Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Disusun Oleh :

Nama : Amirah Ahmad


Nim : 230104501009
Kelas : Fisika Sains

Prodi Fisika Sains


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Makassar
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahasiswa dapat di harapkan mengetahui tentang bagaimana keadaan
lingkungan masyarakat dan berkontribusi dalam mengatasi permasalahan
lingkungan di sekitarnya, sehingga wawasannya bertambah dan dapat
mengasah keahliannya masing-masing serta menambah pengalaman atau
mempertajam pengetahuannya. Selain itu, mahasiswa dapat berpikir secara
“lintas sektoral” dan generalis tentang masalah lingkungan, di mana masalah
lingkungan hidup merupakan salah satu mata kuliah umum . Oleh karena itu,
kami melakukan praktek lapangan dengan mata kuliah Pendidikan
Lingkungan Hidup di Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa,
Provinsi Sulawesi Selatan.
Malino termasuk salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang terkenal
akan tempat-tempat wisatanya. Pada daerah ini, terdapat banyak penginapan
dan perumahan yang disewakan, di mana hal itu menandakan bahwa malino
merupakan lokasi wisata yang diminati oleh banyak orang, baik itu lokal
maupun di luar daerah.
Dalam hal ini, sesuai dengan tujuan pembelajaran, dimana kami
melakukan studi lapangan yaitu untuk menganalisis perubahan-perubahan
lingkungan di malino kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, serta
menganalisis penyebab dan dampak dari perubahan lingkungan tersebut baik
itu terhadap masyarakat maupun organisme lain yang ada di sekitar daerah
tersebut.
Lingkungan akan mengalami perubahan baik dari segi positif maupun
dari segi negative. Dari segi positif pastinya akan memberikan konstribusi
yang bagus terhadap lingkungan atau dapat meningkatkan kualitas
lingkungan itu sendiri. Sedangkan dari segi negative akan menghasilkan
dampak berupa penurunan kualitas atau bahkan kerusakan lingkungan.
Masalah lingkungan tersebut dapat timbul dikarenakan pengaruh aktivitas

2
manusia yang menyebabkan lingkungan kurang sesuai lagi untuk
mendukung kehidupan manusia. Sebagai contoh di Indonesia, Indonesia
merupakan salah satu negara berpenduduk terbesar di dunia dimana setiap
tahunnya menimbulkan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Akibat
dari pertumbuhan penduduk yang pesat ini akan menimbulkan banyak
masalah peningkatan akan kebutuhan sandang, pangan, dan kebutuhan lahan
sebagai tempat pemukiman juga meningkat. Sedangkan pertumbuhan atau
penyediaan sandan dan papan juga terbatas. Disini akan terjadi
ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan kebutuhannya.
Seperti halnya di Indonesia tepatnya di daerah kabupaten Gowa Sulawesi
Selatan, yang mengalami peningkatan jumlah penduduk dibanding dengan
beberapa tahun yang lalu. Sehingga menghasilkan ketidakseimbangan antara
jumlah penduduk dengan lingkungan sekitarnya sehingga akan mengalami
perubahan lingkungan disekitar daerah tersebut. Oleh karena itu, melalui
paraktek lapangan ini, kita akan mengamati keadaan disekitar wilayah
tersebut untuk mengetahui bagaiamana kehidupan warga yang tinggal
dilingkungan tersebut.

B. Tujuan
Kegiatan praktek lapang Pengetahuan lingkungan bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat serta kondisi
fisik wilayah di kawasan Bendungan bili - bili
2. Untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat serta kondisi
fisik wilayah di kawasan Pertambangan Sirtu
3. Untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat serta kondisi
fisik wilayah di kawasan Wisata Pohon Pinus

C. Manfaat
Manfaat dari praktek lingkungan hidup:
1. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
sekitar.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi fisik suatu wilayah.

