Anda di halaman 1dari 30

UBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG

PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN SIKAP MASYARAKAT DALAM


MEMILIH METODE PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA
PESANGGRAHAN KECAMATAN WONOKERTO KABUPATEN
PEKALONGAN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN SIKAP MASYARAKAT DALAM MEMILIH
METODE PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA PESANGGRAHAN KECAMATAN
WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN

Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah : RISET
Dosen Pengampu : Ns. Taadi, S.Kp, MH.Kes


Disusun oleh :
Andika Dwi Laksono
P17420310003



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sampai sekarang sampah masih menjadi permasalahan yang belum terpecahkan oleh
bangsa ini. Sampah menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan hidup di Indonesia. Bila tidak
dikelola dengan baik, beberapa tahun mendatang sekitar 250 Juta rakyat Indonesia akan hidup
bersama tumpukan sampah . Kementerian Lingkungan hidup mencatat rata-rata penduduk
Indonesia menghasilkan sekitar 2,5 liter sampah per hari atau 625 juta liter dari jumlah total
penduduk. Kondisi ini akan terus bertambah sesuai dengan kondisi lingkungannya.
http://www.tempo.co/read/news/2012/04/15/063397147/Indonesia-Hasilkan-625-Juta-Liter-
Sampah-Sehari.%20Download%20%2025%20Juli%202012
Menurut Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan,
Indonesia membutuhkan sekitar 122 tempat sampah sebesar Gelora Bung Karno (GBK) setiap
tahun untuk menampung sampah yang tidak terangkut.
Direktur Perumahan dan Pemukiman Bappenas Nugroho, mengatakan, volume sampah di
Indonesia sekitar 1 juta meter kubik setiap hari, namun baru 42% di antaranya yang terangkut
dan diolah dengan baik. Jadi, sampah yang tidak diangkut setiap harinya sekitar 348.000 meter
titik atau sekitar 300.000 ton.
http://www.suarapembaruan.com/home/setahun-volume-sampah-di-indonesia-setara-dengan-
122-gelora-bung-karno/21707
Sampah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktifitas manusia
maupun proses alam yang masih belum memiliki nilai ekonomi. Berdasarkan sumbernya,
sampah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sampah domestik dan sampah non
domestik. Sampah domestik memberikan kontribusi yang besar terhadap jumlah sampah yang
masuk ke TPA. Penghasil sampah domestik terbesar adalah rumah tangga, yang terdiri dari
sampah organik dan sampah anorganik. Dampak pencampuran antara sampah organik dan
sampah anorganik sangat berbahaya, oleh karena itu teknik pengelolaan sampah yang efektif,
ramah lingkungan dan kesehatan perlu digali mengingat peningkatan jumlah sampah berbanding
lurus dengan peningkatan jumlah penduduk.
(E. Colink, 1996)
Jumlah sampah yang terus meningkat di TPA selama ini kiranya dapat kita tinjau dari
sistem pengelolaan sampah. Adapun macam pengelolaan sampah ada banyak sekali, diantaranya
dengan dibakar, digunakan untuk kompos, makanan ternak, bahan bakar, dihanyutkan ke sungai,
ataupun dipendam. Bila dicermati, sebenarnya pengelolaan sampah saat ini belum menyelesaikan
masalah secara optimal. Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat hanya bertujuan
untuk mengurangi jumlah timbunan sampah tanpa memperhatikan aspek lingkungan dan
kesehatan.
Sedangkan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan selama ini hanya
dalam konteks pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat lain yang kemudian akan
menimbulkan dampak bagi lingkungan dan kesehatan di sekitar TPA, keadaan ini didukung pula
dengan sikap dan perilaku masyarakat yang masih mencampuradukkan antara sampah organik
dan sampah anorganik.
Di Desa Pesanggrahan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan, jenis sampah yang
dihasilkan sebagian besar adalah sampah rumah tangga yang terdiri dari sisa sayuran, makanan,
plastik, botol dan sisa-sisa kemasan. Pengelolaan sampah oleh masyarakat setempat yaitu :
dengan dibakar, pemendaman, dibuang ke sungai dan dibuang ke tempat pembuangan yang
dikelola oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Pekalongan.
Masyarakat Desa Pesanggrahan saat ini masih belum melaksanakan pemisahan antara
sampah organik dan sampah anorganik, hal ini dimungkinkan masyarakat masih belum memiliki
pengetahuan tentang pengelolaan sampah yang efektif, ramah lingkungan dan memberikan nilai
tambah pada sampah itu sendiri. Padahal salah satu alternatif pengelolaan sampah yang bisa
dilakukan oleh masyarakat adalah dengan melakukan pemilahan sampah, tetapi pemilahan
sampah merupakan perilaku yang baru dalam masyarakat oleh karena itu studi pengetahuan dan
sikap masyarakat perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengambarkan
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah, serta mencari hubungan antara
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu
Adakah Hubungan antara Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan sikap
masyarakat dalam memilih metode pengelolaan sampah Di Desa Pesanggrahan Kecamatan
Wonokerto Kabupaten Pekalongan ?.

