pelamis)
Oleh :
I Gede Sunala/55193112615
Andi Azizah Nurahma/ 55193212596
Maria Mbela/ 55193212624
Oleh :
I Gede Sunala/55193112615
Andi Azizah Nurahma/ 55193212596
Maria Mbela/ 55193212624
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. I Ketut Sumandiarsa, S.ST.Pi., M.Sc. Heny Budi Purnamasari, S.St.Pi,. M.St.Pi.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Lapang I yang berjudul ”Proses Pengolahan Frozen Kebab Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis)”
Alasan penulis mengambil judul tersebut adalah untuk mengetahui secara
langsung alur proses produksi frozen kebab berbasis daging ikan cakalang dengan
perlakuan pada penambahan telur, menguji mutu bahan baku dan produk akhir,
melakukan pengujian proksimat dan mikrobiologi, serta mendesain kemasan.
Laporan Praktik Lapang I ini merupakan salah satu syarat untuk
melanjutkan ke semester VI pada Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan di Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
Penulis menyadari dalam penulisan Laporan Praktik Lapang I ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan dalam penulisan
selanjutnya.
Penulis
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Lapang I yang berjudul ”Proses Pengolahan Frozen Kebab Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis)”
Laporan Praktik Lapang I ini merupakan salah satu syarat untuk
melanjutkan ke semester VI pada Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan di Politeknik Ahli Usaha Perikanan
Laporan Praktik Lapang I ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Muh Hery Riyadi A., S.Pi., M.Si selaku Direktur Politeknik Ahli
Usaha Perikanan
2. Bapak Dr. I Ketut Sumandiarsa, S.ST.Pi., M.Sc. selaku Ketua Program
Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
3. Ibu Heny Budi Purnamasari, S.St.Pi., M.St.Pi. selaku Sekretaris Program
Studi Teknologi Hasil Perikanan
4. Ibu Aghitia Maulani, S.T.P., M.P. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan.
5. Keluarga yang selalu memberi dukungan moral dan material.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan
Laporan Praktik Lapang I.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
3.2.1. Alat................................................................................................... 10
3.2.2. Bahan............................................................................................... 10
iv
3.5.1. Pengamatan Alur Proses.................................................................. 12
SIMPULAN ........................................................................................................ 29
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
1
1. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Cakalang
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah salah satu jenis ikan pelagis
yang sangat bernilai ekonomis. Ikan ini menjadi salah satu ikan dengan sumber
daya yang sangat melimpah dan cukup stabil. Ikan cakalang sering disebut nama
dalam negeri dengan nama cakalang sedangkan skipjack digunakan di
internasional (Tuli, 2018). Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) salah satu jenis
ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat indonesia.
2.2.1 Morfologi Ikan Cakalang
Menurut Saanin (1983) dalam (Tuli, 2018) klasifikasi ikan cakalang
(Katsuwonus pelamis) yaitu :
Phylum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Kasuwonus
Species : Kasuwonus pelamis
2.2 Kebab
Kebab juga dikenal dengan sebutan kebap, kabab, kebob, kabob, kibob,
kebhav, ataupun kephav. Secara umum, kebab mengacu pada berbagai hidangan
daging panggang/bakar yang ditusuk memakai tusukan atau batang besi.
Hidangan ini banyak dijumpai dalam masakan Laut Tengah (Mediterania). Selain
itu, juga dikenal dalam masakan Kaukasus, Asia Tengah, Asia Selatan, dan
beberapa negara Afrika. Daging yang umum dipakai untuk kebab adalah daging
domba dan daging sapi, atau kadang-kadang daging kambing, daging ayam, ikan,
atau bahkan bisa berupa kerang.
5
Secara etimologi kata kebab berasal dari bahasa Arab: kabab (yang
awalnya berarti daging goreng, bukan daging panggang/bakar. Kata kabab
kemungkinan berasal dari bahasa Arab: kabbābā yang mungkin berasal dari
bahasa Akkadia: kabābu yang berarti "bakar, panggang". Pada abad ke-14, kebab
menjadi sinonim dengan tabahajah, hidangan berupa potongan daging goreng
dalam bahasa Persia. Dalam buku-buku berbahasa Turki, istilah kebab sering
dipakai untuk bola-bola daging yang dibuat dari daging ayam atau daging domba
cincang. Adapun kebab dapat dilihat pada gambar dibawah:
Gambar 2. Kebab
Sumber: (Nugroho et al., 2018)
2.3 Telur
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang
lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk,
bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya.
