PEDULI LINGKUNGAN
DISUSUN OLEH :
Muhammad Gibran
DOSEN PENGAMPU :
UNIVERSITAS RIAU
PERIKANAN
2021
ETIKA TERHADAP LINGKUNGAN DAN LEMBAGA MASYARAKAT PEDULI
LINGKUNGAN
Muhammad Gibran
Mahasiswa Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Universitas Riau
Email : gibranmuhammad2003@gmail.com
Abstrak
Minimnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sekitar merupakan
masalah yang masih berkelanjutan hingga saat ini, dikarenakan kurangnya pengetahuan dan
infrastruktur penunjang dalam menjaga lingkungan, sehingga kepedulian terhadap
lingkungan sendiri sangat minim. Salah satu penyebab minimnya kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan yang sampai saat ini masih dilakukan yaitu membuang sampah tidak
pada tempatnya, sehingga hal semacam ini banyak pihak yang saling dirugikan. Masalah
seperti ini bukanlah tanggung jawab individual, melainkan tanggung jawab kolektif yang
melibatkan banyak pihak tanpa terkecuali bangsa ini. Setiap tindakan manusia didasari oleh
etika dan moral, tanpa terkecuali dalam memperlakukan lingkungan. Karena masalah ini akan
terus berlanjut jika kesadaran masyarakat akan peduli lingkungan masih minim. Di sini bisa
ditemukan beberapa pemahaman terhadap lingkungan sebagai upaya peningkatan sifat peduli
terhadap lingkungan.
Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung
dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia melakukan pengelolaan
sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika. Manusia modern menghadapi
alam hampir tanpa menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari
tanpa merasa bersalah.Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam
seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas
alam.Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang
mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia.
.
Kata Kunci : etika lingkungan, lembaga masyarakat peduli lingkungan, pengetahuan
Pendahuluan
Seiring dengan berkembangnya zaman, berkembang pula berbagai macam ilmu
pengetahuan, baik itu dari aspek teknologi atau pun kesehatan. Seperti dalam dunia teknologi
sudah banyak diciptakan ala-alat yang fungsinya untuk membantu dan mempermudah
manusia dalam dunia kesehatan, dan dunia perkantoran yang mana dalam hal ini sangat
minim sekali pekerjaan-pekerjaan yang tidak efektif. Namun dengan begitu masih banyak
masyarakat yang minim dengan pengetahuan tentang etika lingkungan terutama masyarakat
pedesaan dan masyarakat sekitar pantai. Yang menjadi problematik antar dua kelompok yaitu
pembuangan sampah. Sungaisungai di pedesaan dikelilingi oleh sampah, begitu juga pantai-
pantai di hiasi oleh sampah. Setiap satu rumah bisa menghasilkan ratusan sampah perhari dan
tempat penampungan sampah tidak cukup untuk menampung semuanya sehingga sungai dan
laut menjadi pelarian. Kurangnya ilmu pengetahuan tentang lingkungan dan dampak
pencemaran lingkungan inilah yang menjadi problematik kedua kelompok, sehingga perlu
adanya sosialisasi dari dinasdinas terkait, seperti dinas pendidikan, dinas kesehatan, dinas
kebersihan dan dinas lingkungan hidup, dinas sosial dan lain-lain, agar kondisi seperti ini
tidak berkelanjutan nantinya.
Upaya penanaman karakter peduli lingkungan bagi masyarakat sudah di tanamkan
sejak pendidikan dasar seperti dibimbing membuang sampang pada tempatnya, melaksanakan
piket harian di kelas, tetapi kurangnya praktek dalam lingkungan rumah menjadi pengaruh
terbesar dalam karakter seseorang tersebut dalam peduli dan melestarikan lingkungan sekitar.
Salah satu upaya manusia dalam rangka peduli terhadap lingkungan adalah dengan
membatasi perilaku manusia dalam setiap kegiatannya sesuai dengan isi yang dimuat dalam
Undang-Undang Lingkungan Hidup tersebut, sehingga antara manusia dan alam terjalin suatu
keseimbangan yang senantiasa tetap terjaga dan terlestarikan. Perilaku manusia yang
senantiasa peduli lingkungan, salah satu aspeknya, dapat diwujudkan dengan memelihara
halaman rumah, agar senantiasa dalam keadaan rapi dan bersih. Pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia menanamkan pembentukan karakter melalui
pendidikan sejak tahun 2010 termuat yang dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan
Karakter. Pendidikan karakter yang ditetapkan kementrian pendidikan yang berjumlah 18
nilai atau karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional. Nilai atau karakter tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Pendidikan lingkungan tidak hanya digunakan dalam arti sempit pengajaran atau
pembelajaran di sekolah formal atau universitas (Hilson, 2017). Perubahan perilaku
prolingkungan: yang dianggap sebagai tujuan jelas dari pendidikan lingkungan. Partisipasi
warga negara dalam pelatihan bagi masyarakat dapat digerakkan dengan penguatan
organisasi-organisasi relawan pecinta lingkungan hidup. Pemberdayaan masyarakat mengacu
pada nilai yang terkandung dalam Pancasila untuk lingkungan yang bersih, menjaga
lingkungan hidup dengan fasilitas yang modern. Partsipasi tersebut dengan pembekalan
demensi pengetahuan, keterampilan dan nilai karakter peduli lingkungan sehingga
tercapainya kepekaan melindungan lingkungan hidup. Pengertian yang lebih luas dalam
mendidik masyarakat dan terutama kaum muda dengan melalui media, keluarga, tempat
ibadah tentang pentingnya lingkungan. Peran masyarakat sangat diperlukan dalam
pengolahan lingkungan hidup menurut UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 pasal 70 ayat
1 adalah masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk
berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penggunaan sumber
daya secara optimal dapat mengurangi kerusakan alam. Pengembangan teknologi sangat
memerhatikan kepentingan menyeluruh antara manusia dengan keselamatan alam dan
lingkungan.
1. Etika lingkungan
Etika lingkungan memiliki pengertian pendalaman kesadaran individu maupun
kelompok baik berbagai lapisan sosial, profesi, mengenai norma moral yang
seharusnya mereka anut dalam menghadapi lingkungan. Kenyataan yang sering
ditemukan, sumber daya alam yang mestinya diperlakukan sebagai mempertahankan
fungsi ekosistem, justru diperlakukan sebagai musuh. Sebagian manusia tidak lagi
menjadi pendukung, melainkan justru menjadi perusak ekosistem, ironisnya
kebanyakan orang bersedia memandangnya sebagai bagian dari kegiatan
pembangunan. Sekarang dunia mulai disadarkan oleh timbulnya berbagai masalah
global berupa meningkatnya suhu bumi, datangnya banjir di banyak tempat pada
musim hujan, berkurangnya lahan pertanian, menipisnya deposit air tanah di
daerahdaerah padat penduduk, meningkatnya serangan penyakit saluran pemapasan,
meningkatnya persaingan mendapatkan lahan untuk permukiman, dan masih banyak
lagi masalah yang langsung ataupun tidak langsung diakibatkan oleh eksploitasi
sumber daya yang tldak terkendali.
Revolusi industri pada awal abad ke 19, merupakan fase kemajuan cara berpikir
manusia yang lebih memprioritaskan kemajuan ekonomi dengan membenarkan
eksploitasi sumber daya alam dimana akibatnya dapat menelantarkan keberadaan
ekosistem. Semenjak terjadinya revolusi tersebut, manusia berlomba menciptakan
mesin-mesin baru untuk menghasilkan produk yang diharapkan dapat dinikmati oleh
masyarakat dalam waktu yang sesingkat singkatnya. Perlombaan tersebut juga
melanda pertanian dan perkebunan melalui pembukaan lahan-lahan pertanian dan
perkebunan baru. Dengan bantuan mesin, hasil pertanian dan perkebunan dapat
ditingkatkan dan diolah lebih lanjut menjadi bahan yang sangat dibutuhkan manusia,
yaitu sandang dan pangan Perut bumi, juga tidak luput dari sasaran perlombaan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia. Eksploitasi sumber daya alam semakin parah
yang menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi sumber daya alam dan produksi
limbah. Pertambangan-pertambangan baru dibuka untuk mendapatkan kekayaan alam
yang terkandung di dalam bumi. Pertambanganpertambangan tersebut terasa lebih
dipercepat lagi dengan pertambahan jumlah penduduk yang menyebar memenuhi
planet bumi.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia berupa sandang, pangan, dan papan. maka
manusia memanfaatkan penemuan-penemuan baru ilmu pengetahuan dan tehnobgi
untuk mengeruk hasil kekayaan alam yang ada sebanyak banyaknya dan secepat-
cepatnya. Walaupun kekayaan alam cukup tersedia karena pengambilannya jauh lebih
cepat dari waktu yang diperlukan untuk terbentuknya kekayaan alam tersebut, maka
mustahil dalam waktu singkat kekayaan alam tersebut akan habis. Dalam keadaan
seperti ini manusia mulai berpikir tentang perlunya mempertahankan daya dukung
alam bagi kelangsungan hidup manusia. Perkembangan teknologi dan industri yang
pesat ini temyata membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak yang
bersifat positif maupun dampak yang bersifat negative.
"Selain sosial. Kita nanti dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Seperti yang
disampaikan pak Agus sebagai pegawas komunitas, yaitu bermitra dengan Bank
Sampah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan dan Bank Minyak Jelantah.
Selain itu, mungkin nanti ada juga kursus atau semacam pelatihan tentang
pengelolaan sampah yang kita buat yang bernilai ekonomis," jelas Edi Suherman.
"Pada prinsipnya yang menjadi tujuan utama dari Komunitas Anak Muda Peduli
Sampah Binawidya Bersih ini adalah bagaimana menciptakan ketahanan dan
perubahan lingkungan. Tentunya ketahanan lingkungan itu yang berhubungan
dengan aktivitas masyarakat," jelas Guswan.
"Sebagai contoh kegiatan yang dilakukan yang telah kami MoU kan adalah Bank
Sampah dari DLHK, kemudian Bank Minyak Jelantah dari perusahaan. Nanti
mereka (perusahaan) sebagai owner yang akan bekerjasama dengan komunitas.
Dan kami ini kami gerakkan ekonomi kreatif masyarakat sampai ke tingkat RW
dan RT," sambung salah seorang dosen Universitas Lancang Kuning ini.
"Pada prinsipnya untuk menciptakan ketahanan lingkungan ini, tentu ada yang
namanya program program kerja yang akan di bangun berdasarkan bidang kerja
mereka," ujarnya.
"Harapan kami pada tujuan umum atau tujuan utamanya adalah bagaimana
terciptanya ketahanan perubahan lingkungan di Binawidya khusunya dan Kota
Pekanbaru pada umumnya. Disini kami mencoba untuk melakukan semacam
penguatan organisasi dulu, agar organisasi kelembagaan komunitas itu efektif
untuk mencapai tujuan yang diinginkan," ucapnya.
Selain itu Forum ini mendorong segera adanya regulasi tentang diposit sampah
Rinjani serta memohon untuk difasilitasi oleh Balai TN Gunung Rinjani dalam
pertemuan berikutnya yang akan dilakukan dengan melibatkan beberapa
kelompok peduli lingkungan.
Kesimpulan
Kelembagaan lingkungan hidup saat ini sudah cukup berkembang dan kesadaran
berlingkungan juga meningkat dan meluas namun masih bersifat pasif karena hanya
berkembang di daerah-daerah tertentu. Penaatan hukum juga masih tetap lemah, sedangkan
instrumen alternatif untuk menjerat perusahaan yang merusakkan lingkungan hidup juga
tidak dapat dilaksanakan. Kepentingan-kepentingan lingkungan hidup hanya diperjuangkan
oleh kelompok kecil kelas menengah dengan hampir tanpa ada kekuatan politik. Oleh karena
itu, perlu pembenahan kelembagaan sehingga pengelolaan lingkungan hidup dapat
mempunyai kekuatan politik serta dapat tercipta mekanisme yang lebih menyuarakan aspirasi
masyarakat.
Daftar Pustaka
The World Bank (1994) Indonesia: Environment and Development, A World Bank Country
Study, Washington, D.C.
The World Bank (2002) World Development Report 2002: Building Institution:
Complement, Innovate, Connect, and Compete, Washington, D.C