Anda di halaman 1dari 132

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

PEMANCINGAN TIRTA SALAK CIOMAS,


KABUPATEN BOGOR

Oleh
GILANG GARNIDA BUANA
H 24066034

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ABSTRAK
Gilang Garnida Buana, H24066034, Analisis Kelayakan Pengembangan
Usaha Pemancingan Tirta Salak Ciomas, Kabupaten Bogor.
Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis.

Pemancingan Tirta Salak merupakan salah satu pemancingan yang terdapat


di Kecamatan Ciomas dalam kategori menengah, dengan bahan baku ikan mas
untuk dipancing sebanyak 50 100 kg/hari. Dengan meningkatnya jumlah
permintaan dan mahalnya harga ikan, Tirta Salak memperbesar peluang yang ada
dengan cara melakukan pengembangan usaha. Pengembangan usaha yang
dimaksud adalah Tirta Salak membuat tempat budidaya dan penyembuhan ikan
dengan konsep kolam air deras. Penelitian ini bertujuan (1) Mempelajari usaha
pemancingan Tirta Salak, (2) Menganalisis kelayakan pengembangan usaha dari
usaha pemancingan Tirta Salak yang telah berjalan menurut aspek pemasaran,
aspek teknis produksi, aspek manajemen, aspek keuangan dan aspek dampak
usaha, serta (3) Menganalisis kondisi sensitivitas pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak ditinjau dari aspek pemasaran dan aspek keuangan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder,
baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh secara
langsung melalui hasil dari pengamatan di lapang, wawancara dan Focus Group
Discussion (FGD) dengan pihak Tirta Salak. Data sekunder diperoleh dari
dokumen-dokumen tertulis dari Tirta Salak, internet, lembaga-lembaga yang
terkait dan studi pustaka. Analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan usaha
sesuai pendekatan kriteria investasi dengan Microsoft Office Excel 2007.
Analisis kelayakan usaha yang dilakukan menunjukan bahwa
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak dikategorikan layak untuk
diimplementasikan, dilihat pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
aspek keuangan. Analisis pendapatan usaha tani menunjukan nilai keuntungan
dan R/C 1,17, analisis penilaian investasi usaha dengan NPV Rp 270.890.336,00,
PI 3,117, IRR 57 %, dan PBP 2,5 tahun.
Hasil-hasil sensitivitas menunjukan bahwa kelayakan pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak sangat peka terhadap perubahan yang terjadi pada
kenaikan harga input produksi dan penurunan jumlah volume penjualan.
Kenaikan harga input produksi tersebut mencapai 15% dan penurunan volume
penjualan sebesar 5%, sehingga pengembangan usaha yang dilakukan oleh
pemancingan Tirta Salak menjadi tidak layak.
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA
PEMANCINGAN TIRTA SALAK CIOMAS
KABUPATEN BOGOR
JAWA BARAT

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada program Sarjana Ekonomi penyelenggaraan khusus
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Oleh
GILANG GARNIDA BUANA
H 24066034

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA


PEMANCINGAN TIRTA SALAK CIOMAS
KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada program Sarjana Ekonomi penyelenggaraan khusus
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Oleh
GILANG GARNIDA BUANA
H 24066034

Menyetujui,
Bogor, 10 Maret 2009

Pembimbing

Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA

Mengetahui,

Dr.Ir. Jono M.Munandar. M.Sc


Ketua Departemen
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Maret 1985. Penulis


merupakan anak pertama dari tiga bersaudara keluarga Hendra Buana Martin.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Panaragan I Bogor pada tahun
1997, lalu melanjutkan ke SLTPN 6 Bogor pada tahun 1997 - 2000. Kemudian di
Sekolah Menengah Umum PGRI 4 Bogor pada tahun 2000 - 2003. Tahun 2003,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Program Diploma III Manajemen
Bisnis Perikanan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, melalui jalur reguler. Pada tahun 2006, penulis diterima di
Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Selama perkuliahan, penulis sempat ikut dalam merintis keorganisasian
mahasiswa Ekstensi Manajemen, yaitu Extention Of Management (EXOM)
periode tahun 2006 2007. Penulis juga sempat mengikuti softskill seperti
Konsultan Bisnis, Perbankan Syariah dan SPSS.

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pemancingan Tirta Salak
Ciomas, Kabupaten Bogor, yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus,
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin berterimakasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA selaku pembimbing
skripsi yang telah membimbing penulis dengan memberikan saran-saran,
perbaikan, hingga dukungan moral, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
2. Ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM dan Ibu Wita J. Ermawati, STP, MM
selaku penguji yang telah memberikan saran-saran, perbaikan dalam
pembuatan skripsi ini.
3. Pemilik pemancingan Tirta Salak Pak Hendra Buana Martin yang telah
membantu dalam penelitian di lapang.
4. Seluruh tenaga kerja pemancingan Tirta Salak yang turut beperan selama
penelitian di lapang
5. Seluruh staf akademik ekstensi manajemen atas bantuannya dalam,
pengetahuan dan masukannya selama berlangsungnya penelitian.
6. Seluruh mahasiswa ekstensi manajemen angkatan 1 yang telah membantu
dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Bogor, 10 Maret 2009

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .............................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 7


2.1. Perikanan .............................................................................................. 7
2.1.1. Budidaya Perikanan ................................................................... 7
2.1.2. Budidaya Kolam Air Deras ....................................................... 7
2.1.3. Budidaya Karamba .................................................................... 8
2.1.4. Usaha Pemancingan ................................................................... 9
2.2. Studi Kelayakan Bisnis ........................................................................ 9
2.2.1. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis ......................................... 10
2.2.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis ................................................. 11
2.3. Penelitian Terdahulu Yang Relevan .................................................... 12

III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 14


3.1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 14
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 16
3.3. Pengumpulan Data ............................................................................. 16
3.4. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 22


4.1. Gambaran Daerah Penelitian ........................................................... 22
4.2. Gambaran Umum Pemancingan Tirta Salak ................................... 23
4.2.1. Sejarah Berdirinya Pemancingan Tirta Salak ....................... 23
4.2.2. Fasilitas dan Kegiatan Pengembangan Usaha
Pemancingan Tirta Salak ....................................................... 24
4.2.3. Kepengurusan Pemancingan Tirta Salak .............................. 25
4.3. Latar Belakang dan rencana Usaha Budidaya Kolam Air Deras
dan Karamba Pemancingan Tirta Salak ........................................... 26
4.3.1. Bidang Usaha dan Hasil Produksi ......................................... 27
4.3.2. Tujuan dan Manfaat Ekonomi Usaha .................................... 27

vi
4.4. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha ......................................... 28
4.4.1. Analisis Aspek Pasar (Pemasaran) ........................................ 28
4.4.2. Analisis Aspek Keuangan ..................................................... 37
4.4.3. Analisis Aspek Teknis .......................................................... 50
4.4.3.1. Peralatan Produksi ................................................... 59
4.4.3.2. Fasilitas Produksi ..................................................... 62
4.4.3.3. Bahan Baku Produksi .............................................. 65
4.4.3.4. Lokasi Budidaya ...................................................... 67
4.4.3.5. Layout Produksi ....................................................... 70
4.4.4. Aspek Manajemen ......................................................................... 72
4.4.5. Aspek Dampak Usaha ................................................................... 79
4.5. Rekomendasi Dalam Tahap Implementasi Pengembangan
Usaha Pemancingan Tirta Salak ........................................................... 80

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 81


DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83
LAMPIRAN .................................................................................................... 85

vii
DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Data potensi sumber daya perikanan di Provinsi Jawa Barat
pada tahun 2007 . ................................................................................... 1

2. Data produksi dan konsumsi ikan di Kabupaten Bogor


pada tahun 2006 2007 ........................................................................ 2

3. Data perkembangan produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor


pada tahun 2006 2007 ........................................................................ 3

4. Perkembangan produksi perikanan Kabupaten Bogor pada


tahun 2006 2007 ................................................................................ 31

5. Daftar komponen kebutuhan investasi pengembangan usaha


pemancingan Tirta Salak ...................................................................... 39

6. Rincian biaya tetap pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ... 40

7. Rincian biaya variabel pengembangan usaha pemancingan


pemancingan Tirta Salak ...................................................................... 40

8. Nilai kriteria penilaian investasi pengembangan usaha


Pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ................................... 46

9. Rencana jadwal tanam panen pemancingan Tirta Salak ...................... 58

10. Klasifikasi sistem kompensasi pemancingan Tirta Salak ..................... 77

vii
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ............................................................. 15
2. Alur proses produksi pemancingan Tirta Salak .................................... 36
3. Layout produksi pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ........ 71
4. Struktur organisasi pemancingan Tirta Salak pada awal berdiri .......... 74
5. Struktur organisasi pemancingan Tirta Salak pada
pengembangan usaha ............................................................................ 75

viii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
1. Rencana kebutuhan fisik pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak ........................................................................ 86

2. Daftar harga barang pengembangan usaha pemancingan


Tirta Salak .............................................................................................. 90

3. Rencana kebutuhan dana pengembangan usaha pemancingan


Tirta Salak .............................................................................................. 92

4. Rencana penerimaan pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak .. 95

5. Rekapitulasi biaya pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ...... 96

6. Analisis usaha pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ............ 99

7. Analisis usaha per bulan pengembangan usaha pemancingan


Tirta Salak .............................................................................................. 101

8. Biaya penyusutan investasi pengembangan usaha pemancingan


Tirta Salak ............................................................................................. 103

9. Laporan laba rugi pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak .... 104

10. Proyeksi cash flow pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ..... 108

11. Perhitungan NPV ................................................................................... 112

12. Perhitungan IRR dan Net B/C ................................................................ 113

13. Analisis sensitivitas pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak .... 114

14. Analisis switching value pengembangan usaha pemancingan


Tirta Salak .............................................................................................. 118

ix
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dimana
wilayah laut yang dimiliki oleh Indonesia sangat luas, yaitu dengan panjang
garis pantai mencapai 81.000 km dan memiliki 13.667 pulau yang
terbentang, sehingga luas laut yang mencakup tiga perempat luas Indonesia,
yaitu 5,8 juta km.
Perairan Indonesia memiliki karakteristik jenis fauna tropis,
diantaranya terdapat 2.057 jenis (spesies) ikan
(www.sinica.edu.tw/zool/zoolstud/42.1/1.pdf, 2007). Berdasarkan data yang
diperoleh, sumber daya perikanan di Indonesia memiliki potensi yang sangat
besar. Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi sektor
perikanan adalah provinsi Jawa Barat sebesar 815.193,11 ton per tahun
(Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2007).

Tabel 1. Data potensi sumber daya perikanan di Provinsi Jawa Barat


pada tahun 2007
No. Potensi Sumberdaya Jumlah dan Hasil
Satuan (ton / tahun)
1 Budidaya Kolam Air Tenang 58.770,52 Ha 282.114,62
2 Budidaya Kolam Air Deras 5.484 Unit 9.594,46
3 Budidaya Karamba 30.000 Unit 32.993,49
4 Budidaya Mina Sawah 306.673,69 Ha 173.308,93
5 Budidaya Tambak 75.000 Ha 74.561,07
6 Budidaya Bekas Galian C 150 Ha 60
7 Budidaya Sariban 374.89 Km 149,96
8 Penangkapan Perairan Umum 15.464,17 Ha 6.185,67
2
9 Penangkapan Perairan Laut 16.450 Km 233.958,55
10 Penangkapan Perairan Sungai 11.331,82 Km 2.266,36
Sumber : Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2007.

Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil produksi


perikanan di provinsi Jawa Barat masih nyata dilihat dari hasil produksi per
tahun. Meskipun demikian, seiring dengan peningkatan jumlah produksi
perikanan air tawar, penyediaan ikan untuk konsumsi dalam negeri
2

khususnya wilayah provinsi Jawa Barat juga mengalami peningkatan yang


disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk.
Kondisi konsumsi hasil perikanan nusantara masih tergolong rendah,
dikarenakan masyarakat Indonesia belum tahu akan manfaatnya daging ikan
pada tubuh, disamping belum adanya media yang dapat memberikan
informasi dengan baik dan jelas mengenai produk ikan potensial dari sisi
nilai kesehatan, nilai citarasa, dan nilai ekonomis kepada masyarakat
(Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2006). Pada saat ini
kebutuhan masyarakat meningkat sangat tajam, hal ini dapat dilihat dari data
pada Tabel 2.

Tabel 2. Data produksi dan konsumsi ikan Kabupaten Bogor


dari tahun 2006 - 2007
Tahun Produksi Ikan Air Tawar (ton) Konsumsi Ikan
(Kg/Kapita)

2006 9.924,55 18,24


2007 8.631,13 18,80
a
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor , 2007

Dari Tabel 2 terlihat bahwa angka kenaikan konsumsi ikan


meningkat, walaupun pada tahun 2007 jumlah produksi ikan menurun.
Penurunan produksi perikanan air tawar pada tahun 2007 disebabkan
terjadinya gagal panen di Cirata. Namun secara keseluruhan tingkat
konsumsi perikanan di Kabupaten Bogor meningkat karena :
1. Pada saat ini banyak kabar atau berita tentang adanya penyakit yang
mematikan pada daging-daging hewan darat.
2. Variasi produk perikanan sangat banyak, sehingga konsumen tidak akan
bosan.
3. Harga produk perikanan relatif lebih murah dibandingkan dengan produk
peternakan, seperti daging ayam, sapi, kambing dan lain-lain.
Dengan meningkatnya konsumsi hasil perikanan, maka saat ini
produksi ikan menjadi semakin terasa berkurang dan menjadi langka.
Menurut salah satu pedagang ikan di Pasar Gunung Batu Kotamadya Bogor,
saat ini ikan konsumsi yang dijual ke masyarakat kebanyakan merupakan
ikan konsumsi hasil pancingan atau ikan jaru. Hal tersebut mengakibatkan
3

mutu ikan kurang baik dan kurang segar. Maka dengan demikian,
diperlukanlah cara-cara atau metode yang dapat mengatasi masalah tersebut.
Perikanan budidaya merupakan salah satu sektor dari tiga sektor
perikanan (penangkapan, pengolahan dan budidaya) yang dapat membantu
mengurangi kelangkaan ikan di Indonesia. Meskipun demikian, usaha
budidaya perikanan di Indonesia masih belum berjalan dengan maksimal,
karena usaha ini memerlukan biaya investasi yang cukup besar, cara atau
teknik budidaya yang cukup sulit dan faktor iklim yang mempengaruhi.
Masalah tersebut adalah masalah utama yang mempengaruhi mengapa pada
saat ini harga ikan menjadi naik.
Seperti yang diketahui bahwa Kabupaten Bogor merupakan wilayah
yang terdapat di Provinsi Jawa Barat yang terdapat banyak sekali
pembudidaya atau pengusaha di bidang perikanan. Hal tersebut disebabkan
karena Kabupaten Bogor mengalami perkembangan yang pesat pada sektor
perikanan (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2007).
Berikut adalah data perkembangan pada sektor perikanan Kabupaten Bogor.
Tabel 3. Data perkembangan produksi ikan konsumsi Kabupaten Bogor
dari tahun 2006 2007
Produksi (ton)

No Jenis Ikan Persentasi Kenaikan


(a) (b) (% : a b )
2006 2007 a

1 Mas 9.924,55 8.631,50 -13,03


2 Nila 3.328,13 4.418,75 32,77
3 Nilem 15,00 13,70 -8,67
4 Mujair 32,00 24,30 -24,06
5 Gurame 1.424,00 1.719,00 20,72
6 Tawes 355,10 430,00 21,09
7 Patin 724,00 1.020,00 40,88
8 Lele 6.487,07 6.373,75 -1,75
9 Sepat Siam 12,00 12,10 0,83
10 Tambakan 173,00 173,00 0,00
11 Bawal 630,00 849,40 34,83
12 Lain-lain 36,15 37,50 3,73
Jumlah 23.141,00 23.703,00 2,43
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Perikanan Kabupaten Bogor, 2007b

Pemancingan merupakan satu jenis usaha yang bergerak di bidang


jasa perikanan, khususnya penyewaan tempat untuk memancing dan
4

penjualan ikan yang dipancing dengan usaha bahan baku ikan hidup yang
sehat dan segar dalam jumlah yang cukup banyak. Hal tersebut disebabkan
banyaknya pecinta memancing di Indonesia. Bahan baku ikan yang
digunakan oleh tempat pemancingan adalah ikan mas, mujair, gurami,
bawal, patin dan lele.
Ikan-ikan tersebut didapat dari para pembudidaya-pembudidaya ikan
air tawar yang berada di daerah setempat ataupun di luar kota. Rataan ikan
yang digunakan berasal dari ikan hasil budidaya kolam, tetapi jarang ada
yang menggunakan ikan hasil dari budidaya kolam air deras dan karamba,
karena harga ikan hasil dari budidaya kolam air deras dan karamba sangat
mahal. Ikan hasil budidaya air deras dan karamba berbeda dengan ikan hasil
budidaya di kolam dengan air yang tenang, yaitu bentuk fisik, kelincahan,
rasa daging dan respon ikan terhadap rangsangan makanan. Oleh karena itu,
pemancingan selalu ingin sekali memakai ikan dari budidaya air deras atau
karamba, tetapi permasalahannya harga ikan yang saat ini sedang naik,
sehingga membuat tempat-tempat pemancingan sulit untuk mengatasinya.
Kecamatan Ciomas adalah salah satu Kecamatan terdapat di
Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang memiliki cukup banyak tempat
pemancingan. Hal tersebut terjadi karena suasana, tempat dan airnya bagus
atau cocok untuk melakukan usaha budidaya ikan ataupun pemancingan.
Jumlah tempat pemancingan yang terdapat di wilayah Kecamatan Ciomas
adalah 22 tempat pemancingan, yang terdiri atas 9 tempat yang berupa
pemancingan besar dan sisanya 13 tempat pemancingan sedang atau
menengah. Pemancingan besar adalah pemancingan yang memiliki luas
areal yang besar > 1.500 m2, memiliki fasilitas dan peralatan pemancingan
yang lengkap, memiliki stok yang banyak dan melakukan pembuatan pakan
secara mandiri. Sedangkan untuk pemancingan menengah adalah
2 2
pemancingan yang memiliki luas areal 600 m 1.500 m , memiliki fasilitas
dan peralatan pemancingan yang lengkap dan memiliki stok ikan yang
banyak. Tetapi untuk pemancingan kategori menengah, pemancingan ini
tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi pakan secara mandiri.
5

Pemancingan Tirta Salak merupakan salah satu pemancingan yang


terdapat di Kecamatan Ciomas yang termasuk ke dalam kategori
pemancingan menengah. Hal tersebut disebabkan pemancingan Tirta Salak
memiliki luas areal pemancingan yang cukup besar, yaitu 1.900 m2,
memiliki kolam penyimpanan khusus, memiliki kolam pancing yang sesuai
dengan berat ikan dan memiliki stok ikan yang cukup banyak. Pemancingan
Tirta Salak berada persis di belakang kantor Camat atau Kecamatan Ciomas.
Pemancingan Tirta Salak adalah salah satu pemancingan yang menggunakan
bahan baku ikan mas untuk di pancing. Pemancingan Tirta Salak didirikan
dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada, yaitu banyaknya
pecinta mancing yang berada di dekat wilayah pemancingan Tirta Salak dan
juga banyaknya warga yang menyukai santapan ikan. Dengan
meningkatnya jumlah permintaan ikan dan mahalnya harga ikan,
pemancingan Tirta Salak bertujuan mengambil peluang yang ada dengan
cara melakukan suatu pengembangan usaha. Pengembangan usaha yang
dimaksudkan adalah pemancingan Tirta Salak tidak bergerak sebagai tempat
pemancingan semata, tetapi juga sebagai tempat budidaya dan penyembuhan
ikan dengan konsep kolam air deras dan karamba. Dengan melakukan
pengembangan usaha, pemancingan Tirta Salak berharap dapat memenuhi
kebutuhan akan produk ikan konsumsi air tawar di Kecamatan Ciomas.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan dari informasi yang didapat, permasalahan yang dihadapi
oleh pemancingan Tirta Salak adalah keingintahuan pemilik usaha terhadap
pengembangan usaha yang akan dilaksanakan layak atau tidak layak. Oleh
karena itu, pengkajian terhadap kelayakan aspek keuangan dan non-
keuangan dari pengembangan usaha yang ingin dijalankan tersebut penting
untuk dilakukan, agar dapat diketahui apakah usaha pengembangan itu layak
atau tidak layak untuk diimplementasikan.
6

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah :


1. Pendekatan apakah yang digunakan Pemancingan Tirta Salak dalam
pengembangan usahanya ?
2. Apakah pemancingan Tirta Salak dapat mengembangakan usahanya ?
3. Apakah pengembangan bisnis yang dilakukan oleh pemancingan Tirta
Salak layak atau tidak layak untuk diimplementasikan ?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Mempelajari kondisi usaha pemancingan yang telah berjalan menurut
pemancingan Tirta Salak.
2. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha dari usaha pemancingan
Tirta Salak ditinjau dari aspek pemasaran, aspek teknis produksi, aspek
manajemen dan aspek keuangan.
3. Menganalisis kondisi sensitivitas pengembangan usaha pemancingan
Tirta Salak ditinjau dari aspek pemasaran, aspek teknis produksi, aspek
manajemen dan aspek keuangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perikanan
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2006), perikanan
adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan ,
binatang air lainnya atau tanaman air. Perikanan adalah suatu kegiatan
mulai dari penangkapan, budidaya sampai dengan pengolahan organisme
akuatik yang mencakup ikan (finfish), udang (Crustasea), hewan
bercangkang (molusca), ekinodermata dan alga yang memiliki nilai
ekonomis (Effendi, 2004)
2.1.1. Budidaya Perikanan
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2006),
budidaya perikanan merupakan kegiatan memelihara ikan, binatang
air atau tanaman air dengan menggunakan fasilitas buatan.
Kegiatan budidaya perikanan terdiri atas kegiatan pembenihan,
pendederan dan pembesaran yang memiliki keterkaitan satu sama
lain. Oleh karena itu, kegiatan budidaya merupakan suatu mata
rantai antara kegiatan pembenihan, pendederan dan pembesaran
(Susanto, 2002).

2.1.2. Budidaya Kolam Air Deras


Budidaya kolam air deras adalah budidaya yang dilakukan
pada kolam yang didesain untuk memungkinkan terjadinya aliran
air (flowthrough) dalam pemeliharaan ikan dengan dengan padat
penebaran yang tinggi. Kolam air deras memiliki aliran air yang
melimpah dan relatif deras, serta kaya akan oksigen untuk respirasi
ikan dan juga membuang limbah metabolisme, terutama ammonia.
Debit air di kolam air deras dapat ditentukan dengan patokan
setiap 10 menit seluruh air kolam sudah berganti semua.
Komponen-komponen kolam air deras sama dengan kolam air
tenang, yaitu meliputi pematang atau dinding kolam, dasar kolam,
pintu air masuk, pintu air keluar, saluran pembuangan dan saluran
8

pemasukan. Fungsi setiap komponen tersebut sama dengan kolam


air tenang. Demikian pula dengan sistem distribusi dan drainase
airnya. Mengingat sifat aliran yang relatif deras maka desain
kolam air deras biasanya terbuat umumnya memanjang seperti
saluran, dengan panjang 5 10 m, lebar 2 4 m dan kedalaman 1
2 m. Dengan sifat aliran demikian maka dinding dan dasar kolam
air deras terbuat dari beton. Kolam air deras dapat dibuat dari
tanah, tetapi dinding dan dasar harus dilapisi plastik untuk
mencegah tergerusnya dinding tersebut oleh aliran air (Effendi,
2004).

2.1.3. Budidaya Karamba


Budidaya karamba adalah budidaya ikan yang dilakukan pada
wadah budidaya berupa kandang yang terbuat dari kayu, papan
atau bambu yang yang ditempatkan di dasar sungai. Karamba
terdiri dari rangka kayu dan dinding yang terbuat dari kayu,
bambu, papan atau kawat yang berukuran panjang 2 10 m, lebar
1 5 m dan tinggi 1 2 m. Dinding karamba harus dirancang
sedemikian rupa sehngga aliran air sungai masih memungkinkan
menerobos dinding untuk sirkulasi air (pasokan oksigen terlarut
dan pembuangan metabolisme dan sisa pakan) dalam karamba.
Supaya posisi karamba di sungai tersebut tidak berubah, maka
karamba ditambatkan dengan menggunakan tambang pada patok
kayu yang ditancapkan di dasar sungai atau pinggiran sungai. Pada
bagian atas karamba terdapat bagian pintu yang dapat di buka dan
ditutup untuk keperluan operasional budidaya (penebaran benih,
pemberian pakan dan pemanenan).
Seringkali karamba ini ditempatkan di pinggiran badan
sungai yang dekat atau melintasi kawasan urban, sehingga
kandungan bahan organik di perairan tersebut relatif tinggi dan
dapat dimanfaatkan oleh ikan kultur. Selain itu, ikan kultur juga
dapat memanfaatkan potongan atau partikel organik dan buangan
9

rumah tangga, restoran atau pabrik berbahan organik yang terdapat


di air sungai secara langsung. Dengan kondisi tersebut, pemberian
pakan bagi ikan kultur dalam karamba bias direduksi karena
memungkinkan terdapat sumbangan pakan alami (cacing sutera
dan bahan organik). Pemberian pakan pelet bagi ikan dalam
karamba bias mencapai kurang dari 1% dari bobot biomasa per
hari, bahkan dapat tidak diberi pakan sama sekali. Dengan
menggunakan sistem karamba, dapat diperoleh efisiensi produksi
ikan yang tinggi.
Keberadaan karamba dalam badan air sungai juga bisa
menghambat aliran air, sedimentasi dan jebakan sampah. Sampah
yang terdapat dalam air sungai tertahan oleh dinding karamba dan
bila jumlahnya banyak dan semakin banyak maka pada akhirnya
bisa menghambat aliran air. Kondisi demikian menyebabkan
kualitas air dalam karamba menjadi jelek dan nafsu makan ikan
kultur menjadi hilang sama sekali, sehingga ikan tidak tumbuh
bahkan mati (Effendi, 2004).

