersebut dan dokumentasikan.
E. HASIL PENGAMATAN
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
21
1. Menimbang gelas arloji kosong Percobaan pertama didapatkan hasil
dengan timbangan analitik. kalibrasi dari gelas arloji dengan jumlah
24,7389.
22
memakai batang pengaduk hingga larut
dengan sempurna.
Kemudian larutan tersebut dipindahkan
secara kuantitif ke dalam labu ukur
menggunakan corong.
Ditambahkan aquades hingga batas tinggi
pemulihan larutan 0,5 hingga 1 cm dari
tanda batas.
5. Memberi label pada larutan
yang telah dibuat dan
didokumentasikan.
23
7. Mengukur pH masing – masing Masukkan indikator pH kedalam masing –
Larutan KOH 1,4 gr, NaOH 12,5 masing larutan, diamkan ± 5 detik hingga
ml, HCL 10 ml. menmukan warna pH yang pas.
pH Larutan KOH 1,4 gr = 13 pH, larutan
NaOH 12,5 ml = 12 pH, HCL 10 ml = 1
pH.
Gambar 9 pH HCL 10 mL
F. ANALISIS DATA
4. Membuat larutan KOH 0,1 M
Hasil percobaan
Massa KOH 0,1 M 1,4 gram
24
Hasil percobaan
Volume NaOH M1 10%, M2
0,5%, dan V2 250 mL 12,5 mL
Hasil percobaan
Volume HCL 0,2 N
10 mL
7. Perhitungan
Perhitungan mol dan massa KOH 0,1 M.
Diketahui :
M = 0,1
Mr = 56
V = 250 mL = 0,25 L
Ditanyakan : gram …?
Jawab :
Gr KOH = M = mol n = m
V Mr
0,1 = mol
0,25
= 0,1 x 0,25 = 0,025 M
M = gram
Mr
Gram = mol x Mr
= 0,025 x 56
= 1,4 gram.
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum pembuatan larutan dilakukan dua kali percobaan yaitu percobaan
membuat larutan dari bahan padat dan cair. Pada percobaan membuat larutan dari bahan
padat menggunakan padatan KOH. Percobaan pertama 1,4 g padatan KOH yang ditimbang
menggunakan gelas arloji dengan kalibrasi 24,7389. Campur dengan aquades di dalam
gelas kimia 50 ml. Padatan KOH yang diaduk hingga merata menggunakan batang
pengaduk tersebut kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL menggunakan corong
kaca. Kemudian semua alat dibilas dan air bilasan nya pun ikut dimasukkan ke dalam labu
ukur kemudian ditambahkan aquades hingga batas 0,5 hingga 1 cm. Setelah itu penamaan
larutan dengan menggunakan kertas label kemudian di dokumentasikan.
Pada percobaan membuat larutan dari bahan cair yaitu dengan menggunakan larutan
NaOH Pellet, di mana pada percobaan ini di pipet 12,5 mL larutan NaOH Pellet kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL yang sudah terisi dengan aquades. Kemudian
tambahkan lagi aquadesnya hingga mencapai batas 0,5 hingga 1 cm. Setelah ditambahkan
aquades, tutup labu ukur dan kocok labu ukur tersebut dan dilakukan selama beberapa kali.
Setelah itu diberi kertas label untuk penamaan larutan dan didokumentasikan.
Kemudian percobaan membuat larutan HCL 10 mL. Menuangkan HCL 10 mL kedalam
labu ukur 250 mL kemudian tambahkan aquades hingga mencapai batas yg ditentukan.
Tutup labu ukur kemudian kocok hingga larut sempurna.
Pada pengukuran pH masing-masing larutan, cukup dengan memasukkan atau
celupkan indikator pH kedalam masing-masing larutan, tunggu hingga ± 5 detik. Kemudian
sesuaikan angka indikator pH yang tertera pada bahan indikator tersebut.
26
H. PENUTUP
3. Kesimpulan
a. Pembuatan larutan dari bahan padat dan cair berbeda. Untuk bahan padat kita
mencari massa dari senyawa tersebut, sedangkan untuk bahan cair dilakukan
dengan cara mengetahui berapa volume yang akan direaksikan.
b. Pengukuran pH tersebut untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang
dimiliki oleh suatu larutan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. (2003). Kimia Dasar : Konsep - Konsep Inti Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Emda, E. (2017). Laboratorium Sebagai Sarana Pembelajaran Kimia Dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Keterampilan Kerja Ilmiah. Lantanida, 02.
Emha, H. (2002). Pedoman Penggunaan Laboratorium Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Ratna, R. M. (2019). Asam Basa Dan Garam. Semarang: Penerbit Duta.
Sutresna, N. (2007). Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Yusnita, M. (2019). Asam Basa dan Garam Dilingkungan Kita. Semarang: Alprin.
Rahayu, Iman., (2009), Praktis Belajar Kimia 1, Penerbit Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta.
Oxtoby, David W. 2001. PRINSIP-PRINSIP KIMIA MODERN. Erlangga: Jakarta.
Harjadi, W. 2000. ILMU KIMIA ANALITIK. PT. Gramedia Pustaka: Jakarta.
Permana. 2009. Memahami Kimia 2 : SMA/MA untuk kelas XI, semester 1 dan 2 Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Wahyudi. 2000. JURNAL KIMIA DAN LARUTAN. UJS: Purwekerto.
Sekarwinahyu, M., Refirman, D., Suna, R., Gemda, D., Moejadi, M., & Genda, M. (2010).
Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta: Universitas Terbuka.
28