Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP


Makalah ini disusun guna menyelesaikan mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup yang
dibimbing oleh Dr.Sudarti,M.Kes.

Disusun Oleh :

Kelompok 8

Galang Satriyo Indarko (190210402060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i

BAB I PEMBAHASAN..........................................................................................1

1.1  Kualitas Lingkungan Hidup.................................................................................1

BAB II PENUTUP ..................................................................................................7

2.1 Kesimpulan...........................................................................................................7

2.2 Saran.....................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................8


BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Kualitas Lingkungan Hidup

Secara sederhana kualitas lingkungan hidup diartikan sebagai keadaan


lingkungan yang dapat memberikan daya dukung optimal bagi ke langsungan
hidup manusia pada suatu wilayah. Kualitas lingkungan dicirikan antara lain
dari suasana yang membuat orang merasa betah atau kerasan tinggal di
tempatnya sendiri. Berbagai keperluan hidup terpenuhi dari kebutuhan dasar
atau primer, meliputi makan, minum, perumahan, sampai kebutuhan rohani atau
spiritual meliputi pendidikan, rasa aman, dan sarana ibadah. Kualitas
lingkungan hidup dapat dibedakan berdasarkan karakteristik biofisik, sosial-
ekonomi, dan budaya.

a. Lingkungan Biofisik

Lingkungan biofisik adalah lingkungan yang terdiri atas komponen biotik


dan abiotik yang berhubungan dan saling memengaruhi satu dengan lainnya.
Komponen biotik merupakan makhluk hidup, seperti hewan, tumbuhan, dan
manusia. Adapun komponen abiotik terdiri atas benda-benda mati, seperti tanah,
air, udara, dan cahaya matahari. Kualitas lingkungan biofisik disebut baik jika
interaksi antarkomponen berlangsung dengan seimbang.
b. Lingkungan Sosial-Ekonomi

Lingkungan sosial ekonomi adalah lingkungan manusia dalam


hubungannya dengan sesama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Standar
kualitas lingkungan sosial-ekonomi disebut baik jika kehidupan manusia akan
kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kebutuhan hidup lainnya
dapat terpenuhi.

c. Lingkungan Budaya

Lingkungan budaya adalah segala kondisi baik berupa materi (benda)


maupun nonmateri yang dihasilkan manusia melalui aktivitas dan
kreativitasnya. Lingkungan budaya dapat berupa bangunan, peralatan, pakaian,
senjata, dan juga termasuk nonmateri, seperti tata nilai, norma, adat istiadat,
kesenian, dan sistem politik. Standar kualitas lingkungan budaya dikatakan baik
jika di lingkungan tersebut dapat memberikan rasa aman dan sejahtera bagi
semua anggota masyarakatnya dalam menjalankan dan mengem bangkan sistem
budayanya.

Hal lain yang tidak kalah penting untuk diketahui di dalam memahami
kualitas lingkungan adalah daya dukung lingkungan (carrying capacity). Daya
dukung lingkungan adalah ukuran kemampuan suatu lingkungan mendukung
sejumlah kumpulan atau populasi jenis makhluk hidup tertentu untuk dapat
hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Lingkungan tersebut dapat berupa
sebidang lahan, wilayah tertentu, atau ekosistem tertentu. Misalnya, lahan
pertanian sawah, perkebunan, hutan, rawa, sungai, danau, pantai, desa, kota,
permukiman, dan kawasan industri. Adapun sejumlah individu atau kelompok
tertentu dapat berupa tumbuh-tumbuhan, binatang, ataupun manusia. Jika
membahas mengenai individu atau kelompok manusia, maka yang dimaksud
daya dukung lingkungan di sini adalah ukuran kemampuan suatu lingkungan
mendukung sejumlah individu atau kelompok manusia untuk dapat hidup
dengan wajar dalam lingkungan tersebut.

Lingkungan yang ada di sekitar manusia sangatlah beragam, begitu pula


dengan daya dukung lingkungannya. Pada lingkungan yang berbeda maka akan
memiliki daya dukung yang berbeda pula. Daya dukung lingkungan tidak
mutlak, tetapi berkembang sesuai faktor atau sumber daya yang
memengaruhinya, antara lain faktor geografi dan sosial-budaya. Adapun yang
dimaksud dengan faktor-faktor geografi dan sosial budaya di antaranya sebagai
berikut.
a. Faktor geografi, seperti iklim, kesuburan tanah, dan erosi.
b. Faktor sosial-budaya, seperti ilmu, pengetahuan, dan teknologi.

