DELICIA KUDUS
Oleh:
AGHATHA SABILA AYU SAPUTRI
Materi yang diamati dalam PKL ini yakni proses produksi jenang serta
keadaan umum perusahaan. Metode yang digunakan yakni observasi akan
keadaan perusahaan, proses produksi jenang, kerja lapangan dengan melakaukan
uji secara langsung ditempat, wawancara dengan staf dan karyawan, dokumentasi
kegiatan, studi literature serta diskusi dengan dosen pembimbing.
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
dari perencanaan hingga penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini,
terutama kepada:
1. Ibu Dr. Heni Rizqiati, S. Pt., M. Si. Selaku Ketua Program Studi Teknologi
laporan
3. Bapak Dr. Ir.Bambang Dwiloka M.S. selaku Dosen Wali yang telah
Kudus yang tidak dapat disebutkan persatu tanpa mengurangi rasa hormat
6. Orang tua penulis yang telah memberikan restu, izin, dan doa dukungan
kerja lapangan ini masih belum sempurna, maka dari itu kritik serta saran
berharap agar laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta pihak
Semarang, 26
Februari 2021
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
RINGKASAN.........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR ILUSTRASI...........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................2
1.1. Latar Belakang..........................................................................................2
1.2. Tujuan........................................................................................................3
1.3. Manfaat......................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5
2.1. Jenang........................................................................................................5
2.2. Proses Produksi Jenang.............................................................................7
2.3. Bahan Baku Jenang.................................................................................10
2.4. Bahan Penolong.......................................................................................15
2.5. Perubahan Karakteristik Mutu Jenang Selama Pengolahan....................17
BAB III MATERI DAN METODE..................................................................21
3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan...............................................................21
3.2. Materi......................................................................................................21
3.3. Metode.....................................................................................................21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................22
4.1. Profil dan Keadaan Umum Perushaan.....................................................22
4.2. Bahan Baku, Bahan Penolong dan Bahan Kemasan...............................35
4.3. Peralatan Produksi...................................................................................44
4.4. Proses Produksi.......................................................................................51
4.5. Titik Kritis Proses Produksi....................................................................60
BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................................63
5.1. Simpulan..................................................................................................63
5.2. Saran........................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................65
LAMPIRAN...........................................................................................................70
RIWAYAT HIDUP................................................................................................73
DAFTAR TABEL
Nomer Halaman
1. Komposisi Zat Gizi per 100 g Jenang......................................................18
Nomer Halaman
1. Mesin Pembersih Kelapa..........................................................................58
Nomer Halaman
1. Tata Letak Industi CV Mubarokfood Cipta Delicia.................................81
PENDAHULUAN
berbagai macam makanan yang berasal dari daerah tertentu dengan ciri
khasnya tersendiri salah satunya adalah jenang. Jenang adalah salah satu
(Zahrulianingdyah, 2018). Jenang identik dengan rasa manis dan gurih yang
lekat. Jenang merupakan makanan khas Kudus yang disajikan dalam bentuk
semi basah, elastis dengan warna cokelat muda sampai cokelat tua (Sokhibi,
2017). Jenang merupakan suatu produk makanan instan yang siap santap dan
Jenang terbuat dari bahan baku yang berasal dari hasil pertanian, seperti
tepung beras ketan, santan kelapa, gula pasir, gula kelapa, dan gula tumbu
kekenyalan, dan daya tahan jenang yang dihasilkan. Proses produksi jenang
juga tidak hanya terbatas pada pencampuran, melainkan terdapat reaksi kimia
mendidihkan secara terbuka campuran ketiga bahan utama, yaitu tepung ketan,
gula dan santan sehingga kental dan kalis, kemudian hasilnya didinginkan agar
membentuk gel dan menjadi semi padat. Keberadaan Jenang Kudus sudah
dikenal cukup luas. Selain dipasarkan di Jawa Tengah, saat ini Jenang Kudus
untuk makanan jajanan setengah basah seperti jenang sehingga lebih menarik
dan memiliki pasar yang lebih luas, karena pada dasarnya disamping untuk
bahan mentahnya.
mulai dari persiapan yang dilakukan sebelum proses produksi sampai dengan
jenang Mubarok memiliki karakteristik khas : tekstur elastis, flavor dan cita
rasa yang sangat lezat. Jenang Mubarok diolah secara higienis dengan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu media bagi mahasiswa
untuk melatih softskill dalam dunia kerja yang dimiliki dan mengaplikasikan
bekerja yang nyata dengan terus membuka wawasan penulis dalam ilmu-ilmu
di bidang pangan.
1.2. Tujuan
telah dipelajari oleh mahasiswa dari kegiatan belajar mengajar ke dalam proses
industri di bidang pangan yang didapat melalui interaksi dan kegiatan dengan
1.3. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan PKL ini adalah dapat mengetahui,
Cipta Delicia Kudus sehingga dapat mengetahui perbedaan teori yang didapat
selama kuliah dengan praktik kerja nyata di dunia kerja, selain itu diharapkan
kegiatan ini dapat menambah pengalaman dan wawasan dalam bentuk ilmu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jenang
semi basah, elastis dengan warna cokelat muda sampai cokelat tua (Sokhibi,
2017). Pada pemasakan jenang pembentukan flavor khas jenang dimulai saat
makanan yang mempunyai kadar air antara 10-40% dengan aktivitas air (aw)
yang tumbuh pada produk pangan semi basah setelah disimpan beberapa hari
adalah Aspergillus sp, Rhizopus sp, dan sebagian Penicillium (Koto et al.,
2015). Dengan adanya pertumbuhan mikroba ini berarti produk pangan semi
basah telah mengalami kerusakan. Kerusakan yang ada pada jenang karena
jenang. Faktor penyebabnya yang dapat terjadi yaitu pengolahan yang kurang
Daya awet produk pangan semi basah pengaruhi oleh komposisi bahan,
(Riset et al., 2016). Pada proses produksi jenang terjadi proses karamelisasi
dan reaksi maillard yang megakibatkan timbulnya warna cokelat, flavor dan
cita rasa khas jenang (Marsigit et al., 2020). Pada proses produksi jenang
diperlukan beberapa bahan, salah satunya adalah gula, yang berfungsi sebagai
6
larutan
melampaui titik leburnya, misalnya pada suhu 170C maka mulailah terjadi
karamelisasi sukrosa. Selain gula, jenang juga memiliki beberapa bahan yang
mengandung protein yaitu santan kelapa. Dalam kondisi suhu tinggi, hal
tersebut dapat mendorong terjadinya reaksi maillard antara gula pereduksi dan
aroma, kekenyalan, dan daya tahan jenang yang dihasilkan. Tepung beras
(dalam bentuk amilosa 1% dan amilopektin 99%), lemak 4%, protein 6,5 %
dan air 10%. Santan kelapa (Cocos nucifera) berguna untuk memberikan
kekenyalan, rasa, serta aroma yang umumnya mengandung air 52%, protein
1%, lemak 27%, karbohidrat atau gula 1% (Winarti, 2017). Gula aren atau
gula tebu dapat memberi aroma, rasa manis, dan berfungsi sebagai pengawet,
selain itu juga untuk memperbaiki tekstur (Naufalin, 2013). Kandungan gula
jenang. Terkadang asam benzoat ditambahkan pada pembuatan jenang ini agar
Asam benzoat menghambat jenis mikroba jenis kapang dan khamir pada pH
7
optimum < 5 (Astuti et al., 2020). Penambahan kalium sorbat 0,2% b/b dapat
juga mencegah kerusakan jenang (Shabrina, 2017). Adapun komposisi zat gizi
per 100 gram jenang menurut CV Mubarokfood Cipta Delicia dapat dilihat
pada Tabel 1.
Proses produksi jenang dimulai dari persiapan bahan, tahap awal yang
dilakukan untuk mengolah jenang yaitu menyiapkan semua bahan baku yang
akan digunakan, tahap yang kedua yaitu proses pemasakan yang diawali
kemudian masukkan gula kelapa dan gula pasir dengan santan kemudian
diaduk, setelah semua bahan larut hingga terbentuk larutan gula selanjutnya
atau ampas yang terdapat dalam gula. Tahap selanjutnya pencampuran adonan
tepung beras ketan dan santan dengan lurutan gula. Pemasakan dilakukan
kematangan akan dicapai apabila telah terbentuk bau aslinya. Adonan tidak
lagi mengandung aroma tepung, tidak lengket pada kawah atau kalis
mempunyai teksture yang tidak terlalu keras maupun terlalu lunak dan jika
dilakukan penekanan dengan jari maka tidak lengket dan tidak meninggalkan
bekas jari. Setelah jenang matang kemudian jenang diangkat dari kawah dan
dituang ke loyang yang terbuat dari plastik yang telah diolesi minyak oles.
Selanjutnya diberi label nama dan rasa adonan yang disebut batch produksi.
Kemudian loyang ditutup dengan plastik ditempatkan pada rak terbuka untuk
yang dibantu alat pendingin Air Conditioner (AC) dengan suhu 18C. Tahap
yang terakhir adalah tahap pengirisan dan pengemasan, Tahap pengirisan dan
yang dibantu oleh Air Conditioner (AC) bersuhu 18C. Setelah dingin jenang
tepung beras ketan, santan kelapa, dan gula dengan atau tanpa penambahan
bahan makanan dan bahan tambahan makanan lain yang diijinkan yang
cokelat muda sampai dengan cokelat tua. Adapun spesifikasi persyaratan mutu
sesungguhnya sumber sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada
Proses produksi adalah suatu cara/ metode/ teknik untuk menciptakan atau
menambah nilai guna suatu barang atau jasa. Proses produksi jenang
11
membutuhkan bahan baku dan bahan penolong. Adapun bahan-bahan baku yang
2.3.1. Gula
Proses produksi jenang kudus menggunakan bahan baku gula yang terdiri
dari gula pasir, gula kelapa dan gula tumbu. Dari ketiga gula tersebut mempunyai
fungsi yang berbeda-beda walaupun secara umum gula berfungsi sebagai pemberi
rasa manis dan pembentuk aroma yang khas. Aroma wangi gula terbentuk dari
kecoklatan.
L). Secara kimiawi gula pasir merupakan suatu disakarida yang tersusun dari dua
jenis monosakarida yaitu glokosa dan fruktosa. Gula pasir memiliki sifat-sifat
berbentuk kristal, berwarna putih, rasanya manis, dan larut dalam air pada suhu
kristalisasi dan pemisahan kristal gula dari molasses. Gula pasir digunakan pada
pengolahan jenang sebagai pemberi rasa manis dan berfungsi sebagai pengental
(thickener agent) (Yuwidasari et al., 2019). Menurut SNI, persyaratan mutu gula
Gula kelapa adalah gula yang berbentuk padat dan berwarna cokelat
kemerahan sampai cokelat tua. Gula merah merupakan hasil olehan nira kelapa
yang diucapkan dan kemudian dicetak. Gula kelapa mempunyai struktur dan
tekstur yang kompak, tidak terlalu keras sehingga mudah dipatahkan dan
memberi kesan empuk. Tetapi apabila gula kelapa disimpan pada tempat yang
lembab atau terkena air maka teksturnya akan menjadi lembek. Selain itu gula
merah juga mempunyai aroma dan rasa yang manis dan khas (Sutrisno dan
Susanto, 2013).
Rasa manis pada gula kelapa disebabkan karena gula kelapa mengandung
beberapa jenis gula seperti sukrosa, fruktosa, glukosa dan maltose (Sintasari et
volatile terutama volatile heterosiklik seperti pirazin dan furan (Setyawati, 2013).
Menurut SNI, persyaratan mutu gula merah cetak dapat dilihat pada Tabel 4.
13
No Kriteria Persyaratan
.
1. Keadaan :
a. Bentuk Normal
b. Rasa dan aroma Normal, khas
c. Warna Kuning kecoklatan
7. Cemaran logam :
Seng (Zn) (mg/kg) Max. 40
Timbal (Pb) (mg/kg) Max. 2
Tembaga (Cu) (mg/kg) Max. 10
Raksa (Hg) (mg/kg) Max. 0,03
Timah (Sn) (mg/kg) Max. 40
Arsen (Ar) (mg/kg) Max. 1
Selain menggunakan gula pasir dan gula kelapa, pembuatan jenang juga
melibatkan gula tumbu. Gula tumbu adalah gula dari nira tebu yang tidak
dipenuhi untuk gula kelapa dan gula merah adalah berwarna cokelat muda. Dari
segi kimiawi, yang menjadi parameter penerimaan ketiga jenis gula tersebut
adalah kadar air, kadar sakarosa, jumlah endapan, kadar abu dan kadar gula
pereduksi. Kadar gula pereduksi dan kadar sukrosa menjadi penentu terhadap
kualitas gula karena menentukan kemanisan bahan serta keawetan produk yang
dihasilkan. Sifat gula yang dapat mengikat air dapat mempengaruhi nilai aktivitas
14
air produk menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan sifat gula hidrofilik akibat
adanya gugus hidroksil yang mudah berikatan dengan air sehingga air dalam
2.3.2. Santan
Kelapa tua mempunyai kandungan lemak yang tinggi dan komposisi asam
amino daging buah banyak sehingga santan yang dihasilkan cukup banyak.
Santan merupakan salah satu sistem emulsi tipe minyak dalam air (o/w) yang
berwarna putih (Wibisana, 2020). Warna putih adalah hasil ekstraksi endosperm
atau daging buah kelapa dengan penambahan air. Penampakan putih susu
disebabkan oleh perbedaan indeks refraksi antara kedua partikel emulsinya yang
lebih besar daripada gelombang cahaya. Kadar lemak santan kira-kira sepuluh
kali lemak susu. Bentuk emulsi pada santan kelapa adalah makroemulsi dengan
ukuran partikel yang lebih besar dari satu mikron. Emulsi ini relative stabil
2020).
penggilingan dan pengayakan beras ketan. Tepung beras ketan mengandung 10%
air dan karbohidat yang tinggi, yaitu sekitar 87%. Karbohidrat dalam beras ketan
terdapat dua bentuk yaitu amilosa dan amilopektin (Isyanti dan Lestari, 2014).
Kandungan amilopektin pada beras ketan secara umum lebih tinggi (99%)
dicapai pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan granula pati kaya
(Susilawati et al., 2020). Menurut SNI, persyaratan mutu tepung ketan dapat
meliputi essence, margarin, wijen, vanili dan bahan kalium sorbat. Penggunaan
dan rasa (flavoring agent) (Tasia dan Widyaningsih, 2014). Selain essence,
Margarin merupakan salah satu bentuk emulsi dengan tipe water in oil (w/o)
yaitu fase air berada di dalam fase minyak. Lemak yang digunakan untuk
pembuatan margarin berasal dari lemak nabati (minyak kelapa, minyak inti sawit,
minyak biji kapas, minyak kedelai, minyak wijen, minyak kapuk, minyak jagung
tekstur makanan menjadi lentur dan lembut serta untuk membuat adonan jenang
dapat digunakan untuk aneka industri dan minyak makan. Biji wijen mengandung
35-57% minyak, 19-25% air, serat dan abu. wijen mengandung asam lemak jenuh
rendah atau asam lemak tidak jenuh mencapai 84% (Dewi et al., 2019). Asam
lemak tidak jenuh dalam biji berupa asam oleat dan linoleate yang diperlukan
biasa dijadikan pengharum makanan. Bubuk ini dihasilkan dari buahnya yang
17
berbentuk polong. Tanaman vanili dikenal pertama kali oleh orang-orang Indian
di Meksiko
Pangan (BTP) berupa kalium sorbat. Bahan pengawet adalah zat yang melindungi
warna (Rustan, 2013). Sedangkan menurut Federal Food Drugs and Cosmetic
Act menyatakan bahwa setiap zat kimia yang apabila ditambahkan dalam bahan
mikroba, suhu, waktu dan sifat fisik substrat tempat mikroba tumbuh.
Bahan pengawet yang diijinkan oleh Food and Drugs Administration dan
Asam sorbat dapat digunakan pada bahan pangan yang dipanggang, keju, prune
berkadar air tinggi, dan makanan semi basah. Asam sorbat merupakan asam
unsaturated) dan mempunyai sifat anti mikroba yang sangat kuat. Dalam industri
makanan dan minuman, asam ini digunakan dalam bentuk garam sodium maupun
pangan adalah 0,1-0,3% sedangkan Acceptable Daily Intake (ADI) kalium sorbat
adalah 25 mg/kg berat badan. Pada produk jenang, penambahan kalium sorbat
dengan bekerja dengan mendisosiasikan ion positif dan negative diluar sel. Tidak
hanyak diluar sel, ion positif dan negatif yang didalam sel akan menumpuk akibat
tidak semua ion terdiososiasi. Oleh sebab itu, sel mikroba berusaha mengeluarkan
organoleptic dalam proses produksi jenang adalah : perubahan warna dan rasa,
pertanda penurunan mutu. Gugus amino primer biasanya terdapat pada bahan
keton antara lain gula pereduksi (glukosa dan fruktosa) dengan gugus alfa
berlangsung sehingga seluruh air menguap. Bila kondisi tersebut telah tercapai
dan pemanasan diteruskan maka cairan yang ada bukan air, tetapi sukrosa
yang telah lebur. Titik lebur sukrosa adalah 160ºC. Bila gula yang telah
Pembuatan jenang menggunakan gula pasir, gula kelapa dan gula tumbu.
adanya proses pemasakan yang cukup lama beserta kondisi suhu yang tinggi
gula memiliki daya larut yang tinggi, maupu mengikat air dan mampu
konsentrasi tinggi maka sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia
untuk pertumbuhan mikroba dan aktivitas air (aw) dari bahan menjadi
berkurang.
Sedangkan dari segi rasa, semakin lama waktu pemasakan, rasa adonan
menjadi semakin manis. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kandungan air
sangat tinggi. Jika proses pemanasan dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi,
sebelah dalamnya masih basah (Huriawati et al., 2016). Cara pencegahan case
tinggi.
ini dapat terjadi karena terdapat bahan baku yang mendukung terjadinya
yang tinggi sehingga proses gelatinisasi dengan mudah dapat terjadi. Kadar
tepung ketan mempunyai sifat lekat yang sangat tinggi (Widanti dan Mustofa,
2016). Sifat ini sangat dibutuhkan dalam proses pembuatan jenang karena
sehingga sebagian fraksi pati terikat dan masuk ke dalam medium. Setelah
perusakan granula pati selesai maka viskositas pati meningkat (Faridah et al.,
2014).
bungaan yang biasa digunakan untuk parfum dan pewangi makanan. Contoh
ester yang sering digunakan adalah oktil asetat sebagai essense yang beraroma
jeruk, butyl butirat sebagai essense beraroma nanas, amil asetat sebagai
essense beraroma pisang, isoamil valeret sebagai essense yang beraroma apel.
Pembentukan aroma juga terjadi karena adanya kandungan zat vanillin dalam
2012).
BAB III
MATERI METODE
Kudus (Jl. Sunan Muria No. 33, Kecamatan Kudus, Kabupaten Kudus).
3.2. Materi
Materi yang diamati dalam PKL ini adalah proses produksi jenang serta
3.3. Metode
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada PKL ini adalah
Pengolahan data yang didapat saat melakukan kegiatan PKL adalah dengan
BAB IV
sejarah perusahaa, lokasi dan tata letak perusahaan, visi misi perusahaan, struktur
Cipta Delicia merupakan salah satu produsen jenang dan dodol terbesar di Jawa
Tengah. Mubarokfood telah berdiri sejak tahun 1910 dan telah melewati beberapa
titian sejarah yang teramat panjang, bukti perjuangan dan buah dari kegigihan,
keuletan dan akan dikenal sebagai kisah sukses anak bangsa. Pada awal
Sejarah berdirinya Jenang Kudus Mubarok dirintas oleh Ibu Hj. Alawiyah inilah
yang telah merintis pembuatan jenang dan kemudian diperjual belikan, lokasi
penjualan terletak di Pasar Kudus, area yang sekarang dikenal sebagai tempat
parkir para peziarah makam Sunan Kudus di Masjid Menara “Al-Aqso”. Domisili
Hj. Alawiyah berada di Desa Kliputu, daerah yang hingga saat ini dikenal sebagai
Desa Glantengan Kudus, yang dalam keseharian bekerja sebagai pande besi.
Pada saat Ibu Hj. Alawiyah meninggal dunia usaha jenang dilanjutkan oleh
banyaknya pesaing yang mulai bermunculan maka pada tahun 1975 perusahaan
meluncurkan tiga merk baru, yaitu: Mubarok, Mabrur, dan Viva. Merk-merk
banyaknya pesaing yang meniru dari merk-merk baru tersebut, utamanya merk
Mubarok.
Hilmy, SE seorang lulusan fakultas Ekonomi, UII Yogyakarta dan juga alumi
icon makanan khas daerah, dan dapat menjadi branding Kota Kudus selain Kudus
peningkatan dari sisi penjualan dan peningkatan asset perusahaan, tetapi juga
Presiden RI
RCTI)
Perdagangan RI
8. Halal Award 2018 dari LPPOM MUI kategori UMKM Halal Terbaik 2018
Awards 2013”, kategori “The Best Tradisional Food Company of the Year”
10. Penghargaan sebagai The Best Quality Product of The Year 2010 dari
12. Juara 1 Kreasi Kemasan Makanan Olahan Terbaik se-Jateng dari Dinas
16. Penghargaan Nasional The Most Established Company 2006 dari Majalah
17. Sertifikat Nasional TOP 250 INDONESIA ORIGINAL BRANDS 2009 dari
18. Sertifikat Jaminan Mutu dari ABIQA (Agro based Industry Quality
19. 3 Besar Pengusaha Muda Potensial Jawa Tengah dari HIPMI Jateng & KNPI
Jateng
20. Penghargaan Bintang Satu Food Safety Star Award dari BPOM Jateng (Th.
2005)
21. Sertifikat HALAL dari lembaga Pengkajian Pangan, Obat – obatan dan
22. Hazard Analysis and Critical Point (HACCP) System (Th. 2014)
28
di dalam maupun di luar negeri (Jepang, Abu Dhabi, Malaysia, Singapura, Jeddah,
No. 33, Kecamatan Kudus, Kab. Kudus. Perusahaan ini mempunyai lokasi yang
sangat strategis yaitu berada di pusat Kota Kudus (± 200 meter dari alun-alun
Kota Kudus) Selain itu juga berada pada jalan raya menuju Colo, salah satu objek
Delicia dipindah ke Jalan Sunan Muria Gang Kyai Khidir no. 27 Kudus (di
belakang lokasi produksi lama). Lokasi produksi tersebut telah dilengkapi ruang
administrasi dan perkantoran, ruang produksi, gudang bahan baku dan produk
laboratorium, musholla, kamar kecil, serta sarana air bersih. Sedangkan lokasi
lama digunakan sebagai outlet untuk memasarkan produk yang telah diproduksi
oleh CV Mubarokfood Cipta Delicia. Gambar tata letak perusahaan dapat dilihat
pada Lampiran 1.
manajemen merupakan suatu tim yang solid, kuat, kerjasama dan kebersamaan
industri ini adalah industri yang menghasilkan produk berupa makanan dengan
Motto yang saat ini mengalami perjalanan sejarah dan perjuangan yang terus
Cipta Delicia, pada tanggal 29 April 2006 yang bertempat di Gedung Jaya Design
Center (JDC) Semarang. Sejalan dengan motto baru yang bertujuan penambah
semangat, peluncuran logo baru Mubarokfood Cipta Delicia (MCD) ini juga
dengan tujuan “memperlihatkan langkah yang besar yang akan diambil oleh
Mubarokfood Cipta Delicia (MCD), Aspirasi, mimpi atau bahkan obsesi untuk
masa depan yang lebih positif dan dinamis. Masa depan yang penuh dengan
energi”.
Berkelas Dunia”.
professional
kepala bagian yang membawahi beberapa karyawan. Hal ini dapat diketahui dari
adanya jalur koordinasi pada bagan struktur organisasi yang dapat dilihat pada
Lampiran 2.
dengan cara manual dan sederhana, usaha yang dijalankannya pun hanya
31
merupakan usaha “home industry” atau “usaha rumahan”, yang mana pada waktu
itu tenaga kerja yang terlibat masih bersifat kerabat, saudara dekat maupun
tetangga sekitar. Awalnya produk jenang ini dijual tanpa merek dan kemasan,
namun pada tahun 1936 produk jenang ini diberi merek “HMR” yang
mengandung arti Haji Mabruri. Pengelolaan usaha yang masih bersifat “rumahan”
atau “home industry” ini belum terdapat pengorganisasian yng spesifik dan
struktual
jenang Sinar Tiga Tiga (PJ. Sinar Tiga Tiga). Hal ini menarik, dan menjadi
catatan penting dalam perkembangan industri jenang adalah, generasi kedua telah
mempunyai pandangan yang visioner atas produk yang dihasilkan dan adanya
kesadaran dan upaya untuk melindungi merek, padahal pemikiran tersebut bisa
dipastikan sangat jarang dimiliki oleh orang yang bergerak dibidang usaha
makanan terlebih untuk jenis usaha makanan tradisional. Tahun 1942 Bapak
Achmad Shochib mengajukan Sinar Tiga Tiga dan dikabulkan oleh Dirjen Merk
dilakukan perpanjangan, untuk saat ini merek Tiga Tiga masih terdaftar di
Cipta Delicia. Perhatian utama dari generasi ini adalah dibidang Sumber Daya
ditetapkannya Visi, Misi dan tujuan yang ingin dicapai perusahan. Dimana dalam
arah yang aktif antara owner, Komisaris dan Direktur Utama. Untuk pelakasanaan
tugas sehari-hari Direktur Utama dibantu oleh Direktur Operasional. Langka yang
tanah air, CV. Sucofindo International Certification Services Jakarta tahun 2002.
ISO 9001:2000 adalah merupakan suatu sistem manajemen mutu yang bertujuan
dibutikan dengan perolehan sertifikat ISO 22000 : 2018 di tahun 2018. ISO 22000
Pengakuan dan apresiasi lain yang diterima oleh Mubarok atas penelitian
tradisional yang berdiri, bertahan sampai dengan 1 abad, tetap solid dalam
yang professional secara rutin di setiap akhir tahun perusahaan oleh masing-
kedua, pada saat kepemimpinan H. Achmad Shochib, jenang kudus yang semula
dikemas dengan anyaman daun pandan dan ditempeli kertas bertuliskan Sinar
Tiga Tiga di bagian luar dan juga bagian dalam dari tebok (tampah kecil
jenang Sinar Tiga Tiga dikemas dalam plastik dan bagian luarnya kertas putih
dengan design gambar Sinar dan Angka 33 berwarna coklat tua yang diambil dari
nomor rumah tinggal yang beralamatkan di Jl. Sunan Muria No. 33 Kudus. Jenang
ini dikemas dengan berat 250g atau seperempat kilo. Oleh sebab itu jenang ini
pasaran muncul beraneka jenang lain yang mempunyai design kemasan yang
menyerupai Sinar Tiga Tiga yang asli. Hal inilah yang mendasari Bapak H. A.
dengan merek “Sinar Tiga Tiga roma Cokelat” dan Sinar Tiga Tiga Aroma Melon.
