Anda di halaman 1dari 13

Konsep

Ekonomi Syariah
Lusiana Tulhusnah, SE.,MM.
Pengertian Ekonomi Syariah
• Syariah ( berarti jalan besar ) dalam makna generik adalah keseluruhan ajaran Islam
itu sendiri. Dalam pengertian teknis ilmiah, syariah mencakup aspek hukum dari
ajaran islam, yang lebih berorientasi pada aspek lahir (esetoris). Karena Islam
merupakan ajaran yang tunggal, syariah Islam tidak bisa dilepaskan dari akidah
sebagai fondasi dan akhlak yang menjiwai dan tujuan dari syariah itu sendiri.

• Syariah meliputi 2 bagian utama:


1. Ibadah dalam arti khusus, membahas hubungan manusia dengan Allah (vertikal).
Tatacara dan syarat rukunnya terinci dalam Qur’an dan Sunah, misalnya Sholat,
zakat, dan puasa.
2. Mu’amalah, yang membahas hubungan horisontal (manusia dan lingkungannya).
Dalam hal ini, aturan-aturannya lebih bersifat garis besar, misalnya munakahat,
dagang,dan bernegara.
Dalam menjalankan syariah Islam, beberapa yang
perlu menjadi pegangan:
Syariah Islam telah memberi
aturan yang jelas apa yang

02 halal dan haram, maka:


• Tinggalkan yang subhat
(meragukan) Syariah Islam diberikan
• Ikuti yang wajib, jauhi sesuai dengan
Berpegang teguh kepada yang haram, terhadap kemampuan manusia dan
01 Al’Quran dan Sunah
menjauhi bid’ah (perkara
yang diada-adakan)
yang didiamkan jangan
bertele-tele. 03 menghendaki
kemudahan.

Hendaklah mementingkan
persatuan dan menjauhi
04 perpecahan dalam syariah.
Syariah harus ditegakkan dengan
upaya sungguh-sungguh (jihad)
dan amar ma’ruf nahi mungkar.
Sejarah
Syaria
h
Sejarah Syariah
● Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir, tanpa
menggunakan embel-embel Islam karena ada kekhawatiran rezim
yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan
fundamentalis.

● Pemimpin Perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk


sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba)
di kota Mit Ghamr pada tahun 1963.

● Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah
berdiri 9 bank dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini tidak
memungut maupun menerima bunga, sebagian besar berinvestasi
pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam
bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan
para penabung.
Sejarah Syariah di Dunia
• Di Mesir, pada th 1971, didirikan Nasir Social Bank dan
mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas
bunga. Walaupun dalam akta pendiriannya tidak
disebutkan rujukan kepada agama maupun syariat Islam.

• Kemudian pada tahun 1974 berdiri Islamic


Development Bank (IDB), disponsori negara-negara
yang bergabung dalam organisasi konferensi
Islam,walaupun utamanya bank tersebut adalah Bank
antar pemerintah yang bertujuan menyediakan dana
untuk proyek pembangunan di negara-negara
anggotanya.
Sejarah Syariah di Indonesia
• Di Indonesia, pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri
tahun 1991, bank ini diprakarsai Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta
dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga
ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan
dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba.

• Saat ini,keberadaan bank syariah di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang, yaitu
UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

• Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia, yaitu Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah.

• Dan Bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah ada 19 bank, di antaranya
merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia (persero) dan Bank Rakyat
Indonesia (persero). Sistem Syariah juga telah digunakan Bank Perkreditan Rakyat, saat
ini telah berkembang 104 BPR Syariah.
Jenis-jenis Akad Jual Beli dalam
Transaksi Ekonomi Syariah
1. Akad Salam, perjanjian jual beli, dengan cara pemesanan barang dengan spesifikasi tertentu yang
dibayar dimuka dan penjual harus menyediakan barang tersebut dan diantar kepada si pembeli
dengan tempat dan waktu penyerahan barang sudah ditentukan dimuka.
2. Istisna’ , perjanjian jual beli dengan cara memesan barang yang bukan komoditi atau barang
pertanian, tetapi barang yang dibuat dengan mesin dan keahlian khusus, seperti perlengkapan
kitchen set, kursi dan meja makan,atau kontruksi bangunan dll. Barang tersebut bisa dibayar
sebagian dimuka dan bisa dengan cicilan atau langsung dibayar sekaligus.
3. Murabahah, perjanjian jual beli dengan harga pasar ditambah dengan laba atau untung buat si
penjual, dimana pembeli mengetahui dengan pasti nilai dari harga pasar dari barang tersebut.
4. Musawamah, Transaksi jual beli dengan harga yang bisa di tawar, si pembeli bebas menawar harga
barang yang akan dibelinya. Terjadinya jual beli ini sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak
atau dengan cara negoisasi.
5. Tawliyah, Transaksi jual beli dengan harga pokok/pasar, dimana penjual tidak mendapatkan
keuntungan dari hasil penjualan barangnya.
6. Wadiyah, Transaksi jual beli dengan harga di bawah harga pokok/pasar atau si penjual memberi
diskon atas barang yang dijualnya.
Ciri Khas Ekonomi Syariah:
Ekonomi dalam Islam harus mampu
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
setiap pelaku usaha.

Ekonomi Syariah menekankan empat sifat,


antara lain :
• Kesatuan
• Keseimbangan
• Kebebasan
• Tanggung Jawab
 Ekonomi Syariah
di Indonesia
• Ekonomi Syariah adalah ekonomi yang berlandaskan hukum Islam.
Sistem yang diterapkan pun berbeda dari ekonomi konvensional,
dalam ekonomi syariah dikenal istilah bagi hasil yang tentunya sangat
menguntungkan.

• Ekonomi Syariah lebih pro ekonomi riil hal ini sangat bermanfaat
khususnya bagi UKM yang sangat membutuhkan kepastian hukum dan
tentunya bantuan modal.

• Hal ini terbukti bahwa penerapan ekonomi syariah lebih handal


ketimbang ekonomi konvensional pada krisis moneter tahun 2007.
Bank dengan ekonomi syariah terbukti mampu tetap kokoh berdiri di
tengah krisis.
Tantangan Ekonomi Syariah yang
harus dihadapi dengan bijak:
1. Sumber Daya Manusia, dengan semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap
ekonomi Islam masa depan,semakin menuntut penambahan SDM berkualitas dalam
jumlah yang memadai karena masih minimnya pakar ekonomi Islam yang bekualitas yang
memahami dan menguasai ilmu syariah secara integratif.

2. Permodalan, perbankan syariah akan membutuhkan suntikan modal yang cukup besar
agar tetap dapat beroperasi dengan baik.

3. Aspek regulasi termasuk perangkat peraturan, hukum, dan kebijakan yang masih belum
memadai.Pengembangan perbankan Syariah tidak terlepas dari aspek regulasi.

4. Peran pemerintah masih belum optimal terhadap pengembangan ekonomi syariah,


serta masih terbatasnya perguruan tinggi yang mengajarkan ekonomi Islam dan masih
minimnya lembaga training dan consulting dalam bidang ini sehingga masyarakat
dibiarkan kurang paham tentang perbankan syariah.

5. Inovasi produk. Keberhasilan ekonomi Islam di masa depan banyak bergantung pada
kemampuan perbankan syariah dalam menyajikan produk produk yang
menarik,kompetitif, dan berdasarkan kebutuhan masyarakat, tetapi tetap sesuai dengan
prinsip prinsip syariah.
Perbedaan yang mencolok antara
Bank Konvensional dengan sistem Bank
Syariah :
• Sistem Bank Syariah tidak menerapkan sistem bunga, akan tetapi sistem bagi hasil (mudharabah),
dimana nasabah bank syariah akan memperoleh nisbah atau memperoleh persentase bagi hasil yang
tertera dalam perjanjian sebelumnya.

• Hasil keuntungan dari transaksi itulah yang kemudian dibagikan kepada para nasabah perbankan
syariah.

• Jadi semakin tinggi keuntungan yang diperoleh bank syariah, semakin tinggi pula return ( dana
yang kembali ) yang diperoleh nasabah bank. Dengan kata lain, besar kecilnya keuntungan nasabah
mengikuti besar kecilnya keuntungan yang diperoleh oleh perbankan tersebut.
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai