Anda di halaman 1dari 55

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUK MINYAK AROMATIK

MEREK FLOSH
( Studi Kasus Pada UKM Marun Aromaterapi )

Oleh
KASMAN SYARIF
H24087097

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN

KASMAN SYARIF. H24087097. Analisis Kelayakan Usaha Produk


Minyak Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi),
Bogor. Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.

Kehadiran minyak angin generasi baru, minyak angin aromatherapy saat


ini merubah pandangan tentang kegunaan dari produk minyak angin biasa menjadi
barang yang terkesan lebih eklusif dan lebih modern dengan kemasan roll on.
Hal ini melatar belakangi para pengusaha minyak angin aromatik untuk
mendirikan usaha ini. Produk minyak angin aromatherapy generasi baru,
memiliki bermacam varian aroma yang memanjakan penggunanya, sehingga
produk baru ini laris dipasaran. Pendirian usaha minyak angin aromatik oleh
pelaku usaha termasuk UKM Marun Aromaterapi merupakan sebuah solusi
untuk memenuhi permintaan akan produk ini, maka diperlukan studi kelayakan
untuk mengetahui kelayakan usaha yang dimaksud. Tujuan dari penelitian ini
adalah (1) Menganalisis tingkat kelayakan pengembangan usaha pada Marun
Aromaterapi pada saat ini apabila ditinjau dari berbagai aspek non keuangan
(yuridis, pasar, manajemen, teknikal, dan lingkungan); (2) Menganalis tingkat
kelayakan pengembangan usaha Marun Aromaterapi apabila dilihat dari aspek
keuangan ; (3) Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) pada Marun
Aromaterapi, apabila terjadi perubahan bahan baku, kombinasi kenaikan bahan
baku dan penentuan harga jual ke konsumen,
Penelitian ini dilakukan di UKM Marun Aromaterapi yang terletak di Jl.
Cimanggu Kecil No. CC 3 Komplek Puslitbangtri Bogor. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis usaha berdasarkan nilai IRR, PI, NPV, BEP, PP,
R/C Ratio dan analisis sensitivitas.
Hasil analisis kelayakan, baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif
menunjukkan usaha ini layak untuk dijalankan. Hal tersebut salah satunya
ditunjukkan dengan analisis finansial yang menghasilkan nilai NPV yang positif
yaitu sebesar Rp. 659.100.845,-, nilai IRR 79.50 persen dimana nilai ini lebih
besar dari suku bunga pinjaman (14 persen). Net B/C 2.50, BEP Rp.
133.149.038 dan PBP 1.25 tahun yang bearti usaha ini sudah dapat menutup
biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Hasil analisis sensitivitas
dengan skenario peningkatan biaya variabel 10 persen menunjukkan usaha ini
menjadi tidak layak. Berbeda dengan skenario penurunan volume penjualan 20
persen menunjukkan usaha ini masih layak untuk dijalankan.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUK MINYAK AROMATIK
MEREK FLOSH
(Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi)

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Oleh
KASMAN SYARIF
H24087097

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPERTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul : Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak Aromatik Merek
Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi)
Nama : Kasman Syarif
NIM : H24087097

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

(Farida Ratna Dewi, SE.MM)


NIP. 19710307 200501 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen

(Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc)


NIP. 1961101231986011002

Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 04 Juni 1986 di Simpang, kp.padang


Kec. Bonjol Kab. Pasaman, Sumbar. Penulis adalah anak ke enam dari enam
bersaudara. Penulis lulus tahun 1999 dari SD Negeri 27 Simpang, Sumbar.
Melanjutkan ke MTsN 1 Bonjol, Sumbar. Selama sekolah di MTsN, penulis
pernah menjabat sebagai Ketua OSIS. Saat kenaikan kelas tiga penulis pindah
sekolah ke SLTP Negeri 11 Kota Bogor dan lulus pada tahun 2002. Penulis
lulus dari SMU Negeri 2 Kota Bogor pada tahun 2005. Penulis juga tetap aktif
di organisasi Rohis SMUNDA Bogor. Melanjutkan kuliah di Institut Pertanian
Bogor (IPB), Program Diploma Perencanaan Pengendalian Produksi
Manufaktur/ Jasa dan lulus pada tahun 2008.
Penulis tetap aktif selama kuliah di diploma di organisasi Rohis sebagai
Sekretaris dan juga aktif di organisasi BEM-J Diploma dan menjabat sebagai
Mahkamah Organisasi. Tahun 2008 penulis melanjutkan kuliah di Program
Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saat kuliah hingga sekarang penulis
menyenangi wirausaha dan bercita-cita menjadi pengusaha muda sukses dunia
akhirat. Amiiiin.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang telah diberikan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW,
beserta keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya.
Skripsi ini berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Produk Minyak
Aromatik Merek Flosh (Studi Kasus Di UKM Marun Aromaterapi)”,
Bogor. Dalam menyelesaikan Skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan
dan dorongan dari semua pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Farida Ratna Dewi,SE.MM selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan nasihat dan bimbingan kepada penulis dengan penuh semangat
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Pegawai dan staf sekretariat Program Sarjana Alih Jenis Manajemen yang
selalu menjebatani setiap kegiatan perkuliahan dan masa bimbingan.
3. Segenap anggota keluarga Dr.Ir.H.Darwis SN dan Ibuku Rahmah Darwis yang
telah memberikan dukungan moral dan materil, semua kakak-kakakku yang
telah memberikan semangat.
4. Teman-teman dan sahabat dekat yang memberikan dukungan dan dorongan.

iv
DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii

KATA PENGANTAR................................................................................. iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... v

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 5
2.1. Definisi Obat .................................................................................... 5
2.1.2 Bahan Baku Minyak Angin Aromatherapy........................... 5
2.2.2 Industri Minyak Angin ......................................................... 5
2.2. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis ..................................................... 6
2.3. Pengertian Produk .......................................................................... 6
2.4. Klasifikasi produk ............................................................................ 7
2.5. Keputusan Merek ............................................................................. 7
2.6. Pengemasan dan Label .................................................................... 7
2.7. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis ............................................. 8
2.1.7 Aspek Pasar dan Pemasaran ................................................... 8
2.2.7 Aspek Teknik dan Teknologi ................................................ 9
2.3.7 Aspek Manajemen .................................................................. 9
2.4.7 Aspek Sumber Daya Manusia ................................................ 10
2.5.7 Aspek Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik................... 10
2.6.7 Aspek Finansial ...................................................................... 11
2.7.7 Analisis Kriteria Investasi ...................................................... 12
2.8.7 Analisis Sensitivitas................................................................ 12
2.9.7 Penelitian Terdahulu............................................................... 13
III. METODE PENELITIAN ................................................................. 15
3.1. Kerangka Pemikiran......................................................................... 15

v
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 17
3.3. Metode Pengumpulan Data.............................................................. 17
3.4. Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 17
3.5. Asumsi ............................................................................................ 20
DAFTAR ISI
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 21
4.1.Sejarah Pendirian Usaha Marun Aromaterapi (Flosh Minyak Angin
Aromatherapy) ................................................................................. 21
4.2. Gambaran Umum Perusahaan.......................................................... 23
4.3. Analisis Kelayakan Usaha Marun Aromaterapi............................... 23
4.3.1 Aspek Yuridis ......................................................................... 23
4.3.2 Aspek Teknikal....................................................................... 24
4.3.3 Aspek Pasar dan Pemasaran ................................................... 27
4.3.4 Aspek Manajemen ................................................................. 31
4.3.5 Aspek Lingkungan.................................................................. 32
4.3.6 Analisis Keuangan.................................................................. 32
4.3.7 Analisis Kriteria Investasi ...................................................... 35
1. Net Present Value (NPV) ................................................... 36
2. Internal Rate of Return (IRR)............................................. 36
3. Net Benefit/Cost (Net B/C)................................................. 36
4. Breack Even Poin (BEP) .................................................... 37
5. Payback Period (PBP)........................................................ 37
4.3.8 Analisis Sensitivitas ................................................................. 37
a. Kenaikan Harga Bahan Baku.............................................. 37
b. Penurunan Harga Jual Produk ............................................ 38
c. Kenaikan Harga Bahan Baku dan Penurunan Harga Jual
Produk................................................................................. 39
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 40
1. Kesimpulan ............................................................................................... 40
2. Saran ......................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 41
LAMPIRAN................................................................................................. 42

vi
DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Peralatan yang digunakan dalam memproduksi Minyak Angin Aromatherapy
pada UKM Marun Aromaterapi................................................................ 26
2. Klasifikasi perhitungan bagi hasil dari keuntungan bersih penjualan produk. 32
3. Proyeksi Analisis Usaha Pembuatan Minyak Angin Marun..................... 33
4. Nilai R/C ratio, Break Even Poin (BEP), dan Payback Period ................ 34
5. Kebutuhan Modal Kerja dan Investasi Marun Aromaterapi..................... 34
6. Nilai kriteria penilaian investasi Marun Aromaterapi............................... 37
7. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bahan Baku
Sebesar 9 persen dan 10 persen................................................................. 38
8. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Penurunan Harga Jual Produk
Sebesar 20 persen dan 21 persen............................................................... 39
9. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga Bahan Baku
Dan penurunan Harga Jual Produk ........................................................... 39

vii
DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Kerangka operasional penelitian............................................................. 16
2. Alur proses produksi ............................................................................... 26
3. Struktur organisasi Flosh Marun Aromaterapi ....................................... 31

viii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
1. Kuesioner penelitian ............................................................................. 42
2. Asumsi untuk analisis keuangan usaha marun aromaterapi ................... 45
3. Biaya investasi usaha marun ................................................................... 46
4. Biaya variabel usaha marun aromaterapi ................................................ 48
5. Proyeksi produksi dan pendapatan usaha marun aromaterapi ................ 48
6. Biaya tetap usaha marun aromaterapi ..................................................... 49
7. Proyeksi rugi laba usaha (Rp) pada usaha marun aromaterapi ............... 50
8. Proyeksi arus kas usaha marun aromaterapi ........................................... 51
9. Analisis sensitivitas................................................................................. 52

ix
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan ekonomi dewasa ini, menyebabkan makin