Jenang ini dikemas dalam kardus yang berwarna warni dengan diisi beberapa butir
jenang yang diiris kecil-kecil seberat 20g. generasi kedua ini pulalah dengan yang
melakukan diversifikasi merek, yaitu pada tahun 1978 sampai dengan tahun 1980
Direktorat Jendral Hak Cipta Paten dan Merek Departemen Kehakiman Jakarta
inovasi-inovasi dalam rasa dan kemasan dan mulai pada genrasi ketiga ini mulai
dikembangkan cara mengolah jenang dengan menggunakan mesin / alat, hal ini
beras ketan, pembuatan santan kelapa serta cara pengadukan (mixing) adonan
jenang. Untuk uji mutu bahan baku maupun produk, pada tahun 2000 telah
dibangun sebuah Laboratorium ini maka produk jenang Mubarok dijamin bermutu
Proses produksi jenang Mubarok di olah secara higienis dan mengacu pada
Critical Control Point (HACCP). Pengakuan proses produksi ini telah terjamin
dengan diperolehnya Sertifikat Jaminan Mutu dari Agro Based Induty Quality
konsumen merupakan hal penting dan juga menjadi perhatian dari generasi ketiga.
melakukan kegiatan promosi. Promosi merupakan hal yang sangat penting, karena
36
yang pada akhirnya apabila konsumen membeli produk tersebut menjadi puas dan
Selain itu titik perhatian utama dari generasi ketiga juga penataan dan
penempatan SDM yang sesuai dengan kapasitas dan bidangnya agar sesuai
dengan pengalaman, bidang keahlian dan kapasitasnya, “the right man in the
right place”. Bahwasanya dengan pola recruitment yang dilakukan oleh SDM
sampai dengan saat ini telah menseleksi karyawan di level Kepala Bagian sesuai
dengan porsinya, berdasar background pengalaman, disiplin ilmu yang sesuai dan
mewujudkan visi”.
37
4.1.7.Ketenagakerjaan
Tenaga kerja CV Mubarokfood Cipta Delicia berjumlah 133 orang, yang
Kesejahteraan, asuransi kesehatan, tunjangan hari raya dan bonus hasil penjualan.
produk yang dihasilkan oleh pekerja dalam sehari kerja. Tenaga kerja yang
bekerja di kegiatan produksi yang meliputi kerja matik marut (pengupasan dan
Tenaga kerja harian: sistem pengupahannya dilakukan setiap hari kerja setelah
semua proses selesai dilakukan. Tenaga harian terdiri atas karyawan gudang,
bahan baku, gudang penolong, unit kerja pengolahan mixer, unit kerja
setiap akhir bulan dengan besar sesuai ketetapan perusahaan, meliputi kepala
unit (kanit) dari bagian produksi, staf kantor dan kepala gudang.
adalah dengan melakukan sampling terhadap bahan-bahan dari supplier yang telah
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian mutu secara fisik sesuai dengan
parameter mutu yang telah tersedia pada format checklist untuk masing-masing
bahan. Pengujian tersebut dilakukan untuk memastikan mutu bahan baku dan
mencocokan dengan CoA. Jika hasil pengujian telah sesuai dengan CoA, maka
bahan akan diterima dan disimpan di gudang bahan baku. Jika hasil pengujian
tidak sesuai dengan CoA, maka bahan-bahan tersebut akan dikembalikan ke pihak
digunakan dalam proses produksi. Spesifikasi bahan baku dan bahan penolong
menjadi produk baru dalam suatu rangkaian proses produksi. Dengan kata lain
40
bahan baku merupakan input utama proses produksi untuk menghasilkan output.
jenang. Produk jenang terdiri dari dua jenis, yaitu jenang halus dan jenang merah.
Jenang halus adalah jenang yang dibuat tanpa menggunakan tambahan gula merah
sehingga berwarna coklat dan dipotong per biji dengan berat 20 gram. Jenang
merah adalah jenang yang dibuat dengan menggunakan tambahan gula merah
sehingga berwarna coklat kehitaman dan dipotong dengan berat 250 gram. Kedua
jenis jenang tersebut mempunyai kebutuhan bahan baku yang hampir sama
untuk mengawasi mutu bahan baku dan bahan penolong. Format tersebut
digunakan untuk menentukan status dari bahan-bahan tersebut, yaitu diterima atau
ditolak. Adapun bahan baku yang digunakan di antaranya: tepung ketan, santan,
dan gula.
beras ketan dari supplier tetap yang berasal dari Jawa Barat dengan standar mutu
yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Proses penggilingan beras ketan dilakukan
Quality Control. Pengawasan mutu dilakukan dengan menguji kadar air. Metode
Metode gravimetri dilakukan dengan menimbang sampel pada kisaran bobot 0,9
gram - 1,2 gram, kemudian dioven selama 3 jam pada suhu 105ºC setelah itu
kadar air sampelnya. Tinggi rendahnya kadar air pada tepung ketan berpengaruh
terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Selain kadar air, tepung ketan juga diuji
standar penerimaan tepung ketan yang digunakan sebagai pedoman. Tepung ketan
yang digunakan adalah tepung yang warnanya putih bersih, tidak mengandung
kotoran, halus (saringan 80 mesh). Menurut Atmaka et al. (2012) bahwa tepung
4.2.1.2. Santan
Santan diperoleh dari proses pengecilan ukuran daging kelapa (pemarutan)
yang kemudian ditambah air dan dipisahkan antara ampas dan filtratnya
menggunakan saringan. Filtart tersebut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu santan
kani dan santan kabar. Santan kani adalah santan kental hasil pemerasan pertama,
sedangkan santan kabar adalah santan encer hasil pemerasan kedua (hasil
diperoleh dari unit khusus pengadaan santan yaitu Unit Matik Marut.