3
3. Dapat menambah wawasan mahasiswa tentang alam sekitar dan
masyarakat sekitarnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

4
A. Problematika Lingkungan
Permasalahan lingkungan saat ini menjadi isu global yang luas dibahas dan ramai
diperbincangkan (Pratiwi et al., 2019). Menurut Anonim (2012) permasalahan
lingkungan yang sedang terjadi dan perlu segera ditangani adalah perubahan iklim,
peningkatan gas rumah kaca, hilangnya keanekaragaman hayati, kelangkaan air, dan
polusi udara. Permasalahan lingkungan tersebut sebagian besar disebabkan oleh
manusia. Isu kerusakan lingkungan hidup seperti perubahan iklim yang kian dianggap
ancaman oleh negara-negara menjadi perbincangan hangat dalam studi Hubungan
Internasional di era kontemporer (Santoso et al., 2021). Kerusakan lingkungan timbul
akibat dari perubahan iklim, kepunahan sumber daya alam, sampai pada kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia (Nugroho,2018). Aspek lingkungan
alam mesti diperhatikan demi berkelanjutannya pembangunan. Alam yang rusak tidak
bisa lagi menyediakan tempat yang layak dan dukungan sumber daya (Santoso etal.,
2021).
1. Pengertian Linkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah seluruh faktor luar yang memengaruhi suatu
organisme; faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotic factor) atau
variabel-variabel yang tidak hidup (abiotic factor). 10 Dari hal inilah
kemudian terdapat dua komponen utama lingkungan, yaitu: a) Biotik:
Makhluk (organisme) hidup; dan b) Abiotik: Energi, bahan kimia, dan lain-
lain.25 Pada hakikatnya keseimbangan alam (balance of nature) menyatakan
bahwa bukan berarti ekosistem tidak berubah. Ekosistem itu sangat dinamis
dan tidak statis. Komunitas tumbuhan dan hewan yang terdapat dalam
beberapa ekosistem secara gradual selalu berubah karena adanya perubahan
komponen lingkungan fisiknya. Tumbuhan dan hewan dalam ekosistem juga
berubah karena adanya kebakaran, banjir, erosi, gempa bumi, pencemaran,
dan 25 Agoes Soegianto. Ilmu Lingkungan, Sarana Menuju Masyarakat
Berkelanjutan. Surabaya: Airlangga University Press, 2010, hlm. 1 26
perubahan iklim. Walaupun ekosistem selalu berubah, ia memunyai
kemampuan untuk kembali pada keadaan semula selama perubahan itu tidak
drastis.26
1. Permasalahan Lingkungan Hidup

5
Perkembangan kehidupan manusia mewujudkan semakin modern tingkat
kehidupan manusia, semakin besar kerusakan dari pencemaran lingkungan
hidup yang ditimbulkan. Disamping itu perkembangan kehidupan tersebut
juga menyebabkan makin menipisnya sumberdaya alam yang ada dibimi ini.
Masalah lingkungan hidup ini ada yang bersifat regional, dan global. Luas
besarnya masalah tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat besarnya masalah
(tim dosen, 2011:4).
Dalam modul pengantar pengelolaan lingkyungan ldikemukakan
permasalahan lingkungan global yakni:
a. kerusakan dan menipisnya sumber lingkungan global
b. kerusakan atmosfer yang berakibat pada perubahan iklim
c. kerusakan lapisan ozon
d. kerusakan dan menipisnya sumber daya hutan
e. menipisnya keanekaragaman hayati
f. pencemaran dan menipisnya sumber daya kelautan
B. Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam dan Lingkungan
1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya Terhadap Lingkungan
Di indonesia masalah pertambahan penduduk masih cukup
memperihatinkan, kalaupun berbagai upaya telah dilaksanakan oleh
pemerintah. Pada awal pelita I, penduduk Indonesia berjumlah sekitar 120
juta, dengan pertumbuhan rata-rata diatas 2,6%setahun kemudian
pertumbuhan tersebut telah dapat ditkan menjadi 2%, namun pertambahan
jumlah penduduk masih cukup besar. Akibat pertumbuhan penduduk yang
makin pesat tersebut akan menimbulkan banyak masalah. Masalah di bidang
kependudukan di Negara berkembang terdapat kecenderungan perpindahan
penduduk secara dramatis dari wilayah pedesaan kewilayah perkotaan (Tim
Dosen,2011:29).
2. Sumber Daya Alam dan Dampaknya Terhadap Lingkungan
Sumber daya alam merupakan unsure lingkungan alam, baik fisik
maupun hayati yang diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya
dan meningkatkan kesejahteraannya. Manusia dalam melaksanakan segala

6
kegiatannya selalu memanfaatkan sumber daya alam.
Strategi bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup
a. Sumber Daya Alam
Mengoptimalkan upaya konservasi, rehabilitasi dan penghematan
sumber daya pertambangan, energi dan air melalui sosialisasi
penghematan, kepedulian dan kesadaran masyarakat, meningkatkan
kerjasama antar unit/instansi terkait dalam pengelolaan dan penegakan
hukum.
b. Lingkungan Hidup
Meningkatkan partisipasi dan akuntabilitas masyarakat, swasta dan
pemerintah dalam mengatasi pencemaran lingkungan hidup dan
meningkatkan sistem pengelolaan lingkungan, menyediakan RTH di
permukiman padat dan kumuh sebagai ruang interaktif, mengikutsertakan
masyarakat dalam pengelolaan taman, serta penegakkan hukum yang tegas
dalam penanganan sumber pencemaran lingkungan.
c. Kebersihan
Meningkatkan partisipasi dan akuntabilitas masyarakat, swasta dan
pemerintah dalam penanganan masalah sampah, pelayanan dan fasilitas
kebersihan, menyediakan lokasi TPA baru, meningkatkan kemampuan
penanganan limbah B3, serta mengupayakan teknologi hemat lahan dalam
pengelolaan sampah.

C. Ekologi Sebagi Dasar Ilmu Lingkungan


1. Pengertian Ekologi
Ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Makhluk hidup dalam kasus
pertanian adalah tanaman, sedangkan lingkungannya dapat berupa air, tanah,
unsur hara, dan lain-lain. Kata ekologi sendiri berasal dari dua kata dalam
bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat
tinggal, sedangkan logos artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi semula ekologi
artinya “ilmu yang mempelajari organisme di tempat tinggalnya”. Umumnya

7
yang dimaksud dengan ekologi adalah “ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara organisme atau kelompok organisme dengan
lingkungannya”. Saat ini ekologi lebih dikenal sebagai ”ilmu yang
mempelajari struktur dan fungsi dari alam”. Bahkan ekologi dikenal sebagai
ilmu yang mempelajari rumah tangga makhluk hidup.
Kata ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernst Haeckel seorang ahli
biologi Jerman pada tahun 1866. Beberapa para pakar biologi pada abad ke 18
dan 19 juga telah mempelajari bidang-bidang yang kemudian termasuk dalam
ruang lingkup ekologi. Misalnya Anthony van Leeuwenhoek, yang terkenal
sebagai pioner penggunaan mikroskop, juga pioner dalam studi mengenai
rantai makanan dan regulasi populasi. Bahkan jauh sebelumnya, Hippocrates,
Aristoteles, dan para filosuf Yunani telah menulis beberapa materi yang
sekarang termasuk dalam bidang ekologi.
2. Ruang Lingkup Kajian Ekologi
Setiap ilmu memiliki batas-batas wilayah studi. Perlu dimaklumi bahwa
batas wilayah kerja suatu ilmu umumnya bertumpang tindih dengan batasbatas
wilayah kerja dari ilmu-ilmu lain. Sehubungan dengan itu maka sudah
selayaknya kalau kita ingin mengetahui juga batas wilayah kerja dari ilmu
ekologi. Untuk mempelajari gambaran yang cukup jelas tentang batas-batas
wilayah kerja dari ilmu ekologi dapat kiranya dipergunakan konsep model dari
Miller. Konsep tersebut beranggapan bahwa seluruh alam semesta merupakan
suatu ekosistem yang tersusun oleh berbagai komponen atau kesatuan. Dalam
suatu ekosistem satu atau sekelompok komponen tak dapat berdiri sendiri
terlepas dari kelompok kesatuan lain. Dalam hal ini kesatuan kelompok
komponen pertama akan merupakan satuan kelompok kedua, kesatuan
kelompok komponen kedua akan menyusun kesatuan kelompok ke tiga,
demikian seterusnya. Atas dasar pemikiran itu Miller menyusun konsep model
atas ekosistem alam semesta. \
Menurut Soerjani (1985), pembagian ekologi ada 4 yaitu:

8
a. Autekologi, mempelajari satu jenis organisme dan interaksinya dengan
lingkungan. Pembahasan pada aspek siklus hidup, adaptasi, sifat parasitic
dan lain-lain.
b. Sinekologi, mengkaji berbagai kelompok organism sebagai kesatuan yang
saling berinteraksi dalam satu daerah tertentu. Sering dikenal dengan
ekologi komunitas.
c. Pembagian ekologi berdasarkan habitat, kajian ekologi menuryt habitat
dimana organism hidup misalnya ekologi laut, ekologi padang rumput,
ekologi padang tropika, dan lain-lain.
d. Pembagian ekologi menurut taksonomi, kajian ekologi menurut taksa
organism, misalnya ekoologi tumbuhan, ekologi hewan, ekologi
mikroorganisme, dan lain-lain.
3. Hubungan Ekologi dengan Ilmu Lingkungan
Pada dasarnya ekologi adalah ilmu dasar untuk mempertanyakan,
menyelidiki dan memahami bagaimna alam bekerja, bagaimana keberadaan
makhluk hidup dalam setiap kehidupan, apa yang mereka perlukan dari
habitatnya untuk dapat melangsungkan kehidupan, bagiman mereka
mencukupi kebutuhannya, bagaimna mereka melakukan interaksi dengan
komponenlain dsan dengan spesies lain, bagiman individu dalam spesies dapat
beradaptasi, bagaiman makhluk hidup menghadapi keterbatasan dan harus
toleran terhadap berbagai perubahan, bagaiman individu dalm spesies
mengalami pertumbuhan sebagai bagian dari suatu populasi dan komunitas.
Semua ini berlangsung dalam satu proses yang mengikuti tatanan prinsip dan
ketentuan alam yang rumit tetapi cukup teratur yang dengan ekologi kita
mencoba memhaminya.(Soerjani,1987:2).
Dapat dikatakan bahwa ilmu lingkungan sebenarnya merupakan ilmu
terapan dari ekologi yang murni sifatnya, yakni bagaimana menerapkan
berbagai prinsip dan ketentuan ekologi itu, dalam kehidupan manusia, atau
ilmu yang mepelajari tentang bagaimana manusia harus menmpatkan dirinya
dalam ekosistem, dalam lingkungan hidupnya (Soerjani, 1987:3)

9
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan


1. Waktu Pelaksanaan
Hari : Sabtu-Minggu
Tanggal : 04-05 November 2023
Berangkat : Sabtu, 04 November 2023/ 09.00 wita
Kembali : Minggu, 05 November 2023/ 11.00 wita
2. Tempat Pelaksanaan
Praktik lapang dilaksanakan di lima titik di Kabupaten Gowa yaitu:
Titik 1 : Bendungan bili-bili
Titik 2 : Penambangan Sertu Malino
Titik 3 : Hutan Pinus Malino

10
B. Alasan Pemilihan Lokasi
Ada beberapa alasan pemilihan malino sebagai lokasi praktek lapang
diantaranya adalah daerah malino merupakan daerah dataran tinggi yang curah
hujan nya tinggi dan jaraknya cukup dekat dengan kota Makassar, selain itu
menurut beberapa penduduk yang telah tinggal di daerah tersebut telah terjadi
banyak perubahan bila dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir, faktor lain
yang menyebabkan permasalahan lingkungan ini semakin kompleks adalah di
daerah malino ini sudah di dominasi oleh pendatang yang membangun banyak
pemukiman, melihat kekompleksan masalah di daerah ini menjadikan alasan bagi
mahasiswa yang ingin meneliti tentang lingkungan.
Daerah yang berada diatas pegunungan ini, merupakan pemasok utama
tanaman holtikultura ke Kota Makassar dan sekitarnya, bahkan hasil dari
perkebunan ini sebagian sudah banyak yang di ekspor kebeberapa negara di asing.
Keadaan geografis di Kecamatan Tinggimoncong memang memiliki keindahan
dan kekhasannya tersendiri. Sehinnga menjadikan alasan untuk kedatangan
penduduk ke daerah ini dan jumlah meningkat meningkat dari tahun ke tahun, tapi
dibalik itu semua kita juga perlu menyadari akan dampak negatif yang timbul
sebagai efek dari geliat ekonomi di daerah ini.
Atas alasan tersebutlah kami mengambil daerah Malino, Kecamatan
Tinggimoncong, Kabupaten Gowa sebagai sampel dari praktik lapang mata kuliah
Pengetahuan Lingkungan.

C. Alat dan Bahan yang Dipersiapkan


Adapun alat dan bahan yang digunakan yakni :
1. Alat :
a. Kamera
b. Alat tulis
2. Bahan:
a. Makanan

D. Susunan Kegiatan di Lapangan

11
1. Persiapan
a. Pembentukan kelompok praktek lapang
b. Penentuan lokasi dan waktu praktek lapang
2. Kegiatan Inti
a. Lokasi 1 : Bendungan bili-bili
Lokasi pertama di Bendungan Bili-Bili, dilakukan pengamatan
terhadap daerah sekitar bendungan Bili-Bili tersebut.
b. Lokasi 2 : Penambangan Sirtu
Lokasi ke dua ini di lakukan wawancara dan pengamatan terhadap
kondisi lingkungan sebagai tempat penambangan pasir dan batu serta
keadaan penduduk sekitaran lokasi tersebut
c. Lokasi 3 : Wisata Hutan Pinus malino
Di lokasi ketiga ini Melakukan pengamatan dengan
menghubungkan kondisi geomorfologi dengan tata kehidupan
masyarakat, seperti halnya, bertani, berdagang, dan berkebun.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pada praktikum ini dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan masyarakat di
Malino terutama keadaan masayarakat pada lokasi yang dikunjungi. Adapun wawancara
yang dilakukan adalah wawancara lepas. Dimana peserta melakukan wawancara tanpa
kuisioner namun wawancara ini tetap terstruktur .wawancara ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana kondisi social masyarakat pada lokasi penelitian.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mengambil fenomena yang dapat membantu
peserta mengetahui bagaimana kondisi lingkungan maupun permasalahan lingkungan
yang terjadi pada lokasi yang dikunjungi.
3. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi fisik lokasi yang
dikunjungi.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Deskripsi Umum Lokasi Praktek
Secara geografi Kabupaten Gowa terletak pada koordinat antara 33’ 6”
sampai 34’ 7” Lintang Selatan dan 38’ 6” sampai 33’ 6” Bujur Timur.
Dengan luas wilayah 1.883,33 km atau sama dengan 3,01% dari luas
wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam
18 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan
726 Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa
dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9
kecamatan yakni Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo
Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu.
Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang
datar meliputi 9 Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu,
Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo
dan Jumlah penduduk Kabupaten Gowa sampai dengan tahun 2005
mecapai 575 295 jiwa yang terdiri atas 283.291 jiwa laki-laki dan 291.882

13
jiwa perempuan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Gowa sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kotamadya Makassar dan Kabupaten Maros
Sebelah Selatan : Kabupaten Takalar dan kabupaten Jeneponto
Sebelah Timur : Kabupaten Sinjai,Bulukumba dan Bantaeng.
Sebelah Barat : Kota Makassar dan Kabupaten Takalar
Pada kegiatan praktek lapangan ini ada empat lokasi yang menjadi
titik pengamatan yakni:
1. Bendungan Bili-bili
Yang terletak di Jalan Malino, Desa Bili-Bili, Kecamatan Bontomarannu,
Kabupaten Gowa. Dengan letak Astronomis -5 o 16’ 27” LS dan 119o 34’
36, 076 “ BT dengan ketinggian 105 mdpl
2. Penambangan sertu
Yang terletak di Jalan Malino, Borisalo, Kecamatan Parangloe,
Kabupaten Gowa dengan letak astronomis yakni -5 o 15’ 14” LS dan 119o
39’ 59,671 “ BT dengan ketinggian 128 mdpl
3. Wisata Hutan Pinus
Yang terletak Jalan Sultan Hasanuddin, Kelurahan Malino, Kecamatan
Tinggimoncong, Kabupaten Gowa.dengan letak astronomis -5 o 14’ 33,
349” LS dan 119o 52’ 10, 596” BT dengan ketinggian 968 mdpl
2. Gambaran Umum Kondisi Sosial Ekonomi
1. Mata Pencaharian Warga
a. Masyarakat Sekitran Bendungan Bili Bili

14
Masyarakat sekitar DAM bili-bili pada umumnya bermata
pencaharian sebagai pedagang, di sepanjang jalan poros, dan hasil
tangkapan ikan yang di perjualbelikan.
b. Masyakat di Penambangan Sirtu.

Masyarakat di penambangan sirtu, selain berdagang masyarakat


tersebut juga sebagian besar, bermata pencaharian sebagai Penambang Sirtu,
serta bertani apa bila musim kemarau.
c. Masyarakat di sekitar Hutan Pinus

15
Masyarakat di sekitaran pohon pinus. Sebagian besar bermata
pencaharian sebagai wira usaha, tukang warung makanan dan minuman,
serta Kuda juga mereka gunakan untuk mencari rezeki dengan cara
menyewa kudanya untuk dinaiki.
2. Hubungan Sosial Budaya Antar Warga
Hubungan sosial budaya di ke tiga lokasi ini tidak memiliki perbedaan
yang signifikan dengan lokasi sebelumnya. Baik itu hubungan social antar
warga maupun nilai budaya masih sangat terjaga dengan baik.
Pada lokasi ini, hubungan social budaya antar warga sangat baik dan sangat
erat. Selain karena masyarakat di daerah ini cukup homogen, mereka juga
masih memegang adat-istiadat dari nenek moyang terutamadalam hal
kegotong-royongan dan budaya malu. Mereka memiliki rasa kerja sama yang
sangat tinggi. Sebagai contoh, jika ada seorang warga yang hendak
membangun rumah, maka seluruh warga turut berpartisipasi membantu
pembangunan tersebut tanpa upah atau gaji, tidak seperti masyarakat kota pada
umumnya.
3. Gambaran Umum Kondisi Fisik

16
1. Morfoligi Wilayah
Pemukiman Masyarakat Malino
Wilayah Kecamatan Tinggimoncong memiliki topografi yang bervariasi,
secara umum mulai dari datar, datar berbukit, datar bergelombang,
bergelombang, dan curam. Jenis tanah di Kecamatan Tinggimoncong antara
lain Tropodult, Troporthent, dan Tropohumult. Berdasarkan klasifikasi
Schmidt dan Fergusson bahwa dikecamatan Tinggimoncong memiliki jumlah
rata – rata bulan basah 9 (>100mm) dan rata – rata bulan kering 3(<65mm)
termasuk dalam tipe iklim C. Kecamatan Tinggimoncong memiliki curah hujan
tertinggi pada bulan Desember, Januari, Februari. Sedangkan curah hujan
terendah terjadi pada bulan Agustus dan September. Adapun penggunaan lahan
di Kecamatan Tinggimoncong pada umumnya didominasi oleh hutan, selain itu
juga banyak terdapat belukar, lading.
Ketinggian daerah ini juga bervariasi antara:
 0 – 25 m seluas 437,64 km;
 25 – 100 m seluas 89,53 km;
 100 – 500 m seluas 338,34 km;
 500 – 1000 m seluas 439,79 km;
 diatas 1000 m seluas 350,03 km.
2. Kemiringan Lereng
Klasifikasi kemiringan lereng yang dikeluarkan oleh Direktorat Tata Kota
dan Tata Daerah Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Tahun
1992, menerangkan bahwa :
a. Kemiringan lereng antara 0 - 8 % merupakan daerah datar sehingga
memiliki daya dukung lahan yang tinggi bagi pengembangan segala
aktifitas kota.
b. Kemiringan lereng antara 8 -15 merupakan daerah datar yang memiliki
daya dukung lahan tinggi bagi pengembangan kota.
c. Kemiringan lahan 15 – 25 % merupakan daerah landai dengan daya dukung
lahan sedang bagi pengembangan.

17
d. Kemiringan lereng 25 – 40 % merupakan daerah yang curam dengan daya
dukung lahan rendah, tidak cocok untuk daerah perkotaan.
e. Kemiringan lereng >40 % merupakan daerah sangat curam, daerah dengan
daya dukung lahan yang sangat rendah dan tidak cocok untuk di alokasikan
sebagai daerah perkotaan.
Untuk daerah Pemukiman Pasar Sungguminasa dan Pemukiman Penduduk
disekitar Pabrik Kertas Gowa, dan Pemukiman Masyarakat Parangloe memiliki
kemiringan lereng yang kurang signifikan.
3. Suhu Daerah Setempat
Suhu pada daerah Pemukiman Pasar Sungguminasa dan Pemukiman
Penduduk disekitar Pabrik Kertas Gowa, berkisar 270C - 320C. Suhu di daerah
ini berada di atas suhu normal sebagian besar wilayah di Indonesia yakni 27 0C
karena dipengaruhi oleh beberapa factor salah satunya adalah tingginya tingkat
polusi sehingga pemanasan global pun tak terelakkan.
Dari hasil observasi, menurut penduduk local dan para pendatang suhu di
Malino, Kecematan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa telah mengalami
perubahan. Dari tahun ke tahun perbahan suhu telah terjadi. Suhunya sudah
tidak sesejuk yang dulu. Hal ini terjadi karena beberapa factor yaitu antara lain:
a. Bertambah banyaknya penduduk Malino. Hal ini disebabkan banyaknya
pendatang yang menetap.
b. Terjadinya perubahan tata ruang lingkungan, yang dulunya merupakan
hutan kini menjadi pemukiman.
4. Gambaran Lingkungan Akibat Pendatang
Akibat dari banyaknya pendatang yang menetap di daerah malino
memberikan pengaruh besar terhadap lingkungan daerah setempat. Misalnya
yaitu terjadinya perubahan suhu, sekarang suhunya sudah tidak terlalu dingin
di bandingkan dari tahun-tahun sebelumnya. Kemudian memberikan perubahan
terhadap tata ruang dari daerah malino. Daerah yang dulunya hutan kini
menjadi daerah pemukiman. Pendatang juga memberikan dampak terhadap
lingkungan yaitu masih belum bertanggung jawab ketika mereka memakan
sesuatu.

