Oleh
GILANG GARNIDA BUANA
H 24066034
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada program Sarjana Ekonomi penyelenggaraan khusus
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
GILANG GARNIDA BUANA
H 24066034
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada program Sarjana Ekonomi penyelenggaraan khusus
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
GILANG GARNIDA BUANA
H 24066034
Menyetujui,
Bogor, 10 Maret 2009
Pembimbing
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pemancingan Tirta Salak
Ciomas, Kabupaten Bogor, yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus,
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin berterimakasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA selaku pembimbing
skripsi yang telah membimbing penulis dengan memberikan saran-saran,
perbaikan, hingga dukungan moral, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
2. Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM dan Ibu Wita J. Ermawati, STP, MM
selaku penguji yang telah memberikan saran-saran, perbaikan dalam
pembuatan skripsi ini.
3. Pemilik pemancingan Tirta Salak Pak Hendra Buana Martin yang telah
membantu dalam penelitian di lapang.
4. Seluruh tenaga kerja pemancingan Tirta Salak yang turut beperan selama
penelitian di lapang
5. Seluruh staf akademik ekstensi manajemen atas bantuannya dalam,
pengetahuan dan masukannya selama berlangsungnya penelitian.
6. Seluruh mahasiswa ekstensi manajemen angkatan 1 yang telah membantu
dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Bogor, 10 Maret 2009
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
vi
4.4. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha ......................................... 28
4.4.1. Analisis Aspek Pasar (Pemasaran) ........................................ 28
4.4.2. Analisis Aspek Keuangan ..................................................... 37
4.4.3. Analisis Aspek Teknis .......................................................... 50
4.4.3.1. Peralatan Produksi ................................................... 59
4.4.3.2. Fasilitas Produksi ..................................................... 62
4.4.3.3. Bahan Baku Produksi .............................................. 65
4.4.3.4. Lokasi Budidaya ...................................................... 67
4.4.3.5. Layout Produksi ....................................................... 70
4.4.4. Aspek Manajemen ......................................................................... 72
4.4.5. Aspek Dampak Usaha ................................................................... 79
4.5. Rekomendasi Dalam Tahap Implementasi Pengembangan
Usaha Pemancingan Tirta Salak ........................................................... 80
vii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Data potensi sumber daya perikanan di Provinsi Jawa Barat
pada tahun 2007 . ................................................................................... 1
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ............................................................. 15
2. Alur proses produksi pemancingan Tirta Salak .................................... 36
3. Layout produksi pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ........ 71
4. Struktur organisasi pemancingan Tirta Salak pada awal berdiri .......... 74
5. Struktur organisasi pemancingan Tirta Salak pada
pengembangan usaha ............................................................................ 75
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Rencana kebutuhan fisik pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak ........................................................................ 86
9. Laporan laba rugi pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak .... 104
10. Proyeksi cash flow pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ..... 108
13. Analisis sensitivitas pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak .... 114
ix
I. PENDAHULUAN
mutu ikan kurang baik dan kurang segar. Maka dengan demikian,
diperlukanlah cara-cara atau metode yang dapat mengatasi masalah tersebut.
Perikanan budidaya merupakan salah satu sektor dari tiga sektor
perikanan (penangkapan, pengolahan dan budidaya) yang dapat membantu
mengurangi kelangkaan ikan di Indonesia. Meskipun demikian, usaha
budidaya perikanan di Indonesia masih belum berjalan dengan maksimal,
karena usaha ini memerlukan biaya investasi yang cukup besar, cara atau
teknik budidaya yang cukup sulit dan faktor iklim yang mempengaruhi.
Masalah tersebut adalah masalah utama yang mempengaruhi mengapa pada
saat ini harga ikan menjadi naik.
Seperti yang diketahui bahwa Kabupaten Bogor merupakan wilayah
yang terdapat di Provinsi Jawa Barat yang terdapat banyak sekali
pembudidaya atau pengusaha di bidang perikanan. Hal tersebut disebabkan
karena Kabupaten Bogor mengalami perkembangan yang pesat pada sektor
perikanan (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2007).
Berikut adalah data perkembangan pada sektor perikanan Kabupaten Bogor.
Tabel 3. Data perkembangan produksi ikan konsumsi Kabupaten Bogor
dari tahun 2006 2007
Produksi (ton)
penjualan ikan yang dipancing dengan usaha bahan baku ikan hidup yang
sehat dan segar dalam jumlah yang cukup banyak. Hal tersebut disebabkan
banyaknya pecinta memancing di Indonesia. Bahan baku ikan yang
digunakan oleh tempat pemancingan adalah ikan mas, mujair, gurami,
bawal, patin dan lele.
Ikan-ikan tersebut didapat dari para pembudidaya-pembudidaya ikan
air tawar yang berada di daerah setempat ataupun di luar kota. Rataan ikan
yang digunakan berasal dari ikan hasil budidaya kolam, tetapi jarang ada
yang menggunakan ikan hasil dari budidaya kolam air deras dan karamba,
karena harga ikan hasil dari budidaya kolam air deras dan karamba sangat
mahal. Ikan hasil budidaya air deras dan karamba berbeda dengan ikan hasil
budidaya di kolam dengan air yang tenang, yaitu bentuk fisik, kelincahan,
rasa daging dan respon ikan terhadap rangsangan makanan. Oleh karena itu,
pemancingan selalu ingin sekali memakai ikan dari budidaya air deras atau
karamba, tetapi permasalahannya harga ikan yang saat ini sedang naik,
sehingga membuat tempat-tempat pemancingan sulit untuk mengatasinya.
Kecamatan Ciomas adalah salah satu Kecamatan terdapat di
Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang memiliki cukup banyak tempat
pemancingan. Hal tersebut terjadi karena suasana, tempat dan airnya bagus
atau cocok untuk melakukan usaha budidaya ikan ataupun pemancingan.