Delicia mendatangkan buah kelapa dari supplier tetap dengan kualitas kelapa
yang baik. Perusahaan khusus mendatangkan buah kelapa yang berasal dari Bali
Pengawasan mutu terhadap buah kelapa dilakukan pada saat order baru
dating, sama dengan prosedur pengujian bahan baku yang lain. Buah kelapa yang
diterima adalah yang mempunyai spesifikasi sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh perusahaan, yaitu berbentuk bulat dan besar, daging tebal, tidak
busuk, tempurung buahnya berwarna cokelat kehitaman, tidak terlalu tebal dan
agak lunak, utuh dan tidak pecah dengan tingkat kematangan yang cukup tua
tetapi tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, karena santan yang dihasilkan
Selain itu juga dilakukan pengujian secara laboratoris terhadap kelapa untuk
diketahui kadar minyaknya dengan proses fisik yang sederhana. Buah kelapa
nantinya juga akan melalui mekanisme pengawasan mutu oleh bagian Quality
Control. Pengujian santan dilakukan terhadap setiap santan yang dihasilkan oleh
karyawan unit matik marut. Setelah santan kani diperoleh, maka kelapa unit kerja
4.2.1.3. Gula
Gula yang digunakan dalam proses produksi jenang terdiri dari gula pasir,
gula kelapa dan gula merah. Gula pasir didatangkan dari supplier khusus yaitu
dari pabrik gula lokal milik pemerintah. Standar mutu penerimaan gula pasir
meliputi bentuk kristal, warna putih, rasa manis, aroma khas gula pasir dan sesuai
Gula kelapa yang digunakan oleh perusahaan berasal dari Karang Bolong
dan gula merah yang digunakan berasal dari Dawe. Kriteria standar gula kelapa
yang diterima adalah gula kelapa yang memiliki bentuk padatan normal dan
mempunyai tekstur yang tidak keras juga tidak terlalu lembek. Mempunyai warna
kuning kecokelatan, rasa manis dengan aroma khas gula kelapa. Menurut
Natawijaya et al. (2018) bahwa kriteria standar gula merah meliputi bentuk
padatan normal, tekstur yang tidak keras juga tidak lembek, warna cokelat tua
Gula kelapa, gula pasir dan gula tumbu diambil sampelnya untuk diuji
tersebut dilakukan pada saat sampel bahan maupun order dating. Jika bahan yang
diuji tidak memenuhi kriteria maka bahan tersebut tidak digunakan dan bahan
akan ditolak. Parameter yang ditetapkan untuk pengujian mutu terhadap bahan
baku tersebut antara lain uji organoleptik yang meliputi : bentuk, warna, bau, rasa
44
serta uji laboratoris yang meliputi : kadar air, kadar abu, kadar gula pereduksi,
(2018) bahwa dalam pembuatan jenang, gula digunakan untuk memberikan cita
rasa yang khas pada produk. Menurut Qalsum et al. (2015) bahwa selain untuk
menambah cita rasa gula juga digunakan untuk menghasilkan warna cokelat pada
jenang melalui reaksi maillard. Menurut Palijama et al. (2016) bahwa gula juga
bersifat mengikat air sehingga nilai aktivitas air (a w) produk menjadi semakin
4.2.2.Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk memperbaiki atau
jenang antara lain essence, wijen, vanili, margarin, kalium sorbat. Bahan-bahan
produksi agar kualitas jenang yang dihasilkan menjadi lebih baik. Pengawasan
terhadap mutu bahan penolong tersebut telah ditentukan dengan adanya standar
4.2.2.1. Essence
Essence digunakan sebagai pemberi aroma dan rasa (flavoring agent)
terhadap jenang sehingga bervariasi. Essence ini biasanya digunakan untuk jenang
halus. Adapun jenis essence yang digunakan cukup beragam, antara lain essence
moca, durian, nangka, salak, susu, cokelat, anggur, melon, kelapa muda,
45
adalah tekstur cair, warna bening, dan aroma sesuai dengan rasanya.
4.2.2.2. Wijen
Wijen berguna untuk menambah cita rasa dan aroma pada jenang, selain itu
wijen juga memberikan daya tarik tertentu dari jenang. Penggunaan wijen ini juga
di khususkan hanya untuk jenang halus. Standar penerimaan wijen juga telah
4.2.2.3. Margarin
Selain wijen dan essence, margarin juga termasuk bahan penolong. Menurut
memperbaiki kualitas adonan jenang. Margarin ini digunakan dalam jumlah yang
cukup kecil. Penambahan margarin dapat menimbulkan rasa gurih yang tidak
juga membuat tekstur jenang menjadi lentur/tidak keras dan juga tidak
lengket/kalis. Standar penerimaan margarin adalah tekstur tidak terlalu keras dan
tidak terlalu lunak, warna kuning, tidak tengik, dan aroma khas margarin.
4.2.2.4. Vanili
Selain dua jenis bahan penolong tersebut, perusahaan juga menggunakan
bahan tambahan lain, yaitu vanili dan kalium sorbat. Menurut Aliyah dan
Standar penerimaan vanili adalah tekstur bubuk halus, aroma khas vanili dan
sorbat adalah tekstur normal, bentuk silinder berukuran kecil, aroma tengik dan
4.2.3.Bahan Kemasan
Bahan kemasan adalah bahan yang dapat digunakan untuk mengemas
Delicia memiliki standar bahan kemasan yang eksklusif dari segi penampilan luar,
(PP) yang dirancang untuk produk pangan. Jenis kemasan ini dipilih sebagai
kemasan produk jenang karena memiliki sifat : warna lebih jernih, kering, dan
dirancang khusus oleh perusahaan plastik langsung dari biji plastik (bukan plastic
hasil daur ulang) sehingga higienis. Warna kemasan yang lebih jernih membuat
produk jenang yang dikemas menjadi lebih berkesan eksklusif. Sifat kemasan
yang kering dapat mempermudah proses pengemasan jenang karena jenang tidak
akan lengket pada kemasan. Daya tariknya yang kencang membuat kemasan dapat
dibentuk sesuai dengan bentuk irisan jenang dan tidak mudah robek pada saat
dibentuk. Sifatnya yang food grade membuat jenis kemasan ini aman untuk
mengemas produk.
47
sekunder ini juga bermanfaat untuk menciptakan kesan eksklusif dan modern pada
produk jenang.
tahapan proses yaitu: proses pencucian kelapa, pemarutan kelapa, dan pemeras
parutan kelapa, mixer / alat pengaduk jenang. Selain alat dan mesin mekanik,
7
48
4.3.1.Pembersih Kelapa
Sebelum melakukan pemarutan, kelapa dicuci terlebih dahulu agar
terhindar dari cemaran yang melekat pada daging kelapa. Kelapa yang akan
ini adalah mesin hasil modifikasi perusahaan. Mesin ini tergolong sederhana
Mubarokfood Cipta Delicia ada 3 unit. Kapasitas mesin pencuci kelapa adalah
tergolong sederhana dan mudah. Gambar mesin pembersih kelapa dapat dilihat
pada Ilustrasi 1.
mesin pemarut kelapa. Menurut Setiawan (2014) bahwa mesin pemarut kelapa
proses pemerasan. Kelapa yang telah dicuci kemudian diparut dengan mesin
pemarut kelapa dalam proses pemarutan kelapa. Mesin pemarut kelapa ini
memiliki kapasitas 15 kg/jam dengan putaran roll parutan 1450 rpm. Gambar
gula maupun sebagai campuran adonan. Jadi diperlukan santan segar dalam
jumlah besar untuk setiap proses pemasakan. Untuk mengatasi hal tersebut
Mesin pemeras kelapa ini dioperasikan secara manual oleh operator. Prinsip
pengoprasian mesin pemeras kelapa ini juga sangat sederhana. Kelapa hasil
diletakkan diruang matik marut yang letaknya tidak jauh dari ruang
2. Masukkan parutan kelapa yang telah diberi air tersebut kedalam kantong
7. Untuk santan kabar : dari sisa pengepressan santan kabar ditambahkan air
jenang ini karena semua kegiatan pemasakan mulai dari perebusan gula,
dapat menghasilkan ± 130 kg/ unit. Gambar mesin pengolahan jenang (mixer)
1. Pastikan mesin mixe sudah ada stroma tau aliran listrik dengan melihat
2. Tarik / tekan tombol (on-off) posisi atas untuk mengangkat pisau pengaduk
pengaduk
tidak sesuai dengan standard dan sebagian besar potongan jenang melekat
pengirisan.