Daya dukung lingkungan sangat berkaitan erat dengan kepadatan


(densitas) suatu populasi atau jumlah makhluk hidup yang terdapat dalam suatu
lingkungan tertentu. Dengan mengetahui daya dukung atau kemampuan
lingkungan dalam mendukung populasi di atasnya, dapat dihitung kemampuan
tertinggi (maksimal) lingkungan tersebut. Berapakah yang dapat didukung
lingkungan yang bersangkutan agar sejumlah makhluk hidup (populasi) dapat
hidup dengan wajar.
Tingkat kepadatan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut.
a. Tingkat kepadatan maksimum (tertinggi).
b. Tingkat kepadatan optimum (cukup/sedang/wajar).
c. Tingkat kepadatan berlebih (kelebihan populasi).
Kepadatan populasi mencapai tingkat berlebih jika kepadatannya melebihi
kepadatan yang mampu didukung. Dapat dikatakan juga bahwa lingkungan
telah sampai kepada batasnya sehingga pada saat yang bersamaan akan terjadi
masalah lingkungan atau ketimpangan ekologi.

Jumlah manusia sampai saat ini terus bertambah dan berkembang.


Adapun permukaan bumi yang merupakan ekosistem kehidupan manusia
luasnya tetap. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya benturan antara
pertumbuhan jumlah manusia dan daya dukung lingkungan, pada akhirnya
menimbulkan masalah lingkungan atau ketimpangan ekologi. Manusia dengan
kemampuan ilmu, pengetahuan, dan teknologi dapat meningkatkan daya dukung
lingkungan. Melalui penerapan teknologi dalam bidang pertanian, peternakan,
dan permukiman, manusia dapat mengembang kan serta meningkatkan daya
dukung lingkungan sehingga mampu memakmurkan kehidupan penduduk.
Sebagai contoh, dengan diterapkannya program intensifikasi pertanian oleh
pemerintah, maka satu hektar sawah yang sebelumnya hanya mampu
menghasilkan satu ton gabah padi dapat menjadi dua atau tiga ton gabah padi.
Akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia pun dapat
menurunkan daya dukung lingkungan bahkan dalam waktu singkat sampai
kepada batas kemampuannya. Sumber daya lingkungan yang seharusnya
berperan menopang kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya tidak lagi
mampu mendukung kelangsungan kehidupannya. Maka yang terjadi adalah
sebuah bencana baik alam maupun kemanusiaan. Dalam ekologi, manusia
dikenal sebagai makhluk paling dominan (man ecological dominant). Artinya,
manusia sangat mampu memanfaatkan ling kungan bagi kesejahteraan
hidupnya. Oleh karena kemampuan akalnya, saat ini manusia sangat berperan
dalam menentukan alam dibandingkan makhluk lainnya. Alam atau lingkungan
hidup akan lestari, serasi, atau hancur, semata-mata tergantung pada kemauan
manusia itu sendiri.

Kualitas Lingkungan Hidup di Indonesia

Indonesia adalah sebuah negara tropis yang kaya akan sumber daya
alam. Melimpah ruahnya sumber daya alam Indonesia sudah sangat terkenal
sejak zaman dulu. Penjajahan yang terjadi di tanah air tercinta ini pun awalnya
adalah perebutan akan potensi sumber daya alam ini. Secara alami, kehidupan
ini memang merupakan hubungan yang terjadi timbal balik antara sumber daya
manusia dan sumber daya alam (baik yang dapat diperbaharui atau pun tidak).
Hubungan timbal balik tersebut pada akhirnya adalah penentu laju
pembangunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan
perkembangan pembangunan adalah lingkungan sosial (jumlah, kepadatan,
persebaran, dan kualitas penduduk), dan pengaruh kehidupan sosial budaya,
ekonomi, politik, teknologi, dan sebagainya.

Sekian lama terkenalnya Indonesia sebagai negara subur makmur


dengan kondisi alam yang sangat mendukung ditambah pula dengan potensi
sumber daya mineral yang juga ternyata sangat melimpah ruah, ternyata
Indonesia sampai saat ini hanya bisa menjadi negara berkembang, bukan negara
maju. Banyak faktor yang kemudian menyebabkan Indonesia tidak kunjung
menjadi negara maju. Salah satunya adalah pengelolaan negara yang tidak
profesional termasuk dalam hal pengelolaan potensi alam. Bicara tentang
potensi alam, erat kaitannya dengan manajemen eksplorasi dan manajemen
pemberdayaan lingkungan hidupnya. Ekplorasi sumber daya alam maupun
mineral seharusnya dapat pula diimbangi dengan menjaga kualitas lingkungan
sekitar agar tetap terjaga seimbang. Hal ini penting agar kejadian-kejadian
berupa bencana alam maupun pencemaran lingkungan dapat diminimalisir.

Pasal 28H Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengamanatkan bahwa


lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara
Indonesia. Artinya bahwa menjaga lingkungan hidup agar tetap baik dan sehat
adalah sebuah kewajiban karena merupakan bagian dari hak asasi setiap warga
negara Indonesia. Realitanya? Indonesia menjadi negara dengan laju deforestasi
tercepat di seluruh dunia. Setiap menit area hutan setara dengan luas lima
lapangan sepak bola dihancurkan sebagian besar untuk dijadikan perkebunan
kelapa sawit dan pulp and paper, atau rata-rata 1,8 juta hektar hutan per tahun.
Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai Negara penghasil emisi gas rumah
kaca ketiga terbesar di dunia setelah China dan Amerika Serikat.  

Selain pembalakan liar di hutan-hutan Indonesia, kejahatan berupa


pengrusakan alam juga terjadi pada bidang-bidang pertambangan.
Pertambangan yang tidak berwawasan lingkungan bisa dengan mudah kita
temui. Liat saja pertambangan batu bara, timah, minyak bumi dan emas, hampir
semua kawasan tersebut akhirnya menjadi daerah dengan lingkungan yang
rusak dan cemaran yang sulit ditanggulangi. Pengrusakan lingkungan juga
dilakukan oleh banyak masyarakat kita yang pada akhirnya juga mempengaruhi
kualitas lingkungan sekitar. Buang sampah sembarangan, penggunaan bahan-
bahan pestisida dan banyak lagi juga menyebabkan degradasi kualitas
lingkungan semakin menjadi.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam berbagai forum


internasional menyatakan, Indonesia bertekad mengurangi emisi 26 persen
tahun 2020 dengan upaya sendiri dan 41 persen apabila mendapat dukungan
dari negara lain. Sebanyak 14 persen dari 26 persen itu berasal dari sektor
kehutanan. Tetapi hingga saat ini belum ada aksi atau kebijakan nyata untuk
mewujudkan komitmen itu. Presiden sebagai penanggung jawab pengelolaan
negara seharusnya bisa dengan cepat mengambil langkah-langkah kongkret
untuk menanggulangi segala bentuk pengrusakan lingkungan hidup. Aturan-
aturan yang mendukung seharusnya segera ditegakan tanpa pandang bulu.
Kalau perlu bentuk pula satgas mafia lingkungan hidup untuk mendukung
penuntasan masalah-masalah yang ada. Aturan yang ada juga seharusnya
berkaitan dengan pengaturan perilaku masyarakat. Masalah-masalah lingkungan
hidup ini terkesan menjadi rahasia umum, banyak masalah, ada aturan namun
minim tindakan.

Andai saja ke depan hal seperti ini terus berlanjut, bukan tidak
mungkin isu lingkungan menjadi isu sensitif yang dapat pula dibawa ke ranah
politik. Dalam politik apapun bias terjadi. Menggulingkan presiden atas dasar
pelanggaran terhadap amanat dan penegakan undang-undang yang ada tentu
bukan hal yang tidak mungkin terjadi. Terakhir, melihat fakta-fakta di atas,
terlalu naif kiranya jika hanya melimpahkan tanggung jawab menjaga kualitas
lingkungan hidup hanya kepada pemerintah. Oleh karena itu, mari kita bersama-
sama untuk dapat pula menjaga lingkungan hidup sekitar kita mulai dengan
mengerjakan hal-hal terkecil. Hal tersebut pasti akan sangat berdampak besar
pada keseimbangan lingkungan hidup dan pencegahan terjadinya pencemaran
maupun bencana alam yang lebih parah lagi.
BAB II
PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Kualitas lingkungan hidup dibedakan berdasarkan karakteristik biofisik,


sosial-ekonomi, dan budaya. Kualitas lingkungan hidup dicirikan antara lain
dari suasana yang membuat orang merasa betah atau kerasan tinggal di
tempatnya sendiri. Urgensi lingkungan hidup bagi kehidupan manusia dapat
sebagai tempat tinggal, tempat mencari makan, tempat beraktivitas dan sebagai
tempat hiburan. Tetapi semuanya itu tidak dapat di lakukan jika lingkungan itu
rusak, baik faktor dari alam maupun faktor dari manusia sendiri. Untuk itu kita
harus melakukan berbagai upaya agar lingkungan kita bersih dan layak di
tempati.

2.2 Saran

Diharapkan peran serta berbagai pihak untuk melestarikan lingkungan


sekitar, agar kita dapat memiliki lingkungan yang bersih dan layak untuk di
tempati. Kerja nyata yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian
lingkungan ialah melalui sosialisasi lingkungan hidup kepada masyarakat lewat
penyuluhan lalu didukung kegiatan lain agar masyarakat punya kesadaran untuk
melestarikan lingkungan. Sebagai contoh masyarakat diberikan sosialisasi
mengenai ciri lingkungan sehat dan tidak sehat.
DAFTAR PUSTAKA
https://ipqi.org/pengertian-dan-karateristik-kualitas-lingkungan-hidup/

http://musbir.blogspot.com/2012/10/kualitas-lingkungan.html#ixzz5z8cluamr

Anda mungkin juga menyukai