meningkatnya kebutuhan manusia akan berbagai jenis barang dan jasa. Hal ini
karena kebutuhan dan selera konsumen yang berubah, teknologi baru, daur
hidup produk yang pendek dan persaingan yang semakin meningkat sehingga
banyak produsen yang bersaing dalam menciptakan produk baru untuk
mengikuti selera konsumen. (www.sipfarma.com 2010) Terdapat delapan
macam produk minyak angin aromatherapy merek X berbeda di pasaran.
Produk minyak angin aromatherapy merek X hanya memiliki satu aroma saja.
Selain itu juga adanya perubahan daya beli masyarakat yang sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi.
Adanya pergeseran pola pikir masyarakat tentang produk minyak angin yang
dulunya hanya mementingkan khasiat sebagai obat masuk angin yang beraroma
bau, seperti cap kapak, telah bergeser kepada trend baru yang muncul, disaat
beredarnya produk generasi baru minyak angin aromatherapy dengan berbagai
pilihan aroma. Dengan adanya pilihan terhadap tipe aroma yang ditawarkan oleh
produsen, konsumen dapat memilih aroma sesuai selera dan kebutuhannya. Harga
perbotol minyak angin aromatherapy ini, yang harus dibayarkan oleh konsumen
cukup terjangkau, berkisar antara Rp.15.000,- hingga Rp.24.000,- untuk pasar
dalam negeri. Melihat keadaan seperti ini, maka industri seperti minyak angin di
Indonesia dapat berkembang dan tumbuh dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh
berubahnya pola pemakaian obat masuk angin ini yang tadinya hanya
mementingkan fungsinya saja bergeser kepada kemasan roll on dan beraroma
seperti minyak wangi.
Lahirnya merek Flosh minyak angin aromatherapy diluncurkan pada
pertengahan bulan April 2010, UKM Marun Aromaterapi selaku produsen baru,
yang bergerak dibidang produksi minyak angin aromatherapy melihat peluang
pasar produk sejenis yang ada dipasaran dengan merek dagang X. Menyadari
keadaan pasar tersebut, UKM Marun Aromaterapi membuat formula baru
dengan jenis aroma yang berbeda dari produk minyak angin aromatherapy yang
beredar
2

di pasaran. Minyak angin aromatherapy generasi baru dengan aroma yang lebih
bervariasi dan harga yang bersaing diproduksi oleh UKM Marun Aromaterapi
untuk memenuhi selera konsumen terhadap varian baru minyak angin
aromatherapy yang sudah beredar terlebih dahulu dipasaran.

1.2. Rumusan Masalah

Usaha produksi minyak angin aromatherapy merek Flosh pada UKM Marun
Aromaterapi di Bogor mulai dirintis sejak pertengahan bulan April 2010, namun
awal produksi perbulannya belum stabil karena masih melihat peluang pasar
dari produk itu sendiri dengan kapasitas produksi saat itu dibawah 1000
botol/bulan dan diperuntukan sebagian produk yang diproduksinya sebagai
biaya promosi karena produk ini dibagikan secara gratis kepada keluarga
terdekat, teman kantor, dan para distributor/agen maupun toko obat, produk ini
bermerek dagang Flosh dan menggunakan modal pribadi pemilik, dimana sejak
saat itu hanya memproduksi untuk memenuhi permintaan pasar sekitar Bogor.
Seiring tingginya minat pasar terhadap produk minyak angin aromatherapy
generasi baru ini, maka dengan berjalannya waktu hingga saat ini, permintaan
minyak angin aromatherapy merek Flosh semakin meningkat dari berbagai daerah
yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia seperti daerah Aceh, Medan, Padang,
Bukittinggi, Riau, Lampung, Jakarta, Bogor, Bandung, Malang, NTT,
Samarinda, Sulawesi dan Papua.
Melihat prospek pasar yang cukup bagus Marun Aromaterapi sebagai UKM
yang memproduksi minyak angin aromatherapy meluncurkan tiga aroma baru
yang berbeda dari produsen lainnya yang hanya memiliki satu aroma mind saja.
Dengan adanya aroma baru yang di tawarkan oleh Marun seperti aroma daun
yaitu aroma green tea, aroma lemon, aroma buah apple dan aroma bunga
lavender, telah dapat menjawab permintaan konsumen akan adanya variasi atau
pilihan aroma baru untuk menghindari kejenuhan terhadap aroma yang ada
sebelumnya. Sebelumnya UKM Marun Aromaterapi belum pernah melakukan
studi kelayakan pengembangan usaha, dimana UKM Marun Aromaterapi hanya
melihat dari segi pasar produk yang beredar dan data penjualan, atas dasar
tersebut dalam penelitian ini penulis akan melakukan analisa kelayakan
pengembangan usaha terhadap produk minyak angin aromatherapy yang
diproduksi oleh UKM Marun Aromaterapi. Karena dengan adanya studi
kelayakan usaha akan mengkaji semua aspek-aspek non keuangan, keuangan
dan analisisis sensitivitasnya. Dari latar belakang yang telah diutarakan maka
perumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kelayakan pengembangan usaha pada Marun
Aromaterapi pada saat ini apabila ditinjau dari berbagai aspek non
keuangan (yuridis, pasar, manajemen, teknikal, dan lingkungan) ?
2. Bagaimana tingkat kelayakan pengembangan usaha Marun Aromaterapi
apabila dilihat dari aspek keuangan ?
3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas dalam persentase) pada Marun
Aromaterapi, terhadap kombinasi kenaikan bahan baku dan penentuan
harga jual ke konsumen, distributor, dan agen ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis tingkat kelayakan pengembangan usaha pada Marun


Aromaterapi pada saat ini apabila ditinjau dari berbagai aspek non
keuangan (yuridis, pasar, manajemen, teknikal, dan lingkungan).
2. Menganalis tingkat kelayakan pengembangan usaha Marun Aromaterapi
apabila dilihat dari aspek keuangan.
3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) pada Marun Aromaterapi,
apabila terjadi perubahan bahan baku, kombinasi kenaikan bahan baku dan
penentuan harga jual ke konsumen, distributor, dan agen.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan sebagai bahan masukan atau pertimbangan yang dapat


digunakan sebagai dasar membuat kebijaksanaan mengenai
pengembangan usaha selanjutnya.
2. Bagi pihak lain diharapkan dapat menjadi suatu sumbangan pemikiran dan
pengetahuan di bidang studi kelayakan usaha minyak angin aromatherapy.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, serta untuk menjaga


supaya tidak menyimpang dari segi tujuan penelitian yang telah ditetapkan,
maka
dilakukan beberapa batasan. Adapun ruang lingkup penelitian ini berfokus pada
kegiatan usaha yang dilakukan oleh Marun Aromaterapi. Selanjutnya pembahasan
mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha dilakukan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek non keuangan (pasar, manajemen,
keuangan, teknikal, yuridis dan lingkungan), menggunakan metoda analisis
usaha aspek keuangan PI, NPV, IRR, BEP dan analisis kepekaan (sensitivitas).
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Obat

Menurut Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71. “Obat ialah suatu bahan


atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah
badan atau bagian badan manusia’.
2.1.2 Bahan Baku Minyak Angin Aromatherapy
Menurut Ketaren (1985), minyak Atsiri yang disebut juga minyak eteris,
minyak terbang atau essential oil dipergunakan bahan dalam industri misalnya
pada industri farfum, kosmetik, industri farmasi. Peranan minyak atsiri di
kehidupan manusia telah mulai sejak beberapa abad silam. Minyak yang
terdapat dalam alam dibagi menjadi 3 golongan yaitu minyak mineral (mineral
oil), minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak
atsiri (essential oil). Minyak Atsiri dalam industri digunakan untuk pembuatan
kosmetik, farfum, antiseptic, obat-obatan, dalam bahan pangan atau minuman dan
sebagai pecampur rokok kretek.
2.2.2 Industri Minyak Angin
Menurut www.sipfarma 2010, produk minyak Angin Aromatherapy
sudah beredar sekitar 4 tahun yang lalu, namun masyarakat masih kurang
mengenalnya, hal ini di karenakan mungkin dari segi pemasaran yang belum
efektif dari pihak perusahaan, kemasannya yang berbeda dengan yang lain seperti
minyak angin cap kapak, ditambah lagi dengan aromanya. Sepertinya produk
Minyak Angin aromatherapy baru banyak beredar di daerah Jawa. Minyak
Angin aromatherapy adalah minyak angin aromatik yang dikemas dalam botol
rool on 8 ml, dan unik. Jadi produk ini memiliki dua keunikan, yaitu minyak
angin dengan tambahan aromatherapy dan kemasan rool on. Kandungan
Minyak Angin Aromatherapy adalah Menthol, Champhor dan Essential dengan
kombinasi tertentu, yang tentunya merupakan rahasia besar dari perusahaan.
6

2.2. Tahapan Studi Kelayakan Bisnis

Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis, ada beberapa tahapan studi


yang hendak dikerjakan. Tahapan-tahapan yang dikerjakan ini bersifat umum
seperti di bawah ini.
1. Penemuan Ide. Produk yang akan dibuat haruslah laku dijual dan
menguntungkan. Oleh karena itu, penelitian terhadap kebutuhan pasar dan
jenis produk dari proyek harus dilakukan. Produk dibuat untuk
memenuhi kebutuhan pasar yang masih belum dipenuhi.
2. Tahapan Penelitian. Dimulai dengan mengumpulkan data, lalu mengolah
data berdasarkan teori yang relevan, menganalisis dan
menginterpresentasikan hasil pengolahan data dengan alat analisis yang
sesuai, menyimpulkan hasil sampai pada pekerjaan membuat laporan hasil
penelitian tersebut.
3. Tahap Evaluasi. Pertama, mengevaluasi usulan proyek yang didirikan;
kedua, mengevaluasi proyek yang sedang dibangun; dan ketiga
mengevaluasi bisnis yang telah dioperasionalkan secara rutin.
4. Tahap Pengurutan. Usulan yang Layak. Membuat prioritas dari sekian
banyak rencana bisnis.
5. Tahap Rencana Pelaksanaan. Menentukan jenis pekerjaan, waktu yang
dibutuhkan untuk jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga
pelaksana, ketersediaan dana dan sumber daya lain, kesiapan
manajemen, dan lain-lain.
6. Tahap Pelaksana. Setelah semua pekerjaan telah selesai disiapkan,
tahap berikutnya adalah merealisasikan pembangunan proyek tersebut.

2.3. Pengertian Produk

Pengertian produk menurut Kotler (2005) produk adalah apapun yang


dapat ditawarkan untuk pasar yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan
tertentu. Produk yang dipasarkan dapat berupa barang, jasa, pengalaman orang,
tempat, properti, organisasi, informasi dan ide.
2.4. Klasifikasi produk

Kotler (2005), menyatakan bahwa produk dapat diklasifikasikan menjadi


tiga kelompok berdasarkan daya tahan dan keterlihatannya :
1. Barang-barang cepat habis (nondurable goods) merupakan atau
barang terlihat yang biasanya dikonsumsi karena satu atau manfaat
lebih.
2. Barang-barang tahan lama (durable goods) adalah barang yang
terlihat memiliki banyak kegunaan contohnya lemari es.
3. Jasa (service) adalah produk yang tak terlihat, tak terpisahkan,
beragam dan cepat ditinggalkan.

