Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

DAMPAK PENCEMERAN LIMBAH “PT BUMI HARAPAN JAYA”


TERHADAP KESEHATAN DAN MATA PENCAHARIAN
MASYARAKAT POTO TANO
Dosen pembimbing: Ahmad Irfann Sani, SH.,MH

DISUSUN OLEH :

MULIANI

FAKULITAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

KABUPATEN SUMBAWA BARAT

UNIVERSITAS CORDOVA

2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan
rahim Nya yang telah dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang
telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Penelitian Sistem
Sosial’’ yang berjudul ’’ Dampak pencemaran limbah dari PT BUMI HARAPAN JAYA
terhdap kesehatan dan mata pencaharian masyarakat tambak sari” ini dapat  terselesaikan.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang
diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Isi dari makalah ini
diambil dari berbagai sumber dari s desa yang ada dan dikemas serta dikembangkan sedemikian
rupa sehingga makalah ini bisa terselesaikan dengan baik dan saya menyadari masih banyak
kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini.
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi
wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penyusun miliki. Untuk itu, penulis
mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.

Taliwang, 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar  .................................................................................................................


Daftar isi………………………..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
 Latar Belakang.........................................................................................................
 Rumusan Masalah....................................................................................................
 Tujuan penelitian ....................................................................................................
 Manfaat Penelitian ……………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
1.Pengertian Limbah Tambak Udang............................................................................
2. Kandungan Limbah Tambak Udang .........................................................................
3. Karakter Limbah Tambak Udang ………………………………………………..
4. Pencemaran Sungai ……………………………………………………………..
5.Dampak Limbah Udang Bagi Masyarakat Dan Lingkungan
6.Peran Pemerintah Dalam Mengatasi Limbah Udang
BAB III PENUTUP
2.1. Kesimpulan.............................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, yang
berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam yang lain yang termasuk ke dalam sumberdaya
alam yang terba-rukan maupun yang tak terbarukan. Namun demikian harus disadari bahwa
sumberdaya alam yang kita perlukan mempunyai keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu
keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumberdaya alam tertentu
juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan
sum-berdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara ling-kungan dan manusia saling mempunyai
kaitan yang erat. Ada kalanya manusia sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya,
sehingga akti-vitasnya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya. Keberadaan
sumberdaya alam, air, tanah dan sumberdaya yang lain menentukan aktivitas manusia sehari-
hari. Manusia tidak dapat hidup tanpa udara dan air. Sebaliknya ada pula aktivitas manusia yang
sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya dan lingkungan di sekitarnya. Kerusakan
sumberdaya a-lam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Banyak contoh kasus-kasus
pencemaran dan keru-sakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas ma-nusia seperti
pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang kese-muanya
tidak terlepas dari aktivitas manusia, yang pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri.
Menurut (Keraf, 2002: 13) tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang
terjadi sekarang ini, baik pada lingkup global maupun ling-kup nasional, sebagian besar
bersumber dari perilaku manusia. Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan, seperti di laut, hutan,
atmosfer, air, tanah, dan sete-rusnya bersumber pada perilaku manusia yang yang tidak
bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri. Manusia adalah penyebab
utama dari kerusakan dan pencemaran lingkungan. Kemajuan industri dan teknologi
dimanfaatkan ma-nusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri

4
dan teknologi yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi kemajuan
industri dan teknologi berdampak positif terhadap lingkungan hidup karena mening-katkan
kualitas hidup manusia. Namun pada sisi lain manusia juga mulai ketakutan akan adanya pen-
cemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kemajuan industri dan teknologi tersebut. Hal ini
mudah dipahami karena apabila lingkungan telah tercemar maka daya dukung alam bagi
kelangsungan hidup manusia akan terganggu. Kalau hal ini sampai terjadi maka usaha untuk
meningkatkan kualitas hidup atau kenyamanan hidup manusia akan gagal.
Kehidupan manusia akan baik ketika lingkungan sekitarnya tidak tercemar dan apabila
lingkungan tercemar maka dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan
berakibat kepada lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap
kehidupan tanaman, hewan dan juga manusia. Kalau lingkungan alam telah tercemar sudah
barang tentu tanaman yang tumbuh di lingkungan tersebut akan ikut tercemar, demikian pula
dengan hewan yang hidup di situ. Pada akhirnya manusia sebagai makhluk hidup yang omnivora
akan ikut pula merasakan dampak pen-cemaran tersebut.
Manusia di dalam hidupnya harus melindungi dan mengamankan alam agar dapat
terselenggara secara teratur dan pasti, serta dapat diikuti dan ditaati oleh semua pihak. Untuk itu
perlu perlindungan dan pengamanan yang dituangkan dalam bentuk per-aturan hukum, sehingga
akan lahir hukum yang memperhatikan kepentingan alam atau hukum yang berorientasi pada
kepentingan alam. Hukum yang melindungi dan mengamankan kepentingan alam, artinya berupa
keharusan untuk melindungi dan mengamankan alam terhadap kemerosotan mutu dan
kerusakannya, dengan kata lain keharusan menjaga kelestariannya. (Soemartono, 2004: 24-25).
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki lahan budi daya ikan dan udang yang luas
sehingga indonesia berpotensi mengembangkan bu-di daya tambak udang. Udang merupakan
komuditas ekspor yang berhasil meninkatkan devisa negara dari non migas.

