Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENCEMARAN PERAIRAN

Non point source pollution (Diffuse Pollution) Sumber polusi bukan


titik / penyebaran

Dosen Pengampu : Dr. Eng. Rosana Elvince, S.Pi.,M.Eng

Disusun Oleh:

IRA WISTALIA PURBA


CDA 118 054

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN PERIKANAN

PRODI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun
makalah ini membahas tentang “Non point source pollution (Diffuse Pollution)”.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah
Pencemaran Perairan..

Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh Karena itu sangat
diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Palangka Raya, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah .................................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

2.1 Polusi dan Kasus Non point source............................................................................ 3

2.2 Polusi dan Kasus point source ................................................................................... 5

2.3 Sumber Utama Pencemaran .................................................................................... 7

2.4 Indikator Pencemaran ................................................................................................ 11

2.5 Polutan Air ................................................................................................................ 13

2.6 Penanggulangan Pencemaran Teknologi Inovatif untuk Polusi NPS Kontrol ............ 15

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 16

3.2 Saran......................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara alami siklus air merupaka hal yang dapat diprediksi kejadiannya
dengan menggunakan teknologi, namun belakang ini siklus tersebut telalah banyak
mengalami pergeseran bahkan tidak menentu. Hal ini bisa disebabkan oleh ketidak
setabilan suhu dipermukaan bumi. Banyak hal yang mempengaruhi perubahan suhu
sehingga pasokan air dipermukaan bumi mengalami siklus yang tidak menentu.
Hampir sebagian besar makhluk hidup dipermukaan bumi memerlukan air terutama
pasokan air bersih, namum untuk menjaga kemurnian air tidaklah mudah. Banyaknya
pencemaran yang terjadi yang dapat memicu terganggunya kebutuhan air bersih.

Pencemaran air yang diakibatkan oleh kegiatan manusia biasanya bisa


berakibat patal secara langsung karena keberadaaan sumber pulusi sangat dekat
dengan pemukiman. Sumber-sumber polusi yang dapat mengganggu kemurniaan air
dikenal dengan sumber polusi titik dan sebaran (Point and Nonpoint Source Pollutan).
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tersedia melimpah
dalam jumlah yang konstan dan memiliki siklus tetap. Jenis air yang paling banyak
digunakan adalah air tawar.Pencemaran atau polusi air adalah penyimpangan sifat-
sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya.

Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, tetapi
bukan berarti semua air sudah terpolusi. Sebagai contoh, meskipun di daerah
pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari
polusi, air hujan selalu mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO2, O2 dan N2,
serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa
dari atmosfer. Pencemaran air menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001
adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun

1
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya.

Sumber pencemar (polutan) dapat berupa suatu lokasi tertentu (point source)
atau tak tentu/ tersebar (non-point/diffuse source). Sumber pencemar point source
misalnya kenalpot mobil, cerobong asap pabrik dan saluran limbah industri.
Pencemar yang berasal dari point source bersifat lokal. Efek yang ditimbulkan dapat
ditentukan berdasarkan karakteristik spesial kualitas air. Volume pencemar dari point
source biasanya relatif tetap. Sumber pencemar non-point source dapat berupa point
source dalam jumlah yang banyak. Misalnya: limpasan dari daerah pertanian yang
mengandung pestisida dan pupuk, limpasan dari daerah permukiman (domestik), dan
limpasan dari daerah perkotaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diberikan perumusan masalah


sebagai berikut:

1. Apa saja Polusi dan Kasus Non Point Source?


2. Apa saja Polusi dan Kasus Point Source?
3. Dari mana saja Sumber utama pencemran?
4. Apa saja Indictor pencemaran air?