namun proses pengirisan jenang dapat mencapai target dengan cepat. Hal ini
54
terjadi karena para karyawan yang bekerja di unit pengirisan telah terbiasa dan
Cipta Delicia telah memiliki standar jumlah irisan jenang. Berat masing-
masing jenang per biji adalah 20 gram. Proses pengendalian tersebut dilakukan
produksi, dimana dalam tahap ini semua bahan yang akan menjadi input
baku yang membutuhkan persiapan secara khusus adalah santan karena proses
Proses pembuatan santan dikerjakan oleh suatu unit khusus pengadaan santan
yaitu unit kerja matik marut. Kelapa pada awalnya dipisahkan dari tempurung
dengan cara dikupas atau sering disebut dengan istilah matik kelapa. Kelapa
hasil patikan kemudian dicuci dengan alat pencuci kelapa dan diparut dengan
mesin parut. Parutan kelapa tersebut lalu ditambah air dan diremas-remas
kabar). Jika proses pembuatan santan telah selesai maka santan-santan yang
sudah siap diletakkan di sekitar mixer pengolahan. Santan yang telah diperas
pada hari itu harus habis dalam jangka waktu maksimal 3 jam.
Selain santan, bahan baku yang digunakan adalah tepung ketan. Tepung
pengolahan oleh karyawan bagian gudang bahan baku serta bahan baku
pemasakan II.
4.4.2. Pemasakan I
Pada pemasakan I, gula pasir, gula merah, dan gula kelapa dilarutkan
tempat pemasakan (mixer dan kawah) dibersihkan, semua bahan dan operator
mixer telah siap. Operator mixer adalah karyawan yang bertanggung jawab
pasir, gula kelapa, dan santan kabar kedalam kawah pemasakan. Tujuan
pemasakan I ini adalah untuk melarutkan gula pasir dan gula kelapa dimana
proses ini berlangsung salam kurang lebih tiga puluh menit sampai campuran
dan ditempatkan pada suatu wadah. Adapun tujuan dari penyaringan adalah
57
dalam kawah.
Proses pengolahan juga tidak lepas dari pengawasan mutu untuk tetap
pelarutan gula, dimana kondisi suhu benar-benar harus dijaga. Pelarutan gula
dijaga agar suhu maksimum yang dicapai adalah 100ºC dengan kecepatan 20-
30 rpm yaitu saat larutan mulai homogen. Selain itu proses penyaringan juga
dalam larutan gula dapat dihilangkan dan adonan terbebas dari kontaminan
yang berasal dari campuran larutan gula. CV Mubarokfood Cipta Delicia telah
Form tersebut menjadi tanggung jawab setiap kelapa unit yang berkaitan
dengan proses produksi seperti kepala unit matik marut, kepala unit
4.4.3. Pemasakan II
Proses pemasakan II ini dimulai setelah campuran santan dan gula hasil
terlebih dahulu agar kelarutan tepung dalam santan merata serta mencegah
pemasakkan ini operator bertugas untuk mengontrol kondisi perapian agar api
stabil karena sistem perapiannya masih menggunakan bahan bakar kayu. Suhu
pada pemasakan ini adalah 80-90ºC dengan lama pemasakan 6-7 jam.
dimasukkan ke dalam kawah. Hal ini bertujuan agar kelarutan semua bahan di
dalam adonan homogen. Menurut Rahmi et al. (2017) bahwa selain agar
homogen juga untuk meratakan proses pindah panas yang terjadi sehingga
operator sehingga mencapai kecepatan yang standar, yaitu kisaran antara 20-
pemasakan berlangsung lebih lama karena proses pindah panas yang terjadi di
dalam bahan akan terjadi lebih lambat, sedangkan pengadukan yang lambat
akan meningkatkan jumlah kerak serta pemasakan yang tidak merata. Selain
59
dan keras. Pembentukan gumpalan ini tidak dikehendaki karena akan merusak
itu gumpalan ini harus diambil dan dipisahkan. Setelah proses berlangsung
Titik akhir dari pemasakan II ditandai dengan warna adonan yang menjadi
coklat tua mengkilat, tekstur yang halus dan kenyal, tetesan adonan yang
kental dan terputus, tidak lengket di kawah / kalis, tidak beraroma dan berasa
tepung.
yang terperangkap di dalam adonan. Jika masih terdapat udara dalam adonan
produksi, namun seluruh tugas supervisor dilakukan oleh kepala unit dari
60
Produksi. Untuk mengontol agar mutu produk yang dihasilkan baik, maka
setelah jenang matang, kapala unit pengolahan akan mengambil sampel dari
kekerasan.
sampel jenang yang kurang matang ataupun terlalu keras maka jenang akan
ditarik kembali dari rak pendinginan dan akan di-rework. Untuk uji kelenturan
berkisar antara 500-1000 dPa.s. Jika viskositas jenang kurang dari 500 dPa.s
maka akan dihasilkan produk akhir yang lembek, tetapi jika viskositas jenang
lebih dari 1000 dPa.s maka akan dihasilkan produk akhir yang keras.
Kemudian bagian Quality Control juga akan menguji kadar air, kadar lemak,
digunakan sebagai wadah. Loyang diolesi dengan minyak oles terlebih dahulu
agar jenang tidak lengket pada loyang dan mudah untuk diiris. Pengawasan
4.4.5. Pendinginan
Setelah diletakkan dalam loyang, jenang tersebut disimpan pada rak-rak
yang ada dalam ruang pendingin selama ± 15 jam pada suhu kamar dengan
mengontrol suhu AC pada suhu 18ºC. selain itu, yang dikontrol adalah pintu
pada ruang antara. Ruang antara adalah ruang diantara ruang pengolahan dan
ruang pendinginan yang harus selalu tertutup setelah digunakan agar tidak
terjadi kontaminasi silang. Selain itu, pelabelan jenis rasa, nomer mixer dan
kode batch produksi juga menjadi salah satu bagian yang juga diawasi di CV
4.4.6. Pengirisan
Jenang yang telah mengalami proses pendinginan dibawa ke bagian
khusus untuk dipotong menjadi ukuran tertentu, yaitu di unit pengirisan. Pada
tahap pengirisan jenang, meja, alas dan alat pengiris harus bersih. Pegawai
diharuskan memakai masker, penutup kepala, celemek dan kedua tangan harus
steel yang bersih dan tajam. Pengirisan ini dilakukan secara manual oleh
pegawai yang telah terlatih ditetapkan oleh perusahaan yaitu tidak terlalu besar
dan tidak terlalu kecil. Pengawasan yang dilakukan pada tahap pengirisan
biji 20 gram.