5
maunya atau disembarang tempat. Pemilihan dan penentuan lokasi budidaya harus didasarkan
per-timbangan aspek-aspek meliputi aspek tanah, aspek ekologis, aspek biologis, aspek sosial
ekonomi dan aspek terhadap dasmpak lingkungan.
Keberaadaan industralisasi tambak udang di De-sa Andulang Menurut Mastawi salah
seorang di Desa Andulang yang getol mengawal tambak udang di desa Andulang menyampaikan
apa yang disam-paikan kepada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Sumenep
tidak sesuai dengan fakta yang ada. Karena lahan yang dibangun tambak sekitar 20 hektar itu
adalah lahan pertanian yang sangat produktif. BPPT tidak melakukan survey ke bawah dengan
benar, tidak mengatakan lahan tambak itu hanya sebagian lahan yang produktif dan mengatakan
lahan itu memang lahan tambak. Lahan yang dibangun tambak itu adalah murni tanah pertanian
yang sangat produktif. Sebelum dibangun tambak, pemiliknya menanami padi, paloijo dan lain
sebagainya. Terhadap kondisi itu warga meminta kepada wakil rakyat yang ada di Komisi II
DPRD Sumenep supaya bisa memfasilitasi pertemuan dengan semua pihak, baik itu dari Pemkab
Sumenep dari petambak itu sendiri (Kabar Sumenep, jumat 25 November 2016).
Tambak Andulang kecamatan Gapura kabu-paten Sumenep akan berdampak pencemaran ling-
kungan terhadapN sawah petani yang ada di sekitar lahan tambak udang dan bisa menyebabkan
gagal-nya panen sehingga masyarakat dirugikan.

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia,
mencapai 81.000 Km, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi kawasan budidaya dan
kawasan non budidaya. Pantai non budidaya dapat berupa daerah konservasi dan daerah yang
tidak dibudidayakan, misalnya karena sumber daya alam yang miskin dan atau karena keadaan
alamnya yang sulit dicapai seperti daerah pantai yang terjal, kering, rawan bencana alam.
Saat ini kondisi lingkungan pesisir di beberapa pantai di Indonesia cenderung mengalami
penurunan kualitas sehingga lingkungan pesisir di lokasi tersebut dapat berkurang fungsinya atau
bahkan sudah tidak mampu berfungsi lagi untuk menunjang pembangunan dan kesejahteraan
penduduk secara berkelanjutan. Penurunan kualitas lingkungan pesisir di banyak tempat terjadi
terutama akibat pencemaran atau perusakan lingkungan di sekitanya .Perusakaan lingkungan
disekitarnya dapat kita lihat dengan semakin meluasnya kawasan pemukiman penduduk,

6
semakin meningkatnya produk industri rumah tangga, serta semakin berkembangnya Kawasan
Industri di kota besar, yang akan memicu terjadinya peningkatan pencemaran pada perairan
pantai dan laut. Hal ini disebabkan karena semua limbah dari daratan, baik yang berasal dari
pemukiman

perkotaan maupun yang bersumber dari kawasan industri, pada akhirnya akan bermuara ke
pantai.3
Limbah itu sendiri merupakan suatu buangan yang kotor,yang mengandung berbagai zat yang
dapat membahayakan manusia itu sendiri atau bahkan hewan yang umumnya karena perbuatan
manusia itu sendiri yang juga termasuk industrialisasi.4 Ada beberapa sumber air limbah yang
dapat mencemari lingkungan yang bermuara kepantai yaitu5 :
1. Air limbah rumah tangga yakni sumber limbah yang berasal dari perumahan dan perdagangan
serta tempat rekreasi.

2. Air limbah industri, dimana dapat berskala besar dan kecil yang pincak tertinggi aliran selalau
tidak akan dilewati apabila menggunakan tangkis penahan dan bak pengaman.

3. Air limbah rembesan atau tambahan

Air limbah sangatlah berbahaya bagi kesehatan manusia tentunya. Hal ini karena akan
berdampak menimbulkan berbagai penyakit kepada manusia itu sendiri. Warga yang tinggal
dipesisiran pantai apabila terkenak air limbah tersebut akan berakibat timbulnya virus,typus,
disentri, tubercolois,cacing pita dan sebagainya yang akan adanya Penyakit kolera, radang
usus,hepatitis kedalam diri manusia tersebut.

Salah satu pantai yang tercemar pada saat ini adalah pantai tambak sari ,poto tano. Ada aliran
limbah yang melintasi hamparan pasir . Air limbah diduga berasal dari tambak udang, yang
sengaja dibuang ke laut. Salah satu warga mengatakan, hal itu terjadi Bermula ketika ada usaha
tambak udang di lokasi tersebut.Dari pantauan yang dilakukan, air limbah yang dialiri tambak
udang berwarna hijau pekat, dan berbau sangat cukup menyengat. Air limbah ini dibiarkan
mengalir begitu saja ke arah pantai. Sepintas terlihat, cekungan bekas lintasan air limbah
terbentuk secara alami. Di sana hanya ada bangunan berbentuk kotak yang mengalirkan air

7
limbah ini. Bangunan yang terbuat dari beton ini terletak di atas pantai. Fungsi bangunan seolah
menjadi penghubung antara tambak udang dan pantai. Ada pipa besar yang tersambung dengan
kotak ini. Pipa ini ditengarai tersambung dengan tambak udang.
Kegiatan pembangunan seperti pembukaan lahan tambak udang, dapat menimbulkan
perubahan pada lingkungan, baik fisik, kimia, biologi maupun lingkungan sosial ekonomi dan
budaya yang dampaknya akan di rasakan, masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.
Namun demikian, seharusnya tambak udang yang berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar
harus disidak oleh hukum itu sendiri. Pencemaran yang terjadi di pantai tambak sari poto tano
haruslah dilakukan upaya terpadu untuk mengembalikan dan melestarikannya kembali tanpa
adanya pencemaran di pantai tersebut yang tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2009 Pasal 1 ayat
(2) bahwa upaya sistematis dan terpadu harus dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) menurut Dalam UU ini tercantum
jelas dalam Bab X bagian 3 Pasal 69 mengenai larangan dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang meliputi larangan melakukan pencemaran, memasukkan benda berbahaya
dan beracun (B3), memasukkan limbah ke media lingkungan hidup, melakukan pembukaan
lahan dengan cara membakar, dan lain sebagainya. Menurut Undang-undang tersebut maka ada
perbuatan yang dapat dipidana oleh aparat penegak hukum karena pihak tersebut melakukan
pelanggaran, yang dengan demikian pelaku tambak udang yang membiarkan limbah semestinya
harus diberikan sanksi karena berdampak buruk terhadap lingkungan.

8
dapun Perbuatan hukum yang dikategorikan merupakan pelanggaran-pelanggaran adalah :
 Ketentuan tentang Baku Mutu
 Ketentuan tentang rekayasa Genetika
 Ketentuan Tentang limbah
 Ketentuan tentang izin lingkungan
 Ketentuan tentang informasi lingkungan hidup.

Dari beberapa ketentuan di atas, maka dalam melakukan penelitian ini mengarah kepada point
c yakni limbah yang dihasilkan oleh tambak udang dalam menjalankan kegiatan usaha, dimana
menghasilkan limbah cair yang merusak pantai. Limbah itu sendiri adalah merupakan sisa suatu
usaha atau kegiatan. Dalam undang-undang lingkungan hidup ini ada beberapa perbuatan lagi
yang dapat dipidana yaitu :
1. Pengelolaan limbah tanpa izin
2. Menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan sebagaimana ketentuan
menurut aturan yang berlaku
3. Melakukan dumping limbah atau bahan media lingkungan hidup tanpa izin
4. Ketika orang memasukan limbah kedalam wilayah NKRI
5. Ketika orang yang memasukan limbah B3 kedalam wilayah NKRI

Dengan demikian, apabila masuk dari salah satu perbuatan kategori diatas maka sipelaku
yang melakukan pencemaran terhadap pantai dengan limbah harus dipidana. Mengingat besarnya
polemik permasalahan pencemaran limbah terhadap pantai yang merusak lingkungan hidup,
maka penyusun sangat tertarik untuk mengadakan penelitian di lingkungan yang pada
kesempatan ini penelitian dilakukan di Pantai POTO TANO. Semakin hari budidaya semakin
sulit. Ungkapan ini nampaknya cukup familiar di kalangan petambak udang di Indonesia, atau
bahkan mungkin juga terjadi di Negara lain pusat penghasil udang. Berbagai tantangan terus
menguji dunia budidaya udang mulai dari penyakit, efisiensi pakan, cuaca tidak menentu,
fluktuasi harga udang, hingga kondisi alam yang sudah tidak lagi mendukung. Tetapi benarkah
alam yang sudah tidak mendukung budidaya? Atau justru alam sudah terbebani dengan aktivitas
manusia, termasuk aktivitas budidaya?

9
Alam dan manusia sudah selayaknya berjalan beriringan. Manusia membutuhkan jasa alam
dalam menyediakan sumber daya sebagai sumber kehidupan. Tetapi yang terjadi saat ini,
keseimbangan alam telah bergeser karena jenuh oleh hasil samping aktivitas manusia. Dalam hal
aktivitas budidaya, hasil samping (limbah) belum mendapat perhatian yang cukup dari
kebanyakan petambak di Indonesia.

Petambak masih pikir-pikir untuk membangun instalasi manajemen limbah terutama terkait
modal dan keterbatasan lahan. Selain itu juga kurangnya pengetahuan untuk menerapkan
manajemen limbah yang memberikan perubahan pada efektivitas budidaya. Petambak lebih
memilih langkah praktis dengan langsung membuang air sisa budidaya langsung ke laut atau
sungai. Padahal di dalamnya terkandung banyak sekali senyawa organik yang menjadi 'PR' bagi
alam untuk mendaurnya.

Berbicara mengenai keselarasan antara tambak dan lingkungan, ternyata tambak berpotensi
menimbulkan beberapa permasalahan lingkungan jika tidak dikelola dengan bijak. Tambak
menimbulkan sejumlah permasalahan lingkungan, diantaranya:

Penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan dan air hasil budidaya yang dibuang langsung ke
lingkungan di sekitarnya yang menyebabkan eutrofikasi,
Konversi lahan pertanian menjadi tambak udang,
Konversi ekosistem pesisir termasuk hutan mangrove menjadi tambak udang,
Persebaran penyakit ke populasi udang liar di alam,
Sedimentasi atau pendangkalan di muara.
Manajemen limbah, baik yang berupa padat maupun cair sebaiknya dilakukan selama budidaya
berlangsung maupun setelah panen. Perlakuan terhadap limbah ini meliputi pengendapan partikel
di dasar kolam, kemudian endapan dikeluarkan dari kolam, selanjutnya endapan diperlakukan
untuk menurunkan konsentrasi limbah sebelum dibuang ke sungai atau laut. Limbah (cair atau
padat) juga dapat digunakan untuk keperluan lain seperti untuk pupuk pertanian.

