Anda di halaman 1dari 14

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

DI KECAMATAN DAHA SELATAN

Riswan*, Henna Rya Sunoko**, Agus Hadiyarto***

Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro


* Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan
** Fakultas Kedokteran, Undip Semarang
*** Fakultas Teknik Kimia, Undip Semarang

Abstrak
Pembuangan sampah rumah tangga secara sembarangan di sekitar rumah ataupun ke
sungai telah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat di Kecamatan Daha Selatan Kabupaten
Hulu Sungai Selatan, sehingga menimbulkan beberapa penyakit yang berbasis lingkungan
serta mencemari Sungai Negara. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan suatu kajian
tentang pengelolaan sampah rumah tangga berdasarkan aspek teknis operasional,
kelembagaan, pembiayaan, hukum/peraturan serta peran serta masyarakatnya. Penelitian
analitik observasional ini bertujuan untuk mengkaji pengelolaan sampah rumah tangga dan
faktor- faktor yang berkorelasi, serta merencanakan pengelolaan sampah rumah tangga
yang berbasis masyarakat. Hasilnya didapatkan rata-rata sampah rumah tangga yang
dihasilkan sebanyak 1,46 liter/orang/hari atau 0,38 kg/orang/hari, yang terdiri dari 47%
sampah organik, 15 % kertas, 22% plastik, serta 16% logam dan sebagainya. Pengelolaan
sampah rumah tangga di Kecamatan Daha Selatan belum dilaksanakan secara optimal.
Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, perilaku terhadap kebersihan lingkungan,
pengetahuan tentang perda persampahan, serta kesediaan membayar retribusi sampah
berkorelasi positif dengan cara pengelolaan sampah rumah tangga. Saran yang diberikan
di antaranya peningkatan pelayanan persampahan, pembentukan kelompok pengelola
persampahan desa, pelibatan masyarakat dan swasta dalam pembiayaan, peningkatan
koordinasi lintas sektoral dan pelibatan tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta
penerapan peraturan persampahan secara tegas.

Kata kunci : Masyarakat, Kelola, Sampah Rumah Tangga

I. PENDAHULUAN sebagian besar wilayahnya dilalui oleh


Sampah adalah sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan/atau dari proses alam
yang berbentuk padat (Suyoto, 2008).
Laju produksi sampah terus meningkat,
tidak saja sejajar dengan laju
pertumbuhan penduduk tetapi juga sejalan
dengan meningkatnya pola konsumsi
masyarakat. Di sisi lain kapasitas
penanganan sampah yang dilakukan
masyarakat maupun pemerintah daerah
belum optimal. Sampah yang tidak
dikelola dengan baik akan berpengaruh
terhadap lingkungan dan kesehatan
masyarakat sekitarnya.
Kecamatan Daha Selatan yang

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 1


2011
Sungai Negara, sebagian
masyarakatnya terbiasa membuang
sampah secara sembarangan di
sekitar rumah ataupun ke sungai.
Pemerintah Kabupaten Hulu
Sungai Selatan (HSS) secara teknis
operasional melalui Dinas Tata
Kota dan Lingkungan Hidup hanya
mengelola sampah Pasar Negara
yang terletak di Desa Bayanan
Kecamatan Daha Selatan walaupun
masih belum optimal, sedangkan
untuk sampah rumah tangga belum
dilaksanakan pengelolaannya. Di
daerah pasar tersebut sudah
disediakan 2 buah TPS dengan
kondisi terbuka. Pengangkutan ke
TPA hanya dilakukan

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 2


2011
setiap 3 hari sekali (terkadang lebih dari 3 terdiri dari 16 desa. Pengambilan sampel
hari) sehingga tumpukan sampah sudah dilakukan dengan proportional sampling
melebihi kapasitas TPS. Kelembagaan method. Selanjutnya dipilih sampel
yang diberi wewenang mengelola sampah berdasarkan metode simple random
saat ini hanya Dinas Lingkungan Hidup, sampling di setiap desa yang telah
Tata Kota dan Perdesaan, namun ditetapkan jumlah sampel rumahnya.
organisasi atau Lembaga Swadaya Data primer didapatkan dengan
Masyarakat yang peduli lingkungan kuesioner dan wawancara langsung
belum ada yang berminat menangani kepada ibu rumah tangga, karena mereka
sampah. Aspek pembiayaan pengelolaan yang lebih banyak berperan dalam
sampah yang disediakan melalui APBD mengurus kegiatan rumah tangga
masih belum mencukupi. Peraturan termasuk dalam hal pengelolaan
Daerah No. 5 tahun 2004 tentang sampahnya. Data sekunder merupakan
Retribusi Pelayanan Persampahan atas data yang didapatkan dari Kecamatan
Penyelenggaraan Kebersihan dan Daha Selatan, Dinas Lingkungan Hidup,
Pengelolaan Persampahan belum Tata Kota dan Perdesaan, serta Puskesmas
dijalankan secara optimal. Menurut Bayanan. Analisis data dilakukan dengan
Bebassari (2008), secara umum terdapat uji korelasi Spearman yang bertujuan
lima aspek penting dalam pengelolaan untuk mengetahui faktor-faktor mana saja
sampah yaitu teknologi, institusi, yang berkorelasi dengan cara pengelolaan
hukum/peraturan, pembiayaan dan sampah rumah tangga. Untuk
partisipasi masyarakat. merencanakan pengelolaan sampah rumah
tangga di Kecamatan Daha Selatan
II. METODE PENELITIAN dilakukan dengan tujuh langkah
perencanaan (the seven step magic of
Penelitian ini menggunakan desain planning) menggunakan matrik SWOT.
analitik observasional. Hubungan antar
variabel bebas dengan variabel tergantung III. HASIL DAN PEMBAHASAN
dipelajari dengan melakukan pengukuran
sesaat untuk kemudian dilakukan uji A. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di
korelasi (Sastroasmoro dan Ismael, 1995). Kecamatan Daha Selatan
Variabel bebas terdiri dari ; tingkat Aspek Kelembagaan. Pengelolaan
pendidikan, tingkat pendapatan keluarga, sampah di Kabupaten Hulu Sungai
perilaku terhadap kebersihan lingkungan, Selatan dilakukan oleh Dinas Lingkungan
kesediaan membayar retribusi sampah, Hidup, Tata Kota dan Perdesaan pada
dan pengetahuan tentang perda Bidang Kebersihan melalui Seksi
persampahan. Variabel tergantung adalah Kebersihan dan Pertamanan. Keterlibatan
cara pengelolaan sampah rumah tangga. pihak swasta yang diharapkan dalam
Lokasi penelitian di Kecamatan Daha kegiatan operasional persampahan
Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan meliputi tahap pengangkutan, pengelolaan
Propinsi Kalimantan Selatan pada bulan serta pembuangan akhir, namun sampai
April 2009. Populasi adalah semua rumah saat ini belum ada yang ikut
tangga yang ada di wilayah Kecamatan berpartisipasi.
Daha Selatan sebanyak 9.465 rumah. Aspek Hukum dan Peraturan.
Sampel diambil dengan mengunakan Terdapat PERDA No. 5 tahun 2004
rumus Krejcie dan Morgan (1970) dalam tentang Retribusi Pelayanan Persampahan
Mantra (2004) yaitu : atas Penyelenggaraan Kebersihan dan
Pengelolaan Persampahan. Peraturan
Didapatkan hasil sebanyak 369 daerah tersebut di antaranya mengatur
rumah tangga di Kecamatan Daha tentang penyelenggaraan kebersihan
Jurnal
SelatanIlmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April
yang 3
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 4