Jumlah tempat pemancingan yang terdapat di wilayah Kecamatan Ciomas
adalah 22 tempat pemancingan, yang terdiri atas 9 tempat yang berupa
pemancingan besar dan sisanya 13 tempat pemancingan sedang atau
menengah. Pemancingan besar adalah pemancingan yang memiliki luas
areal yang besar > 1.500 m2, memiliki fasilitas dan peralatan pemancingan
yang lengkap, memiliki stok yang banyak dan melakukan pembuatan pakan
secara mandiri. Sedangkan untuk pemancingan menengah adalah
2 2
pemancingan yang memiliki luas areal 600 m 1.500 m , memiliki fasilitas
dan peralatan pemancingan yang lengkap dan memiliki stok ikan yang
banyak. Tetapi untuk pemancingan kategori menengah, pemancingan ini
tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi pakan secara mandiri.
5
2.1. Perikanan
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2006), perikanan
adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan ,
binatang air lainnya atau tanaman air. Perikanan adalah suatu kegiatan
mulai dari penangkapan, budidaya sampai dengan pengolahan organisme
akuatik yang mencakup ikan (finfish), udang (Crustasea), hewan
bercangkang (molusca), ekinodermata dan alga yang memiliki nilai
ekonomis (Effendi, 2004)
2.1.1. Budidaya Perikanan
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2006),
budidaya perikanan merupakan kegiatan memelihara ikan, binatang
air atau tanaman air dengan menggunakan fasilitas buatan.
Kegiatan budidaya perikanan terdiri atas kegiatan pembenihan,
pendederan dan pembesaran yang memiliki keterkaitan satu sama
lain. Oleh karena itu, kegiatan budidaya merupakan suatu mata
rantai antara kegiatan pembenihan, pendederan dan pembesaran
(Susanto, 2002).
ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan
memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun
dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha dalam arti social
benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit. Hal
ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Ibrahim, 2003)
keuntungan satu periode hanya Rp. 225.535,00 dan lebih rendah dari
kebutuhan rumah tangga yang mencapai Rp. 450.000,00 per bulan.
Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa kelayakan usaha Tirta
Maju cukup peka terhadap perubahan yang terjadi pada faktor harga jual
ikan gurame dan volume produksi. Sementara itu, perubahan pada faktor
harga pakan buatan (pellet) tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan
usaha ini. Namun, kenaikan harga pellet 61% dapat menyebabkan usaha
ini tidak layak.
III. METODE PENELITIAN
persaingan, modal dan bahan baku (bahan baku utama dan bahan baku
pengganti). Namun dengan demikian, pemilik pemancingan Tirta Salak
masih tetap memiliki rasa optimis akan keberhasilan usaha ini untuk ke
depannya.
Berdasarkan dari kondisi tersebut, maka timbul keinginan untuk
membuat atau melakukan sebuah studi kelayakan bisnis pada pengembangan
usaha untuk pemancingan Tirta Salak. Harapannya dengan dibuatnya
sebuah analisis tentang kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan
pada pemancingan Tirta Salak dapat menimbulkan rasa optimis dan rencana-
rencana pengembangan, serta strategi yang akan atau harus dilakukan untuk
memajukan pemancingan Tirta Salak di masa mendatang dalam bentuk
pedoman rencana usaha. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1.
Pemancingan
Tirta Salak
Implementasi Re-evaluasi
2. Aspek Keuangan
Dalam analisis pada aspek keuangan digunakan asumsi dasar,
berikut :
a. Periode analisis adalah 5 tahun ( 2009 2013).
b. Perhitungan menggunakan basis harga tetap (fixed proce) dan
penentuan harga menggunakan harga yang berlaku pada
periode pengambilan data pada bulan Agustus 2008.
c. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 5,5 %, yaitu suku
bunga deposito berjangka bulan Agustus 2008
(www.bni.co.id, 2008).
d. Pembayaran gaji untuk karyawan ditetapkan oleh pemilik
dengan tidak adanya peningkatan selama umur usaha.
e. Penyusutan investasi dan peralatan dilakukan dengan metode
garis lurus.
18
Kriteria investasi :
a. NPV
NPV atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan
antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur teknis
(Umar, 2003). NPV diperoleh dari selisih antara PV kas dan
PV investasi. Usaha dinyatakan layak, apabila NPV yang
dihasilkan bernilai positif.
n
Bt Ct
NPV
t 1 (1 + i )
19
Keterangan :
Bt : Benefit (manfaat) dari unit usaha pada tahun t
Ct : Biaya (cost) dari usaha pada tahun
N : Umur ekonomis
i : Tingkat bunga (interest)
t : 1,2,3
b. IRR
IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat
pengembalian hasil internal (Umar, 2003). IRR adalah tingkat
suku bunga dari suatu saham dalam jangka waktu tertentu yang
membuat NPV dari usaha sama dengan 0.
(I " I ')
NPV
IRR = I '+
NPV ' NPV "
4. Aspek Manajemen
Aspek ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembangunan
dan implementasi usaha dapat direncanakan, dilaksanakan, dan
dikendalikan. Hal yang dianalisis pada aspek manajemen adalah
manajemen dalam operasi seperti bentuk organisasi, kebutuhan
sumber daya manusia atau tenaga kerja, sistem penggajian,
rekruitmen, sanksi-sanksi sampai dengan pemecatan tenaga kerja.
5. Aspek Dampak Usaha
Menganalisis dampak dari penelitian usaha terhadap
lingkungan sekitar, jika banyak manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat dan lingkungan, maka pendirian usaha tersebut
memiliki dampak yang baik, sehingga dapat dinyatakan layak
apabila didirikan. Namun, bila yang terjadi sebaliknya, manfaat
yang dirasakan oleh masyarakat dan lingkungan sedikit atau tidak
ada, maka usaha tersebut dinyatakan tidak layak.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
dijadikan ruko yang digunakan untuk melakukan usaha dalam bidang jual
beli dan adapula yang dijadikan pasar tradisional.
Adanya potensi yang besar di sektor perikanan menjadikan Kecamatan
Ciomas dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil ikan di Kabupaten
Bogor dan juga menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan usaha
di bidang perikanan. Salah satu usaha di bidang perikanan yang cocok untuk
dilakukan di wilayah Kecamatan Ciomas adalah usaha budidaya, pengolahan
dan jasa.