2.5. Keputusan Merek

Kotler (2005), merek didefinisikan sebagai nama, istilah, tanda, simbol,


atau desain atau kombinasinya yang ditujukan agar dapat mengenali barang atau
jasa dari satu atau sekolompok penjual dan membedakannya dari produk dan
jasa para pesaing. Merek berbeda dengan asset lainya seperti hak paten atau hak
cipta, yang memiliki tanggal kadarluasa.
Merek merupakan simbol yang bias menyampaikan enam tingkat pesan, yaitu :
1. Sifat (Attribut), contoh menunjukkan mobil kelas mahal.
2. Manfaat (benefit), contoh tahan lama.
3. Nilai (values), keamanan dan pretise yang tinggi.
4. Budaya (culture).
5. Kepribadian (personalty).
6. Pengguna (user), merek juga juga bisa menggambarkan konsumen
seperti apa yang membeli produk tersebut.

2.6. Pengemasan Dan Pelabelan

Pengemasan (packaging) didefinisikan sebagai semua kegiatan merancang


dan memproduksi wadah untuk sebuah produk. Kemasan yang dirancang
dengan baik dapat menciptakan nilai tambah dan promosi. Pelabelan bisa jadi
etiket sederhana yang ditempel pada produk atau grafik yang secara cermat
didesain sebagai bagian dari kemasan. Label tersebut bisa hanya memuat nama
merek atau informasi yang banyak. Pengemasan dan pelabelan berguna untuk
menunjukkan
ciri khas produk yang di pasarkan, konsumen akan lebih tertarik membeli
produk dengan kemasan dan pelabelan yang bagus, dibandingkan dengan
produk tanpa kemasan.

2.7. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

2.1.7 Aspek Pasar dan Pemasaran


Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada bisnis yang
berhasil tanpa adanya permintaan atas barang/jasa. Aspek pasar bertujuan antara
lain untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan
market-share dari produk bersangkutan. Bagaimana kondisi persaingan antar
produsen dan siklus hidup produk juga penting untuk dianalisis. Permintaan dapat
diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai
kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Penawaran diartikan
sebagai kuantitas barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran :
1. Harga barang-barang lain. Pada permintaan barang, ada yang saling
bersaing (jika merupakan barang pengganti) dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat.
2. Biaya faktor produksi.
3. Tujuan perusahaan. Jika tujuan perusahaan adalah memaksimumkan
keuntungan, dapat saja ia tidak berusaha menggunakan kapasitas
produksinya secara maksimal, tetapi pada tingkat kapasitas yang
memaksimumkan keuntungannya.
(Rangkuti,1997) Kemampuan analisis pemasaran sangat penting untuk
keberhasilan perusahaan. Jika suatu perusahaan dapat menjual lebih banyak
produk yang sama, dengan kualitas yang sama, dengan harga yang lebih mahal,
atau dapat mengembangkan produk baru yang lebih berhasil, perusahaan
tersebut relatif telah berhasil menggunakan kemampuan analisis pemasarannya.
Evaluasi parameter pemasaran meliputi :
1. Lingkungan pemasaran, seperti pasar, konsumen, kesan, pesaing,
kecenderungan ekonomi, iklim usaha, dan konsisi sosial serta perubahan.
2. Kegiatan pemasaran, seperti produk, harga, saluran distribusi, iklan, penjualan
tatap muka, publisitas dan promosi.
3. Manajemen pemasaran, seperti tujuan, organisasi, pengendalian, dan program.
Bauran pemasaran adalah empat komponen dalam pemasaran yang terdiri dari
4P yakni :
1. Product (produk) adalah barang atau jasa yang dapat diperjual belikan.
Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah
pasar dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan. Dalam
tingkat pengecer, produk sering disebut sebagai merchandise. Dalam
manufaktur, produk dibeli dalam bentuk barang mentah dan dijual
sebagai barang jadi. Produk yang berupa barang mentah seperti metal
atau hasil pertanian sering pula disebut sebagai komoditas.
2. Price (harga) adalah suatu nilai tukar yang bisa di samakan dengan uang
atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau
jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat
tertentu.
3. Place (tempat, termasuk juga distribusi)
4. Promotion (promosi) adalah upaya untuk memberitahukan atau
menawarkan produk atau jasa pada dengan tujuan menarik calon
konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya
promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka
penjualan.
2.2.7 Aspek Teknik dan Teknologi
(Umar,2009) Manajemen operasional adalah suatu fungsi atau kegiatan
manajemen yang meliputi perencanaan, organisasi, staffing, koordinasi,
pengarahan dan pengawasan terhadap operasi perusahaan. Ada tiga masalah
pokok yang dihadapi perusahaan yaitu masalah penentuan posisi perusahaan,
masalah desain dan masalah operasional.
Proses pemilihan teknologi untuk produksi, penentuan kapasitas produksi
yang optimal, letak pabrik dan layout-nya dan letak usaha. Rencana
pengendalian persedian bahan baku dan barang jadi. Pengawasan kualitas
produk, baik dalam bentuk barang ataupun jasa.
2.3.7 Aspek Manajemen
Tujuan aspek manjemen adalah untuk mengetahui apakah pembagunan
dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan,
sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya. Tiga bentuk
perencanaan :
a) Perencanaan Jangka Panjang. Perencanaan semacam ini menjangkau
waktu sekitar 20-30 tahun kedepan.
b) Perencanaan Jangka Menengah. Biasanya akan menjangkau waktu
sekitar 3-5 tahun. Perencanaan jangka panjang akan di pecah-pecah
menjadi beberapa kali pelaksanaan perencanaan jangka menengah.
c) Perencanaan Jangka Pendek. Perencanaan waktu ini akan
menjangkau watu paling lama satu tahun. Perencanaan ini lebih
konkret dan rinci.
2.4.7 Aspek Sumber Daya Manusia
(Umar,2009) Studi aspek sumber daya manusia bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam pembangunan dan implementasi bisnis diperkirakan
layak dari ketersediaan SDM. Analisis jumlah karyawan yang dibutuhkan,
penentuan deskripsi pekerjaan, produktivitas kerja, program pelatihan dan
pengembangan, penentuan prestasi kerja dan konpensasi, perencanaan karier,
keselamatan dan kesehatan kerja dan mekanisme PHK.
(Simamora,2004) Manajemen sumber daya manusia adalah
pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan
individu anggota organisasi atau kelompok karyawan. Ada empat hal penting
yang berkaitan dengan sumber daya manusia :
a) Penekanan yang lebih dari biasanya terhadap pengintegrasian berbagai
kebijakan.
b) Tanggung jawab pengelolaan tidak hanya terletak pada majaner khusus.
c) Perubahan fokus dari hubungan serikat pekerja-manajemen menjadi hubungan
manajemen karyawan.
d) Terdapat aksentuasi pada komitmen dan melatih inisiatif di mana manajer
berperan sebagai pengerak dan fasilitator.
2.5.7 Aspek Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Aspek ekonomi, cukup banyak data makroekonomi yang tersebar di
berbagai media yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dimafaatkan
perusahaan. Data makroekonomi tersebut banyak yang dapat dijadikan sebagi
indikator ekonomi yang dapat diolah menjadi informasi penting dalam rangka
studi kelayakan bisnis. Misalnya: PDB, investasi, inflasi, kurs valuta asing,
kredit perbankan, aggaran pemerintah, pengeluaran pembangunan, perdagangan
luar negeri.
Aspek sosial, hendaknya bisnis memiliki manfaat-manfaat sosial yang
hendaknya diterima oleh masyarakat seperti :
a) Membuka lapangan kerja baru
b) Meningkatkan mutu hidup
c) Melaksanakan alih teknologi (peningkatan skill pekerja)
d) Pengaruh positif, semakin baiknya lingkungan fisik seperti jalan, jembatan
dan lingkungan psikis mereka.
diciptakan pemerintah akan mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu
produk, baik itu produk barang atau jasa.
2.6.7 Aspek Finansial
Konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal)
dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-masing
sumber dana yang dipakai dalam investasi. Aspek finansial merupakan suatu
gambaran yang bertujuan untuk menilai kelayakan suatu usaha untuk dijalankan
atau tidak dijalankan dengan melihat dari beberapa indikator yaitu keuntungan,
R/C Ratio, Break Event Point (BEP) dan Payback Period (PP) yang dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Keuntungan suatu perusahaan didapatkan dari hasil penjualan produk
setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
memproduksi produk tersebut. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
besarnya keuntungan dari usaha yang dilakukan dan semakin besar
keuntungan maka semakin bagus.
2. Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio), bertujuan untuk melihat
seberapa jauh biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha yang dilakukan
dapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaatnya.
3. Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan
aliran kas, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa lama modal yang
telah ditanamkan bias kembali dalam satuan waktu.
4. BEP (Break Event Point) analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampai
batas mana usaha yang dilakukan bias memberikan keuntungan atau pada
tingkat tidak rugi dan tidak untung. Estimasi ini digunakan dalam kaitannya
antara pendapatan dan biaya.
2.7.7 Analisis Kriteria Investasi
Menurut Umar,(2009) studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu
menganalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Beberapa kriteria
investasi yang digunakan untuk menentukan diterima atau tidaknya sesuatu
usulan usaha sebagai berikut :
1. Net Present Value (NPV) merupakan ukuran yang digunakan untuk
mendapatkan hasil neto (net benefit) secara maksimal yang dapat dicapai
dengan investasi modal atau pengorbanan sumber-sumber lain. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yag diperoleh selama
umur ekonomi proyek. Proyek dinyatakan layak dilaksanakan jika nilai B/C
Rasio yang diperoleh lebih besar atau sama dengan satu, dan merugi dan
tidak layak dilakukan jika nilai B/C Rasio yang diperoleh lebih kecildari
satu.
2. Net Benefit/ Cost Ratio, perbandingan antara present value dari net benefit
positif dengan present value dari net benefit negative. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya keuntungan dibandingkan
dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek.
3. IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat suku bunga yag dapat
membuat besarnya nilai NPV dari suatu usaha sama dengan nol (0) atau
yang dapat membuat nilai Net B/C Ratio sama dengan satu dalam jangka
waktu tertentu.
2.8.7 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dapat digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian
yang peka memerlukan pengawasan yang lebih ketat untuk menjamin hasil yang
diharapkan akan lebih menguntungkan perekonomian. Membantu menemukan
variabel (unsur) input atau output yang sangat berpengaruh dalam proyek
sehingga dapat menentukan hasil usaha dan juga dapat membantu mengarahkan
perhatian orang pada unsur input atau output yang penting untuk memperbaiki
perkiraan dan meperkecil bidang ketidakpastian.
2.9.7 Penelitian Terdahulu
Yulianto (2009), melakukan penelitian Analisis Pengembangan Usaha
dan Kredit Usaha Pembuatan Sandal Wanita (Studi Kasus Pengrajin Sandal
Wanita Indra Jaya Ciomas Bogor). Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti
kelayakan usaha dan pengembangan usaha dengan menggunakan analisis usaha,
analisis kriteria investasi dan analisis sensitivitas. Dari hasil penelitiannya,
penulis mengungkapkan bahwa apabila ditinjau dari segi berbagai aspek
kelayakan usaha layak untuk dilaksanakan, Usaha Indera Jaya layak untuk
diberikan kredit sebagai modal usaha dari pihak perbankan, yang berdasarkan
pada laporan keuangan (laporan laba rugi dan neraca) pada tahun 2008 dan juga
hasil perhitungan rasio keuangan. Didapatkan nilai NPV 175.781.905,- . Nilai
Net B/C sebesar 1,53 dan IRR 32,97 persen pertahun. Hasil analisis sensitivitas
menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dilakukan.
Zakaria (2010), melakukan penelitian Studi Kelayakan Bisnis
Pengembangan Usaha Isi Ulang Minyak Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss
Farfum Bogor. Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti kelayakan usaha dan
pengembangan usaha dengan menggunakan analisis usaha. Hasil dari analisis
kelayakan pada aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan teknologi dan
aspek manajemen dan operasional menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk
dilaksanakan. Sedangkan hasil analisis aspek financial menunjukkan nilai NPV
positif (Rp. 57.494.38 5,-), nilai IRR 21 persen dimana nilai ini lebih besar dari
nilai suku bunga pinjaman yang diigunakan (13 %), Net B/C 1,24, BEP
Rp.391.161.287,- dan PBP 1,12 tahun yang bearti usaha ini sudah dapat menutupi
biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Semua perhitungan pada
analisis finansial juga menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan.
Muhamadjen (2008), menganalisis kelayakan Usaha Kapsul Ekstrak Di
Taman Sringanis Bogor (Kasus Untuk Esktrak Pegagan dan Sambiloto).
Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti kelayakan usaha dan pengembangan
usaha dengan menggunakan analisis usaha dan swiching value, usaha kapsul
ekstrak pegagan dan sambiloto ini di taman sringanis secara finansial layak
dilakukan. Hasil analisis kelayakan usaha tersebut menunjukkan nilai NPV
sebesar Rp. 319.479.932,09 artinya nilai ini lebih besar dari nol bearti usaha
kapsul ekstrak pegagan daan sambiloto di taman sringanis masih layak untuk
dilaksanakan. IRR sebesar 31.07 persen, dibandingkan dengan tingkat diskonto
berlaku saat ini 16 % maka dari tingkat pengembalian modal usaha rumah jamu
ini layak dilaksanakan. NCBR sebesar 1.97 artinya setiap pengeluaran biaya
sebesar Rp.1,00 akan memberikan keuntungan Rp. 1,97.
III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Marun Aromaterapi yang bergerak di bidang produksi minyak angin