18
B. Pembahasan
1. Pengamatan Bendungan Bili-bili
a. Gambaran umum lokasi
Bendungan Bili-Bili ini merupakan salah satu bendungan terbesar di
Sulawesi Selatan, yang terletak di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan,
sekitar 30 kilometer ke arah timur Kota Makassar. Bendungan ini
diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri tahun 1999. Bendungan
dengan waduk 40.428 hektar ini dibangun dengan dana pinjaman luar negeri
sebesar Rp 780 miliar kerja sama dengan Japan International Cooperation
Agency (JICA). Bendungan Bilibili menjadi sumber air baku bagi
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Gowa dan Makassar.
Berdasarkan hasil wawancara yang kita lakukan pada salah satu
penduduk setempat, dia mengatakan bahwa sebagian besar penduduk
disekitar daerah ini bekerja sebagai peladang, khususnya jagung, dan
sebagian lainnya juga ada yang bekerja di pertambangan sekitar bendungan
tersebut, serta adapula yang juga bekerja di kedinasan. Bendungan bili - bili
tersebut selain membawa keuntungan juga menimbulkan dampak kerugian
terhadap penduduk setempat, di mana apabila musim hujan yang
berkepanjangan Bendungan tersebut akan mengalami peluapan sehingga
sawah para penduduk yang letaknya tidak jauh dari pinggir bendungan
tersebut terkadang mengalami genangan air yang mengakibatkan para
penduduk tidak dapat menggarap sawahnya.
b. Gambaran umum masyarakat
Pada lokasi bendungan bili-bili, masyarakat pada daerah tersebut
sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang , hal ini di akibatkan
karena lokasi tersebut di lalui oleh jalan poros Malino – Makassar sehingga
para wisatawan yang berkunjung ke malino, sepertinya tidak lengkap
rasanya kalau tidak menyempatkan waktunya untuk singgah menikmati
pemandangan danau di DAM bili, selain bermata pencaharian sebagai
pedang, terdapat juga warga yang bermata pencaharian sebagai tukang

19
kebun, khususnya tukang kebun jagung, tak lain adalah untuk di perjual
belikan di pinggir jalan sepanjang jalan poros Malino- Makassar di sekitaran
bendungan Bili-bili. Selain mata pencaharian sebagai gambaran kondisi
perekonomian warga setempat, juga terdapat gambaranhubunngan
kekerebatan antara warga, hubungan kekerabatan antara warga pada daerah
tersebut merupakan hubungan kekerabatan yang masih bersifat
kekeluargaan di mana hasil wawancara dengan salah satu penduduk
setempat mengatakan bahwa, sipat gatong royong, adat nenek moyang,
masih kental di derah tersebut.
2. Penambangan Sirtu
a. Gambaran umum loksi
Penambagan sirtu ini berada di bawa kaki pengunungan yang dialiri oleh
sungai jeneberang, batuan tersebut merupakan batuan sidimentasi yang
mengendap dikaki gunung dan dimanffatkan oleh warga sekitar untuk
menjadi bahan tambangan. Dalam penambangan sirtu terdapat beton
penghalang yang berfungsi untuk mengendapkan pasir agar tidak hanyut
terbawah arus. Dengan adanya penambangan sirtu masyarakat sangat
diuntungkan karena tidak perlu lagi membeli batu dan pasir untu membuat
rumah, karena bahan material tersebut sudah tersediah dilingkungannya.
Dan jiga dengan adanya sirtu tersebut yang terendap di dasar sungai maka
tingkat erosi di atau pengikisan di pinggir sungai akan berkurang sehingga
ancaman longsor pemukuman warga tidak terlalu berpotensi.
b. Gambaran umum masyarakat
Penduduk yang ada pada sekitaran tambang pasir tersebut kebanyakan
bermata pencaharian sebagai, penambang yang akan di perjul belikan
kepada konsumen dari berbagai derah khususnya yang berasal dari kota
Makassar, selain bertambang pasir terdapat juga sebagian penduduk yang
memiliki pekerjaan sampingan yakni berdagang, dan tukang warung sebagai
tempat istrahat penambang dan pengguna jalan poros, Malino- Makassar,
Apabila musim kemarau terdapat penduduk yang memanfaatkan lahan di
sekitaran pinggir sungai untuk, bertani padi, hal ini di sebabkan karena