1.3 Tujuan

Sesuai dengan penulisan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan


makalah ini adalah:

1. Mengevaluasi Polusi dan Kasus Non Point Source


2. Mengevaluasi Polusi dan Kasus Point Source
3. Mengetahui Sumber utama pencemran
4. Mengetahui apa saja Indictor pencemaran air

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Polusi dan Kasus Non Point Source

Polusi nonpoint source merupakan kebalikan dari polusi point source. Bila
polusi point source berasal dari satu titik, jenis polusi ini sumbernya berasal dari area
yang luas. Sehingga, polusi nonpoint lebih sulit untuk diidentifikasi dan juga lebih
sulit untuk diatasi.

Limpasan ( run off ) dari daerah perkotaan dan pinggiran kota merupakan
sumber utama polusi sumber nonpoint. Sampah-sampah domestik yang dibuang dapat
menjadi komponen dari limpasan sumber polusi nonpoint. Polusi nonpoint terjadi
ketika air bergerak melintasi tanah dan membawa polutan alami maupun buatan
manusia, yang kemudian dapat terkumpul di danau, sungai, lahan basah, perairan
pantai, dan bahkan air tanah. Air yang membawa polusi nonpoint dapat berasal dari
proses alami seperti hujan dan salju yang mencair, atau dari aktivitas manusia seperti
irigasi lahan pertanian.

Sebagai contoh, bayangkan kondisi jalanan kota saat terjadi badai. Saat air
hujan mengalir di atas aspal jalanan, air hujan membasahi tetesan minyak yang bocor
dari mesin mobil, partikel karet ban, kotoran, dan sampah yang berserakan. Limpasan
lalu masuk ke saluran pembuangan dan berakhir di sungai terdekat.

Air limpasan merupkan penyebab utama dari pencemaran nonpoint. Hal ini
menjadi masalah besar di perkotaan akibat banyaknya wilayah terbangun seperti
jalanan dan rumah-rumah. Jumlah polutan yang terbawa dari satu blok kota mungkin
sedikit, namun bila diakumulasikan jumlahnya dari sebuah kota, jumlahnya menjadi
sangat besar. Di daerah pedesaan, limpasan air hujan dapat membawa pestisida dan
pupuk dari lahan-lahan pertanian dan kemungkinan besar akan berakhir di sungai-
sungai dan danau.

3
Polutan di udara merupakan kontributor utama dari hujan asam. Hujan asam
terbentuk di atmosfer ketika sulfur dioksida dan nitrogen oksida bergabung dengan
air. Karena hujan asam dihasilkan dari akumulasi polutan-polutan dari banyak pabrik
dan pembangkit listrik, polutan pembentuk hujan asam dianggap sebagai polusi
nonpoint.

KASUS POLUSI NON POINT SOURCE

kasus-kasus polusi nonpoint source berbentuk akumulasi wilayah terdampak daripada


satu sumber pencemaran besar.

1. Sungai Tijuana, California

Sejumlah besar sampah dan puing-puing yang berukuran besar mengalir ke


arah hilir sungai dan mengancam sumber daya ekologi, budaya, rekreasi, dan
ekonomi yang berharga di Lembah Sungai Tijuana.

2. Sungai Xichong, China

Sungai Xichong menjadi sungai terpenting bagi para penduduk di sekitarnya.


Tidak hanya merupakan sumber air regional penting untuk wilayah di sepanjang
sungai, sungai Xichong juga memainkan peran penting dalam perlindungan
lingkungan lokal dan pengembangan ekonomi regional. Namun, sungai tersebut

4
dalam kondisi sudah sangat tercemar karena kandungan nitrogen dan fosfor yang
tinggi pada air sungainya. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh kegiatan pertanian
dan peternakan yang banyak membuang kelebihan pupuk dan kotoran hewan ke
sungai tersebut.

2.2 Polusi dan Kasus Point Source

Polusi point source adalah polusi yang sumbernya berasal dari 1 titik
pembuangan, seperti pabrik, selokan, dan cerobong asap. Polusi point mudah
diidentifikasi karena seperti pada sebutannya, sumber pencemaran berasal dari satu
tempat.