Aromatherapy didirikan untuk mengambil peluang yang ada dan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen akan produk ini yang digunakan sebagai obat masuk angin
yang memberikan aroma yang segar bagi pemakainya. Dalam pendirian usaha
produksi minyak angin aromatherapy pada UKM Marun Aromaterapi ini belum
pernah dilakukan analisis terhadap kelayakan setiap aspek dalam usahanya.
Studi kelayakan bisnis membahas mengenai kelayakan dari berbagai segi aspek
kelayakan bisnis yaitu, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan
operasional, aspek pasar dan pemasaran, serta aspek finansial atau keuangan.
Studi kelayakan bisnis dapat memberikan masukan mengenai target atau
pencapaian yang harus diwujudkan untuk mempertahankan kegiatan usaha yang
didirikan agar tetap berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Saat ini usaha
minyak angin aromatherapy sudah mulai banyak bermunculan dengan berbagai
merek dagang baru yang terdapat diberbagai toko di pasaran. Hal ini
menyebabkan persaingan yang harus dihadapi oleh UKM Marun Aromaterapi
untuk bisa bertahan dan bersaing dalam menjalankan usahanya.
Hal tersebut disadari dengan keinginan dari UKM Marun Aromaterapi
untuk membuat atau melakukan sebuah studi kelayakan usaha pada produksi
minyak angin aromatherapy yang dijalankan. Adapun harapan yang diharapkan
dari dibuatnya sebuah analisis tentang kelayakan usaha pada pendirian produksi
minyak angin aromatherapy merek dagang Flosh adalah agar dapat
menimbulkan rasa optimis dan rencana pengembangan usahanya kedepan,
strategi yang akan dilakukan untuk memajukan usaha produksi minyak angin
aromatherapy merek Flosh ini dimasa yang akan mendatang dan bermanfaat
sebagai pedoman bagi UKM Marun Aromaterapi untuk memperbaiki usahanya ke
depan, sehingga dapat memberikan kontribusi positif terciptanya usaha minyak
angin aromatherapy merek Flosh dalam memenuhi permintaan produknya di
pasaran. Kerangka pemikiran dalam penelitia ini dapat dilihat pada Gambar 1.
16

Marun Aromaterapi

Kelayakan Usaha

Aspek Non Keuangan Aspek Keuangan

Aspek Teknis dan Teknologi


Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek
(Yuridis)
pasar Aspek Finansial
IRR, NPV,
Lokasi Perusahaan SIUP 1.Potensi Pasar BEP,PP,PI
Proses produksi NPWP 2. Strategi Pemasaran Sensitivitas
Pemilihan TeknologiLEGAL
Kapasitas Produksi

Tidak Layak Layak Layak Tidak Layak

Evaluasi
Evaluasi

Pengembangan Usaha

Gambar 1. Kerangka operasional penelitian


3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UKM Marun Aromaterapi Jln. Cimanggu Kecil


No. CC 3 Komplek Puslitbangtri Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini secara
sengaja, dengan pertimbangan bahwa Marun Aromaterapi yang merupakan
produsen minyak angin aromatik yang sangat memperhatikan kualitas
produknya sehingga dapat bersaing dengan perusahaan sejenis. Penelitian ini
dilakukan mulai bulan April-Mei 2011.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan seluruh
data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara yang
meliputi :
1.Wawancara :
Pihak-pihak yang diwawancarai terutama adalah manajemen bagian produksi,
keuangan, pemasaran serta pihak lain yang berhubungan langsung dengan UKM
ini, guna memperoleh data primer ini akan diambil bentuk wawancara tidak
terstruktur dengan pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga memberikan
keleluasaan bagi responden untuk memberi pandangan secara bebas dan
memungkinkan peneliti untuk mengajukan perntanyaan secara mendalam.
2. Observasi
Melihat secara langsung obyek yang akan diteliti terutama terhadap praktek-
praktek yang dilakukan perusahaan.
3. Studi literatur dan kepustakaan
Bertujuan untuk dapat menganalisa secara teoritis terhadap masalah-masalah yang
berhubungan dengan penulisan dengan membaca skripsi, studi kepustakaan
dilakukan dengan membaca berbagai text book, jurnal jurnal pemasaran, artikel
artikel yang relevan, sumber-sumber lain guna memperoleh data sekunder.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Informasi dan data yang di dapatkan dari dilakukannya penelitian ini,


diolah dan dianalisis. Analisis diawali dengan mengidentifikasi apa saja yang
menjadi faktor internal dan eksternal dari lingkungan perusahaan pada Marun
Aromaterapi. Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis usaha berdasarkan nilai IRR, PI, NPV, BEP, PP, R/C Ratio dan analisis
sensitivitas.
1. Break Even Point (BEP)
Penentuan titik impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan
pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba. Penentuan
titik impas dengan pendekatan grafis dilakukan dengan cara mencari titik
potong antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu
grafik yang disebut grafik impas. Penentuan titik impas dengan teknik
persamaan dapat dilakukan dengan dua cara yakni sebagai berikut:
a. Laba adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya
atau dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
Y = cx – bx – a........................................................................................(1)
Keterangan :
Y : Laba
a : Biaya tetap
b : Biaya variabel per satuan
c : Harga jual per satuan
x : Jumlah produk yang dijual
b. Persamaan dinyatakan dalam bentuk laporan rugi laba dengan metode variabel
costing, persamaan tersebut berbentuk sebagai berikut:
Y = cx – bx – a.....................................................................................(2)
Keterangan :
Y : Laba
bersih a :
Biaya tetap
bx : Biaya variabel
cx : Pendapatan penjualan
2. Payback Period (PP) : Nilai Investasi x 1 tahun....................................(3)
Kas Masuk Bersih
3. Net Present Value adalah perbedaan antara nilai sekarang dari benefit
(keuntungan) dengan nilai sekarang biaya, yang besarnya dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
….............................................................……(4)

Keterangan :
o
Bt = Benefit bruto proyek pada tahun ke –t
Ct = Biaya bruto proyek pada tahun ke-t
n = Umur ekonomis proyek
i = Tingkat bunga modal (%)
t = Periode per tahun
Apabila dalam perhitungan NPV diperoleh lebih besar dari nol atau
positif, maka proyek yang bersangkutan diharapkan menghasilkan tingkat
keuntungan, sehingga layak untuk diteruskan. Jika nilai hasil bersih lebih kecil dari
nol atau negatif, maka proyek akan memberikan hasil yang lebih kecil dari pada
biaya yang dikeluarkan atau akan merugi (ditolak).
4. Internal Rate of Return dari suatu investasi adalah suatu nilai tingkat bunga
yang menunjukan bahwa nilai sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah
seluruh ongkos investasi proyek. IRR dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:

……………………………………….(5)

Keterangan :
I positif = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif
I negatif = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negative
NPV positif = NPV pada tingkat suku bunga i positif
NPV negatif = NPV pada tingkat suku bunga I negatif
Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
(IRR>1), maka suatu perencanaan proyek dinyatakan layak untuk dilanjutkan,
dan sebaliknya jika IRR<1, maka proyek ditolak.
5. Analisis Net B/C bertujuan untuk mengetahui beberapa besarnya keuntungan
dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomisnya. Adapun
rumus akan yang dipakai sebagai berikut :
………………………………………………(6)

Keterangan :
Net B/C ≥ 1 : usaha layak dilaksanakan
Net B/C < 1: usaha tidak layak dilaksanakan