C. TUJUAN
Sehubungan dengan masalah yang terdapat di atas, maka penelitian ini bertujuan :
1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui Hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah
dengan sikap masyarakat dalam memilih metode pengelolaan sampah Di Desa Pesanggrahan
Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengertian sampah
b. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang jenis sampah
c. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang sumber sampah
d. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang sifat sampah
e. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah
f. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat pengelolaan sampah
g. Mendapatkan gambaran Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat tentang pengelolaan sampah
dengan sikap masyarakat dalam memilih metode pengelolaan sampah Di Desa Pesanggrahan
Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. MANFAAT TEORITIS
Agar masyarakat dapat mengetahui cara pengelolaan sampah yang baik dengan berbagai macam metode,
sehingga menurunkan resiko terserang penyakit dari mikroorganisme yang hidup dan
berkembang biak di dalam sampah.
2. MANFAAT PRAKTIS
a. BAGI TENAGA KESEHATAN
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan masyarakat dalam
memilih metode pengelolaan sampah di desa Pesanggrahan Kecamatan Wonokerto Kabupaten
Pekalongan, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk pengembangan kembali
program selanjutnya.
b. BAGI INSTITUSI PENDIDIKAN
Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa tentang metode pengelolaan sampah yang baik
dengan berbagai metode.
c. BAGI MASYARAKAT UMUM
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan menambah
wawasan mengenai hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah
dengan sikap masyarakat dalam memilih metode pengelolaan sampah. Diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya ibu-ibu agar tidak membuang sampah
sembarangan karena akan menjadi tempat berkembang biak mikroorganisme yang dapat
menimbulkan berbagai penyakit.
d. BAGI PENELITI
Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman penelitian
tentang ilmu keperawatan khususnya di bidang ilmu kesehatan masyarakat mengenai cara pengelolaan
sampah yang baik.
e. BAGI PENELITI SELANJUTNYA
Dapat digunakan sebagai referensi atau kerangka acuan dalam penelitian selanjutnya.

E. SISTEMATIKA
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. PENGETAHUAN
a. PENGERTIAN PENGETAHUAN
Menurut istilah, Bloom dalam Subiyanto (1988) menyatakan bahwa pengetahuan adalah
hasil belajar kognitif yang mencakup hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
Sedangkan tingkat pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari hasil belajar terhadap suatu hal
baik dari buku, alam sekitar, orang lain atau pengalaman pribadi.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan
pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek yang tejadi melalui
panca indra manusia yakni penglihatan, pengindraan, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.
Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian persepsi terhadap suatu objek. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003) dalam buku Wawan dan Dewi (2011;
h. 11).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat
erat hubunganya dengan pendidikan, dimana diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuanya. Pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.
Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek
yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap yang makin positif terhadap objek tertentu.
Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmojo (2007), salah
satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman
sendiri (Wawan dan Dewi, 2011; h. 12).

b. TINGKATAN PENGETAHUAN
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam buku Wawan & Dewi (2011; h. 12), pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu diartikan sebagai suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek
yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini biasa diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapt
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan
sebagainya.
5) Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan dan menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden, kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lihat sesuai
dengan tingkatan-tingkatan diatas.

c. CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam buku Wawan dan Dewi (2011; h. 14), cara
memperoleh pengetahuan adalah:
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelumnya adanya
peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan ini tidak berhasil maka dicoba kemungkinan
yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik yang formal
atau informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, dan berbagai prinsip orang lain yang
menerima mempunyai yang dikemukakan oleh yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih
dahulu atau membuktikan kebenaranya baik berdasaraknn fakta empiris maupun penalaran
sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan
cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan suatu
permasalahan yang dihadapi masa lalu.
2) Cara modern untuk memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau yang lebih popular
atau disebut metodologi penelitian. Cara ini kemudian dikembangkan Deobold Van Daven yang
dikenal dengan penelitian ilmiah (Wawan dan Dewi, 2011; h.15):
Menurut Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulasi (objek).
b) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulasi atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai
timbul.
c) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya.
Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki
oleh stimulus.
e) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rongers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku
tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut (Wawan dan Dewi, 2011; h.16).

d. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN
Faktor Internal (Anwar S. 2007 : 30-33)
1) Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar tidak mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, pendidikan meliputi pembelajaran
keahlihan khusus, dan juga sesuatu yang tidak dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
2) Minat
Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, minat merupakan kekuatan diri dalam
diri sendiri untuk menambah pengetahuan.
3) Intelegensi
Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah pengetahuan intelegensi dimana seseorang
dapat bertindak secara tepat, cepat dan mudah dalam pengambilan keputusan, seseorang yang
mempunyai intelegensi yang rendah akan bertingkah laku lambat dalam mengambil keputusan.
Faktor Eksternal (Azwar, S : 2007 : 30-33)
1) Media Masa
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media masa yang dapat
pula mempengaruhi pengetahuan masyarakat.
2) Pengalaman
Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan paling dalam
akan menambah pengetahuan seseorang.
3) Sosial Budaya
Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan
moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan berevolusi dimuka bumi
ini sehingga hasil karya, karsa dan cipta dan masyarakat. Masyarakat kurang menyadari bahwa
kurang mengetahui beberapa tradisi dan sosial budaya yang bertentangan dari segi kesehatan
yang dimana hal ini tentunya berkaitan atau tidak terlepas dari suatu pendidikan.
4) Lingkungan
Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pengetahuan seseorang.
5) Penyuluhan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode penyuluhan, dan
pengetahuan bertambah seseorang akan berubah perilakunya.
6) Informasi
Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi penambah pengetahuan.
Pemberian informasi adalah untuk menggugah kesadaran ibu hamil terhadap suatu motivasi yang
berpengaruh terhadap pengetahuan.