2.1.4. Usaha Pemancingan


Usaha pemancingan adalah suatu kegiatan di bidang jasa
perikanan dengan menyediakan tempat (kolam pancing) dan ikan
yang digunakan untuk kegiatan memancing. Usaha pemancingan
biasanya didirikan di lokasi-lokasi yang dekat dekat sumber air
(www.sinica.edu.tw, 2006).

2.2. Studi Kelayakan Bisnis


Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis
yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak suatu bisnis
dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka
pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan
(Umar, 2003). Studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan
dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari
suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam penelitian
10

ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan
memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun
dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha dalam arti social
benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit. Hal
ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Ibrahim, 2003)

2.2.1. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis


Menurut Umar (2003), belum ada keseragaman mengenai
aspek bisnis apa yang harus dikaji dalam rangka studi kelayakan
bisnis. Beberapa aspek yang perlu diteliti adalah :
1. Aspek Pemasaran (Pasar)
Pengkajian terhadap aspek ini penting dilakukan, karena
tidak ada bisnis atau usaha yang berhasil tanpa adanya
permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan. Pada
dasarnya, analisis aspek pemasaran (pasar) bertujuan untuk
mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan,
pangsa pasar dari produk bersangkutan, kondisi persaingan
antara produsen dan siklus hidup produk.
2. Aspek Keuangan
Dari sisi keuangan, suatu usaha dikatakan sehat, apabila
dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu
memenuhi kewajiban keuangan. Kegiatan pada aspek
keuangan ini, antara lain penghitungan perkiraan jumlah dana
yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan
pengadaan harta tetap. Dipelajari juga struktur pembiayaan
yang paling menguntungkan dengan menentukan berapa dana
yang harus disiapkan lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa
dana dari modal sendiri. Hasil analisis keuangan akan
digunakan untuk mengkomunikasikan keadaan rencana
keuangan dengan pihak yang berkepentingan.
11

3. Aspek Teknis (Produksi)


Studi teknis akan mengungkapkan kebutuhan apakah
yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi
akan dilaksanakan. Beberapa hal umum yang perlu
diperhatikan adalah mengenai kapasitas produksi, pemakaian
peralatan dan mesin, lokasi dan tata letak usaha yang paling
menguntungkan.
4. Aspek Manajemen
Studi aspek manajemen meliputi penyusunan rencana
kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana mengkoordinasi dan
mengawasi pelaksanaan usaha, jenis-jenis pekerjaan, struktur
organisasi dan pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan.

2.2.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis


Manfaat studi kelayakan bisnis (Umar, 2003) adalah :
1. Pihak Investor. Calon investor memiliki kepentingan langsung
terhadap keuntungan yang akan diperoleh dan jaminan
keselamatan atas modal yang ditanamnya.
2. Pihak Kreditor. Pihak Bank sebagai pemberi pinjaman perlu
mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat,
misalnya mengenai bonafiditas dan tersedianya agunan yang
dimiliki perusahaan.
3. Pihak Manajemen. Pihak manajemen perlu mempelajari studi
kelayakan bisnis yang dibuat, misalnya dalam hal pendanaan,
berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, serta rencana
pendanaan dari investor dan kreditor.
4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat. Penyusunan studi
kelayakan bisnis memperhatikan dan membantu kebijakan
pemerintah dalam prioritas yang akan dibantu, misalnya dengan
subsidi dan keringanan lain.
5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi. Dalam penyusunan
studi kelayakan bisnis perlu dianalisis manfaat yang akan
12

didapat dan biaya yang akan ditimbulkan terhadap


perekonomian nasional.

2.3. Penelitian Terdahulu


Tahmid (2005) meneliti mengenai studi kelayakan pendirian industri
gelatin berbasis tulang sapi di Indonesia. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa pendirian industri gelatin tipe b berbasis tulang sapi di
Indonesia layak untuk diimplementasikan bila dilihat pada aspek pasar dan
keuangannya, karena berdasarkan analisis keuangan diperoleh nilai dari
beberapa parameter kelayakan yang meliputi Net Present Value (NPV)
Rp 402.927.007.574,87, Internal Rate of Return (IRR) 53,70 %,
Net Benefit/Cost (B/C) 4,06 dan Payback Period (PBP) 2,91 tahun.
Keseluruhan penilaian kriteria kelayakan tersebut menunjukan bahwa
pendirian pabrik gelatin tipe b di Indonesia layak untuk diimplementasikan.
Hasil analisis sensitivitas untuk proyek ini menunjukan bahwa ketika
terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 121,10% dan ketika terjadi
penurunan harga produk gelatin 43,45%, maka industri ini tidak layak,
karena NPV proyek menjadi negatif.
Perdana (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis Kelayakan
Usaha secara Partisipatif pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame (Studi
Kasus Kelompok Tani Tirta Maju) di Desa Situ Gede. Hasil dari penelitian
ini menunjukan bahwa usaha keseragaman Kelompok Tani Tirta Maju
layak untuk diimplementasikan bila dilihat pada aspek pasar dan keuangan,
karena pada analisis usaha tani menunjukan keuntungan Rp. 16.238.500,00
dan Revenue/Cost (R/C) 1,29, pada analisis penilaian investasi usaha
diperoleh NPV, Net B/C, IRR dan PBP, masing-masing Rp. 10.433.612,00;
1,67; 28,9% dan 2,9 tahun (periode). Namun demikian, usaha ini masih
tergolong kurang menguntungkan dan menarik bagi bank/investor untuk
menanamkan modalnya, hal tersebut dikarenakan keuntungan per bulan
usaha ini selama 5 tahun berjalan hanya Rp. 260.838,00. Selain itu,
pendapatan per bulan setiap anggota yang terlibat berdasarkan nilai
13

keuntungan satu periode hanya Rp. 225.535,00 dan lebih rendah dari
kebutuhan rumah tangga yang mencapai Rp. 450.000,00 per bulan.
Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa kelayakan usaha Tirta
Maju cukup peka terhadap perubahan yang terjadi pada faktor harga jual
ikan gurame dan volume produksi. Sementara itu, perubahan pada faktor
harga pakan buatan (pellet) tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan
usaha ini. Namun, kenaikan harga pellet 61% dapat menyebabkan usaha
ini tidak layak.
III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian


Pemancingan Tirta Salak didirikan agar dapat memenuhi keinginan
pemilik usaha yang mempunyai hobi memncing dan mengambil peluang
yang ada. Akan tetapi dari mulai pertengahan usaha, usaha pemancingan
Tirta Salak mengalami penurunan penerimaan sejak bulan November sampai
saat. Hal terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
pihak manajemen pemancingan Tirta Salak. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penurunan penerimaan adalah (1) langkanya ikan untuk
bahan baku pemancingan, (2) mahalnya harga ikan yang disebabkan
kegagalan panen di Cirata, (3) manajemen pemancingan Tirta salak yang
kurang dapat mengatasi permasalahan dan (4) terjadinya tindak penggelapan
olah tenaga kerja pemancingan Tirta Salak.
Sejak hal tersebut terjadi, pemilik pemancingan Tirta Salak
mendapatkan suatu gagasan dari pihak keluarga untuk melakukan
pengembangan usaha. Pengembangan usaha itu dimaksudkan, bahwa
pemancingan Tirta Salak harus membuat suatu terobosan usaha. Terobosan
usaha itu adalah melakukan pembuatan usaha budidaya kolam air deras dan
karamba, serta melakukan penataan ulang pada manajerial pemancingan
Tirta Salak dan juga mengganti karyawan. Pembuatan usaha baru tersebut
dimaksudkan agar pemancingan Tirta Salak dalam menghadapi kelangkaan
dan mahalnya harga ikan, serta memperbaiki sistem manajerialnya agar
dapat meningkatkan penerimaannya. Selain itu, rencana pengembangan ini
juga dimaksudkan agar dapat membantu program pemerintah dalam rangka
mengatasi jumlah angka pengangguran yang semakin hari semakin
meningkat, karena pada lokasi berdirinya pemancingan Tirta Salak terdapat
banyak sekali penduduk yang kurang mampu dan memiliki jumlah warga
yang menganggur cukup banyak.
Disamping hal tersebut, rencana pendirian kegiatan usaha budidaya
ikan air deras dan karamba oleh pemancingan Tirta Salak tentu akan
mendapatkan atau akan menghadapi masalah-masalah dan tantangan, seperti
15

persaingan, modal dan bahan baku (bahan baku utama dan bahan baku
pengganti). Namun dengan demikian, pemilik pemancingan Tirta Salak
masih tetap memiliki rasa optimis akan keberhasilan usaha ini untuk ke
depannya.
Berdasarkan dari kondisi tersebut, maka timbul keinginan untuk
membuat atau melakukan sebuah studi kelayakan bisnis pada pengembangan
usaha untuk pemancingan Tirta Salak. Harapannya dengan dibuatnya
sebuah analisis tentang kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan
pada pemancingan Tirta Salak dapat menimbulkan rasa optimis dan rencana-
rencana pengembangan, serta strategi yang akan atau harus dilakukan untuk
memajukan pemancingan Tirta Salak di masa mendatang dalam bentuk
pedoman rencana usaha. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1.

Pemancingan
Tirta Salak

Keinginan mengembangkan Mengetahui pekembangan Mengatasi kelangkaan ikan


usahanya untuk usaha di masa depan untuk air tawar dan memanfaat
meningkatkan penerimaan memperkirakan dan peluang
pendapatan mendapat gambaran usaha

Potensi Usaha Budidaya Air Deras dan


Karamba Ikan Air Tawar
Umpan balik

Analisis Kelayakan Usaha

Layak Tidak layak

Implementasi Re-evaluasi

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian


16

Tahapan penelitian yang dilakukan terdiri atas beberapa tahapan,


berikut :
1. Melakukan pendekatan dan sosialisasi terhadap semua pihak yang terkait
dengan jalannya pemancingan Tirta Salak.
2. Mengidentifikasi potensi apa yang dimiliki oleh pemancingan Tirta
Salak serta melihat sisi lingkungan usahanya.
3. Menggali semua informasi mulai dari aspek pemasaran, produksi
operasi, keuangan, sumber daya manusia (SDM) dan sistem informasi
yang dimiliki oleh pemancingan Tirta Salak.
4. Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
dimiliki oleh pemancingan Tirta Salak
5. Merumuskan permasalahan yang dihadapi oleh pemancingan Tirta
Salak.
6. Melakukan analisis kelayakan usaha, sesuai dengan pendekatan kriteria
investasi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Kecamtan Ciomas, Kabupaten Bogor.
Pemancingan Tirta Salak dipilih sebagai tempat penelitian. Waktu
pelaksanaan di lapang berlangsung sejak Bulan November - Desember 2008.

3.3. Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam membuat penelitian ini adalah data
primer dan sekunder, yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer
merupakan data yang diambil atau diperoleh secara langsung melalui hasil
dari pengamatan di lapang, wawancara dan juga Focus Group Discussion
(FGD) dengan pihak pemancingan Tirta Salak dengan membahas apa yang
harus dilakukan dalam melakukan suatu pengembangan usaha ke arah
budidaya kolam air deras dan karamba. Data sekunder merupakan
dokumen-dokumen tertulis yang diperoleh dari pemancingan Tirta Salak,
lembaga-lembaga yang terkait dan studi pustaka.
17

3.4. Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis
secara kualitatif adalah menganalisis kelayakan usaha budidaya ikan
konsumsi air tawar air deras dan karamba dilihat dari aspek manajemen
usaha. Metode analisis secara kuantitatif dilakukan dengan cara
menghitung kelayakan usaha ini dari aspek pemasaran, aspek teknik dan
aspek finansialnya, dengan menghitung NPV, IRR, Net B/C, BEP, PBP
dan analisis sensitivitas. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian
tersebut adalah Microsoft Excel.
1. Aspek Pemasaran
Pada aspek pemasaran, pengkajian dengan menganalisis
permintaan, penawaran, harga, peluang pasar, program pemasaran
dan juga kebijakan bauran pemasaran, serta pesaing dan prediksi
penjualan yang akan dilakukan.

2. Aspek Keuangan
Dalam analisis pada aspek keuangan digunakan asumsi dasar,
berikut :
a. Periode analisis adalah 5 tahun ( 2009 2013).
b. Perhitungan menggunakan basis harga tetap (fixed proce) dan
penentuan harga menggunakan harga yang berlaku pada
periode pengambilan data pada bulan Agustus 2008.
c. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 5,5 %, yaitu suku
bunga deposito berjangka bulan Agustus 2008
(www.bni.co.id, 2008).
d. Pembayaran gaji untuk karyawan ditetapkan oleh pemilik
dengan tidak adanya peningkatan selama umur usaha.
e. Penyusutan investasi dan peralatan dilakukan dengan metode
garis lurus.
18

f. Nilai sisa dihitung berdasarkan nilai seluruh capital budget


yang masih memiliki umur ekonomis hingga periode analisis
(80 % dari nilai awal aset setiap jenis investasi).
g. Sumber modal yang digunakan adalah modal sendiri.
h. Perhitungan pajak dilakukan dilakukan melalui analisis rugi
laba berdasarkan Undang-undang no 17 tahun 2000. Apabila
laba bersih 0 - 50 juta Rupiah, maka besarnya pajak yang harus
dibayarkan 10% dari laba bersih. Bila laba bersih antara
50 juta - 100 juta Rupiah, maka pajak yang harus dibayarkan
10% dari 50 juta Rupiah ditambah sisa labanya dikalikan
15%. Bila nilai laba bersih di atas 100 juta Rupiah, maka pajak
yang dibayarkan sejumlah 50 juta Rupiah dikalikan 10%
ditambah 100 juta Rupiah dikalikan 15% ditambah dengan sisa
laba yang dicatat dikalikan sebesar 30%.
i. Analisis sensitivitas dilakukan dengan dua perubahan, yaitu
peningkatan harga input produksi 15%, penurunan volume
penjualan 5%. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai
seberapa besar pengaruh peningkatan dan penurunan tersebut
terhadap kriteria-kriteria investasi.

Kriteria investasi :
a. NPV
NPV atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan
antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur teknis
(Umar, 2003). NPV diperoleh dari selisih antara PV kas dan
PV investasi. Usaha dinyatakan layak, apabila NPV yang
dihasilkan bernilai positif.

n
Bt Ct
NPV
t 1 (1 + i )
19

Keterangan :
Bt : Benefit (manfaat) dari unit usaha pada tahun t
Ct : Biaya (cost) dari usaha pada tahun
N : Umur ekonomis
i : Tingkat bunga (interest)
t : 1,2,3
b. IRR
IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat
pengembalian hasil internal (Umar, 2003). IRR adalah tingkat
suku bunga dari suatu saham dalam jangka waktu tertentu yang
membuat NPV dari usaha sama dengan 0.


(I " I ')
NPV
IRR = I '+
NPV ' NPV "

IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas


investasi bersih dari suatu proyek, sepanjang setiap manfaat
bersih yang diperoleh secara otomatis ditanamkan kembali
pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan
yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek, apabila
IRR lebih besar dari discount rate yang berlaku, maka dari
aspek keuangan usaha layak untuk dilaksanakan.
c. Net B/C
Net B/C adalah perbandingan sedemikian rupa, sehingga
pembilangnya terdiri atas present valueI (PV) total benefit
bersih dalam tahun dimana benefit itu bernilai positif,
sedangkan penyebut terdiri atas PV total dari benefit bersih
dalam tahun dimana benefit itu bersifat negatif.
n
Bt Ct
NetB / C =

t =1 (1 + i )
n
Ct Bt

(1 + i )
t =1
20

Kriteria : Net B/C > 1, berarti layak


Net B/C = 1, berarti usaha peluang pokok
Net B/C < 1, berarti usaha tidak layak
d. BEP
BEP atau titik impas adalah suatu keadaan dimana tingkat
produksi atau besarnya pendapatan sama dengan besarnya
pengeluaran pada suatu proyek, sehingga pada keadaan tersebut
usaha tidak mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami
kerugian.
e. PBP
PBP digunakan untuk memperkirakan lama waktu yang
dibutuhkan usaha untuk mengembalikan investasi dan modal
kerja yang ditanam. Nilai PBP yang lebih pendek dari jangka
waktu usaha menyatakan layak usaha, sedangkan apabila nilai
PBP lebih tinggi dari jangka waktu yang ditetapkan maka usaha
yang dijalankan tidak layak
f. Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas dimaksudkan untuk menguji seberapa
jauh proyek yang dilaksanakan sensitif terhadap perubahan dari
harga-harga input dan output, kesalahan estimasi dalam
pembangunan fisik dan keperluan sarana operasional atau
kelemahan estimasi hasil produksi.
3. Aspek Teknis
Aspek teknis dinilai dengan cara menganalisis segi
pembangunan dan segi implementasinya, yaitu dengan dengan
mengetahui rancangan penaksiran biaya investasi awal dari usaha
ini. Hal-hal yang dianalisis adalah :
a. Lokasi berdirinya usaha
b. Skala usaha
c. Peralatan dan fasilitas produksi
d. Proses produksi dan layout
e. Penyediaan bahan baku
21

4. Aspek Manajemen
Aspek ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembangunan
dan implementasi usaha dapat direncanakan, dilaksanakan, dan
dikendalikan. Hal yang dianalisis pada aspek manajemen adalah
manajemen dalam operasi seperti bentuk organisasi, kebutuhan
sumber daya manusia atau tenaga kerja, sistem penggajian,
rekruitmen, sanksi-sanksi sampai dengan pemecatan tenaga kerja.
5. Aspek Dampak Usaha
Menganalisis dampak dari penelitian usaha terhadap
lingkungan sekitar, jika banyak manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat dan lingkungan, maka pendirian usaha tersebut
memiliki dampak yang baik, sehingga dapat dinyatakan layak
apabila didirikan. Namun, bila yang terjadi sebaliknya, manfaat
yang dirasakan oleh masyarakat dan lingkungan sedikit atau tidak
ada, maka usaha tersebut dinyatakan tidak layak.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian


Kecamatan Ciomas merupakan adalah salah satu dari 34 kecamatan
yang berada di Kabupaten Bogor. Kecamatan Ciomas memiliki luas wilayah
1.630,537 Ha. Kecamatan Ciomas memiliki kondisi geografis dengan ciri-
ciri seperti : (1) memiliki ketinggian tanah 700 m dari permukaan laut, (2)
memiliki rataan suhu udara 25o - 30o , (3) memiliki mutu air (suhu air, kadar
pH dan kejernihan air) yang cocok untuk melakukan usaha di bidang
perikanan. Kecamatan Ciomas dibagi menjadi 11 desa, yaitu Desa Ciapus,
Desa Ciomas Rahayu, Desa Ciomas, Desa Kota Batu, Desa Laladon, Desa
Mekarjaya, Desa Padasuka, Desa Pagelaran, Desa Parakan, Desa Sukharja
dan Desa Sukamakmur. Kecamatan Ciomas memiliki jumlah penduduk
128.885 jiwa (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2007c).
Kecamatan Ciomas memiliki jarak yang cukup dekat dengan pusat
pemerintahan pusat Kabupaten dan Kotamadya. Jarak dari Kecamatan
Ciomas ke pusat pemerintahan Kabupaten adalah 45 km dan jarak dari
Kecamatan Ciomas ke pusat pemerintaan Kotamadya adalah 5 km. Selain
itu, kondisi transportasi yang berada di Kecamatan Ciomas cukup baik,
karena banyak tersedianya sarana angkutan umum selama 24 jam dan sehari.
Dengan banyaknya sarana transpotasi yang banyak menjadikan Kecamatan
Ciomas seringkali mengalami kemacetan kendaraan, kemacetan tersebut
terjadi karena ketidak teraturan dalam mentaati peraturan lalu lintas.
Sektor ekonomi yang terdapat di Kecamatan Ciomas dapat dibagi
kedalam beberapa sektor, antara lain adalah sektor pertanian, sektor
peternakan, sektor perikanan, sektor industri, sektor jasa dan sektor
perdagangan. Sektor perikanan merupakan sektor ekonomi ke dua terbesar di
Kecamatan Ciomas. Hal itu terjadi karena karakteristik wilayah Kecamatan
Ciomas yang mendukung untuk melakukan usaha dalam bidang perikanan.
Sedangkan sektor ekonomi utama di Kecamatan Ciomas adalah sektor
perdagangan, karena sebagian besar lahan-lahan pertanian banyak yang
23

dijadikan ruko yang digunakan untuk melakukan usaha dalam bidang jual
beli dan adapula yang dijadikan pasar tradisional.
Adanya potensi yang besar di sektor perikanan menjadikan Kecamatan
Ciomas dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil ikan di Kabupaten
Bogor dan juga menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan usaha
di bidang perikanan. Salah satu usaha di bidang perikanan yang cocok untuk
dilakukan di wilayah Kecamatan Ciomas adalah usaha budidaya, pengolahan
dan jasa.
Usaha jasa dalam bidang perikanan yaitu usaha pemancingan, dimana
konsumen menyewa tempat (kolam) yang digunakan sebagai wadah untuk
memancing ikan. Dengan banyak minat dan hobies-hobies memancing,
maka banyak pula tempat-tempat pemancingan yang didirikan. Pemancingan
juga terdiri atas beberapa golongan yang dilihat dari luas pemancingan,
fasilitas pemancingan, banyaknya ikan dan keanekaragaman jenis ikan.
Golongan tempat pemancingan tersebut adalah pemancingan kecil,
pemancingan menengah dan pemancingan besar. Pemancingan Tirta Salak
adalah salah satu dari 22 tempat pemancingan yang terdapat di Kecamatan
Ciomas. Pemancingan Tirta Salak termasuk ke dalam golongan pemancingan
menengah.

4.2. Gambaran Umum Pemancingan Tirta Salak


4.2.1. Sejarah Berdirinya Pemancingan Tirta Salak
Tirta Salak merupakan tempat kegiatan usaha yang bergerak di
bidang perikanan, khususnya di bidang jasa perikanan. Tirta Salak
awalnya didirikan hanya sebagai tempat pemancingan pribadi. Awal
berdirinya pemancingan Tirta Salak adalah dengan terlihatnya peluang
pasar yang cukup besar pada usaha pemancingan. Mulai pada tahun
2006, pemancingan Tirta Salak resmi berdiri. Tirta Salak berlokasi di
Desa Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Lokasi
pemancingan Tirta Salak juga berdekatan dengan kantor Kecamatan
Ciomas dan tidak jauh dari kantor Desa Ciomas.
24

Pada awal berdirinya, Tirta Salak adalah pemancingan yang


sudah masuk dalam golongan pemancingan menengah. Hal tersebut
terjadi, karena Tirta Salak merupakan pemancingan ikan yang
memiliki : (1) kolam penyimpanan khusus, (2) kolam-kolam yang
ukurannya beranekaragam sesuai dengan berat ikan yang akan
dipancing, (3) kafetaria (pondok makan), (4) stok ikan mas yang cukup
banyak dan terdiri atas berbagai ukuran atau size ikan, serta (4)
memiliki luas areal mencapai 1.900 m2.

4.2.2. Fasilitas dan Kegiatan Pengembangan Usaha Pemancingan Tirta


Salak
Tirta Salak sebagai pemancingan golongan menengah memiliki
fasilitas yang cukup lengkap dalam menunjang kegiatan usahanya.
Fasilitas tersebut adalah :
a. Fasilitas utama usaha. Sarana yang dimiliki Tirta Salak dalam
hal untuk memancing antara lain adalah kolam memancing, kolam
penyimpanan ikan, dan saluran pengairan yang baik.
b. Perlengkapan memancing. Perlengkapan alat yang dimiliki oleh
Tirta Salak dalam kegiatan memancing antara lain adalah paralon,
jaring, ember, serokan, hapa, tambang dan timbangan.
c. Peralatan memancing. Peralatan memancing yang dimiliki oleh
Tirta Salak antara lain adalah jalar (jejer), pelampung, benang
pancing (tali pancing), roller dan mata kail pancing.
d. Fasilitas pendukung usaha. Fasilitas pendukung yang dimiliki
oleh Tirta Salak dalam kegiatan usaha adalah areal parkir
kendaraan yang cukup luas, kafetaria (pondok makan), mushola
dan sarana bermain anak-anak.
Tidak hanya itu, dalam hal mempermudah penghitungan stok
ikan sampai dengan penghitungan uang, Tirta Salak hanya
menggunakan kalkulator. Hal tersebut terjadi dikarenakan tidak
adanya tenaga kerja Tirta Salak yang mahir dalam menggunakan
komputer. Oleh karena itu, dalam menjalankan kegiatan usahanya
25

pihak Tirta Salak berupaya melengkapi fasilitas yang ada demi


kelancaran usaha pemancingan.
Sementara itu, kegiatan pemancingan yang ada di Tirta Salak
sendiri sebenarnya telah berjalan sebelum Tirta Salak resmi didirikan.
Tetapi saat tahun 2006, proses kegiatan usaha pemancingan mulai di
buka untuk masyarakat umum (konsumen). Pada awal usaha Tirta
Salak selalu mengadakan event atau acara-acara. Event tersebut adalah
lomba-lomba memancing ikan, lomba menyusun alat pancing dan
acara musik.
Pada proses kegiatan memancing, Tirta Salak merupakan
pemancingan yang menggunakan ikan mas sebagai bahan baku ikan
untuk di pancing. Hal tersebut dilakukan karena para konsumen hanya
ingin menggunakan ikan mas untuk dipancing, dengan alas an bahwa
ikan mas bila dipancing tidak merusak tali pancing. Ukuran ikan mas
yang digunakannya pun beranekaragam, mulai dari ukuran 1 kg
(3 ekor) sampai dengan ukuran di atas 1 kg. Walaupun demikian, ada
sebagian kecil konsumen yang ingin memancing ikan yang lain,
dikarenakan ingin merasakan sensasi baru dalam memancing.

