Anda di halaman 1dari 13

ETIKA TERHADAP LINGKUNGAN DAN LEMBAGA MASYARAKAT

PEDULI LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH :

Muhammad Gibran

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Ir. Adriman, M.Si

UNIVERSITAS RIAU

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA

PERIKANAN

2021
ETIKA TERHADAP LINGKUNGAN DAN LEMBAGA MASYARAKAT PEDULI
LINGKUNGAN

Muhammad Gibran
Mahasiswa Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Universitas Riau
Email : gibranmuhammad2003@gmail.com

Abstrak
Minimnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sekitar merupakan
masalah yang masih berkelanjutan hingga saat ini, dikarenakan kurangnya pengetahuan dan
infrastruktur penunjang dalam menjaga lingkungan, sehingga kepedulian terhadap
lingkungan sendiri sangat minim. Salah satu penyebab minimnya kepedulian masyarakat
terhadap lingkungan yang sampai saat ini masih dilakukan yaitu membuang sampah tidak
pada tempatnya, sehingga hal semacam ini banyak pihak yang saling dirugikan. Masalah
seperti ini bukanlah tanggung jawab individual, melainkan tanggung jawab kolektif yang
melibatkan banyak pihak tanpa terkecuali bangsa ini. Setiap tindakan manusia didasari oleh
etika dan moral, tanpa terkecuali dalam memperlakukan lingkungan. Karena masalah ini akan
terus berlanjut jika kesadaran masyarakat akan peduli lingkungan masih minim. Di sini bisa
ditemukan beberapa pemahaman terhadap lingkungan sebagai upaya peningkatan sifat peduli
terhadap lingkungan.

Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat langsung
dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia melakukan pengelolaan
sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran etika. Manusia modern menghadapi
alam hampir tanpa menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari
tanpa merasa bersalah.Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam
seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas
alam.Pencemaran dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang
mempengaruhi kehidupan sehari-hari manusia.

.
Kata Kunci : etika lingkungan, lembaga masyarakat peduli lingkungan, pengetahuan
Pendahuluan
Seiring dengan berkembangnya zaman, berkembang pula berbagai macam ilmu
pengetahuan, baik itu dari aspek teknologi atau pun kesehatan. Seperti dalam dunia teknologi
sudah banyak diciptakan ala-alat yang fungsinya untuk membantu dan mempermudah
manusia dalam dunia kesehatan, dan dunia perkantoran yang mana dalam hal ini sangat
minim sekali pekerjaan-pekerjaan yang tidak efektif. Namun dengan begitu masih banyak
masyarakat yang minim dengan pengetahuan tentang etika lingkungan terutama masyarakat
pedesaan dan masyarakat sekitar pantai. Yang menjadi problematik antar dua kelompok yaitu
pembuangan sampah. Sungaisungai di pedesaan dikelilingi oleh sampah, begitu juga pantai-
pantai di hiasi oleh sampah. Setiap satu rumah bisa menghasilkan ratusan sampah perhari dan
tempat penampungan sampah tidak cukup untuk menampung semuanya sehingga sungai dan
laut menjadi pelarian. Kurangnya ilmu pengetahuan tentang lingkungan dan dampak
pencemaran lingkungan inilah yang menjadi problematik kedua kelompok, sehingga perlu
adanya sosialisasi dari dinasdinas terkait, seperti dinas pendidikan, dinas kesehatan, dinas
kebersihan dan dinas lingkungan hidup, dinas sosial dan lain-lain, agar kondisi seperti ini
tidak berkelanjutan nantinya.
Upaya penanaman karakter peduli lingkungan bagi masyarakat sudah di tanamkan
sejak pendidikan dasar seperti dibimbing membuang sampang pada tempatnya, melaksanakan
piket harian di kelas, tetapi kurangnya praktek dalam lingkungan rumah menjadi pengaruh
terbesar dalam karakter seseorang tersebut dalam peduli dan melestarikan lingkungan sekitar.
Salah satu upaya manusia dalam rangka peduli terhadap lingkungan adalah dengan
membatasi perilaku manusia dalam setiap kegiatannya sesuai dengan isi yang dimuat dalam
Undang-Undang Lingkungan Hidup tersebut, sehingga antara manusia dan alam terjalin suatu
keseimbangan yang senantiasa tetap terjaga dan terlestarikan. Perilaku manusia yang
senantiasa peduli lingkungan, salah satu aspeknya, dapat diwujudkan dengan memelihara
halaman rumah, agar senantiasa dalam keadaan rapi dan bersih. Pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia menanamkan pembentukan karakter melalui
pendidikan sejak tahun 2010 termuat yang dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan
Karakter. Pendidikan karakter yang ditetapkan kementrian pendidikan yang berjumlah 18
nilai atau karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional. Nilai atau karakter tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Pendidikan lingkungan tidak hanya digunakan dalam arti sempit pengajaran atau
pembelajaran di sekolah formal atau universitas (Hilson, 2017). Perubahan perilaku
prolingkungan: yang dianggap sebagai tujuan jelas dari pendidikan lingkungan. Partisipasi
warga negara dalam pelatihan bagi masyarakat dapat digerakkan dengan penguatan
organisasi-organisasi relawan pecinta lingkungan hidup. Pemberdayaan masyarakat mengacu
pada nilai yang terkandung dalam Pancasila untuk lingkungan yang bersih, menjaga
lingkungan hidup dengan fasilitas yang modern. Partsipasi tersebut dengan pembekalan
demensi pengetahuan, keterampilan dan nilai karakter peduli lingkungan sehingga
tercapainya kepekaan melindungan lingkungan hidup. Pengertian yang lebih luas dalam
mendidik masyarakat dan terutama kaum muda dengan melalui media, keluarga, tempat
ibadah tentang pentingnya lingkungan. Peran masyarakat sangat diperlukan dalam
pengolahan lingkungan hidup menurut UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 pasal 70 ayat
1 adalah masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk
berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penggunaan sumber
daya secara optimal dapat mengurangi kerusakan alam. Pengembangan teknologi sangat
memerhatikan kepentingan menyeluruh antara manusia dengan keselamatan alam dan
lingkungan.

1. Etika lingkungan
Etika lingkungan memiliki pengertian pendalaman kesadaran individu maupun
kelompok baik berbagai lapisan sosial, profesi, mengenai norma moral yang
seharusnya mereka anut dalam menghadapi lingkungan. Kenyataan yang sering
ditemukan, sumber daya alam yang mestinya diperlakukan sebagai mempertahankan
fungsi ekosistem, justru diperlakukan sebagai musuh. Sebagian manusia tidak lagi
menjadi pendukung, melainkan justru menjadi perusak ekosistem, ironisnya
kebanyakan orang bersedia memandangnya sebagai bagian dari kegiatan
pembangunan. Sekarang dunia mulai disadarkan oleh timbulnya berbagai masalah
global berupa meningkatnya suhu bumi, datangnya banjir di banyak tempat pada
musim hujan, berkurangnya lahan pertanian, menipisnya deposit air tanah di
daerahdaerah padat penduduk, meningkatnya serangan penyakit saluran pemapasan,
meningkatnya persaingan mendapatkan lahan untuk permukiman, dan masih banyak
lagi masalah yang langsung ataupun tidak langsung diakibatkan oleh eksploitasi
sumber daya yang tldak terkendali.
Revolusi industri pada awal abad ke 19, merupakan fase kemajuan cara berpikir
manusia yang lebih memprioritaskan kemajuan ekonomi dengan membenarkan
eksploitasi sumber daya alam dimana akibatnya dapat menelantarkan keberadaan
ekosistem. Semenjak terjadinya revolusi tersebut, manusia berlomba menciptakan
mesin-mesin baru untuk menghasilkan produk yang diharapkan dapat dinikmati oleh
masyarakat dalam waktu yang sesingkat singkatnya. Perlombaan tersebut juga
melanda pertanian dan perkebunan melalui pembukaan lahan-lahan pertanian dan
perkebunan baru. Dengan bantuan mesin, hasil pertanian dan perkebunan dapat
ditingkatkan dan diolah lebih lanjut menjadi bahan yang sangat dibutuhkan manusia,
yaitu sandang dan pangan Perut bumi, juga tidak luput dari sasaran perlombaan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia. Eksploitasi sumber daya alam semakin parah
yang menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi sumber daya alam dan produksi
limbah. Pertambangan-pertambangan baru dibuka untuk mendapatkan kekayaan alam
yang terkandung di dalam bumi. Pertambanganpertambangan tersebut terasa lebih
dipercepat lagi dengan pertambahan jumlah penduduk yang menyebar memenuhi
planet bumi.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia berupa sandang, pangan, dan papan. maka
manusia memanfaatkan penemuan-penemuan baru ilmu pengetahuan dan tehnobgi
untuk mengeruk hasil kekayaan alam yang ada sebanyak banyaknya dan secepat-
cepatnya. Walaupun kekayaan alam cukup tersedia karena pengambilannya jauh lebih
cepat dari waktu yang diperlukan untuk terbentuknya kekayaan alam tersebut, maka
mustahil dalam waktu singkat kekayaan alam tersebut akan habis. Dalam keadaan
seperti ini manusia mulai berpikir tentang perlunya mempertahankan daya dukung
alam bagi kelangsungan hidup manusia. Perkembangan teknologi dan industri yang
pesat ini temyata membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak yang
bersifat positif maupun dampak yang bersifat negative.

2. Karakter Peduli Lingkungan


Melalui pendidikan menjadi salah satu menumbuhkan kesadaran warga negara akan
tanggung jawab dalam menjaga lingkungan. Pengetahuan timbul dalam lingkungan
sehat positif dan negatif adan berdampak pada tindakan yang dilakukan warga negara.
Pembentukan karakter dan moralitas warga negara tidak bisa dilepaskan dalam
kehidupan seseorang. Karakter dapat ditafsirkan dalam kehidupan sehari-hari dengan
melakukam tindakan atau pola berfikir masyarakat. Manusia berkarakter memiliki
kepedulian terhadap lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Peduli lingkungan
menjadi penting dalam tumbuh kembangnya manusia. Peduli tidak hanya kepada
orang lain saja tapi juga peduli akan lingkungan sekitar. Samani dkk, menegaskan
bahwa: Karakter peduli digambarkan bahwa peduli adalah memperlakukan orang lain
dengan sopan, bertindak santun, toleran terhadap perbedaan, tidak suka menyakiti
orang lain, mau mendengar orang lain, mau berbagi, tidak merendahkan orang lain,
tidak mengambil keuntungan dari orang lain, mampu bekerja sama, mau terlibat
dalam kegiatan masyarakat, menyayangi manusia dan makhluk lain, setia, cinta damai
dalam menghadapi persoalan. Adapun nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang
menerapkan nilai-nilai Pancasila yang terdapat dalam Perpres No 87 Tahun 2017
tentang Penguatan Pendidikan Karakter meliputi nilai (1) Religius, (2) Jujur, (3)
Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9)
Rasa ingin tahu, (10) Semangat kebangsaan, (11) Cinta tanah air, (12) Menghargai
prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta damai, (15) Gemar membaca, (16)
Peduli lingkungan, (17) Peduli sosial dan (18) Tanggung jawab. Nilai karakter peduli
lingkungan berupa sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam sekitarnya, selain itu mengembangkan upayaupaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
Peduli lingkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Peduli lingkungan dalam
pendidikan kewarganegaraan terletak pada aspek karakter, yakni karakter perduli
lingkungan yang mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi . Kegiatan menumbuhkan karakter tersebut kita dapat mengadopsi konsep
karakter baik dari yang dimulai dari mengenalkanya tentang kebaikan serta kewajiban
warga negara terhadap lingkunganya (moral knowing), kemudian memberikan
contoh-contoh perilaku, atau dampakdampak mengenai masalah negara dengan
lingkungan agar masyarakat menginginkan kebaikan dari menjaga lingkungan (moral
feeling), dan memberikan kesempatan untuk dapat melakukan suatu tindakan menjaga
lingkungan (moral action) sebagai bentuk kewajiban warga negara dengan lingkungan
disekitarnya.
3. Sikap terhadap Lingkungan
Sikap adalah kecenderungan manusia untuk bertingkah laku terhadap suatu objek.
Sikap akan selalu diperhadapkan dengan objek. Objek dalam hal ini adalah pelestarian
lingkungan. Ketika seeorang berinteraksi dengan upaya pelestarian lingkungan,
apakah ia akan setuju atau tidak setuju terhadap pelestarian lingkungan. Dengan
demikian, didalam sikap tersebut akan tergambarkan komponenkomponen sikap,
yaitu kognitif,efektif dan konatif. Sikap seseorang terhadap upaya pelestarian
lingkungan , sudah barang tentu harus dilengkapi dengan pengetahuannya tentang
pelestarian lingkungan. Seseorang apabila akan melakukan evaluasi tentang
pelestarian lingkungan harus memiliki pengetahuan tentang pelestarian lingkungan,
sehingga ia dapat mengatakan baik atau buruk. Penilaian baik dan buruk dapat
merupakan pengetahuan, atau pengalamannya yang kemudian melakukan
pembandingan. Dengan adanya pengetahuan untuk melakukan evaluasi, maka ia
dapat memberikan penilaian yang baik.
Komponen afeksi atau perasaan dalam sikap cukup banyak memberikan warnanya
dalam hal seseorang di dalam hal menyatakan senang atau tidaknya terhadap
pelestarian lingkungan tentu akan memberikan evaluasi tersendiri. Aspek evaluasinya
dalam hal ini melibatkan perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau
tidak senang akan lebih kaya dalam menyatakan sikapnya apabila seseorang memiliki
pengalaman terhadap pelestarian lingkungan. Pengalaman yang menyenangkan dalam
pelestarian lingkungan akan menyatakan positif terhadap upaya pelestarian
lingkungan. Sedangkan komponen konatif atau tingkah laku, akan dinyatakan dalam
tindakan pro atau kontra terhadap upaya pelestarian lingkungan. Apabila dalam hal
motivasi sudah dapat membentuk kebutuhannya, maka tujuan terhadap tindakan
pelestarian lingkungan sudah jelas arahnya. Tetapi, apabila stimulasi lingkungan
belum dapat membentuk arah yang jelas, maka komponen tingkah laku ini pun belum
memiliki arah yang jelas. Oleh karna itu, komponen konatif ini terkait dengan
kemunculan motivasi seseorang.

4. Lembaga masyarakat peduli terhadap lingkungan


Pemerintah terus mengupayakan adanya keseimbangan antara pembangunan dengan
kelestarian lingkungan hidup. Salah satu upaya tersebut adalah dengan pembentukan
kelembagaan. Kelembagaan ini sangat penting sebagai alat untuk mengatur dan
mengendalikan para pelaku ekonomi di pasar. Efektivitas kelembagaan lingkungan
hidup dapat dilihat dari kinerja instansi pemerintah dan LSM, perangkat hukum dan
peraturan perundang-undangan, serta program-program yang dijalankan pemerintah
dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melaksanakan pembangunan
berkelanjutan. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut kelembagaan lingkungan
hidup di Indonesia.
Kelembagaan dapat dilihat dari instansi pemerintah dan LSM, perangkat hukum dan
peraturan perundang-undangan, serta program-program yang dijalankan pemerintah
dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melaksanakan pembangunan
berkelanjutan.
LSM adalah organisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan
sendiri, dan berminat serta bergerak dalam bidang kemasyarakatan tertentu, misalnya
lingkungan hidup. Berdasarkan Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup (KPLH), LSM berperan sebagai penunjang dalam pengelolaan lingkungan
hidup. Dalam menjalankan peran ini, LSM sebagai sarana untuk mengikutsertakan
sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam mencapai tujuan pengelolaan
lingkungan hidup. Dengan demikian, KPLH memberikan arti yang besar terhadap
peran LSM, baik sebagai pencetus gagasan, motivator, pemantau maupun penggerak
dan pelaksana berbagai kegiatan masyarakat di bidang pengelolaan lingkungan hidup.
Dewasa ini telah tercatat sebanyak 298 LSM yang bergerak di bidang pengelolaan
lingkungan hidup. LSM-LSM ini ada yang bergiat dalam bidang lingkungan hidup
yang spesifik, ada pula yang menangani banyak bidang. Penyebaran LSM tersebut
dapat dikatakan sudah merata ke seluruh pelosok tanah air. Hal ini menunjukkan
kepedulian masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan lingkungan hidup bagi
pembangunan berkelanjutan telah berkembang dan semakin meluas.

1. Komunitas Peduli Sampah Binawdya


Untuk mewujudkan ketahanan dan perubahan lingkungan yang bersih, Camat
Binawidya, Edi Suherman menggagas pembentukan Komunitas Anak Muda
Peduli Sampah Binawidya Bersih atau disingkat KAMPUS.  Selain Edi
Suherman, disebut pendiri komunitas lainnya yakni Azwan yang kini menjabat
sebagai Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Sekcam
Binawidya, dan Guswan sebagai pengawas di komunitas, yang juga merupakan
dosen di Universitas Lancang Kuning. Edi Suherman disela pertemuan dengan
jajaran pengurus KAMPUS Binawidya Bersih di Kantor Kecamatan Binawidya,
Jumat (10/9) siang menyampaikan, target kedepan yang akan dilakukan
pembentukan kepengurusan di tingkat kelurahan hingga RW dan RT.

"Target dari komunitas ini kedepannya yang harus dilaksanakan yaitu


pembentukan kepengurusan di tingkat kelurahan. Kemudian dilanjutkan ke tingkat
RW dan RT," sebut Edi Suherman.

Lanjutnya, yang menjadi penggerak komunitas nantinya adalah pemuda dan


pemudi di Kecamatan Binawidya khususnya.

"Selain sosial. Kita nanti dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Seperti yang
disampaikan pak Agus sebagai pegawas komunitas, yaitu bermitra dengan Bank
Sampah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan dan Bank Minyak Jelantah.
Selain itu, mungkin nanti ada juga kursus atau semacam pelatihan tentang
pengelolaan sampah yang kita buat yang bernilai ekonomis," jelas Edi Suherman.

Ditempat yang sama, Pengawas KAMPUS Binawidya Bersih, Guswan


memaparkan lebih jauh tujuan dari dibentuknya komunitas peduli sampah.

"Pada prinsipnya yang menjadi tujuan utama dari Komunitas Anak Muda Peduli
Sampah Binawidya Bersih ini adalah bagaimana menciptakan ketahanan dan
perubahan lingkungan. Tentunya ketahanan lingkungan itu yang berhubungan
dengan aktivitas masyarakat," jelas Guswan.

"Sebagai contoh kegiatan yang dilakukan yang telah kami MoU kan adalah Bank
Sampah dari DLHK, kemudian Bank Minyak Jelantah dari perusahaan. Nanti
mereka (perusahaan) sebagai owner yang akan bekerjasama dengan komunitas.
Dan kami ini kami gerakkan ekonomi kreatif masyarakat sampai ke tingkat RW
dan RT," sambung salah seorang dosen Universitas Lancang Kuning ini.

Ia juga menyampaikan beberapa bidang yang ada di komunitas, yang pertama


Bidang Ketahanan Lingkungan, Bidang Pengawasan dan Pengendalian, Bidang
Ketertiban, Bidang Hubungan Kerjasama, Bidang Administrasi Perlengkapan
Komunitas, serta Bidang Bimbingan dan Penyuluhan Masyarakat yang
berhubungan dengan persoalan lingkungan.

"Pada prinsipnya untuk menciptakan ketahanan lingkungan ini, tentu ada yang
namanya program program kerja yang akan di bangun berdasarkan bidang kerja
mereka," ujarnya.

Guswan berharap, ketahanan perubahan lingkungan di Kecamatan Binawidya


khusunya dan Kota Pekanbaru pada umumnya dapat terwujud dengan
terbentuknya komunitas peduli sampah.

"Harapan kami pada tujuan umum atau tujuan utamanya adalah bagaimana
terciptanya ketahanan perubahan lingkungan di Binawidya khusunya dan Kota
Pekanbaru pada umumnya. Disini kami mencoba untuk melakukan semacam
penguatan organisasi dulu, agar organisasi kelembagaan komunitas itu efektif
untuk mencapai tujuan yang diinginkan," ucapnya.

2.  Lembaga Swadaya Masyarakat Ikatan Pemuda Melayu Peduli Lingkungan


(LSM-IPMPL)
Kelompok masyarakat yang tergabung dalam LSM peduli lingkungan berupaya
untuk berinovasi dan kreasi, merupakan sebuah terobosan bagus. Meningat selama
ini, untuk penanganan abrasi pantai membutuhkan biaya cukup besar sehingga
butuh kolaborasi di level kabupaten, propinsi dan pemerintah pusat. Tentu Gubri
berharap ujicoba yang dilakukan kelompok masyarakat Muntai Barat bisa
berhasil, sehingga bisa menjadi referensi oleh pemerintah.
 Jika ujicoba pemecah gelombang dengan kearifan lokal ini berhasil, maka akan
sampaikan ke level pemerintah pusat. Meningat sebagaimana disampaikan oleh
penggagas, pemecah gelombang dengan metode gorong-gorong ini, biayanya jauh
lebih murah dibandingkan metode yang ada selama ini. sebelumnya di level
pemerintah pusat, tidak persoalan abrasi di Provinsi Riau, sehingga tidak masuk
dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional). Terkait
persoalan ini, dirinya sekuat tenaga menyampaikan persoalan abrasi ini ke
Kemenko Kemaritiman dan Investasi, akhirnya persoalan ini diakomodir dan
masuk dalam RPJMN.

3. Forum Masyarakat Peduli Rinjani (MPR)

 Pertemuan beberapa komunitas pecinta lingkungan dilaksanakan pada hari Rabu


tanggal 4 Oktober 2017 di Desa Sapit. Pertemuan dihadiri oleh KPLH Sembapala,
Sabda Alam Sembalun, Kader Konservasi Tngr, Forum Guide dan Porter, Sasak
Backpacker, Mountain Expedition Team, Rinjani Care NTB, STUK Rinjani,
Sahabat Pecinta Alam (SPA), PAS dan SPW II Balai TN Gunung Rinjani.

Komunitas pecinta lingkungan ini membentuk lembaga yang menaungi beberapa


komunitas yang ada sebagai wadah penyampaian aspirasi terkait Rinjani yaitu
Forum Masyarakat Peduli Rinjani (MPR). Forum ini menolak dengan tegas
pengklaiman, perambahan kawasan TN Gunung Rinjani dengan alasan apapun
serta menolak kegiatan ojek di jalur pendakian Rinjani dengan memberikan
alternatif lain seperti kuda,sepeda dll.

Selain itu Forum ini mendorong segera adanya regulasi tentang diposit sampah
Rinjani serta memohon untuk difasilitasi oleh Balai TN Gunung Rinjani dalam
pertemuan berikutnya yang akan dilakukan dengan melibatkan beberapa
kelompok peduli lingkungan.

Kesimpulan

Kelembagaan lingkungan hidup saat ini sudah cukup berkembang dan kesadaran
berlingkungan juga meningkat dan meluas namun masih bersifat pasif karena hanya
berkembang di daerah-daerah tertentu. Penaatan hukum juga masih tetap lemah, sedangkan
instrumen alternatif untuk menjerat perusahaan yang merusakkan lingkungan hidup juga
tidak dapat dilaksanakan. Kepentingan-kepentingan lingkungan hidup hanya diperjuangkan
oleh kelompok kecil kelas menengah dengan hampir tanpa ada kekuatan politik. Oleh karena
itu, perlu pembenahan kelembagaan sehingga pengelolaan lingkungan hidup dapat
mempunyai kekuatan politik serta dapat tercipta mekanisme yang lebih menyuarakan aspirasi
masyarakat.

Daftar Pustaka

BPS (2000) Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 1999, BPS, Jakarta.

Deliarnov (1997) Perkembangan Pemikiran Ekonomi, P.T. RajaGrafindo Persada, Jakarta.


Field, B.C. (1994) Environmental Economics: An Introduction, McGraw-Hill, Singapore.
Purwantari, B.I. (2000) Tudingan Perusak Lingkungan, Kompas, Minggu 17 Februari 2002,
hal 32.

Reksohadiprodjo, S. dan A.B.P. Brodjonegoro (1997) Ekonomi Lingkungan: Suatu


Pengantar, BPFE-Yogyakarta.
Suparmoko, M. (1989) Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Suatu Pendekatan
Teoritis, BPFE-Yogyakarta

The World Bank (1994) Indonesia: Environment and Development, A World Bank Country
Study, Washington, D.C.

The World Bank (2002) World Development Report 2002: Building Institution:
Complement, Innovate, Connect, and Compete, Washington, D.C

Anda mungkin juga menyukai