Limbah utama dari tambak adalah amonia, biasanya ditemukan dengan konsentrasi yang tinggi
di muara. Amonia (dan juga senyawa nitrogen lainnya: nitrat dan nitrit) berbahaya karena dapat

10
menjadi pemicu eutrofikasi hingga blooming alga di laut atau muara. Limbah yang tidak diberi
perlakuan sebelum dibuang juga dapat menyebarkan penyakit, terutama limbah buangan dari
tambak yang mengalami penyakit pada udang budidayanya. Apalagi kebanyakan petambak
mengandalkan air langsung dari alam/laut untuk budidaya. Pada akhirnya limbah akan dapat
kembali ke tambak, dan menyebabkan beberapa masalah:

Peningkatan penggunaan sarana prasarana perlakuan air laut sebelum masuk kolam budidaya
Kemelimpahan mikroorganisme patogen (bakteri, parasit, virus)
Peningkatan tingkat keparahan penyakit udang yang dapat menyerang
Fluktuasi alkalinitas
Peningkatan laju nitrifikasi
Toksin algae, terutama golongan BGA dan Dinoflagellata
Bukan tidak mungkin pada suatu masa, alam akan 'lelah' memberikan jasa ekologinya pada kita
-khususnya pada proses budidaya- jika tidak memperhatikan keseimbangan dan kapasitas
lingkungan. Meskipun, banyak juga petambak yang mulai peduli dengan tidak membuang
langsung limbah budidayanya ke lingkungan dengan memberi perlakuan terlebih dahulu sebelum
benar-benar dibuang ke lingkungan. Kepedulian semacam ini yang seharusnya juga dimiliki
segenap pelaku budidaya udang di Indonesia, karena budidaya bukan hanya untuk saat ini tapi
juga seterusnya hingga ke generasi berikutnya.

11
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kua-litatif studi fenomenologi. Lokasi penelitian ini di
Desa Tamabak Sari Kecematan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat (NTB). Fenomena ini
menjadi urgen untuk diteliti karena lokasi tambak tersebut dibangun dekat dengan rumah
masyarak, dan diberitakan masih terjadi masalah yang belum teratasi sehingga peneliti tertarik
memilih
Sumber data primer yang digunakan adalah adalah aparatur Desa, tokoh masyarakat, masya-
rakat Desa Sari Kecematan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat (NTB) . Sedangkan data
sekunder yang diguna-kan yakni sumber-sumber pendukung seperti literatur buku, artikel-artikel,
jurnal ilmiah yang berhubungan dengan penelitian, dan bahan-bahan bacaan yang relevan
lainnya.
Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan mengamati langsung apa
yang tampak dalam penelitian yaitu dampak industri-alisasi tambak udang terhadap lingkungan
Tambak Sari Kecematan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat (NTB)
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah dilakukan proses tanya jawab lisan secara
langsung kepada berbagai pihak, baik dengan tokoh ma-syarakat, aparat desa, dan masyarakat di
Desa Tambak Sari Kecematan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat (NTB). Wawancara yang
telah di lakukan oleh penelitian

C. Rumusan Masalah
1. Apakah UU lingkungan hidup telah diterapkan dalam penanganan pencemaran pada
pantai Poto tano?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi penanganan pencemaran
pada pantai Poto tano?

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan Undang-undang Lingkungan Hidup dalam penanganan
pencemaran Limbah cair pada pantai Poto Tano
2. Untuk mengetahui faktor- Faktor yang mempengaruhi implementasi UU lingkungan
hidup dalam penanggulangan pencemaran limbah cair pada pantai Poto Tano

12
E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam aspek teoritis maupun
aspek praktis.
2. Dalam aspek teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih ilmu
pengetahuan dan saran pemikiran terhadap pengembangan khasanah ilmu hukum
lingkungan yang berkaitan dengan hukum administrasi negara dalam proses penanganan
pencemaran limbah pada pantai yang berdampak buruk terhadap ekosistem lingkungan
hidup.
3. Dalam aspek praktis, penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman dan sudut
pandang kepada masyarakat tentang aspek hukum lingkungan bahwasanya setiap orang
baik manusia itu sendiri maupun perusahaan dalam menjalankan kegiatan apapun itu
harus memperhatikan keadaaan lingkungan. Buatlah sesuatu usaha itu yang suistanble
deveploment. Sekaligus sebagai saran bagi pemerintah tentang pentingnya undang-
undang Lingkungan hidup ini untuk diperhatikan.

13
BAB II
PEMBAHASAN

A. Limbah Tambak Udang


1. Pengertian Limbah Tambak Udang
Limbah merupakan hasil akvitas manusia yang berupa sampah cair dari suatu lingkungan
masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan, dengan kurang lebih 0,1%
daripadanya berupa benda padat yang terdiri dari zat organik dan anorganik (Soemarwoto, 1992).
Menurut peraturan pemerintah republik indonesia nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa
dari suatu usaha kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga
(domestik) maupun industri yang mengandung zat-zat berbahaya yang dapat menganggu
kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Air limbah yang merupakan hasil sisa dari berbagai aktivias, oleh karena itu air limbah
merupakan benda yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Air limbah yang tidak termanfaatkan
masih memerlukan pengolahan. Limbah yang pengolahan kurang baik akan menyebabkan
permasalahan lingkungan dan kehidupan makhluk hidup sekitar. Air limbah yang tanpa
pengolahan dengan baik saat bahaya terhadap kesehatan manusia, hal ini dikarenakan banyak
dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat adanya limbah (Agustira, Lubis, & Jamilah, 2013).
Tambak merupakan kolam yang digunakan untuk memelihara ikan, udang atau hewan air
lainnya yang dapat hidup di air payau. Limbah tambak udang merupakan cairan buangan yang
berasal dari kolam yang dibangun untuk budidaya udang (Sudarmo & Ranoemihardjo, 1992).
Tambak merupakan perairan buatan yang dibuat untuk membiakkan hewan perairan. Di
Indonesia tambak digunakan untuk budidaya ikan lele,ikan gabus, udang windu dan lainnya.

Tambak memberi manfaat besar berupa sumber pendapatan dan pendorong kegiatan ekonomi.
Namun tambak juga memiliki dampak negatif bagi lingkungan yaitu:

14
1. Berkurangnya populasi tanaman hijau di hutan bakau

Tambak dibuat dengan menebang lahan hijau di pinggir pantai, dan menggantikannya dengan
penampungan air. Akibatnya, pembangunan tambak dapat menyebabkan penggundulan hutan
bakau. Hutan ini sangat penting, untuk mencegah abrasi (pengikisan pantai) dan sebagai tempat
berkembang biak ikan di pesisir.

2. Terjadinya intrusi air laut ke dalam tanah

Tanpa adanyahutan bakau yang menahan air laut, maka air laut akan masuk ke dalam tanah. Ini
menyebabkan perubahan keasaman (pH) dan kadar garam air tanah, yang membuat air tanah
tidak dapat digunakan lagi oleh manusia.

3. Pembuangan limbah yang mencemari lingkungan

Limbah tambak dapat berupa sisa pakan ikan, sisa hewan yang mati, serta air buangan tambak.
Limbah ini dapat mencemari perairan di sekitar tambak dan menyebabkan gangguan kesehatan
bagi manusia.

15
2. Kandungan Limbah Tambak Udang
Limbah budidaya udang dihasilkan dari pakan udang yang tidak termanfaatkan. Limbah
tersebut berupa limbah organik dalam bentuk hasil metabolisme dan sisa pakan udang. Limbah
hasil budidaya udang merupakan limbah organik terutama dari pakan, feses dan bahan terlarut
yang jika dibuang ke perairan akan menganggu ekosistem di perairan tersebut. Pakan udang
menyediakan nitrogen 92%,, fosfor 51% dan bahan organik lainnya 40% (Dimas Wahyu Meidi
Vanto, 2016).
Pertumbuhan udang yang semakin meningkat akan semakin meningkat pula pakan yang
diberikan. Meningkatnya jumlah pakan maka limbah yang dihasilkan akan meningkat pula.
Limbah hasil budidaya udang menghasilkan kira-kira 35% limbah organik, sisa pakan 15% dan
sisa metabolisme udang 20%. Limbah yang semakin meningkat akan mengalami proses
dekomposisi (penguraian) yang akan menghasilkan nitrit dan ammonia, karena tidak semua
pakan dikonsumsi udang (Wulandari, Widyorini, & Wahyu, 2015
3. Karakteristik Limbah Tambak Udang
a. Karakter fisika
fisika yang penting dalam limbah tambak adalah total padatan (total solid), suhu, warna dan
bau. Total padatan meliputi padatan terlarut, 13terendam, terapung, tersuspensi dan koloid. Suhu
tambak berkisar 40-46 0C. Limbah cair tambak udang berwarna kuning keruh dan berbau busuk
(Dimas Wahyu Meidi Vanto, 2016)
b. Karakteristik kimia
Limbah tambak udang mengandung bahan organik yang terdiri dari protein, karbohidrat dan
bahan anorganik lain seperti nitrogen, fosfor dan ammonia. Protein berasal dari sisa pakan
udang. Dimas Wahyu Meidi Vanto (2016) menyatakan bahwa limbah tambak udang bersifat
basa dengan kisaran pH 7-9

16
2. Pencemaran Sungai
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat energi dan atau
komponen lain ke dalam badan air oleh manusia, sehingga kualitas air turun sampai pada tingkat
tertentu dan menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai diperuntukannya (PP Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air).
Pencemaran di sungai disebabkan oleh adanya pencemar organik dan pencemar anorganik.
Pencemar organik dapat meningkatkan BOD dalam sungai yang mengindikasi penurunan
kualitas air. Sumber pencemar berasal dari pencemaran secara alamiah (dari alam) dan
pencemaran antropogenik (kegiatan manusia). Terjadinya peningkatan buangan air limbah serta
sampah yang tidak terkendali akan menyebabkan bertambahnya beban pencemar yang masuk ke
sungai, yang pada gilirannya akan mengakibatkan penurunan kualitas air sungai (Rahman, Alim,
& Utami, 2011)

3. Dampak Limbah Udang Bagi Masyarakat

Semakin hari budidaya semakin sulit. Ungkapan ini nampaknya cukup familiar di kalangan
petambak udang di Indonesia, atau bahkan mungkin juga terjadi di Negara lain pusat penghasil
udang. Berbagai tantangan terus menguji dunia budidaya udang mulai dari penyakit, efisiensi
pakan, cuaca tidak menentu, fluktuasi harga udang, hingga kondisi alam yang sudah tidak lagi
mendukung. Alam dan manusia sudah selayaknya berjalan beriringan. Manusia membutuhkan
jasa alam dalam menyediakan sumber daya sebagai sumber kehidupan. Tetapi yang terjadi saat
ini, keseimbangan alam telah bergeser karena jenuh oleh hasil samping aktivitas manusia. Dalam
hal aktivitas budidaya, hasil samping (limbah) belum mendapat perhatian yang cukup dari
kebanyakan petambak di Indonesia.Petambak masih pikir-pikir untuk membangun instalasi
manajemen limbah terutama terkait modal dan keterbatasan lahan. Selain itu juga kurangnya
pengetahuan untuk menerapkan manajemen limbah yang memberikan perubahan pada
efektivitas budidaya. Petambak lebih memilih langkah praktis dengan langsung membuang air
sisa budidaya langsung ke laut atau sungai. Padahal di dalamnya terkandung banyak sekali
senyawa organik yang menjadi 'PR' bagi alam untuk mendaurnya. Berbicara mengenai
keselarasan antara tambak dan lingkungan, ternyata tambak berpotensi menimbulkan beberapa

17
permasalahan lingkungan jika tidak dikelola dengan bijak. Tambak menimbulkan sejumlah
permasalahan lingkungan, diantaranya:

Penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan dan air hasil budidaya yang dibuang langsung ke
lingkungan di sekitarnya yang menyebabkan eutrofikasi,

Konversi lahan pertanian menjadi tambak udangKonversi ekosistem pesisir termasuk hutan
mangrove menjadi tambak udang,Persebaran penyakit ke populasi udang liar di
alam,Sedimentasi atau pendangkalan di muara.

Manajemen limbah, baik yang berupa padat maupun cair sebaiknya dilakukan selama
budidaya berlangsung maupun setelah panen. Perlakuan terhadap limbah ini meliputi
pengendapan partikel di dasar kolam, kemudian endapan dikeluarkan dari kolam, selanjutnya
endapan diperlakukan untuk menurunkan konsentrasi limbah sebelum dibuang ke sungai atau
laut. Limbah (cair atau padat) juga dapat digunakan untuk keperluan lain seperti untuk pupuk
pertanian.Limbah utama dari tambak adalah amonia, biasanya ditemukan dengan konsentrasi
yang tinggi di muara. Amonia (dan juga senyawa nitrogen lainnya: nitrat dan nitrit) berbahaya
karena dapat menjadi pemicu eutrofikasi hingga blooming alga di laut atau muara. Limbah yang
tidak diberi perlakuan sebelum dibuang juga dapat menyebarkan penyakit, terutama limbah
buangan dari tambak yang mengalami penyakit pada udang budidayanya. Apalagi kebanyakan
petambak mengandalkan air langsung dari alam/laut untuk budidaya. Pada akhirnya limbah akan
dapat kembali ke tambak, dan menyebabkan beberapa masalah:Peningkatan penggunaan sarana
prasarana perlakuan air laut sebelum masuk kolam budidayaKemelimpahan mikroorganisme
patogen (bakteri, parasit, virus)Peningkatan tingkat keparahan penyakit udang yang dapat
menyerangFluktuasi alkalinitasPeningkatan laju nitrifikasiToksin algae, terutama golongan BGA
dan DinoflagellataBukan tidak mungkin pada suatu masa, alam akan 'lelah' memberikan jasa
ekologinya pada kita -khususnya pada proses budidaya- jika tidak memperhatikan keseimbangan
dan kapasitas lingkungan. Meskipun, banyak juga petambak yang mulai peduli dengan tidak
membuang langsung limbah budidayanya ke lingkungan dengan memberi perlakuan terlebih
dahulu sebelum benar-benar dibuang ke lingkungan. Kepedulian semacam ini yang seharusnya

18
juga dimiliki segenap pelaku budidaya udang di Indonesia, karena budidaya bukan hanya untuk
saat ini tapi juga seterusnya hingga ke generasi berikutnya.

 Dampak yang ditimbulkan oleh limbah udang bagi masyarakat pesisir

Limbah udang berupa unsur organik, biasanya sisa pakan , bisa menggangu kesimbangan
ekosisten pantai, akumulasi unsur organik bisa meningkatkan populasi alga yang mengganggu
komunitas ikan. Limbah udang juga bisa menggangu budidaya lain yang ada di pantai.
Masyarakat disekitar PT. BUMI HARAPAN JAYA merasa terganggu, dikarenakan
sebagian mayoritas masyarakat disana pekerjaannya sebagai nelayan, Sebab air dari limbah
tersebut bisa menyebabkan flora dan fauna berkurang serta Nelayan yang memanah ikan
mengalami gatal gatal.
Banyak masyarakat mengeluh karena tidak ada tindakan dari pemerintah atas pembungan limbah
PT. tersebut . Seharusnya pemerintah memberikan solusi atau peringatan terhadap PT. tersebut
agar dapat mengelola limbahnya.

mbah pengolahan udang lama tak termanfaatkan, baru pada sekarang ini dilirik oleh berbagai
kalangan. Limbah udang yang telah diproses dapat berfungsi sebagai antibakteri, anti jamur dan
anti kangker. Hasil penelitian Kelompok Bioteknologi BBRP2B menyebutkan bahwa limbah
udang yang telah diproses menjadi oligomer kitasan berfungsi sebagai anti jamur perusak produk
perikanan.
Awalnya mungkin tidak pernah terpikirkan jika limbah pengolahan udang dapat menjadi barang
yang berharga. Bagian kepala dan kulit yang dibuang oleh industri pengolahan udang menjadi
limbah tak tak termanfaatkan yang dapat merusak lingkungan. Dengan mengolahnya menjadi
kitosan dan oligomer kitosan (turunan) nilai jualnya menjadi berpuluh-puluh kali lipat.
Bagaimana mungkin dari barang yang awalnya menjadi masalah mempunyai harga yang sangat
mahal, ternyata jawabannya adalah manfaatnya yang sangat luas dari mulai bidang kedokteran,
farmasi, industri makanan, dan industri kimia lainnya. Banyak penelitian yang telah dilakukan
mengenai kegunaan oligomer antara lain dapat menjadi obat kangker, anti bakteri, anti jamur dan
masih banyak lagi. Untuk akhirnya menjadi barang yang berharga, limbah udang memerlukan
pemrosesan lebih lanjut.

19
Limbah udang banyak mengandung senyawa kitin (20-30%) yang merupakan senyawa terbanyak
kedua di alam setelah selulosa. Kitin diperoleh dari limbah udang secara kimiawi dengan proses
penghilangan mineral (demineralisasi), penghilangan protein (deproteinase). Selanjutnya kitin
diubah menjadi senyawa yang lebih kecil yaitu kitosan. Ada dua metoda untuk mendapatkan
kitosan yaitu dengan cara kimia dan enzimatis. Metode enzimatis lebih disarankan karena
sifatnya yang ramah lingkungan. Kitosan sendiri sudah dapat berfungsi sebagai zat aktif antara
lain untuk pengolahan limbah, pangan dan industri kimia lainnya. Namun demikian,
keistimewaan kitosan tersebut dibatasi aplikasinya oleh sifat kitosan yang tidak mudah larut air.
Membuat kitosan menjadi lebih mudah larut air atau yang dikenal dengan turunan kitosan atau
oligomer kitosan akan makin meningkatkan aplikasi kitosan di berbagai bidang. Seperti halnya
kitosan, pembuatan oligomer kitosan juga dapat dilakukan secara kimia, radiasi dan enzimatis.
Secara enzimatis oligomer kitosan dibuat dari kitosan dengan menambahkan enzim kitosanase.
Kelompok peneliti bioteknologi BBRP2B memilih menggunakan enzim karena selain ramah
lingkungan, proses lebih mudah diatur, hemat energi juga dapat menghasilkan produk yang
spesifik yaitu jenis oligomer tertentu. Enzim kitosanase diperoleh dari mikroba yang diambil dari
limbah pengolahan produk perikanan dan lingkungan laut lainnya seperti air laut, sedimen dan
spong. Beberapa bakteri menghasilkan enzim yang memiliki aktivitas yang relatif tinggi. Enzim
diperoleh dengan cara menumbuhkan bakteri di dalam media cair yang mengandung kitin.
Adanya kitin ini akan memaksa bakteri untuk memproduksi enzim yang mampu mendegradasi
kitin sehingga dapat digunakan sebagai sumebr makanannya. Pemanenan dilakukan setelah
waktu inkubasi 2 sampai 5 hari tergantung jenis bakteri yang digunakan.
Selanjutnya enzim digunakan untuk memproduksi oligomer kitosan. Sebelum dibuat menjadi
oligomer, kitosan dilunakan menggunakan larutan asam, tujuannya adalah untuk membantu
mempermudah kerja enzim dalam memotong ikatan-ikatan pada kitosan sehingga diperoleh
senyawa yang lebih kecil ukurannya atau turunannya. Perbandingan yang digunakan dalam
pembuatan oligomer adalah 8 U enzim dibanding 1 gram kitosan dan diinkubasi selama 2 – 8
jam. Larutan oligomer yang dihasilkan dibaut menjadi bubuk

20
 Peran pemerintah dalam mengatasi limbah udang
Terkait dengan permasalahan pencemaran lingkungan akibat limbah udang membawa dampak
yang luar biasa terhadap kehidupan masyarakat, karena bisa menimbulkan kerusakan
lingkungan. Oleh
karena itu, perlu penanganan yang serius untuk mengatasinya. Sehingga antara
pemerintah, masyarakat dan lingkungan dibutuhkan hubungan timbal balik yang selalu harus
dikembangkan agar tetap dalam keadaan yang serasi dan dinamis. Untuk melestarikan hubungan
tersebut dibutuhkan adanya peran serta dari masyarakat maupun pemerintah itu sendiri. Hal ini
agar tidak terjadi gangguan, masalah-masalah maupun perusakan yaitu pencemaran itu sendiri.
Untuk mencegah dan mengatasi limbah udang, pemerintah harus berperan aktif baik melalui
perundang-undangan ataupun dengan cara yang lain. Pemerintah harus menggiatkan
pembangunan yang berkesinambungan yaitu sustainable development dengan artian
pembangunan yang berwawasan ke depan dengan maksud agar mampu dimanfaatkan oleh
generasi
sekarang maupun yang akan datang. UU nomor 4 tahun 1982 pasal 8 menyebutkan
kebijaksanaan dan mendorong ditingkatnya upaya pelestarian kemampuan lingkungan hidup
untuk menunjang pembangunan yang
peranan adalah aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang dan karena kedudukan
itu ia melakukan suatu tindakan atau gerak perubahan yang dinamis dimana dari usaha itu
diharapkan akan tercipta suatu keadaan atau hasil yang diinginkan. Tindakan tersebut dijalankan
dengan memanfaatkan kewenangan, kekuasaan, serta fasilitas yang Dengan adanya peranan ini
menimbulkan konsekuensi tertentu yaitu adanya suatu kewajiban yang harus dilaksanakan
seseorang sesuai dengan peranan atau status kedudukannya. Sedangkan jika peran dihubungkan
dengan pemerintah dalam mengatasi pencemaran limbah udang adalah posisi terkait dengan
tugas maupun kewajiban yang seharusnya pemerintah lakukan dalam mengatasi pencemaran
limbah udang agar mampu mengurangi tingkat pencemaran yang ada. Pemerintah dalam hal ini
adalah Pemerintah Pusat dan Pemerint Pemerintah Pusat yaitu Presiden Republik I.
Indonesia karena tingginya permintaan pasar dan aspek keuntungan yang ditawarkan.
Budidaya sistem ini menghasilkan limbah yang jauh lebih besar dari budidaya sistem
konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas beberapa jenis bakteri
probiotik dan kombinasi pemberian aerasi dan kapur untuk meningkatkan kualitas air limbah.

21
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan referensi dalam pengolahan limbah tambak udang
super intensif sehingga bermanfaat dalam menjaga kualitas lingkungan perairan pantai. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri probiotik menurun setelah dua hari sejak
inokulasi awal. Oleh karena itu, pengolahan limbah secara mikrobiologis memerlukan
penambahan bakteri baru setiap dua hari sekali. Pada kondisi aerobik, bakteri nitrifikasi berperan
dalam proses nitrifikasi yang mengoksidasi total amonia nitrogen dan nitrit. Pada kondisi rendah
oksigen, nitrifikasi berjalan sangat lambat sehingga mengakumulasi total amonia nitrogen dalam
air limbah. Secara umum, perlakuan aerasi meningkatkan bakteri dan membantu dalam
pencampuran limbah sehingga berperan lebih baik dalam mendegradasi bahan organik dan
menurunkan konsentrasi bahan pencemar. Pemberian kapur dalam air limbah dilakukan dalam
usaha mengikat ortofosfat sehingga tidak larut dan membentuk endapan/kristal. Namun,
efektifitas ortofosfat masih rendah karena pengikatan fosfat lebih efektif dalam pH tinggi,
ortofosfat lebih banyak dalam bentuk PO43-. Sementara itu, peran bakteri fotosintetik cukup
tinggi sebagai bakteri pengakumulasi fosfat, namun bakteri ini sensitif terhadap pemberian
kapur. Oleh karena itu, hasil penelitian mengusulkan penurunan konsentrasi ortofosfat tidak
dapat dilakukan dengan pemberian bakteri dan kapur secara bersamaan. Pembangunan
berkelanjutan memerlukan harmonisasi antara peraturan lingkungan yang memperhatikan daya
dukung serta upaya penegakan hukum lingkungan sehingga mampu menciptakan pembangunan
perikanan yang produktif dan terjun.

22
 PENERAPAN UU LINGKUNGAN HIDUP PADA PENCEMARAN PANTAI
POTO TANO

UU lingkungan hidup belum bisa diterapkan oleh pemerintah dalam pengendalian pencemaran
dan kerusakan lingkungan dipesisir . pemerintah belum merespon adanya limbah tambak udang
tersebut , penerapan ini tidak ada dilakukan baik secara langsung maupun surat peringatan .
sudah saatnyapemerintah aktif pada langkah langkah kongkrit mulai dari kegiatan pemantauan
kualitas air laut, pendataan rona awal dan penanganan kasus pencemaran dilingkungan pesisir.
Peningkatan penaatan oleh kegiatan PT. BUMI HARAPAN JAYA pada peraturan oleh kegiatan
tambak udang yang membuang limbah langsung ke laut. Ekploitasi terumbh marang atau pasir
laut sampai kepada langkah penegakan hukumnya perlu segara dilakukan. Evaluasi ekonomi
masyarakat ekonmi perlu dilakukan agar potensi wilayah pesisir seacara ekonomi dapat
diketahui dengan pasti sehingga memudahkan tuntutan yang terjadi pencemaran dan kerusakan
lingkungan ,

23
BAB III
PENUTUP

A. kesimpulan
Limbah merupakan hasil akvitas manusia yang berupa sampah cair dari suatu lingkungan
masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan, dengan kurang lebih 0,1%
daripadanya berupa benda padat yang terdiri dari zat organik dan anorganik (Soemarwoto, 1992).
Menurut peraturan pemerintah republik indonesia nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa
dari suatu usaha kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga
(domestik) maupun industri yang mengandung zat-zat berbahaya yang dapat menganggu
kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Air limbah yang merupakan hasil sisa dari berbagai aktivias, oleh karena itu air limbah
merupakan benda yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Air limbah yang tidak termanfaatkan
masih memerlukan pengolahan. Limbah yang pengolahan kurang baik akan menyebabkan
permasalahan lingkungan dan kehidupan makhluk hidup sekitar. Air limbah yang tanpa
pengolahan dengan baik saat bahaya terhadap kesehatan manusia, hal ini dikarenakan banyak
dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat adanya limbah.

B. saran

Seharusnya PT. bumi harapan jaya bisa mengelolah limbah udangnya sebaik mungkin
agaqr tidak terjadi pencemaran terhadap air laut yang dapat mengakibat habitat flora dan fauna di
laut rusak. Dan pemerintah juga harus tegas dalam menyikapi permasalahan yang timbul akibat
adanya pembuangan limbah dari tambak ke laut.

24
DAFTAR PUSTAKA

Penemaran pesisir dan laut”,http:/vivienanjadi.blogspot.co.id /2012/02/pencemaran- pesisir-


dan- laut. Html
http://www.radarjogja.co.id/limbah-cemari -pantai
http://ijodaoen.blogspot.co.id/2008/07/dampak-pencemaran-pantai-dan-laut
http://journal2.um.ac.id/index.php/jtppips/

25

Anda mungkin juga menyukai