4.2.3. Kepengurusan Pemancingan Tirta Salak


Dalam kepengurusannya, pemancingan Tirta Salak
mempekerjakan tenaga kerja yang cukup banyak. Jumlah tenaga kerja
yang bekerja di pemancingan Tirta Salak sejumlah 10 orang tenaga
kerja. Tenaga kerja tersebut terdiri dari pengelola, keuangan dan
administrasi, pemasaran dan produksi. Untuk lebih jelasnya akan
diterangkan pada bagian manajemen SDM.
Pada awal berdirinya usaha, pemancingan Tirta Salak belum
membuat struktur organisasi. Tetapi pada saat menjelang dua bulan
berjalan, pemancingan Tirta Salak membuat struktur organisasi.
Struktur organisasi yang dibuat oleh pemancingan Tirta Salak adalah
struktur organisasi sederhana. Struktur organisasi pemancingan Tirta
Salak dapat dilihat pada aspek manajemen.
26

4.3. Latar Belakang dan Rencana Usaha Budidaya Kolam Air Deras dan
Karamba Pemancingan Tirta Salak.
Latar belakang dilakukannya sebuah rencana pengembangan oleh
pemancingan Tirta Salak dikarenakan harga ikan-ikan konsumsi pada saat
sekarang ini sedang mengalami peningkatan, yaitu mencapai
Rp 15.500,00 /kg untuk harga beli dari pembudidaya dan Rp 18.000,00/kg
untuk harga jual untuk ke pengecer atau konsumen rumah tangga. Tidak
hanya itu, alasan dilakukannya pengembangan usaha terjadi karena semakin
bertambahnya minat masyarakat dalam mengkonsumsi ikan. Selain itu
pemancingan Tirta Salak ingin mengantisipasi kelangkaan ikan yang
digunakan untuk bahan baku pemancingan yang seringkali terjadi kegagalan
panen di Cirata.
Selain dari alasan-alasan tersebut, alasan yang paling menjadi
permasalahan pemancingan Tirta Salak untuk melakukan pengembangan
usaha adalah keadaan pemancingan Tirta Salak yang saat ini sedang
mengalami kemunduran usaha, sehingga mengakibatkan kerugian yang besar
mulai dari bulan November 2007 sampai saat penelitian ini berlangsung. Hal
tersebut terjadi karena kurang sigapnya pihak manajemen pemancingan Tirta
Salak dalam mengantisipasi permasalahan yang ada. Contohnya adalah pihak
pemancingan Tirta Salak kurang sigap dalam mengantisipasi harga ikan
untuk bahan baku pemancingan, kurang sigapnya pihak pemancingan Tirta
Salak dalam mengatasi persediaan stok ikan dan kurang tegasnya pihak
pemancingan Tirta Salak memberikan sanksi atau hukuman kepada tenaga
kerjanya yang melakukan kesalahan dalam pekerjaannya.
Pada rencana pengembangan usaha ini, pemancingan Tirta Salak
berencana untuk memanfaatkan lahan yang belum terpakai untuk dijadikan
tempat produksi dan budidaya. Tidak hanya itu, pihak pemancingan Tirta
Salak sudah melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang berkecimpung
dengan dunia usaha perikanan, seperti pembudidaya ikan konsumsi, pembuat
pakan, lembaga-lembaga pemerintah dibidang perikanan (Dinas Agribisnis)
dan kelompok tani yang berada di Kecamatan Ciomas.
27

Harapannya di masa mendatang adalah pemancingan Tirta Salak dapat


menjadi sebuah tempat pemancingan golongan besar yang lengkap dengan
memiliki fasilitas yang lengkap, mulai dari fasilitas budidaya perikanan.
Tidak hanya itu, pemancingan Tirta Salak pun berharap dengan dilakukannya
pengembangan usaha ini pemancingan Tirta Salak dapat memenuhi
kebutuhan ikan untuk masyarakat di Kecamatan Ciomas dengan memberikan
produk perikanan yang berkualitas.

4.3.1. Bidang Usaha dan Hasil Produksi


Rencana pengembangan usaha yang akan dilakukan
pemancingan Tirta Salak adalah usaha budidaya kolam air deras dan
karamba, yang direncanakan akan memiliki kolam air deras dan
karamba, kolam penyimpanan hasil panen dan tempat pembuatan
pakan. Kegiatan utama dalam usaha budidaya dan jasa di bidang
perikanan adalah tempat yang terkait dengan produksi ikan konsumsi
dan juga penyehatan ikan setelah dipancing.
Pemancingan Tirta Salak direncanakan akan menghasilkan jasa
pelayanan tempat pemancingan ikan yang merupakan usaha awal,
produksi ikan konsumsi hasil budidaya. Ikan jaru adalah ikan hasil
dari memancing. Ikan jaru yang dapat diperjualbelikan setelah sehat.
Sedangkan limbah hasil pemancingan dapat dijualbelikan kepada
rumah makan-rumah makan kecil.

4.3.2. Tujuan dan Manfaat Ekonomi Usaha


Tujuan dari pengembangan usaha ini adalah menciptakan suatu
usaha yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, memberikan
kesempatan kepada warga sekitar untuk bekerja sehingga dapat
membantu dalam mengurangi tingkat pengangguran di wilayah sekitar
lokasi usaha, dan memberikan fasilitas bagi masyarakat.
Manfaat pengembangan usaha yang dilakukan pemancingan
Tirta Salak adalah masyarakat dapat melakukan kegiatan usaha kecil di
bidang perikanan, yaitu dengan menyewa karamba untuk melakukan
28

pembesaran, masyarakat yang hobi memancing dapat menyehatkan


ikan-ikan hasil pancingannya. Tidak hanya itu, masyarakat juga dapat
memanfaatkan jasa pemancingan Tirta Salak dalam melakukan
pemasaran di bidang perikanan secara gratis.

4.4. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha


Analisis kelayakan pengembangan usaha oleh pemancingan Tirta Salak
di Kecamatan Ciomas dikaji melalui aspek-aspek yang terdapat dalam
analisis kelayakan usaha. Aspek-aspek analisis kelayakan usaha yang
dibahas adalah meliputi aspek pasar, aspek keuangan, aspek teknis dan aspek
manajemen. Peubah-peubah yang dibahas disesuaikan dengan kondisi usaha
pemancingan Tirta Salak. Keempat aspek analisis tersebut akan menjelaskan
layak atau tidaknya pengembangan usaha tersebut didirikan.

4.4.1. Analisis Aspek Pasar (Pemasaran)


Aspek pasar merupakan aspek yang menempati urutan pertama
dalam studi kelayakan. Aspek pasar merupakan aspek yang perlu
dianalisis, dengan tujuan untuk mengetahui apakah produk yang
dihasilkan dapat dijual atau tidak, karena bila dilakukan tanpa
memperkirakan atau meneliti permintaan produk, maka dikemudian
hari usaha akan terancam dan akan timbulnya banyak sekali kesulitan
akibat kekurangan atau kelebihan permintaan. Kekurangan permintaan
produk akan mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan biaya
operasional yang lebih besar dibandingkan dengan penerimaannya.
Pembahasan pada aspek ini meliputi kondisi peluang pengembangan
usaha di pasar, kebijakan bauran pemasaran yang terdiri dari produk,
harga, distribusi dan promosi yang direncanakan oleh pemancingan
Tirta Salak.
a. Peluang Pasar
Kecamatan Ciomas merupakan wilayah yang memiliki
potensi yang besar dalam sektor budidaya perikanan, khususnya
ikan konsumsi. Ikan konsumsi yang cocok untuk dibudidayakan di
29

Kecamatan Ciomas adalah ikan gurami, ikan mas, ikan bawal, ikan
mujair, dan ikan lele.
Produk ikan mas terdiri dari ikan mas air tenang, ikan mas
air deras, ikan mas sawah, ikan mas jaring apung dan ikan mas
karamba. Ikan mas air deras dan karamba merupakan produk ikan
mas yang memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan
produk ikan mas lainnya. Hal ini disebabkan ikan mas air deras
dan karamba memiliki jumlah produksi yang lebih sedikit
dibandingkan ikan mas lainnya. Hal tersebut terjadi, karena proses
untuk merubah ikan mas air tenang menjadi ikan mas air deras dan
karamba cukup sulit. Tidak hanya itu, ikan mas air deras dan
karamba memiliki tekstur daging yang keras dan kenyal. Hal
tersebut yang membuat cita rasa dari daging ikan air deras dan
karamba lebih enak dibandingkan dengan ikan mas lainnya.
Sama halnya dengan ikan mas, ikan bawal terdiri atas 3
jenis produk. Produk tersebut adalah ikan bawal air tenang, air
deras dan yang baru akan dilakukan adalah ikan bawal karamba.
Ikan bawal cukup merupakan produk perikanan yang cukup
diminati oleh masyarakat di Kecamatan Ciomas. Ikan bawal
merupakan produk perikanan yang pamornya hampir sama dengan
ikan mas. Ikan bawal air deras dan karamba lebih banyak diminati
oleh masyarakat dibandingkan dengan ikan bawal air tenang. Hal
ini disebabkan ikan bawal air tenang dan karamba memiliki tekstur
daging yang lebih keras dan kenyal dibandingkan dengan ikan
bawal air tenang.
Melalui hasil wawancara, setiap pemancingan lebih
memilih untuk memakai bahan baku ikan adalah ikan hasil dari
kolam air deras dan karamba. Alasannya, ikan mas atau bawal
hasil dari kolam air deras dan karamba lebih agresif dan memiliki
bentuk badan yang lebih panjang, serta pergerakannya lebih lincah.
hal tersebut membuat para konsumen pemancingan lebih merasa
tertantang untuk menaklukannya. Sedangkan dari hasil wawancara
30

dengan pihak pengecer dan rumah tangga, pengecer dan rumah


tangga lebih memiliki produk perikanan dari kolam air deras dan
karamba. Hal ini disebabkan karena ikan mas atau bawal dari
produksi kolam air deras dan karamba lebih banyak diminati oleh
masyarakat dan memiliki rasa lebih enak.
Sementara itu, harga jual untuk ikan mas air deras
mencapai harga Rp 19.500,00 /kg dari pembudidaya dan produk
dari ikan mas karamba mencapai harga Rp 17.500,00/kg.
Sedangkan untuk ikan bawal kolam air deras harga jual masih
tergolong murah dibandingkan dengan ikan mas, yaitu
Rp 15.000,00/kg dan untuk bawal karamba harga masih tidak ada
(tergantung negosiasi antar penjual dan pembeli). Dengan harga
jual yang jauh lebih mahal, mengakibatkan ikan mas dan bawal
hasil produksi dari kolam air deras dan karamba menjadi kurang
laku. Untuk mengantisipasi hal di atas, pemancingan Tirta Salak
dalam menjual produk hasil pengembangan usahanya dengan cara
menawarkan harga murah dibandingkan dengan harga pasar.
Harga tersebut adalah Rp 13.500,00/kg untuk ikan mas kolam air
deras, Rp 12.500,00/kg untuk produk ikan mas karamba, Rp
11.500,00/kg untuk ikan bawal kolam air deras dan Rp
10.500,00/kg untuk ikan bawal karamba.
Dari segi hasil produksi, ikan mas dan bawal air deras dan
karamba cenderung lebih kecil dibandingkan dengan produk ikan
mas dan bawal tenang. Hal ini dikarenakan untuk melakukan
usaha budidaya kolam air deras dan karamba membutuhkan modal
dan lahan yang cukup besar. Tidak hanya itu, banyaknya
pembudidaya kolam air deras yang gulung tikar ikut
mempengaruhi jumlah produksi ikan mas dan bawal kolam air
deras dan karamba. Banyaknya pembudidaya kolam air deras dan
karamba yang berhenti (gulung tikar) disebabkan tidak adanya
modal yang cukup untuk melakukan produksi, sehingga
mengakibatkan pembudidaya untuk melakukan penjualan.
31

Tabel 4. Perkembangan produksi perikanan Kabupaten Bogor


tahun 2006 2007

PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN

DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2006 -2007

PRODUKSI

NO JENIS USAHA (a) (b) r (%)

2006 2007 (a b) x 100%

(ton) (ton) a

1 Kolam Air Tenang 15.098 15.570 3,031


2 Kolam Air Deras 7.150 7.225 1,03
3 Perikanan Sawah 522 531 1,7
4 Jaring Apung 220 221 0,45
5 Karamba 30,50 31 1,61
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2007

Minat konsumen di Kecamatan Ciomas akan produk ikan


mas dan bawal air deras dan karamba sangat tinggi. Tetapi dengan
harga jual yang tinggi, konsumen jadi beralih ke produk kolam air
tenang. Berdasarkan hasil wawancara dari pembudidaya di
Kecamatan Ciomas, diketahui bahwa pembudidaya beralih ke
budidaya kolam air tenang dikarenakan kurangnya modal untuk
memproduksi ikan mas dan bawal dari kolam air deras dan
karamba, serta harganya yang tinggi telah mengakibatkan
jarangnya konsumen yang membeli.
Melalui wawancara dengan pihak pemancingan Tirta Salak,
diketahui bahwa selama ini banyak tempat pemancingan (termasuk
Tirta Salak) berkeinginan untuk menggunakan ikan mas dan bawal
kolam air deras karamba. Tetapi menurut pihak pemancingan Tirta
Salak hal tersebut belum dapat dipenuhi, karena harganya yang
tinggi dan jumlah produksi masih tergolong kecil. Atas alasan
tersebut banyak permintaan dari tempat pemancingan yang sudah
32

memiliki modal yang cukup pun masih tidak terpenuhi.


Berdasarkan informasi dari pemancingan Tirta Salak, ada tempat
budidaya kolam air deras dan karamba di Kabupaten Bogor yang
sampai saat ini masih belum dapat melakukan penambahan jumlah
produksinya dan memenuhi permintaan pasar. Padahal
pembudidaya tersebut hanya menjual produknya ke pemancingan
saja.
Berdasarkan dari informasi yang diberikan oleh pihak
pemancingan Tirta Salak. Tiap tempat pemancingan per
minggunya membutuhkan ikan mas air deras dan karamba
sebanyak 3 - 5 ton. Untuk ikan bawal air deras tiap tempat
pemancingan membutuhkan 1 - 3 ton/minggu. Berdasarkan dari
permintaan tersebut, penawaran yang dapat terpenuhi hanyalah
1 - 2 ton/minggu untuk ikan mas dan 500 kg - 1 ton/minggu untuk
ikan bawal. Permintaan tersebut adalah permintaan dari
pemancingan-pemancingan yang berada di Kecamatan Ciomas.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa peluang pasar untuk usaha budidaya ikan mas
dan bawal air deras dan karamba cukup tinggi dan masih terbuka
lebar, sehingga pemancingan Tirta Salak yang akan melakukan
pengembangan ke arah budidaya ikan mas dan bawal kolam air
deras dan karamba masih berpeluang besar, ditambah dengan
banyak relasi tempat-tempat pemancingan yang berada di
Kecamatan Ciomas. Hal perlu diperhatikan oleh pemancingan
Tirta Salak untuk melakukan pengembangan usahanya dengan
memperhatikan bagaimana caranya meningkatkan penawaran guna
memenuhi permintaan pasar yang tinggi.
b. Kebijakan Bauran Pemasaran
Menurut Umar (2003), manajemen pemasaran produk
barang dibagi atas empat kebijakan pemasaran yang disebut bauran
pemasaran. Bauran pemasaran terdiri dari empat komponen, yaitu
produk, harga, distribusi dan promosi. Berikut ini dijelaskan
33

mengenai kebijakan masing-masing komponen yang disesuaikan


dengan kebutuhan pemancingan Tirta Salak dalam perencanaan
pengembangan usaha budidaya kolam air deras dan karamba.
1) Produk
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan pihak
pemancingan Tirta Salak bahwa ikan mas dan ikan bawal
terbagi atas beberapa jenis produksi, yaitu kolam air tenang,
kolam air deras, jaring apung, perikanan sawah dan karamba.
Tetapi untuk ikan bawal hanya ada produksi kolam air deras
dan kolam air tenang. Ukuran ikan mas dan bawal yang akan
digunakan dalam proses budidaya kolam air deras dan karamba
oleh pemancingan Tirta Salak adalah ukuran 1 kg/6 ekor untuk
ikan mas dan 1 kg/8 ekor untuk ikan bawal.
Ukuran 1 kg/6 ekor yang digunakan oleh pemancingan
Tirta Salak didapat dari salah satu pembudidaya di Cirata
dengan harga cukup murah dibandingan dengan pembudidaya
lain, yaitu Rp 10.200,00/kg. Untuk ikan bawal ukuran
1 kg/8 ekor yang didapat dari pembudidaya di Sukabumi
dengan harga Rp 7.000,00/kg. Alasan pemancingan Tirta Salak
menggunakan ikan mas dan bawal dengan ukuran tersebut
adalah ikan mas dengan ukuran 1 kg/6 ekor memiliki risiko
kematian yang kecil untuk dipelihara di kolam air deras, ukuran
tersebut juga memiliki tingkat ketahanan yang kuat terhadap
penyakit, khususnya penyakit whitespot. Tidak hanya itu,
ukuran tersebut hanya perlu kurang dari satu bulan untuk
dilakukan pemanenan oleh pemancingan Tirta Salak.
Untuk ikan bawal digunakannya ukuran 1 kg/8 ekor, karena
ikan bawal lebih cepat dalam pertumbuhan sehingga
pemancingan Tirta Salak dapat melakukan proses pemanenan
bersamaan dengan ikan mas. Pemilihan ukuran bahan baku
ikan untuk proses produksi ini telah dilakukan proses pengujian
34

oleh pihak pemancingan Tirta Salak, sehingga proses


pemanenan dapat ditentukan.
Standar minimum ukuran ikan mas dan ikan bawal di pasar
adalah ukuran I kg/3 ekor. Ukuran ini adalah ukuran panen
yang ditargetkan dalam pengembangan usaha pemancingan
Tirta Salak setelah satu bulan dilakukan pemeliharaan.
Menurut pihak pemancingan Tirta Salak, dalam waktu satu
bulan dilakukan pemeliharaan, ikan mas dan bawal dapat
mencapai ukuran 1 kg/3 ekor. Namun, hal tersebut tergantung
seberapa intensif kegiatan pemeliharaan dilakukan, termasuk
pola pemberian pakannya.
Selain ukuran, mutu dari ikan mas dan bawal ukuran pasar
perlu diperhatikan, seperti bentuk fisik ikan, sisik lengkap,
kelincahan pergerakan, warna tidak terlalu hitam dan tidak ada
cacat lainnya (Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2003).
Kualitas ikan sangat dipengaruhi oleh faktor teknik budidaya
yang dilakukan, mulai dari pemilihan benih
(bahan baku), pemberian pakan, proses pemeliharaan, proses
sortasi sampai dengan pemanenan.
Tidak hanya itu, pemancingan Tirta Salak memiliki produk
sampingan selain hasil produksi dari ikan mas dan bawal air
deras. Produk sampingan tersebut adalah ikan jaru, ikan jaru
adalah ikan hasil pancingan yang dijual oleh pemancing ke
tempat pemancingan. Ikan jaru memiliki kondisi kesehatan
yang sangat lemah, sehingga rentan mengalami kematian dan
biasanya dibeli dengan harga Rp 6.000,00/kg.
2) Harga
Dari kebijakan produk yang telah disebutkan harga dari
masing-masing ukuran bahan baku ikan. Ukuran 1 kg (6 ekor)
untuk ikan mas yang dipilih adalah rataan harga yang ada di
pasar, yaitu Rp 10.200,00/kg. Sedangkan harga ukuran
1 kg/8 ekor untuk ikan bawal yang dipilih adalah harga
35

termahal, yaitu Rp 7.000,00/kg. Pada pengembangan usaha


yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak akan menjual
ikan ikan mas dan bawal kolam air deras yang telah siap
dipanen dengan harga Rp 13.500,00/kg dan Rp 11.500,00/kg.
Harga ini merupakan harga yang lebih murah dibandingan
dengan harga pasar, yaitu Rp 19.500,00/kg untuk ikan mas dan
Rp 15.000,00/kg untuk ikan bawal. Sedangkan untuk produk
karamba Rp 12.500,00/kg untuk ikan mas dan Rp 10.500,00/kg
untuk ikan bawal. Meskipun demikian, harga yang diberikan
oleh pemancingan Tirta Salak sudah menutupi biaya yang
dikeluarkan dan memberikan keuntungan untuk pemancingan
Tirta Salak. Harga tersebut berlaku kepada semua jenis
konsumen, tetapi kedepannya pemancingan Tirta Salak akan
melakukan perbedaan harga untuk konsumen yang membeli
dalam partai besar, yaitu pemesanan di atas 500 kg.
Penetapan harga jual di atas dilandasi oleh harga pasar yang
berkembang saat ini dan kondisi pemasaran di sekitar
pemancingan Tirta Salak. Tidak hanya itu, dalam
pengembangan usaha yang dilakukan pemancingan Tirta Salak
pun akan menghasilkan by product atau hasil sampingan
berupa ikan jaru. Ikan jaru adalah ikan hasil memancing yang
dijual oleh pemancing ke tempat pemancingan. Ikan jaru
tersebut djual dengan harga cukup murah, yaitu Rp 8.000,00
Rp 10.000/kg ke rumah makan dan rumah tangga. Dalam
penelitian ini, produk ikan jaru tidak dibahas dalam penelitian
ini, karena pemancingan Tirta Salak sebagai pendatang baru
ingin memberikan citra bahwa pemancingan ini merupakan
salah satu pembudidaya ikan kolam air deras dan karamba yang
memiliki produk terjangkau oleh setiap konsumen dan juga
pemancingan Tirta Salak berkeinginan untuk mengambil
pangsa pasar yang ada. Oleh karena itu, target harga jual yang
36

ditetapkan oleh pemancingan Tirta Salak di atas merupakan


kebijakan yang terbaik hingga beberapa waktu ke depan.
3) Distribusi
Saluran distribusi adalah suatu jaringan dari organisasi dan
fungsi-fungsi yang menghubungkan produsen kepada
konsumen akhir Pemancingan Tirta Salak dalam
mendistribusikan produknya secara terbuka, yaitu konsumen
mana pun.

Pemancingan

Pemancingan
Tirta Salak Rumah makan

Rumah tangga

Gambar 2. Alur proses distribusi


pemancingan Tirta Salak

Sumber : Data Primer Diolah, 2008

Pemancingan Tirta Salak menjual produk ke tempat


pemancingan, rumah makan dan konsumen rumah tangga yang
berada di sekitar Kecamatan Ciomas. Sementara itu, sistem
penjualan yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak
melalui beberapa tahap sebagai berikut. Tahap pertama,
pemancingan Tirta Salak melakukan penawaran kepada calon
pembeli terhadap produk yang telah siap dipanen. Tahap
kedua, membuat suatu perjanjian jual beli, dimana harga
diperoleh berdasarkan kesepakatan di dalam lingkup standar
harga yang ditetapkan oleh calon pembeli. Tahap ketiga,
pembayaran dilakukan secara tunai.
37

4) Promosi
Pemancingan Tirta Salak dalam melakukan promosi hampir
tidak melakukan biaya, hal ini disebabkan promosi yang
dilakukan bersifat sederhana. Pemancingan Tirta Salak
mempromosikan produknya secara langsung ke para
pemancing yang sedang memancing di pemancingan Tirta
Salak. Tetapi untuk mempromosikan produknya ke tempat-
tempat pemancingan, pemancingan Tirta Salak melakukan
promosinya dengan cara memberi informasi melalui via-
telepon kepada pemancingan-pemancingan yang berada di
Kecamatan Ciomas.
Pemancingan Tirta Salak sebagai tempat pemancingan
golongan menengah sering kali mengadakan acara atau event
memancing besar yang disponsori oleh Galatama. Hal itu akan
memberikan kemudahan kepada pemancingan Tirta Salak
dalam mempromosikan produk yang dihasilkan. Untuk
mempromosikan produknya ke rumah makan, biasanya
pemancingan Tirta Salak selalu dikunjungi oleh pemilik rumah
makan yang akan membeli ikan. Biasanya rumah makan
mencari produk ikan jaru ke tempat-tempat pemancingan,
ssehingga untuk mempromosikan produknya ke rumah makan
merupakan hal yang tidak perlu mengeluarkan biaya.

4.4.2. Analisis Aspek Keuangan


Analisis aspek keuangan dalam pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak terdiri atas hal berikut :
a. Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya
Kebutuhan modal pada pengembangan usaha budidaya
kolam air deras dan karamba oleh pemancingan Tirta Salak
terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi
adalah modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk
pendirian atau pembelian sarana dan prasarana yang mendukung
38

berjalannya pengembangan usaha budidaya kolam air deras dan


karamba dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga
secara ekonomis tidak dapat dapat digunakan lagi.
Jika investasi awal sudah tidak dapat digunakan lagi, maka
dilakukan investasi kembali atau disebut reinvestasi. Sementara
itu, modal kerja adalah modal yang digunakan untuk keperluan
produksi. Total rencana kebutuhan modal pada periode awal
rencana pengembangan usaha Rp 174.117.000,00, terdiri dari
kebutuhan investasi tahun ke nol Rp 127.962.000,00, perkiraan
modal kerja selama 4 minggu (1 bulan) Rp 11.600.000, dan
perkiraan modal produksi untuk 1 bulan Rp 34.645.000,00.
b. Kebutuhan Investasi
Pada pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak,
diperkirakan modal investasi yang dibutuhkan pada periode ke
nol Rp 127.962.000,00. Modal investasi tersebut merupakan
suatu kebutuhan untuk pengembangan usaha yang dilakukan oleh
pemancingan Tirta Salak, yaitu budidaya kolam air deras dan
karamba. Oleh sebab itu, kebutuhan investasi yang diartikan
pada penelitian ini hanya mencakup investasi pada
pengembangan usaha dan tidak mengenai investasi yang telah
ada di pemancingan Tirta Salak. Oleh karena itu, lahan untuk
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak tidak dimasukan
ke dalam penghitungan analisis keuangan. Rincian kebutuhan
investasi beserta umur ekonomis dapat dilihat pada Tabel 5.
39

Tabel 5. Daftar komponen kebutuhan investasi pengembangan


usaha pemancingan Tirta Salak
NO KOMPONEN JUMLAH UMUR Nilai
EKONOMIS (Rp)
(Rp/TAHUN)
1 Kolam air deras 4 15 20.000.000
2 Kolam 1 15 3.000.000
penampungan
3 Kolam pengobatan 1 15 3.000.000
4 Karamba 2 3 1.400.000
5 Pagar 1 10 10.000.000
6 Pondok jaga 1 15 5.000.000
7 Mobil 1 10 75.000.000
8 Whiteboard 1 5 350.000
9 Lemari 1 10 1.000.000
penyimpanan
10 Ember 6 1 42.000
11 Serok 6 1 120.000
12 Hapa 6 1 1.800.000
13 Tabung oksigen 2 10 6.000.000
14 Timbangan 2 5 500.000
15 Jeligen timbangan 10 1 350.000
16 Jeligen angkut 10 1 300.000
TOTAL BIAYA VARIABEL 127.862.000
(1+2+3+16)

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa investasi untuk


karamba, jeligen timbangan, jeligen angkut, timbangan, hapa,
serok dan ember akan berakhir sebelum selesainya umur proyek,
yaitu pada tahun ke 5. Oleh karena itu, peralatan tersebut harus
dilakukan reinvestasi kembali pada tahun yang mendatang.
Untuk biaya investasi awal di tambahkan alat tulis kantor
Rp 100.000,00, sehingga total biaya investasi menjadi
Rp 127.962.000,00.
c. Kebutuhan Modal Kerja dan Biaya Operasional
Kebutuhan modal kerja awal diperkirakan pada
pengembangan usaha ini Rp 11.600.000,00. Nilai ini diperoleh
setelah mengurangi total rencana kebutuhan investasi. Nilai
tersebut merupakan modal kerja dan biaya opersional selama 1
bulan. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 6.
40

Tabel 6. Rincian biaya tetap pengembangan usaha


pemancingan Tirta Salak per bulan.

NO KOMPONEN TETAP JUMLAH NILAI


(Rp)
1 Gaji dan Bonus
Pengelola 1 2.500.000
Keuangan dan administrasi 1 1.500.000
Pemasaran 1 1.300.000
Produksi dan pelayanan pemancingan 1 1.300.000
Pelayanan pemancingan 3 800.000
Pelaksana produksi 3 800.000
2 Bahan bakar kendaraan 1 200.000
TOTAL BIAYA TETAP (1+2) 11.600.000

Komponen biaya tetap pada Tabel 6 merupakan komponen


mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk gaji tenaga kerja
dan biaya bahan bakar kendaraan operasional. Gaji tenaga kerja
merupakan gaji untuk seluruh tenaga kerja yang dimiliki, dari
mulai pengelola sampai dengan pelaksana pemancingan. Untuk
biaya listrik, air dan telepon pada penelitian ini hanya dikenakan
biaya tagihan yang dimasukan ke dalam biaya variabel.
Sementara itu, biaya variabel terdiri dari bahan baku ikan,
pakan, pupuk, kapur, garam, plankton catalyst, isi ulang tabung
oksigen, plastik kemasan, karet gelang, tagihan listrik, tagihan,
tagihan telepon, tagihan air dan alat tulis kantor.
Tabel 7. Rincian biaya variabel pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak per bulan
NO KOMPONEN VARIABEL JUMLAH NILAI
(unit) (Rp)
1 Ikan
Ikan mas 1.600 16.320.000
Ikan bawal 600 4.200.000
2 Pakan
Pakan buatan 1.440 8.640.000
Sisa rumah makan 1 100.000
Keong mas 1.440 3.600.000
3 Obat 1 10.000
4 Kapur 30 150.000
5 Pupuk
TSP dan Urea 1 8.000
Kandang 50 100.000
6 Garam 10 60.000
7 Plankton catalyst 6 85.000
8 Plastik kemasan 10 30.000
9 Karet gelang 3 5.000
41

Lanjutan Tabel 7.
NO KOMPONEN VARIABEL JUMLAH NILAI
(unit) (Rp)
10 Isi ulang tabung oksigen 1 100.000
11 Tagihan listrik 1 150.000
12 Tagihan Telepon 1 150.000
13 Tagihan air 1 142.000
TOTAL BIAYA VARIABEL (1+2+3..13) 34.645.000

d. Sumber Modal
Sumber modal untuk usaha ini berasal dari modal sendiri.
Modal tersebut merupakan modal yang dikeluarkan dari kas
pribadi pemilik. Untuk melakukan pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak, pemilik tidak melakukan peminjaman
modal kepada pihak kreditur, karena pemilik telah menyediakan
persiapan modal pada akhir tahun 2007 untuk melakukan suatu
pengembangan usaha.
e. Identifikasi Manfaat dan Penerimaan
Dalam suatu analisis cash flow, manfaat yang diterima oleh
pemancingan Tirta Salak dalam melakukan pengembangan usaha
budidaya kolam air deras dan karamba berasal dari penjualan
produk, yaitu ikan mas kolam air deras, ikan mas karamba, ikan
bawal kolam air deras, dan ikan bawal karamba. Tidak hanya itu,
penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa komponen-komponen
investasi. Namun, dalam perhitungan jangka pendek atau per
periode, nilai sisa ini tidak di masukan (Dharmasanti, 2005).
Penerimaan diperoleh dari hasil kali antara jumlah output
dengan harga jual per satuan. Pada pengembangan usaha ini,
harga jual yang berlaku dan disepakati oleh pemancingan Tirta
Salak untuk ikan mas kolam air deras Rp 13.500,00/kg, ikan mas
karamba Rp 12.500,00/kg, ikan bawal kolam air deras
Rp 11.500,00/kg, dan ikan bawal karamba Rp 10.500,00/kg.
Perhitungan penerimaan secara terinci dapat dilihat pada
Lampiran 4. Sementara itu, nilai sisa akan diperoleh
42

pemancingan Tirta Salak pada akhir umur usaha ini, yaitu pada
tahun ke 5.
f. Analisis Pendapatan Usahatani
Analisis usahatani terdiri dari dua analisis, yaitu analisis
pendapatan (keuntungan satu periode) dan imbangan penerimaan
dan biaya (R/C). Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk
mengevaluasi kegiatan suatu usaha pertanian dalam kurun
waktusatu periode (Tim Lentera, 2002).
Analisis pendapatan digunakan untuk mengetahui besarnya
keuntungan yang diperoleh dari usahatani yang dilakukan dalam
kurun waktu satu periode usaha (Tim Lentera, 2002).
Pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan total
(Total Revenue) dengan biaya total (Total Cost). Biaya total
adalah penjumlahan dari biaya tetap total dan biaya variabel total
per periode. Pada pengembangan usaha pemancingan Tirta
Salak, keuntungan yang diperoleh dalam kurun waktu satu
periode Rp 9.026.500,00, nilai tersebut diperoleh dari selisih
antara total penerimaan selama 1 bulan dikurangi total biaya
(biaya tetap 1 bulan ditambah biaya variabel 1 bulan), yaitu Rp
55.281.500,00 yang terdiri dari (Rp 11.600.000,00
Rp 34.655.000,00). Jadi dalam kurun waktu satu tahun, yaitu 11
kali periode produksi pada tahun pertama, keuntungan yang
diperoleh oleh pemancingan Tirta Salak dari pengembangan
usahanya adalah sebesar Rp 99.291.500,00.
Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) diperoleh
dari perbandingan antara penerimaan total dan biaya total.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi suatu usaha
(Tim Lentera, 2002). Pada pengembangan usaha pemancingan
Tirta Salak, diperoleh R/C sebesar 1,17. Arinya adalah setiap
1,00 biaya yang di keluarkan akan mendapatkan penerimaan
Rp 1,17.
43

Hasil analisis pendapatan usahatani di atas menunjukan


bahwa secara teori dalam jangka pendek pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak dikategorikan layak diimplementasikan.
Hal ini dikarenakan kriteria TR > TC dan R/C > 1 sebagai syarat
suatu usaha yang menguntungkan atau layak dapat dipenuhi.
Dalam analisis pendapatan usahatani, pemancingan Tirta
Salak menggunakan data per tahun, yaitu pada tahun pertama
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak hanya
menggunakan data biaya variabel selama 11 bulan dalam 1 tahun.
Data biaya variabel tersebut antara lain adalah data biaya
pengadaan bahan baku, pakan dan isi ulang tabung oksigen.
Untuk lebih rinci mengenai analisis usaha dapat dilihat pada
Lampiran 6 dan 7.
g. Kriteria Kelayakan Investasi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pengembangan
usaha pemancingan Tirta Salak melalui penyusunan cash flow
berikut :
1) Umur usaha yang direncanakan adalah 5 tahun yang telah
disepakati oleh pihak pemancingan Tirta Salak.
2) Usaha dimulai pada bulan Desember 2008 sampai dengan
Desember 2013, yaitu pada tahun ke nol sampai dengan tahun
ke lima. Sedangkan untuk periode produksi berlangsung
setiap 1 bulan sekali. Untuk tahun ke nol tidak dilakukan
proses produksi. Proses produksi berjalan pada tahun ke 1
dan berlangsung 11 kali periode produksi, untuk tahun
selanjutnya berlangsung 12 kali periode produksi.
3) Biaya investasi untuk investasi barang-barang tidak bergerak
dikeluarkan pada tahun ke nol, yaitu sebelum proses produksi
dimulai.
4) Luas lahan yang digunakan untuk pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak adalah lahan milik pemancingan
Tirta Salak. Lahan yang digunakan adalah seluas 1.900 m2.
44

Luas kolam air deras yang digunakan adalah seluas


6 m x 3 m, dengan kedalaman 1 m. Sedangkan untuk kolam
pengobatan dan kolam penampungan adalah seluas 4m x 2m
dan 5 m x 3 m, dengan kedalaman 50 cm. Untuk karamba
yang digunakan oleh pemancingan Tirta Salak, lahan yang
digunakan adalah di pinggiran sungai yang mengapit lahan
pemancingan Tirta Salak.
5) Kolam produksi pemancingan Tirta Salak (kolam air deras)
membutuhkan bahan baku ikan mas ukuran 1 kg/6 ekor
sebanyak 500 kg. Untuk ikan bawal dibutuhkan sebanyak
500kg juga, tetapi untuk ikan bawal digunakan ukuran
1 kg/8 ekor. Sedangkan untuk karamba, satu karamba
membutuhkan 100 kg bahan baku ikan mas dan ikan bawal.
6) Produksi pada awal tahun dianggap konstan, yaitu 900 kg per
kolam untuk ikan mas setiap periodenya dan 1.200 kg untuk
ikan bawal setiap periodenya. Sedangkan untuk produksi
karamba adalah 190 kg untuk ikan mas per periode dan 253
kg untuk ikan bawal.
7) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada
saat ini (harga tahun 2008) dengan asumsi harga konstan
selama umur usaha.
8) Penjualan diasumsikan selalu habis sesuai dengan jumlah
produksi yang dihasilkan.
9) Jumlah tenaga kerja yang terlibat adalah seluruh tenaga kerja
pemancingan Tirta Salak, yaitu 10 orang.
10) Pemberian pakan per hari untuk produksi disepakati adalah
1% dari bobot ikan untuk pakan buatan dan 2% untuk pakan
alami. Pakan yang digunakan berupa pellet, keong mas dan
sampah sisa rumah tangga atau rumah makan.
11) Setiap kolam dan karamba memiliki waktu tebar dan waktu
panen yang sama sesuai kesepakatan Tirta Salak. Semua
kolam dan karamba memiliki massa tanam hingga 1 bulan,
45

sehingga diasumsikan masing-masing kolam dan karamba


memiliki 12 kali waktu panen setiap tahunnya.
12) Manfaat bersih lahan tanpa proyek adalah nol, karena lahan
tersebut tidak digunakan atau tidak terpakai.
13) Sumber modal adalah modal sendiri.
14) Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 5,5%, yaitu
tingkat suku bunga deposito berjangka bulan Agustus 2008
(www.bni.co.id, 2008).
15) Perhitungan pajak dilakukan melalui analisis rugi laba
berdasarkan Undang-undang no 17 tahun 2000. Apabila laba
bersih 0 - 50 juta Rupiah, maka besarnya pajak yang harus
dibayarkan 10% dari laba bersih. Bila laba bersih antara 50
juta - 100 juta Rupiah, maka pajak yang harus dibayarkan
10% dari 50 juta Rupiah ditambah sisa labanya dikalikan
sebesar 15%. Bila nilai laba bersih di atas 100 juta Rupiah,
maka pajak yang dibayarkan sejumlah 50 juta Rupiah
dikalikan 10% ditambah 100 juta Rupiah dikalikan 15%
ditambah dengan sisa laba yang dicatat dikalikan 30%.
16) Analisis sensitivitas dilakukan dengan dua perubahan, yaitu
peningkatan harga input produksi 15% dan penurunan
volume penjualan 5%. Hal ini disebabkan pada tingkat
kenaikan harga input produksi sebesar 15% dan penurunan
volume penjualan sebesar 5% merupakan batas dari
kelayakan pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak.
Empat kriteria umum yang digunakan untuk menilai
kelayakan investasi suatu usaha, yaitu NPV, Profitability Index
(PI), IRR, dan PBP (Keown, et al, 2001). Nilai dari kriteria
investasi pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak dapat
dilihat pada Tabel 8.
46

Tabel 8. Nilai kriteria penilaian investasi pengembangan


usaha pemancingan Tirta Salak

Kriteria Investasi Nilai


Net Present Value (NPV) 270.890.336
Profitability Index (PI) 3,117
Internal Rate of Return (IRR) 57%
Payback Periode (PBP) 2,5 tahun

1) NPV
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur usaha yang
direncanakan. Net present value atau manfaat bersih sekarang
merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV
investasi selama umur ekonomis. Net present value (NPV)
diperoleh dari selisih antara PV kas dengan PV investasi.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh NPV
Rp 270.890.336,00. Nilai tersebut menunjukan bahwa arus
masuk pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak lebih besar
dari pada arus kas keluarnya, sehingga pengembangan usaha
yang dilakukan ini menguntungkan dan layak diimplementasikan
dalam jangka panjang. Perhitungan kriteria NPV dapat dilihat
pada Lampiran 11.
2) PI
Profitability index atau disebut juga Net B/C, merupakan
perbandingan nilai sekarang dari keuntungan bersih masa depan
pada tahun-tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif
dengan keuntungan bersih bernilai negatif, yaitu biaya investasi
awalnya. Nilai PI atau Net B/C pada pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak 3,117. Nilai ini menunjukan bahwa
kontribusi keuntungan bersih terhadap biaya investasi awal pada
pengembangan usaha 3,117. Nilai PI > 1, maka pengembangan
usaha ini menguntungkan dan layak diimplementasikan.
Kriteria ini berhubungan erat dengan Kriteria NPV dimana
jika nilai NPV suatu usaha dikatakan layak (NPV > 0), maka
47

menurut Kriteria PI juga layak (PI > 1). Hal ini disebabkan
karena kedua kriteria ini menggunakan variabel yang sama
(Umar, 2003).
3) IRR
IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam
jangka waktu tertentu yang membuat nilai NPV dari usaha
tersebut sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan dari
investasi pada usaha yang bersangkutan. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh nilai IRR dari pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak sebesar 57%, Nilai ini lebih besar dari
nilai suku bunga deposito yang digunakan dalam perhitungan,
yaitu 5,5%. Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang
dihasilkan dari investasi pada pengembangan usaha ini lebih
besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang
dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan
demikian, pemilik atau investor lebih baik menginvestasikan
modalnya pada pengembangan usaha ini dari pada ke bank.
Nilai IRR diperoleh dengan mengunakan metode coba-coba
(trial and error). Caranya adalah dengan menghitung jumlah
nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan selama umur
usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu.
Kemudian, nilainya dibandingkan dengan biaya investasi awal.
Jika nilai investasi awal lebih kecil , maka dicoba lagi dengan
tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Sebaliknya, apabila nilai
investasi awal lebih besar, maka dicoba lagi dengan tingkat suku
bunga yang lebih rendah. Begitu seterusnya hingga mencapai
atau ditemukan nilai yang sama besar atau mendekati
(Umar, 2003). Perhitungan kriteria IRR dapat dilihat pada
Lampiran 12.
48

4) PBP
PBP merupakan jumlah lama tahun yang dibutuhkan bagi
suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal dengan jumlah
keuntungan bersih yang telah didiskontokan. Berdasarkan hasil
perhitungan, nilai PBP pada pengembangan usaha ini adalah 2,5
tahun atau dibulatkan 3 tahun. Artinya pada pengembangan
usaha ini baru dapat menutupi pengeluaran biaya investasi
dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan
setelah pengembangan usaha ini berjalan selama 3 tahun.
Pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ini mampu
menutupi biaya investasi awal sebelum umur usaha berakhir,
maka pengembangan usaha ini layak untuk diimplementasikan.
Berdasarkan hasil empat kriteria penilaian investasi
pengembangan usaha di atas, dapat disimpulkan bahwa secara
analisis bahwa pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak
layak untuk diimplementasikan pada kondisi atau asumsi yang
telah disepakati bersama. Hal ini ditunjukan dari nilai NPV > 0,
PI > 1, IRR > tingkat suku bunga deposito yang dijadikan dasar
perhitungan, yaitu 5,5%, dan PBP lebih pendek waktunya dari
periode pembayaran maksimum atau tertutupi sebelum umur
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak berakhir.
5) BEP
BEP merupakan keadaan pulang pokok dimana penerimaan
total (TR) perusahaan adalah sama dengan biaya total (TC) yang
ditanggungnya. BEP dapat dilihat berdasarkan periode analisis ,
volume produksi (Q), dan penerimaan (Rp). Pada pengembangan
usaha pemancingan Tirta Salak ini, BEP dilihat berdasarkan
penerimaan (Rp), hal tersebut dilakukan karena pada
pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemancingan Tirta
Salak memiliki 4 jenis produk. BEP dapat dicapai setelah usaha
mencapai penerimaan sebesar Rp 401.734.903,00. Artinya,
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak harus
49

menghasilkan penerimaan dan berproduksi sejumlah minimal


nilai tersebut dalam setiap tahun agar dapat menutupi biaya
produksinya.

h. Analisis Sensitivitas
Menganalisis perkiraan cash flow di masa datang dari suatu
usaha atau rencana usaha selalu dihadapi dengan ketidakpastian.
Akibatnya adalah hasil perhitungan akan jauh menyimpang dari
kenyataan. Ketidakpastian dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan dari suatu usaha dalam beroperasi menghasilkan
laba (Umar, 2003), karena dari itu penelitian ini menggunakan
analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan dari
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak dengan
mengubah beberapa faktor penting.
Hasil analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui
tingkat kepekaan suatu usaha dalam menghadapi setiap
perubahan yang mungkin terjadi. Analisis ini dilakukan dengan
terjadinya perubahan di tingkat harga input produksi dan volume
penjualan hingga nilai NPV menjadi negatif. Dari skenario
kenaikan dan penurunan harga input produksi dan volume
penjualan sebesar 15% dan 5%. Kenaikan harga input produksi
15% meliputi harga bahan baku ikan dan harga pakan.
Sedangkan untuk penurunan volume penjualan 5%, meliputi
penurunan volume penjualan seluruh produk.
Kenaikan 15% harga input produksi dan penurunan 5%
volume produksi membuat pengembangan usaha yang dilakukan
oleh pemancingan Tirta Salak menjadi tidak layak. Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil NPV - Rp 66.971.036,00, Net B/C atau PI
0,508, dan IRR - 9%. Dari ke tiga kriteria tersebut telah dapat
dipastikan bahwa pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak
peka terhadap kenaikan harga input produksi dan penurunan
volume penjualan. Dengan demikian, pemancingan Tirta Salak
50

perlu untuk mempertahankan volume penjualan, bahkan perlu


meningkatkan kapasitas produksi untuk mengantisipasi adanya
kenaikan harga input produksi. Untuk lebih jelasnya perhitungan
analisis cash flow dapat dilihat pada Lampiran 13.
Sedangkan untuk analisis switching value, yang digunakan
sebagai suatu analisis untuk mencari batas kelayakan suatu usaha
atau proyek. Dalam analisis ini digunakan skenario kenaikan
harga bahan baku input produksi sebesar 5,4% dan penurunan
volume penjualan sebesar 8%. Atas skenario tersebut,
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak berada pada
ambang batas kelayakan dengan diperoleh hasil NPV Rp 0,00,
PI atau Net B/C 1,00 dan IRR 5%.

4.4.3. Analisis Aspek Teknis


Hasil dari aspek pasar menunjukan gambaran masa depan yang
cerah bagi usaha yang direncanakan, selanjutnya diteruskan dengan
analisis aspek teknis. Aspek teknis dari pengembangan usaha yang
dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak adalah budidaya kolam air
deras dan karamba ikan mas dan bawal. Aspek teknis yang dibahas
pada penelitian ini meliputi tahap-tahap dan bahan baku produksi,
peralatan, fasilitas dan lokasi budidaya berdasarkan pada kondisi
usaha pemancingan Tirta Salak.
Tahap-tahap proses produksi ikan mas dan ikan bawal kolam
air deras dan karamba yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak
adalah tahap pertama yaitu tahap persiapan, yang terdiri atas
persiapan wadah (kolam dan karamba), pengadaan bahan baku, dan
penebaran benih (bahan baku). Tahap kedua adalah tahap
pemeliharaan, yang terdiri atas proses pemberian pakan, pengontrolan
produk, pengontrolan dan mutu air, pencegahan hama dan penyakit.
Tahap ketiga adalah tahap pemanenan, yang terdiri atas sortasi produk
dan pengepakan. Tahap keempat adalah tahap pasca panen yang
selanjutnya wadah (kolam dan karamba) di bersihkan dari sisa-sisa
51

proses produksi untuk dilakukan proses awal produksi. Penjelasannya


adalah sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan
Tahap awal yang harus dilakukan oleh pihak pemancingan
Tirta Salak di dalam proses produksi budidaya ikan adalah
mempersiapkan kolam dan karamba sebagai tempat hidup ikan-
ikan yang dibudidayakan. Persiapan wadah di dalam proses
budidaya pemancingan Tirta Salak terdiri dari persiapan kolam dan
persiapan karamba.
1) Persiapan kolam
Persiapan kolam terdiri dari beberapa kegiatan yang
meliputi pembuatan kolam, pengeringan kolam, pengapuran,
pemupukan, penggaraman, pemberian Plankton Catalyst dan
pengisian air ke kolam. Kolam air deras yang dibuat oleh
pemancingan Tirta Salak adalah kolam air deras dengan ukuran
panjang 6 m dan lebar 3 m, serta dengan ketinggian 1 m berikut
dengan saluran air. Kolam Air deras yang akan dibuat oleh
pemancingan Tirta Salak sebanyak 3 kolam untuk ikan mas dan
1 kolam untuk ikan bawal. Pembuatan kolam diperkirakan
oleh pihak pemancingan Tirta Salak akan memakan waktu
selama 3 minggu. Hal ini disebabkan kolam yang dibuat
adalah kolam coran atau permanen. Setelah pembuatan kolam
kolam selesai, selanjutnya kolam diisi dengan air selama 2 hari.
Hal ini bertujuan agar bahan kimia dan bau dari semen hilang.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan pengeringan kolam.
Pengeringan kolam dilakukan secara otomatis dengan cara
membuka saluran pembuangan air dari dalam kolam. Waktu
yang dibutuhkan dalam kegiatan pengeringan kolam adalah
selama 1 hari. Pengeringan kolam bertujuan untuk mengurangi
atau menghilangkan bahan kimia, bau, hama dan penyakit yang
menempel pada air.
52