Usaha jasa dalam bidang perikanan yaitu usaha pemancingan, dimana
konsumen menyewa tempat (kolam) yang digunakan sebagai wadah untuk
memancing ikan. Dengan banyak minat dan hobies-hobies memancing,
maka banyak pula tempat-tempat pemancingan yang didirikan. Pemancingan
juga terdiri atas beberapa golongan yang dilihat dari luas pemancingan,
fasilitas pemancingan, banyaknya ikan dan keanekaragaman jenis ikan.
Golongan tempat pemancingan tersebut adalah pemancingan kecil,
pemancingan menengah dan pemancingan besar. Pemancingan Tirta Salak
adalah salah satu dari 22 tempat pemancingan yang terdapat di Kecamatan
Ciomas. Pemancingan Tirta Salak termasuk ke dalam golongan pemancingan
menengah.
4.3. Latar Belakang dan Rencana Usaha Budidaya Kolam Air Deras dan
Karamba Pemancingan Tirta Salak.
Latar belakang dilakukannya sebuah rencana pengembangan oleh
pemancingan Tirta Salak dikarenakan harga ikan-ikan konsumsi pada saat
sekarang ini sedang mengalami peningkatan, yaitu mencapai
Rp 15.500,00 /kg untuk harga beli dari pembudidaya dan Rp 18.000,00/kg
untuk harga jual untuk ke pengecer atau konsumen rumah tangga. Tidak
hanya itu, alasan dilakukannya pengembangan usaha terjadi karena semakin
bertambahnya minat masyarakat dalam mengkonsumsi ikan. Selain itu
pemancingan Tirta Salak ingin mengantisipasi kelangkaan ikan yang
digunakan untuk bahan baku pemancingan yang seringkali terjadi kegagalan
panen di Cirata.
Selain dari alasan-alasan tersebut, alasan yang paling menjadi
permasalahan pemancingan Tirta Salak untuk melakukan pengembangan
usaha adalah keadaan pemancingan Tirta Salak yang saat ini sedang
mengalami kemunduran usaha, sehingga mengakibatkan kerugian yang besar
mulai dari bulan November 2007 sampai saat penelitian ini berlangsung. Hal
tersebut terjadi karena kurang sigapnya pihak manajemen pemancingan Tirta
Salak dalam mengantisipasi permasalahan yang ada. Contohnya adalah pihak
pemancingan Tirta Salak kurang sigap dalam mengantisipasi harga ikan
untuk bahan baku pemancingan, kurang sigapnya pihak pemancingan Tirta
Salak dalam mengatasi persediaan stok ikan dan kurang tegasnya pihak
pemancingan Tirta Salak memberikan sanksi atau hukuman kepada tenaga
kerjanya yang melakukan kesalahan dalam pekerjaannya.
Pada rencana pengembangan usaha ini, pemancingan Tirta Salak
berencana untuk memanfaatkan lahan yang belum terpakai untuk dijadikan
tempat produksi dan budidaya. Tidak hanya itu, pihak pemancingan Tirta
Salak sudah melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang berkecimpung
dengan dunia usaha perikanan, seperti pembudidaya ikan konsumsi, pembuat
pakan, lembaga-lembaga pemerintah dibidang perikanan (Dinas Agribisnis)
dan kelompok tani yang berada di Kecamatan Ciomas.
27
Kecamatan Ciomas adalah ikan gurami, ikan mas, ikan bawal, ikan
mujair, dan ikan lele.
Produk ikan mas terdiri dari ikan mas air tenang, ikan mas
air deras, ikan mas sawah, ikan mas jaring apung dan ikan mas
karamba. Ikan mas air deras dan karamba merupakan produk ikan
mas yang memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan
produk ikan mas lainnya. Hal ini disebabkan ikan mas air deras
dan karamba memiliki jumlah produksi yang lebih sedikit
dibandingkan ikan mas lainnya. Hal tersebut terjadi, karena proses
untuk merubah ikan mas air tenang menjadi ikan mas air deras dan
karamba cukup sulit. Tidak hanya itu, ikan mas air deras dan
karamba memiliki tekstur daging yang keras dan kenyal. Hal
tersebut yang membuat cita rasa dari daging ikan air deras dan
karamba lebih enak dibandingkan dengan ikan mas lainnya.
Sama halnya dengan ikan mas, ikan bawal terdiri atas 3
jenis produk. Produk tersebut adalah ikan bawal air tenang, air
deras dan yang baru akan dilakukan adalah ikan bawal karamba.
Ikan bawal cukup merupakan produk perikanan yang cukup
diminati oleh masyarakat di Kecamatan Ciomas. Ikan bawal
merupakan produk perikanan yang pamornya hampir sama dengan
ikan mas. Ikan bawal air deras dan karamba lebih banyak diminati
oleh masyarakat dibandingkan dengan ikan bawal air tenang. Hal
ini disebabkan ikan bawal air tenang dan karamba memiliki tekstur
daging yang lebih keras dan kenyal dibandingkan dengan ikan
bawal air tenang.
Melalui hasil wawancara, setiap pemancingan lebih
memilih untuk memakai bahan baku ikan adalah ikan hasil dari
kolam air deras dan karamba. Alasannya, ikan mas atau bawal
hasil dari kolam air deras dan karamba lebih agresif dan memiliki
bentuk badan yang lebih panjang, serta pergerakannya lebih lincah.
hal tersebut membuat para konsumen pemancingan lebih merasa
tertantang untuk menaklukannya. Sedangkan dari hasil wawancara
30
PRODUKSI
(ton) (ton) a
Pemancingan
Pemancingan
Tirta Salak Rumah makan
Rumah tangga
4) Promosi
Pemancingan Tirta Salak dalam melakukan promosi hampir
tidak melakukan biaya, hal ini disebabkan promosi yang
dilakukan bersifat sederhana. Pemancingan Tirta Salak
mempromosikan produknya secara langsung ke para
pemancing yang sedang memancing di pemancingan Tirta
Salak. Tetapi untuk mempromosikan produknya ke tempat-
tempat pemancingan, pemancingan Tirta Salak melakukan
promosinya dengan cara memberi informasi melalui via-
telepon kepada pemancingan-pemancingan yang berada di
Kecamatan Ciomas.
Pemancingan Tirta Salak sebagai tempat pemancingan
golongan menengah sering kali mengadakan acara atau event
memancing besar yang disponsori oleh Galatama. Hal itu akan
memberikan kemudahan kepada pemancingan Tirta Salak
dalam mempromosikan produk yang dihasilkan. Untuk
mempromosikan produknya ke rumah makan, biasanya
pemancingan Tirta Salak selalu dikunjungi oleh pemilik rumah
makan yang akan membeli ikan. Biasanya rumah makan
mencari produk ikan jaru ke tempat-tempat pemancingan,
ssehingga untuk mempromosikan produknya ke rumah makan
merupakan hal yang tidak perlu mengeluarkan biaya.
Lanjutan Tabel 7.
NO KOMPONEN VARIABEL JUMLAH NILAI
(unit) (Rp)
10 Isi ulang tabung oksigen 1 100.000
11 Tagihan listrik 1 150.000
12 Tagihan Telepon 1 150.000
13 Tagihan air 1 142.000
TOTAL BIAYA VARIABEL (1+2+3..13) 34.645.000
d. Sumber Modal
Sumber modal untuk usaha ini berasal dari modal sendiri.
Modal tersebut merupakan modal yang dikeluarkan dari kas
pribadi pemilik. Untuk melakukan pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak, pemilik tidak melakukan peminjaman
modal kepada pihak kreditur, karena pemilik telah menyediakan
persiapan modal pada akhir tahun 2007 untuk melakukan suatu
pengembangan usaha.
e. Identifikasi Manfaat dan Penerimaan
Dalam suatu analisis cash flow, manfaat yang diterima oleh
pemancingan Tirta Salak dalam melakukan pengembangan usaha
budidaya kolam air deras dan karamba berasal dari penjualan
produk, yaitu ikan mas kolam air deras, ikan mas karamba, ikan
bawal kolam air deras, dan ikan bawal karamba. Tidak hanya itu,
penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa komponen-komponen
investasi. Namun, dalam perhitungan jangka pendek atau per
periode, nilai sisa ini tidak di masukan (Dharmasanti, 2005).
Penerimaan diperoleh dari hasil kali antara jumlah output
dengan harga jual per satuan. Pada pengembangan usaha ini,
harga jual yang berlaku dan disepakati oleh pemancingan Tirta
Salak untuk ikan mas kolam air deras Rp 13.500,00/kg, ikan mas
karamba Rp 12.500,00/kg, ikan bawal kolam air deras
Rp 11.500,00/kg, dan ikan bawal karamba Rp 10.500,00/kg.
Perhitungan penerimaan secara terinci dapat dilihat pada
Lampiran 4. Sementara itu, nilai sisa akan diperoleh
42
pemancingan Tirta Salak pada akhir umur usaha ini, yaitu pada
tahun ke 5.
f. Analisis Pendapatan Usahatani
Analisis usahatani terdiri dari dua analisis, yaitu analisis
pendapatan (keuntungan satu periode) dan imbangan penerimaan
dan biaya (R/C). Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk
mengevaluasi kegiatan suatu usaha pertanian dalam kurun
waktusatu periode (Tim Lentera, 2002).
Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui besarnya
keuntungan yang diperoleh dari usahatani yang dilakukan dalam
kurun waktu satu periode usaha (Tim Lentera, 2002).
Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan total
(Total Revenue) dengan biaya total (Total Cost). Biaya total
adalah penjumlahan dari biaya tetap total dan biaya variabel total
per periode. Pada pengembangan usaha pemancingan Tirta
Salak, keuntungan yang diperoleh dalam kurun waktu satu
periode Rp 9.026.500,00, nilai tersebut diperoleh dari selisih
antara total penerimaan selama 1 bulan dikurangi total biaya
(biaya tetap 1 bulan ditambah biaya variabel 1 bulan), yaitu Rp
55.281.500,00 yang terdiri dari (Rp 11.600.000,00
Rp 34.655.000,00). Jadi dalam kurun waktu satu tahun, yaitu 11
kali periode produksi pada tahun pertama, keuntungan yang
diperoleh oleh pemancingan Tirta Salak dari pengembangan
usahanya adalah sebesar Rp 99.291.500,00.
Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) diperoleh
dari perbandingan antara penerimaan total dan biaya total.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi suatu usaha
(Tim Lentera, 2002). Pada pengembangan usaha pemancingan
Tirta Salak, diperoleh R/C sebesar 1,17. Arinya adalah setiap
1,00 biaya yang di keluarkan akan mendapatkan penerimaan
Rp 1,17.
43
1) NPV
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur usaha yang
direncanakan. Net present value atau manfaat bersih sekarang
merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV
investasi selama umur ekonomis. Net present value (NPV)
diperoleh dari selisih antara PV kas dengan PV investasi.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh NPV
Rp 270.890.336,00. Nilai tersebut menunjukan bahwa arus
masuk pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak lebih besar
dari pada arus kas keluarnya, sehingga pengembangan usaha
yang dilakukan ini menguntungkan dan layak diimplementasikan
dalam jangka panjang. Perhitungan kriteria NPV dapat dilihat
pada Lampiran 11.
2) PI
Profitability index atau disebut juga Net B/C, merupakan
perbandingan nilai sekarang dari keuntungan bersih masa depan
pada tahun-tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif
dengan keuntungan bersih bernilai negatif, yaitu biaya investasi
awalnya. Nilai PI atau Net B/C pada pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak 3,117. Nilai ini menunjukan bahwa
kontribusi keuntungan bersih terhadap biaya investasi awal pada
pengembangan usaha 3,117. Nilai PI > 1, maka pengembangan
usaha ini menguntungkan dan layak diimplementasikan.
Kriteria ini berhubungan erat dengan Kriteria NPV dimana
jika nilai NPV suatu usaha dikatakan layak (NPV > 0), maka
47
menurut Kriteria PI juga layak (PI > 1). Hal ini disebabkan
karena kedua kriteria ini menggunakan variabel yang sama
(Umar, 2003).
3) IRR
IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam
jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha
tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan dari
investasi pada usaha yang bersangkutan. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh nilai IRR dari pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak sebesar 57%, Nilai ini lebih besar dari
nilai suku bunga deposito yang digunakan dalam perhitungan,
yaitu 5,5%. Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang
dihasilkan dari investasi pada pengembangan usaha ini lebih
besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang
dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan
demikian, pemilik atau investor lebih baik menginvestasikan
modalnya pada pengembangan usaha ini dari pada ke bank.
Nilai IRR diperoleh dengan mengunakan metode coba-coba
(trial and error). Caranya adalah dengan menghitung jumlah
nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan selama umur
usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu.
Kemudian, nilainya dibandingkan dengan biaya investasi awal.
Jika nilai investasi awal lebih kecil , maka dicoba lagi dengan
tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Sebaliknya, apabila nilai
investasi awal lebih besar, maka dicoba lagi dengan tingkat suku
bunga yang lebih rendah. Begitu seterusnya hingga mencapai
atau ditemukan nilai yang sama besar atau mendekati
(Umar, 2003). Perhitungan kriteria IRR dapat dilihat pada
Lampiran 12.
48
4) PBP
PBP merupakan jumlah lama tahun yang dibutuhkan bagi
suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal dengan jumlah
keuntungan bersih yang telah didiskontokan. Berdasarkan hasil
perhitungan, nilai PBP pada pengembangan usaha ini adalah 2,5
tahun atau dibulatkan 3 tahun. Artinya pada pengembangan
usaha ini baru dapat menutupi pengeluaran biaya investasi
dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan
setelah pengembangan usaha ini berjalan selama 3 tahun.
Pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ini mampu
menutupi biaya investasi awal sebelum umur usaha berakhir,
maka pengembangan usaha ini layak untuk diimplementasikan.
Berdasarkan hasil empat kriteria penilaian investasi
pengembangan usaha di atas, dapat disimpulkan bahwa secara
analisis bahwa pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak
layak untuk diimplementasikan pada kondisi atau asumsi yang
telah disepakati bersama. Hal ini ditunjukan dari nilai NPV > 0,
PI > 1, IRR > tingkat suku bunga deposito yang dijadikan dasar
perhitungan, yaitu 5,5%, dan PBP lebih pendek waktunya dari
periode pembayaran maksimum atau tertutupi sebelum umur
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak berakhir.
5) BEP
BEP merupakan keadaan pulang pokok dimana penerimaan
total (TR) perusahaan adalah sama dengan biaya total (TC) yang
ditanggungnya. BEP dapat dilihat berdasarkan periode analisis ,
volume produksi (Q), dan penerimaan (Rp). Pada pengembangan
usaha pemancingan Tirta Salak ini, BEP dilihat berdasarkan
penerimaan (Rp), hal tersebut dilakukan karena pada
pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemancingan Tirta
Salak memiliki 4 jenis produk. BEP dapat dicapai setelah usaha
mencapai penerimaan sebesar Rp 401.734.903,00. Artinya,
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak harus
49
h. Analisis Sensitivitas
Menganalisis perkiraan cash flow di masa datang dari suatu
usaha atau rencana usaha selalu dihadapi dengan ketidakpastian.
Akibatnya adalah hasil perhitungan akan jauh menyimpang dari
kenyataan. Ketidakpastian dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan dari suatu usaha dalam beroperasi menghasilkan
laba (Umar, 2003), karena dari itu penelitian ini menggunakan
analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan dari
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak dengan
mengubah beberapa faktor penting.
Hasil analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui
tingkat kepekaan suatu usaha dalam menghadapi setiap
perubahan yang mungkin terjadi. Analisis ini dilakukan dengan
terjadinya perubahan di tingkat harga input produksi dan volume
penjualan hingga nilai NPV menjadi negatif. Dari skenario
kenaikan dan penurunan harga input produksi dan volume
penjualan sebesar 15% dan 5%. Kenaikan harga input produksi
15% meliputi harga bahan baku ikan dan harga pakan.
Sedangkan untuk penurunan volume penjualan 5%, meliputi
penurunan volume penjualan seluruh produk.
Kenaikan 15% harga input produksi dan penurunan 5%
volume produksi membuat pengembangan usaha yang dilakukan
oleh pemancingan Tirta Salak menjadi tidak layak. Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil NPV - Rp 66.971.036,00, Net B/C atau PI
0,508, dan IRR - 9%. Dari ke tiga kriteria tersebut telah dapat
dipastikan bahwa pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak
peka terhadap kenaikan harga input produksi dan penurunan
volume penjualan. Dengan demikian, pemancingan Tirta Salak
50
1. Peralatan Produksi
Peralatan yang digunakan dalam pengembangan
usaha pemancingan Tirta Salak adalah usaha budidaya ikan
kolam air deras dan karamba yang terbagi atas dua hal, yaitu
peralatan utama dan peralatan pendukung. Peralatan utama
adalah peralatan yang berhubungan dengan proses teknis
budidaya. Sedangkan peralatan pendukung merupakan
peralatan yang disediakan untuk mendukung proses produksi
Peralatan utama terdiri atas :
a. Ember
Ember berfungsi sebagai wadah untuk kegiatan
pemindahan, penampungan dan kegiatan pemeriksaan
ikan. Ember yang digunakan sebanyak 6 unit dengan
harga Rp 7.000,00 per unit. Ember memiliki umur
ekonomis selama 1 tahun.
60
b. Serok
Serok atau serokan berfungsi sebagai alat untuk
mengambil ikan yang berada di kolam dan karamba.
Serok yang tersedia di pemancingan Tirta Salak adalah
sebanyak 6 unit dengan harga Rp 20.000,00 per unit.
Serok memiliki umur ekonomis selama 1 bulan.
c. Hapa
Hapa digunakan sebagai tempat penampungan
sementara bagi ikan setelah proses pemanenan. Hapa
yang digunakan adalah sebanyak 6 unit dengan harga
Rp 300.000,00 per unit. Hapa memiliki umur ekonomis
selama 1 tahun.
d. Tabung Oksigen
Tabung oksigen digunakan untuk melakukan
pengisian oksigen pada saat proses pengiriman produk
bila menggunakan plastik kemasan. Tabung oksigen
yang dimiliki oleh pemancingan Tirta Salak sebanyak 2
unit. Tabung oksigen harus diisi, apabila oksigen di
dalam sudah habis. Harga tabung oksigen Rp
3.000.000,00 per unit dengan umur ekonomis 10 tahun.
Sedangkan untuk isi ulang oksigen, pengisian dilakukan
setiap 1 bulan sekali (apabila habis). Harga untuk
pengisian tabung oksigen adalah Rp 100.000,00 per
pengisian.
e. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang bobot
ikan. Timbangan yang digunakan 2 unit dengan harga Rp
250.000,00 per unit. Timbangan memiliki umur
ekonomis selama 5 tahun.
f. Jeligen Timbangan
Jeligen timbangan merupakan sejenis drum yang
digunakan umtuk menampung ikan ketika bobotnya
61
2. Fasilitas Produksi
Fasilitas produksi yang dimiliki oleh pemancingan
Tirta Salak adalah :
a. Kolam Air Deras
Kolam air deras merupakan fasilitas produksi yang
berguna sebagai wadah untuk melakukan proses
budidaya. Kolam air deras yang dimiliki oleh
pemancingan Tirta Salak dalam pengembangan usahanya
sebanyak 4 kolam dengan harga Rp 5.000.000,00/kolam.
Umur ekonomis kolam air deras adalah 15 tahun.
b. Karamba
Karamba merupakan fasilitas produksi yang
digunakan untuk proses budidaya. Karamba yang
dimiliki oleh pemancingan Tirta Salak dalam
pengembangan usaha sebanyak 2 karamba dengan harga
63
f. Telepon
Telepon yang digunakan adalah pesawat telepon
biasa. Fasilitas ini digunakan untuk melakukan
komunikasi dengan pembudidaya (pemasok) bahan baku
dan kepada konsumen. Pengeluaran untuk fasilitas ini Rp
150.000,00/bulan. Untuk biaya pemasangan telepon,
dalam hal ini pihak pemancingan Tirta Salak telah
menyetujui bahwa pemasangan telepon tidak dimasukan
ke dalam investasi, hanya biaya abodemen dan tagihan
telepon. Hal tersebut dikarenakan pemancingan Tirta
Salak sudah melakukan pemasangan telepon pada usaha
pemancingannya.
g. Listrik
Penggunaan listrik diperlukan untuk menjalankan
perangkat-perengkat elektronik yang dimiliki oleh
pemancingan Tirta Salak. Penggunaan listrik ditujukan
untuk penerangan kolam dan karamba pada malam hari.
Pengeluaran untuk fasilitas ini diperkirakan oleh
pemancingan Tirta Salak Rp 150.000,00/bulan. Sama hal
dengan pemasangan telepon, pemancingan Tirta Salak
menyetujui bahwa biaya pemasangan listrik tidak di
masukan ke dalam investasi, melainkan hanya biaya
abodemen dan tagihan per bulan, karena pemancingan ini
sudah melakukan pemasangan listrik (PLN) pada usaha
pemancingannya.
h. Air
Penggunaan air bersih adalah untuk keperluan para
tenaga kerja yang ada di pemancingan Tirta Salak. Air
bersih digunakan untuk minum, mencuci, mandi, dan hal-
hal dibutuhkan oleh tenaga kerja. Pengeluaran untuk
fasilitas ini adalah sebesar Rp 142.000,00/bulan. Sama
hal dengan pemasangan telepon dan listrik, dalam hal ini
65
b. Pupuk
Pupuk berfungsi untuk menumbuhkan pakan alami
berupa plankton-plankton dan munculnya zat-zat hara
yang berfungsi menyuburkan perairan. Pupuk yang
digunakan terdiri dari tiga jenis, yaitu TSP, urea dan
kandang. Pupuk TSP dan Urea yang dibutuhkan untuk
satu kali periode produksi 1 kg, dengan harga Rp Rp
8.000,00/kg. Sedangkan untuk pupuk kandang,
dibutuhkan 50 kg, dengan harga Rp 2.000,00/kg.
c. Garam
Garam berfungsi untuk menetralisir air. Garam
yang digunakan oleh pemancingan Tirta Salak adalah
garam khusus yang biasa disebut garam laut. Garam
yang dibutuhkan untuk satu kali periode produksi
adalah sebanyak 10 kg, dengan harga Rp 6.000,00/kg.
d. Plankton Catalyst
Plankton catalyst berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan plankton-plankton pada kolam. Plankton
catalyst yang dibutuhkan untuk satu kali periode
periode produksi 6 bungkus, dengan harga
Rp 85.000,00/bungkus.
Keterangan :
1. Pintu
2. Kolam pemancingan besar
3. Kantor dan kantin
4. Kolam pemancingan kecil
5. Kolam penampungan pemancingan
6. Mushola
7. Pintu
8. Kolam air deras ikan mas
9. Kolam air deras ikan bawal
10. Pondok jaga
11. Karamba (ikan mas dan bawal)
12. Kolam penampungan
13. Kolam pengobatan
14. Sungai
15. Jembatan
PEMILIK
PENGELOLA
PENGELOLA
PELAYANAN PELAKSANA
PEMANCINGAN BUDIDAYA
d. Deskripsi Pekerjaan
Struktur organisasi lini atau garis yang telah dijelaskan
memudahkan atasan dalam memberikan perintah secara langsung
dengan pembagian kerja yang sederhana. Deskripsi pekerjaan
yang ada di pemancingan Tirta Salak.
1) Pengelola merupakan posisi tertinggi dalam pengembangan
usaha pemancingan Tirta Salak. Pengelola memiliki tugas
yang diantaranya mengelola usaha, memimpin tenaga kerja dan
memberikan kebijakan-kebijakan yang ada di dalam
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak. Tidak hanya
itu, Pengelola bertugas mengelola, menjalankan dan
mengkoordinir kegiatan dan jalannya perusahaan, serta
menjalin atau menjaga hubungan baik dengan perusahaan lain
dan konsumen. Pengelola memegang seluruh kebijakan yang
ada di perusahaan, termasuk urusan manajerial, administrasi
dan keuangan perusahaan. Pengelola bertanggungjawab
kepada pemilik perusahaan dan tenaga kerja. Wewenang
pengelola adalah menentukan kegiatan perusahaan,
menentukan arah perusahaan, memecat tenaga kerja, mengatur
kompensasi tenaga kerja dan kebijakan perusahaan.