lingkungan, ketentuan pembuangan dan terbiasa membuang sampah sembarangan
pengelolaan sampah, retribusi sampah, di sekitar rumahnya ataupun ke sungai
serta sanksi hukum yang ditetapkan oleh Negara, sehingga tingkat perilaku
Pemerintah Kabupaten. Namun selama ini terhadap kebersihan lingkungan
belum diterapkan sanksi hukum yang dikategorikan buruk (67%). Menurut
tegas kepada masyarakat yang melanggar Notoatmojo (1985) bentuk operasional
perda tersebut. perilaku terbagi dalam tiga jenis yaitu
Aspek Teknis Operasional. pengetahuan, sikap dan tindakan.
Timbulan sampah rata-rata tiap rumah
tangga sebesar 1,46 liter/orang/hari atau B. Faktor-faktor yang Berkorelasi
0,38 kg/orang/hari, setara dengan kategori dengan Cara Pengelolaan Sampah
SNI 19-3964-1994 untuk satuan timbulan Rumah Tangga
sampah kota sedang/kecil. Komposisi
sampahnya terdiri dari : 47% sampah Tingkat Pendidikan. Sebagian besar
organik, 15% kertas, 22% plastik, serta responden (53%) berpendidikan rendah
16% logam dan sebagainya. Sekitar (tidak sekolah, SD sederajat). Hasil uji
54,7% rumah tangga yang memiliki korelasi Spearman menunjukkan nilai
pewadahan, namun hanya 9% yang signifikansi < 0,05 sehingga Ho ditolak,
melakukan pemilahan. Pengetahuan dan dengan koefisien korelasi sebesar 0,669.
penerapan konsep 3R (Reduce, Reuse dan Hal ini berarti tingkat pendidikan
Recycle) secara sederhana dilakukan oleh berkorelasi positif dengan pengelolaan
35% rumah tangga, misalnya sampah rumah tangga. Menurut
menggunakan produk isi ulang, Hadiwiyoto (1983), kebodohan
menggunakan kembali kantong plastik merupakan salah satu faktor yang
tempat belanja, dan membuat vas bunga menimbulkan masalah sampah. Jalan
dari plastik. yang ditempuh dalam upaya
Aspek Pembiayaan. Pendanaan meningkatkan kesadaran masyarakat agar
bersumber pada APBD (Anggaran mengelola sampah hasil produksinya
Pendapatan dan Belanja Daerah) setiap hari salah satunya dengan
Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebesar meningkatkan pengetahuan masyarakat
Rp. 3.780.000.000,- pertahun (0,74% dari melalui pendidikan formal maupun non
total APBD). Hal ini tentunya belum formal.
mencukupi untuk menunjang kegiatan Tingkat Pendapatan. Didapatkan
pengelolaan sampah, karena secara ideal sekitar 60% responden berada pada
dana yang diperlukan sekitar 5-10% dari tingkat pendapatan yang rendah (< 1 juta
APBD. perbulan). Hasil uji korelasi Spearman
Aspek Peran Serta Masyarakat. menunjukkan nilai signifikansi < 0,05
Aspek ini sangat penting dalam maka Ho ditolak, dengan koefisien korelasi
melaksanakan pengelolaan sampah sesuai sebesar 0,603. Hal ini berarti tingkat
dengan perencanaan yang dilakukan. pendapatan keluarga berkorelasi positif
Merubah perilaku masyarakat adalah hal dengan cara pengelolaan sampah rumah
yang cukup sulit, namun jika dilakukan tangga. Artinya sesuai dengan pendapat
pembinaan secara terus-menerus maka Neolaka (2008), kemiskinan membuat
hasilnya akan didapatkan walaupun perlu orang tidak peduli dengan lingkungan.
waktu puluhan tahun. Adapun tingkat cara Orang dalan keadaan miskin dan lapar,
pengelolaan sampah rumah tangga sekitar pusing dengan kebutuhan keluarga,
44% dikategorikan kurang, dengan pendidikan dan lain-lain, bagaimana dapat
penilaian pada ketersediaan pewadahan, berpikir tentang peduli lingkungan.
pemilahan sampah dan penerapan konsep Misalnya tidak mampu menyediakan
3R secara sederhana. Masyarakat sudah
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 3
pewadahan atau tempat sampah
di rumah

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 3


tangga karena faktor ketidakmampuan dampak positif terhadap pengelolaan
secara ekonomi. sampah rumah tangga yang lebih baik.
Menurut Soemarwoto (2004), di negeri ini
penegakan hukum sangat lemah.
Perilaku terhadap Kebersihan Peraturan banyak yang dilanggar,
Lingkungan. Hasil uji korelasi Spearman misalnya pembuangan sampah di sungai
menunjukkan nilai signifikansi < 0,05 dan selokan, dapat berjalan tanpa tindakan
maka Ho ditolak, dengan koefisien korelasi nyata dari aparat penegak hukum. Salah
sebesar 0,65. Hal ini berarti perilaku satu sebab utamanya ialah adanya KKN
terhadap kebersihan lingkungan (korupsi, kolusi dan nepotisme) yang
berkorelasi positif dengan cara pengelolaan merebak karena dorongan untuk
sampah rumah tangga. Perilaku dalam mendapatkan dana yang besar guna
bentuk operasionalnya terbagi atas mendukung pola hidup yang mewah.
pengetahuan, sikap dan tindakan Padahal menurut Hadi (2005), dalam
(Notoatmojo ,1985). Kebiasaan konteks lingkungan hidup, hukum
masyarakat yang berperilaku hidup bersih diharapkan menjadi pedoman agar tata
dan sehat (PHBS) salah satunya tidak kehidupan kita ini mendasarkan pada
membuang sampah secara sembarangan. prinsip-prinsip kelestarian lingkungan.
Menurut Menurut Pramudya (2001) Kesediaan Membayar Retribusi
dalam Susilo (2008), terdapat dua jenis Sampah. Hasil uji korelasi Spearman
bencana akibat rusaknya daya dukung menunjukkan nilai signifikansi < 0,05
lingkungan. Pertama, kerusakan karena maka Ho ditolak, dengan koefisien korelasi
faktor internal yakni kerusakan yang sebesar 0,577. Hal ini berarti kesediaan
berasal dari alam sendiri. Kedua, membayar retribusi berkorelasi positif
kerusakan karena faktor eksternal yaitu dengan cara pengelolaan sampah rumah
kerusakan lingkungan yang berasal dari tangga. Di Kecamatan Daha Selatan
perilaku manusia, seperti limbah rumah belum dilakukan pelayanan persampahan
tangga yang dibuang di sungai-sungai. sehingga masyarakat belum diwajibkan
Menurut Hadiwiyoto (1983), sikap mental membayar retribusi sampah rumah
atau perilaku merupakan salah satu faktor tangga. Namun beberapa masyarakat yang
yang menimbulkan masalah sampah, menyadari akan pentingnya kebersihan
sehingga sukar untuk dikendalikan. lingkungan bersedia membayar retribusi
Pengetahuan tentang Perda asal mendapatkan pelayanan pengelolaan
Persampahan. Hasil uji korelasi sampah oleh pemerintah. Mereka
Spearman menunjukkan nilai signifikansi berusaha mengelola sampah rumah
< 0,05 maka Ho ditolak, dengan koefisien tangganya secara mandiri, walaupun
korelasi sebesar 0,646. Hal ini berarti wilayahnya belum mendapatkan
pengetahuan tentang peraturan daerah pelayanan persampahan. Menurut
persampahan berkorelasi positif dengan Reksohadiprodjo dan
cara pengelolaan sampah rumah tangga. Brodjonegoro (1982), teknik pengeluaran
Selama ini Pemerintah Kabupaten HSS preventif mengestimasi nilai minimum
belum optimal dalam mensosialisasikan kualitas lingkungan berdasarkan kesediaan
Perda No. 5 tahun 2004 kepada orang mengeluarkan biaya untuk
masyarakat luas, sehingga banyak menghilangkan atau paling tidak
masyarakat tidak mengetahuinya. Jika mengurangi akibat buruk lingkungan.
peraturan tersebut benar-benar ditegakkan
tentunya hal ini akan memberikan efek C. Perencanaan Pengelolaan Sampah
jera terhadap masyarakat yang Rumah Tangga Berbasis Masyarakat
