Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG

PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN KETERSEDIAAN TEMPAT SAMPAH DI DESA


JAGO KECAMATAN PRAYA TAHUN 2023

Abstrak (Indonesia)
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang tidak dapat dihindari dengan adanya
penduduk. Di Desa Jago Kecamatan Praya, sistem pengelolaan sampah yang tidak tersedia dan
masih mengandalkan lahan kosong tempat pembuangan sampahnya dan TPS disana masih kurang
baik serta kondisi pewadahan sampah yang ada di Desa Jago Kecamatan Praya masih tercampur
atau tanpa pemilahan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah dengan ketersedian tempat sampah sementara.
Metode penlitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik observasional dengan
pendekatan cross secsional. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kusioner kepada
95 sampel. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil
analisis bivariat yang dilakukan pada 95 ibu rumah tangga yang menyediakan tempat sampah di
Rumah dengan tingkat pengetahuan baik dan cukup sebanyak 25 0rang (26.3%) dan yang tidak
menyediakan tempat sampah di Rumah dengan tingkat pengetahuan baik, cukup dan kurang
sebanyak 70 oreang (73.7%). Hasil uji chi square meunjukkan hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tengtang pengelolaan sampah dengan ketersediaan tempat
sampah sementara dengan nilai p value 0.001 (<0.05). dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu rumah
tangga tentang pengelolaan sampah dengan ketersediaan tempat sampah sementara. Berdasarkan
hasil analisi dan temuan yang diperoleh maka disarankan sebagai berikut: 1. Bagi Kepala Desa
beserta staf yakni memberikan masukan agar mengadakan sosialisasi atau penyuluhan tentang
bagaimana cara pengelolaan sampah yang baik dan benar. 2. Kepada Kepala Dusun dan RT
setempat Yakni memberikan masukan yang berguna dalam pengelolaan sampah salah satunya
penyediaan tempat sampah sementara di rumah sesuai dengan kriterian tempat sampah.
Kata Kunci: Tingkat pengetahuan, pengelolaan sampah dan ketersediaan tempat sampah.

Abstract (English)
Garbage is one of the problems that cannot be avoided with a population. In Jago Village,
Praya District, a waste management system that is not available and still relies on vacant land for
waste disposal and the TPS there is still not good and the condition of the waste containers in Jago
Village, Praya District is still mixed or without segregation. The purpose of this study was to
determine the relationship between the level of knowledge of housewives about waste management
and the availability of temporary trash bins. Research method: This research is a type of
observational analytic research with a cross-sectional approach. Data collection was carried out by
distributing questionnaires to 95 samples. Data analysis was performed univariately and bivariately
using the chi square test. The results of the bivariate analysis conducted on 95 housewives who
provided trash bins at home with a good and sufficient level of knowledge were 25 people (26.3%)
and those who did not provide trash bins at home with good, sufficient and poor levels of knowledge
were 70 people (73.7 %). The results of the chi square test showed a significant relationship between
the level of knowledge of housewives about waste management and the availability of temporary
trash bins with a p value of 0.001 (<0.05). From the results of the research that has been done, it can
be concluded that there is a significant relationship between the level of knowledge of housewives
about waste management and the availability of temporary trash bins. Based on the results of the
analysis and the findings obtained, it is suggested as follows: 1. For the Village Head and his staff,
namely providing input to hold outreach or counseling on how to manage waste properly and
correctly. 2. To the head of the local hamlet and RT, namely providing useful input in waste
management, one of which is providing temporary trash bins at home according to the criteria for
trash cans.
Keywords: Level of knowledge, waste management and availability of trash cans.
PENDAHULUAN
Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh kondisi pejamu, agent (penyebab penyakit),
dan lingkungan. Faktor lingkungan merupakan unsur penentu kesehatan masyarakat. Apabila terjadi
perubahan lingkungan di sekitar manusia, maka akan terjadi perubahan pada kondisi kesehatan
lingkungan masyarakat tersebut. Faktor lingkungan dan faktor perilaku sangat berpengaruh
terhadap derajat kesehatan masyarakat, sehingga perlu memperoleh perhatian secara sungguh-
sungguh. Faktor perilaku sehat diharapkan dapat memelihara, meningkatkan kesehatan dan
melindungi diri dari ancaman penyakit, sedangkan lingkungan sehat diharapkan menciptakan
lingkungan yang kondusif, bebas polusi, pemukiman sehat dan pengelolaan sampah yang sehat.
Dewasa ini, sampah merupakan salah satu masalah serius dalam lingkungan hidup di seluruh dunia
dan berhubungan sangat erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Sebagai pihak yang
menghasilkan sampah, tidak ada yang dapat terlepas dengan masalah sampah. Dengan demikian,
masalah sampah adalah masalah persepsi masyarakat tentang sampah.