Setelah pengeringan kolam dilakukan, kegiatan selanjutnya


adalah kegiatan pengapuran. Pengapuran dilakukan di sekitar
dinding dan dasar kolam. Tujuan dari pengapuran adalah untuk
memperbaiki tingkat keasaman (pH) pada kolam serta
membantu memberantas hama dan penyakit. Pemancingan
Tirta Salak pada menetapkan pengapuran dengan dosis
50 g/m2. Setelah kegiatan pengapuran selesai, kegiatan
selanjutnya adalah pemupukan. Kegiatan pemupukan
dilakukan dengan cara menebarkan pupuk secara merata ke
seluruh permukaan kolam dan sudut kolam. Pupuk yang
diberikan adalah pupuk TSP dan urea, serta pupuk kandang
dengan dosis masing-masing 5 g/m2 (gabungan TSP dan urea)
dan 75 g/m2 untuk pupuk kandang. Pemupukan bertujuan
untuk menumbuhkan pakan alami berupa plankton-plankton
dan munculnya zat-zat hara yang berfungsi menyuburkan
perairan.
Penumbuhan pakan alami ini juga dibantu dengan
pemberian Plankton Catalyst dengan dosis 5 g/m2. Plankton
Catalyst diberikan sepanjang periode budidaya, selain pada
tahap persiapan kolam sebagai pupuk dasar untuk membantu
meningkatkan pertumbuhan ikan. Fungsi lainnya adalah
menetralisir air pada kolam, terutama setelah terkena hujan.
Sementara itu, pemberian garam yang digunakan adalah garam
jenis khusus yang disebut oleh pemancingan Tirta Salak adalah
garam laut. Kegiatan pengapuran, pemupukan dan
penggaraman ini hanya dilakukan satu kali per periode
budidaya.
Kegiatan berikutnya adalah kegiatan terakhir pada
persiapan kolam. Kegiatan ini adalah kegiatan pengisian air ke
kolam. Pengisian air ke dalam kolam yang dilakukan
pemancingan Tirta Salak dengan mengisi air setinggi 30 cm
dan dibiarkan selama 2 hari. Kemudian, air dibuang untuk diisi
53

air baru setinggi 90 cm. Air yang terlalu dangkal akan


menyebabkan perubahan suhu yang mendadak, sedangkan air
yang terlalu dalam akan dapat menyebabkan sinar matahari
sulit untuk menyentuh dasar kolam, sehingga lapisan perairan
yang subur menjadi sedikit.
2) Persiapan Karamba
Persiapan karamba terdiri dari kegiatan pembuatan karamba
dan penancapan karamba. Kegiatan pembuatan karamba
adalah kegiatan memotong kayu dan bambu sebagai bahan
dasar pembuatan karamba. Awalnya kayu atau balok dirancang
membentuk kerangka persegi, setelah rangka selesai dibuat
maka dinding kerangka dilapisi potongan bambu yang telah
dipotong panjang-panjang. Tidak hanya itu, pada proses
pembuatan karamba. Karamba harus dibuat pintu sebagai
sarana memasukan ikan dan pakan. Karamba yang akan dibuat
oleh pemancingan Tirta Salak sebanyak 1 karamba untuk ikan
mas dan 1 karamba untuk ikan bawal dengan ukuran panjang
4 m, lebar 2 m, dan tinggi 1,2 m. Pembuatan karamba
diperkiran oleh pemancingan Tirta Salak akan membutuhkan
waktu selama 7 hari.
Setelah pembuatan karamba selesai, kegiatan selanjutnya
adalah kegiatan penancapan karamba di dasar sungai. Kegiatan
ini adalah kegiatan terakhir dalam persiapan karamba dan juga
sebagai kegiatan yang paling sulit untuk dilakukan. Kegiatan
penancapan karamba dilakukan dengan cara menggali dasar
sungai sedalam 30 cm. Kegiatan penancapan karamba harus
dilakukan pada saat kondisi arus sungai tenang, karena bila
arus sungai besar galian yang dibuat akan tertimbun kembali
oleh pasir yang telah digali. Kegiatan penancapan karamba
diperkirakan oleh pemancingan Tirta Salak akan membutuhkan
waktu selama 1 minggu.
54

b. Tahap Pengadaan dan Penebaran Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan oleh pemancingan Tirta Salak
untuk budidaya kolam air deras dan karamba adalah ikan mas dan
ikan bawal. Ikan mas dan ikan bawal yang digunakan adalah ikan-
ikan yang memiliki mutu yang baik, berukuran seragam, tidak
cacat fisik, sehat dan gesit, bebas dari parasit penyakit dan
memiliki pertumbuhan yang cepat. Bahan baku yang digunakan
oleh pemancingan Tirta Salak adalah berukuran 1 kg/6 ekor untuk
ikan mas dan 1 kg/8 ekor untuk ikan bawal. Bahan baku ikan mas
didapat dari pemasok yang sudah menjadi langganan pemancingan
Tirta Salak, pemasok tersebut adalah pembudidaya ikan mas jaring
apung di Cirata. Sedangkan untuk ikan bawal, pemancingan Tirta
Salak mendapatkannya dari pembudidaya yang berada di
Sukabumi.
Dalam proses perencanaan pengembangan usahanya,
pemancingan Tirta Salak menetapkan penanaman benih (bahan
baku) dengan rataan padat penebaran sebanyak 500 kg/kolam
untuk ikan mas dan ikan bawal. Sedangkan untuk karamba,
pemancingan Tirta Salak menetapkan padat penebaran sebanyak
100 kg/karamba untuk ikan mas dan ikan bawal. Dengan
demikian, pemancingan Tirta Salak harus melakukan pengadaan
bahan baku sebanyak enam kali dalam satu siklus produksi, dengan
total bahan baku yang dibutuhkan masing-masing sebanyak 600 kg
untuk ikan mas dan ikan bawal. Hal ini disebabkan pemancingan
Tirta Salak mentargetkan proses pemanenan berlangsung setiap
satu bulan, sehingga pemancingan Tirta Salak melakukan kegiatan
pengadaan bahan baku setiap bulan sekali.
Secara umum penebaran bahan baku dilakukan pada malam
pagi atau sore hari, karena penebaran akan lebih baik jika
dilakukan pada saat suhu udara rendah dan kondisi perairan tidak
terlalu panas (Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2003). Namun
demikian, hal ini tergantung pada waktu kedatangan bahan baku
55

yang dibeli. Menurut pihak pemancingan Tirta Salak, sebelum


bahan baku di masukan ke dalam kolam dan karamba perlu
dilakukan pemberokan terlebih dahulu.
Pemberokan adalah proses penyesuaian atau adaptasi ikan
dengan suhu air pada kolam atau karamba. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memasukan ikan beserta wadahnya ke dalam bak air
dengan jaring-jaring pada permukaannya dan dibiarkan selama 10 -
20 menit. Cara lain adalah dengan memasukan air kolam sedikit
demi sedikit dan perlahan-lahan ke dalam plastik kemasan
(wadah).
Setelah terjadi penyesuaian pada ikan, wadah dimasukan
ke dalam kolam dan karamba. Air pada wadah akan bercampur
dengan air pada kolam secara perlahan dan ikan akan berenang ke
dalam kolam dan karamba. Hal ini bertujuan untuk menghindari
tingkat stress pada ikan yang nantinya dapat mengakibatkan
berkurangnya bobot ikan sampai dengan kematian.
c. Tahap Pemeliharaan
Tahap pemeliharan terdiri dari beberapa kegiatan. Kegiatan
tersebut antara lain adalah kegiatan pemberian pakan, kegiatan
pemeriksaan ikan, kegiatan pemeriksaan hama dan pernyakit, serta
kegiatan pemeriksaan mutu air.
1) Pemberian Pakan
Pemberian pakan sebaiknya memenuhi kebutuhan nutrisi
bagi pertumbuhan ikan, mudah didapat, tersedia setiap saat,
disenangi ikan dan ekonomis (Rukmana, 2005). Berdasarkan
hasil wawancara, pemancingan Tirta Salak berencana
menggunakan dua jenis pakan, yaitu pakan buatan, pakan
alami. Pakan tersebut antara lain adalah pellet, keong mas, dan
sampah sisa rumah tangga. Pakan buatan yang digunakan
adalah tipe SINTA dengan harga Rp 6.000,00/kg. Untuk pakan
alami berupa keong mas dengan harga Rp 2.500,00/kantong
plastik besar atau 2 kg. Sedangkan untuk sampah sisa rumah
56

tangga, pemancingan Tirta Salak mendapatkannya dari rumah


masakan Padang atau Warteg. Harga yang harus dibayar
Rp 100.000,00/bulan
Rencana pemberian pakan per hari adalah 1% dari bobot
ikan untuk pakan buatan dan 2% dari bobot ikan untuk pakan
alami, sehingga total pemberian pakan adalah 3% dari bobot
ikan setiap kali pemberian. Di samping itu, pemberian
Plankton Catalyst berfungsi meningkatkan dan menumbuhkan
pakan alami. Frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari, yaitu
pagi hari untuk pakan buatan sebagai pemicu, siang hari
diberikan pakan alami berupa keong mas dan di malam hari
diberikan campuran pakan buatan, serta pakan alami.
Pemberian pakan juga perlu memperhatian keadaan cuaca.
Apabila cuaca tidak baik, misalnya hujan, maka pemberian
pakan buatan tidak boleh terlalu banyak karena kondisi ikan
akan menjadi tidak baik dan berakibat kematian.
Kebutuhan pakan buatan dan pakan alami per periode
budidaya masing-masing 10.560 kg untuk pakan buatan/bulan
dan 10.560 kg untuk pakan alami berupa keong mas/bulan
untuk ikan mas, untuk ikan bawal 5.280 kg untuk pakan buatan
dan 5.280 kg untuk keong mas. Sedangkan untuk pakan
campuran yang digunakan adalah sisa sampah rumah tangga
dan pakan buatan sebanyak 1% dari bobot ikan.
2) Pemeriksaan Produk
Pemeriksaan produk ikan mas dan ikan bawal kolam air
deras dan karamba dilakukan dengan cara melihat produk
dengan menggunakan hapa (jaring besar) dan juga serokan.
Pemeriksaan dimaksudkan agar produk (ikan) yang dihasilkan
oleh pemancingan Tirta Salak memiliki mutu baik, sehingga
memiliki harga jual tinggi. Selain itu, pemeriksaan produk
dilakukan untuk mencegah penyakit yang akan menyerang
57

produk (ikan), sehingga mencegah adanya kematian pada


produk.
3) Pemeriksaan Hama dan Penyakit
Pemeriksaan hama dan penyakit yang dilakukan oleh
pemancingan Tirta Salak adalah dengan cara menjaga masuk
dan keluarnya air, serta debit air yang masuk ke kolam.
Apabila produk telah terserang penyakit, maka yang perlu
dilakukan adalah memisahkan produk dari kolam. Hal ini
bertujuan agar penyakit tidak menyebar ke produk yang lain.
Setelah pemisahan, produk disimpan di dalam kolam
penampungan dan diberikan obat. Obat yang digunakan adalah
Blicth Ich.
4) Pemeriksaan Mutu Air
Pemeriksaan mutu dilakukan dengan cara memeriksa
saluran air. Kadangkala saluran air seringkali terjadi
pemampatan oleh sampah yang bertumpuk. Pemeriksaan mutu
air dilakukan dengan cara menjaga debit air pada kolam dan
memeriksa pH air pada kolam. pH air yang baik untuk ikan
adalah 6,5 - 7.
d. Tahap Pemanenan
Lama waktu budidaya kolam air deras dan karamba yang
dibutuhkan hingga produk mencapai ukuran pasar di wilayah
pemancingan Tirta Salak adalah satu bulan. Dalam hal ini,
pemancingan Tirta Salak melakukan pemanenan setiap bulan
sekali, jadi siklus proses produksi yang diterapkan oleh
pemancingan Tirta Salak adalah satu bulan sekali dengan proses
penanaman bahan baku per minggu setelah kolam dikosongkan.
Awal periode terhitung sejak pemancingan Tirta Salak melakukan
tahap penebaran benih (bahan baku) dan berakhir setelah panen
dilakukan. Jadwal pemanenan dapat dilihat pada Tabel 9.
58

Tabel 9. Rencana jadwal tanam panen pemancingan Tirta Salak


Bulan
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2009 - p p p p p P p p p p p
2010 p p p p p p P p p p p p
2011 p p p p p p P p p p p p
2012 p p p p p p P p p p p p
2013 p p p p p p p p p p p p
Sumber : Data Primer Diolah, 2008
Proses pemanenan di pemancingan Tirta Salak dilakukan pada
waktu pagi hari atau sore hari dengan memperhatikan beberapa
faktor. Misalnya, ketika sedang hujan, maka proses pemanenan
tidak dilakukan, karena akan mempengaruhi kondisi ikan. Tidak
hanya itu, kedalaman air juga perlu dipertahankan setinggi
20 30 cm dan penangkapan dilakukan dengan hati-hati, agar tidak
menyebabkan lepasnya sisik, terutama sisik pada bagian punggung
(Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2003). Biasanya proses
pemanenan dilakukan oleh pembeli ikan, yaitu pihak pemancingan
atau pihak tengkulak untuk di jual ke pengecer, yang langsung
datang ke pemancingan Tirta Salak. Pemanenan dapat pula
dilakukan oleh pihak pemancingan Tirta Salak.
Menurut pihak pemancingan Tirta Salak, sebelum ikan
dipanen biasanya dilakukan pemberokan kembali dan dipuasakan
selama satu hari, tujuannya agar perut ikan menjadi kosong,
sehingga tidak dapat mengeluarkan kotoran ketika berada di bak
penampungan. Wadah penampungan yang kotor akan
mengakibatkan ikan menjadi stress, sehingga mati sebelum sampai
ke tangan konsumen (Diyaniati, 2005).
Pada usaha ini, pemancingan Tirta Salak memperkirakan
mortalitas bahan baku ikan mas dan ikan bawal kolam air deras
sebesar 10%. Dengan demikian, ikan dapat dipanen sebanyak
8.100 ikan atau 2.700 kg untuk ikan mas kolam air deras dan 3.600
ikan atau 1.200 kg ikan bawal kolam air deras. Sedangkan untuk
59

karamba, diperkirakan tingkat mortalitas bahan baku 5%. Oleh


sebab itu, pada waktu pemanenan produk ikan karamba sebesar
570 ikan atau 190 kg untuk ikan mas dan 760 ikan atau 253 kg
untuk ikan bawal.
e. Tahap Pasca Panen
Tahap pasca panen merupakan tahap dimana pemancingan
Tirta Salak melakukan kegiatan persiapan kembali untuk
melakukan penebaran bahan baku. Pada tahap pasca panen, proses
yang dilakukan hanya mengeringkan air lalu mengisinya kembali
seperti semula. Kegiatan ini bertujuan agar air yang ada di kolam
menjadi bersih kembali. Untuk kegiatan budidaya karamba,
kegiatan pada tahap pasca panen hanya melakukan pemeriksaan
karamba. Hal ini bertujuan agar tidak ada bambu-bambu pelapis
karamba yang terbuka. Proses tahap pasca panen hanya
berlangsung selama 1 hari.

1. Peralatan Produksi
Peralatan yang digunakan dalam pengembangan
usaha pemancingan Tirta Salak adalah usaha budidaya ikan
kolam air deras dan karamba yang terbagi atas dua hal, yaitu
peralatan utama dan peralatan pendukung. Peralatan utama
adalah peralatan yang berhubungan dengan proses teknis
budidaya. Sedangkan peralatan pendukung merupakan
peralatan yang disediakan untuk mendukung proses produksi
Peralatan utama terdiri atas :
a. Ember
Ember berfungsi sebagai wadah untuk kegiatan
pemindahan, penampungan dan kegiatan pemeriksaan
ikan. Ember yang digunakan sebanyak 6 unit dengan
harga Rp 7.000,00 per unit. Ember memiliki umur
ekonomis selama 1 tahun.
60

b. Serok
Serok atau serokan berfungsi sebagai alat untuk
mengambil ikan yang berada di kolam dan karamba.
Serok yang tersedia di pemancingan Tirta Salak adalah
sebanyak 6 unit dengan harga Rp 20.000,00 per unit.
Serok memiliki umur ekonomis selama 1 bulan.
c. Hapa
Hapa digunakan sebagai tempat penampungan
sementara bagi ikan setelah proses pemanenan. Hapa
yang digunakan adalah sebanyak 6 unit dengan harga
Rp 300.000,00 per unit. Hapa memiliki umur ekonomis
selama 1 tahun.
d. Tabung Oksigen
Tabung oksigen digunakan untuk melakukan
pengisian oksigen pada saat proses pengiriman produk
bila menggunakan plastik kemasan. Tabung oksigen
yang dimiliki oleh pemancingan Tirta Salak sebanyak 2
unit. Tabung oksigen harus diisi, apabila oksigen di
dalam sudah habis. Harga tabung oksigen Rp
3.000.000,00 per unit dengan umur ekonomis 10 tahun.
Sedangkan untuk isi ulang oksigen, pengisian dilakukan
setiap 1 bulan sekali (apabila habis). Harga untuk
pengisian tabung oksigen adalah Rp 100.000,00 per
pengisian.
e. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang bobot
ikan. Timbangan yang digunakan 2 unit dengan harga Rp
250.000,00 per unit. Timbangan memiliki umur
ekonomis selama 5 tahun.
f. Jeligen Timbangan
Jeligen timbangan merupakan sejenis drum yang
digunakan umtuk menampung ikan ketika bobotnya
61

ditimbang. Jeligen timbangan yang digunakan adalah


sebanyak 10 unit dengan harga Rp 35.000,00 per unit dan
memiliki umur ekonomis selama 1 tahun.
g. Jeligen Angkut
jeligen angkut merupakan sejenis drum angkut yang
terbuat dari drum plastik. Jeligen angkut digunakan
untuk menampung ikan yang telah siap diangkut ke
tempat penjualan. Jeligen angkut yang dimiliki oleh
pemancingan Tirta Salak adalah sebanyak 10 unit dengan
harga Rp 30.000,00 per unit dan memiliki umur ekonomis
selama 1 tahun.
Peralatan pendukung merupakan peralatan yang
digunakan untuk mendukung proses produksi budidaya
kolam air deras dan karamba. Peralatan tersebut terdiri dari :
a. Alat Tulis Kantor
Alat tulis kantor adalah alat pendukung dalam
proses produksi. Peralatan kantor digunakan untuk
mencatat setiap kali terjadi proses pengadaan bahan baku,
penebaran, pemanenan, sampai dengan proses pemesanan
produk. Alat tulis kantor yang dimiliki oleh pemancingan
Tirta Salak sebanyak 1 set lengkap dengan harga
Rp 100.000,00 per set dan memiliki umur ekonomis
selama 3 bulan.
b. White Board
White board berfungsi sebagai sarana
pemberitahuan informasi jadwal dan kegiatan proses
produksi. White board yang dimiliki oleh pemancingan
Tirta Salak sebanyak 1 unit dengan harga Rp 350.000,00
per unit. Umur ekonomis white board adalah 5 tahun.
c. Lemari Penyimpanan
Lemari penyimpanan digunakan untuk menyimpan
peralatan produksi dan juga pakan buatan. Lemari
62

penyimpanan yang dimiliki sebanyak 1 unit dengan harga


Rp 1.000.000,00 per unit. Umur ekonomis lemari
penyimpanan adalah selama 5 tahun.
d. Karet Gelang
Karet gelang berfungsi untuk mengikat plastic
kemasan. Karet gelang yang dibutuhkan oleh
pemancingan Tirta Salak adalah 3 kg dengan harga
Rp 5.000,00/ kg. Karet gelang memiliki umur ekonomis
selama 2 kali proses pemanenan, yaitu 2 bulan.
e. Plastik Kemasan
Plastik kemasan berfungsi sebagai tempat untuk
produk yang akan dijual. Plastik kemasan yang
digunakan adalah plastik khusus untuk pengepakan ikan.
Plastik kemasan yang dibutuhkan oleh pemancingan Tirta
Salak sebanyak 10 kg dengan harga Rp 30.000,00/kg.
Plastik kemasan memiliki umur ekonomis selama 1 bulan.

2. Fasilitas Produksi
Fasilitas produksi yang dimiliki oleh pemancingan
Tirta Salak adalah :
a. Kolam Air Deras
Kolam air deras merupakan fasilitas produksi yang
berguna sebagai wadah untuk melakukan proses
budidaya. Kolam air deras yang dimiliki oleh
pemancingan Tirta Salak dalam pengembangan usahanya
sebanyak 4 kolam dengan harga Rp 5.000.000,00/kolam.
Umur ekonomis kolam air deras adalah 15 tahun.
b. Karamba
Karamba merupakan fasilitas produksi yang
digunakan untuk proses budidaya. Karamba yang
dimiliki oleh pemancingan Tirta Salak dalam
pengembangan usaha sebanyak 2 karamba dengan harga
63

Rp 700.000,00/karamba. Karamba memiliki umur


ekonomis 3 tahun.
c. Kolam Penampungan
Kolam penampungan berfungsi sebagai sarana
penampungan untuk hasil produksi yang baru dipanen.
Kolam penampungan yang dimiliki oleh pemancingan
Tirta Salak memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 3 m, dan
kedalaman 50 cm. Kolam penampungan yang dimiliki
oleh pemancingan Tirta Salak sebanyak 1 kolam, dengan
harga Rp 3.000.000,00/kolam. Kolam penampungan
memiliki umur ekonomis selama 15 tahun.
d. Kolam Pengobatan
Kolam pengobatan berfungsi sebagai wadah untuk
ikan yang sedang terkena penyakit. Kolam pengobatan
memiliki ukuran panjang 4 m, lebar 2 m, dan kedalaman
50 cm. Kolam pengobatan yang dimiliki oleh
pemancingan Tirta Salak sebanyak 1 kolam, dengan harga
Rp 3.000.000,00/kolam. Kolam pengobatan memiliki
umur ekonomis selama 15 tahun.
e. Transportasi
Transportasi yang digunakan meliputi kendaraan
roda empat yang telah disediakan oleh pihak
pemancingan Tirta Salak. Kendaraan tersebut khusus
digunakan untuk melakukan pengadaan bahan baku dan
juga mengirim produk ke pembeli. Kendaraan yang
dimiliki oleh pemancingan Tirta Salak sebanyak satu unit
dengan harga Rp 75.000.000,00 per unit. Tidak hanya
itu, biaya yang perlu di keluarkan untuk bahan bakar
kendaraan diperkirakan Rp 200.000,00/bulan. Kendaraan
tersebut memiliki umur ekonomis selama 10 tahun.
64

f. Telepon
Telepon yang digunakan adalah pesawat telepon
biasa. Fasilitas ini digunakan untuk melakukan
komunikasi dengan pembudidaya (pemasok) bahan baku
dan kepada konsumen. Pengeluaran untuk fasilitas ini Rp
150.000,00/bulan. Untuk biaya pemasangan telepon,
dalam hal ini pihak pemancingan Tirta Salak telah
menyetujui bahwa pemasangan telepon tidak dimasukan
ke dalam investasi, hanya biaya abodemen dan tagihan
telepon. Hal tersebut dikarenakan pemancingan Tirta
Salak sudah melakukan pemasangan telepon pada usaha
pemancingannya.
g. Listrik
Penggunaan listrik diperlukan untuk menjalankan
perangkat-perengkat elektronik yang dimiliki oleh
pemancingan Tirta Salak. Penggunaan listrik ditujukan
untuk penerangan kolam dan karamba pada malam hari.
Pengeluaran untuk fasilitas ini diperkirakan oleh
pemancingan Tirta Salak Rp 150.000,00/bulan. Sama hal
dengan pemasangan telepon, pemancingan Tirta Salak
menyetujui bahwa biaya pemasangan listrik tidak di
masukan ke dalam investasi, melainkan hanya biaya
abodemen dan tagihan per bulan, karena pemancingan ini
sudah melakukan pemasangan listrik (PLN) pada usaha
pemancingannya.
h. Air
Penggunaan air bersih adalah untuk keperluan para
tenaga kerja yang ada di pemancingan Tirta Salak. Air
bersih digunakan untuk minum, mencuci, mandi, dan hal-
hal dibutuhkan oleh tenaga kerja. Pengeluaran untuk
fasilitas ini adalah sebesar Rp 142.000,00/bulan. Sama
hal dengan pemasangan telepon dan listrik, dalam hal ini
65

pihak pemancingan Tirta Salak menyetujui bahwa biaya


pemasangan air tidak dimasukan ke dalam investasi,
melainkan hanya biaya abodemen dan tagihan per bulan
saja, karena pemancingan Tirta Salak sudah melakukan
pemasangan air bersih (PDAM) pada usaha
pemancingannya.

4.4.3.3. Bahan Baku Produksi


Bahan baku produksi terdiri dari dua jenis, yaitu bahan
baku utama dan bahan baku penunjang. Bahan baku utama
merupakan bahan baku yang digunakan sebagai bahan
mentah untuk dilakukannya proses produksi dan juga bahan
yang terlibat langsung dalam proses produksi. Sedangkan
bahan baku penunjang merupakan bahan baku yang
menunjang berjalannya proses produksi. Bahan baku utama
yang digunakan dalam pengembangan usaha pemancingan
Tirta Salak adalah :
a. Ikan
Ikan yang digunakan sebagai bahan baku pada
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak adalah
ikan mas dan ikan bawal. Bahan baku tersebut
memiliki ukuran yang berbeda, yaitu 1 kg (6 ekor)
untuk ikan dan 1 kg (8 ekor) untuk ikan bawal. Bahan
baku yang dibutuhkan untuk 1 periode produksi adalah
sebanyak 1.600 kg untuk ikan mas dan 600 kg untuk
ikan bawal. Bahan baku tersebut dibeli dengan harga
Rp 10.200,00/kg untuk ikan mas dan Rp 7.000,00/kg
untuk ikan bawal. Bahan baku ikan memiliki umur
ekonomis selama 1 kali periode produksi (1 bulan).
b. Pakan
Pakan yang digunakan dalam proses produksi
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak terdiri
66

dari tiga jenis pakan, yaitu pakan buatan berupa pellet


dan pakan alami berupa keong mas, plankton-plankton,
dan sampah sisa rumah makan. Pakan buatan (pellet)
yang digunakan adalah SINTA dengan harga
Rp 6.000,00/kg. Pellet yang dibutuhkan untuk satu
periode produksi 15.840 kg. Sedangkan untuk pakan
alami berupa keong mas didapatkan dengan harga Rp
2.500,00/1 kg. Keong mas yang dibutuhkan untuk satu
periode produksi 15.840 kg. Untuk pakan berupa
sampah sisa rumah makan, pemancingan Tirta Salak
memperoleh dari rumah makan-rumah makan yang ada
disekitar lokasi. Dalam hal ini, pemancingan Tirta
Salak harus membayar Rp 100.000,00/bulan untuk
berlangganan kepada rumah makan untuk dikirim
sampah sisa rumah makan per harinya.
c. Obat
Obat berfungsi untuk menyehatkan ikan yang
terkena penyakit. Obat yang digunakan oleh
pemancingan Tirta Salak pada proses produksinya
adalah Blicth Ich. Obat tersebut didapat dari
perusahaan-perusahaan perikanan. Obat yang
dibutuhkan oleh pemancingan Tirta Salak dalam satu
periode produksi adalah sebanyak 1 botol, dengan harga
Rp 10.000,00/botol.
Sedangkan untuk bahan baku penunjang adalah :
a. Kapur
Kapur berfungsi sebagai bahan untuk membantu
memperbaiki tingkat keasaman (pH) dan memberantas
penyakit, serta hama. Kapur yang diperlukan oleh
pemancingan Tirta Salak 30 kg untuk 1 kali periode
produksi, dengan harga Rp 5.000,00/kg.
67

b. Pupuk
Pupuk berfungsi untuk menumbuhkan pakan alami
berupa plankton-plankton dan munculnya zat-zat hara
yang berfungsi menyuburkan perairan. Pupuk yang
digunakan terdiri dari tiga jenis, yaitu TSP, urea dan
kandang. Pupuk TSP dan Urea yang dibutuhkan untuk
satu kali periode produksi 1 kg, dengan harga Rp Rp
8.000,00/kg. Sedangkan untuk pupuk kandang,
dibutuhkan 50 kg, dengan harga Rp 2.000,00/kg.
c. Garam
Garam berfungsi untuk menetralisir air. Garam
yang digunakan oleh pemancingan Tirta Salak adalah
garam khusus yang biasa disebut garam laut. Garam
yang dibutuhkan untuk satu kali periode produksi
adalah sebanyak 10 kg, dengan harga Rp 6.000,00/kg.
d. Plankton Catalyst
Plankton catalyst berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan plankton-plankton pada kolam. Plankton
catalyst yang dibutuhkan untuk satu kali periode
periode produksi 6 bungkus, dengan harga
Rp 85.000,00/bungkus.

4.4.3.4. Lokasi Budidaya


Lokasi budidaya pemancingan Tirta Salak berada
pada satu lokasi dengan tempat pemancingan. Lokasi
budidaya yang baik sebaiknya memenuhi beberapa
persyaratan yang meliputi persyaratan sosial, ekonomis,
dan teknis (www.goecities.com, 2008b). Persyaratan sosial
adalah sebagai berikut :
a. Kelestarian lingkungan sekitar lokasi dapat dijaga.
Maksudnya, lokasi budidaya yang digunakan tidak
merusak lingkungan yang sudah ada.
68

b. SDA sekitar lokasi dapat digunakan. Maksudnya,


penyediaan sarana dan prasarana tidak perlu mencari ke
daerah lain.
c. Penduduk sekitar lokasi dapat digunakan sebagai tenaga
kerja. Maksudnya, orang-orang yang bekerja dalam
usaha berasal dari lingkungan sekitar sehingga dapat
mengurangi pengangguran.
d. Ada dampak positif bagi masyarakat sekitar.
e. Keamanan terjamin atau tidak terganggu oleh orang-
orang yang tidak bertanggung jawab.
Lokasi budidaya pemancingan Tirta Salak termasuk
memenuhi semua persyaratan yang telah dikemukakan.
Sumber daya yang digunakan oleh pemancingan Tirta
Salak, baik dalam hal sarana dan prasarana budidaya
maupun tenaga kerja, berasal dari lingkungan sekitar lokasi
usaha. Selain itu, pemancingan Tirta Salak, baik dalam
melestarikan dan tidak merusak lingkungan, karena
awalnya lokasi pemancingan Tirta Salak merupakan tempat
pembuangan sampah, sehingga mengakibatkan lingkungan
menjadi kotor dan kumuh.
Pelaksanaan kegiatan tidak merusak lingkungan
sekitar, melainkan membantu dalam pengaturan air.
Contohnya, di lokasi pemancingan Tirta Salak awal
seringkali terjadi banjir yang disebabkan meluapnya air
sungai (kali) karena tersumbat oleh sampah. Dengan
adanya lokasi pemancingan Tirta Salak dan juga tempat
budidaya, maka air sungai akan terkontrol dan dapat untuk
mengairi sawah di sekitar kolam.
Kegiatan ini berdampak positif bagi masyarakat sekitar.
Contohnya, ketika pemancingan Tirta Salak akan
melakukan proses persiapan kolam dan pemanenan,
pemancingan Tirta Salak akan merekrut para pemuda
69

sekitar untuk membantu dengan imbalan upah secara


borongan. Selain itu, pemancingan Tirta Salak, baik dalam
segi keamanan karena adanya rasa gotong royong dan
kerjasama antara pihak pemancingan Tirta Salak dengan
masyarakat sekitar, sehingga dapat meminimalisir
kemungkinan tindakan kriminal.
Persyaratan ekonomis adalah :
a. Lokasi dekat dengan derah pemasaran.
b. Lokasi tidak jauh dari pusat kota, agar sarana produksi
mudah diperoleh dan harganya tidak terlalu mahal.
c. Terdapat prasarana jalan yang baik dan sarana angkutan
yang memadai, sehingga kegiatan pengangkutan sarana
produksi dan pemasaran hasil akan lebih cepat.
d. Sarana produksi dan peralatan mudah didapat, sehingga
bila dibutuhkan segera dapat diperoleh.
e. Fasilitas, seperti telepon, lancar agar mudah dalam
mencari informasi dan sarana produksi.
Lokasi budidaya pemancingan Tirta Salak tidak jauh
dari dari daerah pemasarannya, karena daerah pemasaran
pemancingan Tirta Salak berada di satu wilayah, yaitu
Kecamatan Ciomas. Jarak lokasi pemancingan Tirta Salak
ke Kotamadya Bogor dapat ditempuh dalam waktu 15
menit. Alat transportasi yang dapat digunakan adalah
kendaraan roda empat dan roda dua. Setiap harinya
kendaraan umum roda empat melintas di Kecamatan
Ciomas selama 24 jam, dengan biaya Rp 2.000,00,
(tergantung jaraknya). Fasilitas lainnya, seperti jalan,
telepon, dan listrik berada pada kondisi yang baik untuk
digunakan. Secara umum, wilayah Kecamatan Ciomas
termasuk mudah dijangkau.
70

Persyaratan teknis adalah :


a. Mutu air harus baik dan tidak tercemar limbah industri.
b. Lokasi budidaya berada pada daerah aliran air sehingga
terjadi sirkulasi air yang baik.
c. Lokasi budidaya berada di daerah yang bebas angin
kencang.
Kecamatan Ciomas merupakan daerah yang berada
dekat dengan Gunung Salak. Karena berada di dekat
Gunung Salak, tersedianya air di Kecamatan Ciomas masih
melimpah. Tidak hanya itu, lokasi pemancingan Tirta
Salak di apit oleh 2 sungai kecil yang memiliki aliran air
yang deras, sehingga untuk pasokan air sangat baik dalam
melakukan budidaya kolam air deras dan karamba. Selain
itu, lokasi pemancingan Tirta Salak berada di daerah bebas
angin kencang dengan curah hujan mencapai 4.671 mm per
tahun dan rataan suhu 24,9o 25,8o C.

4.4.3.5. Layout Produksi


Pemancingan Tirta Salak memiliki layout produksi
yang ideal dalam melakukan budidaya kolam air deras dan
karamba. Layout produksi yang baik berguna dalam
efisiensi produksi, karena dengan memiliki layout produksi
yang baik maka kinerja proses produksi akan berjalan
dengan optimal.
Layout diperlukan dalam perusahaan, karena :
a. Adanya perubahan desain produk
b. Adanya produk baru.
c. Adanya perubahan volume permintaan.
d. Lingkungan kerja yang tidak memuaskan.
e. Fasilitas produksi yang ketinggalan jaman.
f. Penghematan biaya.
g. Adanya kecelakaan dalam proses produksi.
71

h. Pemindahan lokasi pasar/konsentrasi terhadap pasar.


Tidak hanya itu, dalam penyusunan layout harus
memenuhi kriteria-kriteria penyusunan layout. Kriteria
tersebut, adalah :
a. Jarak angkut yang minimum.
b. Penggunaan ruang yang efektif.
c. Keselamatan barang-barang yang diangkut.
d. Fleksibel.
e. Kemungkinan ekspansi masa depan.
f. Biaya diusahakan serendah mungkin.
g. Aliran material yang baik.
Dengan memenuhi kriteria tersebut, maka penyusunan
layout pun akan berjalan dengan dengan baik
a
(www.geocities.com, 2008 ). Layout produksi yang dibuat
oleh pemancingan Tirta Salak dalam pengembangan usaha
di bidang budidaya kolam air deras meliputi yang dimuat
pada Gambar 3.

Gambar 3. Layout produksi pengembangan usaha


pemancingan Tirta Salak.
72

Keterangan :
1. Pintu
2. Kolam pemancingan besar
3. Kantor dan kantin
4. Kolam pemancingan kecil
5. Kolam penampungan pemancingan
6. Mushola
7. Pintu
8. Kolam air deras ikan mas
9. Kolam air deras ikan bawal
10. Pondok jaga
11. Karamba (ikan mas dan bawal)
12. Kolam penampungan
13. Kolam pengobatan
14. Sungai
15. Jembatan

4.4.4. Analisis Aspek Manajemen


Aspek manajemen pada pengembangan usaha pemancingan
Tirta Salak yang dibahas adalah sebagai berikut :
a. Perizinan
Pemancingan Tirta Salak merupakan suatu usaha kecil dan
menengah yang bergerak dibidang jasa perikanan. Untuk
perizinan usahanya, pemacingan Tirta Salak hanya memiliki Surat
Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan ijin dari pihak Kecamatan
Ciomas dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
b. Kepemilikan
Pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ke arah
budidaya kolam air deras dan karamba ini masih di bawah
kepemilikan Bapak Hendra Buana. Pemancingan Tirta Salak
merupakan usaha perorangan yang seluruh modal di tanggung
oleh pemilik usaha. Walau demikian, pemilik pemancingan Tirta
73

Salak tidak selalu ikut dalam pengelolaan usahanya, tetapi hanya


ikut dalam penyetujuan dana untuk pemancingan Tirta Salak.
c. Struktur Organisasi
Pada usaha pemancingan Tirta Salak, struktur organisasi yang
digunakan adalah struktur organisasi lini atau garis. Struktur
organisasi ini merupakan ketetapan dari pihak pemancingan Tirta
Salak dari awal pendirian usaha, struktur organisasi ini masih
dipakai sampai saat ini. Alasan dari pemancingan Tirta Salak
menggunakan struktur organisasi lini atau garis adalah struktur
organisasi ini dapat memudahkan pemancingan Tirta Salak dalam
merencanakan, mengorganisasikan, mengendalikan dan
melakukan pengontrolan, sehingga pengambilan keputusan dapat
dilakukan dengan cepat.
Struktur organisasi lini atau garis pada kepengurusan resmi
pemancingan Tirta Salak terdiri dari seorang pemilik, pengelola,
keuangan dan administrasi, bagian pengadaan bahan baku dan
bagian pelayanan pemancingan. Dalam hal ketenagakerjaan,
pemancingan Tirta Salak meminta peneliti untuk memasukan
seluruh tenaga kerja pada pengembangan usaha yang dilakukan
oleh pemancingan Tirta Salak. Oleh sebab itu, tenaga kerja yang
ada pada penelitian ini adalah tenaga kerja dari mulai bagian
khusus pemancingan hingga ke produksi budidaya.
Dalam kepengurusan pemancingan Tirta Salak, pemilik
pemancingan Tirta Salak turut serta dalam kepengurusan
usahanya. Hal ini disebabkan pemilik pemancingan Tirta Salak
sudah melakukannya dari awal berdirinya pemancingan Tirta
Salak, maka dalam penelitian ini pemilik usaha di masukan ke
dalam bagian struktur organisasi.
74

PEMILIK

PENGELOLA

KEUANGAN BAGIAN BAGIAN


& PENGADAAN PELAYANAN
ADMINISTRASI BAHAN PEMANCINGAN
BAKU

Gambar 4. Struktur organisasi pemancingan Tirta Salak pada


awal berdiri.

Pada pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak, struktur


organisasi pemancingan Tirta Salak mengalami perubahan.
Perubahan itu terjadi karena ada penambahan tenaga kerja.
Penambahan tenaga kerja tersebut merupakan hal yang diperlukan
dalam pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ke arah
budidaya kolam air deras dan karamba. Tidak hanya itu, pemilik
pemancingan Tirta Salak tidak masuk ke dalam bagian struktur
organisasi, karena pemilik menyerahkan seluruh sistem
kepengurusan pemancingan Tirta Salak kepada pengelola.
Alasannya, apabila pengembangan usaha ke arah budidaya kolam
air deras dan karamba bejalan, pemilik akan melakukan
pembuatan usaha baru di bidang usaha yang lain. gambar struktur
organisasi pemancingan Tirta Salak pada saat pengembangan
usaha seperti yang disajikan pada Gambar 5.
75

PENGELOLA

KEUANGAN PRODUKSI & PEMASARAN


& PELAYANAN
ADMINISTRASI PEMANCINGAN

PELAYANAN PELAKSANA
PEMANCINGAN BUDIDAYA

Gambar 5. Struktur organisasi pemancingan Tirta Salak pada


pengembangan Usaha

d. Deskripsi Pekerjaan
Struktur organisasi lini atau garis yang telah dijelaskan
memudahkan atasan dalam memberikan perintah secara langsung
dengan pembagian kerja yang sederhana. Deskripsi pekerjaan
yang ada di pemancingan Tirta Salak.
1) Pengelola merupakan posisi tertinggi dalam pengembangan
usaha pemancingan Tirta Salak. Pengelola memiliki tugas
yang diantaranya mengelola usaha, memimpin tenaga kerja dan
memberikan kebijakan-kebijakan yang ada di dalam
pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak. Tidak hanya
itu, Pengelola bertugas mengelola, menjalankan dan
mengkoordinir kegiatan dan jalannya perusahaan, serta
menjalin atau menjaga hubungan baik dengan perusahaan lain
dan konsumen. Pengelola memegang seluruh kebijakan yang
ada di perusahaan, termasuk urusan manajerial, administrasi
dan keuangan perusahaan. Pengelola bertanggungjawab
kepada pemilik perusahaan dan tenaga kerja. Wewenang
pengelola adalah menentukan kegiatan perusahaan,
menentukan arah perusahaan, memecat tenaga kerja, mengatur
kompensasi tenaga kerja dan kebijakan perusahaan.
76

2) Keuangan dan Administrasi bertugas mencatat jurnal keuangan


perusahaan, meliputi jurnal pembelian, jurnal penjualan,
melakukan rekapitulasi pada akhir periode, membenahi
administrasi perusahaan dan melakukan pembayaran kepada
pihak pemasok. Tidak hanya itu, tugas dari bagian keuangan
dan administrasi juga menangani masalah pembayaran gaji
tenaga kerja, sehingga pemberian gaji kepada tenaga kerja
berjalan dengan lancar.
3) Pemasaran bertugas dalam hal komunikasi harga ikan di pasar
dan koordinasi penjualan hasil panen atau produksi.
4) Produksi dan Pelayanan Pemancingan bertugas dalam hal
pengadaan alat-alat yang dibutuhkan dalam proses budidaya,
pembinaan teknis budidaya, pemantauan proses budidaya,
seleksi sarana produksi. Tidak hanya itu, bagian produksi dan
pelayanan pemancingan bertugas dalam proses berjalannya
pemancingan dan bertanggungjawab atas ketersediaan stok
ikan untuk pemancingan, serta budidaya.
5) Pelayanan Pemancingan bertugas dalam melayani konsumen
(pemancing) agar merasa nyaman dalam memancing.
Pelayanan pemancingan juga bertugas memenuhi kesegala
kebutuhan konsumen (pemancing) dalam hal teknis
memancing.
6) Pelaksana Budidaya bertugas dalam hal teknis budidaya, yaitu
dalam hal pemeliharan ikan sampai dengan proses pasca panen.
Pelaksanan produksi juga bekerjasama dengan pihak
pemasaran dalam proses penjualan.
e. Sistem Kompensasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terlibat pada pengembangan usaha
budidaya kolam air deras dan karamba di pemancingan Tirta
Salak merupakan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja kerja ini
memperoleh gaji dengan jumlah yang tetap dan diberikan setiap
awal bulan. Gaji yang diberikan kepada tenaga kerja adalah mulai
77

dari Rp 2.000.000,00 - Rp 600.000,00 per bulan. Pemancingan


Tirta Salak tidak hanya memberikan gaji, tetapi juga memberikan
uang makan dan bonus per bulan, tetapi memberikan tunjangan
hari raya (THR) kepada tenaga kerjanya. THR tersebut diberikan
pada saat hari Idul Fittri, yaitu sebesar satu kali gaji. Tabel 10
menjelaskan klasifikasi sistem kompensasi di pemancingan Tirta
Salak.
Tabel 10. Klasifikasi sistem kompensasi pemancingan Tirta Salak
Gaji THR Bonus
No Jabatan (Rp) / (Rp) / (Rp) /
Bulan tahun Bulan
1 Pengelola 2.000.000 2.000.000 500.000
2 Keuangan & administrasi 1.200.000 1.200.000 300.000
3 Pemasaran 1.000.000 1.000.000 300.000
4 Produksi & PP 1.000.000 1.000.000 300.000
5 Pelayan pemancingan 600.000 600.000 200.000
6 Pelaksana produksi 600.000 600.000 200.000

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat


disimpulkan bahwa aspek manajemen pada pengembangan usaha
yang dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak ini memungkinkan
pihak pemancingan ini mengorganisasikan, melaksanakan
maupun mengendalikan usahanya dengan baik. Dengan
demikian, aspek manajemen pada pengembangan usaha ini
termasuk kategori layak.
f. Sistem Penerimaan Tenaga Kerja
Dalam hal ketenagakerjaan, proses pencarian tenaga kerja
yang dilakukan oleh pemancingan adalah mencari seseorang dalam
keluarga yang belum bekerja. Hal itu dilakukan, karena
pemancingan Tirta Salak merupakan usaha keluarga. Pemancingan
Tirta Salak pun tidak hanya mencari tenaga kerja dari dalam
keluarga, tetapi juga mencari tenaga kerja dari masyarakat sekitar.
Hal tersebut dilakukan oleh pemancingan Tirta Salak dengan
tujuan mengurangi tingkat pengangguran di wilayah lokasi
pemancingannya.
78

Proses penerimaan tenaga kerja yang dilakukan oleh


pemancingan Tirta Salak dapat dikatakan cukup selektif. Hal
tersebut dilakukan agar pemancingan Tirta Salak mendapatkan
tenaga kerja yang ahli di bidangnya dan memiliki kejujuran.
Proses penerimaan tenaga kerja yang dilakukan oleh pemancingan
Tirta Salak terdiri dari wawancara dan tes kerja. Wawancara
dilakukan agar pemancingan Tirta Salak dapat mengetahui
keseriusan calon tenaga kerja untuk bekerja di pemancingan Tirta
Salak. Sedangkan tes kerja dilakukan untuk mengetahui sejauh-
mana calon tenaga kerja memiliki keahlian di bidang yang
dibutuhkan oleh pemancingan Tirta Salak. Tes kerja yang
diberikan oleh pemancingan Tirta Salak adalah selama 1 bulan,
tetapi apabila dalam 1 ininggu calon tenaga kerja dirasa telah
mampu untuk bekerja, maka tes kerja akan berakhir pada saai itu.
g. Peraturan dan Sanksi Kerja
Peraturan yang diterapkan oleh pemancingan Tirta Salak
adalah :
1) Jam kerja mulai dari pukul 08.00 - 17.00 WIB untuk pengelola,
keuangan dan administrasi, pemasaran, serta produksi dan
pelayanan pemancingan.
2) Untuk pelayanan pemancingan dan pelaksana produksi, jam
kerja terdiri atas jam kerja pagi mulai pukul 08.00 - 16.00 WIB
jam kerja sore mulai pukul 16.00 - 00.00 WIB, dan jam kerja
malam mulai pukul 00.00 - 08.00 WIB.
3) Berpakaian rapid dan sopan, dimana untuk bagian produksi
diharuskan mengenakan sepatu boot yang telah disediakan oleh
pemancingan Tirta Salak.
4) Untuk setiap tenaga kerja diharuskan selalu menjaga
kebersihan dan menjaga kenyaman konsumen.
5) Setiap tenaga kerja dilarang untuk masuk terlambat.
6) Setiap tenaga kerja dilarang untuk mencuri atau mengambil
hal-hal yang merupakan milik pemancingan Tirta Salak.
79

7) Setiap tenaga kerja dilarang untuk mencuri dan memakai


narkoba, serta minum-minuman keras.
Sedangkan untuk sanksi-sanksi kerja yang diterapkan oleh
pemancingan Tirta Salak adalah pemotongan gaji, apabila sering
kali melakukan kesalahan atau pelanggaran-pelanggaran.
h. Sistem Pemutusan Tenaga Kerja
Pemutusan hubungan kerja dilakukan apabila tenaga kerja
diketahui melakukan pelanggaran kerja yang sangat berat.
Pelanggaran tersebut adalah melakukan pencurian, berbuat kriminal
dan memakai narkoba, serta minum-minuman keras.

4.4.5. Aspek Dampak Usaha


Pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak ke arah
budidaya kolam air deras dan karamba ini akan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat akan mengkonsumsi ikan yang bermutu baik
dengan harga yang dapat dijangkau. Dampak dari pengembangan
usaha ini adalah terpenuhi kebutuhan masyarakat, meningkatnya
motivasi berwirausaha, pengembangan ekonomi desa dan pembukaan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kecamatan Ciomas.
Antisipasi dampak lingkungan yang dihasilkan oleh budidaya
kolam air deras dan karamba seperti aroma bau amis dan sisa pakan
ikan, membuat pengelola mempertimbangkan lokasi yang tepat.
Lokasi yang tepat untuk pendirian kolam budidaya kolam air deras
dan karamba direncanakan akan berada di samping tempat
pemancingan Tirta Salak, karena lokasi tersebut di apit oleh dua
sungai kecil yang memiliki aliran air deras dan tidak berdekatan
dengan perumahan warga, sehingga tidak menimbulkan gangguan
kepada masyarakat.
80

4.5. Rekomendasi Tahapan Implementasi Pengembangan Usaha


Pengembangan usaha budidaya kolam air deras dan karamba dapat
direalisasikan, apabila pemilik memiliki kesungguhan dalam
melaksanakannya. Kesungguhan dan keyakinan yang dimiliki oleh pemilik
untuk melakukan pengembangan usaha merupakan modal utama. Dalam
mengatasi permasalahan dalam permodalan, pemilik sebaiknya
mensosialisasikan rencana usaha yang dibuat sehingga ada investor yang
tertarik untuk menanamkan modalnya, dengan kata lain pemilik tidak perlu
memakai dana pribadi untuk mengatasi masalah permodalan.
Pemilik perlu mempersiapkan kondisi internanya, yaitu kesiapan bagian
pemasaran dalam memasarkan atau menginformasikan produk yang akan
dihasilkan, kesiapan bagian keuangan dan administrasi untuk membentuk
sistem pencatatan yang baik, agar memudahkan untuk menghitung
keuntungan dan kerugian, kecepatan untuk membuat keputusan dan kesiapan
bagian produksi yaitu mampu memenuhi permintaan yang diinginkan oleh
konsumen dalam kapasitas hasil produksi. Kesiapan ini dapat dipenuhi
dengan melakukan pelatihan manajerial.
Pemilik harus mengurus masalah perizinan dan legalitas, serta meminta
rekomendasi dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor atau
Dinas Agribisnis Kabupaten Bogor agar pengembangan usaha yang akan
dibuat diakui keberadaannya. Adanya pengakuan memiliki keuntungan,
yaitu mendapatkan proteksi atau perlindungan dari pemerintah, bantuan,
pelatihan, serta berbagai informasi yang dapat menguntungkan dan
mengembangankan usaha menjadi lebih besar lagi.Apabila usaha telah
berjalan, maka pemilik harus menginstruksikan pengelola untuk memberikan
pelayanan terbaikkepada konsumen, sehingga menciptakan kepuasan.
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
a. Kondisi usaha pemancingan Tirta Salak untuk saat ini mengalami
kemunduran yang ditandai dengan penurunan pendapatan, maka
pemilik pemancingan diharapkan dapat melakukan pengembangan
usaha agar dapat mempertahankan usaha pemancingan yang telah
ada dalam rangka memulihkan kondisi keuangan pemancingan
Tirta Salak. Untuk itu dilakukan analisis aspek pasar dan
pemasaran tentang peluang untuk mendirikan usaha budidaya ikan
kolam air deras dan karamba ( 10 ton per minggu), analisis aspek
teknis yang menjelaskan rencana investasi, letak, tata letak,
kapasitas produksi dan proses produksi. Analisis aspek manajemen
dan dampak usaha yang menjelaskan mengenai perizinan,
kepemilikan, struktur organisasi, pembagian tugas, kompensasi,
peraturan dan sanksi, serta pemutusan hubungan kerja.
b. Analisis kelayakan keuangan menghasilkan keuntungan bagi
pemancingan Tirta Salak, apabila melakukan pengembangan usaha
Rp 85.778.467,00, R/C ratio 1,173, dan BEP setelah penerimaan
mencapai Rp 401.734.903,00. Nilai kriteria investasi yang
dihasilkan cukup besar, yaitu NPV bernilai
Rp 270.890.336,00, IRR 57%, Net B/C atau PI adalah 3,117, dan
PBP adalah 2,5 tahun. Semua analisis kelayakan menunjukan
bahwa pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemancingan
Tirta Salak layak untuk didirikan.
c. Dalam analisis sensitivitas, diasumsikan bahwa terjadi kenaikan
pada harga input produksi 6,7% dan penurunan volume penjualan
4,5%. Hasil analisis menyebutkan bahwa pemancingan Tirta Salak
menjadi tidak layak, apabila terjadi kenaikan pada harga input
produksi 6,7% dan penurunan volume penjualan 4,5%. Hal
tersebut dapat diketahui dengan melihat NPV Rp 2,00, IRR 5%
dan Net B/C 1. Dengan hasil yang seperti itu, maka pengembangan
82

usaha yang dilakukan pemancingan Tirta Salak menjadi tidak layak


untuk diimplementasikan.