3.5. Asumsi

1. Usaha yang dilakukan adalah usaha mandiri. Dimana Marun


Aromaterapi membeli bahan baku setengah jadi dari pemasok untuk
dijual kembali ke konsumen. Umur proyek ditetapkan selama 3 tahun
karena dianggap telah dapat merepresentasikan kondisi usaha yang
dijalankan.
2. Biaya investasi di asumsikan dikeluarkan pada tahun ke-0.
3. Modal investasi awal berasal dari modal sendiri, dalam hal ini adalah
pembentukan Marun Aromaterapi berupa lahan usaha, bangunan, dan
peralatan yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha.
4. Daftar nilai investasi awal (lahan, bangunan, dan peralatan produksi)
adalah daftar harga sekarang (2011) berdasarkan keterangan pemilik
Marun Aromaterapi.
5. Biaya reinvestasi alat produksi dikeluarkan untuk alat produksi yang
memiliki umur teknis kurang dari 3 tahun.
6. Jangka waktu yang digunakan dalam perhitungan cash flow adalah
pertahun.
7. Tahun dasar analisa kelayakan usaha menggunakan data penjualan
Minyak Angin Aromaterapi dari marun .
8. Harga jual Flosh perbotol ditetapkan Rp. 18.000,- oleh Marun
Aromaterapi (harga tahun 2011).
9. Perhitungan biaya bahan baku mengikuti harga yang diberlakukan oleh
toko bahan pemasok (harga tahun 2011).
10. Harga seluruh input dan selama masa penelitian di asumsikan tetap
(harga bahan baku tahun 2011) dan perubahan yang terjadi
diperhitungkan dalam analisis sensitivitas.
11. Informasi perubahan (kenaikan/penurunan) harga pada analisis
sensitivitas didapatkan dari pemilik Marun Aromaterapi) dengan
mengacu pada tahun 2010 dan pada harga tahun 2011.
12. Faktor-faktor yang akan diteliti dalam analisis sensitivitas adalah
perubahan harga bahan baku, penurunan harga jual produk dan
kombinasi perubahan harga bahan baku serta harga jual produk.
Perubahan harga bahan baku dan harga jual akan memberikan dampak
yang besar dalam perhitungan cash flow.
13. Kegiatan produksi yang dilakukan oleh Marun Aromaterapi di
asumsikan tetap setiap bulannya berdasarkan siklus produksi flosh,
dengan kapasitas produksi flosh yaitu 3000 botol perbulan.
14. Peningkatan jumlah penjualan produk di asumsikan naik sebesar 9 %
pada setiap tahunnya.
15. Biaya promosi hanya dikeluarkan pada tahun pertama.
16. Hasil analisis finansial disajikan dalam cash flow pengembangan usaha.
17. Suku bunga yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis kelayakan
pada penelitian ini adalah suku bunga kredit Bank Mandiri yaitu
sebesar 14 %.
18. Pajak penghasilan diasumsikan sebesar 0 %, karena UKM Marun
Aromaterapi belum memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) Badan
Usaha.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Pendirian Usaha Marun Aromaterapi (Flosh Minyak Angin


Aromatherapy)

Marun Rumah Aromaterapi dimulai pada pertengahan tahun 2007,nama


pengurus dan penanggung jawab adalah Rahmi Fitria. Marun Aromaterapi
memiliki jumlah karyawan 2 orang pada awalnya menu yang dihadirkan adalah
jasa pijat refleksi dan body message dengan menggunakan essential oil
(aromatherapy), segmen pasar yang dibidik adalah kaum wanita dan terapis
semua adalah wanita. Usaha ini menghadirkan konsep sehat dan cantik dengan
aromatherapy, segarkan dan rawatlah tubuh anda dalam suasana home spa. Dalam
perkembangannya jasa pelayanan sudah mencakup kepada perawatan tubuh.
Sehubungan dengan lokasi usaha yang terletak didalam komplek perumahan
(bukan jalan utama) maka pemilik menyadari usaha ini akan berkembang dari
mulut ke mulut. Pada tahun 2010 usaha Marun Aromaterapi mulai
dikembangkan dengan memproduksi minyak angin aromatik dan balsam
aromatik dimana produksi perdananya pada awal pertengahan april 2010 kedua
produk ini diberi merk dagang “Flosh” Minyak angin bermanfaat untuk masuk
angin, flu, pusing, pegal, sekaligus memberikan sensasi kesegaran dengan wangi
aroma, lavender, green tea, apple, dan lemon. Produk ini muncul dengan slogan
“Flosh Minyak Aromatik Double Action” produk flosh aromatik berupa cairan
dalam bentuk roll on dengan volume 8 ml untuk setiap botol. Untuk menjaga
kualitas produk, maka fragrances (bahan baku) Impor dari Australia dan Eropa.
Harga ecerannya di patok adalah 18.000 per botolnya. Sedangkan ide minyak
angin ini di produksi, karena melihat hadirnya produk sejenis safe care, melihat
potensi pasar yang menjanjikan produk ini masih terbilang baru dan kebetulan
ahli untuk minyak atsiri di Indonesia adalah orang tua pemilik sendiri, maka
formula ini di buat. Tenaga ahli adalah pegawai negeri yang bekerja di Balittro
(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat) yang berada di pusat kampus
penelitian pertanian cimanggu Bogor, yang sudah alang melintang selama
puluhan tahun dalam bidangnya dan merupakan ahli peneliti utama dalam
bidang minyak atsiri dan
23

juga bekerja sebagai konsultan lepas untuk berbagai perusahaan pemanfaatan


minyak atsiri.
Pemilik mendaftarkan usahanya ke Departemen Perindustrian pada tahun
2010, Perdagangan dan Koperasi (Deperindagkop) agar usaha ini memiliki
kekuatan hukum dan jaminan legalitas. Hal ini sejalan dengan kriteria UKM
menurut Inpres No. 10 tahun 1998, dimana suatu usaha harus memiliki segala
persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat dan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP). Marun Aromaterapi salah satu jenis perusahaan
perorangan, karena kepemilikannya dimiliki oleh satu orang, yang bermodal kecil,
terbatasnya jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerja atau buruh yang
sedikit dan menggunakan alat produksi teknologi sederhana.

4.2. Gambaran Umum Perusahaan

Marun Aromaterapi berlokasi di Jln. Cimanggu Kecil No. CC 3 Komplek


Puslitbang dan merupakan perusahaan keluarga yang bergerak di bidang
produksi minyak angin aromatherpy. Dalam melakukan usahanya, Marun
Aromaterapi memiliki visi untuk menjadi produk yang dapat bersaing dan
diserap oleh konsumen di berbagai wilayah provinsi di Indonesia. Misi yang
akan dijalankan oleh Marun Aromaterapi adalah : (1) Menjaga kualitas bahan
baku komponen utama minyak angin; (2) Menggunakan botol yang berkualitas
tinggi; (3) Kemasan yang menarik dan terkesan mewah; (4) Membuka dan
membina distributor beserta agen sebanyak mungkin di setiap provinsi di
Indonesia untuk melayani permintaan.

4.3. Analisis Kelayakan Usaha Marun Aromaterapi


4.3.1 Aspek Yuridis
Marun Aromaterapi telah memiliki legalitas usaha yaitu dengan telah
memiliki surat-surat perijinan yang dibutuhkan oleh suatu usaha, seperti Surat Ijin
Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil No : 517/16/MIKRO/BBPPT/VIII/2010, Surat
Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Perorangan No : 10.04.5.52.01418 dan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pribadi No Reg : 87.374.388.4-404.000. Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) Badan Usaha belum dimiliki oleh Marun
Aromaterapi, sehingga tidak dikenakan pajak penghasilan bagi wajib pajak badan
usaha.
Lahan dan lokasi yang dipergunakan untuk kegiatan produksi oleh
Marun Aromaterapi telah memiliki legalitas hukum yang jelas. Karena dengan
dimilikinya Surat Izin Pendirian Bangunan, dan telah memiliki surat PBB (Pajak
Bumi dan Bangunan).

4.3.2 Aspek Teknikal

Aspek teknikal membicarakan mengenai bagaimana cara Marun


Aromaterapi mengelola kegiatan produksi baik alur produksi, peralatan yang
digunakan, kapasitas produksi, pengawasan kualitas, letak pabrik beserta tata letak
peralatan. Kegiatan produksi saat ini masih berada di Jln. Cimanggu Kecil
RT.01/11 Komp.Puslitbang Kav CC-3 Bogor, karena lokasi saat ini masih
menyatu dengan rumah tinggal, sehingga direncanakan pembuatan pabrik baru
yang khusus yang akan digunakan untuk proses produksi akan dipindahkan ke
lokasi baru yang mana bagunan pabrik baru ini, baru akan bisa digunakan dalam
jangka waktu 2-3 bulan kedepan. Pembuatan pabrik secara khusus juga menjadi
harapan Marun Aromaratepi untuk mendapatkan izin dari Badan Pengawasan
Obat dan Makanan (BPOM), karena diantara syarat untuk mendapatkan izin
BPOM sendiri harus memiliki tata letak peralatan mesin produksi, memiliki
kamar mandi karyawan pria dan wanita secara khusus. Penataan tata letak
peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi dikelompokkan berdasarkan
jenis pekerjaannya. Pengelompokkan peralatan dilakukan sesuai dengan alur
proses produksi minyak angin aromatik, sehingga akan mempermudah para
pekerja untuk mengambil bahan kerjaannya dan menyalurkannya setelah selesai
untuk tahap proses selanjutnya. Peralatan yang digunakan untuk produksi sudah
bagus, terlihat dengan adanya mesin pengaduk bahan baku utama, sedangkan
peralatan pengisian minyak angin kedalam botol masih sederhana karena belum
menggunakan mesin, tetapi masih menggunakan alat Gelas Ukur dan Suntikan
yang dibuat sedemikian rupa yang berfungsi untuk memasukan minyak angin ke
dalam botol yang memerlukan perlakuan khusus. Dalam pencatatan transaksi
untuk pembelian dan penjualan yang dilakukan di catat dalam buku berisi kolom
nama barang, jumlah, dan harga yang selanjutnya akan di input kedalam komputer
untuk pengolahan lebih lanjut seperti mengetahui jumlah pendapatan dan
pengeluaran, selain itu juga berfungsi sebagai data penyimpanan data (database)
bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
Bahan baku (komposisi) yang digunakan untuk proses produksi minyak angin
aromatik adalah Menthol, Methyl Salicylate, Camphor, Essential Oils,
Fragrances, Carrier yang diperoleh dari pemasok tetap dan memiliki kualitas
yang telah terjamin. Pemilihan baku ini dilakukan langsung oleh pemilik usaha
Marun Aromaterapi berdasarkan kebutuhan akan mutu, aroma dan harga akan
bahan tersebut.
Botol yang digunakan sebagai kemasan merupakan salah satu produk
impor dari luar negeri dan salah satu produk penting yang harus dijaga
ketersediaannya serta harus terjaga akan kualitas botolnya. Marun Aromaterapi
sengaja mengimpor botol dari luar karena pengalaman sebelumnya
menggunakan botol buatan lokal yang tidak memuaskan sehingga banyak
mendapatkan keluhan dari konsumen akan kualitas botol yang bocor dan
merembes. Cara yang ditempuh oleh UKM Marun Aromaterapi dalam
mendapatkan botol sesuai keinginan dengan mencari di internet untuk penyedia
botol unggulan. Pemesanan awal sedikit, hanya dilakukan untuk mengetahui
apakah perusahaan tersebut benar- benar dapat dipercaya dengan jumlah
pemesanan botol yang terbatas. Setelah beberapa kali transaksi memalui internet
dengan produsen pembuat botol, UKM Marun Aromaterapi melakukan
pemesanan botol dalam jumlah yang banyak hingga sekali order untuk
kebutuhan botol polos mencapai 30.000 botol/ order.
Berdasarkan kerjasama yang baik dengan pemasok botol, importir
bersedia membuat botol yang sudah disablon berdasarkan desain yang UKM
Marun berikan dan dikenakan penambahan biaya sablon untuk perordernya. Biaya
pembelian akan bisa ditekan jika jumlah pemesanan botol semakin banyak,
maka biaya perunit botolnya akan semakin murah. Alur proses produksi
pembuatan minyak angin aromatik dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.
Penimbangan
(menggunakan alat timbang dan gelas
ukur)

Pencampuran/ Pengadukan
(dilakukan di dalam drum, botol, alat pengaduk stirer)

Feeling (menggunakan feeler manual)

Penyimpanan

Pengemasan
(packaging)
Gambar 2. Alur Proses Produksi
Tabel 1. Peralatan yang digunakan dalam memproduksi Minyak Angin
Aromatherapy pada UKM Marun Aromaterapi.
No Keterangan Satuan Jumlah (unit)
1 Botol kaca ukuran 5 liter unit 2
2 Botol kaca ukuran 2 liter unit 4
3 Timbangan digital unit 1
4 Gelas ukuran 10 ml unit 4
5 Gelas ukuran 50 ml unit 3
6 Gelas ukuran 100 ml unit 2
7 Gelas ukuran 250 ml unit 3
8 Timbangan biasa unit 1
9 Alat produksi lainnya unit 1
Sumber : Marun Aromaterapi, 2011
Fokus kegiatan operasional Marun Aromaterapi adalah penjualan minyak
angin aromatherapy, oleh karena itu, proses produksi hanya dilakukan bila
terdapat permintaan dari konsumen atau terjadi. Pemesanan botol kembali
dilakukan bila persediaan botol sudah hampir habis. Botol dikirim setelah
pembayaran dilakukan dan botol, baru diterima oleh UKM Marun Aromaterapi
dalam jangka waktu 2 bulan dari tanggal pesan. Tahapan dalam proses pemasukan
dan pencampuran bahan produksi di Marun Aromaterapi dalam pembuatan
minyak angin aromatik adalah :
1) Pemilihan aroma minyak angin
Pemilihan minyak angin berdasarkan aroma yang akan di klasifikasikan
berdasarkan aroma yang ada yang akan di masukan ke dalam botol yang
telah dilabel berdasarkan pembagian aroma seperti apple, lemon, green
tea, lavender.
2) Pengukuran dan Pencampuran Bahan minyak angin kedalam botol 8 ml
yang telah berlabel berdasarkan aroma.
3) Pengemasan Minyak Angin berdasarkan label aroma dan di paket dalam
plastik berisi satu lusin. Paket dapat berisi 4 aroma berdasarkan
permintaan dari konsumen yaitu, 3 aroma apple, 3 aroma lavender, 3
aroma green tea, dan 3 aroma lemon. Namun bisa disesuaikan dengan
permintaan konsumen jika dalam sati lusin hanya terdapat satu aroma saja.
Kemudahan dalam memilih aroma ini diberikan kepada konsumen untuk
membina kerjasama yang lebih intensif sehingga diharapkan konsumen
Marun Aromaterapi lebih setia terhadap pelayanan produk ini.
4.3.3 Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran dibutuhkan dalam menilai sejauh mana
potensi usaha dapat dijalankan. Analisis terhadap aspek ini menjadi perhatian
pertama agar dapat diketahui sejauh mana pangsa pasar dan peluang yang tersedia
dan dapat melihat kondisi pasar yang terjadi, sehingga dapat diperkirakan
anggaran usaha.
a. Bentuk Pasar
Bentuk pasar produsen untuk minyak angin aromaterapi adalah pasar
persaingan sempurna. Pasar konsumen yang dipilih adalah pasar
penjualan melalui distributor, agen, dan penjualan langsung (direct
selling), karena Marun Aromaterapi memiliki tempat yang tetap di garasi
rumah untuk memajang produknya.
b. Segmen konsumen yang ingin dicapai oleh Marun Aromaterapi adalah
penduduk Kota Bogor dan warga Indonesia yang tersebar dalam
beberapa provinsi umumnya, kalangan menengah keatas, terutama yang
membutuhkan minyak angin aromatik yang terkesan mewah dengan
desain kemasan yang unik, menarik, berkualitas, dan harga yang
ditawarkan cukup bersaing dari produsen minyak angin aromatherapy
lainnya. Dalam beberapa bulan penjualan untuk produk ini mencapai
rata- rata penjualan sebanyak 3000 botol/bulan.
c. Analisis persaingan
Dengan semakin banyaknya bermunculan merek baru dalam usaha minyak
angin aromatherapy , saat ini dapat ditemukan lebih dari 8 item merek
yang beredar di pasaran. UKM Marun Aromaterapi memiliki kelebihan
tersendiri yang tidak dimiliki oleh produsen merek lain dalam segi aroma
yang ditawarkan lebih bervariasi dan lebih hangat, dengan kemasan botol
roll on 8 ml yang telah teruji mutunya. Marun Aromaterapi bahkan
memberikan garansi jika terdapat kebocoran pada botol dapat ditukarkan
kembali dengan syarat dan ketentuan bersama yang telah disepakati.
Marun Aromaterapi menyadari bahwa konsumen akan memilih produk
yang unggul dari segi kemasan, kualitas dan pelayanan yang ramah
terhadap konsumennya dan harga yang dapat bersaing. Strategi
pemasaran yang dilakukan oleh Marun Aromaterapi dalam rangka
memasarkan produknya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Produk
Marun Aromaterapi menghasilkan produk berupa minyak angin
aromatik berlabel merek flosh sesuai dengan merek dagang yang
dijalankan oleh UKM Marun Aromaterapi. Akan tetapi tidak
menutup kemungkinan untuk menggunakan merek lain bila ada
permintaan lain dari konsumen. Produk minyak angin yang
dihasilkan tersedia dalam berbagai varian aroma yaitu apple, green
tea, lavender dan lemon. Komposisi utama dari produk ini yaitu :
Menthtol, Methyl Salicylate, Camphor, Essential Oils, Fragrances,
Carier. Sedangkan untuk perbandingan bahan bakunya merupakan
rahasia perusahaan, bukan untuk dipublikasikan. Strategi produk
yang digunakan oleh Marun Aromaterapi selaku produsen minyak
angin aromatherapy adalah dengan menggunakan bahan baku yang
memiliki kualitas yang telah terjamin dan memenuhi standar yang ada
di UKM Marun Aromaterapi.
2. Harga
Harga yang ditetapkan oleh Marun Aromaterapi untuk setiap botol 8
ml yang berupa kemasan roll on adalah Rp 18.000,-. Penentuan harga
jual eceran tersebut, berdasarkan pada biaya penggunaan bahan baku,
upah tenaga kerja, dan keuntungan yang ingin didapatkan. Harga untuk
distributor yang diberikan sebesar Rp 10.300,- perbotol, dengan
ketentuan dan kesepakatan yang di tandatangani oleh kedua pihak
dengan surat perjanjian hitam diatas putih. Pengambilan jumlah
minimal untuk distributor sendiri adalah 30 lusin perbulan.
Sedangkan harga agen telah ditetapkan sebesar Rp.12.600,- perbotol
dengan pengambilan minimal pembelian 3 lusin perorder. Harga titip
jual pada toko dan outlet yang melakukan kerja sama dengan UKM
Marun Aromaterapi juga sebesar Rp 12.600,- /botol. Harga yang
diberikan tersebut belum termasuk ongkos kirim barang dari pabrik
ke lokasi masing-masing konsumen diluar kota Bogor. Strategi harga
yang dilakukan oleh Marun Aromaterapi adalah dengan tidak
mengambil keuntungan yang besar dalam kegiatan usahanya
sehingga perputaran modal usaha berjalan lancar dan perusahaan
diharapkan akan bisa melakukan produksi dengan jumlah yang lebih
besar jika ada permintaan lebih.
3. Distribusi
Saluran distribusi produk minyak angin aromatherapy pada UKM
Marun Aromaterapi dilakukan secara langsung untuk wilayah Kota
Bogor, dan menggunaka fasiltas kargo untuk pengiriman wilayah
luar Bogor seperti jasa TIKI, POS, Bus, Dakota dan jasa pengiriman
barang lainnya. Biaya kirim barang untuk luar kota Bogor
sepenuhnya ditanggung oleh pembeli produk ini. Namun UKM
Marun siap membantu memberikan referensi kargo dengan tarif
kirim termurah ataupun mengirim barang melalui referensi yang
diberikan oleh konsumen. Pembayaran dapat dilakukan setelah
barang diterima oleh pelanggan yang sudah melakukan kerja sama
dengan modal kepercayaan sebelumnya. Sedangkan bagi pelanggan
baru, harus
melakukan pembayaran di awal untuk mengirim sejumlah uang
sesuai pembelian yang dilakukan dan melakukan konfirmasi setelah
mentransfer uang ke rekening pemilik Marun Aromaterapi, kemudian
pihak Marun Aromaterapi melakukan penggecekan apakah uang sudah
masuk atau belum, jika hal tersebut sudah dijalankan maka pengiriman
barang akan dilakukan hari itu juga. Jika ternyata pembelian
bersangkutan dilakukan pada hari libur nasional maka pengiriman
barang dari UKM Marun ke konsumen diluar daerah Kota Bogor
dilakukan pengiriman barang pada hari berikutnya. Strategi yang
digunakan dalam kegiatan distribusi untuk wilayah Bogor adalah
UKM Marun Aromaterapi untuk wilayah dalam kota Bogor
memberikan ongkos kirim secara gratis dan dilakukan secara
langsung dengan menggunakan sepeda motor dan mobil pemilik
Marun Aromaterapi.
4. Promosi
Kegiatan promosi dilakukan oleh UKM Marun dalam rangka
memasarkan produknya yaitu dengan membuat socket (tempat
memajang produk), brosur, banner, kartu nama, membuat blog produk
serta membuat website produk. Awal mula promosi dilakukan
dengan membagikan sample/tester produk secara gratis kepada teman
terdekat, teman kantor dan tetangga. Kemudian pembagian sample
produk beserta brosur dan kartu nama kepada toko apotik, toko
herbal, outlet, hotel, koperasi kantor, dan distributor/ agen obat lainnya.
Promosi juga dilakukan dengan pemberian diskon dengan jumlah
pembelian tertentu pada bulan tertentu. Misalnya UKM Marun
Aromaterapi melakukan harga promo di website untuk bulan Juli
setiap pembelian 3 lusin, mendapatkan gratis 1 lusin. Untuk para
distributor diberikan fasilitas brosur produk, socket dan banner.
Untuk socket dan banner bisa didapatkan dengan membayar sebesar
50 % dari harga sebenarnya, hal ini dilakukan oleh UKM Marun
Aromaterapi untuk membina para distributor baru yang akan
bergabung dengan tujuan menjangkau pasar yang lebih luas.
Mempertahankan hubungan baik dengan para
distributor guna memperlancar peredaran barang ke konsumen.
Adapun syarat bagi distributor yang ditetapkan oleh Marun
Aromaterapi adalah :
Ketentuan umum
1. Memiliki data nama dan alamat yang jelas.
2. Patuh pada peraturan dan tata terbit keagenan.
3. Disertakan surat keagenan dan distributor resmi.
4. Menerapkan harga jual produk yang sama diseluruh Indonesia.
5. Memiliki komitmen yang sama untuk mengembangkan
kewirausahaan.
6. Pembayaran Cash langsung atau melalui transfer via Bank.
7. Biaya kirim ditanggung oleh agen dan distributor.
8. Order setelah transfer/ pembayaran tidak dapat dibatalkan.
4.3.4 Aspek Manajemen
Marun Aromaterapi dipimpin oleh pemilik usaha tersebut dan bertugas
mengelola jalannya usaha pembuatan minyak angin aromatherapy. Kegiatan
pengelolaan keuangan, produksi, pemasaran, dan sumberdaya manusia telah
dibagi berdasarkan tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai perannya.
Dalam menjalankan kegiatan usahannya, pemilik usaha menerapkan sistem
kekeluargaan dengan setiap anggota keluarga yang sekaligus berfungsi sebagai
karyawan. Namun dalam hal pengelolaan dan pembagian tugas masing-masing
dilakukan secara professional. Struktur organisasi yang terdapat pada UKM
Marun Aromaterapi dalam pembuatan minyak angin aromatik bisa dilihat pada
Gambar 3.

Pemilik

Bagian produksi Bagian keuangan Bagian pemasaran

Karyawan Karyawan Karyawan


Gambar 3. Struktur organisasi Flosh Marun Aromaterapi
Marun Aromaterapi mengenal pembagian hasil keuntungan dengan
sistem yang dibuat berdasarkan peran di organisasi yaitu, pendiri, pelaksana,
dan pemodal. Pembagian hasil dari keuntungan penjualan yang diperoleh oleh
Marun Aromaterapi dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Klasifikasi perhitungan bagi hasil dari keuntungan bersih penjualan
produk
No Nama Peran dalam Organisasi Keuntungan Jumlah

1 Pendiri 40 % 5 orang
2 Pelaksana 45% 5 orang
3 Pemodal 15% 3 orang
Sumber : Data primer Marun Aromaterapi, 2011
Pemberian gaji kepada karyawan dihitung berdasarkan tingkat
kedatangannya ketempat kerja yaitu diberikan konpensasi sebesar 30.000,-
perhari. Dalam seminggu terdapat 4 hari kerja. Jam kerja dimulai dari pukul
08.00 hingga pukul 16.00 WIB tiap harinya. Sedangkan gaji untuk satu orang
apoteker untuk Marun Aromaterapi diberikan sebesar 1.500.000,- perbulan.
Keberadaan apoteker sendiri adalah hal wajib yang harus dipenuhi sebagai
persyaratan dikeluarkannya izin BPOM. Selain pemberian upah kerja, UKM
Marun Aromaterapi juga memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada
setiap pekerjanya sebesar 500.000,- dan diberikan bantuan biaya pengobatan apabila
ada pekerja yang sakit.
4.3.5 Aspek Lingkungan
Usaha pembuatan minyak angin aromatherapy yang dilakukan oleh Marun
dapat dikatakan turut serta membantu perekonomian masyarakat sekitar, hal
tersebut tercemin dari penggunaan tenaga kerja yang berasal dari lingkungan
pabrik. Selain itu, limbah yang dihasilkan dari sisa produksi minyak angin tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan, karena sebagian besar bahan baku
tersebut habis terpakai.
4.3.6 Aspek Keuangan
Aspek keuangan bertujuan untuk menentukan perkiraan besarnya dana
yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha produksi minyak angin
aromatherapy
ini. Dana yang di butuhkan untuk usaha memproduksi minyak angin
aromatherapy digunakan untuk modal investasi dan modal kerja.
Analisis usaha pembuatan minyak angin Marun Aromaterapi
menggunakan data tahun 2011 yang dipergunakan sebagai dasar untuk membuat
perhitungan analisis usaha dari tahun ke 1 sampai tahun ke 3.
Berdasarkan data tahun 2011, total nilai investasi (tempat usaha dan
peralatan) adalah sebesar Rp. 217.015.000.000,-. Total biaya tetap yang
dikeluarkan sebesar Rp. 37.760.000,-. Total biaya variabel yang dikeluarkan
adalah sebesar Rp. 139.008.000,- dan jumlah keuntungan yang didapatkan
setelah pajak adalah sebesar Rp. 296.583.667,-. Pesanan minyak angin yang
diterima Marun dari konsumen sebanyak 3000 botol dengan nilai sebesar Rp.
518,400,000,-. Analisis usaha proyeksi pendapatan minyak angin Marun tahun
2011 dapat dilihat pada Lampiran 7.
Proyeksi analisis usaha pembuatan minyak angin Marun Aromaterapi
dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-3 dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan tabel proyeksi analisis usaha pembuatan minyak angin Marun
Aromaterapi dalam jangka waktu selama 3 tahun, maka didapatkan nilai R/C
ratio, nilai Break Even Poin (BEP) dan nilai Payback Period yang tersaji pada
Tabel 4.
Tabel 3. Proyeksi Analisis Usaha Pembuatan Minyak Angin Marun
Keterangan Tahun ke
1 2 3
Produksi(btl) 36.000 39.240 42.772

Harga (btl) 18.000,- 18.000,- 18.000,-

Biaya prod/btl 8000,- 8.400,- 8.820,-

Penerimaan 648.000.000,- 706.320.000,- 769.896.000,-

Pengeluaran 288.000.000,- 329.616.000,- 377.249.040,-

Keuntungan 360.000.000,- 376.704.000,- 392.646.960,-

Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011


Tabel 4. Nilai R/C ratio, Break Even Poin (BEP), dan Payback Period
Keterangan R/C ratio BEP (nilai) BEP Payback
(produk) Period
Nilai 247.577.163,- 113.149.038,- 6286 1.25 tahun
Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011
Analisis usaha merupakan suatu gambaran untuk menilai kelayakan
suatu usaha dengan melihat dari beberapa hal yaitu keuntungan, R/C Ratio,
Break Event Point (BEP) dan Payback Period (PP).
Tabel 5. Kebutuhan Modal Kerja dan Investasi Marun Aromaterapi
Jenis Jumlah (Rp.)
A. Aktiva
Bangunan Pabrik dan Instalasi 210.000.000,-
Tanah 207.000.000,-
Etalase 5.000.000,-
Peralatan 7.015.000,-
Perlengkapan 8.9 00.000,-
Perizinan 1.000.000,-
Jumlah Aktiva (A) 438.915.000,-
B.Modal Kerja
Bahan Baku Produksi 32.000.000,-
Biaya kemasan 10.000.000,-
Biaya tenaga kerja 23.360.000,-
Biaya lain - lain 200.000,-
Jumlah Modal Kerja (B) 65.560.000,-
TOTAL BIAYA KERJA (A+B) 504.575.000,-
Sumber : Data primer Marun Aromaterapi, 2011
Kebutuhan investasi merupakan modal yang dikeluarkan pada awal
periode usaha untuk pembelian sarana dan prasarana yang mendukung
berjalannya usaha tersebut dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga
secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Jika investasi awal secara ekonomis
sudah tidak dapat digunkan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau yang
disebut dengan reinvestasi. Total rencana kebutuhan modal pada periode
pertama
usaha ini adalah Rp. 504.575.000,- terdiri dari kebutuhan investasi tahun ke nol
Rp. 438.915.000,- dan perkiraan modal kerja Rp. 65.560.000,-.
Bahan baku produksi terdiri dari alkohol, bahan baku utama (Menthol,
Methyl Salicylate, Camphor, Essential Oils, Fragrances, Carrier ), dan botol.
Sedangkan kemasan yang digunakan adalah kemasan plastik berlogo agar dapat
digunakan sebagai salah satu sarana promosi. Biaya lain–lain terdiri dari biaya
tagihan listrik, air, telepon dan penyusutan. Perhitungan biaya penyusutan dapat
dilihat dalam Lampiran 2. Sumber pendapatan untuk usaha produksi minyak
angin Marun Aromaterapi seluruhnya berasal dari modal sendiri. Bangunan rumah
merupakan tempat yang dimiliki keluarga pemilik yang sengaja dijadikan untuk
melakukan usaha ini. Pendapatan yang akan diterima dari hasil penjualan
produk. Pada tahun pertama Marun Aromaterapi ditargetkan mampu menjual
36.000 botol minyak angin aromatherapy. Hal itu berarti dalam satu bulan
Marun Aromaterapi dapat menjual 3000 botol minyak angin. Seluruh penjualan
tersebut diperkirakan akan naik 9 persen pada tahun berikutnya. Dengan harga
modal yang diperkirakan naik 5 persen, maka dapat diproyeksikan penerimaan
Marun Aromaterapi selama 3 tahun analisis.
4.3.7 Analisis Kriteria Investasi
Kelayakan usaha Marun dapat dilihat dengan menggunakan lima penilaian
kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, Net B/C, BEP dan PBP. Hasil perhitungan
kriteria investasi secara komprehensif dapat dilihat pada lampiran 2 dan 7. Nilai
dari kriteria penilaian investasi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai kriteria penilaian investasi Marun Aromaterapi
Kriteria Investasi Nilai
Net Present Value (NPV) Rp. 659,100,845-
Internal Rate of Return (IRR) 79,50%
Net Benefit/Cost (Net B/C) 2.50
Breack Even Poin (BEP) Rp. 113.149.038,-
Payback Period (PBP) 1.25 tahun
Sumber : Diolah dari data primer, 2010
1) NPV
Kriteria NPV didasarkan atas konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke
nilai sekarang. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai NPV untuk
Marun Aromaterapi adalah Rp. 659.100.845-. Nilai tersebut merupakan
penerimaan kas bersih yang diterima usaha UKM minyak angin Marun
Aromaterapi selama lima tahun periode analisis. Dari data tersebut
didapatkan nilai positif yang menunjukkan bahwa nilai arus kas masuk
lebih besar daripada nilai kas keluar, sehingga usaha produksi minyak
angin aromatherapy ini layak untuk dilanjutkan.
2) IRR
Menurut Rangkuti (1997), IRR adalah suatu metode untuk mengukur
tingkat investasi. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai IRR dari
Marun Aromaterapi 79.50 persen, nilai ini lebih besar dari nilai suku
bunga pinjaman yang digunakan dalam perhitungan (14 persen). Hal ini
berarti, tingkat pengembalian yang hasilkan dari investasi pada
pengembangan usaha ini lebih besar nilainya dibandingkan tingkat
pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank.
Dengan demikian, kriteria untuk usaha produksi minyak angin dapat
dinilai layak.
3) NET B/C
Net B/C atau Rasio Keuntungan/Biaya sama dengan Profitability index
(PI) menunjukkan kemampuan menghasilkan laba per satuan niali
investasi. Hasil perhitungan untuk Marun Aromaterapi menunjukkan
nilai
2.50. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar
daripada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya, atau
dengan kata lain usaha produksi minyak angin aromatherapy akan
mendapatkan tambahan penerimaan Rp 2.50 dari setiap pengeluaran Rp.
1,00 dan karena nilai Net B/C ini lebih besar dari 1 (PI > 1), maka usaha
Marun Aromatrapi ini layak untuk dilanjutkan.
4) BEP
BEP merupakan suatu keadaan dimana pendapatan usaha mencapai titik
impas, artinya tidak mengalami keuntungan maupun kerugian.
Berdasarkan hasil perhitungan,usaha minyak angin Marun Aromaterapi
mencapai titik impas pada Rp. 113.149.038. Artinya pendapatan Marun
Aromaterapi harus melebihi nilai tersebut untuk mendapatkan margin atau
keuntungan.
5) PBP
Periode pengembalian (PBP) adalah jangka waktu yang diperluka
mengembalikan modal usaha investasi, yang dihitung dari arus kas bersih.
Dari hasil perhitungan inididapat nilai 1,25 tahun. Hal ini bearti usaha ini
sudah dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur
usaha berakhir, maka usaha
p□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻□□□□