Masalah sampah menjadi masalah lingkungan yang mendapat perhatian khusus dari berbagai
pihak. Hal tersebut dikarenakan jumlah timbulan sampah terus meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Jambeck, 2015 mengungkapkan bahwa menurut data
internasional, Indonesia menempati posisi kedua penyumbang sampah terbesar di dunia hingga
187,2 juta ton, setelah negara Cina. Sedangkan Cina mencapai 262,9 juta ton. Negara tetangga
seperti Filipina berada di posisi tiga dengan produksi sampah ke laut sebesar 83,4 ton.2 Pada tahun
2015 jumlah peningkatan timbulan sampah di Indonesia telah mencapai 175.000 ton/hari atau setara
64 juta ton/tahun. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di beberapa kota di Indonesia tahun 2012,
pola pengelolaan sampah di Indonesia yaitu diangkut dan ditimbun di TPA (69%), dikubur (10%),
dibuat kompos dan didaur ulang (7%), dibakar (5%), dan sisanya tidak terkelola (7%).

Penelitian Krisnawati, 2012 menyatakan bahwa sampah yang dihasilkan mempunyai dampak
bagi semua aspek kehidupan. Dampak dari adanya sampah dapat mengganggu kesehatan. Sampah
yang ditempatkan di suatu kawasan atau tempat yang tidak memadai dapat dijadikan tempat
berkembangnya organisme pembawa penyakit (vektor penyakit), seperti contoh timbulnya penyakit
jamur, diare, kolera, demam berdarah. Selain itu juga dapat menimbulkan penyakit taenia serta
2
keracunan akibat adanya sampah. Selain berbahaya bagi kesehatan, ternyata sampah juga dapat
menyebabkan pencemaran bagi lingkungan.

Dari segi jumlah dan jenis, sampah menjadi masalah yang semakin hari semakin meningkat
sejalan dengan jumlah penduduk, tingkat aktivitas, pola kehidupan, tingkat sosial ekonomi, serta
kemajuan teknologi yang semakin bertambah. Salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan
lingkungan hidup yang sampai kini tetap menjadi masalah besar bagi bangsa Indonesia adalah
limbah plastik yang berbahaya dan sulit dikelola. Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun
untuk membuat sampah bekas kantong plastik yang banyak diminati oleh masyarakat itu benar-
benar terurai. Limbah plastik yang tidak bisa terurai oleh bakteri merupakan masalah yang serius
bagi pencemaran tanah. Alangkah baiknya jika limbah plastik tersebut dapat digunakan lagi dengan
mendaur ulang dan dijadikan produk baru. Manajemen pengelolaan sampah yang ada saat ini belum
berjalan efektif, masih banyak masyarakat yang membuang sampah tanpa memperhatikan
kategorinya.