melanggarnya. Penegakkan hukum ini
akan memberikan
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 3
Suatu kegiatan akan dapat berjalan operasional dan peran serta
secara efektif dan efesien jika dilakukan masyarakatnya. Adapun pola
melalui sebuah perencanaan yang matang. pengelolaannya dapat digambarkan
Perencanaan merupakan proses dasar
yang digunakan untuk memilih tujuan dan
menentukan bagaimana cara
mencapainya. Pengelolaan sampah
berbasis masyarakat di Kecamatan Daha
Selatan dapat diterapkan dengan
menggunakan perencanaan yang bertipe
Transaktif atau Pembelajaran Sosial.
Adapun langkah- langkah yang dilakukan
meliputi : identifikasi masalah, penentuan
tujuan, penilaian situasi, alternatif
kebijakan/program, pemilihan alternatif, Gambar 1.
Pola Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat
keputusan dan implementasi, serta
evaluasi dan monitoring. Peran serta masyarakat secara aktif
Agar dapat diperoleh hasil analisis dalam pengelolaan sampah rumah tangga
yang lengkap dan akurat maka diperlukan sangat menentukan keberhasilan
suatu metode, salah satunya adalah matrik pelaksanaannya. Masyarakat perlu
SWOT (Strength, Weakness, diberdayakan dengan segala upaya yang
Oppurtunities, dan Treath). Menurut bersifat non instruktif guna meningkatkan
Rangkuti (2003), matrik ini dapat pengetahuan dan kemampuan masyarakat
menggambarkan secara jelas bagaimana agar mampu mengidentifikasi masalah,
peluang dan ancaman eksternal yang merencanakan dan melakukan
dihadapi dapat disesuaikan dengan penyelesaian masalah dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. memanfaatkan potensi masyarakat
Berdasarkan strategi-strategi yang telah setempat tanpa bergantung pada bantuan
ditetapkan, maka dapat dibuat tabel dan luar.
matrik SWOT sebagai berikut : Pola pemberdayaan masyarakat yang
dibutuhkan bukan kegiatan yang sifatnya
Tabel 1. top-down intervention yang tidak
Matrik SWOT Pengelolaan Sampah menjunjung tinggi aspirasi dan potensi
Rumah Tangga masyarakat untuk melakukan kegiatan
swadaya, akan tetapi yang paling
dibutuhkan masyarakat lapisan bawah
terutama yang tinggal di desa adalah pola
pemberdayaan yang sifatnya bottom-up
intervention. Dimulai dengan menghargai
dan mengakui bahwa masyarakat lapisan
bawah memiliki potensi untuk memenuhi
kebutuhannya, memecahkan
permasalahannya, serta mampu
melakukan usaha-usaha produktif dengan
prinsip swadaya dan kebersamaan.
Dalam melakukan pengelolaan Pola pendekatan yang paling efektif
sampah berbasis masyarakat di untuk memberdayakan masyarakat adalah
Kecamatan Daha Selatan, dapat the inner resources approach. Pola ini
diputuskan kebijakan/program kerja pada menekankan pentingnya merangsang
aspek teknis
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 3
masyarakat untuk mampu mengidentifikasi timbulan sampah 9% setiap tahunnya,
keinginan-keinginan dan kebutuhan-
kebutuhannya sendiri dan bekerja secara
kooperatif dengan pemerintah dan badan-
badan lain untuk mencapai kepuasan bagi
mereka. Pola ini mendidik masyarakat
menjadi peduli akan pemenuhan dan
pemecahan masalah yang mereka hadapi
dengan menggunakan potensi yang
mereka miliki (Riasmini, 2006).
Pengelolaan merupakan suatu siklus
yang membentuk loop atau gelung,
sehingga tahap evaluasi dan monitoring
merupakan tahapan untuk menilai semua
langkah yang telah dilakukan untuk
memperoleh model pengelolaan yang
lebih baik lagi.

Gambar 2.
Gelung Proses Evaluasi dan
Monitoring

Dalam evaluasi dan monitoring ini


faktor waktu mempunyai pengaruh yang
penting karena dapat menentukan
keberhasilan dan kegagalan dari tiap tahap
yang dilaksanakan. Evaluasi dan
monitoring ini merupakan umpan balik
untuk memperbaiki langkah-langkah yang
telah dilakukan.
Penduduk Kecamatan Daha Selatan
pada tahun 2008 berjumlah 39.507 jiwa,
dengan produksi sampah rata-rata
0,00146 m3/orang/hari. Diperkirakan
volume timbulan sampah yang dihasilkan
sebanyak 57,68 m3/hari atau 21.053,2
m3/tahun. Menggunakan rata-rata
pertumbuhan penduduk 0,57% per
tahunnya.
Dengan menerapkan konsep 3R
diasumsikan akan terjadi penurunan
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 3
sebagaimana terlihat pada
grafik berikut ini:

Gambar 3
Perkiraan Penurunan Timbulan
Sampah Rumah Tangga

Berdasarkan volume
timbulan sampah yang dihasilkan
sebanyak 57,68 m3/hari maka
setelah dilakukan pemilahan
berdasarkan jenisnya akan
didapatkan volume sampah
organik 27,06 m3/hari, kertas
8,65 m3/hari, plastik 12,69
m3/hari, serta logam dan
sebagainya 9,23 m3/hari. Jika
residu pembuatan kompos dari
sampah organik diperkirakan
12%, sedangkan residu
pemanfaatan sampah non
organik sebesar 6% maka
volume sampah yang dibuang ke
TPA hanya sekitar 5,08 m3/hari.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut ini :

Gambar 4.
Neraca Persentase Sampah

Usaha pemanfaatan sampah


merupakan komponen penting
dalam pengelolaan sampah yang
dapat mengurangi dampak
lingkungan. Ditinjau dari segi
ekonomi, maka sampah rumah
tangga dapat dimanfaatkan
berdasarkan jenisnya.

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 3


Sampah organik dapat dijadikan kompos mengurangi jumlah penggunaan bahan,
sedangkan sampah plastik, kertas, logam mengurangi jumlah penggunaan energi,
dan sebagainya dapat dijual ataupun mengurangi pencemaran, memperbesar
dibuat kerajinan daur ulang. daur ulang bahan, memaksimalkan
Berdasarkan jumlah sampah yang penggunaan SDA yang dapat diperbarui,
dimanfaatkan maka dapat dihitung nilai memperpanjang umur pakai produk, serta
ekonomis dari setiap rumah tangga yang meningkatkan intensitas pelayanan
menerapkan prinsip 3R terhadap (Kementrian Negara LH, 2007).
sampahnya. Berat timbulan sampah rata-
rata sekitar 0,38 kg/orang/hari. Jika rumah IV. KESIMPULAN DAN SARAN
tangga terdiri dari 4 orang maka berat
sampahnya mencapai 1,52 kg/rumah/hari. A. Kesimpulan
Dikurangi dengan residu maka sampah 1. Pengelolaan sampah rumah tangga
yang dapat dimanfaatkan sekitar 91,2% di kecamatan Daha Selatan belum
atau 1,39 kg/rumah/hari. Berdasarkan hal dilaksananakan secara optimal.
tersebut, nilai ekonomis dari sampah yang 2. Tingkat pendidikan, tingkat
dimanfaatkan untuk kompos dan dijual pendapatan keluarga, perilaku
berdasarkan jenisnya bagi setiap rumah terhadap kebersihan lingkungan,
tangga per bulannya sebesar Rp. 43.055,- pengetahuan tentang peraturan
sebagaimana tabel berikut ini : persampahan dan kesediaan
Tabel 2. membayar retribusi sampah
Nilai Ekonomis Sampah Rumah berkorelasi positif dengan cara
Tangga pengelolaan sampah rumah tangga.
3. Tipe perencanaan yang dapat
diterapkan dalam pengelolaan
sampah rumah tangga di Kecamatan
Daha Selatan adalah transaktif atau
pembelajaran sosial. Dimulai
dengan pemenuhan kebutuhan
teknis operasional yaitu pewadahan
dan pengomposan rumah tangga,
pemilahan sampah komunal, tempat
pengumpulan sampah desa untuk
didaur ulang, serta TPS kecamatan.
Dalam konsep ini eko mempunyai arti Kemudian meningkatkan peran serta
efisiensi eko-nomi dan efisiensi eko-logi. masyarakat melalui pemberdayaan
Efisiensi berarti menggunakan sumber dan pendampingan oleh pengelola
daya ekonomi seefektif mungkin untuk persampahan dan instansi terkait
memenuhi kebutuhan dan keinginan lainnya.
manusia sehingga tidak ada sumber daya
yang terbuang. Upaya daur ulang sampah B. Saran
merupakan salah satu faktor kunci dalam 1. Peningkatan pelayanan pengelolaan
konsep eko-efisiensi (EE). Konsep EE sampah oleh Pemerintah Kabupaten
pertama kali diperkenalkan pada tahun HSS dalam hal ini Dinas
1992 oleh World Business Council for Lingkungan Hidup, Tata Kota dan
Sutainable Development (WBCSD) dalam Perdesaan, kemudian menyiapkan
publikasinya Changing Course. WBCSD aspek teknis operasionalnya,
telah mengidentifikasikan adanya tujuh penegakkan hukum/peraturan daerah
faktor kunci dalam eko-efisiensi, yaitu : yang tegas, serta melibatkan pihak