20
lahan yang cocok untuk menanam padi apa bila musim hujan maka
tergenang oleh air sungai yang mengalami pasang karena banyaknya debit
air yang terkumpul di DAM bili hingga ke penambangan pasir tersebut.
Tetapi hal ini dapat terjadi apa bila musim hujan yang panjang. Terdapat
juga hubungan kekerabatan antara masyarakat yang tidak jauh beda dengan
hubungan kekerabatan Masyarakat di sekitaran bendungan Bili-bili
3. Pengamatan di Wisata Hutan Pinus Malino
a. Gambaran umum lokasi
Hutan pinus tersebut berada di kacamatan Tinggi Moncong Kabupaten
Gowa. Tempat wisata pinus ini dulu merupakan tempat peristirahatan kompeni
Belanda pada zaman penjajahan pohon pinus tersebut ditanam oleh
pemerintahan Belanda pada tahun 1927. Tempat wisata ini sekarang beda
dengan dulu pada tahun 1980 an, dulu di hutan pinus ini begitu dingin. akan
tetapi, pengaruh dari pemanasan global sehingga malino tidak begitu dingin
lagi. Tempat wisata pohon pinus ini berada di ketinggian sekitar 1500 meter
diatas permukaan laut. Dan diperkiran suhu di malino dan sekitarnya sekitar 24
o
C. di malino juga penah dilakukan perundingan tingkat nasional yaitu
Perundingan Malino yang salah satunya membahas tentang konflik di Poso.
Wisata hutan pinus juga telah terancam mengalami kepunahan, di karenakan
kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya pepohonan yang rindang
sehingga banyak pohon pinus yang di tebang secara Cuma – Cuma dan diganti
dengan kebun cengkeh.
b. Gambaran umum penduduk
Pada lokasi ini yang merupakan salah satu temapat wisata di malino,
penduduk setempat kebanyakan bermata pencaharian sebagai tukang kebun
cengkeh, hal ini dikarenakan kodisi alamnya yang merupakan daerah dataran
tinggi, dengan kondisi cuaca yang cukup dingin, serta lahannya yang subur,
selain berkebun terdapat juga pekerjaan sampingan sebagian penduduk yakni
berwira usaha dengan membuka warung- warung kecil dengan tujuan sebagai
tempat istrahat para wisatawan sambil menikmati kopi malino dan cendol
pinus, sebagian warga setempat yang memiliki modal telah membangun villa

21
yang akan di sewakan kepada para wisatawan yang menginap di sekitaran kota
malino.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi sosial masyarakat, khususnya di Kabupaten Gowa sangat
bagus,karena ketidakadanya perselisihan-perselisihan yang terjadi
antar warga masyarakat.
2. Kondisi ekonomi masyarakat khususnya di Kabupaten Gowa,
umumnya di atas rata-rata, namun pada saat musim penghujan, karena
dominan bekerja sebagai petani maka hasil pertaniannya kurang baik.
3. Kondisi fisik wilayah di Kabupaten Gowa, khususnya di daerah
Tinggimoncong,wilayahnya memiliki topografi yang bervariasi, secara
umum mulai dari datar, berbukit dll.

B. Saran
1. Sebaiknya masyarakat agar lebih menjaga kebersihan lingkungannya
dengan tidak membuang sampah disembarang tempat dan mengurangi
ekploitasi lahan, terutama pada hutan.
2. Diharapkan kepada pemerintah setempat agar lebih memperhatikan
kelestarian lingkungan, dengan menindak tegas para pelaku perusak
lingkungan.
3. Diharapkan kepada semua peserta praktikum agar kiranya dapat
berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan pendataan beserta
kegiatan lainnya yang bersinggungan langsung dengan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

22
Agus Soegianto. 2010. Ilmu Lingkungan, Sarana Menuju Masyarakat
Berkelanjutan. Surabaya: Airlangga University Press
Leo, Nurzakariah, dkk. 2011. Modul Pengetahuan Lingkungan. Makassar:
FMIPA UNM.
Nurjati, S. 2022 Permasalahan Lingkungan.IAIN Cirebon
Soerjani, M. 1987. KUrsus dasar-dasar Analiosis Dampak Lingkungan-UI XVII,
4-20 Desember 1987. Psml-UI, Jakarta.

Utomo, S.W, dkk. 2015. Modul 1 Pengertian, Ruang Lingkup Ekologi dan
Ekosistem. Universitas Terbuka

23

Anda mungkin juga menyukai