e. KRITERIA PENGETAHUAN
Menurut Ari Kunto, (2005 : 342) Pengukuran pengetahuan dapat dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau
responden kedalam pengetahuan yang ingin atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan
tersebut diatas, sedangkan diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingaktan tersebut
diatas, sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat
dilakukan dengan kriteria, yaitu :
1) Tingkat pengetahuan baik jika jawaban responden dari kuesioner yang benar 76 100%.
2) Tingkat pengetahuan cukup jika jawaban responden dari kuesioner yang benar 56 75%.
3) Tingkat pengetahuan cukup jika jawaban responden dari kuesioner yang benar <56%.
2. SIKAP
a. PENGERTIAN SIKAP
Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmojo, 1997). Dapat disimpulkan bahwa sikap dapat
dilihat secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang ditutup.
Sikap secaranyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat reaksi emosional terhadap
stimulus sosial. Newcomb, salah seorang psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan suatu rekasi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka
atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek
dilingkungan tertentu terhadap suatu penghayatan terhadap objek.
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengan objek yang difikirkan (Purwanto, 1998). Jadi sikap senantiasa terarah terhadap
suatu hal, suatu objek, tidak ada sikap yang tanpa objek. Manusia dapat mempunyai sikap
terhadap bermacam-macam hal. Misalnya untuk seorang muslim atau yahudi sungguh-sungguh
daging babi adalah haram, tak disukai atau dianggap kotor. Mungkin juga seseorang bersikap
demikian, apabila dikatakan bahwa ia sedang memakan daging babi, ia akan memuntahkan
keluar.
b. CIRI-CIRI SIKAP
Menurut Purwanto, (1998) dalam buku Wawan & Dewi (2011; h. 34) cirI-ciri sikap
adalah sebagai berikut :
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu
dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis
seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
2) Sikap dapat berubah-ubah, oleh kerena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada
orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap
pada orang itu.
3) Sikap tidak dapat berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu
objek. Dengan katalain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan
suatu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4) Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetap dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal
tersebut.
Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan
sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
c. KOMPONEN SIKAP
Menurut Azwar (2011; h. 23) struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling
menunjang yaitu sebagai berikut :
1) Komponen Kognitif
Komponen kogitif merupakan representasi apa yang dipercayai individu pemilik sikap,
komponen kognitif berisi kepercayaan streotipe yang dimiliki setiap individu mengenai sesuatu
yang dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau
problem yang kontroversional.
2) Komponen Afektif
Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional
inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang
paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang
komponen afektif yang disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
3) Komponen Konoatif
Komponen konoatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap
yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungann untuk bertindak atau
bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang
dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam
bentuk tendensi perilaku,
d. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN SIKAP
Menurut Azwar (2011; h. 30) sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial
yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi
diantara individu yang satu dengan yang lainnya, terjadi hubungan timbal balik yang turut
mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat terhadap
objek psikologis yang dihadapinya.
Berikut ini berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah sebagai
berikut :
1) Pengalaman pribadi
Tanggapan merupakan salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan
dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek
psikologis. Middlebrook (1974) , mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali
dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek
tersebut.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan
kesan yang kuat. Karena sikap sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan
emosi, penghayatan akan pengalaman akan mendalam dan lebih lama membekas. Namun,
dinamika ini tidaklah sederhana dikarenakan suatu pengalaman tunggal jarang sekali dapat
menjadi tanpa dasar pembentukan sikap.
2) Pengaruh orang lain yang diangap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap kita. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain
di motivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut.
3) Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai
masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaan pulalah
yang memberikan corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok
masyarakat.
4) Media massa
Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara
langsung,namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak
kecil artinya.
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya mempunyai dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu.
6) Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi.
Terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
e. SIFAT SIKAP
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif menurut Purwanto,
(1998) dalam buku Wawan dan Dewi (2011; h. 34) yaitu sebagai berikut:
1) Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek
tertentu.
2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai
objek tertentu.
f. TINGKATAN SIKAP
Menurut Notoatmojo, (1996) dalam buku Wawan dan Dewi (2011; h. 33) sikap terdiri
dari berbagai tingkatan yaitu sebagai berikut :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atu salah adalah berarti orang itu
menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu tetangga atau
saudara untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu
bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah
mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun
mendapatkan tentangan dari mertua atau orang tua sendiri.
g. KARAKTERISTIK SIKAP
Menurut Azwar (2010; h. 88) sikap mempunyai karakteristik (dimensi). Berikut ini
adalah dimensi-dimensi tersebut :
1) Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah. Orang yang setuju, mendukung
atau memihak terhadap suatu objek sikap berarti memliki sikap yang arahnya positif sebaliknya
orang yag tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai sikap yang arahnya negatif.
2) Sikap memiliki keleluasaan, maksudnya kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek
sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik kan tetapi dapat pula
mencakup banyak aspek yang ada pada objek sikap.
3) Sikap memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang
dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap termaksud.
4) Sikap bersifat spontanitas, yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan
sikapnya secara spontan.
h. PENGUKURAN SIKAP
Menurut Azwar (2011; h. 88), pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai
pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan
sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap berisi atau mengatakan
hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimat hendaknya bersifat mendukung atau
memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable.
Sebaliknya pernyataan sikap mugkin pula dapat berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang
bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut un
favourable.
Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan
tidak favourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan
tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak
mendukung sama sekali obyek sikap (Azwar, 2011; h. 88).
Metode yang digunakan untuk mengukur sikap menurut Azwar (2011; h. 88) antara lain :
1) Observasi langsung
Observasi langsung adalah dengan memperhatikan langsung pada pelakunya.
2) Pernyataan langsung (direct question)
Ada kelamahannya yaitu bila orang akan mengungkapkan pendapat dan jawaban yang
sebenarnya secara terbuka hanya bila situasi dan kondisi memungkinkan.
3) Pengungkapan langsung
Metode penanyaan langsung adalah mengungkapkan langsung (direct assesment) secara tertulis
yang dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal maupun dengan item ganda.

i. SKALA SIKAP
Merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai obyek sikap. Dari responden
yang diberikan subyek penelitian akan disimpulkan ke arah sikap (Azwar, 2011; h. 95). Menurut
Hidayat (2007; h. 102) skala likert dapat digunakan dalam pengukuran sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada dimasyarakat atau dialaminya. Dalam
buku Hidayat (2007; h. 102) pengukuran sikap dalam skala likert diungkapkan melalui
pernyataan yang dijawab oleh responden dengan pilihan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak
setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Untuk pernyataan favorable nilai 3 untuk pernyataan sangat setuju (SS), nilai 2 untuk
pernyataan setuju (S), nilai 1 untuk tidak setuju (TS), dan nilai 0 untuk pernyataan sangat tidak
setuju (STS).
Sedangkan untuk pernyataan unfavorable nilai 0 untuk pernyataan sangat setuju (SS),
nilai 1 untuk pernyataan setuju (S), tidak setuju (TS) bernilai 2, dan nilai 3 untuk pernyataan
sangat tidak setuju (STS).

3. PENGELOLAAN SAMPAH
a. PENGERTIAN SAMPAH
Menurut kamus istilah lingkungan hidup, sampah mempunyai definisi sebagai bahan
yang tidak mempunyai nilai, bahan yang tidak berharga untuk maksud biasa, pemakaian bahan
rusak, barang yang cacat dalam pembuatan manufaktur, materi berkelebihan, atau bahan yang
ditolak.
Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang
berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Dari batasan diatas sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang karena
sudah tidak berguna.

b. JENIS SAMPAH
Sampah jika ditinjau dari segi jenisnya diantaranya yaitu:
1) Sampah yang dapat membusuk atau sampah basah (garbage).
Garbage adalah sampah yang mudah membusuk karena aktifitas mikroorganisme
pembusuk yang berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dsb.
2) Sampah yang tidak membusuk atau sampah kering (refuse).
Sampah jenis ini tidak dapat didegradasikan oleh mikroorganisme, dan penanganannya
membutuhkan teknik yang khusus. Contoh sampah jenis ini adalah kertas, plastik, dan kaca,
3) Sampah yang berupa debu atau abu (ashes).
Sampah jenis ini biasanya hasil dari proses pembakaran dari bahan yang mudah terbakar.
Ukuran sampah ini relatif kecil yaitu kurang dari 10 mikron dan dapat memasuki saluran
pernafasan.
4) Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan
Sampah jenis ini sering disebut sampah B3, dikatakan berbahaya karena berdasarkan
jumlahnya atau konsentrasinya atau karena sifat kimiawi atau fisika atau mikrobanya dapat :
a) Meningkatkan mortalitas dan mobilitas secara bermakna atau menyebabkan penyakit yang tidak
reversibel ataupun sakit berat tidak dapat pulih ataupun reversibel atau yang dapat pulih.
b) Berpotensi menimbulkan bahaya pada saat ini maupun dimasa yang akan datang terhadap
kesehatan atau lingkungan apabila tidak diolah, ditransport, disimpan dan dibuang dengan baik.
Sampah yang masuk dalam tipe ini tergolong sampah yang beresiko menimbulkan keracunan
baik manusia maupun fauna dan flora di lingkungan tersebut.
(Slamet, 1994).
Sedangkan Hadiwiyono, (1983) mengelompokkan sampah berdasarkan dua karakteristik, yaitu:
1) Kimia
a) Organik
Sampah yang sampah yang pada umumnya dapat membusuk, karena mengandung senyawa
organik atau sampah yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan pospor.
Contoh : makanan, buah-buahan dsb
b) Anorganik
Sampah yang umumnya tidak membusuk karena tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme,
misalnya logam, pecahan gelas, plastik dsb.
2) Fisika
a) Sampah basah (garbage)
Garbage tersusun dari sisa-sisa bahan-bahan organik yang mudah lapuk dan membusuk.
b) Sampah kering (rubbish)
Sampah kering dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu jenis logam seperti besi, seng,
aluminium dan jenis non logam seperti kertas dan plastik.
c) Sampah lembut (ashes)
Sampah lembut memiliki ciri khusus yaitu berupa partikel-partikel kecil yang ringan dan mudah
terbawa oleh angin. Contohnya : debu.
d) Sampah besar (bulkywaste)
Sampah jenis ini memiliki ukuran yang relatif lebih besar, contohnya sampah bekas mesin
kendaraan.
e) Sampah berbahaya (hazardous waste)
Sampah jenis ini terdiri dari :
Sampah patogen (biasanya sampah jenis ini berasal dari kegiatan medis)
Sampah beracun (contoh sampah sisa pestisida, insektisida, obat-obatan, sterofom)
Sampah ledakan, misiu, sisa bom dan lain-lain
Sampah radioaktif dan bahan-bahan nuklir.

c. SUMBER SAMPAH
Menurut Notoatmojo (2007), sumber sampah dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
1) Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic waste)
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah
dipakai dan dibuang, seperti : sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau yang belum,
bekas pembungkus berupa kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-
bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daun dari kebun atau taman.
2) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti : pasar, tempat-tempat hiburan, terminal
bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa : kertas, plastik, botol, daun dan
sebagainya.
3) Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan
dan sebagainya.umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah terbakar (rabbish).
4) Sampah yang berasal dari Jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari : kertas-kertas, kardus-
kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-
daunan dan sebagainya.
5) Sampah yang berasal dari Industri (industrial waste)
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan
industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya : sampah-sampah
pengepakan barang, logam, plastic, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya.
6) Sampah yang berasal dari Pertanian / perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan / pertanian, misalnya : jerami, sisa sayur mayor, batang
padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya.
7) Sampah yang berasal dari Pertambangan
Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha
pertambangan itu sendiri, misalnya : batu-batuan, tanah / cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran
(arang), dan sebagainya.
8) Sampah yang berasal dari Peternakan dan perikanan
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa : kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa
makanan, bangkai binatang, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Wibowo. Arianto dan Djajawinata. T. Darwin, (2007) membagi sampah
menjadi dua kelompok yaitu
1) Sampah domestik
Adalah sampah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia secara langsung, contohnya sampah
rumah tangga, pasar, sekolah dan sebagainya.
2) Sampah non domestic
Adalah sampah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia secara tidak langsung, contohnya sampah
pabrik, industri dan pertanian.

d. SIFAT SAMPAH
Berdasarkan sifat pokoknya, sampah dibagi menjadi dua yaitu :
1) Sampah yang bersifat Degradabel
Sampah dari jenis ini adalah yang mempunyai sifat secara alami dapat atau mudah diuraikan oleh
jasad hidup (khususnya mikroorganisme). Pada umumnya jenis sampah organik termasuk ke
dalam sampah yang bersifat degradabel.
2) Sampah yang bersifat Non degradable
Sampah jenis ini adalah sampah yang secara alami sukar atau sangat sulit diuraikan oleh jasad
renik. Pada umumnya sampah anorganik termasuk ke dalam kelompok sampah yang bersifat non
degradabel. Sebenarnya hampir semua sampah, baik sampah organic maupun anorganik dapat
diuraikan oleh mikroba. Misalnya kaca, besi, atau benda-benda anorganik lainnya dapat
diuraikan oleh jasad hidup. Hanya waktu yang dibutuhkan oleh penguraiannya ini lama atau
sangat lama.

e. PENGELOLAAN SAMPAH
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan
hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri patogen), dan juga binatang
serangga sebagai pemindah / penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola
dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat.
Pengelolaan sampah yang baik, bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk
keindahan lingkungan. Yang dimaksud pengelolaan sampah disini meliputi pengumpulan,
pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga
sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Tehnik-teknik
yang dapat digunakan untuk manajemen pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:
1) Penumpukan
Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun
dibiarkan membusuk menjadi bahan organik.
2) Pengkomposan
Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai
nilai ekonomi. Pengolahan sampah menjadi pupuk khususnya untuk sampah organik daun-
daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk dengan cara menimbun sampah
tersebut di tanah untuk jangka waktu tertentu hingga membusuk. Di daerah pedesaan hal ini
sudah biasa, sedangkan di daerah perkotaan hal ini perlu dibudidayakan. Apabila setiap rumah
tangga dibiasakan untuk memisahkan sampah organik dengan anorganik, kemudian sampah
organik diolah menjadi pupuk tanaman dapat dijual atau dipakai sendiri. Sedangkan sampah
anorganik dibuang, dan akan segera dipungut oleh para pemulung. Dengan demikian maka
masalah sampah akan berkurang.
3) Pembakaran
Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis.
4) Sanitary Landfill
Metode ini hampir sama dengan penumpukan, tetapi cekungan yang telah penuh terisi sampah
ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang sangat luas.
5) Pangan dan Makanan Ternak
Sampah yang berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum sepenuhnya rusak dapat
dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang dikembangbiakkan.
6) Landfill
Jenis pengelolaan sampah ini adalah membuang dan menumpuk sampah di tanah yang rendah
pada area yang terbuka.
7) Pulverisation
Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut lepas setelah dihancurkan
menjadi potongan-potongan kecil.
8) Open dumping
Open dumping adalah teknik atau metode pengelolaan sampah yang dilakukan di TPA hanya
dengan menumpuk sampah dihamparan tanah yang luas dan selanjutnya tidak dilakukan
pengelolaan khusus.
9) Incineration / Incinerator
Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara sederhana maupun modern
secara masal. Teknologi ini memungkinkan hasil energi pembakaran diubah menjadi energi
listrik.

f. MANFAAT PENGELOLAAN SAMPAH
Sampah apapun jenis dan sifatnya mengandung senyawa kimia yang diperlukan oleh manusia
secara langsung atau secara tidak langsung. Dalam hal ini yang penting sampai berapa jauh
manusia dapat menggunakan dan memanfaatkannya. Penggunaan dan pemanfaatan sampah
untuk manusia sudah sejak lama telah dilakukan, antara lain :
1) Pengisi tanah
Sudah bukan aneh lagi bila kota-kota besar sekarang tumbuh tempat-tempat pemukiman baru,
rumah toko, kompleks perbelanjaan baru yang asalnya dari rawa-rawa atau tempat tanah berair
lainnya atau bahkan dari tempat-tempat pembuangan sampah.
2) Sumber pupuk organik
Kompos adalah sejenis pupuk organik yang sangat dibutuhkan khususnya oleh petani sayuran.
Kompos banyak dibuat dari sampah, walaupun akhir-akhir ini kehadiran plastik merupakan
masalah yang belum sepenuhnya teratasi.
3) Sumber humus
Kehadiran senyawa organic dalam bentuk humus didalam tanah dapat mempertahankan sifat
fisik tanah, dengan sifat fisik yang baik, maka kemampuan tanah menyerap dan mempertahankan
air dapat terjadi dengan baik.
4) Media penanaman jamur
Sampah dapat juga digunakan sebagai media penanaman jamur, penggunaan media ini ternyata
telah memberikan hasil yang memuaskan. Misalnya, media jamur merang, jamur shitake, dan
jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada bahan organic pada kompos.
5) Penyubur plankton
Plankton adalah makanan utama ikan, yang biasanya terdiri dari hewan dan tanaman bersel
tunggal. Kolam ikan yang banyak planktonnya akan sangat subur. Suburnya plankton ini dapat
menyebabkan pertumbuhan yang cepat pula pada ikan-ikan yang dipelihara, misalnya di kolam-
kolam. Suburnya plankton karena pemasukan bahan-bahan organik dari sampah.
6) Bahan pembuat biogas
Salah satu manfaat sampah adalah membantu program hemat energi dan dalam pencarian sumber
energy baru. Mengingat bahwa sumber energi yang berbahan baku bahan bakar fosil merupakan
sumber daya alam yang terbatas. Oleh karena itu, sampah dapat dijadikan alternative untuk
keperluan tersebut.
7) Media produksi vitamin
Salah satu jenis mikroorganisme penghasil vitamin (vitamin B12) ternyata sangat subur
pertumbuhannya di dalam media yang dicampur dengan ekstrak sampah. Telah banyak lembaga
penelitian mencoba meneliti lebih lanjut peranan sampah sebagai bahan media pertumbuhan
jasad renik penghasil vitamin.
8) Bahan makanan ternak
Sampah sebagai bahan makanan ternak secara langsung (yang masih segar) dan melalui proses
fermentasi telah digunakan dimana-mana dengan hasil yang baik.



BAB III

A. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmojo, 2005; h. 69).
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari pengetahuan masyarakat tentang
pengelolaan sampah sebagai variabel independent (bebas) dan sikap masyarakat dalam memilih
metode pengelolaan sampah sebagai variabel dependent (terikat).

B. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel independent
Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependent (terikat) (Sugiono, 2009; h. 39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah.
2. Variabel dependent
Menurut Sugiono (2009; h. 39).) variabel dependent (variabel output/ kriteria/
konsekuen/endogen/terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Varibel terikat dalam penelitian ini adalah sikap masyarakat dalam
memilih metode pengelolaan sampah
C. DEFINISI OPERASIONAL
No variabel
Definisi
operasional
Parameter dan
Kategori
Alat Ukur
Skala
Pengukuran
1. Variabel
bebas
(independen
t) yaitu
pengetahuan
masyarakat
tentang
pengelolaan
sampah
Pengetahuan
masyarakat
terhadap
pengelolaan
sampah,
meliputi :
a. pengertian
sampah
b. jenis sampah
c. sumber sampah
d. sifat sampah
e. pengelolaan
Jawaban
kuesioner
diberi skor
dalam bentuk
angka,
Benar = 1
Salah = 0
Pembagian
kategori
pengetahuan
menggunakan
klasifikasi,
Kuesioner berisi
20 pernyataan,
15 pernyataan
positif dan 5
pernyataan
negatif).
Pernyataan
dengan 2 pilihan
jawaban yaitu
benar dan salah.
Jika responden
dapat menjawab
Skala
ordinal
sampah
f. manfaat
pengelolaan
sampah
yaitu:
a. Tingkat
pengetahuan
baik , bila
jawaban
benar dengan
skor 76 100
%
b. Tingkat
pengetahuan
cukup baik,
bila jawaban
benar dengan
skor 56 75
%
c. Tingkat
pengetahuan
kurang baik,
bila jawaban
benar dengan
skore < 56 %
dengan benar
diberi skor 1,
jika responden
menjawab salah
diberi skor 0.
2. Variabel
terikat
(dependent)
yaitu sikap
masyarakat
dalam
memilih
metode
pengelolaan
sampah
Sikap
masyarakat
terhadap
pengelolaan
sampah,
meliputi :
a. pengertian
sampah
b. jenis sampah
c. sumber sampah
d. sifat sampah
e. pengelolaan
sampah
f. manfaat
pengelolaan
sampah
Pembagian
kategori sikap
menggunakan
cut of point
berdasarkan
distribusi data
hasil
penelitian,
yaitu :
1. Sikap positif,
bila distribusi
data tidak
normal >
median bila
distribusi data
normal >
mean
2. Sikap negatif,
bila distribusi
data tidak
normal
median, bila
distribusi data
normal
mean
Kuesioner
tertutup yang
sebanyak 10
pernyataan.
Pernyataan
favourable
jawaban sangat
tidak setuju
(STS) diberi skor
0, tidak setuju
(TS) diberi skor
1, setuju (S)
diberi skor 2,
dan sangat setuju
(SS) diberi skor
3.
Pernyataan
unfavourable
jawaban sangat
tidak setuju
(STS) diberi skor
3, tidak setuju
(TS) diberi skor
2, setuju (S)
diberi skor 1 dan
Skala
ordinal

sangat setuju
(SS) diberi skor
0.

D. RUANG LINGKUP PENELITIAN
1. LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan.

2. WAKTU PENELITIAN
November - Desember 2012
no I II III IV V VI VII VII
penyusunan
proposal

Pengumpulan
data

Pengolahan
data

Presentasi
hasil


Keterangan :
Minggu I II : Penyusunan proposal
Minggu III VI : Pengumpulan data
Minggu V VI : Pengolahan data
Minggu VII VIII : Presentasi hasil

E. RANCANGAN PENELITIAN
1. JENIS / DESAIN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian ini
adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif correlation study.
Correlation study atau studi korelasi menurut Notoatmojo (2005; h. 142), merupakan
penelaah hubungan antara dua variabel pada satu situasi atau sekelompok objek. Hal ini
dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain..

2. POPULASI, SAMPLE DAN TEHNIK SAMPLING
a. POPULASI PENELITIAN
Populasi target
Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir penerapan hasil penelitian (Dahlan,
2008 & Sastroasmoro, 2008). Populasi target pada penelitian ini adalah masyarakat Desa
Pesanggrahan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan.
Populasi terjangkau
Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang dapat dijangkau oleh peneliti yang
dibatasi ruang dan waktu (Dahlan, 2008 & Sastroasmoro, 2008). Populasi terjangkau pada
penelitian ini adalah ibu-ibu Desa Pesanggrahan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan.
b. SAMPEL PENELITIAN
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2006; h. 122).
Menurut Arikunto (2006; h. 112), jika populasi kurang dari 100 maka sampel diambil
seluruhnya, dan apabila populasi lebih dari 100 maka dapat diambil sampel sebesar 10 15%
atau 20 25%.
Dalam penelitian ini akan diambil sampel sebesar 10% dari total populasi. Karena jumlah
populasi 426 orang, maka penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan rumus :
n = 10% x N = 10% x 426 = 42,6 dibulatkan menjadi 43.
Keterangan :
n = Sampel
N = Populasi
Dari rumus tersebut, dapat diambil hasil sampel yang akan diteliti yaitu sebanyak 43 responden.
Kriteria inklusi dan eksklusi :
Kriteria Inklusi
Ibu-ibu yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
Ibu-ibu yang tinggal di Desa Pesanggrahan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan.
Ibu-ibu yang sudah menikah dan berumur diatas 20-35 tahun
Berada ditempat pada saat dilakukan penelitian
Kriteria Eksklusi
Ibu-ibu yang sesuai dengan kriteria inklusi tetapi tidak hadir dalam penelitian atau sedang tidak
berada di wilayah tersebut.
Ibu yang mengisi kuesioner tidak lengkap.
c. TEKNIK SAMPLING
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya. (Notoatmodjo, 2002, hal. 88)
Pengambilan sampel ini dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
anggota populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen, sebagai contoh
bila populasinya homogen kemudian sampel diambil secara acak, maka akan didapatkan sampel
yang representatif . Pengambilannya dapat dilakukan lotere. (Hidayat, 2007).
Pada penelitian ini, setelah peneliti menentukan jumlah sampel yang diperlukan, peneliti
membagi wilayah Desa Pesanggrahan sesuai RW yang sudah ada sehingga memudahkan peneliti
dalam mengambil sampel di wilayah yang sudah ditentukan.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data menurut Setiawan (2010; h.111) berisi bagaimana data
diperoleh menggunakan alat ukur yang telah direncanakan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :.
a. Data primer yaitu dengan menggunakan kuesioner. Data ini diperoleh dengan cara peneliti
datang ke tempat penelitian dengan kuesioner untuk diisi oleh responden. Pada waktu yang telah
ditentukan peneliti melakukan penelitian untuk mengambil data primer dengan cara door to
door. Sebelumnya, peneliti telah membuat daftar nama-nama responden yang akan dituju
sebanyak 43 responden secara undi dari 426 orang, peneliti melakukan pendekatan dan memberi
lembar persetujuan kepada responden untuk ditandatangani dan memberikan penjelasan cara
mengisi kuesioner, kemudian mempersilahkan responden untuk mengisi kuesioner. Kuesioner
tersebut diisi ditempat dan langsung diambil / diminta kembali oleh peneliti untuk diolah.

G. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan dalam pengumpulan data
(Notoatmodjo, 2005; h. 48). Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner (pernyataan)
tentang pengetahuan tentang pengelolaan sampah dengan skala guttman dan sikap masyarakat
dalam memilih metode pengelolaan sampah dengan menggunakan skala likert.
Skala guttman dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan sesorang, dengan
memberi skor 1 bila jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah. Skala likert dapat digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang atau gejala atau masalah yang ada
didalam penelitian (Hidayat, 2007; h. 102). Pengukuran sikap dalam skala likert diungkapkan
melalui pernyataan yang dijawab oleh responden dengan pilihan sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup (closed ended
question) yaitu daftar pernyataan yang telah tersedia jawabannya. Kuesioner terdiri dari 2 bagian
yaitu :
a. Bagian pertama, terdiri dari pernyataan pengetahuan :
Skor pernyataan favourable pada item pengetahuan yaitu bernilai 1 untuk jawaban benar
dan bernilai 0 untuk jawaban salah. Sedangkan untuk pertanyaan unfavourable bernilai 1 untuk
jawaban salah dan bernilai 0 untuk jawaban benar.
b. Bagian kedua, terdiri dari pernyataan sikap :
Skor pernyataan favourable pada item sikap yaitu bernilai 3 untuk pernyataan sangat
setuju, nilai 2 untuk pernyataan setuju, nilai 1 untuk pernyataan tidak setuju, dan nilai 0 untuk
pertanyaan sangat tidak setuju. Sedangkan untuk pernyataan unfavourable jawaban sangat tidak
setuju (STS) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, setuju (S) diberi skor 1 dan sangat
setuju (SS) diberi skor 0.

H. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
1. PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data menurut Notoatmojo, (2003; h.186) adalah sebagai berikut :
1) Editing
Pada langkah ini peneliti mengumpulkan semua kuesioner yang telah diisi oleh responden
kemudian peneliti melakukan pemeriksaan pada setiap kuesioner yang sudah diisi oleh
responden secara keseluruhan, memeriksa kelengkapan jawaban yang diberikan oleh responden.
2) Coding
Pada langkah ini peneliti melakukan pengolahan data yaitu memindahkan data dari daftar
pertanyaan ke daftar diubah menjadi bentuk angka untuk mempermudah perhitungan
selanjutnya. Peneliti memberikan kode atau tanda pada setiap jawaban untuk mempermudah
dalam mengolah dan menganalisis data serta berpedoman pada definisi operasional. Kemudian
peneliti melakukan perhitungan pada setiap data sehingga diperoleh beberapa kriteria penilaian.
Proses coding pada penelitian ini dilakukan dengan cara manual yang kemudian dipindah ke
dalam komputer.
3) Tabulasi
Peneliti memindahkan data yang masuk atau data mentah ke dalam tabel yang sudah tersusun.
Melalui tabel ini maka dapat dilihat hasil dari penelitian yang dilakukan dengan sangat mudah.

2. ANALISA DATA
Analisa data penelitian merupakan media untuk menarik kesimpulan dari seperangkat data hasil
pengumpulan (Setiawan dkk, 2010; h. 123). Berikut ini adalah tahapan dari analisa data sebagai
berikut :
1) Analisa univariat
Analisa ini dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian, pada umumnya analisa ini hanya
menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmojo, 2005; h.188).
Analisa dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian yaitu pengetahuan masyarakat tentang
pengelolaan sampah sebagai variabel bebas dan sikap masyarakat dalam memilih metode
pengelolaan sampah sebagai variabel terikat. Analisa ini menghasilkan distribusi dan presentase
dari tiap variabel.
2) Analisa bivariat
Analisa dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spearman rho (Spearman Rank) karena variabel
yang dianalisis berskala ordinal dengan tingkat kemaknaan = 0,05.
Menurut Hidayat (2007; h.106) untuk mengukur keeratan hubungan dapat dilklasifikasikan
dengan korelasi (r
s
) yaitu sebagai berikut :
0,800-1,000 = sangat kuat
0,600-0,799 = kuat
0,400-0,599 = sedang
0,200-0,399 = lemah
0,000-0,199 = sangat lemah
Keputusan dari uji statistik Spearmans rank adalah :
1) Bila value , Ho ditolak, berarti data sampel mendukung adanya hubungan yang bermakna
(signifikan).
2) Bila value > , Ho gagal ditolak, berarti data sampel tidak mendukung adanya hubungan yang
bermakna (signifikan)

I. ETIKA PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian, peneliti menentukan masalah etika yang meliputi :
a. Informed Concent
Lembar persetujuan disampaikan kepada calon responden. Peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian, jika subjek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan.
Jika subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati
haknya.
b. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar
check list, tetapi cukup dengan inisial saja.
c. Confidentially (kerahasiaan)Kerahasiaan informasi responden oleh peneliti hanya kelompok data
tertentu yang akasn disajikan sebagai hasil riset.







Vbzj g oisghtejofjoig hsvdxfn eiioqhrhcijOP

Anda mungkin juga menyukai