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 3


swasta dan

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 4


masyarakat dalam aspek Kementrian Negara LH. 2007. Panduan
pembiayaannya. Penerapan Eko-Efisiensi Usaha
2. Peningkatan pengetahuan Kecil dan Menengah Sektor Batik.
masyarakat tentang dampak buruk Kerjasama Kementrian Negara LH
sampah yang tidak dikelola dengan dan Deutsche Gesselschaft fuer
baik melalui penyuluhan. Pendekatan Technische Zusammenarbeit (GTZ)
dan pemberdayaan masyarakat dalam GmbH dalam kerangka Program
membiasakan hidup bersih dan Lingkungan Hidup Indonesia –
sehat serta membiasakan sedini Jerman (Pro LH). Jakarta.
mungkin pada anak-anak agar Neolaka, Amos. 2008. Kesadaran
membuang sampah pada tempatnya. Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.
Melibatkan tokoh agama dan tokoh Notoatmojo, Soekitjo. 1985. Pengantar
masyarakat yang berpengaruh dalam Ilmu Perilaku. Fakultas Kesehatan
merubah perilaku membuang Masyarakat UI. Jakarta.
sampah sembarangan sehingga Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael,
masyarakat termotivasi untuk hidup Sofyan. 2000. Dasar-dasar
bersih dan ramah lingkungan. Metodologi Penelitian Klinis.
3. Meningkatkan koordinasi lintas Bagian Fakultas Kedokteran UI.
sektoral dalam menunjang Jakarta.
pengelolaan sampah rumah tangga SNI, 1994. Metode Pengambilan dan
yang berbasis masyarakat. Pengukuran Contoh Timbulan dan
Memberikan penghargaan (reward) Komposisi Sampah Perkotaan
kepada masyarakat yang berhasil (SNI 19-3964-1994). Badan
mengelola sampah dan kebersihan Standar Nasional. Jakarta.
lingkungannya, dan hukuman Soemarwoto, Otto. 2004. Atur Diri
(punishment) kepada masyarakat Sendiri : Paradigma Baru
yang membuang sampah di Pengelolaan Lingkungan Hidup.
sembarang tempat (sungai, sekitar Gadjah Mada University Press.
rumah, ataupun jalan umum). Yogyakarta.
Susilo, Rachmad K. Dwi. 2008.
V. DAFTAR PUSTAKA Sosiologi Lingkungan. PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Bebassari, Sri. 2008. Integrated Suyoto, Bagong. 2008. Rumah Tangga
Municipal Solid Waste Management Peduli Lingkungan. Prima Media,
toward ZERO WASTE Approach. Jakarta.
Center for Assessment and Rangkuti, F. 2003. Analisis SWOT
Application of Environmental Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Technology. Jakarta. Selasa, 16 Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Desember 2008, 08.13 WIB. Reksohadiprodjo, Sukanto, dan
(http://www.pudsea.ugm.ac.id/ Brodjonegoro, Andreas B.P. 1982.
document/ bebassari.pdf). Ekonomi Lingkungan : Suatu
Hadi, Sudharto P. 2005. Dimensi Pengantar. BPFE. Yogyakarta.
Lingkungan : Perencanaan Riasmini, M. 2006. Peran Tenaga
Pembangunan. Gadjah Mada Kesehatan Dalam Pemberdayaan
University Press. Yogyakarta. Masyarakat Untuk Mewujudkan
Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Desa Siaga. Badan Pengembangan
Pemanfaatan Sampah. Yayasan dan Pemberdayaan SDM
Idayu. Jakarta. Kesehatan Depkes. Jakarta.

Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 4


Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.9, No. 1, April 2011 39

Anda mungkin juga menyukai