Telur kaya dengan protein yang sangat mudah dicerna. Beberapa hewan dapat
menghasilkan telur, tetapi hanya jenis telur tertentu yang biasa diperdagangkan
dan dikonsumsi manusia yaitu telur ayam, telur bebek, telur puyuh dan telur ikan.
Pada kenyataannya telur ayam yang paling populer dikalangan konsumen. Ada
dua jenis telur ayam yaitu telur ayam kampung (buras) dan telur ayam negeri (ras).
Demikian pula untuk telur bebek ada dua macam yang berwarna biru dan
berwarna putih, berasal dari bebek yang berbeda.
Telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk anak-anak yang
sedang tumbuh dan memerlukan protein dalam jumlah cukup banyak. Telur juga
sangat baik dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil, ibu yang menyusui dan orang
yang sedang sakit. Sebutir telur terdiri atas kulit telur, lapisan kulit telur (kutikula),
membran kulit telur, putih telur (albumin), kuning telur (yolk), bakal anak ayam
6
(germ spot) dan kantung udara. Adapun komponen penyusun telur antara lain
yaitu:
Tabel 2. Komponen Penyusun Telur.
Komponen Penyusun (%)
Bagian-Bagian telur Air Protein Lemak Karbohidrat Mineral
Telur Penuh 65 12 10 0,9 10
Isi 73,6 12,8 11,8 1 0,8
Kuning 48,7 16,6 32,6 1 1,1
Putih 87,9 10,6 - 0,9 0,6
Kulit dan membran 2 6 - - 92
Sumber: (Widarta, 2018)
Zat makanan pada putih telur yang terbanyak adalah protein albumin dan
paling sedikit adalah lemak. Putih telur banyak mengandung protein albumin. Putih
telur terdiri atas tiga lapisan yang berbeda, yaitu lapisan tipis putih telur bagian
dalam (30 %), lapisan tebal putih telur (50 %), dan lapisan tipis putih telur luar (20
%). Pada telur segar, lapisan putih telur tebal bagian ujungnya akan menempel
pada kulit telur. Putih telur tebal dekat kuning telur membentuk struktur seperti
kabel yang disebut kalaza. Kalaza akan membuat kuning telur tetap ditengah-
tengah telur. Kalaza juga dapat memberikan petunjuk tentang kesegaran telur,
dimana pada telur yang bermutu tinggi penampakan kalaza lebih jelas. Kuning
telur tersimpan di bagian pusat telur, berbentuk hampir seperti bola.
Telur merupakan sumber protein yang sangat baik di samping susu. Telur
kaya akan asam amino, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Protein telur
merupakan protein yang bermutu tinggi dan mudah dicerna. Dalam telur protein
lebih banyak terdapat pada kuning telur, yaitu sebanyak 16,5% sedangkan pada
putih telur sebanyak 10,9%. Disisi lain, hampir semua lemak terdapat pada kuning
telur, yaitu mencapai 32%, sedangkan pada putih telur terdapat lemak dalam
jumlah sedikit. Dengan kata lain, putih telur merupakan sumber protein, sedangkan
kuning telurnya merupakan
sumber lemak.
Kuning telur mengandung air, protein, lemak dan beberapa mineral. Kuning
telur berbatasan dengan putih telur dan dibungkus oleh suatu lapisan yang disebut
membran vitelin. Membran ini tersusun oleh protein yang disebut keratin.
Umumnya kuning telur berbentuk bulat, berwarna kuning atau oranye, terletak
pada pusat telur dan bersifat elastis. Warna kuning dari kuning telur disebabkan
7
oleh kandungan santrofil yang berasal dari makanan ayam. Pigmen lain yang
banyak terdapat di dalamnya adalah pigmen karotenoid.
Lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida
(umumnya berupa lesitin) dan kolesterol. Jumlah asam lemak tidak jenuh lebih
tinggi dibandingkan dengan yang terdapat pada produk hewan . Asam lemak
utamanya adalah asam oleat, palmitat, linoleat dan asam stearat. Fungsi
trigliserida dan fosfolipida umumnya menyediakan energi yang diperlukan untuk
aktivitas sehari-hari. Telur mengandung hampir semua vitamin kecuali vitamin C.
Vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K), vitamin yang larut dalam air
(thiamin, riboflavin, asam pantotenat, niasin, asam folat dan vitamin B 12). Selain
sebagai sumber vitamin telur juga sebagai sumber mineral. Kandungan mineral
telur hampir sama dengan kandungan mineral dalam susu. Mineral yang
terkandung dalam telur yaitu besi, fosfor, kalsium, tembaga, yodium, magnesium,
mangan, potasium, sodium, zink, klorida dan sulfur. Kuning telur cukup tinggi
kandungan kolesterolnya.
Kulit telur mempunyai struktur yang berpori-pori (porous) dan
permukaannya dilapisi oleh suatu kutikula, juga terdapat suatu lapisan berlemak
bersama dengan lapisan kutikula. Kulit telur hampir 98% mengandung kalsium. Di
dalam kulit telur terdapat putih telur yang terletak disebelah luar kuning telur. Telur
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3. Telur
Sumber: (Pengantar, 2013)
2.3.1. Sifat Fungsional Telur
2.3.1.1 Koagualasi dan Kekuatan Gel
Koagulasi atau gelatinasi produk adalah proses kimia dimana cairan sol
berubah menjadi gel. Koagulasi ditandai dengan perubahan dari molekul rantai
panjang menjadi struktur tiga dimensi, dimana struktur makromolekul pada sol
menjadi matriks gel tiga dimensi. Kekuatan elektrostatis yang kuat mengikat
makromolekul di dalam fase sol dengan ikatan hidrogen, ikatan disulfide dan ikatan
8
3. METODE PRAKTIK
3.1. Waktu dan Tempat
3.2.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan praktik adalah pisau,
wadah, sendok, wajan penggorengan, talenan, timbangan digital, dan alumunium
foil.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengolahan Frozen Kebab Ikan adalah ikan
cakalang, garam, bawang putih, lada, minyak goreng, tortilla, mayonaise, selada,
bawang bombai, cabai, jeruk nipis, saus sambal dan saos tomat.
3.3. Metode Kerja
Penggilingan
Marinasi ikan dengan
food procesor
Pemasakan
Penambahan dengan oven
bumbbu 100°C
Timbang isian
Siapkan kulit
kebab ikan
tortilla
sebanyak 45 g
Tambahkan saos
Masukkan selada sambal, mayonaise,
saos tomat
Gulung dengan
perlahan dan
Kebab ikan
potong menjadi
dua bagian
Perhitungan:
(pencampuran antara K2SO4 dan CuSO4 dengan perbandingan 3:1 serta beberapa
butir batu didih. Tambahkan 15 ml H2SO4 pekat (95%-97%) dan 3 ml H2O2 secara
perlahan-lahan dan diamkan 10 menit dalam ruang asam.
Destruksi pada suhu 410oC selama 2 jam sampai larutan jernih, diamkan
hingga mencapai suhu kamar dan tambahkan 50-75 ml aquades. Siapkan
Erlenmayer berisi 25 ml larutan H3BO3 4 % yang mengandung indikator sebagai
penampang destilat. Pasang labu yang berisi hasil destruksi pada rangkaian alat
destilasi uap. Tambahkan 50-75 ml larutan NaOH. Lakukan destilasi dan tampung
destilat dalam erlenmayer tersebut hingga volume enjadi 150 ml ( hasil destilat
akan berubah menjadi kuning).
Titrasi hasil destilat dengan HCL 0,2 N yang sudah dibakukan sampai warna
berubah dari hijau menjadi abu-abu netral. Lakukan pengerjaan blanko seperti
tahapan contoh.
Perhitungan :
Pembakuan HCL :
20 x N boraks
Normalitas lar . HCl
VHCl
( N x V ) x 14,007 x 6,25
% kadar protein x 100 %
Berat contoh x 1000
Dimana N : Normalitas HCL standar
V : Volume titrasi HCL (VA contoh– VB blanko)
14,007 : Berat atom N
6,25 : Faktor konversi
3.5.2.3.3 Pengujian Kadar Lemak
Kadar Minyak/Lemak (SNI 01-2891-1992), Metode ekstraksi langsung
dengan alat Soxhlet
Sampel ditimbang dengan seksama sebanyak 1 – 2 gram, lalu
dimasukkan ke dalam selongsong kertas yang dialasi dengan kapas.