76
1. Kesimpulan
a. Kondisi usaha pemancingan Tirta Salak untuk saat ini mengalami
kemunduran yang ditandai dengan penurunan pendapatan, maka
pemilik pemancingan diharapkan dapat melakukan pengembangan
usaha agar dapat mempertahankan usaha pemancingan yang telah
ada dalam rangka memulihkan kondisi keuangan pemancingan
Tirta Salak. Untuk itu dilakukan analisis aspek pasar dan
pemasaran tentang peluang untuk mendirikan usaha budidaya ikan
kolam air deras dan karamba ( 10 ton per minggu), analisis aspek
teknis yang menjelaskan rencana investasi, letak, tata letak,
kapasitas produksi dan proses produksi. Analisis aspek manajemen
dan dampak usaha yang menjelaskan mengenai perizinan,
kepemilikan, struktur organisasi, pembagian tugas, kompensasi,
peraturan dan sanksi, serta pemutusan hubungan kerja.
b. Analisis kelayakan keuangan menghasilkan keuntungan bagi
pemancingan Tirta Salak, apabila melakukan pengembangan usaha
Rp 85.778.467,00, R/C ratio 1,173, dan BEP setelah penerimaan
mencapai Rp 401.734.903,00. Nilai kriteria investasi yang
dihasilkan cukup besar, yaitu NPV bernilai
Rp 270.890.336,00, IRR 57%, Net B/C atau PI adalah 3,117, dan
PBP adalah 2,5 tahun. Semua analisis kelayakan menunjukan
bahwa pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemancingan
Tirta Salak layak untuk didirikan.
c. Dalam analisis sensitivitas, diasumsikan bahwa terjadi kenaikan
pada harga input produksi 6,7% dan penurunan volume penjualan
4,5%. Hasil analisis menyebutkan bahwa pemancingan Tirta Salak
menjadi tidak layak, apabila terjadi kenaikan pada harga input
produksi 6,7% dan penurunan volume penjualan 4,5%. Hal
tersebut dapat diketahui dengan melihat NPV Rp 2,00, IRR 5%
dan Net B/C 1. Dengan hasil yang seperti itu, maka pengembangan
82
2. Saran
a. Pemancingan Tirta Salak perlu meningkatkan kemampuannya
dalam memproduksi ikan mas dan bawal kolam air deras dan
karamba melalui pola budidaya yang lebih intensif, agar dapat
memenuhi permintaan pasar yang besar. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan menambah luas areal yang digunakan sebesar
600 m untuk menambah kolam budidaya.
b. Pemancingan Tirta Salak perlu memiliki hubungan erat dengan
Dinas Peternakan dan perikanan Kabupaten Bogor atau dengan
Dinas Agribisnis Kabupaten Bogor, agar dapat memperoleh
informasi-informasi terkini dalam bidang perikanan, yaitu
mengenai teknik budidaya ikan kolam air deras dan karamba, serta
jenis pakan yang baik untuk mempercepat pertumbuhan ikan.
c. Perlu adanya pelatihan mengenai proses budidaya perikanan, yaitu
dengan cara pelatihan tentang tata cara pemijahan sampai dengan
pembesaran ikan budidaya. Hal itu perlu dilakukan apabila
pemancingan Tirta Salak menginginkan pengembangan usaha yang
akan dilakukan berjalan dengan baik, karena pada saat ini tenaga
kerja pemancingan Tirta Salak, khususnya pelaksana produksi
belum memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan
budidaya perikanan secara benar.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2003. Budidaya Ikan Air Tawar. Badan
Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2007. Data Potensi Sumber Daya Perikanan
di Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2007. Dinas Perikanan Provinsi
Jawa Barat, Bandung
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2007a. Data Produksi dan
Konsumsi Ikan Kabupaten Bogor Tahun 2006 2007.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Bogor
--------- . 2007c. Luas Areal dan Jumlah RTP Perikanan Tahun 2007. Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Bogor
Perdana, N.A. 2007. Analisis Kelayakan Usaha Secara Partisipatif Pada Usaha
Budidaya Pembesaran Ikan Gurame (Studi Kasus Kelompok Tani Tirta
Maju, Desa Situ Gede). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Tim Lemtera. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
86
Lanjutan Lampiran 1.
87
Lanjutan Lampiran 1.
88
89
Lanjutan Lampiran 2.
90
Lanjutan Lampiran 2.
91
92
Lanjutan Lampiran 3.
93
Lanjutan Lampiran 3.
94
NO (A) (B)
ITEM HARGA TAHUN ANALISIS (Rp)
(Rp) (A x B)
A Produk ikan mas 0 1 2 3 4 5
1 Kolam air deras 13.500 - 400.950.000 437.400.000 437.400.000 437.400.000 437.400.000
2 Karamba 12.500 - 26.125.000 28.500.000 28.500.000 28.500.000 28.500.000
B Produk ikan bawal
1 Kolam Air deras 11.500 - 151.800.000 165.600.000 165.600.000 165.600.000 165.600.000
2 Karamba 10.500 - 29.221.500 31.878.000 31.878.000 31.878.000 31.878.000
TOTAL PENERIMAAN 608.096.500 663.378.000 663.378.000 663.378.000 663.378.000
Keterangan :
Penerimaan produk kolam air deras tahun pertama untuk : Penerimaan produk kolam air deras tahun ke 2 5 untuk :
- Ikan mas : 29.700 kg - Ikan mas : 32.400 kg
- Ikan bawal : 13.200 kg - Ikan bawal : 14.400 kg
Penerimaan produk karamba tahun pertama untuk :
- Ikan mas : 2.090 kg - Ikan mas : 2.280 kg
- Ikan bawal : 2.738 kg - Ikan bawal : 3.036 kg
Dalam hal ini, produksi tahun pertama hanya terdiri atas 11 bulan atau 11 periode produksi, dikarenakan pada bulan pertama merupakan
awal proses penanaman. Sedangkan untuk tahun ke 2 5, proses produksi sudah berjalan teratur, sehingga terdapat 12 kali periode
produksi.