2. Saran
a. Pemancingan Tirta Salak perlu meningkatkan kemampuannya
dalam memproduksi ikan mas dan bawal kolam air deras dan
karamba melalui pola budidaya yang lebih intensif, agar dapat
memenuhi permintaan pasar yang besar. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan menambah luas areal yang digunakan sebesar
600 m untuk menambah kolam budidaya.
b. Pemancingan Tirta Salak perlu memiliki hubungan erat dengan
Dinas Peternakan dan perikanan Kabupaten Bogor atau dengan
Dinas Agribisnis Kabupaten Bogor, agar dapat memperoleh
informasi-informasi terkini dalam bidang perikanan, yaitu
mengenai teknik budidaya ikan kolam air deras dan karamba, serta
jenis pakan yang baik untuk mempercepat pertumbuhan ikan.
c. Perlu adanya pelatihan mengenai proses budidaya perikanan, yaitu
dengan cara pelatihan tentang tata cara pemijahan sampai dengan
pembesaran ikan budidaya. Hal itu perlu dilakukan apabila
pemancingan Tirta Salak menginginkan pengembangan usaha yang
akan dilakukan berjalan dengan baik, karena pada saat ini tenaga
kerja pemancingan Tirta Salak, khususnya pelaksana produksi
belum memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan
budidaya perikanan secara benar.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2003. Budidaya Ikan Air Tawar. Badan
Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Statistik Perikanan Budidaya


Indonesia 2005. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2007. Data Potensi Sumber Daya Perikanan
di Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2007. Dinas Perikanan Provinsi
Jawa Barat, Bandung

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2007a. Data Produksi dan
Konsumsi Ikan Kabupaten Bogor Tahun 2006 2007.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Bogor

---------- . 2007b. Data Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi Kabupaten Bogor


Tahun 2006 2007. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor, Bogor

--------- . 2007c. Luas Areal dan Jumlah RTP Perikanan Tahun 2007. Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Bogor

Diyaniati, R. 2005. Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Usaha


Pembesaran Ikan Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor. Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Perikanan
dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Perikanan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor

Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT Asdi Mahasatya, Jakarta

Keown, A J. et al. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan,.(Terjemahan).


Salemba Empat, Jakarta.

Perdana, N.A. 2007. Analisis Kelayakan Usaha Secara Partisipatif Pada Usaha
Budidaya Pembesaran Ikan Gurame (Studi Kasus Kelompok Tani Tirta
Maju, Desa Situ Gede). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Rukmana, H. R. 2005. Ikan Gurami : Pembenihan dan Pembesaran. Kanisius :


Yogyakarta.

Susanto, H. 2002. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya, Jakarta.


Tahmid, M. 2005. Studi Kelayakan Pendirian Industri Gelatin Tipe B Berbasis
Tulang Sapi di Indonesia. Skripsi pada Fakultas Teknologi Pertanian.
IPB, Bogor.

Tim Lemtera. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Agromedia
Pustaka, Jakarta.

Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

www.bni.co.id. 2008. Tingkat Suku Bunga Deposito

www.geocities.com. 2008a. Layout Produksi

------- . 2008b. Lokasi Produksi

www.sinica.edu.tw. 2006. Maraknya Pemancingan di Indonesia


Lampiran 1. Rencana kebutuhan fisik pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

TAHUN ANALISIS USAHA


NO ITEM satuan JUMLAH
0 1 2 3 4 5
A BANGUNAN
1 Kolam air deras unit 4 4
2 Kolam penampungan unit 1 1
3 Kolam pengobatan unit 1 1
4 Karamba unit 2 2 4
5 Pondok jaga unit 1 1
6 Pagar unit 1 1
B ALAT DAN PERLENGKAPAN
1 Ember unit 6 6 6 6 6 30
2 Serok unit 6 6 6 6 6 30
3 Hapa unit 6 6 6 6 6 30
4 Timbangan unit 2 2
5 Jeligen timbangan unit 10 10 10 10 10
6 Jeligen angkut unit 10 10 10 10 10
7 Tabung oksigen unit 2 2
8 Whiteboard unit 1 1
9 Alat tulis kantor paket 1 4 4 4 4 17
10 Lemari penyimpanan unit 1 1
11 Plastik kemasan kg 120 120 120 120 120 600
12 Karet gelang kg 18 18 18 18 18 90
C FASILITAS
1 Mobil pickup Unit 1 1
D ASET BERGERAK
1 Bahan bakar kendaraan Rp/bulan 12 12 12 12 12
2 Isi ulang tabung oksigen Rp/bulan 12 12 12 12 12

86

Lanjutan Lampiran 1.

TAHUN ANALISIS USAHA


NO ITEM satuan JUMLAH
0 1 2 3 4 5
E BAHAN BAKU
1 Bibit ikan (bahan baku)
a Ikan mas (1/6) kg 17.600 19.200 19.200 19.200 19.200
b Ikan bawal (1/8) kg 6.600 7.200 7.200 7.200 7.200
2 Pakan
a Buatan kg 15.840 17.280 17.280 17.280 17.280
b Alami
Keong mas Rp/bulan 15.840 17.280 17.280 17.280 17.280
Sisa rumah makan kg 11 12 12 12 12
3 Obat btl 11 12 12 12 12
4 Kapur kg 360 360 360 360 360
5 Pupuk
a TSP dan Urea kg 12 12 12 12 12
b Kandang kg 600 600 600 600 600
6 Garam Kg 120 120 120 120 120
7 Plankton catalyst Bungkus 72 72 72 72 72
F TENAGA KERJA
Gaji
1 Pengelola org 12 12 12 12 12
2 Keuangan dan Administrasi org 12 12 12 12 12
3 Pemasaran org 12 12 12 12 12
4 Produksi dan P. pemancingan org 12 12 12 12 12
5 Pelayan pemancingan org 36 36 36 36 36
6 Pelaksana produksi org 36 36 36 36 36
Bonus org
1 Pengelola org 12 12 12 12 12
2 Keuangan dan Administrasi org 12 12 12 12 12
3 Pemasaran org 12 12 12 12 12
4 Produksi dan P. pemancingan org 12 12 12 12 12

87

Lanjutan Lampiran 1.

TAHUN ANALISIS USAHA


NO satuan JUMLAH
0 1 2 3 4 5
5 Pelayan pemancingan org 36 36 36 36 36
6 Pelaksana produksi org 36 36 36 36 36
Tunjangan Hari Raya (THR) org
1 Pengelola org 1 1 1 1 1
2 Keuangan dan Administrasi org 1 1 1 1 1
3 Pemasaran org 1 1 1 1 1
4 Produksi dan P. pemancingan org 1 1 1 1 1
5 Pelayan pemancingan org 3 3 3 3 3
6 Pelaksana produksi org 3 3 3 3 3
KETERANGAN : WAKTU BUDIDAYA = 1 PANEN/BULAN
DILAKUKAN PEMBULATAN ANGKA

88

Lampiran 2. Daftar harga barang pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

TAHUN ANALISIS USAHA


NO ITEM Satuan
0 1 2 3 4 5
(1000XRp/satuan)
A BANGUNAN
1 Kolam air deras unit 5.000
2 Kolam penampungan unit 3.000
3 Kolam pengobatan unit 3.000
4 Karamba unit 700 700
5 Pondok jaga unit 5.000
6 Pagar unit 10.000
B ALAT DAN PERLENGKAPAN
1 Ember unit 7 7 7 7 7
2 Serok unit 20 20 20 20 20
3 Hapa unit 300 300 300 300 300
4 Timbangan unit 250
5 Jeligen timbangan unit 35 35 35 35 35
6 Jeligen angkut unit 30 30 30 30 30
7 Tabung oksigen unit 3.000
8 Whiteboard unit 350
9 Alat tulis kantor paket 100 100 100 100 100
10 Lemari penyimpanan unit 1.000
11 Plastik kemasan kg 30 30 30 30 30
12 Karet gelang kg 5 5 5 5 5
C FASILITAS
1 Mobil pickup Unit 75.000
D ASET BERGERAK
1 Bahan bakar kendaraan Rp/bulan 200 200 200 200 200
2 Isi ulang tabung oksigen Rp/bulan 100 100 100 100 100

89

Lanjutan Lampiran 2.

TAHUN ANALISIS USAHA


NO ITEM Satuan
0 1 2 3 4 5
E BAHAN BAKU
1 Bibit ikan (bahan baku)
a Ikan mas (1/6) kg 10,2 10,2 10,2 10,2 10,2
b Ikan bawal (1/8) kg 7 7 7 7 7
2 Pakan
a Buatan kg 6 6 6 6 6
b Alami
Keong mas Rp/bulan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Sisa rumah makan kg 100 100 100 100 100
3 Obat btl 10 10 10 10 10
4 Kapur kg 5 5 5 5 5
5 Pupuk
a TSP dan Urea kg 8 8 8 8 8
b Kandang kg 2 2 2 2 2
6 Garam Kg 6 6 6 6 6
7 Plankton catalyst Bungkus 85 85 85 85 85
F TENAGA KERJA
Gaji
1 Pengelola org 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
2 Keuangan dan Administrasi org 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200
3 Pemasaran org 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
4 Produksi dan P. pemancingan org 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
5 Pelayan pemancingan org 600 600 600 600 600
6 Pelaksana produksi org 600 600 600 600 600
Bonus org
1 Pengelola org 500 500 500 500 500
2 Keuangan dan Administrasi org 300 300 300 300 300

90

Lanjutan Lampiran 2.

TAHUN ANALISIS USAHA


NO ITEM Satuan
0 1 2 3 4 5
3 Pemasaran org 300 300 300 300 300
4 Produksi dan P. pemancingan org 300 300 300 300 300
5 Pelayan pemancingan org 200 200 200 200 200
6 Pelaksana produksi org 200 200 200 200 200
Tunjangan Hari Raya (THR) org
1 Pengelola org 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
2 Keuangan dan Administrasi org 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200
3 Pemasaran org 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
4 Produksi dan P. pemancingan org 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
5 Pelayan pemancingan org 600 600 600 600 600
6 Pelaksana produksi org 600 600 600 600 600

91

Lampiran 3. Rencana kebutuhan dana pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM satuan
0 1 2 3 4 5
A BANGUNAN
1 Kolam air deras unit 20.000.000
2 Kolam penampungan unit 3.000.000
3 Kolam pengobatan unit 3.000.000
4 Karamba unit 1.400.000 1.400.000
5 Pondok jaga unit 5.000.000
6 Pagar unit 10.000.000
B ALAT DAN PERLENGKAPAN
1 Ember unit 42.000 42.000
2 Serok unit 120.000 120.000
3 Hapa unit 1.800.000 1.800.000
4 Timbangan unit 500.000
5 Jeligen timbangan unit 350.000 350.000
6 Jeligen angkut unit 300.000 300.000
7 Tabung oksigen unit 6.000.000
8 Whiteboard unit 350.000
9 Alat tulis kantor paket 100.000 400.000 400.000 400.000 400.000
10 Lemari penyimpanan unit 1.000.000
11 Plastik kemasan kg 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
12 Karet gelang kg 90.000 90.000 90.000 90.000 90.000
C FASILITAS
1 Mobil pickup Unit 75.000.000
D ASET BERGERAK
1 Bahan bakar kendaraan Rp/bulan 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
2 Isi ulang tabung oksigen Rp/bulan 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000

92

Lanjutan Lampiran 3.

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM satuan
0 1 2 3 4 5
E BAHAN BAKU
1 Bibit ikan (bahan baku)
a Ikan mas (1/6) kg 112.200.000 122.400.000 122.400.000 122.400.000 122.400.000
b Ikan bawal (1/8) kg 30.800.000 33.600.000 33.600.000 33.600.000 33.600.000
2 Pakan
a Buatan kg 95.040.000 103.680.000 103.680.000 103.680.000 103.680.000
b Alami
Keong mas Rp/bulan 1.100.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Sisa rumah makan kg 39.600.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000
3 Obat btl 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
4 Kapur kg 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
5 Pupuk
a TSP dan Urea kg 96.000 96.000 96.000 96.000 96.000
b Kandang kg 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
6 Garam Kg 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000
7 Plankton catalyst Bungkus 6.120.000 6.120.000 6.120.000 6.120.000 6.120.000
F TENAGA KERJA
Gaji
1 Pengelola org 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
2 Keuangan dan Administrasi org 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
3 Pemasaran org 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
4 Produksi dan P. pemancingan org 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
5 Pelayan pemancingan org 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000
6 Pelaksana produksi org 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000

93

Lanjutan Lampiran 3.

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM satuan
0 1 2 3 4 5
Bonus
1 Pengelola org 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
2 Keuangan dan Administrasi org 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
3 Pemasaran org 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
4 Produksi dan P. pemancingan org 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
5 Pelayan pemancingan org 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
6 Pelaksana produksi org 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Tunjangan Hari Raya (THR)
1 Pengelola org 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
2 Keuangan dan Administrasi org 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
3 Pemasaran org 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
4 Produksi dan P. pemancingan org 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
5 Pelayan pemancingan org 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
6 Pelaksana produksi org 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
JUMLAH RENCANA DANA 127.962.000 441.686.000 470.038.000 467.426.000 468.826.000

94

Lampiran 4. Rencana penerimaan pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

NO (A) (B)
ITEM HARGA TAHUN ANALISIS (Rp)
(Rp) (A x B)
A Produk ikan mas 0 1 2 3 4 5
1 Kolam air deras 13.500 - 400.950.000 437.400.000 437.400.000 437.400.000 437.400.000
2 Karamba 12.500 - 26.125.000 28.500.000 28.500.000 28.500.000 28.500.000
B Produk ikan bawal
1 Kolam Air deras 11.500 - 151.800.000 165.600.000 165.600.000 165.600.000 165.600.000
2 Karamba 10.500 - 29.221.500 31.878.000 31.878.000 31.878.000 31.878.000
TOTAL PENERIMAAN 608.096.500 663.378.000 663.378.000 663.378.000 663.378.000

Keterangan :
Penerimaan produk kolam air deras tahun pertama untuk : Penerimaan produk kolam air deras tahun ke 2 5 untuk :
- Ikan mas : 29.700 kg - Ikan mas : 32.400 kg
- Ikan bawal : 13.200 kg - Ikan bawal : 14.400 kg
Penerimaan produk karamba tahun pertama untuk :
- Ikan mas : 2.090 kg - Ikan mas : 2.280 kg
- Ikan bawal : 2.738 kg - Ikan bawal : 3.036 kg
Dalam hal ini, produksi tahun pertama hanya terdiri atas 11 bulan atau 11 periode produksi, dikarenakan pada bulan pertama merupakan
awal proses penanaman. Sedangkan untuk tahun ke 2 5, proses produksi sudah berjalan teratur, sehingga terdapat 12 kali periode
produksi.

95

Lampiran 5. Rekapitulasi biaya pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

NO ITEM SATUAN HARGA U. EK TAHUN ANALISIS USAHA


(Rp) (Tahun) (Rp)
0 1 2 3 4 5

A BIAYA INVESTASI
1 Kolam air deras unit 5.000.000 15 20.000.000
2 Kolam penampungan unit 3.000.000 15 3.000.000
3 Kolam pengobatan unit 3.000.000 15 3.000.000
4 Karamba unit 700.000 3 1.400.000 1.400.000
5 Pagar unit 10.000.000 10 10.000.000
6 Pondok jaga unit 5.000.000 15 5.000.000
7 Mobil unit 75.000.000 10 75.000.000
8 Whiteboard unit 350.000 5 350.000
9 Lemari penyimpanan unit 1.000.000 5 1.000.000
10 Ember unit 7.000 1 42.000 42.000 42.000 42.000 42.000
11 Serok unit 20.000 1 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
12 Hapa unit 300.000 1 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
13 Tabung oksigen unit 3.000.000 10 6.000.000
14 Timbangan unit 250.000 5 500.000
15 Jeligen timbangan unit 35.000 1 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
16 Jelogen angkut unit 30.000 1 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000

B BIAYA TETAP
1 Gaji
Pengelola Rp/bulan 2.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
Keuangan dan administrasi Rp/bulan 1.200.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
Pemasaran Rp/bulan 1.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Produksi dan P. pemancingan Rp/bulan 1.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Pelayanan pemancingan Rp/bulan 600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000
Pelaksana produksi Rp/bulan 600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000
2 Bonus
Pengelola Rp/bulan 500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Keuangan dan administrasi Rp/bulan 300.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000

96


Lanjutan Lampiran 5.

NO ITEM SATUAN HARGA UMUR TAHUN ANALISIS USAHA


(Rp) EKN. (Rp)
(Tahun) 0 1 2 3 4 5

Pemasaran Rp/bulan 2.000,000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000


Produksi dan P. pemancingan Rp/bulan 1.200.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Pelayanan pemancingan Rp/bulan 1.000.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Pelaksana produksi Rp/bulan 1.000.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
3 Tunjangan Hari Raya (THR) 600.000
Pengelola Rp/tahun 600.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Keuangan dan administrasi Rp/tahun 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Pemasaran Rp/tahun 500.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Produksi dan P. pemancingan Rp/tahun 300.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Pelayanan pemancingan Rp/tahun 2.000.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pelaksana produksi Rp/tahun 1.200.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
4 Bahan bakar kendaraan Rp/bulan 1.000.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
5 Biaya penyusutan Rp/tahun 1.000.000 2.233.333 2.233.333 2.233.333 2.233.333 2.233.333
6 Pajak bumi bangunan Rp/tahun 600.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
C BIAYA VARIABEL
1 Bahan baku
Ikan mas kg 10.200 179.520.000 195.840.000 195.840.000 195.840.000 195.840.000
Ikan bawal kg 7.000 46.200.000 50.400.000 50.400.000 50.400.000 50.400.000
2 Pakan
Pakan buatan (pellet) kg 6.000 95.040.000 103.680.000 103.680.000 103.680.000 103.680.000
Keong mas (pakan alami) kg 2.500 39.600.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000

97


Lanjutan Lampiran 5.

NO ITEM SATUAN HARGA UMUR TAHUN ANALISIS USAHA


(Rp) EKN. 0 1 2 3 4 5
(Tahun
)
Sampah sisa rumah makan Rp/bulan 100.000 1.100.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
3 Obat btl 10.000 110.000 120.000 120.000 120.000 120.000
4 Kapur 5.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
5 Pupuk
6 TSP dan urea 8.000 96.000 96.000 96.000 96.000 96.000
7 Kandang 2.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
8 Garam 6.000 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000
9 Plankton Catalyst 85.000 6.120.000 6.120.000 6.120.000 6.120.000 6.120.000
10 Plastik kemasan 30.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
11 Karet gelang 5.000 90.000 90.000 90.000 90.000 90.000
12 Isi ulang tabung oksigen 100.000 1.100.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
13 Tagihan listrik 150.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
14 Tagihan telepon 150.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
15 Tagihan air 142.000 1.704.000 1.704.000 1.704.000 1.704.000 1.704.000
16 Alat tulis kantor 100.000 100.000 400,000 400,000 400,000 400,000

TOTAL BIAYA 127.962.000 532.033.333 568.015.333 568.015.333 569.415.333 568.015.333

98


99

Lampiran 6. Analisis usaha pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

HARGA U.EKN TOTAL


NO ITEM Satuan JML
(Rp) (tahun) (Rp)
A INVESTASI
1 Kolam Air deras unit 5.000.000 4 15 20.000.000
2 Kolam penampungan unit 3.000.000 1 15 3.000.000
3 Kolam pengobatan unit 3.000.000 1 15 3.000.000
4 Karamba unit 700.000 2 3 1.400.000
5 Pagar unit 10.000.000 1 10 10.000.000
6 Pondok jaga unit 5.000.000 1 15 5.000.000
7 Mobil unit 75.000.000 1 10 75.000.000
8 Whiteboard unit 350.000 1 5 350.000
9 Lemari penyimpanan unit 1.000.000 1 5 1.000.000
10 Ember unit 7.000 6 1 42.000
11 Serok unit 20.000 6 1 120.000
12 Hapa unit 300.000 6 1 1.800.000
13 Tabung oksigen unit 3.000.000 2 10 6.000.000
14 Timbangan unit 250.000 2 5 500.000
15 Jeligen timbangan unit 35.000 10 1 350.000
16 Jeligen angkut unit 30.000 10 1 300.000
127.862.000
TOTAL BIAYA INVESTASI (A)
B BIAYA TETAP
1 Gaji
Pengelola Rp 2.000.000 12 24.000.000
Keuangan dan administrasi Rp 1.200.000 12 14.400.000
Pemasaran Rp 1.000.000 12 12.000.000
Produksi dan Rp
P.pemancingan 1.000.000 12 12.000.000
Pelayanan pemancingan Rp 600.000 36 21.600.000
Pelaksanan produksi Rp 600.000 36 21.600.000
2 Bonus
Pengelola Rp 500.000 12 6.000.000
Keuangan dan administrasi Rp 300.000 12 3.600.000
Pemasaran Rp 300.000 12 3.600.000
Produksi dan Rp
P.pemancingan 300.000 12 3.600.000
Pelayanan pemancingan Rp 200.000 36 7.200.000
Pelaksanan produksi Rp 200.000 36 7.200.000
Tunjangan Hari Raya
3 (THR)
Pengelola Rp 2.000.000 1 2.000.000
Keuangan dan administrasi Rp 1.200.000 1 1.200.000
Pemasaran Rp 1.000.000 1 1.000.000
Produksi dan Rp
P.pemancingan 1.000.000 1 1.000.000
Pelayanan pemancingan Rp 600.000 3 1.800.000
Pelaksanan produksi Rp 600.000 3 1.800.000
4 Bahan bakar kendaraan Rp 200.000 12 2.400.000
5 Biaya penyuutan investasi Rp 2.233.333 1 2.233.333
6 Pajak bumi dan bangunan Rp 200.000 1 200.000
TOTAL BIAYA TETAP (B) 150.433.333

100

Lanjutan Lampiran 6.

HARGA U.EKN TOTAL


NO ITEM Satuan JML
(Rp) (tahun) (Rp)
C BIAYA VARIABEL
1 Bahan baku
Ikan mas Kg 10.200 19.200 195.840.000
Ikan bawal Kg 7.000 7.200 50.400.000
2 Pakan
Buatan Kg 6.000 17.280 103.680.000
Alami (keong mas) Kg 2.500 17.280 43.200.000
Sampah sisa rumah makan Rp 100.000 12 1.200.000
3 Obat Btl 10.000 12 120.000
4 Kapur Kg 5.000 360 1.800.000
5 Pupuk
TSP dan Urea Kg 8.000 12 96.000
Kandang Kg 2.000 600 1.200.000
6 Garam Kg 6.000 120 720.000
7 Plankton catalyst Bks 85.000 72 6.120.000
8 Plastik kemasan Kg 30.000 120 3.600.000
9 Karet gelang Kg 5.000 18 90.000
10 Isi ulang tabung oksigen Rp 100.000 12 1.200.000
11 Tagihan listrik Rp 150.000 12 1.800.000
12 Tagihan telepon Rp 150.000 12 1.800.000
13 Tagihan air Rp 142.000 12 1.704.000
14 Alat tulis kantor Rp 100.000 4 400.000
TOTAL BIAYA VARIABEL (C) 414.970.000
D PENERIMAAN
1 Ikan mas air deras Kg 13.500 32.400 437,400,000
2 Ikan bawal air deras Kg 11.500 14.400 165,600,000
3 Ikan mas karamba Kg 12.500 2.280 28,500,000
4 Ikan bawal karamba Kg 10.500 3.036 31,878,000
TOTAL PENERIMAAN 663.378.000
E TOTAL BIAYA (B + C) 565.403.333
F KEUNTUNGAN (E D) 97.974.667
G PAJAK PENDAPATAN (F x %) 12.196.200
H KEUNTUNGAN BERSIH (F G) 85.778.467
I R/C RATIO (D/E) 1,17
J BEP (B/(1 (C/D) 401.734.903

101

Lampiran 7. Analisis usaha per bulan pengembangan usaha pemancingan


Tirta Salak

HARGA U.EKN TOTAL


NO ITEM Satuan JML
(Rp) (tahun) (Rp)
A INVESTASI
1 Kolam Air deras unit 5.000.000 4 15 20.000.000
2 Kolam penampungan unit 3.000.000 1 15 3.000.000
3 Kolam pengobatan unit 3.000.000 1 15 3.000.000
4 Karamba unit 700.000 2 3 1.400.000
5 Pagar unit 10.000.000 1 10 10.000.000
6 Pondok jaga unit 5.000.000 1 15 5.000.000
7 Mobil unit 75.000.000 1 10 75.000.000
8 Whiteboard unit 350.000 1 5 350.000
9 Lemari penyimpanan unit 1.000.000 1 5 1.000.000
10 Ember unit 7.000 6 1 42.000
11 Serok unit 20.000 6 1 120.000
12 Hapa unit 300.000 6 1 1.800.000
13 Tabung oksigen unit 3.000.000 2 10 6.000.000
14 Timbangan unit 250.000 2 5 500.000
15 Jeligen timbangan unit 35.000 10 1 350.000
16 Jeligen angkut unit 30.000 10 1 300.000
127.862.000
TOTAL BIAYA INVESTASI (A)
B BIAYA TETAP
1 Gaji
Pengelola Rp 2.000.000 1 2.000.000
Keuangan dan administrasi Rp 1.200.000 1 1.200.000
Pemasaran Rp 1.000.000 1 1.000.000
Produksi dan Rp
P.pemancingan 1.000.000 1 1.000.000
Pelayanan pemancingan Rp 600.000 3 1.800.000
Pelaksanan produksi Rp 600.000 3 1.800.000
2 Bonus
Pengelola Rp 500.000 1 500.000
Keuangan dan administrasi Rp 300.000 1 300.000
Pemasaran Rp 300.000 1 300.000
Produksi dan Rp
P.pemancingan 300.000 1 300.000
Pelayanan pemancingan Rp 200.000 3 600.000
Pelaksanan produksi Rp 200.000 3 600.000
Tunjangan Hari Raya
3 (THR)
Pengelola Rp 2.000.000
Keuangan dan administrasi Rp 1.200.000
Pemasaran Rp 1.000.000
Produksi dan Rp
P.pemancingan 1.000.000
Pelayanan pemancingan Rp 600.000
Pelaksanan produksi Rp 600.000
4 Bahan bakar kendaraan Rp 200.000 1 200.000
5 Biaya penyuutan investasi Rp 2.233.333
6 Pajak bumi dan bangunan Rp 200.000
TOTAL BIAYA TETAP (B) 11.600.000

102

Lanjutan Lampiran 7.

HARGA U.EKN TOTAL


NO ITEM Satuan JML
(Rp) (tahun) (Rp)
C BIAYA VARIABEL
1 Bahan baku
Ikan mas Kg 10.200 1.600 16.320.000
Ikan bawal Kg 7.000 600 4.200.000
2 Pakan
Buatan Kg 6.000 1.440 8.640.000
Alami (keong mas) Kg 2.500 1.440 3.600.000
Sampah sisa rumah makan Rp 100.000 1 100.000
3 Obat Btl 10.000 1 10.000
4 Kapur Kg 5.000 30 150.000
5 Pupuk
TSP dan Urea Kg 8.000 1 8.000
Kandang Kg 2.000 50 100.000
6 Garam Kg 6.000 10 60.000
7 Plankton catalyst Bks 85.000 6 510.000
8 Plastik kemasan Kg 30.000 10 300.000
9 Karet gelang Kg 5.000 3 15.000
10 Isi ulang tabung oksigen Rp 100.000 1 100.000
11 Tagihan listrik Rp 150.000 1 150.000
12 Tagihan telepon Rp 150.000 1 150.000
13 Tagihan air Rp 142.000 1 142.000
14 Alat tulis kantor Rp 100.000 1 100.000
TOTAL BIAYA VARIABEL (C) 34.655.000
D PENERIMAAN
1 Ikan mas air deras Kg 13.500 2.700 36.450.000
2 Ikan bawal air deras Kg 11.500 1.200 13.800.000
3 Ikan mas karamba Kg 12.500 190 2.375.000
4 Ikan bawal karamba Kg 10.500 253 2.656.000
TOTAL PENERIMAAN 55.281.500
E TOTAL BIAYA (B + C) 46.255.000
F KEUNTUNGAN (E D) 9.026.500
G PAJAK PENDAPATAN (F x %) 902.650
H KEUNTUNGAN BERSIH (F G) 8.123.850
I R/C RATIO (D/E) 1,20
J BEP (B/(1 (C/D) 31.089.395

103

Lampiran 8. Biaya penyusutan investasi pengembangan usaha


pemancingan Tirta Salak

NO JENIS INVESTASI (A) (B) (C) (D)


NILAI UMUR PENYUSUTAN/ NILAI
BELI EKONOMIS TAHUN SISA
(Rp) (Tahun) (Rp) (Rp)
Rumus (A D)/B A x 80%
1 Kolam air deras 20.000.000 15 266.667 16.000.000
2 Kolam penampungan 3.000.000 15 40.000 2.400.000
3 Kolam pengobatan 3.000.000 15 40.000 2.400.000
4 Pagar 10.000.000 10 200.000 8.000.000
5 Pondok jaga 5.000.000 15 66.667 4.000.000
6 Mobil 75.000.000 10 1.500.000 60.000.000
7 Tabung oksigen 6.000.000 10 120.000 4.800.000
TOTAL 122.000.000 2.233.333 97.600.000

PENJELASAN PERHITUNGAN BIAYA PENYUSUTAN


1 Rumus : Biaya Penyusutan = (Nilai awal Nilai Sisa)
(Rp/Tahun) (Umur ekonomis Asset)

2 Biaya penyusutan : biaya yang dibebankan ke dalam biaya tetap akibat adanya
penyusutan nilai buku dari aset sampai akhir tahun umur ekonomis aset. Secara
kumulatif beban ini merupakan dana yang dapat digunakan kembali untuk membeli yang
baru
3 Nilai awal : Harga beli aset dalam kondisi baru (Rp)
4 Nilai sisa : Nilai buku aset pada akhir periode umur ekonomis, nilai ini disebut nilai
rongsokan suatu aset dimana tidak ekonomis lagi untuk digunakan terus karena umur
ekonomisnya telah habis
5 Umur ekonomis : Periode waktu dimana aset tersebut masih dianggap layak secara
ekonomis untuk digunakan terus. Untuk suatu mesin/alat biasanya ditetapkan oleh pabrik
berdasarkan hasil uji coba.
6 Umur pelayanan : Periode waktu dimana aset masih dianggap layak secara teknis untuk
digunakan terus. Untuk suatu mesin/alat biasanya panjang umur ditentukan oleh
perawatan dan pemeliharaan yang besarnya semakin meningkat
7 Aset : Barang bergerak dan tidak bergerak yang dimiliki perusahaan berupak : bangunan,
mesin, kelengkapan dan perlengkapan produksi, kendaraan, dll.
Lampiran 9. Laporan rugi laba pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

TAHUN ANALISIS USAHA


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Produksi kolam air deras 552.750.000 603.000.000 603.000.000 603.000.000 603.000.000
2 Produksi karamba 55.346.500 60.378.000 60.378.000 60.378.000 60.378.000
TOTAL INFLOW 608.096.500 663.378.000 663.378.000 663.378.000 663.378.000
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
Kolam air deras 20.000.000
Kolam penampungan 3.000.000
Kolam pengobatan 3.000.000
Karamba 1.400.000 1.400.000
Pagar 10.000.000
Pondok jaga 5.000.000
Mobil 75.000.000
Whiteboard 350.000
Lemari penyimpanan 1.000.000
Ember 42.000 42.000 42.000 42.000 42.000
Serok 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Hapa 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Tabung oksigen 6.000.000
Timbangan 500.000
Jeligen timbangan 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
Jelogen angkut 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
2 BIAYA TETAP
a Gaji

104

Lanjutan Lampiran 9.

TAHUN ANALISIS USAHA


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
Pengelola 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
Keuangan dan administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
Pemasaran 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Produksi dan P. pemancingan 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Pelayanan pemancingan 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000
Pelaksana produksi 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000
b Bonus
Pengelola 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Keuangan dan administrasi 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Pemasaran 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Produksi dan P. pemancingan 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Pelayanan pemancingan 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Pelaksana produksi 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
c Tunjangan Hari Raya (THR)
Pengelola 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Keuangan dan administrasi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Pemasaran 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Produksi dan P. pemancingan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Pelayanan pemancingan 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pelaksana produksi 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Bahan bakar kendaraan 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Biaya penyusutan 2.233.333 2.233.333 2.233.333 2.233.333 2.233.333
Pajak bumi bangunan 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000

105

Lanjutan Lampiran 9.

TAHUN ANALISIS USAHA


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
3 BIAYA VARIABEL
Bahan baku
Ikan mas 179.520.000 195.840.000 195.840.000 195.840.000 195.840.000
iIkan bawal 46.200.000 50.400.000 50.400.000 50.400.000 50.400.000
Pakan
Pakan buatan (pellet) 95.040.000 103.680.000 103.680.000 103.680.000 103.680.000
Sampah sisa rumah makan 1.100.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Obat 110.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Kapur 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pupuk
TSP dan urea 96.000 96.000 96.000 96.000 96.000
Kandang 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Garam 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000
Plankton Catalyst 6.120.000 6.120.000 6.120.000 6.120.000 6.120.000
Plastik kemasan 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Karet gelang 90.000 90.000 90.000 90.000 90.000
Isi ulang tabung oksigen 1.100.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Tagihan listrik 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Tagihan telepon 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Tagihan air 1.704.000 1.704.000 1.704.000 1.704.000 1.704.000
Alat tulis kantor 100.000 400.000 400.000 400.000 400.000

106

Lanjutan Lampiran 9.

C TOTAL OUTFLOW 127.962.000 532.033.333 568.015.333 568.015.333 569,415,333 568.015.333


D LABABERSIHSEBELUMPAJAK -127.962.000 76.063.167 95.362.667 95.362.667 93,962,667 95.362.667
E PAJAKPENDAPATANUSAHA 8.909.475 11.804.400 11.804.400 11,594,400 11.804.400
F LABABERSIHSETELAHPAJAK -127.962.000 67.153.692 83.558.267 83.558.267 82.368.267 83.558.267

Keterangan :
- Total outflow (C) : Bt
- Laba bersih sebelum pajak (D) : At - Bt
- Pajak pendapatan pendapatan usaha (E) : D x %
- Laba bersih setelah pajak (F) : DE

Pada pajak pendapatan usaha, persentase pajak adalah 10% x Rp 50.000.000,00 ditambah dengan 15% dari sisa laba sebelum pajak yang
telah dikurangi Rp 50.000.000,00.

107

Lampiran 10. Proyeksi cash flow pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Produksi kolam air deras 552.750.000 603.000.000 603.000.000 603.000.000 603.000.000
2 Produksi karamba 55.346.500 60.378.000 60.378.000 60.378.000 60.378.000
3 Nilai sisa 97.600.000
TOTAL INFLOW 608.096.500 663.378.000 663.378.000 663.378.000 760.978.000
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
Kolam air deras 20.0 00.000
Kolam penampungan 3.000.000
Kolam pengobatan 3.000.000
Karamba 1.400.000 1.400.000
Pagar 10.000.000
Pondok jaga 5.000.000
Mobil 75.000.000
Whiteboard 350.000
Lemari penyimpanan 1.000.000
Ember 42.000 42.000 42.000 42.000 42.000
Serok 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Hapa 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Tabung oksigen 6.000.000
Timbangan 500.000
Jeligen timbangan 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
Jelogen angkut 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
2 BIAYA TETAP
Gaji
Pengelola 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000

108

Lanjutan Lampiran 10.

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
Keuangan dan administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
Pemasaran 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Produksi dan P. pemancingan 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Pelayanan pemancingan 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000
Pelaksana produksi 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000
Bonus
Pengelola 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Keuangan dan administrasi 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Pemasaran 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Produksi dan P. pemancingan 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Pelayanan pemancingan 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Pelaksana produksi 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Tunjangan Hari Raya (THR)
Pengelola 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Keuangan dan administrasi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Pemasaran 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Produksi dan P. pemancingan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Pelayanan pemancingan 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pelaksana produksi 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Bahan bakar kendaraan 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Pajak bumi bangunan 2.233.333 2.233.333 2.233.333 2.233.333 2.233.333
3 BIAYA VARIABEL
Bahan baku
Ikan mas 179.520.000 195.840.000 195.840.000 195.840.000 195.840.000
iIkan bawal 46.200.000 50.400.000 50.400.000 50.400.000 50.400.000
Pakan
Pakan buatan (pellet) 95.040.000 103.680.000 103.680.000 103.680.000 103.680.000

109

Lanjutan Lampiran 10.

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
Pakan alami (keong mas) 39.600.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000
Sampah sisa rumah makan 1.100.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Obat 110.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Kapur 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pupuk
TSP dan urea 96.000 96.000 96.000 96.000 96.000
Kandang 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Garam 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000
Plankton Catalyst 6.120.000 6.120.000 6.120.000 6.120.000 6.120.000
Plastik kemasan 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Karet gelang 90.000 90.000 90.000 90.000 90.000
Isi ulang tabung oksigen 1.100.000 1.100.000 1.100.000 1.100.000 1.100.000
Tagihan listrik 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Tagihan telepon 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Tagihan air 1.704.000 1.704.000 1.704.000 1.704.000 1.704.000
Alat tulis kantor 100.000 400.000 400.000 400.000 400.000
TOTAL OUTFLOW 127.962.000 532.033.333 568.015.333 568.015.333 569.415.333 568.015.333
C BENEFIT (A B) -127.962.000 76.063.167 95.362.667 95.362.667 93.962.667 192.962.667
D PAJAK PENGHASILAN (B x %) 8.909.475 11.804.400 11.804.400 11.594.400 32.888.800
E NET BENEFIT (C D) -127.962.000 67.153.692 83.558.267 83.558.267 82.368.267 160.073.867

110

Lanjutan Lampiran 10.

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
F DISCOUNT FACTOR 5.5 % 1 0,947867299 0,898452416 0,851613664 0,807216743 0,765134354
G PV/TAHUN -127.962.000 63.652.788 75.073.127 71.159.362 66.489.044 122.478.015
H PV POSITIF 398.852.336
I PV NEGATIF -127.962.000
J NPV 270.890.336
K NET B/C 3,117
L IRR 57%
M PBP 2,50
Keterangan :

Perhitungan pajak penghasilan dilakukan dengan cara :

10% x Rp 50.000.000,00 (dari benefit > dari Rp 50.000.000,00 Rp 100.000.000,00) ditambah dengan

15% x sisa dari benefit setelah dikurangi Rp 50.000.000,00.

Sedangkan untuk benefit di atas Rp 100.000.000,00, perhitungan dilakukan dengan cara :

10% x Rp 50.000.000,00 (dari benefit > dari Rp 100.000.000,00) ditambah dengan

15% x Rp 100.000.000,00 (dari benefit > dari Rp 100.000.000,00) ditambah dengan

30% dari sisa pengurangan dari Rp 50.000.000,00 dan Rp 100.000.000,00.

Untuk perhitungan NPV , Net B/C, IRR dan PBP dapat dilihat pada Lampiran 10.

111

Lampiran 11. NPV

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Produksi kolam air deras 552.750.000 603.000.000 603.000.000 603.000.000 603.000.000
2 Produksi karamba 55.346.500 60.378.000 60.378.000 60.378.000 60.378.000
3 Nilai sisa 97.600.000
TOTAL INFLOW 608.096.500 663.378.000 663.378.000 663.378.000 760.978.000
B TOTAL OUTFLOW 127.962.000 532.033.333 568.015.333 568.015.333 569.415.333 568.015.333
C BENEFIT -127.962.000 76.063.167 95.362.667 95.362.667 93.962.667 192.962.667
D PAJAK PENGHASILAN 8.909.475 11.804.400 11.804.400 11.594.400 32.888.800
E NET BENEFIT -127.962.000 67.153.692 83.558.267 83.558.267 82.368.267 160.073.867
F DISCOUNT FACTOR 5,5% 1 0,947867299 0,898452416 0,851613664 0,807216743 0,765134354
G PV/TAHUN -127.962.000 63.652.788 75.073.127 71.159.362 66.489.044 122.478.015
H PV POSITIF 398.852.336
I PV NEGATIF -127.962.000
J NPV 270.890.336

Keterangan :

- DF 5,5% dihitung dengan cara : 1/(1 + 0.055) ^ tahun analisis


- PV/tahun dihitung dengan cara : Net benefit x DF (discount factor) atau (E x F)
- PV positif dihitung dengan cara : PV/tahun yang positif atau ( PV+)
- PV negatif dihitung dengan cara : PV/tahun yang negatif atau ( PV-)

n
Bt Ct
- NPV dihutng dengan cara :
NPV

112
t 1 (1 + i )

Lampiran 12. Perhitungan IRR dan Net B/C

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
A NET BENEFIT -127.962.000 67.153.692 83.558.267 83.558.267 82.368.267 160.073.867
B DF (n = 5, r = 5,5%) 1 0,947867299 0,898452416 0,851613664 0,807216743 0,765134354
C NPV1 270.890.336
D DF (n= 5, r = 58%) 1 0,632911392 0,400576831 0,25352964 0,160461797 0,1015581
E NPV2 - 1.329.902,589

1 Perhitungan IRR :
r1 = Tk suku bunga/tahun = 0.055 5,5% IRR = r1 + (NPV1/NPV1 NPV2)x (r2 r1)
r2 = Tk suku bunga/tahun = 0.58 58%
NPV1
NPV2 IRR = 57%
Artinya : pengembangan usaha ini memiliki kemampuan mengembalikan modal IRR = 58% yang lebih besar dari suku bunga 5,5%
per tahun, sehingga memiliki prospek menguntungkan (layak untuk diimplementasikan)
2 Perhitungan Net B/C :
PV positif n
Bt Ct
NetB / C =
398.852.336
PV negatif -127.962.000 t =1 (1 + i )
Net B/C = 3,117 n
Ct Bt
(1 + i )
t =1

113

Lampiran 13. Analisis sensitivitas pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Produksi kolam air deras 525.112.500 572.850.000 572.850.000 572.850.000 572.850.000
2 Produksi karamba 52.615.750 57.359.100 57.359.100 57.359.100 57.359.100
3 Nilai sisa 97.600.000
TOTAL INFLOW 577.728.250 630.209.100 630.209.100 630.209.100 727.809.100
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
Kolam air deras 20.000.000
Kolam penampungan 3.000.000
Kolam pengobatan 3.000.000
Karamba 1.400.000 1.400.000
Pagar 10.000.000
Pondok jaga 5.000.000
Mobil 75.000.000
Whiteboard 350.000
Lemari penyimpanan 1.000.000
Ember 42.000 42.000 42.000 42.000 42.000
Serok 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Hapa 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Tabung oksigen 6.000.000
Timbangan 500.000
Jeligen timbangan 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
Jelogen angkut 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
2 BIAYA TETAP
Gaji
Pengelola 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000

114
Keuangan dan administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000

Lanjutan Lampiran 13.

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
Pemasaran 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Produksi dan P. pemancingan 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Pelayanan pemancingan 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000
Pelaksana produksi 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000
Bonus
Pengelola 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Keuangan dan administrasi 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Pemasaran 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Produksi dan P. pemancingan 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Pelayanan pemancingan 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Pelaksana produksi 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Tunjangan Hari Raya (THR)
Pengelola 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Keuangan dan administrasi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Pemasaran 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Produksi dan P. pemancingan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Pelayanan pemancingan 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pelaksana produksi 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Bahan bakar kendaraan 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Pajak bumi bangunan 2.233.333 2.233.333 2.233.333 2.233.333 2.233.333
3 BIAYA VARIABEL
Bahan baku
Ikan mas 206.448.000 225.216.000 225.216.000 225.216.000 225.216.000
iIkan bawal 53.130.000 57.960.000 57.960.000 57.960.000 57.960.000
Pakan
Pakan buatan (pellet) 109.296.000 119.232.000 119.232.000 119.232.000 119.232.000

115

Lanjutan Lampiran 13.

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
Pakan alami (keong mas) 45.540.000 49.680.000 49.680.000 49.680.000 49.680.000
Sampah sisa rumah makan 1.265.000 1.380.000 1.380.000 1.380.000 1.380.000
Obat 110.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Kapur 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pupuk
TSP dan urea 96.000 96.000 96.000 96.000 96.000
Kandang 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Garam 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000
Plankton Catalyst 6.120.000 6.120.000 6.120.000 6.120.000 6.120.000
Plastik kemasan 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Karet gelang 90.000 90.000 90.000 90.000 90.000
Isi ulang tabung oksigen 1.100.000 1.100.000 1.100.000 1.100.000 1.100.000
Tagihan listrik 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Tagihan telepon 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Tagihan air 1.704.000 1.704.000 1.704.000 1.704.000 1.704.000
Alat tulis kantor 100.000 400.000 400.000 400.000 400.000
TOTAL OUTFLOW 127.962.000 586.252.333 627.163.333 627.163.333 628.563.333 627.163.333
C BENEFIT (A B) -127.962.000 -8.524.083 3.045.767 3.045.767 1.645.767 100.645.767
D PAJAK PENGHASILAN (B x %) 304.577 304.577 164.577 20.193.730
E NET BENEFIT (C D) -127.962.000 -8.524.083 2.741.190 2.741.190 1.481.190 80.452.037

116

Lanjutan Lampiran 13.

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM
F DISCOUNT FACTOR 5.5 % 1 0,952380952 0,907029478 0,863837599 0,822702475 0,783526166
G PV/TAHUN -127,962,000 -8.118.175 2.486.340 2.367.943 1.218.579 63.036.276
H PV POSITIF 69.109.139
I PV NEGATIF -136.080.175
J NPV -66.971.036
K NET B/C 0,508
L IRR -9%

Keterangan :

Pada analisis sensitivitas, dilakukan penurunan volume penjualan 5% dan kenaikan harga bahan baku, yaitu ikan dan pakan 10%.

Setelah dilakukan analisis sensitivitas, pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak menjadi tidak layak untuk diimplementasikan,
apabila terjadi penurunan volume penjualan 5% dan kenaikan harga bahan baku 10%.

117

Lampiran 14. Analisis switching value pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Produksi kolam air deras 508.530.000 554.760.000 554.760.000 554.760.000 554.760.000
2 Produksi karamba 50.954.200 55.547.760 55.547.760 55.547.760 55.547.760
3 Nilai sisa
TOTAL INFLOW 559.484.200 610.307.760 610.307.760 610.307.760 610.307.760
B OUTFLOW
1 BIAYA INVESTASI
Kolam air deras 20.000.000
Kolam penampungan 3.000.000
Kolam pengobatan 3.000.000
Karamba 1.400.000 1.400.000
Pagar 10.000.000
Pondok jaga 5.000.000
Mobil 75.000.000
Whiteboard 350.000
Lemari penyimpanan 1.000.000
Ember 42.000 42.000 42.000 42.000 42.000
Serok 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Hapa 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Tabung oksigen 6.000.000
Timbangan 500.000
Jeligen timbangan 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000
Jelogen angkut 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
2 BIAYA TETAP
Gaji
Pengelola 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000

118
Keuangan dan administrasi 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000

Lanjutan Lampiran 14.

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
Pemasaran 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Produksi dan P. pemancingan 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Pelayanan pemancingan 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000
Pelaksana produksi 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000
Bonus
Pengelola 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Keuangan dan administrasi 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Pemasaran 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Produksi dan P. pemancingan 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Pelayanan pemancingan 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Pelaksana produksi 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
Tunjangan Hari Raya (THR)
Pengelola 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
Keuangan dan administrasi 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Pemasaran 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Produksi dan P. pemancingan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Pelayanan pemancingan 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pelaksana produksi 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Bahan bakar kendaraan 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Pajak bumi bangunan 2.233.333 2.233.333 2.233.333 2.233.333 2.233.333
3 BIAYA VARIABEL
Bahan baku
Ikan mas 189.176.834 206.374.728 206.374.728 206.374.728 206.374.728
iIkan bawal 48.685.215 53.111.143 53.111.143 53.111.143 53.111.143
Pakan
Pakan buatan (pellet) 100.152.442 109.257.209 109.257.209 109.257.209 109.257.209

119

Lanjutan Lampiran 14.

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM
0 1 2 3 4 5
Pakan alami (keong mas) 41.730.184 45.523.837 45.523.837 45.523.837 45.523.837
Sampah sisa rumah makan 1.159.172 1.264.551 1.264.551 1.264.551 1.264.551
Obat 110.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Kapur 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pupuk
TSP dan urea 96.000 96.000 96.000 96.000 96.000
Kandang 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Garam 720.000 720.000 720.000 720.000 720.000
Plankton Catalyst 6.120.000 6.120.000 6.120.000 6.120.000 6.120.000
Plastik kemasan 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
Karet gelang 90.000 90.000 90.000 90.000 90.000
Isi ulang tabung oksigen 1.100.000 1.100.000 1.100.000 1.100.000 1.100.000
Tagihan listrik 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Tagihan telepon 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Tagihan air 1.704.000 1.704.000 1.704.000 1.704.000 1.704.000
Alat tulis kantor 100.000 400.000 400.000 400.000 400.000
TOTAL OUTFLOW 127.962.000 551.477.180 589.226.802 589.226.802 590.626.802 589.226.802
C BENEFIT (A B) -127.962.000 8.007.020 21.080.958 21.080.958 19.680.958 118.680.958
D PAJAK PENGHASILAN (B x %) 800.702 2.108.096 2.108.096 1.968.096 25.604.287
E NET BENEFIT (C D) -127.962.000 7.206.318 18.972.862 18.972.862 17.712.862 93.076.671

120

Lanjutan Lampiran 14.

TAHUN ANALISIS USAHA (Rp)


NO ITEM
F DISCOUNT FACTOR 5.5 % 1 0,952380952 0,907029478 0,863837599 0,822702475 0,783526166
G PV/TAHUN -127.962.000 6.863.160 17.208.945 16.389.472 14.572.416 72.928.007
H PV POSITIF 121.098.840
I PV NEGATIF -121.098.840
J NPV 0
K NET B/C 1,000
L IRR 5%

Keterangan :

Pada analisis switching value, dilakukan penurunan volume penjualan 8% dan kenaikan harga bahan baku, yaitu ikan dan pakan 5,4%.

Setelah dilakukan analisis switching value, pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak menjadi tidak layak untuk diimplementasikan,
terutama terjadi penurunan volume penjualan 8% dan kenaikan harga bahan baku 5,4%. Analisis ini dilakukan untuk mencari batas
kelayakan suatu usaha atau proyek.

121

Anda mungkin juga menyukai