□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□ investasi setelah
dilakukannya analisis sensitivitas pada usaha produksi minyak angin
aromatherapy Marun dapat dilihat pada Tabel 7.
4.3.8 □□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□ investasi setelah dilakukannya
analisis sensitivitas pada usaha produksi minyak angin aromatherapy Marun
dapat dilihat pada Tabel 7.
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻◻□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□◻◻◻◻◻◻◻◻◻
◻◻◻□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□ investasi setelah dilakukannya analisis sensitivitas pada usaha produksi
minyak angin aromatherapy Marun dapat dilihat pada Tabel 7.
a) □□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□ investasi setelah dilakukannya analisis sensitivitas
pada usaha produksi minyak angin aromatherapy Marun dapat dilihat pada
Tabel 7.
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□
□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□ investasi setelah
dilakukannya analisis sensitivitas pada usaha produksi minyak angin
aromatherapy Marun dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga


Bahan Baku Sebesar 9 persen dan 10 persen
No Kriteria Sebelum Setelah Setelah
Investasi Kenaikan Kenaikan (9%) Kenaikan (10%)
1 NPV 659.100.845 1.941.335 (1.212.221)
2 Net B/C 2.50 1.06 0.96
3 IRR 79.50 23.10 18.05
Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011
Kenaikan harga bahan baku yang masih dapat ditoleransi oleh Marun
Aromaterapi adalah sebesar 9 persen, dimana akan menghasilkan nilai NPV
sebesar 1.941.335, nilai Net B/C sebesar 1.06, dan nilai IRR sebesar 23.10.
Berdasarkan nilai NPV, Net B/C dan IRR tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa usaha pembuatan minyak angin aromatherapy Marun masih
layak untuk dijalankan. Usaha pembuatan minyak angin Marun akan menjadi
tidak layak untuk dijalankan apabila kenaikan harga bahan baku telah mencapai
sebesar 10 persen. Nilai NPV yang didapatkan sebesar (1.212.221), nilai kriteria
investasi akibat perubahan harga bahan baku dapat dilihat pada Lampiran 9.
b) Penurunan Harga Jual Produk
Penentuan harga jual produk sangat penting dilakukan demi kelangsungan
hidup perusahaan. Penurunan harga jual produk dapat terjadi karena pembeli
melakukan penawaran terhadap harga yang telah diajukan, oleh sebab itu pihak
penjual perlu mengetahui sampai sebatas mana harga jual yang ditetapkan akan
mendatangkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan. Nilai kriteria
investasi setelah dilakukan analisis sensitivitas pada usaha pembuatan minyak angin
Marun dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Penurunan Harga
Jual Produk Sebesar 20 persen dan 21 persen
No Kriteria Sebelum Setelah Penurunan Setelah
Investasi Kenaikan (20%) Penurunan (21%)
1 NPV 659.100.845 574,687 (912,746)
2 Net B/C 2.50 1.02 0.97
3 IRR 79.50 20.92 18.53
Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011
Berdasar perhitungan analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual
sebesar 20 persen, usaha pembuatan minyak angin aromatherapy Marun masih
layak untuk dilakukan. Nilai NPV yang didapatkan sebesar 574.687, nilai Net
B/C sebesar 1.02 dan nilai IRR sebesar 20.92. Apabila terjadi penurunan harga
jual produk sebesar 21 persen, maka perhitungan analisis sensitifitas akan
menghasilkan nilai NPV sebesar (912.746), nilai Net B/C sebesar 0.97 dan nilai
IRR sebesar 18.53. Hal tersebut akan menyebabkan usaha pembuatan minyak
angin aromatherapy pada UKM Marun menjadi tidak layak untuk dijalankan.
Perubahan nilai kelayakan investasi akibat penurunan harga jual tersebut dapat
dilihat pada Lampiran 9.
c) Kenaikan Harga Bahan Baku dan Penurunan Harga Jual Produk
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, nilai kenaikan harga
bahan baku dan penurunan harga jual produk yang menyebabkan usaha Marun
Aromaterapi menjadi masih layak untuk dijalankan adalah sebesar 6 persen dan
6 persen. Nilai NPV sebesar 2.477.408, nilai Net B/C sebesar 1.08, dan nilai
IRR sebesar 23.95. Usaha pembuatan minyak angin Marun akan menjadi tidak
layak apabila terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 7 persen dan penurunan
harga
jual sebesar 7 persen, dimana menghasilakan nilai NPV sebesar (2,163,582)
nilai Net B/C sebesar 0.93, dan nilai IRR sebesar 16.52. Nilai kriteria investasi
setelah dilakukan analisis sensitivitas pada usaha pembuatan miinyak angin
Marun dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Akibat Kenaikan Harga
Bahan Baku Dan penurunan Harga Jual Produk

No Kriteria Sebelum Setelah Setelah


Investasi Kenaikan Naik/Turun Naik/Turun
(6 % / 6%) (7%/7%)
1 NPV 659.100.845 2,477,408 (2,163,582)
2 Net B/C 2.50 1.08 0.93
3 IRR 79.50 23.95 16.52
Sumber : Diolah dari data primer Marun Aromaterapi, 2011
Perubahan nilai kelayakan investasi akibat kenaikan harga bahan baku dan
penurunan harga jual tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9.
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
a. Hasil analisis kelayakan pada aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan
teknologi dan aspek manajemen dan operasional menunjukkan bahwa usaha
minyak angin ini layak untuk dilaksanakan.
b. Berdasarkan hasil analisis aspek finansial menunjukkan nilai NPV positif (Rp.
659.100.845,-), nilai IRR 79.50 persen dimana nilai ini lebih besar dari nilai
suku bunga pinjaman yang digunkan (14 persen), Net B/C 2.50, BEP Rp.
113.149.038,-, dan PBP 1.25 tahun yang berarti usaha ini sudah dapat
menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir. Semua hasil
perhitungan pada analisis finansial juga menunjukkan bahwa usaha ini layak
untuk dijalankan.
c. Kenaikan harga bahan baku yang masih dapat ditoleransi oleh Marun
Aromaterapi adalah 9 persen, dimana akan menghasilkan nilai NPV sebesar
1.941.335, nilai Net B/C sebesar 1.06, dan nilai IRR sebesar 23.10.
Penurunan harga jual sebesar 20 persen, usaha pembuatan minyak angin
aromatherapy
Marun masih layak untuk dilakukan. Nilai NPV yang didapatkan sebesar
574.687, nilai Net B/C sebesar 1.02 dan nilai IRR sebesar 20.92. Nilai
kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual produk usaha Marun
Aromaterapi masih layak untuk dijalankan adalah sebesar 6 persen dan 6
persen. Nilai NPV sebesar 2.477.408, nilai Net B/C sebesar 1.08, dan nilai
IRR sebesar 23.95.
2. Saran
Sebaiknya UKM Marun ini mempromosikan produknya lebih intensif.
Dengan memaksimalkan penggunaan website produk, membuat iklan atau
artikel pada media cetak (koran, majalah bisnis), media elektronik radio, dan tv.
Karena hingga saat ini UKM Marun belum berpromosi melalui media cetak dan
elektronik, kecuali website.
DAFTAR PUSTAKA

Ketaren. 1985. Mengkaji Manfaat Minyak Atsiri. Edisi pertama. Indeks Jakarta.

Kotler,P.2004. Manajemen Pemasaran (Sudut Pandang Asia). Edisi Ketiga.


Indeks Jakarta.
Moore,C.2008. Kewirausahaan (Manajemen Usaha Kecil). Salemba Empat.
Jakarta.

Muhamadjen,E. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Kapsul Ekstrak Di Taman


Sringganis Bogor. Skripsi pada Depertemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen. Insitut Pertanian Bogor, Bogor .

Porter,M.2009. Keunggulan Bersaing. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rangkuti,F.1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi


Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21).
PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Simamora, H. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi III. Yogyakarta.

Umar,H.2009. Studi Kelayakan Bisnis. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yulianto, A. 2009. Analisis Pengembangan Usaha dan Kredit Usaha Pembuatan


Sandal Wanita (Studi Kasus Pengrajin Sandal Wanita Indra Jaya Ciomas
Bogor). Skripsi pada Depertemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Zakaria,M. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pengembangan Usaha Isi Ulang


Minyak Wangi Pada Usaha Perseorangan Boss Farfum, Bogor. Skripsi
pada Depertemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Insitut Pertanian Bogor, Bogor .
http://grosir-sipfarma.com [2 April 2010]

Anda mungkin juga menyukai