Pabrik dan instalasi pembangkit listrik dapat menjadi sumber polusi point
source dalam skala besar yang memengaruhi atmosfer dan perairan di sekitarnya.
Cerobong asap pada pembangkit listrik dan pabrik-pabrik sering kali mengeluarkan
karbon monoksida, logam berat, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, atau partikel-
partikel aerosol ke udara. Selain itu, kilang minyak, pabrik kertas, dan pabrik
otomotif banyak menggunakan air sebagai bagian dari proses produksinya yang pada
akhirnya sering kali membuang air limbah yang mengandung polutan kimia
berbahaya ke sungai, danau, ataupun laut di sekitarnya.

Instalasi pengolahan air limbah kota juga merupakan sumber polusi point
source lainnya yang umum ditemukan. Air limbah dari pabrik pengolahan dapat
membuang nutrisi dan mikroba berbahaya ke saluran air. Nutrisi yang berlebihan
dapat menyebabkan pertumbuhan alga yang merajalela di air dan menyebabkan
eutrofikasi.

5
KASUS POLUSI POINT SOURCE

Terdapat beberapa contoh kasus polusi point yang memiliki dampak signifikan bagi
lingkungan sekitar. Beberapa kasus ini ditelusuri oleh Office of Respose and
Restoration, NOAA.

1. Tumpahan Minyak Deepwater Horizon

Tragedi yang terjadi di anjungan lepas pantai di Teluk Meksiko ini menjadi
bencana tumpahan minyak terbesar di dunia hingga saat ini. Tragedi yang terjadi pada
20 April 2010 tersebut diprediksi menumpahkan lebih dari 4.9 juta barel minyak
bumi ke lautan.

2. Kebocoran Air Asam Mosaic, Florida

Pada 5 September 2004, air asam keluar dari sistem penyimpanan milik
Mosaic Fertilizer, LLC selama Badai Frances di Florida. Tumpahan tersebut
mencemari hampir 10 hektar padang lamun dan lebih dari 135 hektar habitat lahan
basah, termasuk hampir 80 hektar hutan bakau.

6
2.3 Sumber Utama Pencemaran

Sumber pencemar bisa terjadi pada airmaupun udara. Menurut


karakteristiknya Sumber pencemar berdasarkan asalnya dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Sumber Pencemar Domestik Limbah domestik adalah semua buangan yang


berasal dari kamar mandi, kakus, dapur, tempat cuci pakaian, apotek, rumah
sakit, rumah makan dan sebagainya. Limbah tersebut secara kualitatif dapat
mengandung bahan organik, garam terlarut, lemak, bakteri (terutama
golongan fekal coli), jasad patogen, parasit, hingga bahan berbahaya dan
beracun.
b. Sumber Pencemar Non-domestik Limbah non-domestik sangat bervariasi,
terutama limbah yang berasal dari kegiatan industri. Kegiatan bidang
perindustrian pada umumnya menimbulkan pencemaran air. Beberapa jenis
industri menggunakan air dengan volume sangat besar, yang diperoleh baik
dari sumber air tanah maupun air permukaan.Penggunaan air ini berpengaruh
terhadap sistem hidrologi sekitar, sedangkan limbah pertanian biasanya terdiri
atas bahan padat bekas tanaman yang bersifat organis, bahan pemberantas
hama dan penyakit (pestisida), serta bahan pupuk yang mengandung
diantaranya nitrogen, fosfor, sulfur, dan mineral.

Berdasarkan bentuk sebarannya, sumber pencemaran air dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Sumber pencemaran tersebar (non point source pollution) Sumber


pencemaran tersebar merupakan sumber pencemar yang tidak terlokalisasi
secara definitif. Sumber pencemaran ini biasanya berasal dari daerah
pinggiran kota (sub-urban), kota-kota besar, rumah-rumah pedesaan (rular
homes), pertanian dan peternakan. Sumber pencemaran ini tersebar dari
beberapa daerah dan tidak langsung mencemari badan air. Biasanya,
pencemar ini terlebih dahulu mencemari air tanah atau saluran air (saluran air
terbuka maupun tertutup), yang kemudian bermuara di badan air, seperti
sungai dan laut. Ada beberapa kesulitan yang ditemukan dalam melakukan

7
pengukuran kadar polusi yang terjadi pada polusi tersebar, yaitu pendekatan
yang dilakukan dalam menghitung jumlah polusi yang terjadi karena sumber
polusi tersebar bisa berasal dari berbagai sumber. Oleh sebab itu telah
ditemukan formula dalam menentukan kandungan polusi tersebar yaitu
onedimensional Streeter-Phelps (S-P) model (Yang, 2010 : 32).
b. Sumber pencemaran titik (point source pollution) Sumber pencemaran titik
merupakan sumber pencemaran yang berasal dari titik-titik tertentu di
sepanjang badan air penerima (sungai). Sumber pencemaran ini dapat
diketahui dengan jelas lokasi sumbernya. Sumber pencemaran ini terutama
berasal dari pipa-pipa pembuangan limbah cair dari industri yang tidak
mengolah limbahnya. Selain itu pencemaran ini juga berasal dari buangan
hasil pengolahan limbah di IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang
tidak memenuhi syarat baku mutu air limbah yang ditetapkan.
a) Daerah perkotaan dan pinggiran kota

Daerah perkotaan dan pinggiran kota merupakan sumber utama pencemaran


nonpoint source karena jumlah limpasan yang dihasilkan karena banyaknya
permukaan beraspal. Permukaan beraspal, seperti aspal dan beton tahan air yang
menembusnya. Air yang bersentuhan dengan permukaan ini akan mengalir dan
diserap oleh lingkungan sekitarnya. Permukaan ini memudahkan air hujan untuk
membawa polutan ke tanah di sekitarnya.

Lokasi konstruksi cenderung mengganggu tanah yang mudah terkikis oleh


curah hujan seperti hujan , salju , dan hujan es . Selain itu, puing-puing yang dibuang
di situs dapat terbawa oleh air limpasan dan memasuki lingkungan akuatik.

Biasanya, di daerah pinggiran kota, bahan kimia digunakan untuk perawatan


rumput. Bahan kimia ini dapat berakhir dalam limpasan dan memasuki lingkungan
sekitarnya melalui saluran air hujan di kota. Karena air di saluran badai tidak diolah
sebelum dialirkan ke badan air di sekitarnya, bahan kimia tersebut langsung masuk ke
air.

8
b) Operasi pertanian

Operasi pertanian menyumbang persentase besar dari semua polusi sumber


nonpoint di Amerika Serikat. Ketika bidang tanah yang luas dibajak untuk bercocok
tanam , hal itu membuka dan mengendurkan tanah yang pernah terkubur. Hal ini
membuat tanah yang terpapar lebih rentan terhadap erosi saat terjadi badai hujan . Ini
juga dapat meningkatkan jumlah pupuk dan pestisida yang dibawa ke perairan
terdekat.

c) Input atmosfer

Endapan atmosfer merupakan sumber penyusun anorganik dan organik karena


penyusun tersebut diangkut dari sumber pencemaran udara ke reseptor di permukaan
tanah. Biasanya, fasilitas industri, seperti pabrik , mengeluarkan polusi udara melalui
cerobong asap. Meskipun ini adalah sumber titik, karena sifat distribusinya,
transportasi jarak jauh, dan berbagai sumber pencemaran, ini dapat dianggap sebagai
sumber non-titik di daerah pengendapan.