Penanganan persampahan tidak terlepas dari upaya pembentukan kebiasaan baik di tengah
masyarakat. Kurangnya kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan atau ketidak
didsiplinan masyarakat dalam mematuhi aturan – aturan yang telah ditetapkan. Seperti tidak
mematuhi jadwal pengumpulan sampah, malas meletakkan sampah di tempat yang telah ditentukan,
dengan alasan jauh lalu pada akhirnya sungai, lahan kosong menjadi sasarnan kemalasan tersebut.
Lalu pertanyaannya, apakah seluruh masyarakat tidak menginginkan lingkungan tempat tinggal
yang bersih? Tentu tidak. Masyarakat mengelola sampah saat ini adalah dengan sistem kumpul
angkut buang karena memang inilah system pengelolaan sampah yang ada.

Sistem kumpul angkut buang tidak serta merta menyelesaikan masalah, justru menimbulkan
masalah-masalah baru. Sampah diangkut dari rumah warga, dikumpulkan di Tempat Penampungan
Sementara (TPS) yang telah ditetapkan lokasinya.Namun tidak sedikit yang terjadi muncul TPS liar
di sudut kampung, di lahan kosong tak bertuan, bahkan berenang di sungai hingga menyebabkan
terganggunya ekosistem perairan. Dari TPS, sampah-sampah yang transit tersebut juga
menimbulkan masalah baru bahkan sebelum tiba di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Muncul bau
yang tak sedap dan menyengat, aliran air lindi yang mengotori jalan, menjadi sumber penyakit dan
mengganggu habitat hewan lain dan merusak tatanan dan estetika daerah di sekitarnya.

Berdasarkan data statistik persampahan domestik Indonesia tahun 2018 total timbunan
sampah seluruh Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun hanya 38 Juta ton/tahun sampah yang masuk

3
ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). dari total jumlah penduduk 267 juta penduduk yang terlayani
hanya 162 juta penduduk atau sekitar 60 % (Statistik Persampahan Domestik Indonesia tahun
2018). Permasalahan persampahan yang sudah mengemuka secara nasional, secara umum
didominasi oleh wilayah perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan TPA (Tempat Pembuangan
Akhir)

Penanganan dan pengendalian akan menjadi semakin kompleks dan rumit dengan semakin
kompleksnya jenis maupun komposisi dari sampah sejalan dengan semakin majunya kebudayaan.
Komposisi sampah nasional tahun 2018 menunjukkan bahwa komposisi sampah rata-rata adalah
sampah organik sekitar 55 % ( Data Pengelolaan Sampah Kementrian lingkungan hidup dan
kehutanan 2018). Perkembangan kota yang pesat menyababakan bertambahnya jumlah penduduk
kota. Salah satudampak akibat laju pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya volume sampah
yang diproduksi (juli Soemirat Slamet, 2002).

Di dalam pengelolaan sampah Daerah, masalah utama kota atau kabupaten di Indonesia
adalah terbatasnya kemampuan pemerintah di daerah dalam menghadapi masalah pengumpulan dan
pembuangan sampah yang terus meningkat. Dari total jumlah penduduk Indonesia yaitu 267 juta
penduduk yang terlayani hanya 162 juta penduduk atau sekitar 60 % (Statistik Persampahan
Domestik Indonesia tahun 2018). Pada umumnya hanya sedikit sampah dapat dikumpulkan dan
dibuang dengan cara yang benar sehingga penanganan sampah di Indonesia sangat kurang dan
diperkirakan akan semakin memburuk pada masa mendatang akibat semakin bertambahnya volume
timbunan sampah dan juga keanekaragaman kandungan yang terdapat di dalamnya ( Sudradjat,
2007).

Penanganan persampahan tidak terlepas dari upaya pembentukan kebiasaan baik di tengah
masyarakat. Kurangnya kepedulian dan pengetahuan masyarakat dalam menjaga dan mengelola
sampah

Di Nusa Tenggara Barat total sampah yang dihasilkan dari 10 kabupaten/kota yang ada di
Nusa Tenggara Barat mencapai 3.388 ton per hari. Dari jumlah itu sebanyak 631 ton yang sampai
ke 10 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan baru 51 ton yang didaur ulang. Sekitar 80 persen atau
2.695 ton sampah belum terkelola dengan baik,” (Badan Statistik Provinsi NTB, 2018).