Selongsong kertas berisi contoh disumbat dengan kapas, dikeringkan dalam
oven pada suhu tidak lebih dari 80 oC selama lebih kurang satu jam, kemudian
dimasukkan ke dalam alat Soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu
lemak berisi baut didih yang telah dikeringkan dan telah diketahui bobotnya.
Ekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama lebih kurang 6
15
jam. Sulingkan heksana dan keringkan ekstrak lemak dalam oven pengering
pada suhu 105 oC. Dinginkan dan timbang. Penegringan diulangi hingga
tercapai bobot tetap.
Perhitungan:
%Lemak = W – W 1 x 100%
Perhitungan:
Gambar 6 Marinasi
4.1.4. Penambahan Telur
Pada proses pembuatan frozen kebab ikan dengan perlakuan telur yang
berbeda yaitu dengan penambahan kuning telur, putih telur, kuning dan putih telur
dan tanpa telur. Dengan berat masing – masing telur sebanyak 20 gram. Adanya
penambahan telur dengan empat perlakuan yang berbeda, selanjutnya akan di uji
rating hedonik kesukaan. Adapun tahapan penambahan telur dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 9 Pemasakan
22
Siapkan kulit tortilla, lalu susun isian kebab ikan sebanyak 45 gram.
Tambahkan selada, mayonnaise, saos sambal, saos tomat. Lalu gulung perlahan
dan potong menjadi dua bagian dengan ukuran sama besar. Simpan di kotak
pengemasan lalu di masukkan kedalam frozen. Adapun produk kebab ikan
cakalang yang sudah siap, dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Bahan Nilai
Nilai Simpangan Standar SNI
Baku Pembulatan
Beku 7.2 ≤ µ ≤ 8,03 7
7
Thawing 6.82 ≤ µ ≤ 7.18 7
4. Kadar Lemak
27
Dari hasil penelitian pengujian produk kebab ikan cakalang di peroleh hasil
yaitu 7.25%. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan apabila dibandingkan
kadar lemak bahan baku ikan cakalang yaitu 3,39%. Peningkatan ini juga
dipengaruhi oleh penambahan telur pada isian kebab ikan, yang dimana sesuai
dengan pernyataan (Muthia et al., 2012) menyatakan bahwa dengan penambahan
putih telur pada produk sosis daging bebek mampu meningkatkan kadar air,
protein, dan lemak serta menurunkan kadar karbohidrat.
produk kebab ikan yang terpilih mendapat nilai yang sesuai dengan standar SNI
7388: 2009 yaitu < 3/g. Hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa produk kebab
ikan yang terpilih tersebut dalam proses pengolahannya dilakukan dengan baik
sehingga tidak terjadi kontaminasi yang menyebabkan terdapat bakteri yang tidak
diinginkan seperti koliform dan E.Coli. Selain dalam proses pengolahannya sudah
menerapkan sanitasi dan hygiene sehingga hasil yang didapatkan sangat
memuaskan, suhu pemanasan saat pemasakan daging isian kebab ikan juga
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri pathogen dalam produk kebab
ikan. Suhu oven yang digunakan saat pemasakan isian daging kebab yaitu
berkisar 100-105°C, dimana suhu tersebut tidak hanya dapat menghambat
pertumbuhan mikroba, akan tetapi juga dapat membunuh mikroorganisme itu
sendiri. Sebagian besar bakteri akan mati atau berhenti kegiatanya apabila suhu
diturunkan di bawah 0°C atau dinaikan sampai di atas suhu 100°C (Murniyati dan
Sunarman (2000), dalam (Salampessy & Siregar, 2012).
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, L., Nahariah, Fattah, H., & Hikmah. (2017). Karakteristik fungsional telur
infertil sisa hasil penetasan yang difermentasi menggunakan Saccharomyces
cerevisiae pada level yang berbeda. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pangan, 5(2),
107–112.
Anggraini, L., Ariyanti, S., Priambodo, L. H., Aini, H ,. Rifqi, M. 2010. Kebab Ikan
Euthynnus Affinis Sebagai Alternatif Makanan Pokok Sehat Dan
Berprotein Tinggi Yang Mampu Meningkatkan Kecerdasan. INSTITUT
PERTANIAN BOGOR BOGOR
Fausiah, A., & Al Buqhori, I. P. (2019). Karakteristik Kualitas Kimia Daging Sapi
Bali Di Pasar Tradisional. AGROVITAL : Jurnal Ilmu Pertanian, 3(1), 8.
Handayani, S., 2020. Jajanan Sehat Bagi Anak-Anak Berorientasi Pangan
Fungsional Berbahan Dasar Ikan Laut. Media Informasi dan
Komunikasi Ilmiah Teknologi Pertanian. Volume 11, No. 2, Halaman
88-98
Guo, Y., Kong, B., Xia, X., Yu, T., & Liu, Q. (2014). Changes in physicochemical
and protein structural properties of common carp (cyprinus carpio)
muscle subjected to different freeze-thaw cycles. Journal of Aquatic
Food Product Technology, 23(6), 579–590.
https://doi.org/10.1080/10498850.2012.741663
Intarasiriswati, C., Benjakul. S. & Visessanguan, W. (2011). Chemical
Compusitions of The Roes From Skipjack, Tongkol, and Banito.
Journal Foof Chemistry, 124(11), 13–28.
Muthia, D., Huda, N., Ismail, N., & Easa, A. M. (2012). The effects of egg white
powder addition with tapioca and sago flours on physicochemical and
sensory properties of duck sausage. International Food Research
Journal, 19(4), 1415–1421.
Nicko, M., Setyabudi, A., & Chalid, M. (2011). KARAKTERISTIK MATERIAL
REGRIND KOMPOSIT PP / TALCUM HASIL PROSES HOT MELT
MIXING Material Characteristics of Composite PP / Talcum Regrind by
31
Umar, R.Z. 2017. Skipsi Karakteristik Fisik Dan Fungsional Telur Konsumsi Yang
Difermentasi Dengan Bakteri Lactobacillus Plantarum Pada Suhu Dan
Lama Inkubasi Yang Berbeda. UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR.
Widarta, I., W. 2018. Ilmu dan Teknologi Pangan Unud
LAMPIRAN
34
1 Anggaran Biaya
Tabel 7. Anggaran Biaya
= (7 – 0.18) ≤ µ ≤ (7 + 0.18)
= 6.82 ≤ µ ≤ 7.18
39
Parameter uji
Perlakuan
Kenampakan Aroma Tekstur Rasa Overall Liking Total Rerata
Tanpa Telur 4 4,1 3,5 3,83 3,9 19,33 3,866
Kuning 4 3,86 3,56 3,63 3,66 18,71 3,742
Putih 4,03 4 3,93 3,73 3,83 19,52 3,904
Putih +
3,93 3,96 3,76 3,8 3,8
Kuning 19,25 3,85
Keterangan
TP Tanpa Telur
K Kuning Telur
P Putih Telur
PK Telur Utuh
42
= 7,69%
Sample 2
(𝑉𝑡𝑠−𝑉𝑡𝑏)𝑥𝑁𝐻𝐶𝐿𝑥6,25𝑥14,007
= 2,03𝑥1000
𝑥100%
(26−5)𝑥0,085𝑥6,25𝑥14,007
= 2,03𝑥1000
𝑥100%
= 7,61%
43
Sample 2
A= 21,49
B=23,51
C= 22,59
Berat Sample= 2,02
(23,51−22,59)
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 2 = (23,51−21,49) 𝑥 100% = 45,54%
44
Keterangan :
- A = Berat cawan porselin.
- B = Berat cawan dengan abu
Sample 1
A= 26,60
B = 26,66
Berat sample = 2,06
(26,66−26,60)
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 1 = 2,06
𝑥 100% = 2,91%
Sample 2
A=28,83
B=28,88
Berat sample = 2,02
(28,88−28,83)
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 2 = 2,04
𝑥 100% = 2,69
45
Keterangan :
B : berat labu lemak + berat sampel kering (gram)
A : berat labu lemak (gram)
X : berat sampel (gram)
Sample 1
A=22.42
B= 22,55
X= 2,069
22,55−22,42 0,13
Sample 1 = 2,069
𝑥100% = 2,069 𝑥100% = 6,2%
Sample 2
A= 22,63
B=22,80
X=2,033
22,80−22,63 0,17
Sample 2 = 2,033
𝑥100% = 2,033 𝑥100% = 8,3 %
46