Masukan atmosfer yang mempengaruhi kualitas limpasan mungkin berasal


dari pengendapan kering antara peristiwa badai dan pengendapan basah selama
peristiwa badai. Efek lalu lintas kendaraan pada pengendapan basah dan kering yang
terjadi di atau dekat jalan raya, jalan raya, dan area parkir menciptakan ketidakpastian
dalam besaran berbagai sumber atmosfer di limpasan. Jaringan yang ada yang
menggunakan protokol yang cukup untuk mengukur konsentrasi dan beban ini tidak
mengukur banyak konstituen yang diinginkan dan jaringan ini terlalu jarang untuk
memberikan perkiraan deposisi yang baik pada skala local.

d) Limpasan jalan raya

Limpasan jalan raya merupakan persentase kecil tetapi tersebar luas dari
semua polusi sumber non-titik. Harned (1988) memperkirakan bahwa beban limpasan
terdiri dari kejatuhan atmosfer (9%), pengendapan kendaraan (25%) dan bahan

9
pemeliharaan jalan raya (67%) dia juga memperkirakan bahwa sekitar 9 persen dari
beban ini dihidupkan kembali di atmosfer.

e) Operasi kehutanan dan pertambangan

Operasi kehutanan dan pertambangan dapat memiliki masukan yang


signifikan untuk pencemaran sumber non-titik.

 Kehutanan

Operasi kehutanan mengurangi jumlah pohon di suatu daerah, sehingga


mengurangi tingkat oksigen di daerah itu juga. Tindakan ini, ditambah dengan alat-
alat berat (pemanen, dll.) Menggulingkan tanah meningkatkan resiko erosi .

 Pertambangan

Operasi penambangan aktif dianggap sebagai sumber titik, namun limpasan


dari operasi penambangan yang terbengkalai berkontribusi pada pencemaran sumber
non-titik. Dalam operasi penambangan strip , puncak gunung dihilangkan untuk
mengekspos bijih yang diinginkan . Jika area ini tidak direklamasi dengan benar
setelah penambangan selesai, erosi tanah dapat terjadi. Selain itu, dapat terjadi reaksi
kimia dengan udara dan batuan yang baru terbuka untuk menciptakan limpasan asam.
Air yang merembes keluar dari tambang bawah permukaan yang terbengkalai juga
bisa sangat asam. Ini dapat meresap ke badan air terdekat dan mengubah pH di
lingkungan akuatik.

10
2.4 Indikator Pencemaran Air

Pencemaran air dapat diketahui dari aspek fisik-kimia dan/atau aspek biologi.
Beberapa indikator pencemar air aspek fisika-kimia adalah sebagai berikut :

A. Ph (derajat keasaman)

pH sautu badan air merupakan indikasi keseimbangan antara asam (ditandai


dengan ion H+ ) dan basa (OH- ). Keduanya merupakan ion pembentuk air (H2O).
Air murni memiliki asam dan basa dalam jumlah yang seimbang pada pH 7. Air
bersifat asam bila pH-nya kurang dari 7, dan bila lebih dari 7 air akan bersifat basa.
Apabila pH air kurang dari 5 dan lebih dari 9, maka badan air tersebut telah dikatakan
tercemar.

Banyak kasus yang terjadi di beberapa negara seperti di sepanjang pantai


California, dimana banyaknya bisnis perkapalan yang menyebabkan terjadinya polusi
yang sangat mengganggu yang berasal dari galangan kapal (Kimiawi dari cat, dan
siswa lambung kapal yang tidak trepakai), kios BBM apungan, keberadaan toilet di
pantai, restoran yang merupakan sumber utama polusi tersebar di pantai California
(Douglas W, 1995 : 115- 117).

B. Suhu

Suhu air berkisar pada 25oC Suhu air pada tiap badan air berbeda-beda
tergantung pada ketinggian dan kondisi geografis. Suhu air di daerah tropis berbeda
dengan suhu, air di daerah subtropis. Air dikatakan tercemar apabila suhu air pada
wilayah tersebut berubah secara drastis.