Di Nusa Tenggara Barat ada TPA Kebon Kongok seluas 8,41 hektare untuk Kota Mataram
dan Kabupaten Lombok Barat, TPA Pengengat seluas 10 hektare di Lombok Tengah, TPA Ijo Balit

4
dengan luas delapan hektare di Lombok Timur, TPA Jugil seluas 8 hektare di Lombok Utara dan
TPA Oi Mbo seluas tujuh hektare di Kota Bima. (Badan Statistik Provinsi NTB, 2018).

Lombok Tengah berada di urutan kedua dengan produksi sampah 645 ton per hari dengan
rincian sekitar 12 persen sampah masuk TPA dan 97 persen tidak terkelola.

Berdasarkan pengertian dari Ibu Rumah Tangga yaitu Wanita yang bekerja menjalankan atau
mengelola rumah keluarganya sehingga memiliki peran utama dalam keluarga dan masyarakat
untuk mendorong keberhasilan penanganan masalah sampah rumah tangga akan tetapi pada
kenyataannya ibu rumah tangga khusunya di desa jago masih suka membuang sampah
sembarangan. Hal itu memicu munculnya tempat-tempat sampah di pinggir jalan

Adapun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara Pengetahuan Ibu
Rumah Tangga tentang Pengelolaan Sampah dengan ketersediaan tempat pembuangan sampah
sementara di Desa Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah”. Tujuan Khusus adalah
Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah di Desa Jago,
Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah, Mengidentifikasi ketersediaan tempat pembuangan sampah
sementara di Desa Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah, Mengidentifikasi Hubungan tingkat
pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah dengan ketersediaan tempat
pembuangan sampah sementara di Desa Jago, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah.

METODE
Jenis penelitian ini adalah Analitik Observasional dengan pendekatan cross secsional dmana
data yang menyangkut variabel tingkat pengetahuan dengan ketersediaan tempat pembuangan
sampah sementara akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan

Sampel penelitian ini adalah sebagian yang diambil dari seluruh populasi objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah
tangga yang biasanya membuang sampah sehari-hari. Besar sampel pada penelitian ini ditentukan
dengan menggunakan rumus slovin :

N
n=
1 + N (e)2
Keterangan

n = Jumlah sampel

5
N = Jumlah populasi

e = Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengamblan sampel yang masih bisa


di toleril., e: (0,1)

Jadi jumlah sampel yang diambil sebanyak 95 ibu rumah tangga. Kemudian dilakukan
penentuan jumlah sampel pada masing-masing dusun dengan menentukan proporsinya. Teknik
pengambilan data dalam penelitian ini adalah : Observasi dan wawancara

Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti maka analisis data merupakan
suatu langkah penting dalam penelitian. Data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan
menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 12. Proses pengolahan data meliputi: editing,
coding, tabulating, entri

Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalis data. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis Univariat dan Analisa bivariat. Analisis
univariat digunakan untuk mendiskripsikan tiap-tiap variabel. Didalam penelitian ini analisis
digunakan untuk mendiskripsikan variabel tingkat pengetahuan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen. Untuk melihat kedua variabel penelitian tersebut digunakan uji Chi-square
dengan derajat kepercayaan 95% atau α=0,05. Apabila p lebih kecil dari α=0,05 (p<0,05) maka
akan ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dan variabel dependen, dan apabila
nilai p besar dari nilai α=0,05 (p>0,05) berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel
independen dan variabel dependen. (Sugiyono, 2007:231)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis data dari hasil pengukuran tingkat
pengetahuan ibu rumah tangga dan ketersediaan tempat pembuangan sampah sementara dan
ditemukan hasil sebagai berikut:

Hasil analisis univariat

Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan ibu rumah tangga

Pengetahuan Total
Responden
Frekuensi (orang) Prosentase (%)

6
Baik 23 24.2

Cukup 35 36.8

Kurang 37 38.9

Jumlah 95 100.0

Sumber: Data Penelitian


Tabel 5.4 Distribusi Ketersrdiaan tempat sampah

Penyediaan Tempat Total


Sampah
Frekuensi (orang) Prosentase
(%)

Tersedia 25 26.3

Tidak Tersedia 70 73.7

Jumlah 95 100.0

Sumber: Data Penelitian

Hasil analisis bivariat

Tabel 5.5 Hubungan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah
dengan ketersediaan tempat sampah sementara di Desa Jago Kec. Praya

Pengetahua Penyediaan tempat sampah α p value


n Tersedia Tidak Total
Tersedia
F % f % f %
Baik 1 20.0 4 4.2% 23 24,
9 % 2%
Cukup 6 6.3% 2 30.5 35 36. 0.00 0.00
9 % 8% 5 1
Kurang 0 0.00 3 38.9 37 38.
% 7 % 9%

7
Total 2 26.3 7 73.7 95 10
5 % 0 % 0%
Sumber: Data Penelitian

Pembahasan

Hasil analisis univariat yang dilakuka pada 95 ibu rumah tangga di Desa Jago
tangga yang memiliki pngetahuan baik sebanyak 23 orang (24.2%), yang memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 35 orang (36.8%), dan yang memiliki pengetahuan kurang
sebanyak 37 orang (38.9%) dan dari 19 soal pada kuesioner rata-rata ibu rumah tangga tidak
bisa menjawab pada nomor soal 10-13 dimana soal tersebut berkaitan tentang
kompos,pengaruh sampah terrhadap lingkungan dan syarat pembuangan akhir sampah.
Banyaknya pengetahuan rendah ibu rumah tangga di desa jago disebabkan oleh
factor Pendidikan.karena masyarakat yang berpendidikan rendah lebih banyak sebab
semakin redah jenjang pendiidkan seseorang maka pengetahuan yang mereka miliki lebih
rendah
Penelitian yang dilakukan Mutiara (2016) menyatakan bahwa pengetahuan manusia
dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun pengalaman pribadi, hal ini diartikan bahwa
pada tingkat pendidikan dengan jenjang tinggi maka pengetahuan mengenai pengelolaan
sampah akan lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang
menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pendidikan, informasi dan budaya. Selain itu juga diperkuat oleh Slamet (2010) bahwa dari
aspek pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka ia akan lebih mudah
dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal
baru tersebut.
a. Ketersedian tempat pembuangan sampah sementara ibu rumah tangga di Desa Jago
Hasil analisis univariat yang dilakuka pada 95 ibu rumah tangga di Desa Jago
menunjukan ketersediaan tempat sampah sementara di rumah 25 0rang (26,3%), dan
yang tidak 70 orang (73.7%)
Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya banyak
menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila dibuang dengan cara
ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan
manusia. Apabila dibakar akan menimbulkan pengotoran udara. Kebiasaan membuang
sampah disungai dapat mengakibatkan pendangkalan sehingga menimbulkan banjir.

8
Dengan demikian sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber
pencemar pada tanah, badan air dan udara.
Pengertian lain menyebutkan, sampah adalah semua benda atau produk sisa
dalam bentuk padat sebagai akibat aktivitas manusia, yang dianggap tidak bermanfaat
dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak berguna.
Sampah yang dihasilkan dari jasa boga pada umumnya berupa sampah organik yang
sangat baik untuk makanan maupun tempat berkembang biaknya serangga terutama lalat
dan tikus. Menurut Azwar (1990), syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan adalah
konstruksinya kuat, tidak mudah bocor, penting untuk mencegah berserakannya sampah.
Tempat sampah mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa sehingga
mudah dibuka, dikosongkan isisnya serta dibersihkan. Amat dianjurkan agar tutup
sampah ini dibuka atau ditutup tanpa mengotorkan tangan. Ukuran tempat sampah
sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu orang.
Rendahnya ketersediaan tempat sampah sementara ibu rumah tangga dipengaruhi
oleh beberapa factor yaitu tingkat penddikan yang rendah, kurangnya dukungan
pemerintah Desa dalam pengelolaan sampah dan pengadaan penyuluhan atau sosialisasi
tentang sampah dan pengelolaannya ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Desi
Natalia Marpaung (2021)
b. Hubungan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah dengan
ketersediaan tempan pembuangan sampah sementara di desa jago
Hasil analisis bivariat yang dilakukan pada 95 ibu rumah tangga yang memiliki
tingkat pengetahuan baik dan menyediakan tempat sampah dirumah sebanyak 19 0rang
(20.0%) dan yang tidak menyediakan tempat sampah sementar sebanyak 64 oreang
(4.2%), 95 ibu rumah tangga dengan tingkat pengetahuan cukup yang menyediakan
tempat sampah sementara sebanyak 6 orang (6,3%), dan yang tidak menyediakan tempat
sampah sebanyak 29 orang (30,5%). Sementara ibu rumah tangga dengan tingkat
pengetahuan kurang tidak ada yang menyediakan tempat sampah di rumah.
Berdasarkan hasi uji chi square di peroleh p Value 0,001 < α 0,05 menunjukkan
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang
pengelolaan sampah dengan ketersediaan tempat pembuangan sampah sementara
Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah rumah tangga dipengaruhi
oleh seberapa banyak informasi tentang cara dan manfaat mengelola sampah yang
diperoleh. Sebagian besar masyarakat di Desa jago kurang mendapat informasi baik
9
berupa sosialisasi maupun penyuluhan tentang pengelolaan sampah yang baik dan
ramah lingkungan, pengetahuan masyarakat tentang cara dan manfaat melakukan
pengelolaan sampah pun juga sangat kurang, sehingga menyebabkan kurangnya
kesadaran masyarakat atau ibu rumah tangga dalam melakukan pengelolaan sampah
salah satunya menyediakan tempat sampah di rumah sesuai dengan kriteria tempat
sampah.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
Tingkat pengetahuan ibu rumah tangga desa jago tentang pengelolaan sampah dari 95 ibu
rumah tangga yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan menyediakan tempat sampah dirumah
sebanyak 19 0rang (20.0%) dan yang tidak menyediakan tempat sampah sementara sebanyak 4
orang (4.2%), Ibu rumah tangga dengan tingkat pengetahuan cukup yang menyediakan tempat
sampah sementara sebanyak 6 orang (6,3%), dan yang tidak menyediakan tempat sampah sebanyak
29 orang (30,5%) dan Ibu rumah tangga dengan tingkat pengetahuan kurang yang tidak
menyediakan tempat sampah di rumah 37 orang (38.9%) dan yang menyediakan 0 orang (0.0%).
Dari 95 ibu rumah tangga di Desa Jago menunjukan ketersediaan tempat sampah sementara
di rumah 25 0rang (26,3%), dan yang tidak 70 orang (73.7%)
Terdapat hubungan yang bermakna tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang
pengelolaan sampah dengan penyedian tempat sampah sementra dengan nilai p value 0,001< α
0,05

10
DAFTAR PUSTAKA
Jambeck. 2015. Plastic waste inputs from land into the ocean. University of Georgia.

BPS,2018, statistik persampahan domestik Indonesia tahun 2018.Jakarta:Badan Pusat Statistik

Sudrajat, H. 2007. Mengelola Sampah Kota. Jakarta: Swadaya.

Juli Soemirat Slamet, 2002, Prinsip dasar Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta : Gajah Mada
University

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar (2002). Potensi Daur Ulang Persampahan. Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai