Anda di halaman 1dari 22

EKOSISTEM SEBAGAI UNIT EKOLOGI DAUR BIOGEOKHEMIK,

FAKTOR PEMBATAS DAN REGULASI


(Makalah Ekologi)

DOSEN PENGAMPU :
Aryani Dwi Kesumawardani, M.Pd

DISUSUN OLEH :
Gadis Futihatu Rahmah (1711060
Jihan Afifah (1711060
Nabilla Oktafia Putri (1711060070)
Rina AM (171106
Yurika Septi (1711060

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
BANDAR LAMPUNG
2018-2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberi
kita taufiq dan hidayahnya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“EKOSISTEM SEBAGAI UNIT EKOLOGI DAUR BIOGEOKHEMIK,
FAKTOR PEMBATAS DAN REGULASI”. Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ekologi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung .

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad


SAW , beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan
kegelapan menuju jalan yang terang.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
kami khususnya, dan segenap pembaca umumnya.kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna , oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak
sangat kami harapkan untuk menuju kesempurnaan makalah ini.

Tak lupa kami mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini. Semoga semua bantuan
dicatat sebagai amal sholeh di hadapan Allah SWT. Amin

Bandar Lampung, 11 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................................2
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Siklus Biogeokimia ................................................................................... 5
B. Macam-macam daur biogeokimia ............................................................................... 5
1. Siklus atau Daur Air di lingkungan ......................................................................... 5
a. evaporasi / transpirasi.......................................................................................... 6
b. infiltrasi/perlokasi ............................................................................................... 6
c. Air Permukaan .................................................................................................... 6
2. Daur/siklus Karbon (C) ........................................................................................... 6
3. Daur/siklus Fosfor ................................................................................................... 8
4. Daur Belerang/Sulfur (S) ........................................................................................ 9
5. Daur atau siklus nitrogen ...................................................................................... 10
a. nitrifikasi ........................................................................................................... 10
b. nitrasi................................................................................................................. 10
C. Macam – Macam Faktor Pembatas ........................................................................... 12
1. Faktor pembatas fisik ............................................................................................ 12
2. Faktor pembatas kimiawi dan non fisik ................................................................ 13
3. Faktor pembatas Tipologi Ekosistem dan Indikator Ekologi ................................ 13
D. Prinsip – Prinsip yang Berhubungan dengan Faktor Pembatas ................................ 14
1. Hukum Minimum dari Leibig ............................................................................... 14
2. Hukum Toleransi dari Shelford............................................................................. 14
E. Regulasi Ekosistem ................................................................................................... 15
1. Perilaku Menyerang dan Menghindar (Attack-Avoidance) ................................... 15
2. Proses Terhadap Kepadatan Populasi ................................................................... 16
3. Homeostasis oleh Burung Hantu........................................................................... 16
4. Homeostasis dalam Kelahiran ............................................................................... 17
5. Predasi sebagai Bentuk Homeostasis .................................................................... 17
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kegiatan-kegiatan manusia dibumi saat ini sudah banyak yang melampui batas
maksimal lingkungan dalam mengatasu dampak dari kegiatan itu secara alami.
Lingkungan sudah sangat dalam mengatasi dampak tersebut dan perlunya campur
tangan manusia dalam mengatasinya. Kita dapat melihat tanah yang tidak tidak
subur lagi sehingga tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam diakibatkan oleh
kegiatan manusia yang lebih memikirkan keuntungan dan kesenangan dirinya
sendiri yaitu dengan memberikan bahan kimia yang dapat memperelok
tumbuhannya sementara memperburuk unsure hara yang ada didalam tanah.

Banyaknya masalah lingkungan tersebut maka diperlukan strategi bagi manusia


sebagai penghuni bumi yang dapat berfikir dan bertindak dalam mengatasinya
contohnya penggunanan kompos alami pada saat bercocok tanam dan peran penting
bagi pemerintahan untuk melindungi flora dan fauna yang ada diNegaranya yaitu
melalui pengadaan peraturan masing-masing Negara tentang hal ini atau adanya
Undang-undang Internasional tentang pelestarian bumi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana ekosistem sebagai unit ekologi ?
2. Bagaimana daur biogeokhemik ?
3. Apakah yang dimaksud dengan faktor pembatas ?
4. Bagaimana regulasi pada ekologi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui ekosistem sebagai unit ekologi.
2. Untuk mengetahui daur biogeokhemik.
3. Untuk mengetahui faktor pembatas.
4. Untuk mengetahui regulasi pada ekologi.

1
BAB II

LANDASAN TEORI

Biogeokimia terdiri dari 3 istilah, yaitu “bio” yang berarti makhluk hidup,
“geo” yang berarti batu, udara, dan udara dari bumi, “kimia” yang berarti tidak-
tidak atau bahan non-biologis yang diperlukan untuk mencari kehidupan.
Biopgeokimia adalah pengkajian perpindahan atau perubahan yang terus menerus
dari bahan-bahan antara komponen biosfer yang hidup dan tidak hidup. Eugene P.
Odum,Dasar-dasar Ekologi, (Yogyakarta: Gadjah Mada Uiversity Press, edisi 3,
cet. Pertama, 1993) hlm. 107

Dalam sistem ekologi, siklus biogeokimia merupakan siklus yang penting


terkait eksistensi kehidupan di muka bumi, tanpa adanya siklus biogeokimia maka
kehidupan akan terhenti. Siklus biogeokimia berfungsi sebagai penyedia berbagai
materi untuk dimanfaatkan organisme hidup secara berulang darn
berkelanjutan.Dalam siklus biogeokimia, molekul dari nutrien dipindahkan dari
lingkungan ke organisme, lalu kembali lagi ke lingkungan.

(Latuconsina,Husain.2019:37)

Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar bagi
perikehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidakdapat
berlangsung. Oleh satu kebutuhan utama bagi manusia untuk kelangsungan hidup
dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan
manusia.(Sumantri,Arif.2010:19)

Unsur fosfor merupakan unsur yang penting bagi kehidupan organisme


tetapi persediaannya di alam terbatas sehingga dipandang dari segi ekologi fosfor
sangat penting dalam transformasi energi pada semua organisme,umumnya lebih
besar daripada dalam batuan, tanah, dan air.Di perairan, unsur fosfor tidak
ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa
anorganik yang terlarut berupa ortofosfat seperti trinatrium fosfat Na PO, Na.HPO,
dan polifosfat seperti natrium heksametafosfat Na (PO,) dan senyawa organik yang
berupa partikulat.Senyawa fosfor anorganik yang biasa terdapat di perairan.Fosfat
merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.Sumber fosfor

2
dalam ekosistem adalah berupa endapan gunung yang apabilamengalami erosi dan
kikisan oleh udara memungkinkan fosfat tersedia dalam bentuk ion organik.Fosfor
terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan
hewan) dan anorganik (pada air dan tanah). Fosfor jugamerupakan unsur esensial
bagi tumbuhan dan alga akuatik serta sangat memengaruhi tingkat produktivitas
perairan. Fosfor berperan dalam transfer energi di dalam sel, misalnya yang terdapat
pada ATP (Adenosine Triphosphate) dan ADP (Adenosine Diphosphate).
(Latuconsina,Husain.2019 : 36)

Secara alami, keberadaan sulfur di alam sesuai dengan reaksi keseimbangan


siklus sulfur. Namun karena aktivitas manusia,jumlah sulfur di atmosfer dapat
bertambah banyak. Aktivitas manusia yang menghasilkan SO, yaitu pembakaran
bahan bakar fosil, batu bara sebagai sumber energi (PLTU), bensin sebagai bahan
bakar kendaraan bermotor atau penggerak mesin, proses-proses industri seperti
pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja dan pembakaran
kayu, dan sebagainya Diperkirakan jumlah sulfur yang di atmosfer, dua pertiganya
berasal dari alam, sesuai dengan siklus dan sepertiganya hasil samping kegiatan
manusia. Pada sulfur yang dihasilkan secara alami biasanya terdistribusi merata,
sehingga tidak menimbulkan konsentrasi yang tinggi. Sedangkan sulfur yang
dihasilkan oleh aktivitas manusia, cenderung terkonsentrasi sangat tinggi pada
beberapa tempat sesuai dengan aktivitasnya, sehingga dampaknya di daerah
tersebut cemarannya juga tinggi.(Cahyono,Tri.2017 : 143)

fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat anorganik ini
kemudian akan diserap lagi oleh akar tumbuhan Apabila terjadi kehilangan fosfor
karena mengalir ke tempat lain dalam siklus suatu ekosistem, dapat membawa
akibat yang serius terhadap kelangsungan hidup organisme dalam ekosistem
tersebut. Sumber terbesar fosfor adalah batuan-batuan dan endapan-endapan lain
yang terbentuk selama jutaan tahun silam. Sumber ini secara berangsur-
angsur,mengalami erosi, bersamaan dengan itu pula senyawa fosfat dilepaskan ke
dalam ekosistem. Akan tetapi, sebagian besar senyawa fosfat hilang ke laut dan
sebagian diendapkan di laut dalam Keberadaan fosfor secara berlebihan disertai
dengan keberadaan nitrogen dapat menstimulasi ledakan pertumbuhan alga di
perairan (algae bloom).(Latuconsina,Husain.2019 : 36)

3
Ada bakteri yang mampu mentransformasi Amonium menjadi senyawa
yang tidak berbahaya dan dengan proses ini digunakan sebagai energi kehidupan.
Proses ini disebut dengan Nitrifikasi. Dalam proses Nitrifikasi, Amonium diubah
menjadi Nitr, dan kemudian Nitritdiubah menjadi Nitrat. Kedua proses tersebut
dibentuk oleh dua genus bakteri yang berbeda Nitrous Cyaitu Nitrosomonas dan
Nitrobacter. Nitroso-monas mengubah Amonium menjadi Nitrit, sedangkan
Nitrobacter mengubah Nitrit menjadi Nitrat.(Kuncoro,Eko.2004:82)

Faktor pembatas adalah suatu yang dapat menurunkan tingkat jumlah dan
perkembangan suatu ekosistem faktor lingkungan menjadi faktor pembatas, baik
itu abiotik maupun biotik. Abiotik diantaranya adalah suhu, kecepatan, arus dan
pH. Pengertian tentang faktor lingkungan sebagai faktor pembatas kemudi
an dikenal sebagai Hukum faktor pembatas, yang dikemukakan oleh F.F
Blackman, yang menyatakan: jika semua proses kebutuhan tumbuhan
tergantung pada sejumlah faktor yang berbeda - beda, maka laju kecepatan
suatu proses pada suatu waktu akan ditentukan oleh faktor yang pembatas pada
suatu saat.(Resudarmo, R.S.:K.Kartawinata: A. Soegiarto. 1992.52)
Faktor pembatas adalah segala faktor yang cenderung untuk menurunkan
laju metabolisme atau potensi pertumbuhan dalam suatu ekosistem. Suhu: sebagian
besar sepesies dan sebagian besar aktifitas dibatasi pada kisaran suhu yang sempit.
Variabel suhu dari sudut ekologis sangat penting. Arus: komposisi ikan sungai tidak
sama dengan ikan danau. Tekanan air: memengaruhi distribusi vertikal ikan.
Sallnitas: memengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh osmoregulasi. Oksigen:
bersumber dari dufusi udara dan fotosintesis. Karbondioksida: bersumber dari
respirasi, pembusukan. Yang merupakan faktor pembatas adalah 1.unsur dan
senyawa essensial yang berada dalam keadaan minimum. 2.batas toleransi
organisme.( Resudarmo, R.S.:K.Kartawinata: A. Soegiarto. 1992:58)

4
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Siklus Biogeokimia

Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut dengan siklus organik-


anorganik adalah siklus unsur-unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari
komponen abiotik ke komponen biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik.
Siklus unsur- unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan
reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut sebagai siklus
biogeokimia.

Menurut Odum, biogeokimia adalah jalan-jalan yang bentuknya melingkar


dari unsur-unsur kimia yang melewati unsur-unsur organisme dan lingkungannya.
Bio merujuk kepada organisme hidup, geo kepada bebatuan, tanah udara dan air
dari bumi, sedangkan kimia adalah komposisi kimia dari bumi dan pertukaran
unsure-unsur diantara bhan-bahan dari kerak bumi.

Fungsi Siklus Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang


mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada
dibumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan
hidup di bumi dapat terjaga.

B. Macam-macam daur biogeokimia


1. Siklus atau Daur Air di lingkungan

Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air ,Uap air berasal dari air di
daratan dan laut yang menguap (evaporasi) karena panas cahaya matahari dan
transpirasi karena penguapan oleh tumbuhan , Sebagian besar uap air di
atmosfer berasal dari laut karena laut mencapai tiga perempat luas permukaan
bumi. Uap air di atmosfer terkondensasi menjadi awan yang turun ke daratan
dan laut dalam bentuk hujan (presipitasi),Pada perjalanan menuju bumi
beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh
yang kemudian diserap oleh tanaman sebelum mencapai tanah.Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara terus menerus dalam
tiga cara yang berbeda :

5
a. evaporasi / transpirasi

Air yang ada di laut, di daratan, di sungai,di tanaman akan menguap


menjadi awan Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan,menjadi bintik-bintik air
yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju atau es.

b. infiltrasi/perlokasi

Air bergerak ke dalam tanah melalui celah- celah dan pori-pori tanah dan
batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat
bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air
tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.

c. Air Permukaan

Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau
makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin

besar.

2. Daur/siklus Karbon (C)

Berkaitan dengan siklus oksigen siklus karbon berkaitan erat dengan


peristiwa fotosintesis yang berlangsung pada organisme autotrof dan peristiwa
respirasi yang berlangsung pada organisme heterotrof karbon diambil atau

6
diserap oleh tumbuhan dari lingkungan untuk fotosintesis dalam bentuk
CO2CO2 dilepas ke lingkungan oleh organisme heterotrof yang merupakan
hasil sampingan dari peristiwa respirasi. Proses timbal balik fotosintesis dan
respirasi seluler berpengaruh terhadap perubahan dan pergerakan utama
karbon. Naik turunnya kadar CO2 dan O2 atsmosfer secara musiman
disebabkan oleh aktivitas fotosintetik. Dalam skala global kadar CO2 dan O2
atsmosfer dapat diseimbangkan oleh keberlangsungan proses respirasi dan
fotosintesis aktifitas manusia dan alam seperti penggunaan bahan bakar fosil
untuk industrialisasi dan transportasi, kebakaran hutan, pembakaran hutan
untuk lahan pertanian dan illegal logging dapat meningkatkan kadar CO2 di
atmosfer Karbon dalam tanah ditemukan dalam bentuk fosil berupa minyak
bumi (fosil hewan) dan batubara (fosil tumbuhan)

Berikut adalah skema siklus Karbon :

CO2 bersumber dari respirasi tumbuhan dan hewan, asap vulkanik, pabrik
dan juga kendaraan akan digunakan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis. Hewan
dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batu bara di
dalam tanah. Batu bara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga
menambah kadar CO2 di udara.CO2 yang berikatan dengan air akan membentuk
suatu asam karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat berguna
bagi alga untuk membuat makanan untuk diri sendir atau tanaman heterotrof
lainnya.Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan
menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah
CO2 di air. Lintasan arus utama siklus karbon adalah dari atmosfer atau hidrosfer
ke dalam jasad hidup, kemudian kembali lagi ke atmosfer atau hidrosfer.

7
3. Daur/siklus Fosfor

Fosfor merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua makhluk


hidup membutuhkan fosfor/ phosphat untuk pembentukan senyawa ATP (adenosin
triphosphat), ADP (adenosin diphosphat), dan AMP (adenosin monophosphat)
untukproses metabolisme tubuh. Pada Hewan tingkat tinggi fosfor digunakan untuk
penusun tulang yang ditulang bergabung dengan Calsium membeentuk CaPO4
(calsium Phosphat Fosfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO4)/fosfat
anorganik Ion Fosfat terdapat dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan
pelapukan menyebabkan fosfat terbawa menuju sungai hingga laut membentuk
sedimen. Adanya pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang mengandung
fosfat muncul ke permukaan. Didarat tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut
dalam air tanah sehingga terjadi perpindahan materi dari geo ke bio dari alam ke
tubuh organisme Fosfat itulah kemudian dikenal dengan fosfat organic. Herbivora
mendapatkan fosfat dari tumbuhan yang dimakannya dan karnivora mendapatkan
fosfat dari herbivora yang dimakannya. Seluruh hewan mengeluarkan fosfat
melalui urine dan feses. Bakteri dan jamur mengurai bahan-bahan anorganik di
dalam tanah lalu melepaskan fosfor kemudian diambil oleh tumbuhan.

8
4. Daur Belerang/Sulfur (S)

Sulfur merupakan unsur non logam bentuk aslinya adalah sebuah zat padat
kristal berwarna kuning di alam ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai
mineral- mineral sulfida dan sulfat sulfur teradapat di udara karena adanya aktifitas
gunung berapi dan penggunaan dari bahan bakar fosil (menghasilkan SO2) unsur
penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam bentuk senyawa asam amino
tumbuhan mendapat sulfur dari dalam tanah dalam bentuk sulfat organik (SO4 ).
sulfur berpindah ke organisme heterotrof dalam proses rantai makanan penguraian
organisme yang mati mengasilkan gas H2S atau menjadi sulfat lagi. Sulfur
direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dankadang-kadang terdapat dalam bentuk
sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur
sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat
menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan
bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan
oksigen. Sulfur di oksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti
Thiobacillus.

9
5. Daur atau siklus nitrogen

Nitrogen di udara sekitar 78 % dalam bentuk nitrogen bebas organisme


membutuhkan nitrogen dalam bentuk senyawa organisme tingkat tinggi tidak dapat
dengan mudah mengikat (memfiksasi) nitrogen bebas mikroorganisme berperan
dalam fiksasi nitrogen ke tubuh organisme tingkat tinggi (terutama tumbuhan)

Skema nitrifikasi dan nitrasi

a. nitrifikasi

Penguraian amonia menjadi nitrit dengan bantuan Nitrosomonas dan


Nitrosococcus (amonia dan nitrit bersifat toksik pada organisme)

b. nitrasi

Perubahan senyawa nitrit menjadi nitrat (tidak bersifat toksik) oleh


Nitrobacter.

Ketika petir terbentuk di atmosfer terjadi penyerapan nitrogen menjadi


senyawa nitrat. Nitrat yang terbentuk di atmosfer tentu akan terbawa hujan
sehingga terjadi perpindahan nitrat dari udara ke daratan yang menjadikan nitrogen

10
dalam bentuk nitrat itu menjadi berguna tumbuhan menyerap nitrat dari tanah untuk
dijadikan protein nitrogen dalam bentuk protein diserap oleh kosumen, senyawa
nitrogen pindah ke tubuh hewan dan manusia Urin dan feces sebagai Ekresta ,
bangkai hewan,tumbuhan mati , sisa kehidupan (ranting, daun tua) yang disebut
Egesta akan diuraikan oleh pengurai jadi ammonium dan ammoniak (amonifikasi)
.Amoniak hasil pembusukan itu oleh bakteri Nitrifikan akan dirombak jadi Nitrit
melalui Nitrifikasi (Nitrifikasi adala proses biokimia yang tergolong anabolisme
mengubah senyawa sederhana anorganik berupa amoniak NH3 menjadi senyawa
organik nitrat HNO3 dengan energi berasal dari energi hasil reaksi kimia
/khemosintesis oleh bakteri) Nitrifikasi dilanjutkan dengan Nitrasi. Nitrat diserap
kembali oleh tumbuhan. Selain melalui petir juga penyerapan nitrogen dapat
melalui fiksasi (pengikatan langsung Nitrogen di udara oleh mikroorganisme fiksasi
(Rhizobium leguminosarum, Azotobacter, Clostridium pasteurianum, Nostoc
cummune, Anabaena azzolae) Rhizobium leguminosarum : bersimbiosis dengan
kacang kacangan membentuk bintil akar Anabaena azzolae bersimbiosis dengan
paku air (Azolla pinata) dan pakis haji (Cycas rumpii)Azotobacter, Clostridium
pasteurianum dan Nostoc commune hidup soliter Nitrogen juga bisa larut bersama
air hujan,hujan asam ( acid rain) yang mengandung HNO3, dari pupuk buatan Urea
yang dilepaskan ke tanah

11
C. Macam – Macam Faktor Pembatas

Dengan mengetahui faktor pembatas (limiting factor) suatu organisme


dalam suatu ekosistem maka dapat diantisipasi kondisi-kondisi di mana organisme
tidak dapat bertahan hidup.

Umumnya suatu organisme yang mempunyai kemampuan untuk melewati


atau melampaui faktor pembatasnya maka ia memiliki toleransi yang besar dan
kisaran geografi penyebaran yang luas pula. Sebaliknya jika organisme tersebut
tidak mampu melewatinya maka ia memiliki toleransi yang sempit dan memiliki
kisaran geografi penyebaran yang sempit pula.

Tidak sedikit didapati pula bahwa ada organisme tertentu yang tidak hanya
beradaptasi dengan faktor pembatas lingkungan fisik saja, tetapi mereka bisa
memanfaatkan periodisitas alami untuk mengatur dan memprogram kehidupannya
guna mengambil keuntungan dari keadaan tersebut.

Faktor pembatas dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :

1. Faktor pembatas fisik

Faktor pembatas fisik bagi suatu organisme kita kenal secara luas di antaranya :

a) Cahaya matahari, intensitas cahaya bukan merupakan bagian terpenting


yang membatasi pertumbuhan tumbuhan dilingkungan darat, tetapi penaungan oleh
kanopi hutan membuat persaingan untuk mendapatkan cahaya matahari dibawah
kanopi tersebut menjadi sangat ketat.

b) suhu, suhu daapt dikatakan sebagai factor pembatas karena pengaruhnya


pada proses biologis dan ketidakmampuan sebagian besar organisme untuk
mengatur suhu tubuhnya secara tepat. Dan sebagian organisme tidak dapat
mempertahankan suhu tubuhnya lebih tinggi beberapa derajat diatas atau dibawah
suhu lingkungan sekitar.

c) ketersediaan sejumlah air, air dapat dikatakan sebagai factor pembatas,


ketika ada organisme yang hidup terendam diair, tetapi ada masalah keseimbangan
air, jika tekanan osmosis intra seluler organisme tersebut tidak sesuai dengan
tekanan air disekitarnya. Serta factor yang lainnya,

12
2. Faktor pembatas kimiawi dan non fisik

Faktor pembatas nonfisik adalah unsur-unsur nonfisik seperti zat kimia yang
terdapat dalam lingkungan akan menjadi faktor pembatas bagi organisme-
organisme untuk dapat hidup dan berinteraksi satu sama lainnya.

Kondisi lingkungan perairan (aquatic) berbeda dengan kondisi lingkungan daratan


(terrestrial), terutama ditinjau dari keberadaan unsur kimiawi seperti; O2, CO2, dan
gas-gas terlarut lainnya yang dapat diperoleh organisme di lingkungannya.
Garam biogenik adalah garam-garam yang terlarut dalam air, seperti karbon (C),
hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S), posfor (P), kalium (K), kalsium
(Ca), dan magnesium (Mg). Zat kimia ini merupakan unsur vital bagi keberlanjutan
organisme tertentu.

3. Faktor pembatas Tipologi Ekosistem dan Indikator Ekologi

Kehadiran atau keberhasilan suatu organisme atau kelompok organisme-


organisme tergantung kepada kompleksitas suatu keadaan. Keadaan yang mana pun
yang mendekati atau melampaui batas-batas toleransi dinamakan sebagai yang
membatasi atau faktor pembatas. Dengan adanya faktor pembatas ini semakin jelas
kemungkinannya apakah suatu organisme akan mampu bertahan dan hidup pada
suatu kondisi wilayah tertentu.

Jika suatu organisme mempunyai batas toleransi yang lebar untuk suatu
faktor yang relatif mantap dan dalam jumlah yang cukup maka faktor tadi bukan
merupakan faktor pembatas. Sebaliknya apabila organisme diketahui hanya
mempunyai batas-batas toleransi tertentu untuk suatu faktor yang beragam maka
faktor tadi dapat dinyatakan sebagai faktor pembatas. Beberapa keadaan faktor
pembatas, termasuk di antaranya adalah temperatur, cahaya, air, gas atmosfer,
mineral, arus, dan tekanan, tanah, dan api. Masing-masing dari organisme
mempunyai kisaran kepekaan berbeda terhadap faktor pembatas.

Dengan adanya faktor pembatas, dapat dianggap faktor ini bertindak


sebagai ikut menyeleksi organisme yang mampu bertahan dan hidup pada suatu
wilayah sehingga sering kali didapati adanya organisme-organisme tertentu yang

13
mendiami suatu wilayah tertentu pula. Organisme ini disebut sebagai indikator
biologi (indikator ekologi) pada wilayah tersebut.

D. Prinsip – Prinsip yang Berhubungan dengan Faktor Pembatas


1. Hukum Minimum dari Leibig

Justus van leibig, seorang pelopor dalam penelitian mengenai pengaruh


macam – macam faktor lingkungan, terutama unsure kimia didalam tanah, terhadap
tumbuhan (pertanian), menemukan bahwa produksi pertanian sering tidak
ditentukan oleh bahan nutrisi dalam jumlah banyak, misalnya seperti air atau CO2,
karena bahan – bahan ini terdapat dalam jumlah yang banyak dilingkungan,
melainkan oleh zat – zat seperti misalnya boron, yang diperlukan oleh lingkungan
dalam jumlah yang kecil. Unsure boron dalam hal ini merupakan unsur esensial
yang tersedia dalam jumlah yang mendekati tingkat minimum kritis, bersifat
membatasi atau menentukan.

Prinsip ini diformulasikan sebagai berikut : “ dalam kondisi yang mantap,


maka bahan esensial yang tersedia di lingkungan dalam jumlah yang mendekati
minimum kritis, cenderung bersifat membatasi”.

Kondisi lingkungan kondisi yang mantap adalah suatu kondisi apabila


masukan dan hasil dari energi atau materi terdapat dalam keseimbangan. Hokum
ini kurang berlaku jika kondisi lingkungan yang keadaannya kurang mantap, seperti
terjadinya eutrofikasi atau polusi.

2. Hukum Toleransi dari Shelford

Menyatakan bahwa organisme tertentu dapat bertahan hidup tidak hanya


ditentukan oleh faktor pembatas minimum saja, tetapi juga ditentukan oleh faktor
pembatas maksimum.

Dengan mengetahui batas toleransi suatu organisme maka hal ini dapat
membantu memahami pola dan penyebaran organisme pada ekosistem tertentu.
Untuk menyatakan batas toleransi suatu organisme sering dipakai istilah yang
umum, yaitu berawalan steno yang berarti sempit dan eury yang berarti lebar/luas.
Untuk dapat bertahan dan hidup di dalam keadaan tertentu, suatu organisme harus
memiliki bahan-bahan penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

14
perkembangbiakan. Keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan
dengan keadaan tertentu. Apabila keperluan mendasar ini hanya tersedia dalam
jumlah yang paling minimum maka akan bertindak sebagai faktor pembatas.
Walaupun demikian, seandainya keperluan mendasar yang hanya tersedia
minimum berada dalam waktu "sementara" tidak dapat dianggap sebagai faktor
minimum karena pengaruhnya dari banyak bahan sangat cepat berubah.
Ternyata kondisi minimum dari suatu kebutuhan mendasar bukan merupakan satu-
satunya faktor pembatas kehidupan suatu organisme, tetapi juga dalam keadaan
terlalu maksimumnya kebutuhan tadi sehingga dengan kisaran minimum-
maksimum ini dianggap sebagai batas-batas toleransi organisme untuk dapat hidup.
Namun, dalam kenyataan tidak sedikit organisme yang mempunyai kemampuan
untuk "relatif" mengubah keadaan lingkungan fisik guna mengurangi efek
hambatan terhadap pengaruh lingkungan fisiknya.

E. Regulasi Ekosistem

Makhluk hidup memiliki perilaku tersendiri yang menciptakan kondisi


homeostasis dalam ekosistem. Sama halnya dengan regulasi dalam tubuh seperti
rasa haus yang tercipta saat tubuh manusia kekurangan cairan, ekosistem juga dapat
meregulasi sistem didalamnya. Regulasi ini dilakukan dalam beberapa cara,
diantaranya:

1. Perilaku Menyerang dan Menghindar (Attack-Avoidance)


Hampir semua hewan mamalia dan aves memiliki kecenderungan untuk
saling menyerang dalam satu spesies dan saling menghindari atau acuh pada hewan
dari spesies lain. Salah satu contoh lain adalah tupai dan chipmunk. Kedua hewan
ini memiliki jenis makanan yang sama. Namun apabila satu tupai sedang makan
dan datang chipmunk, tupai cenderung mengacuhkannya.

Pengecualian terjadi apabila chipmunk dirasa terlalu dekat dengan tupai.


Tetapi saat tupai didekati oleh tupai yang lain, kedua tupai ini cenderung akan saling
menyerang. Perilaku inilah yang disebut dengan istilah attack-avoidance. Perilaku
semacam ini ternyata merupakan satu pengaturan dalam ekosistem agar persebaran
satu jenis spesies tidak selalu ada dalam satu wilayah yang terbatas. Perilaku attack-

15
avoidance menyebabkan persebaran satu spesies klasifikasi animalia semakin luas.
Persebaran ini juga merupakan cara hewan beradaptasi dengan
lingkungannya. Dengan persebaran yang semakin luas maka ketersediaan makanan
dalam satu wilayah tidak akan habis.

2. Proses Terhadap Kepadatan Populasi


Perilaku attack-avoidance biasanya membuat persebaran hewan menjadi
lebih luas. Namun pada beberapa hewan kecil dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi seperti tikus dan kelinci, perilaku ini sulit ditemukan. Pada jenis spesies ini,
ternyata terjadi proses homeostasis yang berbeda. Saat populasi tikus atau kelinci
dalam satu ekosistem alami terlalu padat, hal ini menyebabkan stres yang
menyebabkan fungsi kelenjar tiroid terganggu.

Kelenjar tiroid bertanggungjawab terhadap hormon hormon esensial bagi


tubuh sehingga gangguan pada kelenjar ini dapat menyebabkan kematian. Apabila
kepadatan populasi mencapai kondisi kritis, stres menjadi sangat ekstrim hingga
hewan kecil dapat mengalami kematian kibat kerusakan sistem endokrin. Dalam
ekosistem alami jarang terjadi peledakan jumlah spesies, berbeda dengan ekosistem
buatan. Campur tangan manusia banyak menyebabkan menurunnya jumlah satu
jenis spesies dan meningkatnya jumlah spesies lain. Misalnya karena perburuan
predator seperti macan dan singa di hutan, menyebabkan populasi rusa meningkat.

3. Homeostasis oleh Burung Hantu


Burung hantu memiliki peran penting dalam penurunan ledakan jumlah
mangsa. Saat populasi mangsa dalam suatu ekosistem jumlahnya terlalu banyak
karena suatu hal, populasi burung hantu juga meningkat. Perkembangbiakan
hewan ini biasanya hanya menghasilkan 3 telur.

Namun dalam kondisi ini, burung hantu dapat bertelur hingga 11 buah telur.
Hal ini menyebabkan jumlah burung hantu mengimbangi peledakan jumlah
mangsa. Pada akhirnya jumlah mangsa akan berkurang karena jumlah predator
terlalu banyak dan burung hantu akan melakukan perpindahan tempat saat jumlah
mangsa berkurang. Kondisi ini juga menyebabkan burung hantu betina tidak dapat

16
bertelur karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Hal ini menyebabkan
kondisi homeostasis kembali tercipta.

4. Homeostasis dalam Kelahiran


Ekosistem memiliki sistem yang ajaib dalam mengatasi masalah yang
mengganggu keseimbangannya. Pada populasi hewan yang memadat terjadi
kemtian mendadak akibat stres pada kelenjar tiroid. Bagaimana bagi populasi yang
tidak padat? Mangsa seperti rusa adalah makanan utama bagi predator besar seperti
macan, singa, harimau dan sebagainya. Akibatnya jumlah rusa semakin berkurang.
Namun hal ini diatasi dengan cara berkembangbiak hewan ini. Pada populasi yang
mudah menipis, kebanyakan spesies ini dapat melahirkan lebih banyak anak.
Dengan demikian jumlah populasi dapat kembali normal.

5. Predasi sebagai Bentuk Homeostasis


Predasi adalah hubungan mangsa dan dimangsa yang terjadi didalam
ekosistem. Interaksi ini merupakan bagian dari homeostasis dalam ekosistem.
Kebanyakan pemangsa atau predator akan memangsa individu yang paling lemah
dalam populasi mangsanya. Individu ini bisa jadi lemah karena sakit, terluka, atau
tidak dijaga induknya. Akibatnya mangsa yang kuat akan bertahan hidup dan
menurunkan sifatnya pada anaknya. Artinya kehidupan mangsa dibentuk oleh
perilaku dari pemangsanya. Rusa akan berlari lebih kencang karena rusa yang
lemah telah dimangsa oleh predator. Ini juga merupakan salah satu contoh dari
bentuk seleksi alam.

Demikian beberapa proses homeostasis dalam ekosistem. Dari beberapa contoh


proses diatas dapat dilihat bahwa meskipun beberapa kejadian tidak
menguntungkan bagi suatu individu, tapi kejadian ini sebenarnya merupakan cara
menjaga keseimbangan ekosistem. Baca juga artikel terkait lainnya: pelestarian
ekosistem – pelestarian biota laut – pembudidayaan rumput laut

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Siklus biogeokimia adalah senyawa kimia yang mengalir dari komponen
abiotik ke komponen biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik, yang berfungsi
mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada
dibumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan
hidup di bumi dapat terjaga.

Macam-macam Daur Biogeokimia ini terdiri dari Daur air dilingkungan


(evaporasi, infiltrasi, air permukaan), Daur Karbon berkaitan erat dengan peristiwa
fotosintesis yang berlangsung pada organisme autotrof dan peristiwa respirasi yang
berlangsung pada organisme heterotrof karbon diambil oleh tumbuhan dari
lingkungan untuk fotosintesis dalam bentuk CO2CO2 dilepas ke lingkungan oleh
organisme heterotrof yang merupakan hasil sampingan dari peristiwa respirasi.
Daur fosfor ini merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua makhluk
hidup membutuhkan fosfor/ phosphat untuk pembentukan senyawa ATP (adenosin
triphosphat). Daur sulfur ini merupakan sebuah zat padat Kristal berwarna kuning
dialam. Sebagai mineral sulfida yang terdapat diudara karena adanya aktifitas
gunung berapi.

Faktor pembatas fisik terdapat dua yaitu fisik dan kimiawi. Factor pembatas
fisik adalah seperti cahaya, air dan suhu. Sedangkan faktor pembatas kimiawi
adalah zat kimia yang terdapat dalam lingkungan akan menjadi faktor pembatas
bagi organisme-organisme untuk dapat hidup dan berinteraksi satu sama lainnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Campbell,Biologi,Jakarta:Erlangga.2003

Latuconsina,Husain,Ekologi Perairan Tropis,Yogyakarta:UGM Press,2019

Efri etal,Biologi Lingkungan,Surakarta:Muhammadiyah University


Press,2017

19

Anda mungkin juga menyukai