C. Warna

Air yang memenuhi syarat kesehatan secara umum adalah tidak berasa, tidak
berbau dan tidak berwarna (jernih). Ketiga syarat tersebut bukan sekedar merupakan
syarat estetika, tapi juga merupakan indikasi apakah air tersebut tercemar atau tidak.
Perubahan warna air bisa diakibatkan karena partikel terlarut seperti lumpur,

11
fitoplankton dan mikroorganisme yang bersifat mikroskopis. Sumber pencemaran
warna terutama berasal dari limbah cair industri cat, industri tekstil dan pencelupan
kain, serta industi pewarna pakaian dan makanan.

D. Disolved Oxygen (DO)

DO atau oksigen terlarut, adalah banyaknya oksigen yang terlarut dalam satu
liter air (mg/l). Oksigen merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup
untuk proses metabolisme. Kehidupan tumbuhan dan organisme perairan tergantung
dari kemampuan badan air mempertahankan jumlah oksigen terlarut dalam air.
Semakin rendah jumlah oksigen terlarut dalam air menunjukkan makin tingginya
tingkat pencemaran suatu perairan.

E. Biological Oxygen Demand (BOD)

BOD atau permintaan oksigen biologis, adalahh jumlah oksigen (dalam mg)
yang diperlukan oleh mikroorganisme (terutama bakteri) untuk proses
penguraian/oksidasi dan stabilisasi bahan organik secara biologis pada kondisi
aerobik (kondisi dimana mikroba tidak dapat hidup tanpa oksigen) dalam satu liter air
limbah. BOD yang tinggi mengindikasikan adanya bahan organik yang tinggi pula,
dan itu berarti tingkat pencemaran di suatu badan air juga tinggi. hal ini dikarenakan
mikroorganisme memerlukan oksigen dalam jumlah besar untuk menguraikan bahan
organik dalam jumlah besar pula.

F. Chemical Oxygen Demand (COD)

COD atau permintaan oksigen kimiawi merupakan pengukuran jumlah bahan


organik dengan menggunakan persamaan dari jumlah oksigen (dalam mg) yang
diperlukan untuk mengoksidasikan bahan organik secara kimiawi dalam satu liter air
limbah. Nilai COD selalu lebih besar dari BOD. Hal ini dikarenakan tidak semua
bahan organik yang dihitung melalui persamaan kimia mampu diuraikan oleh
mikroorganisme.

12
G. Logam Berat

Logam tertentu sejatinya dibutuhkan oleh tubuh, namun dalam jumlah yang
cukup dan tidak berlebih, seperti zat besi untuk pembentukan sel darah merah. Air
dikatakan tercemar apabila kandungan logam di dalam air tersebut melebih batas dan
jumlah yang ditentukan sehingga bersifat racun dan berdampak negatif terhadap
sistem tubuh, jenis logam berat paling berbahaya adalah raksa, perak, tembaga, seng,
nikel, timah hitam, kadmium, arsen dan kromium (Suharto, 2011 :64).

2.5 Polutan Air

Polutan air merupakan zat yang mencemari air. Polutan memiliki bentuk dan
jenis yang beragam. Menurut bentuknya, polutan air dibagi menjadi tiga, (Arif.Z,
2014 : 15-23) yaitu :

a. Padat, misalnya sampah, hasil erosi tanah dan sebagainya.

b. Cair, misalnya limbah cair dari industri dan rumah tangga, hujan asam.

c. Gas, misalnya gas karbon dioksida hasil pembakaran dari kendaraan atau asap
pabrik, yang masuk ke dalam air melalui pertukaran udara.

Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis air
dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Contohnya air minum
yang terpolusi mungkin rasanya akan berubah meskipun perubahan baunya sukar
dideteksi, kehidupan hewan air akan berkurang pada sungai yang terpolusi berat, atau
minyak yang terlihat terapung pada permukaan air laut menunjukkan adanya polusi.
Menurut Fardiaz (1992) polutan air dikelompokkan menjadi sembilan kelompok
berdasarkan perbedaan-perbedaan sifatnya :

a. Padatan
b. bahan buangan yang membutuhkan oksigen (oxygen-demanding waste)
c. Mikroorganisme

d. Komponen organik sintetik

13
e. Nutrien tanaman

f. Minyak
g. Senyawa anorganik dan mineral
h. Bahan radioaktif
i. Panas

Pengelompokkan tersebut di atas bukan merupakan pengelompokan yang


baku, karena suatu jenis polutan mungkin dapat dimasukkan ke dalam lebih dari satu
kelompok. Sebagai contoh, bakteri dapat dimasukkan ke dalam kelompok
mikroorganisme maupun kelompok padatan tersuspensi. Suatu limbah atau bahan
buangan mungkin mengandung lebih dari satu macam polutan. Sebagai contoh,
sampah organik adalah suatu bahan buangan yang membutuhkan oksigen, tetapi juga
mengandung mikroorganisme dan mungkin nutrien tanaman. Jadi pengelompokan di
atas lebih bersifat untuk memudahkan dalam pembahasan mengenai berbagai jenis
polutan.

Ada hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam pengendalian polusi titik dan
tersebar, yaitu kebijakan ekonomi dan kebijakan non ekonomi (Larissa.P, 2014 :47)

a. Kebijakan Ekonomi Kebijakan ekonomi yang dimaksud adalah melakukan


reformasi pajak dan biaya dalam dasar kebijakan ekonomi dengan mengunakan
Payment Ecosystem Service (PES) dan Polluters pays principle” (PPP) digunakan
untuk membuat efek jera agar para petani tidak menggunakan pupuk kimia secara
berlebihanuntuk pengendalian polusi NSP seperti yang diterapkan di Danau Dianchi
China dan Amerika.

b. Kebijakan Non Ekonomi Memberikan bimbingan perbaikan kualiatas air,


Manajemen erosi tanah,Manajemen pupuk organik dan anorganik, Ketepatan dan
efesiensi dalam penggunaan pupuk kimia, Masa transisi bercocok tanam,dan
penerapan teknologi terbaru.

14
2.6 Penanggulangan Pencemaran Teknologi Inovatif untuk Polusi NPS
Kontrol

Park dkk. (2016) melakukan studi tiga tahun padaSawah di Korea. Sebuah
praktik konvensional danpengobatan System of Rice Intensification
(SRI)dibandingkan selama studi itu. Studi tersebut melaporkan bahwapengurangan
rata-rata TN, BOD, dan SS dengan pengobatan SRImetode masing-masing adalah
23,8%, 44,4%, 38,6%. SRIpengobatan disarankan sebagai sistem yang bermanfaat
untukpengurangan polusi NPS pertanian dari sawah.Shin dkk. (2016) dilakukan
selama 24 bulanpenelitian plot eksperimental di Korea untuk mengukurpengaruh
perawatan permukaan variabel pada pertanianNPS dan limpasan. Metode perawatan
yang digunakan adalah PlastikSheet Mulches (PM), Straw Mat konjungtif dengan
Polyacrylamide and Gypsum (SPG), dan Straw Mat (SM).Empat petak pada lempung
yang agak miring (2 sampai 8,4%), lempung berpasir,lahan kedelai dievaluasi
sehubungan dengan limpasan dan kualitas air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan PMmenghasilkan lebih


banyak limpasan dibandingkan dengan perlakuan SM.Efek amandemen tanah dan
tikar jeramimencakup limpasan, polusi NPS pertanian, dan hasil panendi ladang alpen
miring di Korea dipelajari oleh Won et al.(2016). Plot percobaan menunjukkan
penurunan limpasan 29,4%dan 34,7%, 39,1% dan 86,6% pengurangan polusimemuat
masing-masing untuk TN, TP dan SS. Hasilnya menyarankanbahwa perlakuan yang
digunakan dalam plot percobaan bisamengurangi pencemaran NPS
pertanian.Pemeriksaan langsung pertama dari korelasiantara oksidasi amonium
anaerobik bakteri(ANAMMOX) aktivitas dan denitrifikasi di jurang padi dang
dilakukan oleh Zhou et al. (2016). Denitrifikasiaktivitas dan ANAMMOX ditentukan
menggunakanTeknik Pemasangan Isotop nitrogen (IPT) di jurang beratanah sawah.
Teramati bahwa aktivitas denitrifikasiberkurang dengan bertambahnya kedalaman
tanah sawah. Hasilmenunjukkan bahwa ketika reduksi nitrat menjadi nitrit
dihambat,aktivitas anammox menurun secara eksponensial karena apengurangan NO
2 perantar.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sumber polusi terdiri dari sumber polusi titik (Poin Source Pollution)
dan sumber polusi tersebar (Nonpoint Source Pollution). Dimana dalam
perhitungannya sumber polusi tersebar sedikit sulit karean sumbernya bisa
berasal dari berbagai sumber yang sangat sulit terdeteksi.Pengukuran dengan
menggunakan persamaan diatas dapat digunakan untuk menentukan
limpahan polusi dalam kapasitas besar dan dapat menjaga kualitas lingkungan
terutama air menjadi lebih aman bagi kelangsugnan hidup. Hal lain yang perlu
di perhatikan adalah dengn menggunakan sistem PES dan PPP.
Polusi point source adalah polusi yang sumbernya berasal dari 1 titik
pembuangan, seperti pabrik, selokan, dan cerobong asap. Polusi point mudah
diidentifikasi karena seperti pada sebutannya, sumber pencemaran berasal dari satu
tempat.
Polusi nonpoint source merupakan kebalikan dari polusi point source. Bila
polusi point source berasal dari satu titik, jenis polusi ini sumbernya berasal dari area
yang luas. Sehingga, polusi nonpoint lebih sulit untuk diidentifikasi dan juga lebih
sulit untuk diatasi.

3.2 Saran

Kesadaran publik tentang pengurangan sumber nonpointharus didorong


melalui praktik manajemen terbaikdan kerangka kebijakan yang sesuai. Legal
dankerangka kelembagaan juga harus ditetapkan untukmengurangi beban polusi NPS.
Harus lebih banyak perhatianfokus pada pemantauan rencana implementasi.
Meskipun,ada banyak hal yang harus dieksplorasi, polusi sumber non-titik
seharusnyadianggap sebagai sumber pencemaran yang pentingancaman terhadap
lingkungan dan masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Basic Information about Nonpoint Source Pollution". Washington, DC: US


Environmental Protection Agency (EPA). 2020-10-07.

Department of Commerce. "Coastal Nonpoint Pollution Control Program:


Approval Decision on California Coastal Nonpoint Pollution Control Program"
(PDF). GovInfo. Federal Register.

McCarthy, Carolyn. "Nonpoint Pollution Control Program" (PDF). GovInfo.


Congressional Record.

"Handbook for Developing and Managing Tribal Nonpoint Source Pollution


Programs Under Section 319 of the Clean Water Act". EPA.

"319 Grant Program for States and Territories". Polluted Runoff: Nonpoint
Source Pollution. EPA. 2019-12-04.

Dedi.S, 2015, Pengantar Ilmu Lingkungan : Prinsip Dasar Ilmu Lingkungan,


Studi Amdal, Undang-Undang Lingkungan Hidup, IPB Press, Bogor.

Larissa.P, 2014, An Analysis of Non-Point Source Water Pollution in China


and The Economic Policies for Combatting Non-Point Source WaterPollution,Global
Journal of Science Frontier Research: HEnvironment & Earth ScienceUSA, Volume
14, USA. Nyoman .W, 2014, Ilmu Lingkungan, Edisi-2, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Suharto, 2011, Limbah Kimia Dalam Pencemaran Udara dan Air, CV. Andi,
Yogyakarta. Wisnu.A.W, 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi Revisi, CV.
Andi, Yogyakarta

17

Anda mungkin juga menyukai