4.4.7. Pengemasan
Setelah diiris, jenang halus dibungkus dengan plastik Biaxially Oriented
dengan kemasan karton. Jenang halus yang telah dikemas dalam karton
kemudian dipress agar lebih menarik dan rapi. Setelah dilakukan pengepresan,
selanjutnya produk jenang halus yang telah dikemas diberi penandaan tanggal
kadaluarsa produk (expired date) dan kode produksi. Penandaan ini dilakukan
penandaan, produk jenang halus dimasukkan ke dalam kardus besar dan siap
untuk dipasarkan.
antara produk sampel dengan produk yang beredar di pasar. Jika ditemukan
sampel yang mulai ditumbuhi kapang maka akan segera diambil tindakan
terhadap jenang yang beredar di pasar, yaitu dengan melakukan recall jenang
tersebut. Sehingga produk yang beredar dipasar terjamin mutunya dan aman
dikonsumsi konsumen.
Titik kritis adalah setiap tahapan dalam proses yang apabila tidak
Delicia, titik kritis yang harus diperhatikan adalah bahan baku serta sanitasi
dan hygiene selama proses produksi. Produk jenang adalah produk semi basah
(intermediate moisture food) yang memiliki (aw) relative tinggi sehingga rawan
alat, pekerja, dan ruangan tidak terjaga selama proses produksi maka produk
semua unit produksi yang berisi tentang pedoman sanitasi selama proses
produksi. Penerapan SOP tersebut juga diawasi oleh kepala bagian produksi.
Selain sanitasi dan hygiene, bahan baku juga menjadi titik kritis karena
tersebut adalah santan kelapa dan tepung ketan. Menurut Siahaya (2017)
bahwa kelapa mempunyai kandungan lemak dan komposisi asam amino yang
tinggi sehingga apabila dibiarkan dalam waktu yang lama maka akan bereaksi
dengan udara dan terkontaminasi mikroba sehingga akan cepat menjadi busuk.
Menurut Arini (2017) bahwa santan busuk adalah santan yang telah tercemar
oleh mikroba sehingga apabila santan ini digunakan untuk mengolah jenang,
maka akan menghasilkan produk akhir yang tidak aman untuk dikonsumsi.
Oleh sebab itu, untuk mengontrol titik kritis tersebut santan hasil pemerasan
waktu pembusukan santan. Upaya pengendaliian titik kritis ini adalah dengan
basah, sehingga tepung ketan yang dihasilkan akan cepat busuk/terasa asam
65
jika dibiarkan terlalu lama. Dengan adanya titik kritis tersebut, maka
digiling menjadi tepung ketan. Ketan memiliki kandungan air sebanyak 10%,
sehingga apabila disimpan terlalu lama jika disimpan digudang pada suhu
ruang tanpa disertai proses pembalikan karung (over stapple) secara berkala
disertai penyimpanan suhu rendah maka kondisi karung akan menjadi lembab.
Kondisi karung yang lembab ini akan memicu tumbuhnya kapang dan hama
lainnya.
BAB V
5.1. Kesimpulan
Kudus yaitu makanan semi basah khas Kota Kudus yang berbahan baku
tepung ketan, gula kelapa, gula pasir dan gula merah. Bahan penolong yang
mesin pemeras kelapa, mesin pembersih kelapa, mixer dan pisau stainless
steel.
Mubarokfood Cipta Delicia telah sesuai dengan Cara Produksi Makanan yang
tahap persiapan bahan baku dan bahan penolong, proses pemasakan awal,
5.2. Saran
pada santan kelapa yang sudah jadi sebaiknya didinginkan terlebih dahulu
santan.
DAFTAR PUSTAKA
Aliyah, I., dan B. S. Suryatna. 2019. Percobaan substitusi tepung ketan dengan
rumput laut Eucheuma cottonii dalam pembuatan dodol. TEKNOBUGA:
Jurnal Teknologi Busana dan Boga. 7 (2) : 103-109.
Febriani, N. I., A. Ridlo, dan A. B. Susanto. 2014. Potensi yeast dalam fermentasi
alginofit sargassum polycystum ca agardh dengan hidrolisis asam sulfat
untuk pembuatan bioetanol. Journal Of Marine Research. 3 (2) : 91-98.
Holinesti, R. 2019. Analisis kualitas dodol ekstrak kulit buah naga merah. Jurnal
Kapita Selekta Geografi. 2 (8) : 107-117.
Isyanti, M., dan N. Lestari. 2014. Perbaikan mutu gizi produk olahan pangan
tradisonal opak ketan dengan penambahan tepung ampas tahu (Okara). J.
Warta Industri Hasil Pertanian. 31 (2) : 62-69.
Natawijaya, D., S. Suhartono, dan U. Undang. 2018. The analysis of sap water
yield and palm sugar (Arenga pinnata Merr.) Quality in Tasikmalaya
District. Jurnal Agroforestri Indonesia. 1 (1) : 57-64.
Palijama, S., J. Talahatu, dan P. Picauly. 2016. Pengaruh tingkat konsentrasi gula
pada proses pengolahan manisan salak terhadap vitamin C dan tingkat
kesukaan konsumen. AGRITEKNO: Jurnal Teknologi Pertanian. 5 (2) :
37-41.
Rahmi, F., Z. Zulfahrizal, dan K. Siregar. 2017. Analisis pindah panas pada ruang
fermentasi biji kakao (Theobroma cacao L) dengan menggunakan kotak
kayu dan styrofoam. J. Rona Teknik Pertanian. 10 (1) : 34-45.
Riset, B., S. I. Padang, dan U. G. Padang. 2016. pengaruh pengurangan kadar air
dan penggunaan bahan pengikat kadar air dalam pembuatan cake
bengkuang. Jurnal Litbang Industri. 6 (2) : 117-125.
Rustan I. R. 2013. Studi Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat Hasil
Fermentasi Cabai Rawit (Capsicum frutencens L.). Makassar: Program
Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin. (Tesis).
Salosa, Y. Y. 2013. Uji kadar formalin, kadar garam dan total bakteri ikan asin
tenggiri asal Kabupaten Sarmi Provinsi Papua. DEPIK Jurnal Ilmu-Ilmu
Perairan, Pesisir dan Perikanan. 2 (1) : 10-15.
Setyawati, R. 2013. karakeritik selai buah pala: pengaruh proporsi gula pasir, gula
kelapa dan nenas. Jurnal Pembangunan Pedesaan. 13 (2) : 147-155.
Siahaya, G. C. 2017. Pengaruh lama penyimpanan Air Susu Ibu (ASI) pada suhu-
15ºC terhadap kualitas ASI. J. 2-Trik: Tunas-Tunas Riset Kesehatan. 7
(1) : 23-33.
71
SNI 01-3743-95. 1995. Syarat Mutu Gula Merah Cetak. Badan Standarisasi
Nasional
Winarti, S., dan E. A. Saputro. 2017. Karakteristik tepung prebiotik umbi uwi
(Dioscorea spp). Jurnal Teknik Kimia. 8 (1) : 17-21.
Wulandari.
pada tahun 2012, sekolah menengah pertama di SMP N 33 Semarang dan lulus
pada tahub 2015, sekolah menengah atas di SMA Kesatrian 2 Semarang lulus
pada tahun 2018 dan saat ini penulis sedang melanjutkan studi S1.
(PKL) dan telah berhasil menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Kudus”