MEMILIH METODE PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA PESANGGRAHAN KECAMATAN WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN SIKAP MASYARAKAT DALAM MEMILIH METODE PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA PESANGGRAHAN KECAMATAN WONOKERTO KABUPATEN PEKALONGAN
Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah : RISET Dosen Pengampu : Ns. Taadi, S.Kp, MH.Kes
Disusun oleh : Andika Dwi Laksono P17420310003
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN 2012
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Sampai sekarang sampah masih menjadi permasalahan yang belum terpecahkan oleh bangsa ini. Sampah menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan hidup di Indonesia. Bila tidak dikelola dengan baik, beberapa tahun mendatang sekitar 250 Juta rakyat Indonesia akan hidup bersama tumpukan sampah . Kementerian Lingkungan hidup mencatat rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan sekitar 2,5 liter sampah per hari atau 625 juta liter dari jumlah total penduduk. Kondisi ini akan terus bertambah sesuai dengan kondisi lingkungannya. http://www.tempo.co/read/news/2012/04/15/063397147/Indonesia-Hasilkan-625-Juta-Liter- Sampah-Sehari.%20Download%20%2025%20Juli%202012 Menurut Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan, Indonesia membutuhkan sekitar 122 tempat sampah sebesar Gelora Bung Karno (GBK) setiap tahun untuk menampung sampah yang tidak terangkut. Direktur Perumahan dan Pemukiman Bappenas Nugroho, mengatakan, volume sampah di Indonesia sekitar 1 juta meter kubik setiap hari, namun baru 42% di antaranya yang terangkut dan diolah dengan baik. Jadi, sampah yang tidak diangkut setiap harinya sekitar 348.000 meter titik atau sekitar 300.000 ton. http://www.suarapembaruan.com/home/setahun-volume-sampah-di-indonesia-setara-dengan- 122-gelora-bung-karno/21707 Sampah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktifitas manusia maupun proses alam yang masih belum memiliki nilai ekonomi. Berdasarkan sumbernya, sampah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sampah domestik dan sampah non domestik. Sampah domestik memberikan kontribusi yang besar terhadap jumlah sampah yang masuk ke TPA. Penghasil sampah domestik terbesar adalah rumah tangga, yang terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik. Dampak pencampuran antara sampah organik dan sampah anorganik sangat berbahaya, oleh karena itu teknik pengelolaan sampah yang efektif, ramah lingkungan dan kesehatan perlu digali mengingat peningkatan jumlah sampah berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penduduk. (E. Colink, 1996) Jumlah sampah yang terus meningkat di TPA selama ini kiranya dapat kita tinjau dari sistem pengelolaan sampah. Adapun macam pengelolaan sampah ada banyak sekali, diantaranya dengan dibakar, digunakan untuk kompos, makanan ternak, bahan bakar, dihanyutkan ke sungai, ataupun dipendam. Bila dicermati, sebenarnya pengelolaan sampah saat ini belum menyelesaikan masalah secara optimal. Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat hanya bertujuan untuk mengurangi jumlah timbunan sampah tanpa memperhatikan aspek lingkungan dan kesehatan. Sedangkan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan selama ini hanya dalam konteks pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat lain yang kemudian akan menimbulkan dampak bagi lingkungan dan kesehatan di sekitar TPA, keadaan ini didukung pula dengan sikap dan perilaku masyarakat yang masih mencampuradukkan antara sampah organik dan sampah anorganik. Di Desa Pesanggrahan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan, jenis sampah yang dihasilkan sebagian besar adalah sampah rumah tangga yang terdiri dari sisa sayuran, makanan, plastik, botol dan sisa-sisa kemasan. Pengelolaan sampah oleh masyarakat setempat yaitu : dengan dibakar, pemendaman, dibuang ke sungai dan dibuang ke tempat pembuangan yang dikelola oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Pekalongan. Masyarakat Desa Pesanggrahan saat ini masih belum melaksanakan pemisahan antara sampah organik dan sampah anorganik, hal ini dimungkinkan masyarakat masih belum memiliki pengetahuan tentang pengelolaan sampah yang efektif, ramah lingkungan dan memberikan nilai tambah pada sampah itu sendiri. Padahal salah satu alternatif pengelolaan sampah yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah dengan melakukan pemilahan sampah, tetapi pemilahan sampah merupakan perilaku yang baru dalam masyarakat oleh karena itu studi pengetahuan dan sikap masyarakat perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengambarkan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah, serta mencari hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu Adakah Hubungan antara Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan sikap masyarakat dalam memilih metode pengelolaan sampah Di Desa Pesanggrahan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan ?.
C. TUJUAN Sehubungan dengan masalah yang terdapat di atas, maka penelitian ini bertujuan : 1. TUJUAN UMUM Untuk mengetahui Hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan sikap masyarakat dalam memilih metode pengelolaan sampah Di Desa Pesanggrahan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. 2. TUJUAN KHUSUS a. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengertian sampah b. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang jenis sampah c. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang sumber sampah d. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang sifat sampah e. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah f. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat pengelolaan sampah g. Mendapatkan gambaran Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan sikap masyarakat dalam memilih metode pengelolaan sampah Di Desa Pesanggrahan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. MANFAAT TEORITIS Agar masyarakat dapat mengetahui cara pengelolaan sampah yang baik dengan berbagai macam metode, sehingga menurunkan resiko terserang penyakit dari mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak di dalam sampah. 2. MANFAAT PRAKTIS a. BAGI TENAGA KESEHATAN Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan masyarakat dalam memilih metode pengelolaan sampah di desa Pesanggrahan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk pengembangan kembali program selanjutnya. b. BAGI INSTITUSI PENDIDIKAN Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa tentang metode pengelolaan sampah yang baik dengan berbagai metode. c. BAGI MASYARAKAT UMUM Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan menambah wawasan mengenai hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan sikap masyarakat dalam memilih metode pengelolaan sampah. Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya ibu-ibu agar tidak membuang sampah sembarangan karena akan menjadi tempat berkembang biak mikroorganisme yang dapat menimbulkan berbagai penyakit. d. BAGI PENELITI Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman penelitian tentang ilmu keperawatan khususnya di bidang ilmu kesehatan masyarakat mengenai cara pengelolaan sampah yang baik. e. BAGI PENELITI SELANJUTNYA Dapat digunakan sebagai referensi atau kerangka acuan dalam penelitian selanjutnya.
E. SISTEMATIKA BAB I : PENDAHULUAN BAB II : TINJAUAN PUSTAKA BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI 1. PENGETAHUAN a. PENGERTIAN PENGETAHUAN Menurut istilah, Bloom dalam Subiyanto (1988) menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil belajar kognitif yang mencakup hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Sedangkan tingkat pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari hasil belajar terhadap suatu hal baik dari buku, alam sekitar, orang lain atau pengalaman pribadi. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek yang tejadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pengindraan, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap suatu objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003) dalam buku Wawan dan Dewi (2011; h. 11). Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan pendidikan, dimana diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuanya. Pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap yang makin positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmojo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan dan Dewi, 2011; h. 12).
b. TINGKATAN PENGETAHUAN Menurut Notoatmodjo (2003) dalam buku Wawan & Dewi (2011; h. 12), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu : 1) Tahu (know) Tahu adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2) Memahami (Comprehention) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini biasa diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi objek ke dalam komponen- komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapt menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya. 5) Sintesis (syntesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan dan menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden, kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lihat sesuai dengan tingkatan-tingkatan diatas.
c. CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN Menurut Notoatmodjo (2003) dalam buku Wawan dan Dewi (2011; h. 14), cara memperoleh pengetahuan adalah: 1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a) Cara coba salah (Trial and Error) Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelumnya adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan ini tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. b) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik yang formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenaranya baik berdasaraknn fakta empiris maupun penalaran sendiri. c) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi masa lalu. 2) Cara modern untuk memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau yang lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini kemudian dikembangkan Deobold Van Daven yang dikenal dengan penelitian ilmiah (Wawan dan Dewi, 2011; h.15): Menurut Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek). b) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulasi atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. c) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rongers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut (Wawan dan Dewi, 2011; h.16).
d. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN Faktor Internal (Anwar S. 2007 : 30-33) 1) Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar tidak mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, pendidikan meliputi pembelajaran keahlihan khusus, dan juga sesuatu yang tidak dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. 2) Minat Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, minat merupakan kekuatan diri dalam diri sendiri untuk menambah pengetahuan. 3) Intelegensi Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah pengetahuan intelegensi dimana seseorang dapat bertindak secara tepat, cepat dan mudah dalam pengambilan keputusan, seseorang yang mempunyai intelegensi yang rendah akan bertingkah laku lambat dalam mengambil keputusan. Faktor Eksternal (Azwar, S : 2007 : 30-33) 1) Media Masa Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media masa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan masyarakat. 2) Pengalaman Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan paling dalam akan menambah pengetahuan seseorang. 3) Sosial Budaya Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan berevolusi dimuka bumi ini sehingga hasil karya, karsa dan cipta dan masyarakat. Masyarakat kurang menyadari bahwa kurang mengetahui beberapa tradisi dan sosial budaya yang bertentangan dari segi kesehatan yang dimana hal ini tentunya berkaitan atau tidak terlepas dari suatu pendidikan. 4) Lingkungan Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan seseorang. 5) Penyuluhan Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode penyuluhan, dan pengetahuan bertambah seseorang akan berubah perilakunya. 6) Informasi Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi penambah pengetahuan. Pemberian informasi adalah untuk menggugah kesadaran ibu hamil terhadap suatu motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan.
e. KRITERIA PENGETAHUAN Menurut Ari Kunto, (2005 : 342) Pengukuran pengetahuan dapat dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden kedalam pengetahuan yang ingin atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan tersebut diatas, sedangkan diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingaktan tersebut diatas, sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan kriteria, yaitu : 1) Tingkat pengetahuan baik jika jawaban responden dari kuesioner yang benar 76 100%. 2) Tingkat pengetahuan cukup jika jawaban responden dari kuesioner yang benar 56 75%. 3) Tingkat pengetahuan cukup jika jawaban responden dari kuesioner yang benar <56%. 2. SIKAP a. PENGERTIAN SIKAP Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmojo, 1997). Dapat disimpulkan bahwa sikap dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang ditutup. Sikap secaranyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat reaksi emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan suatu rekasi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu terhadap suatu penghayatan terhadap objek. Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek yang difikirkan (Purwanto, 1998). Jadi sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal, suatu objek, tidak ada sikap yang tanpa objek. Manusia dapat mempunyai sikap terhadap bermacam-macam hal. Misalnya untuk seorang muslim atau yahudi sungguh-sungguh daging babi adalah haram, tak disukai atau dianggap kotor. Mungkin juga seseorang bersikap demikian, apabila dikatakan bahwa ia sedang memakan daging babi, ia akan memuntahkan keluar. b. CIRI-CIRI SIKAP Menurut Purwanto, (1998) dalam buku Wawan & Dewi (2011; h. 34) cirI-ciri sikap adalah sebagai berikut : 1) Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. 2) Sikap dapat berubah-ubah, oleh kerena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. 3) Sikap tidak dapat berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan katalain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu yang dapat dirumuskan dengan jelas. 4) Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetap dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. c. KOMPONEN SIKAP Menurut Azwar (2011; h. 23) struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu sebagai berikut : 1) Komponen Kognitif Komponen kogitif merupakan representasi apa yang dipercayai individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan streotipe yang dimiliki setiap individu mengenai sesuatu yang dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversional. 2) Komponen Afektif Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif yang disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. 3) Komponen Konoatif Komponen konoatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungann untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku, d. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN SIKAP Menurut Azwar (2011; h. 30) sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lainnya, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat terhadap objek psikologis yang dihadapinya. Berikut ini berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah sebagai berikut : 1) Pengalaman pribadi Tanggapan merupakan salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Middlebrook (1974) , mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena sikap sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan mendalam dan lebih lama membekas. Namun, dinamika ini tidaklah sederhana dikarenakan suatu pengalaman tunggal jarang sekali dapat menjadi tanpa dasar pembentukan sikap. 2) Pengaruh orang lain yang diangap penting Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain di motivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 3) Pengaruh kebudayaan Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaan pulalah yang memberikan corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat. 4) Media massa Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung,namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya. 5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya mempunyai dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. 6) Pengaruh faktor emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi. Terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. e. SIFAT SIKAP Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif menurut Purwanto, (1998) dalam buku Wawan dan Dewi (2011; h. 34) yaitu sebagai berikut: 1) Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu. 2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. f. TINGKATAN SIKAP Menurut Notoatmojo, (1996) dalam buku Wawan dan Dewi (2011; h. 33) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu sebagai berikut : 1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atu salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. 3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu tetangga atau saudara untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tentangan dari mertua atau orang tua sendiri. g. KARAKTERISTIK SIKAP Menurut Azwar (2010; h. 88) sikap mempunyai karakteristik (dimensi). Berikut ini adalah dimensi-dimensi tersebut : 1) Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap berarti memliki sikap yang arahnya positif sebaliknya orang yag tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai sikap yang arahnya negatif. 2) Sikap memiliki keleluasaan, maksudnya kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik kan tetapi dapat pula mencakup banyak aspek yang ada pada objek sikap. 3) Sikap memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap termaksud. 4) Sikap bersifat spontanitas, yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan. h. PENGUKURAN SIKAP Menurut Azwar (2011; h. 88), pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimat hendaknya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mugkin pula dapat berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut un favourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan tidak favourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap (Azwar, 2011; h. 88). Metode yang digunakan untuk mengukur sikap menurut Azwar (2011; h. 88) antara lain : 1) Observasi langsung Observasi langsung adalah dengan memperhatikan langsung pada pelakunya. 2) Pernyataan langsung (direct question) Ada kelamahannya yaitu bila orang akan mengungkapkan pendapat dan jawaban yang sebenarnya secara terbuka hanya bila situasi dan kondisi memungkinkan. 3) Pengungkapan langsung Metode penanyaan langsung adalah mengungkapkan langsung (direct assesment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal maupun dengan item ganda.
i. SKALA SIKAP Merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai obyek sikap. Dari responden yang diberikan subyek penelitian akan disimpulkan ke arah sikap (Azwar, 2011; h. 95). Menurut Hidayat (2007; h. 102) skala likert dapat digunakan dalam pengukuran sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada dimasyarakat atau dialaminya. Dalam buku Hidayat (2007; h. 102) pengukuran sikap dalam skala likert diungkapkan melalui pernyataan yang dijawab oleh responden dengan pilihan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan favorable nilai 3 untuk pernyataan sangat setuju (SS), nilai 2 untuk pernyataan setuju (S), nilai 1 untuk tidak setuju (TS), dan nilai 0 untuk pernyataan sangat tidak setuju (STS). Sedangkan untuk pernyataan unfavorable nilai 0 untuk pernyataan sangat setuju (SS), nilai 1 untuk pernyataan setuju (S), tidak setuju (TS) bernilai 2, dan nilai 3 untuk pernyataan sangat tidak setuju (STS).
3. PENGELOLAAN SAMPAH a. PENGERTIAN SAMPAH Menurut kamus istilah lingkungan hidup, sampah mempunyai definisi sebagai bahan yang tidak mempunyai nilai, bahan yang tidak berharga untuk maksud biasa, pemakaian bahan rusak, barang yang cacat dalam pembuatan manufaktur, materi berkelebihan, atau bahan yang ditolak. Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan diatas sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna.
b. JENIS SAMPAH Sampah jika ditinjau dari segi jenisnya diantaranya yaitu: 1) Sampah yang dapat membusuk atau sampah basah (garbage). Garbage adalah sampah yang mudah membusuk karena aktifitas mikroorganisme pembusuk yang berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dsb. 2) Sampah yang tidak membusuk atau sampah kering (refuse). Sampah jenis ini tidak dapat didegradasikan oleh mikroorganisme, dan penanganannya membutuhkan teknik yang khusus. Contoh sampah jenis ini adalah kertas, plastik, dan kaca, 3) Sampah yang berupa debu atau abu (ashes). Sampah jenis ini biasanya hasil dari proses pembakaran dari bahan yang mudah terbakar. Ukuran sampah ini relatif kecil yaitu kurang dari 10 mikron dan dapat memasuki saluran pernafasan. 4) Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan Sampah jenis ini sering disebut sampah B3, dikatakan berbahaya karena berdasarkan jumlahnya atau konsentrasinya atau karena sifat kimiawi atau fisika atau mikrobanya dapat : a) Meningkatkan mortalitas dan mobilitas secara bermakna atau menyebabkan penyakit yang tidak reversibel ataupun sakit berat tidak dapat pulih ataupun reversibel atau yang dapat pulih. b) Berpotensi menimbulkan bahaya pada saat ini maupun dimasa yang akan datang terhadap kesehatan atau lingkungan apabila tidak diolah, ditransport, disimpan dan dibuang dengan baik. Sampah yang masuk dalam tipe ini tergolong sampah yang beresiko menimbulkan keracunan baik manusia maupun fauna dan flora di lingkungan tersebut. (Slamet, 1994). Sedangkan Hadiwiyono, (1983) mengelompokkan sampah berdasarkan dua karakteristik, yaitu: 1) Kimia a) Organik Sampah yang sampah yang pada umumnya dapat membusuk, karena mengandung senyawa organik atau sampah yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan pospor. Contoh : makanan, buah-buahan dsb b) Anorganik Sampah yang umumnya tidak membusuk karena tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, misalnya logam, pecahan gelas, plastik dsb. 2) Fisika a) Sampah basah (garbage) Garbage tersusun dari sisa-sisa bahan-bahan organik yang mudah lapuk dan membusuk. b) Sampah kering (rubbish) Sampah kering dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu jenis logam seperti besi, seng, aluminium dan jenis non logam seperti kertas dan plastik. c) Sampah lembut (ashes) Sampah lembut memiliki ciri khusus yaitu berupa partikel-partikel kecil yang ringan dan mudah terbawa oleh angin. Contohnya : debu. d) Sampah besar (bulkywaste) Sampah jenis ini memiliki ukuran yang relatif lebih besar, contohnya sampah bekas mesin kendaraan. e) Sampah berbahaya (hazardous waste) Sampah jenis ini terdiri dari : Sampah patogen (biasanya sampah jenis ini berasal dari kegiatan medis) Sampah beracun (contoh sampah sisa pestisida, insektisida, obat-obatan, sterofom) Sampah ledakan, misiu, sisa bom dan lain-lain Sampah radioaktif dan bahan-bahan nuklir.
c. SUMBER SAMPAH Menurut Notoatmojo (2007), sumber sampah dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut : 1) Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic waste) Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti : sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau yang belum, bekas pembungkus berupa kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan- bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daun dari kebun atau taman. 2) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti : pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa : kertas, plastik, botol, daun dan sebagainya. 3) Sampah yang berasal dari perkantoran Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan sebagainya.umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah terbakar (rabbish). 4) Sampah yang berasal dari Jalan raya Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari : kertas-kertas, kardus- kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun- daunan dan sebagainya. 5) Sampah yang berasal dari Industri (industrial waste) Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastic, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya. 6) Sampah yang berasal dari Pertanian / perkebunan Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan / pertanian, misalnya : jerami, sisa sayur mayor, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah, dan sebagainya. 7) Sampah yang berasal dari Pertambangan Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya : batu-batuan, tanah / cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya. 8) Sampah yang berasal dari Peternakan dan perikanan Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa : kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai binatang, dan sebagainya. Sedangkan menurut Wibowo. Arianto dan Djajawinata. T. Darwin, (2007) membagi sampah menjadi dua kelompok yaitu 1) Sampah domestik Adalah sampah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia secara langsung, contohnya sampah rumah tangga, pasar, sekolah dan sebagainya. 2) Sampah non domestic Adalah sampah yang dihasilkan oleh kegiatan manusia secara tidak langsung, contohnya sampah pabrik, industri dan pertanian.
d. SIFAT SAMPAH Berdasarkan sifat pokoknya, sampah dibagi menjadi dua yaitu : 1) Sampah yang bersifat Degradabel Sampah dari jenis ini adalah yang mempunyai sifat secara alami dapat atau mudah diuraikan oleh jasad hidup (khususnya mikroorganisme). Pada umumnya jenis sampah organik termasuk ke dalam sampah yang bersifat degradabel. 2) Sampah yang bersifat Non degradable Sampah jenis ini adalah sampah yang secara alami sukar atau sangat sulit diuraikan oleh jasad renik. Pada umumnya sampah anorganik termasuk ke dalam kelompok sampah yang bersifat non degradabel. Sebenarnya hampir semua sampah, baik sampah organic maupun anorganik dapat diuraikan oleh mikroba. Misalnya kaca, besi, atau benda-benda anorganik lainnya dapat diuraikan oleh jasad hidup. Hanya waktu yang dibutuhkan oleh penguraiannya ini lama atau sangat lama.
e. PENGELOLAAN SAMPAH Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri patogen), dan juga binatang serangga sebagai pemindah / penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Yang dimaksud pengelolaan sampah disini meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Tehnik-teknik yang dapat digunakan untuk manajemen pengelolaan sampah adalah sebagai berikut: 1) Penumpukan Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. 2) Pengkomposan Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Pengolahan sampah menjadi pupuk khususnya untuk sampah organik daun- daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk dengan cara menimbun sampah tersebut di tanah untuk jangka waktu tertentu hingga membusuk. Di daerah pedesaan hal ini sudah biasa, sedangkan di daerah perkotaan hal ini perlu dibudidayakan. Apabila setiap rumah tangga dibiasakan untuk memisahkan sampah organik dengan anorganik, kemudian sampah organik diolah menjadi pupuk tanaman dapat dijual atau dipakai sendiri. Sedangkan sampah anorganik dibuang, dan akan segera dipungut oleh para pemulung. Dengan demikian maka masalah sampah akan berkurang. 3) Pembakaran Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. 4) Sanitary Landfill Metode ini hampir sama dengan penumpukan, tetapi cekungan yang telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang sangat luas. 5) Pangan dan Makanan Ternak Sampah yang berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum sepenuhnya rusak dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang dikembangbiakkan. 6) Landfill Jenis pengelolaan sampah ini adalah membuang dan menumpuk sampah di tanah yang rendah pada area yang terbuka. 7) Pulverisation Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut lepas setelah dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil. 8) Open dumping Open dumping adalah teknik atau metode pengelolaan sampah yang dilakukan di TPA hanya dengan menumpuk sampah dihamparan tanah yang luas dan selanjutnya tidak dilakukan pengelolaan khusus. 9) Incineration / Incinerator Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara sederhana maupun modern secara masal. Teknologi ini memungkinkan hasil energi pembakaran diubah menjadi energi listrik.
f. MANFAAT PENGELOLAAN SAMPAH Sampah apapun jenis dan sifatnya mengandung senyawa kimia yang diperlukan oleh manusia secara langsung atau secara tidak langsung. Dalam hal ini yang penting sampai berapa jauh manusia dapat menggunakan dan memanfaatkannya. Penggunaan dan pemanfaatan sampah untuk manusia sudah sejak lama telah dilakukan, antara lain : 1) Pengisi tanah Sudah bukan aneh lagi bila kota-kota besar sekarang tumbuh tempat-tempat pemukiman baru, rumah toko, kompleks perbelanjaan baru yang asalnya dari rawa-rawa atau tempat tanah berair lainnya atau bahkan dari tempat-tempat pembuangan sampah. 2) Sumber pupuk organik Kompos adalah sejenis pupuk organik yang sangat dibutuhkan khususnya oleh petani sayuran. Kompos banyak dibuat dari sampah, walaupun akhir-akhir ini kehadiran plastik merupakan masalah yang belum sepenuhnya teratasi. 3) Sumber humus Kehadiran senyawa organic dalam bentuk humus didalam tanah dapat mempertahankan sifat fisik tanah, dengan sifat fisik yang baik, maka kemampuan tanah menyerap dan mempertahankan air dapat terjadi dengan baik. 4) Media penanaman jamur Sampah dapat juga digunakan sebagai media penanaman jamur, penggunaan media ini ternyata telah memberikan hasil yang memuaskan. Misalnya, media jamur merang, jamur shitake, dan jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada bahan organic pada kompos. 5) Penyubur plankton Plankton adalah makanan utama ikan, yang biasanya terdiri dari hewan dan tanaman bersel tunggal. Kolam ikan yang banyak planktonnya akan sangat subur. Suburnya plankton ini dapat menyebabkan pertumbuhan yang cepat pula pada ikan-ikan yang dipelihara, misalnya di kolam- kolam. Suburnya plankton karena pemasukan bahan-bahan organik dari sampah. 6) Bahan pembuat biogas Salah satu manfaat sampah adalah membantu program hemat energi dan dalam pencarian sumber energy baru. Mengingat bahwa sumber energi yang berbahan baku bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang terbatas. Oleh karena itu, sampah dapat dijadikan alternative untuk keperluan tersebut. 7) Media produksi vitamin Salah satu jenis mikroorganisme penghasil vitamin (vitamin B12) ternyata sangat subur pertumbuhannya di dalam media yang dicampur dengan ekstrak sampah. Telah banyak lembaga penelitian mencoba meneliti lebih lanjut peranan sampah sebagai bahan media pertumbuhan jasad renik penghasil vitamin. 8) Bahan makanan ternak Sampah sebagai bahan makanan ternak secara langsung (yang masih segar) dan melalui proses fermentasi telah digunakan dimana-mana dengan hasil yang baik.
BAB III
A. KERANGKA KONSEP Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep- konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2005; h. 69). Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah sebagai variabel independent (bebas) dan sikap masyarakat dalam memilih metode pengelolaan sampah sebagai variabel dependent (terikat).
B. VARIABEL PENELITIAN 1. Variabel independent Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat) (Sugiono, 2009; h. 39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah. 2. Variabel dependent Menurut Sugiono (2009; h. 39).) variabel dependent (variabel output/ kriteria/ konsekuen/endogen/terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Varibel terikat dalam penelitian ini adalah sikap masyarakat dalam memilih metode pengelolaan sampah C. DEFINISI OPERASIONAL No variabel Definisi operasional Parameter dan Kategori Alat Ukur Skala Pengukuran 1. Variabel bebas (independen t) yaitu pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah Pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan sampah, meliputi : a. pengertian sampah b. jenis sampah c. sumber sampah d. sifat sampah e. pengelolaan Jawaban kuesioner diberi skor dalam bentuk angka, Benar = 1 Salah = 0 Pembagian kategori pengetahuan menggunakan klasifikasi, Kuesioner berisi 20 pernyataan, 15 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif). Pernyataan dengan 2 pilihan jawaban yaitu benar dan salah. Jika responden dapat menjawab Skala ordinal sampah f. manfaat pengelolaan sampah yaitu: a. Tingkat pengetahuan baik , bila jawaban benar dengan skor 76 100 % b. Tingkat pengetahuan cukup baik, bila jawaban benar dengan skor 56 75 % c. Tingkat pengetahuan kurang baik, bila jawaban benar dengan skore < 56 % dengan benar diberi skor 1, jika responden menjawab salah diberi skor 0. 2. Variabel terikat (dependent) yaitu sikap masyarakat dalam memilih metode pengelolaan sampah Sikap masyarakat terhadap pengelolaan sampah, meliputi : a. pengertian sampah b. jenis sampah c. sumber sampah d. sifat sampah e. pengelolaan sampah f. manfaat pengelolaan sampah Pembagian kategori sikap menggunakan cut of point berdasarkan distribusi data hasil penelitian, yaitu : 1. Sikap positif, bila distribusi data tidak normal > median bila distribusi data normal > mean 2. Sikap negatif, bila distribusi data tidak normal median, bila distribusi data normal mean Kuesioner tertutup yang sebanyak 10 pernyataan. Pernyataan favourable jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi skor 0, tidak setuju (TS) diberi skor 1, setuju (S) diberi skor 2, dan sangat setuju (SS) diberi skor 3. Pernyataan unfavourable jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, setuju (S) diberi skor 1 dan Skala ordinal
sangat setuju (SS) diberi skor 0.
D. RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan.
2. WAKTU PENELITIAN November - Desember 2012 no I II III IV V VI VII VII penyusunan proposal
Pengumpulan data
Pengolahan data
Presentasi hasil
Keterangan : Minggu I II : Penyusunan proposal Minggu III VI : Pengumpulan data Minggu V VI : Pengolahan data Minggu VII VIII : Presentasi hasil
E. RANCANGAN PENELITIAN 1. JENIS / DESAIN PENELITIAN Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif correlation study. Correlation study atau studi korelasi menurut Notoatmojo (2005; h. 142), merupakan penelaah hubungan antara dua variabel pada satu situasi atau sekelompok objek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain..
2. POPULASI, SAMPLE DAN TEHNIK SAMPLING a. POPULASI PENELITIAN Populasi target Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir penerapan hasil penelitian (Dahlan, 2008 & Sastroasmoro, 2008). Populasi target pada penelitian ini adalah masyarakat Desa Pesanggrahan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. Populasi terjangkau Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target yang dapat dijangkau oleh peneliti yang dibatasi ruang dan waktu (Dahlan, 2008 & Sastroasmoro, 2008). Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah ibu-ibu Desa Pesanggrahan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. b. SAMPEL PENELITIAN Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2006; h. 122). Menurut Arikunto (2006; h. 112), jika populasi kurang dari 100 maka sampel diambil seluruhnya, dan apabila populasi lebih dari 100 maka dapat diambil sampel sebesar 10 15% atau 20 25%. Dalam penelitian ini akan diambil sampel sebesar 10% dari total populasi. Karena jumlah populasi 426 orang, maka penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan rumus : n = 10% x N = 10% x 426 = 42,6 dibulatkan menjadi 43. Keterangan : n = Sampel N = Populasi Dari rumus tersebut, dapat diambil hasil sampel yang akan diteliti yaitu sebanyak 43 responden. Kriteria inklusi dan eksklusi : Kriteria Inklusi Ibu-ibu yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini Ibu-ibu yang tinggal di Desa Pesanggrahan Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. Ibu-ibu yang sudah menikah dan berumur diatas 20-35 tahun Berada ditempat pada saat dilakukan penelitian Kriteria Eksklusi Ibu-ibu yang sesuai dengan kriteria inklusi tetapi tidak hadir dalam penelitian atau sedang tidak berada di wilayah tersebut. Ibu yang mengisi kuesioner tidak lengkap. c. TEKNIK SAMPLING Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. (Notoatmodjo, 2002, hal. 88) Pengambilan sampel ini dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen, sebagai contoh bila populasinya homogen kemudian sampel diambil secara acak, maka akan didapatkan sampel yang representatif . Pengambilannya dapat dilakukan lotere. (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini, setelah peneliti menentukan jumlah sampel yang diperlukan, peneliti membagi wilayah Desa Pesanggrahan sesuai RW yang sudah ada sehingga memudahkan peneliti dalam mengambil sampel di wilayah yang sudah ditentukan.
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data menurut Setiawan (2010; h.111) berisi bagaimana data diperoleh menggunakan alat ukur yang telah direncanakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :. a. Data primer yaitu dengan menggunakan kuesioner. Data ini diperoleh dengan cara peneliti datang ke tempat penelitian dengan kuesioner untuk diisi oleh responden. Pada waktu yang telah ditentukan peneliti melakukan penelitian untuk mengambil data primer dengan cara door to door. Sebelumnya, peneliti telah membuat daftar nama-nama responden yang akan dituju sebanyak 43 responden secara undi dari 426 orang, peneliti melakukan pendekatan dan memberi lembar persetujuan kepada responden untuk ditandatangani dan memberikan penjelasan cara mengisi kuesioner, kemudian mempersilahkan responden untuk mengisi kuesioner. Kuesioner tersebut diisi ditempat dan langsung diambil / diminta kembali oleh peneliti untuk diolah.
G. INSTRUMEN PENELITIAN Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan dalam pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005; h. 48). Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner (pernyataan) tentang pengetahuan tentang pengelolaan sampah dengan skala guttman dan sikap masyarakat dalam memilih metode pengelolaan sampah dengan menggunakan skala likert. Skala guttman dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan sesorang, dengan memberi skor 1 bila jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah. Skala likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang atau gejala atau masalah yang ada didalam penelitian (Hidayat, 2007; h. 102). Pengukuran sikap dalam skala likert diungkapkan melalui pernyataan yang dijawab oleh responden dengan pilihan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup (closed ended question) yaitu daftar pernyataan yang telah tersedia jawabannya. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu : a. Bagian pertama, terdiri dari pernyataan pengetahuan : Skor pernyataan favourable pada item pengetahuan yaitu bernilai 1 untuk jawaban benar dan bernilai 0 untuk jawaban salah. Sedangkan untuk pertanyaan unfavourable bernilai 1 untuk jawaban salah dan bernilai 0 untuk jawaban benar. b. Bagian kedua, terdiri dari pernyataan sikap : Skor pernyataan favourable pada item sikap yaitu bernilai 3 untuk pernyataan sangat setuju, nilai 2 untuk pernyataan setuju, nilai 1 untuk pernyataan tidak setuju, dan nilai 0 untuk pertanyaan sangat tidak setuju. Sedangkan untuk pernyataan unfavourable jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, setuju (S) diberi skor 1 dan sangat setuju (SS) diberi skor 0.
H. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 1. PENGOLAHAN DATA Pengolahan data menurut Notoatmojo, (2003; h.186) adalah sebagai berikut : 1) Editing Pada langkah ini peneliti mengumpulkan semua kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian peneliti melakukan pemeriksaan pada setiap kuesioner yang sudah diisi oleh responden secara keseluruhan, memeriksa kelengkapan jawaban yang diberikan oleh responden. 2) Coding Pada langkah ini peneliti melakukan pengolahan data yaitu memindahkan data dari daftar pertanyaan ke daftar diubah menjadi bentuk angka untuk mempermudah perhitungan selanjutnya. Peneliti memberikan kode atau tanda pada setiap jawaban untuk mempermudah dalam mengolah dan menganalisis data serta berpedoman pada definisi operasional. Kemudian peneliti melakukan perhitungan pada setiap data sehingga diperoleh beberapa kriteria penilaian. Proses coding pada penelitian ini dilakukan dengan cara manual yang kemudian dipindah ke dalam komputer. 3) Tabulasi Peneliti memindahkan data yang masuk atau data mentah ke dalam tabel yang sudah tersusun. Melalui tabel ini maka dapat dilihat hasil dari penelitian yang dilakukan dengan sangat mudah.
2. ANALISA DATA Analisa data penelitian merupakan media untuk menarik kesimpulan dari seperangkat data hasil pengumpulan (Setiawan dkk, 2010; h. 123). Berikut ini adalah tahapan dari analisa data sebagai berikut : 1) Analisa univariat Analisa ini dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian, pada umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmojo, 2005; h.188). Analisa dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian yaitu pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah sebagai variabel bebas dan sikap masyarakat dalam memilih metode pengelolaan sampah sebagai variabel terikat. Analisa ini menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. 2) Analisa bivariat Analisa dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spearman rho (Spearman Rank) karena variabel yang dianalisis berskala ordinal dengan tingkat kemaknaan = 0,05. Menurut Hidayat (2007; h.106) untuk mengukur keeratan hubungan dapat dilklasifikasikan dengan korelasi (r s ) yaitu sebagai berikut : 0,800-1,000 = sangat kuat 0,600-0,799 = kuat 0,400-0,599 = sedang 0,200-0,399 = lemah 0,000-0,199 = sangat lemah Keputusan dari uji statistik Spearmans rank adalah : 1) Bila value , Ho ditolak, berarti data sampel mendukung adanya hubungan yang bermakna (signifikan). 2) Bila value > , Ho gagal ditolak, berarti data sampel tidak mendukung adanya hubungan yang bermakna (signifikan)
I. ETIKA PENELITIAN Dalam melakukan penelitian, peneliti menentukan masalah etika yang meliputi : a. Informed Concent Lembar persetujuan disampaikan kepada calon responden. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, jika subjek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. b. Anonimity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar check list, tetapi cukup dengan inisial saja. c. Confidentially (kerahasiaan)Kerahasiaan informasi responden oleh peneliti hanya kelompok data tertentu yang akasn disajikan sebagai hasil riset.