95
A BIAYA INVESTASI
1 Kolam air deras unit 5.000.000 15 20.000.000
2 Kolam penampungan unit 3.000.000 15 3.000.000
3 Kolam pengobatan unit 3.000.000 15 3.000.000
4 Karamba unit 700.000 3 1.400.000 1.400.000
5 Pagar unit 10.000.000 10 10.000.000
6 Pondok jaga unit 5.000.000 15 5.000.000
7 Mobil unit 75.000.000 10 75.000.000
8 Whiteboard unit 350.000 5 350.000
9 Lemari penyimpanan unit 1.000.000 5 1.000.000
10 Ember unit 7.000 1 42.000 42.000 42.000 42.000 42.000
11 Serok unit 20.000 1 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
12 Hapa unit 300.000 1 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
13 Tabung oksigen unit 3.000.000 10 6.000.000
14 Timbangan unit 250.000 5 500.000
15 Jeligen timbangan unit 35.000 1 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
16 Jelogen angkut unit 30.000 1 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
B BIAYA TETAP
1 Gaji
Pengelola Rp/bulan 2.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
Keuangan dan administrasi Rp/bulan 1.200.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
Pemasaran Rp/bulan 1.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Produksi dan P. pemancingan Rp/bulan 1.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Pelayanan pemancingan Rp/bulan 600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000
Pelaksana produksi Rp/bulan 600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000
2 Bonus
Pengelola Rp/bulan 500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Keuangan dan administrasi Rp/bulan 300.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
96
Lanjutan Lampiran 5.
97
Lanjutan Lampiran 5.
98
99
100
Lanjutan Lampiran 6.
101
102
Lanjutan Lampiran 7.
103
2 Biaya penyusutan : biaya yang dibebankan ke dalam biaya tetap akibat adanya
penyusutan nilai buku dari aset sampai akhir tahun umur ekonomis aset. Secara
kumulatif beban ini merupakan dana yang dapat digunakan kembali untuk membeli yang
baru
3 Nilai awal : Harga beli aset dalam kondisi baru (Rp)
4 Nilai sisa : Nilai buku aset pada akhir periode umur ekonomis, nilai ini disebut nilai
rongsokan suatu aset dimana tidak ekonomis lagi untuk digunakan terus karena umur
ekonomisnya telah habis
5 Umur ekonomis : Periode waktu dimana aset tersebut masih dianggap layak secara
ekonomis untuk digunakan terus. Untuk suatu mesin/alat biasanya ditetapkan oleh pabrik
berdasarkan hasil uji coba.
6 Umur pelayanan : Periode waktu dimana aset masih dianggap layak secara teknis untuk
digunakan terus. Untuk suatu mesin/alat biasanya panjang umur ditentukan oleh
perawatan dan pemeliharaan yang besarnya semakin meningkat
7 Aset : Barang bergerak dan tidak bergerak yang dimiliki perusahaan berupak : bangunan,
mesin, kelengkapan dan perlengkapan produksi, kendaraan, dll.
Lampiran 9. Laporan rugi laba pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak
104
Lanjutan Lampiran 9.
105
Lanjutan Lampiran 9.
106
Lanjutan Lampiran 9.
Keterangan :
- Total outflow (C) : Bt
- Laba bersih sebelum pajak (D) : At - Bt
- Pajak pendapatan pendapatan usaha (E) : D x %
- Laba bersih setelah pajak (F) : DE
Pada pajak pendapatan usaha, persentase pajak adalah 10% x Rp 50.000.000,00 ditambah dengan 15% dari sisa laba sebelum pajak yang
telah dikurangi Rp 50.000.000,00.
107
Lampiran 10. Proyeksi cash flow pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak
108
109
110
10% x Rp 50.000.000,00 (dari benefit > dari Rp 50.000.000,00 Rp 100.000.000,00) ditambah dengan
Untuk perhitungan NPV , Net B/C, IRR dan PBP dapat dilihat pada Lampiran 10.
111
Keterangan :
n
Bt Ct
- NPV dihutng dengan cara :
NPV
112
t 1 (1 + i )
1 Perhitungan IRR :
r1 = Tk suku bunga/tahun = 0.055 5,5% IRR = r1 + (NPV1/NPV1 NPV2)x (r2 r1)
r2 = Tk suku bunga/tahun = 0.58 58%
NPV1
NPV2 IRR = 57%
Artinya : pengembangan usaha ini memiliki kemampuan mengembalikan modal IRR = 58% yang lebih besar dari suku bunga 5,5%
per tahun, sehingga memiliki prospek menguntungkan (layak untuk diimplementasikan)
2 Perhitungan Net B/C :
PV positif n
Bt Ct
NetB / C =
398.852.336
PV negatif -127.962.000 t =1 (1 + i )
Net B/C = 3,117 n
Ct Bt
(1 + i )
t =1
113
114
Keuangan dan administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
115
116
Keterangan :
Pada analisis sensitivitas, dilakukan penurunan volume penjualan 5% dan kenaikan harga bahan baku, yaitu ikan dan pakan 10%.
Setelah dilakukan analisis sensitivitas, pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak menjadi tidak layak untuk diimplementasikan,
apabila terjadi penurunan volume penjualan 5% dan kenaikan harga bahan baku 10%.
117
Lampiran 14. Analisis switching value pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak
118
Keuangan dan administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
119
120
Keterangan :
Pada analisis switching value, dilakukan penurunan volume penjualan 8% dan kenaikan harga bahan baku, yaitu ikan dan pakan 5,4%.
Setelah dilakukan analisis switching value, pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak menjadi tidak layak untuk diimplementasikan,
terutama terjadi penurunan volume penjualan 8% dan kenaikan harga bahan baku 5,4%. Analisis ini dilakukan untuk mencari batas
kelayakan suatu usaha atau proyek.
121